Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

KUMBAH LAMBUNG

………………………………………………………………………………………………

OLEH:

VEVIOLA FITRI

(1714201148)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.IDA SURYATI, M. Kep.

PRODI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG

T.A 2020/2021
A. Pengertian
Kumbah lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memasukan dan
mengeluarkan air ke/dari lambung dengan menggunakan NGT ( Naso Gastric Tube ).
Kumbah lambung merupakan metode alternatife yang umum pengosongan
lambung,dimana cairan dimasukkan kedalam lambung melalui orogastrik atau nasogastrik
dengan diameter besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk membuang bagian agen
yang mengandung toksik.

B. Tujuan
1. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk sal pencernaan
2. Mendiagnosa perdarahan lambung
3. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy
4. Membuang cairan atau partikel dari lambung
C. Indikasi
1. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu
2. Persiapan operasi lambung
3. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung
4. Tidak ada refleks muntah
5. Gagal dengan terapi emesis
6. Pasien dalam keadaan sadar

D. Kontra Indikasi
1. Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam penatalaksanaan pasien dengan
keracunan.Kumbah lambung dilakukan ketika pasien menelan subtansi toksik yang
dapat mengancam nyawa,dan prosedur dilakukan selama 60 menit setelah tertelan.
2. Pasien kejang
3. Kumbah lambung dapat mendorong tablet ke dalam duodenum selain mengeluarkan
tablet tersebut.
4. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk bahan-bahan toksik yang tajam dan
terasa membakar (resiko perforasi esophageal).Kumbah lambung tidak dilakukan
untuk bahan toksik hidrokarbon (resiko aspirasi),misalnya :
camphor,hidrokarbon,halogen,hidrokarbon aromatic,pestisida
5. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk pasien yang menelan benda asing yang
tajam dan besar
6. Pasien tanpa gag reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar) membutuhkan
intubasi sebelum kumbah lambung untuk mencegah inspirasi.
E. Hal-hal yang harus diperhatikan saat kumbah lambung
1. Keadaan pasien sebelum, selama dan sesudah irigasi
2. Waktu dan lamanya pelaksanaan
3. Jumlah cairan yang masuk dan keluar serta warnanya
4. Petugas yang melaksanankan
5. Periksa sonde lambung sebelum digunakan (bila pasien belum terpasang
sonde) apakah tidak tersumbat, tidak rapuh.
6. Suhu cairan yang dimasukan tidak boleh lebih dari 37 0C untuk mencegak iritasi
pada selaput lendir lambung.
7. Bila terjadi reaksi batuk-batuk atau sianosis pada waktu memasukan sonde, sonde
segera dicabut.
8. Bila pasien menggunakan gigi palsu harus segera dikeluarkan sebelum
pemasangan sonde
9. Bila cairan yang keluar bercampur darah, pengumbahan cairan harus
segera dihentikan.
10. Bila ada hambatan waktu memasukan sonde tidak boleh dipaksa

F. Persiapan alat
1. Baki berisi NGT lengkap dengan corong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
2. Ukuran NGT
a.  no. 14-20untukukurandewasa
b.  no.8-16untukanak-anak
c.   no.5-7 untuk bayi
3. 2 buah baskom
4. Perlak dan handuk sebagai pengalas
5. Stetoskop
6. Spuit 10 cc
7. plester
8. Piala ginjal dan kom penampung
9. Air hangat 1 sampai 2 liter
10. Kassa/tissue,
11. Jelly
12. Susu hangat

