DISUSUN OLEH :
1. ARFIAN JEFRI ARDIYANTO
2. DESI ROFIQO KHOIROTUN NISA
3. IIN GUSTIRA
4. SITI NURKHASANAH
5. VEVIOLA FITRI
CI AKADEMIK CI KLINIK
( ) ( )
A. LATAR BELAKANG
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
kurang dari 2500 gram. Penyebab terbanyak yang mempengaruhi BBLR karena
kurangnya asupan gizi pada janin dan perlu penanganan serius karena organ
tubuh yang terbentuknya belum sempurna (Depkes, 2015). Kematian perinatal
pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis pada
BBLR 8 kali lebih besar dibandingkan bayi normal pada umur kehamilan yang
sama. Semakin rendah berat bayi lahir maka semakin buruk prognosisnya.
kematian yang tinggi sering dijumpai akibat terdapatnya komplikasi neonatus
seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial dan hipoglikemia
(mochtar, 2001).
Menurut data Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) dan WHO, Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang
memiliki peran penting dalam perekonomian dunia, menempati urutan ketiga
sebagai negara dengan prevalensi BBLR tertinggi (11,1%), setelah India (27,6%)
dan Afrika Selatan (13,2%). Selain itu, Indonesia (11,1%) turut menjadi negara
kedua dengan prevalensi BBLR tertinggi diantara negara Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN) lainnya, setelah Filipina (21,2%) (OECD,
dkk, 2013).
Berdasarkan Data Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, kejadian
BBLR sangat bervariasi dari berbagai daerah. Pada tahun 2018, dari 93.472 bayi
lahir yang hidup, terdapat 2.066 (2,2%) bayi dengan BBLR pada tahun 2018.
Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah Kota Bukittinggi tahun 2017
adalah 1.44%, dimana ditemukan 35 bayi dengan berat badan lahir <2500 gram
42 dari 2.427 bayi yang lahir. Pada tahun 2022 angka kejadian BBLR di RSUD
dr. Achmad Mochtar Bukittinggi sebanyak 390 orang .
1
Dampak terhadap bayi yang dilahirkan secara prematur akan mempunyai
alat tubuh yang belum lengkap seperti bayi matur, oleh karena itu ia mengalami
lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Jika usia kehamilannya
pendek maka makin kurang sempurna pertumbuhannya, hal tersebut akan
mengakibatkan mudah terjadinya komplikasi atau gangguan pada sistem
kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem urogenita, system
neurology, sistem pembuluh darah, system imunologik, dan sistem imaturitas.
Dalam hal ini, perawat berperan untuk memberikan asuhan keperawatan BBLR
meliputi : Pengkajian, Memprioritaskan masalah, melakukan intervensi ,
Implementasi serta evaluasi (Septiani, 2015).
Dari uraian diatas maka kelompok beursaha memahami dan mendalami
kasus BBLR sehingga dapat menerapkan kasus seminar dengan judul Asuhan
keperawatan pada by.Ny.D dengan BBLR (Berat bayi lahir rendah) Diruangan
Perinatology Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi Tahun 2022.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimanakah Asuhan
keperawatan pada by.Ny.D dengan BBLR (Berat bayi lahir rendah) Diruangan
Perinatology Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi Tahun 2022.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memahami Asuhan keperawatan pada by.Ny.D dengan BBLR
(Berat bayi lahir rendah) Diruangan Perinatology Rumah Sakit
Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi Tahun 2022.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada By.Ny.D dengan berat bayi lahir
rendah diruangan Perinatology Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM)
Bukittinggi Tahun 2022
2
b. Mampu menegakkan dan memprioritaskan diagnose keperawatan pada
By.Ny.D dengan berat bayi lahir rendah diruangan Perinatology Rumah
Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi Tahun 2022
c. Mampu membuat rencana tindakan pada By.Ny.D dengan berat bayi lahir
rendah diruangan Perinatology Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM)
Bukittinggi Tahun 2022
d. Mampu melakukan implementasi pada By.Ny.D dengan berat bayi lahir
rendah diruangan Perinatology Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM)
Bukittinggi Tahun 2022
e. Mampu melakukan evaluasi pada By.Ny.D dengan berat bayi lahir rendah
diruangan Perinatology Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM)
Bukittinggi Tahun 2022
f. Mampu melakukan pendokumentasian pada By.Ny.D dengan berat bayi
lahir rendah diruangan Perinatology Rumah Sakit Achmad Mochtar
(RSAM) Bukittinggi Tahun 2022
g. Mampu menganalisis antara teori dan kasus yang didapatkan tentang
masalah berat bayi lahir rendah diruangan Perinatology Rumah Sakit
Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi Tahun 2022
D. Manfaat penulisan
1. Bagi pelayanan Kesehatan
Laporan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelayanan
kesehatan khususnya dalam peningkatan dalam mengoptimalkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan berat bayi lahir rendah.
2. Bagi Instritusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam memberikan asuhan
keperawatan serta pengelolaan dan analisa kasus khususnya mengenai berat
bayi lahir rendah serta meningkatkan perannya dalam meningkatkan
pemahaman mahasiswa.
