Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Disusun Oleh : VEVIOLA FITRI

NIM : 2130282067

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHTAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

T.A 2021/2022
Konsep Dasar

A. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan
dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan
salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami
perubahan dalam hal orientasi realitas. Salah satu manifestasi yang muncul adalah halusinasi
yang membuat pasien tidak dapat menjalankan pemenuhan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rentang Respon
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham merupakan gangguan pada isi
pikiran. Keduanya merupakan gangguan dari respons neorobiologi. Oleh karenanya secara
keseluruhan, rentang respons halusinasi mengikuti kaidah rentang respons neorobiologi.
Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis dan
terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Rentang respons yang paling maladaptif adalah
adanya waham, halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri. Berikut adalah gambaran
rentang respons neorobiologi.

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Kadang proses pikir gangguan proses


Persepsi akurat tidak terganggu, ilusi berfikir/waham
Emosi konsisten emosi tidak stabil halusinasi, kesukaran
dengan pengalaman perilaku tidak biasa proses emosi, oerilaku
Perilaku cocok menarik diri tidak teroganisasi, isos
Hubungan sosial harmonis.
C. Faktor Penyebab
1. Faktor predisposisi halusinasi menurut struat (2007)
a. Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol emosi dan
keharmonisan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
prustasi dan hilanh percaya diri.
b. Faktor social cultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan membekas
diingatannya sampai dewasa dan ia akan merasakan disingkirkan, kesepian dan tidak
percaya pada lingkungan.
c. Faktor biokimia
Adanya stress yang berlebihan yang dialami oleh seseorang maka didalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia biffoffenon
dan dimetytranforuse sehingga terjadi ketidak seimbangan acetylcolin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab akan mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif, klien lebih memilik kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor genetic dan pola asuh
Hasil study menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
Menurut stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi
adalah :
a. Biologi
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta obnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
menyebabkan ketidak mampuan untuk secara selektif menaggapi stimulasi yang
diterima oleh otak untuk di interpretasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stesor.
D. Proses Terjadinya
Proses terjadinya halusinasi pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan konsep stress
adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari predisposisi dan presipitasi.
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter mengalami
gangguan jiwa, adanya risiko bunih diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat pengguna NAPZA.
b. Faktor Psikologis
Pada pasien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya kegagalan yang
berulang, korban kekerasan, kurangnya kasih sayang atau overprotektif.
c. Social Budaya dan Lingkungan
Pasien halusinasi didapatkan social ekonomi rendah, riwat penolakan lingkungan
pada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan rendah dan kegagalan dalam
hubungan social (peceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
2. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pada pasien dengan hausinasi ditemukan adanya riwayat penyakit
infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, kekerasan dalam keluarga, atau
adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan
dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik
antar masyarakat.

E. Mekanisme Koping
1. Regresi : menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembaliseperti pada
perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi : keinginan yang tidak dapat ditoleransi mencurahkan emosi padaorang lain
karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untukmenjelaskan
kerancuan persepsi).
3. Isolasi sosial : reaksi yang ditampilakn dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis,
reaksi fisik yaitu individu pergi atu lari menghindar sumber stressor,misalnya menjauhi
polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Sedangkanreaksi psikologis individu
menunjukan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut
dan bermusuhan.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan ,kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi
sebaiknya pada permulaan dilakukan secara individu dan usahakan terjadi kontak mata
jika perlu pasien di sentuh atau dipegang
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya.pendekatan sebaiknya secara persuasif tapi
nstruktif.perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul di telanya serta reaksi
obat yangdiberikan
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien
yang merupakan penyebabab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah
yang ada.
4. Memberi aktifitas kepadapasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolahraga,bermain,atau melakukan kegiatan untul menggali potensi keterampilan
dirinya
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan Keluarga
Pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data pasien agar ada kesatuan
pendapat kesinambungan dalam asuhan keperawatan (Budi anadkk;2011;147)
Asuhan Keperawatan Teoritis

A. Pengkajian Keperawatan
1. Fktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang dapat
meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi.
Pasien mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau
kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi
dan halusinasi.
c. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan pengingkaran
terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
d. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitas,
serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan besar, serta
bentuk sel kortikal dan limbik.
e. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada pasien
skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah satu
anggota keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang
tua skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
a. Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.
b. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat halusigenik
diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.
c. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguang orientasi realitas.
Pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan.
d. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas berkaitan
dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.

B. Daftar Masalah
1. Isolasi social : menarik diri
2. Gangguan prsepsi sensori : Halusinasi
3. Risiko mecederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

C. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Perubahan persepsi sensosi: halusinasi.

Isolasi sosial: menarik diri.

D. Kemungkinan Diagnosa
1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi.
2. Perubahan persepsi sensor: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
E. Rencana Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut.
1.) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
2.) Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
3.) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
b. Tindakan keperawatan
1.) Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi dengan pasien
tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan
respons pasien saat halusinasi muncul.
2.) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi, Anda dapat melatih pasien empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi, yaitu sebagai berikut.
a.) Menghardik halusinasi.
b.) Bercakap-cakap dengan orang lain.
c.) Melakukan aktivitas yang terjadwal.
d.) Menggunakan obat secara teratur.
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan
1.) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di
rumah.
2.) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan keperawatan
1.) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2.) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi,
serta cara merawat pasien halusinasi.
3.) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
4.) Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
F. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan di sesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Pada situasi nyata, implementasi sering kali jauh bebeda dengan rencana. Hal itu terjadi
karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan
keperawatan. Yang bisa di lakukan perawat adalah menggunakan rencana tertulis, yaitu apa
yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat membahayakan klien dan
perawat jika tindakan berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal tanda tangan.
Sebelum melakukan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlumem validasi
dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan,oleh kilen saat ini.
Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual
dan teknikal yang di perlukan untuk melaksanakan tindakan.Perawat juga menilai kembali
apakah tindakan aman bagi klien. Setelah tidak adahambatan maka tindakan keperawatan
boleh dilaksanakan. Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat membuat
kontrak dengan klien, yang isinya menjelaskan apa yang akan d kejakan. Dan peran serta
yang di harapkan dariklien. dokumentasikan semua tindakan yang telah di laksanakan
berserta respon klien.

G. Evaluasi
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah Anda lakukan untuk pasien
halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Pasien mempercayai kepada perawat.
2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan masalah
yang harus diatasi.
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi.
4. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal berikut.
a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien.
b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah.
c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.
d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah pasien.
e. Keluarga melaporkan keberhasilannnya merawat pasien

DAFTAR PUSTAKA

Budi ana dkk;2011;Keperawatan kesehatanjiwa;jakarta;EGC

Iskandar Dkk;2012;Asuhan Keperawatan Jiwa;Bandung;Refika aditama

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Yudi Hartono Dkk; 2012; Buku ajar keperawatan jiwa; Jakarta; salembamedika

Anda mungkin juga menyukai