G. Persiapan pasien
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan,mengadakan pendekatan kepada anak atau keluarga
dengan memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan berkomunikasi.
H. prosedur
1. Mencuci tangan
2. Perawat memakai skort
3. Perlak dan alas dipasang disamping pasien
4. NGT di ukur dari epigastrium sampai pertengahan dahi kemudian diberi tanda
5. Ujung atas NGT diolesi jelly,bagian ujung bawah diklem
6. NGT dimasukkan perlahan-lahan melalui hidung pasien sambil disuruh menelannya
( bila pasien sadar )
7. Periksa apakah NGT betul-betul masuk lambung dengan cara ;
a. Masukan ujung NGT kedalambaskom yang berisi air,jika tidak ada gelembung Maka
NGT sudah masuk kedalam lambung.
b. Masukan Udara dengan spuit 10cc dan didengarkan pada daerah lambung dengan
menggunakan stetoskop.setelah yakin pasang plester pada hidung untuk memfiksasi
NGT.
8. Setelah NGT masuk pasien diatur dengan posisi miring tanpa bantal atau kepala lebih
rendah selanjutnya klem dibuka.
9. Corong dipasang diujung bawah NGT,air/susu dituangkan kedalam corong jumlah
cairan sesuai kebutuhan.cairan yang masuk tadi dikeluarkan dan ditampung dalam
baskom.
10. Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air yang keluar dari lambung
sudah jernih.
11. Jika air yang keluar sudah jernih Selang NGT dicabut secara pelan-pelan dan diletakan
dalam baki.
12. Setelah selesai pasien dirapikan,mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan tissue jelaskan
pada pasien bahwa prosedur yang dilakukan telah selesai.
13. Alat-alat dikemas dan dibersihkan
14. Perawat mencuci tangan
15. Mencatat semua tidakan yang telah dilakukan pada status pasien (dokumentasi)
PROSEDUR KUMBAH LAMBUNG PADA KASUS KERACUNAN:
1. Bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar/ stupor atau jika induksi muntah dengan
sirup ipekak tidak berhasil
2. Bila klien setengah sadar dan masih refleksi muntah tidak ada, maka posisikan klien
miring pada satu sisi untuk memudahkan irigasi dan mencegah aspirasi.
3. Bila klien tidak sadar dan reflek muntah tidah ada, mala klien harus dilakukan intubasi
trachea sebelum dilakukan bilas lambung
4. Gunakan pipa nasogastric berdiameter (> 28 Fr) untuk memudahkan aliran irigasi cairan
5. Gunakan larutan garam fisiologis untuk pembilasan, suhu cairan yang digunakan
sebaiknya sesuai suhu tubuh.
6. Lakukankan irigasi dan aspirasi cairan daram faal sebanyak kurang lebih 200 ml
beberapa kali sampai terpakai 2-4 liter
7. Lakukan pencatatan setelah tindakan yang meliputi jumlah, karakteristik, bau, cairan
yang dilakukan irigasi serta reaksi klien.

PROSEDUR KUMBAH LAMBUNG PADA KASUS PENDARAHAN LAMBUNG:


1. Sebelumnya pasang NGT berukuran besar, jenis yang biasanya digunakan adalah selang
Ewald. Selang dengan diameter kecil tidak cukup efektif untuk mengeluarkan bekuan
darah dan dapat menyebabkan kesalahan penegakan diagnose karena bila ada bekuan
darah yang menyumbat selang akan sulit menedeteksi masih terjadinya pendarahan
2. Lakukan irigasi dengan menggunakan cairan garam faal dengan cara memasukan
sejumlah cairan secara bertahap dan kemudian mengeluarkannya dengan cara
mengalirkan atau diaspirasi menggunakan tekanan darah.
3. Alirkan cairan yang dikelurakan ke dalam kantong (collection bag) yang diletakkan
dengan posisi lebih rendah dari tubuh klien atau tempat tidur klien
4. Cairan irigasi yang digunakan bisa berjumlah kurang lebih 500-700 ml
5. Pastikan bahwa aliran cairan lancer, begitu juga dengan system drainasenya
6. Waspada terhadap potensial terjadinya sumbatan bekuan darah pada selang atau
perubahan posisi selang
7. Gunakan cairan dengan suhu ruangan, karena akan lebih efektif dalam tindakan gastric
lavage. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan cairan dengan
suhu rendah (dingin) menggeser kurva disoasi hemoglobin kearah kiri dan dapat
berakibat langsung seperti penurunan aliran oksigen ke organ0organ vital serta
memperpanjang waktu pendarahan
DAFTAR PUSTAKA

Eliastam, M, Sternbach, G, & Bresler, M. (1998). Buku Saku : Penuntun


kedaruratan medis ( edisi 5). Jakarta ; EGC

Sartono. 2001. Racun Dan Keracunan. Jakarta. Widya Medika


LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

TEKNIK MANUVER

………………………………………………………………………………………………

OLEH:

VEVIOLA FITRI

(1714201148)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.IDA SURYATI, M. Kep.

PRODI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG

T.A 2020/2021
MANUVER HEIMLICH

Orang tersedak sering kita temui sehari-hari. Tersedak bisa terjadi pada siapapun
termasuk teman dan keluarga kita baik yang masih anak – anak hingga dewasa. Tersedak
atau ‘choking’ ternyata bukanlah suatu keadaan sepele. Choking adalah salah satu
kegawat daruratan medis yang jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat
menyebabkan kematian. Otak kita adalah organ yang sangat sensitif jika ada penurunan
asupan oksigen. Hal ini terjadi saat seseorang tersedak karena benda asing akan
menyumbat jalan napas atas sehingga kita tidak dapat bernapas dengan baik. Otak akan
mulai mengalami kerusakan setelah 6 menit dan akan rusak permanen jika tidak
mendapat oksigen selama 10 menit.