3. Bagi Mahasiswa
Sebagai masukan dan informasi dalam melakukan asuhan keperawatan
3
yang berhubungan dengan gambaran secara umum baik dalam pengkajian,
dalam menegakkan diagnose, menyusun intervensi keperawatan,
melakukan implementasi serta dalam melakukan evaluasi atas
implementasi yang telah diberikan dalam upaya penanganan kasus berat
bayi lahir rendah..
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi BBLR
Berat bayi lahir rendah merupakan bayi yang memiliki berat badan
yang kurang dari 2500 gram saat lahir (Williamson & Kenda, 2013). BBLR
merupakan bayi yang lahir dengan kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gastasi berat lahir (Hanifah, 2010). Bayi BBLR merupaka bayi baru
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia
mengubah istilah bayi prematur (premature baby) menjadi berat bayi lahir
rendah dan lansung mengubah kriteria BBLR yang sebelumnya ≤2500 gram
merupakan bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram - 1500 gram dan
2. Anatomi Fisiologi
a. Sistem pernafasan
matur dan bayi lebih besar berat badannya, maka akan semakin besar
5
pernafasan kurang berkembang dan otot pernafasan bayi ini lemah.
ada preterm yang terkecil relaks batuk. Hal ini dapat mengarah yang akan
yang serius. Saluran hidung sangat sempit dan cidera terhadap mukosa
nasal mudah terjadi. Hal ini penting untuk diingat ketika dimasukkan
pernafasan dapat bervariasi pada semua bayi yang baru lahir dan bayi
b. Sistem sirkulasi
Jantung saat lahir secara relatif kecil, pada beberapa bayi pre-term
akan bekerja lemah dan lambat. Dinding pembuluh darah juga lemah dan
penurunan berat dan juga tingginya menurun. Tekanan sistolik pada bayi
aterm sekitar 80 mmhg dan pada bayi pre- term 45 sampai 60 mmhg.
6
c. Sistem pencernaan
menelan dan menghisap, bayi yang paling kecil cenderung tidak mampu
untuk minum secara efektif. Regurgitasi adalah hal yang mungkin sering
terjadi. Hal ini disebabkan karena spingter pilorus yang secara relatif kuat
sendiri. Lambung dari bayi dengan berat 900 gram akan memperlihatkan
berkembang.
d. Sistem urinarius
fungsi ginjal akan kurang efisien, dan bahan terlarut yang juga rendah.
e. Sistem persarafan
pengendali fungsi vital, suhu tubuh, pernafasan, dan pusat reflek. Pada
bayi prematur yang ditemukan reflek leher tonik dan reflek moro. Bayi
7
kecil lebih lemah dibangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah yang
Syaifudin, 2006).
3. Klasifikasi
yaitu :
b. Berat bayi lahir sangat rendah dengan berat badan lahir 1000–1499
gram.
c. Berat bayi lahir ekstrem rendah dengan berat badan lahir < 1000 gram
Berdasarkan masa usianya, BBLR di bagi lagi menjadi dua bagian yaitu
sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Bayi dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kulit tipis, kepala
bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk
8
usia kehamilan.
4. Etiologi
BBLR banyak disebabkan oleh kelahiran prematur. Faktor lain dari ibu
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
terjadinya BBLR :
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < 15 Tahun atau > 40
b. Faktor Janin
9
kehamilan kembar/ganda (gemeli).
c. Faktor Lingkungan
5. Manifestasi Klinis
a. Prematuriktas Murni
1) Berat badan yang tidak mencapai 2500 gram, lingkar kepala kurang
dari 33 cm, panjang badan kurang 45 cm, dan lingkar dada tidak
5) Pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan terdapat lanugo yang banyak
10
13) Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan tidak teratur dan sering
mengalami apnua
b. Dismastur
11
10) Pernafasan tidak teratur dapat menyebabkan apnea
11) Ekstremitas: paha abduksi, tumit mengkilap, sendi lutut/ kaki fleksi
12) Kepala tidak mampu tegak, fungsi saraf belum/ tidak efektif dan
tangisan lemah
6. Patofisiologi
Akibat berbagai dari berat badan lahir rendah yaitu faktor yaitu, faktor
ibu, faktor janin dan faktor lingkungan. Faktor ibu seperti penyakit yang
diderita ibu, usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun atau kurang dari 16
tahun, keadaan sosial ekonomi. Adapun dari berbagai Faktor janin seperti
dan zat- zat beracun merupakan faktor dari lingkungan. Dari faktor-faktor
dalam rahim terganggu. Maka terjadilah bayi lahir prematur atau dismatur
dengan berat badan lahir yang belum cukup dari 2500 gram. Jika hal
Penyebab dari BBLR juga oleh hamil dengan infeksi dalam rahim,
12
menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan panjang tidak
kurang dari 30 cm, banyaknya rambut lanugo, lemak kurang, pernapasan tak
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
1) Pada umur 8 jam dapat dimulai foto thoraks pada bayi baru lahir
2) Pada umur 2 hari USG kepala terutama pada bayi dengan usia
13
hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi
ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang
terbuka.
b. Laboratorium
1) Pada hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ) terdapat
23.000-24.000/mm3,
hemoragic prenatal/perinatal).
6) Pemeriksaan AGD
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Penanganan bayi
14
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
Suhu tubuh sangatlah sulit dipertahankan oleh bayi dengan berat lahir
rendah. Jika suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C maka
dirawat dalam suatu tempat tidur yang terbuka. Untuk bayi yang
dengan berat kurang dari 2000 gram maka suhu sampai 300C.
3) Inkubator
dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Untuk pernafasan yang
adekuat pada bayi maka bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal
4) Pemberian oksigen
15
buruk terjadi akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi
5) Pencegahan infeksi
khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi hal tersebut
6) Pemberian makanan
b. Medis
16
4) Penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat dan engelolaan
hiperbilirubinemia.
9. Komplikasi
mekonium
d. Asfiksia neonetorum.
1. Pengkajian
a. Biodata
dan alamat)
b. Keluhan Utama
c. Riwayat kesehatan
17
1) Riwayat penyakit sekarang
lemak subkutan sedikit atau tidak ada, kepala relative lebih besar
BBLR.
1) Riwayat prenatal
2) Riwayat natal
18
3) Riwayat post natal
menelan serta reflek batuk belum sempurna, dan tali pusat berwarna
kuning kehijauan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Bayi BBLR memiliki berat kurang dari 2500 gram, panjang badan
APGAR 0 1 2
Appearance (Warna Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
kulit) ekstremitas biru kemeraha-
merahan
Pulse Rate Tidak ada < 100 >100
(Frekuensi nadi)
Grimace (Reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Batuk atau
rangsang) mimik bersin
(grimace)
Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(Tonus otot) dalam sedikit
fleksi
Respiration (Pernafasan) Tidak ada Lemah atau Baik atau
tidak teratur menangis
Sumber : (Sondakh,2013 : 158)
Keterangan :
19
Nilai 7-10 : Kondisi baik
b) Dada
Paru-paru
Jantung
20
Inspeksi : Ictus cordis tampak.
seperempat bagian
c) interkostal Abdomen
kehijauan.
setelah kelahiran.
d) Genetalia
e) Anus
f) Ektremitas
21
ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak,
dan paha.
3) Pemeriksaan neurologis
b) Menelan
c) Ekstrusi
d) Moro
22
f) Glabellar “blink”
g) Palmar grasp
Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan
h) Plantar grasp
Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan
i) Tanda babinski
dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki di gosok dari tumit ke
atas melintasi bantalan kaki pada respon normal bayi, namun pada
defisit SSP tidak ada respon yang terjadi pada pemeriksaan tanda
babinski.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
BBLR yaitu:
23
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
makanan
sekunder.
nutrisi
24
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dapat diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan
masalah, tujuan dan intervensi keperawatan. Rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang
asuhan keperawatan pada klien (Nursalam, 2012).
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan intervensi selama… Manajemen jalan nafas
efektif pola nafas membaik, dengan criteria O:
berhubungan hasil: - Monitor pola nafas
dengan imaturitas - Ventilasi semenit meningkat - Monitor bunyi nafas tambahan
neurologis - Kapasitas vital meningkat - Monitor sputum
dibuktikan dengan - Diameter thoraks anterior-posterior T:
penggunaan otot meningkat - Pertahankan kepatenan jalan nafas
bantu pernafasan. - Tekanan ekspirasi meningkat - Posisikan semi fowler atau fowler
- Tekanan inspirasi meningkat - Berikan minum hangat
- Dispnea menurun - Lakukan fisioterapi dada
- Penggunaan otot bantu nafas - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
menurun detik
- Pemenjangan fase ekspirasi - Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
menurun endotrakeal
- Ortopnea menurun - Keluarkan sumbatan bendanpadat dengan
- Pernafasan pursed-tip menurun forsep McGill
- Pernafasan cuping hidung menurun E:
- Frekuensi nafas membaik - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
- Kedalaman nafas membaik - Anjurkan teknik batuk efektif
- Ekskursi dada membaik K:
25
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
2 Bersihan jalan Setelah dilakukan intervensi selama… Manajemen jalan nafas
nafas tidak efektif bersihan jalan nafas meningkat, O:
berhubungan dengan criteria hasil: - Monitor pola nafas
dengan spasme - Batuk efektif meningkat - Monitor bunyi nafas tambahan
jalan nafas - Produksi sputum menurun - Monitor sputum
dibuktikan dengan - Mengi menurun T:
frekuensi nafas - Wheezing menurun - Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
berubah - Dispnea menurun head-tilt dan chin-lift
- Ortopnea menurun - Posisikan semifowler atau fowler
- Sulit bicara menurun - Berikan minum hangat
- Sianosis menurun - Lakukan fisioterapi dada
- Gelisah menurun - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
- Frekuensi nafas membaik detik
- Pola nafas membaik - Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
Mcgill
- Berikan oksigen
E:
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Anjurkan teknik batuk efektif
K:
- Anjurkan pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik.
27
- Frekuensi makan membaik T:
- Nafsu makan membaik - Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Bising usus membaik - Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Tebal lipatan kulit trisep membaik - Berikan suplemen makanan
- Membrane mukosa membaik - Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
E:
- Anjurkan posisi duduk
- Ajarkan diet yang diprogramkan
K:
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrient yang dibutuhkan
29
- Kerusakan jaringan menurun - Bersihkan perineal dengan air hangat
- Kerusakan lapisan kulit - Gunakan produk berbahan patrolium atau
meningkat minyak pada kulit kering
- Kemerahan menurun E:
- Pigmentasi abnormal menurun - Anjurkan minum air yang cukup
- Suhu kulit membaik - Anjurkan asupan nutrisi
30
4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang telah direncanakan dalam
rencana keperawatan, tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
dan tindakan kolaborasi, pelaksanaan keperawatan/implementasi harus
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan perencanaan
ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan
keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu tindakan mandiri,
tindakan observasi, tindakan health education, tindakan kolaborasi
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan menggunakan teknik S.O.A.P pada klien
dengan tuberculosis paru bila menemukan masalah baru menggunakan
S.O.A.P.I.E.R evaluasi meliputi evaluai / catatan perkembangan yang
dialami oleh klien setelah diberikan implementasi keperawatan (Mitayani,
2013).
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. BIODATA
Nama : By. Ny. D
Tanggal Dirawat : 13-01-2022
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Agam
Tanggal Lahir/Usia : Bukittinggi/13-01-2022
Nama Orang Tua : Tn.Z / Ny.D
Pendidikan Ayah/Ibu : SMK/SD
Pekerjaaan Ayah/Ibu : Tukang Kayu/IRT
Usia Ayah/Ibu : 43 thn/28 thn
Diagnosa Medis : BBLR
Apgar Score : 2/4
Usia Gestasi : 34-35 minggu
Berat Badan : 2000 gram
Panjang Badan : 46 cm
Komplikasi Persalinan : ketuban pecah dini (KPD) lama,
oligohidromnion, demam intrapartum 38oC
II.RIWAYAT IBU
Usia Gravida Partus Abnormal
28 th Ini adalah kehamilan Ini juga merupakan Ny. D
ketiga Ny. D persalinan ketiga mengalami
Ny. D KPD lama
32
ketuban sedikit
33
4. Mata
mata tampak simetris kiri dan kanan, mata lengkap,tidak ada tampak
pembengkakan/udem palpebra, tidak ada luka atau lesi, konjungtiva
pucat, sklera tidak icterik,
5. THT
a. Telinga : telinga tampak simetris kiri dan kanan, telinga
tampak bersih dan tidak teraba adanya pembengkakan pada
telinga, telinga tampak normal
b. Hidung : hidung tampak simetris kiri dan kanan dan tidak
ada teraba adanya pembengkakan, terpasang CPAP Fi O2 21
% Peep 5 mmHg, tidak ada cuping hidung
6. Abdomen
I : abdomen tampak simetris, perut tampak lunak, tidak ada
masa, tidak ada luka/lesi, Lingkar perut 34 cm, lingkar dada 30 cm
A : saat di aukultasi terdengar bising usus ± 10 x/i
P : saat di perkusi terdengar suara tympani, tidak ada distensi
abdomen
P : saat di palpasi tidak ada teraba massa/pembengkakan, tidak
ada nyeri tekan/lepas pada abdomen
7. Thorax
dada tampak simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada
sama, tidak ada tampak pembengkakan/ massa, lingkar dada 30 cm,
tampak terdapat retraksi dada ringan.
8. Paru-Paru
Paru-paru tidak tampak, pergerakan dinding dada sama, tampak otot
bantu pernfasan dengan retraksi dada, irama nafas tidak teratur,
terpasang alat bantu nafas yaitu Bayi terpasang CPAP Fi O2 21%
Peep 5 mmHg, RR : 55x/I, saat dipalpasi pergerakan dingding dada
sama, tidak ada nyeri tekan atau nyeri lepas, suara nafas vesikuler
dan tidak ada suara nafas tambahan.
9. Wajah
34
Wajah tampak simetris, tidak ada terlihat massa, tidak ada bibir
sumbing/ sumbing langit-langit
10. Jantung
I : saat di inspeksi jantung tidak tampak, ictus cordis tidak tampak
A : terdengar denyut nadi keras, irama jantung reguler, murmur tidak
ada
P : saat di palpasi ictus cordis tidak teraba
P : saat diperkusi terdengar bunyi redup
11. Ekstremitas
ekstremitas lengkap atas bawah, luka/lesi, tidak ada deformitas,
saat dipalpasi tidak ditemukan adanya pembengkakan, bayi gerak
bebas, bayi terpasang inj.pump pada ekstremitas bawah kanan
12. Umbilicus
Umbilicus tampak normal, tidak tampak inflamasi, tali pusat masih
ada tampak kering
13. Genetalia
Pasien perempuan dengan genitalia normal, genetalia tampak bersih,
tampak klitoris menonjol. Labia minora ada dan mengikuti mayora,
metusuetra ada didepan orivisium vagina
14. Anus
Anus ada, tidak ada gangguan/kelainan pada anus, tidak ada
pembengkakan
15. Kulit
kulit berwarna pink, tidak terdapat sianosis pada ektremitas dan
mukosa bibir, tidak ada kelainan yang ditemui pada kulit, Tidak
ada teraba pembengkakan di kulit, akral hangat
16. Suhu
a. Lingkungan
Suhu lingkungan/inkubator By. Ny. D yaitu 34 dengan suhu
ruangan perinatologi 34
b. Suhu kulit By. Ny. 36,6 0C
VI. RIWAYAT SOSIAL
35
1. Struktur Keluarga
Keterangan :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Pasien
2. Budaya
By. Ny. D menganut budaya adat istiadat minangkabau karena
keluarganya berasal dari Sumatera Barat.
3. Agama
Agama yang dianut oleh By. Ny. D dan keluarga adalah agama islam
4. Suku
Suku By. Ny. D yaitu Minang
5. Bahasa utama
Bahasa yang digunakan keluarga By. Ny. D yaitu bahasa minang
6. Perencanaa Makanan Bayi
Pada saat di Rumah Sakit By. Ny. D diberikan ASI/PASI melalui
OGT sebanyak 31cc/3 jam
7. Masalah Sosial
Kehidupan By. Ny. D dan keluarga hidup cukup dan sederhana
8. Hubungan orangtua dan bayi
Ibunya hanya dapat melihat By. Ny. D dalam incubator. Ayahnya juga
36
hanya dapat melihat By.Ny. D dalam incubator karena bayi masih dalam
perawatan tapi Ibu dan ayahnya kadang-kadang mengajak anaknya bicara
dan sesekali memegang pipi BY. Ny. D.
9. Orang terdekat yang dapat dihubungi : Ayahnya/Ibunya
Orang tua berespon terhadap penyakit : Ya, orang tua berharap bahwa
bayinya akan segera sehat dan bisa di bawa pulang
DATA FOKUS
gram
11. Pemeriksaan penunjang
HGB= 14,8 g/dl
37
HCT= 41,7 %
38
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
DO:
HCT= 41,7 %
HCT= 41,7 %
DO:
3. Pemeriksaan penunjang
HCT= 41,7 %
DO:
40
gram
3. Pemeriksaan penunjang
HCT= 41,7 %
41
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
(SDKI)
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
- Anjurkan teknik batuk
efektif
42
K:
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik
43
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
(SDKI)
44
- Berikan suplemen
makanan
- Hentikan pemberian
makanan melalui
selang nasogastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
E:
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrient
yang dibutuhkan
45
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
(SDKI)
3. Termoregulasi Setelah di lakukan tindakan Regulasi temperature
tidak efektif keperawatan diharapkan
berhubungan
dengan suhu pengaturan suhu tubuh O:
lingkungan neonates agar tetap berada
pada rentang normal dengan Monitor suhu bayi
kriteria hasil; sampai stabil
Konsumsi oksigen Monitor tekanan darah
meningkat frekuensi pernapasan dan
Akrosianosis nasi
meningkat Monitor warna dan suhu
Dasar kuku sinaotik kulit
meningkat Monitor dan catat tanda
Suhu tubuh menurun dan gejala hipotermi atau
Frekuensi nadi hipertemi
menurun T:
Suhu kulit normal
Pasang alat pemantau
suhu konu, jp
Tinkatkan asupan cairan
dan nutrisi yanga
adekuat
Masukkan bayi bblr ke
dalam plastic segera
setelah lahir
Tempatkan bayi baru
lahr di bawah radiant
warmer
Pertahankan
kelembapana ikubator
50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan
panas
Atur suhu incubator
sesuai kebutuhan
Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
E:
Kolaborasi pemberian
antipiretik bila perlu
47
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
(SDKI)
49
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
NO Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi
O: -
- Mengidentifikasi status O:
nutrisi
- Mengidentifikasi alergi Bayi tampak
dan intoleransi makanan terpasang OGT
- Mengidentifikasi perlunya Bayi
miumASI/PASI
50
penggunaan selang 31 cc/3 jam
nasogastrik Daya hisap bayi
- Memonitor asupan ada tapi lemah
makanan BB: 2000 Gram
- Memonitor berat badan A:
- Memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium Masalah Defisit
T: nutrisi belum
teratasi
- Menghentikan pemberian P:
makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan Intervensi
oral dapat ditoleransi Manejemen
E: Nutrisi di
lanjutkan
- mengajarkan diet yang
diprogramkan
K:
- Mengkolaborasi
pemberian medikasi
- Mengkolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan nutrient yang
dibutuhkan
Resiko Regulasi temperature S:
Termoregulasi
Tidak efektif O: -
Menjelaskan cara
mencegah hipotermi
Mendemonstrasikan
teknik perawatan metode
kanguru (PMK) untuk
bayi BBLR
K:
Mengolaborasi
pemberian antipiretik
bila perlu
Resiko Infeksi Pencegahan infeksi S:
O: -
53
nafas
O: O:
- Mengkolaborasi
pemberian medikasi
- Mengkolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan nutrient yang
dibutuhkan
Resiko Regulasi temperature S:
Termoregulasi
Tidak efektif O: -
Kolaborasi pemberian
antipiretik bila perlu
Resiko Infeksi Pencegahan infeksi S:
O:
O:
- Memonitor tanda dan
gejala infeksi local dan Klien masih
sistemik dirawat di
T: incubator ,
- Membatasi jumlah WBC:10.89
pengunjung [10’6/ul]
55
- Mencuci tangan sebelum Terpasang inj
dan sesudah kontak pump
dengan pasien dan A:
lingkungan pasien
- Mempertahankan teknik Masalah
aseptic pada pasien resiko infeksi
beresiko tinggi belum teratasi
E: P:
- Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi Intervensi
- Mengsjarkan cara Pencegahan
mencuci tangan dengan Infeksi
benar Dilanjutakan
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
K:
- Mengkolaborasi
pemberian imunisasi jika
perlu
3. 26 Januari Pola Nafas Manajemen Jalan Napas S:
2022, jam tidak efektif
20.00 WIB O: -
O: -
- Mengidentifikasi status O:
nutrisi
- Mengidentifikasi alergi Bayi tampak
dan intoleransi makanan terpasang OGT
- Mengidentifikasi perlunya Bayi
penggunaan selang miumASI/PASI
nasogastrik 31 cc/3 jam
- Memonitor asupan Daya hisap bayi
makanan ada tapi lemah
- Memonitor berat badan BB: 2000 Gram
- Memonitor hasil A:
pemeriksaan laboratorium
T: Masalah Defisit
nutrisi belum
- Menghentikan pemberian teratasi
makanan melalui selang P:
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi Intervensi
E: Manejemen
Nutrisi di
- mengajarkan diet yang lanjutkan
diprogramkan
K:
- Mengkolaborasi
pemberian medikasi
- Mengkolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan nutrient yang
dibutuhkan
Resiko Regulasi temperature S:
Termoregulasi
Tidak efektif O: -
57
Monitor tekanan darah Bayi di rawat
frekuensi pernapasan di incubator
dan nasi dengan suhu
Monitor warna dan suhu incubator 35
kulit 0
C, Suhu
Monitor dan catat tanda badan 36,0 0C
dan gejala hipotermi Bayi teraba
atau hipertemi akral dingin
T: Pasien tampak
pakai plastik.
Pasang alat pemantau A:
suhu konu, jp
Tinkatkan asupan cairan Masalah
dan nutrisi yanga termoregulasi
adekuat tidak efektif
Masukkan bayi bblr ke belum teratasi
dalam plastic segera P:
setelah lahir
Tempatkan bayi baru Intervensi
lahr di bawah radiant regulasi
warmer temperature di
Pertahankan lanjutkan
kelembapana ikubator sesuai dengan
50% atau lebih untuk SIKI yang
mengurangi kehilangan telah di
panas tetapkan
Atur suhu incubator
sesuai kebutuhan
Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
E:
Kolaborasi pemberian
antipiretik bila perlu
Resiko Infeksi Pencegahan infeksi S:
O:
O:
- Memonitor tanda dan
58
gejala infeksi local dan Klien masih
sistemik dirawat di
T: incubator ,
- Membatasi jumlah WBC:10.89
pengunjung [10’6/ul]
- Memberikan perawatan A:
kulit diarea edema
- Mencuci tangan sebelum Masalah
dan sesudah kontak resiko infeksi
dengan pasien dan belum teratasi
lingkungan pasien P:
- Mempertahankan teknik
aseptic pada pasien Intervensi
beresiko tinggi Pencegahan
E: Infeksi
- Menjelaskan tanda dan Dilanjutakan
gejala infeksi
- Mengsjarkan cara
mencuci tangan dengan
benar
- Mengajarkan etika batuk
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
K:
Mengkolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
59
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Langkah pertama yang dilakukan kelompok dalam melakukan pengkajian
terhadap pasien adalah mengkaji identitas pasien, gejala klinis faktor resiko,
etiologi penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang dengan diagnosa medis
BBLR.
Dimulai dari data yang didapatkan saat pengkajian bayi masuk dengan
diagnosa medis BBLR dengan berat badan bayi 2000 gram dengan usia gestasi
60
34-35 minggu. Sedangkan menurut teori bayi berat lahir rendah kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga
dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,
bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
Pada hasil pengkajian By. Ny. D RR bayi 42 x/menit suhu badan 36,0 oC
Klien tampak berada dalam incubator, klien tampak terpasang CPAP Fi O2 21 %
Peep 5 mmHg, klien tampak terpasang ogt, bayi minum asi/pasi 31cc, daya hisap
klien lemah, reflek menggenggam klien tampak lemah, irama nafas tidak teratur,
terdapat retraksi dada, mukosa bibir bayi tampak kering.
By. Ny. D memiliki berat badan lahir 2000 gram disebabkan karena adanya
gangguan ketidakstabilan berat badan (kesulitan penambahan berat badan)
karena reflek menghisap dan menelan bayi masih lemah. Bayi berat lahir rendah
beresiko mengalami keterlambatan pertumbuhan, khusunya berat badan (cooke
dan huges, 2003).
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati dan Ismawati, (2010) yaitu Faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta
dan faktor lingkungan. Salah satu dari faktor ibu adalah melaluli penyakit
komplikasi kehamilan seperti eklamsia, preeklamsia, infeksi kandung kemih,
anemia dan penyakit kronis lainnya seperti DM, hipertensi, jantung dan lain-lain.
Dan data yang didapatkan Saat pengkajian sama dengan teori terdapat
komplikasi persalinan yaitu ketuban pecah dini (KPD) lama, oligohidromnion,
demam intrapartum 38oC.
Berdasarkan data yang diperoleh kelompok merumuskan masalah
keperawatan pada By. Ny. D yaitu : Pola nafas tidak efektif b/d kelemahan otot
pernafasan, defisit nutrisi b/d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient,
termoregulsi tidak efektif b/d suhu lingkungan, Resiko infeksi b/d
ketidakadekuatan pertahanan tubuh.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat adanya persamaan dan perbedaan antara
tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus pada klien By. Ny. D. Kesamaan yang
61
didapatkan ialah pengkajian identitas yang sama, riwayat persalinan serta
komplikasi persalinan.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada masalah keperawatan khususnya pada kasus BBLR secara teori
terdapat 7 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis dibuktikan
dengan penggunaan otot bantu pernafasan.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
dibuktikan dengan frekuensi nafas berubah
3. Hipotermia berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan dibuktikan
dengan kutis memorata
4. Resiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan mencerna makanan
5. Resiko infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.
6. Resiko ikterik neonatus ditandai dengan prematuritas
7. Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan perubahan status nutrisi
Sedangkan pada data yang didapat pada By.Ny.D muncul 4 diagnosa
keperawatan yaitu :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
3. Resiko Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan suhu lingkungan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
62
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan berdasarkan prioritas masalah. Tujuan yang
diharapkan dari asuhan keperawatan dengan kasus BBLR yaitu agar
pertumbuhan dan perkembangan bayi baik.
Dalam pembuatan perencanaan kelompok bekerja sama dengan perawat
ruangan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan. Adapun rencana yang
akan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yaitu :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan yaitu
dilakukan perencanaan adalah Monitor pola nafas, Monitor bunyi nafas
tambahan, Monitor sputum, Pertahankan kepatenan jalan nafas , Posisikan
semi fowler atau fowler, Berikan minum hangat, Lakukan fisioterapi dada,
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik, Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan endotrakeal, Keluarkan sumbatan bendanpadat dengan
forsep McGill, Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, Anjurkan teknik batuk
efektif, Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
yaitu dilakukan perencanaan adalah Identifikasi status nutrisi , Identifikasi
alergi dan intoleransi makanan, Identifikasi makanan yang disukai,
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient, Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik, Monitor asupan makanan, Monitor berat
badan, Monitor hasil pemeriksaan laboratorium, Lakukan oral hygiene
sebelum makan, Fasilitasi menentukan pedoman diet, Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai, Berikan makanan yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi, Berikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein,
Berikan suplemen makanan, Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi, Anjurkan posisi duduk, Ajarkan
diet yang diprogramkan, Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan,
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrient
yang dibutuhkan
3. Termoregulas tidak efektif berhubungan dengan suhu lingkungan yaitu
63
dilakukan perencanaan adalah Monitor suhu bayi sampai stabil, Monitor
tekanan darah frekuensi pernapasan dan nasi, Monitor warna dan suhu kulit,
Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermi atau hipertemi, Pasang alat
pemantau suhu konu, jp, Tinkatkan asupan cairan dan nutrisi yanga adekuat,
Masukkan bayi bblr ke dalam plastic segera setelah lahir, Tempatkan bayi
baru lahr di bawah radiant warmer, Pertahankan kelembapana ikubator 50%
atau lebih untuk mengurangi kehilangan panas, Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan, Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien, Jelaskan
cara mencegah hipotermi, Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR, Kolaborasi pemberian antipiretik bila perlu
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh yaitu
dilakukan perencanaan adalah Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
sistemik, Batasi jumlah pengunjung, Berikan perawatan kulit diarea edema,
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien, Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi, Jelaskan tanda
dan gejala infeksi, Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar, Ajarkan etika
batuk, Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi, Anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi, Anjurkan meningkatkan asupan cairan,
Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
D. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih
dahulu melakukan pendekatan pada klien agar semua rencana tindakan asuhan
64
keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan yaitu
dilakukan implementasi adalah Monitor pola nafas, Monitor bunyi nafas
tambahan, Monitor sputum, Pertahankan kepatenan jalan nafas , Posisikan
semi fowler atau fowler, Berikan minum hangat, Lakukan fisioterapi dada,
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik, Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan endotrakeal, Keluarkan sumbatan bendanpadat dengan
forsep McGill, Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, Anjurkan teknik batuk
efektif, Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
yaitu dilakukan implementasi adalah Identifikasi status nutrisi , Identifikasi
alergi dan intoleransi makanan, Identifikasi makanan yang disukai,
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient, Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik, Monitor asupan makanan, Monitor berat
badan, Monitor hasil pemeriksaan laboratorium, Lakukan oral hygiene
sebelum makan, Fasilitasi menentukan pedoman diet, Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai, Berikan makanan yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi, Berikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein,
Berikan suplemen makanan, Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi, Anjurkan posisi duduk, Ajarkan
diet yang diprogramkan, Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan,
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrient
yang dibutuhkan
3. Termoregulas tidak efektif berhubungan dengan suhu lingkungan yaitu
dilakukan implementasi adalah Monitor suhu bayi sampai stabil, Monitor
tekanan darah frekuensi pernapasan dan nasi, Monitor warna dan suhu kulit,
Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermi atau hipertemi, Pasang alat
pemantau suhu konu, jp, Tinkatkan asupan cairan dan nutrisi yanga adekuat,
Masukkan bayi bblr ke dalam plastic segera setelah lahir, Tempatkan bayi
baru lahr di bawah radiant warmer, Pertahankan kelembapana ikubator 50%
65
atau lebih untuk mengurangi kehilangan panas, Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan, Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien, Jelaskan
cara mencegah hipotermi, Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR, Kolaborasi pemberian antipiretik bila perlu
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh yaitu
dilakukan implementasi adalah Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
sistemik, Batasi jumlah pengunjung, Berikan perawatan kulit diarea edema,
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien, Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi, Jelaskan tanda
dan gejala infeksi, Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar, Ajarkan etika
batuk, Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi, Anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi, Anjurkan meningkatkan asupan cairan,
Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
E. Evaluasi Keperawatan
Dari 4 diagnosa keperawatan yang kelompok tegakkan sesuai dengan apa
yang kelompok temukan dalam melakukan asuhan keperawatan belum mencapai
perkembangan yang sigifikan dan optimal. Maka dari itu, dalam melakukan
asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya
kerjasama antara kelompok dengan klien, perawat, dan tim kesehatan lainnya.
1. Pada diganosa keperawatan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
kelemahan otot pernafasan, masalah belum teratasi
2. Pada diagnonsa keperawatan defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, masalah belum teratasi
66
3. Pada diagnosa keperawatan termoregulas tidak efektif berhubungan dengan
suhu lingkungan, masalah belum teratasi
4. Pada diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan tubuh, masalah belum teratasi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada By.Ny.D dengan berat bayi
lahir rendah diruangan Perinatology dapat disimpulkan :
a. Kelompok Mampu melakukan pengkajian pada pada By.Ny.D dengan
berat bayi lahir rendah, pada pengkajian hambatan tidak ada ditemukan
kelompok.
b. Pada diagnose keperawatan dengan pasien asuhan keperawatan berat bayi
lahir rendah dapat dirumuskan 4 diagnosa yaitu:
1) Pola napas tidak efektif b/d kelemahan otot pernapasan
2) Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
3) Resiko Termogulasi tidak efektif b/d suhu lingkungan
4) Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh
c. Pada intervensi keperawatan dengan pasien berat bayi lahir rendah ada
beberapa rencana tindakan yang kelompok rencanakan.
d. Pada implementasi asuhan keperawatan berat bayi lahir rendah hampir
semua dapat dilakukan.
e. Evaluasi pada pasien asuhahan keperawatan berat bayi lahir rendah
dapat dilakukan dengan baik. Pada diagnosa keperawatan dengan
asuhan keperawatan berat bayi lahir rendah masalah dapat teratasi yaitu
memberikan manajemen pola napas, manajemen nutrisi, regulasi
temperature, dan pencegahan infeksi.
67
B. Saran
Diharapkan dengan adanya laporan kasus ini semua pihak yang tidak
menutup kemungkinan dipelayanan kesehatan, mahasiswa pada khususnya
mahasiswa keperawatan dan seluruh jajaran terkait, dapat memandang positif
serta memahami adanya informasi ini, sesuai apa yang dibahas didalamnya.
1. Bagi intitusi pendidikan
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas
wawasan mengenai berat bayi lahir rendah.
2. Bagi intitusi pelayanan
Untuk mencegah terjadinya berat bayi lahir rendah sebaiknya ibu pasien diberi
informasi yang memadai mengenai berat bayi lahir rendah. Dengan
diperolahin formasi yang cukup maka pencegahan dapat dilakukan segera.
Adapun untuk pasien yang telah mengalami atau menderita berat bayi lahir
rendah, maka harus segera dilakukan perawatan yang intensif.
68