Saat seseorang kesulitan bernapas karena choking, kita HANYA memiliki


waktu EMPAT menit sebelum terjadi kematian atau kerusakan otak – Henry
Heimlich MD

Apa yang seharusnya dilakukan kalau seseorang di sekitar kita tersedak/choking?


Apa dengan waktu yang hanya beberapa menit kita sempat mencari pertolongan tenaga
medis untuk menyelamatkan nyawa orang itu? Mau tidak mau kita harus mengambil
tindakan untuk menyelamatkan nyawa orang itu. Berikut ini sedikit penjelasan mengenai
prosedur baku pertolongan choking yang dikenal dengan nama manuver Heimlich…

Banyak yang beranggapan bahwa jika seseorang tersedak isinya harus


dimuntahkan. Hal ini kuranglah tepat karena benda asing yang tersedak akan masuk
bukan ke saluran pencernaan. Setelah melewati mulut, makanan atau benda lainnya akan
masuk ke suatu saluran yang bernama esofagus atau kerongkongan menuju lambung. Di
belakang mulut terdapat suatu percabangan yang ditutupi oleh suatu katup bernama
epiglottis yang akan memisahkan saluran makan (esofagus) dengan saluran pernapasan
(trakea). Saat menelan atau bernapas, katup ini akan bergantian menutup masing –
masing saluran agar makanan tidak salah masuk ke saluran napas. Saat seseorang makan
sambil tertawa atau bicara, kemungkinan makanan untuk masuk ke trakea semakin besar
sehingga bisa terjadi choking. Makanan yang masuk ke trakea ini nantinya akan
mengganggu secara penuh atau sebagian aliran udara ke paru – paru.

The Heimlich Maneuver merupakan suatu metode standar untuk mengeluarkan


benda asing dari orang yang mengalami choking. Prosedur ini ditemukan oleh Dr. Henry
Heimlich seorang ahli bedah thorax pada tahun 1974. Prinsipnya adalah memberikan
tekanan pada perbatasan perut dan dada seseorang sehingga udara akan menghentak
benda asing yang tertelan.  Manuver Heimlich adalah sebagai berikut:

 Memanggil bantuan. Minta orang lain memanggil ambulans atau nomer gawat
darurat.
 Memastikan orang itu tersedak.  Kita bisa bertanya “Apa anda tersedak?” Kedua
tangan yang memegangi leher adalah tanda universal tersedak. Orang yang tidak
bisa menjawab, mengangguk, atau menunjuk – nunjuk lehernya perlu diberikan
pertolongan segera karena terdapat sumbatan jalan napas.
 Berdirilah di belakangnya. Sambil berdiri di belakangnya, kita meminta korban
untuk sedikit membungkuk dan merenggangkan kakinya. Mengepal tangan
kanan dan bersiap memberi hentakan.
 Memberi hentakan dengan kepalan tangan. Kepalan tangan kanan dikatubkan
dengan tangan kiri lalu memberi tekanan pada dua jari di atas pusar. Tekanan
diberikan ke atas dan belakang. Berikan tekanan sebanyak 5 hitungan lalu
tanyakan apakah masih tersedak atau tidak. Prosedur ini diulangi hingga
penyumbatnya keluar atau hingga tenaga bantuan tiba.
Dahulu orang yang tersedak sering dikira serangan jantung oleh orang – orang
yang menyaksikan sehingga tidak diberi pertolongan apapun. Sebelum penemuannya,
cara – cara mengeluarkan sumbatan kuranglah efektif sehingga banyak menimbulkan
nyawa melayang. Manuver Heimlich adalah suatu tindakan pertolongan yang sangat
berguna serta mudah dilakukan. Tidak diperlukan pelatihan khusus untuk melakukan
manuver ini. Prosedur ini masihlah menjadi pilihan pertama pada orang tersedak dan
terbukti mampu menghindari hal-hal buruk yang tidak diinginkan.
Manuver Heimlich menggunakan prinsip dasar Hukum Pascal. Dimana
peningkatan tekanan yang tajam diterapkan dengan tepat ke dalam perut dibawa ke
tenggorokan, membuat makanan yang tertampung disana dikeluarkan. (Halliday, 393).

Adapun bunyi dari hukum Pascal itu sendiri adalah “Perubahan tekanan yang
diterapkan pada fluida tertutup yang tidak dapat dimampatkan, disebarkan dan tidak
berkurang, ke setiap porsi fluida dan ke dinding penampungnya.

Dibawah ini adalah persamaan hukum pascal.


DAFTAR PUSTAKA

http://aryamahendrablog.wordpress.com/2013/11/02/about-the-heimlich-maneuver/

http://cinta-gila-cinta.blogspot.com/p/materi-fisika.html

Halliday. 2005. Fisika Dasar. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai