Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN PEDIATRIK BBLR


“makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak “

Disusun oleh :

IBNU NAWAWI (19069)


INDRI SITI AZAHRA (19070)
INTAN TIARA (19071)

Kelas : 2B

AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH CIREBON


Jalan Walet No 21 Tuparev Cirebon

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pediatric bblr”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah keperawatan anak. Kami harap dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dari makalah ini.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………….3
BAB 1 Pendahuluan…………………………………………………………..4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………6
1.3 Tujuan dan manfaat penulisan…………………………………….6
1.4 Metode Pembahasan……………………………………………....6
BAB 2 Pembahasan…………………………………………………………...7
2.1 Definisi…………………………………………………………...7
2.2 Klasifikasi………………………………………………………...7
2.3 Etiologi……………………………………………………...........8
2.4 Manisfestasi klinis………………………………………………..9
2.5 Patofisiologi……………………………………………………...10
2.6 Penatalaksanaan………………………………………………….10
2.7 Pemeriksaan diagnotik…………………………………………...11
2.8 Komplikasi………………………………………………………12
BAB 3 Tinjauan Kasus……………………………………………………..13
3.1 Kasus……………………………………………………………....13
BAB 4 Pembahasan Kasus……………………………………………………14

A. Asuhan keperawatan kasus…………………………………………………………14


1. Pengkajian……………………………………………………………………………..14
2. Analisa data……………………………………………………………………………16
3. Diagnosa keperawatan……………………………………………………………17
4. Rencana kegiatan…………………………………………………………………..18
5. Implementasi…………………………………………………………………………..20

B. Perbandingan dengan teori…………………………………………………………..22

BAB 5 PENUTUPAN…………………………………………………………..23
A. Kesimpulan dan Saran………………………………………..23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan
merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus
merupakan komponen utama penyebab angka kematian bayi atau infant mortality rate, yaitu
angka yang dipakai sebagai indikatorkemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka
kematian bayi dari 34 per 1000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup merupakan
salah satu sasaran utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2010-2014 Negara
Republik Indonesia.
Berdasarkan data dari WHO (2010), bayi dengan berat lahir rendah berkontribusi
sebanyak 60 hingga 80% dari seluruh kematian neonatus dan memiliki resiko kematian 20 kali
lebih besar dari bayi dengan berat normal sampai usia satu tahun sehingga bayi dengan berat
lahir rendah memiliki kemungkinan morbiditas dan mortalitas yang lebih besar. Prevalensi bayi
dengan berat lahir rendah diperkirakan sebanyak 15.5% dari seluruh kelahiran di dunia dengan
95.5% kejadian BBLR didapatkan dinegara berkembang. Kurang lebih 20 juta bayi dengan berat
lahir rendah lahir per tahunnya.Prevalensi kematian neonatus di Indonesia pada tahun 2011
sebanyak 66.000 kelahiran atau 15 orang per 1000 kelahiran hidup.
Jumlah neonates yang meninggal yang disebabkan oleh berat lahir rendah sebanyak
32.342 kelahiran atau sebanyak 29% dari jumlah seluruh kematian neonatus. Insidensi BBLR di
rumah sakit di Indonesia berkisar 20%. Distribusi penyebab kematian bayi karena BBLR di
Indonesia meningkat dari 24% pada tahun 2009 menjadi 25% pada tahun 2010. Bayi yang lahir
dengan berat badan rendah memiliki fungsi sistem organ yang belum teratur sehingga dapat
mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan (Rahayu, 2010). Permasalahan yang
dialami bayi dengan berat lahir rendah meliputi asfiksia atau gagal bernafas secara sepontan dan
teratur sesaat atau beberapa menit setelah lahir, hipotermia atau gangguan termoregulasi,
gangguan nutrisi dan resiko infeksi.
Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah juga meliputi permasalahan pada sistem
pernafasan, susunan syaraf pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal dan
termoregulasi (Maryunani, 2009). Penatalaksanaan untuk bayi BBLR biasanya mencakup
bantuan pernapasan, mengupayakan suhu lingkungan yang netral, pencegahan infeksi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi, penghematan energi bayi agar
energi yang dimiliki bayi dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi,
perawatan kulit untuk melindungi dan mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit karena
kondisi kulit ba yi yang belum matang, pemberian obat-obatan serta perlu adanya pemantauan
data fisiologis (Rahayu, 2010).

4
Penanganan yang tepat dan terencana merupakan kunci keberhasilan penanganan bayi
dengan berat lahir rendah di rumah sakit. Konsep pelayanan perinatologi yang berkualitas tinggi
memerlukan organisasi yang komprehensif dan melibatkan seluruh profesional di bidang
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Asuhan keperawatan yang berkualitas pada bayi
dengan berat lahir rendah sangat menentukan tingkat mortalitas dan morbiditas bayi pada periode
kehidupan pertamanya serta pertumbuhan dan perkembangan untuk periode kehidupan
selanjutnya. Asuhan keperawatan pada bayi dengan berat lahir rendah yang berkualitas dapat
terus ditingkatkan dengan melakukan evaluasi yang berkesinambungan dari asuhan keperawatan
yang diberikan pada bayi dengan berat lahir rendah.
Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas pada bayi dengan berat lahir rendah. Perawat harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang optimal mengenai asuhan keperawtan pada bayi dengan berat lahir rendah.
Peran perawat antara lain membantu memenuhi kebutuhan oksigenasi sehingga bayi dapat
menjalani transisi yang aman ke kehidupan intra uterin serta dapat memenuhi sejumlah tugas
perkembangannya meliputi proses beradaptasi dan berinteraksi serta memberikan respon
terhadap rangsangan dengan lingkungan disekitarnya sebagai bekal untuk mempertahankan diri
saat berpisah dengan ibunya. Perawat dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan dan
kemampuan mereka dalam merawat bayi dengan berat lahir rendah berdasarkan evaluasi.
Tingkat pencapaian dan laporan mengenai bayi dengan berat lahir rendah yang dilakukan
perawatan, akan tetapi karena minimnya informasi tersebut perawat merasa kesulitan untuk
menilai kinerja dan kualitas asuhan keperawtan yang telah diberikan kepada bayi dengan berat
lahir rendah. Melihat pentingnya peran perawat dalam menentukan tingkat mortalitas dan
morbiditas bayi dengan berat lahir rendah pada masa neonatus melalui asuhan keperawatan yang
berkualitas maka mengetahui sejauh mana aspek aspek perawatan yang meliputi karakteristik
bayi dengan berat lahir rendah, masalah keperawatan dan intervensi keperawatan yang diberikan
adalah perlu sehingga hasil dari evaluasi asuhan keperawatan pada bayi dengan berat lahir rendah
dapat diketahui.

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Definisi bblr ?
2. Klasifikasi ?
3. Etiologi?
4. Manisfestasi klinis ?
5. Patofisiologi ?
6. Penatalaksanaan ?
7. Pemeriksaan diagnotik ?
8. Komplikasi ?

1.3 Tujuan dan Manfaat penulisan


Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan asuhan keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi berat lahi rendah.
1.4 Metode Pembahasan
Dalam metode pembahasan kami mengumpulkan data dari internet yang tersedia di blog-
blog internet yang telah tersedia.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
gangguan Definisi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalaha bila berat badannya
kurang dari 2.500 gr. Berdasarkan berat badan saja, dianggap bayi prematur atau berdasarkan
umur kehamilan, yaitu kurang dari 37 minggu. Ternyata tidak semua bayi dengan berat badan
lahir rendah, bermasalah sebagai prematur, tetapi terdapat beberapa kriteria sebagai berikut.
(Manuaba, 2007).
BBLR ialah kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram.
a.       Berat badan lahir rendah, sesuai dengan umur kehamilannya, menurut perhitungan hari pertama
haid terakhir.
b.      Bayi dengan ukuran kecil masa kehamilan (KMK), artinya bayi yang berat badannya kurang dari
persentil ke 10 dari berat sesungguhnya yang harus dicapai, menurut umur kehamilannya.
c.       Atau berat badan lahir rendah ini disebabkan oleh kombinasi keduanya artinya:
1)      Umur hamilnya belum waktu untuk lahir
2)      Tumbuh-kembang intrauteri, mengalami sehingga terjadi kecil untuk masa kehamilannya.
2.2      Klasifikasi
Bayi dengan berat badan lahir rendah dapat menjadi 2 golongan :
a.       Prematuritas murni/prematur
Bayi dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dengan mempunyai berat badan
sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau dsebut Neonatus Kurang Bulan-Sesuai
Masa Kehamilan (NKB-SMK)
Neonatus dengan usia kehamilan yang kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
badan sesuai dengan beat badan untuk masa kehamilan atau dapat dikenal dengan nama neonatus
kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan.
Ciri-ciri prematuritas murni :
1)      Berat badan kurang dari 2500 gram.
2)      Panjang badan kurang dari 45 cm.
3)      Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

7
4)      Lingkar dada kurang dari 33 cm
5)      Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
6)      Kepala lebih besar dari pada badan.
7)      Lemak subkutan kurang.
8)      Dll.
b.      Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan,
dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.
Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan, dikatakan dismatur apabila bayi memiliki ciri pada preterm seperti pada prematuritas,
term dan post term akan dijumpai:
1.      Kulit terselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada.
2.      Kulit pucat atau bernoda mekonium
3.      Kering pucat atau bernoda mekonium.
4.      Kering keriput tipis.
5.      Jaringan lemak dibawah kulit tipis.
6.      Bayi tampak gesit, aktif dan kuat.
7.      Tali pusat bewarna kuning kehijauan.
2.3      Etiologi.
a.       Faktor ibu
1)      Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya, perdarahan antepartum,
trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia dravidarum dan nefritis akut.
2)      Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20 tahun, dan multi gravida yang jarak
kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
3)      Keadaan sosial ekonomi.
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada
golongan sosial ekonomi rendah.

8
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
Demikian pula kejadia prematuritas pada bayi yang lair dari perkawinan tidak sah, ternyata lebih
tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
4)      Sebab lain, ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotika.
b.      Faktor janin
Hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
c.       Faktor lingkungan
Tempat tinggal di lingkunagan tinggi radiasi dan zat-zat racun.

2.4      Manifestasi klinis


Menunjukkan belum sempurnanya fungsi prgan tubuh dengan keadaannya lemah:
a.       Fisik
1)      Bayi kecil
2)      Pergerakan kurang dan masih lemah
3)      Kepala lebih besar dari pada badan
4)      Berat badan <2500 gram
b.      Kulit dan kelamin
1)      Kulit tipis dan transparan
2)      Lanugo banyak
3)      Rambut halus dan tipis
4)      Genitalia belum sempurna
c.       Sistem saraf
1)      Reflek menghisap, menelan, batuk belum sempurna.
d.      Sistem muskuloskeletal
1)      Tulang rawan kurang elastis
2)      Otot-otot masih hipotonik.
e.       Sistem pernafasan
1)      Pernafasan belum teratur sering apnoe
2)      Frekuensi nafas bervariasi

9
2.5      Patofisiologi
Faktor ibu
Faktor janin
Faktor lingkuangan
BBLR
Bayi kurus sedikit jaringan lemak
Mudah mengalami perubahan suhu
Hipotermi dan hipertemia
Imaturitas organ
Imaturitas organ
Gangguan pernafasan
Gg. Reflek menelan
aspirasi
Imaturasi imunitas
Resiko Infeksi
 

2.6    Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan prematuritas murni
Mengingat belum sempurna kerja alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan
serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan
suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksgen, mecegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.
b.      Pengaturan suhu badan bayi BBLR
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat
pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan
badan relatiff luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat didalam inkubator sehingga
panas badannya mendekat rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan
berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bari dengan berat 2-2,5 kg adalah 33-34
derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat di bungkus dengan kain dan disampingnya
ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas tubuhnya dapat dipertahankan.
Cara perawatan Bayi dalam Inkubator, yaitu:
1)      Inkubator tertutup

10
a)      Harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila
membuka pastikan suhu bayi tetap hangat
b)      Tindakan pengobatan diberikan melalui hidung.
c)      Bayi harus dalam keadaan telanjang untuk memudahkan observasi
d)      Pengaturan suhu disesuaikan dari berat badan dan kondisi tubuh/
e)      Pemantauan oksigen
f)       Haru ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 derajat celcius
2)      Inkubator terbuka
a)      Pemberian inkubator terbuka dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian asuhan perawatan
pada bayi.
b)      Menggunakan lampu oemanas untuk memberikan kehangatan.
c)      Membungkus dengan selimut.
d)      Dinding keranjang di tutup dengan kain untuk mencegah aliran udara
e)      Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala
f)       Pengaturan suhu inkubator dengan disesuaikan dengan berat badan

c.       Menghindari infeksi


Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu,
upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
prematuritas(BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
2.7 Pemeriksaan diagnostik
a.       Jumlah sel darah puti : 18.000/mm 3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/ mm 3, hari
pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
b.      Hematokrit (Ht) 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal)
c.       Hemoglobin (Hb) 15-20gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis
berlebihan, 8 mg/dl 1-2 hari dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
d.      Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) biasanya dalam batas normal pada awalnya.
e.       Pemeriksa analisa gas darah.

11
2.8   Komplikasi
a.       Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempurna
b.      Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belum sempurna.
c.       Perdarahan intraventrikuler : perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan anoksi
menyebabkan hipoksi otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan peredarahan darah
sistemik.
d.      Infeksi
e.       Ikterus
f.        Hipotermi
g.      Asfiksia

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1  Kasus
Klien bernama By.R lahir tanggal 21 desember 2015 berusia 1 hari, jenis kelamin perempuan
dengan berat badan lahir 1700 gram, panjang badan 39 cm, tidak ada cacat bayi, anus (+), usia
kehamilan 32 minggu. Diagnosa medis Prematur dan BBLR. Keadaan umum, compos mentis,
pemeriksaan fisik nadi 132x/menit, RR 52x/menit, suhu 36 0C. Kelenjar getah bening tidak
membesar, pernafasan pada klien tidak menggunakan cuping hidung, tidak terdapat sianosis,
kulit klien terasa hangat, ektremitas terasa hangat, lingkar perut 26,5 cm, lingkar dada 25 cm,
panjang badan 39 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar lengan 11,2 cm, lemak pada bawah kulit
(subkutan)terlihat tipis. Di beri terapi cairan parenteral D 10% sebanyak 100cc/24 jam, rawat di
inkubator dan pemberian nutrisi per NGT. Dan orang tua klien mengatakan kalau khawatir dan
cemas terhadap kondisi anaknya, dan orang tua klien juga mengatakan tidak mengetahui apa itu
pengertian, penyebab, tanda gejala dan penatalaksanaan BBLR, orang tua klien pun terlihat
kebingunan ketika perawat menanyakkan mengenai BBLR.

13
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

A.  Asuhan Keperawatan Kasus


1.    Pengkajian
a.    Identitas Pasien
1)   Identitas Klien
a)    Nama Anak : By. R
b)   Anak Ke :1
c)    Tanggal Lahir: 21 Desember 2015
d)   Jenis Kelamin : Perempuan

2)   Identitas Ibu


a)    Nama : Ny. U
b)   Umur : 20 tahun
c)    Pendidikan : SMP
d)   Pekerjaan : IRT
e)    Agama : Islam
f)    Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
g)   Alamat : Kubang

3)   Identitas Ayah


a)    Nama : Tn. K
b)   Umur : 23 tahun
c)    Pendidikan : SMA
d)   Pekerjaan : Buruh
e)    Agama : Islam
f)    Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
g)   Alamat : Kubang

b.   Keluhan Utama

14
Bayi mengalami sesak dan berat badan 1700 gram

c.    Riwayat Post Natal


bayi lahir dengan berat badan 1700 gram, panjang badan 39 cm, lingkar kepala 27 cm, lingkar
dada 24 cm, tidak terdapat komplikasi pada saat persalinan.

d.   Pemeriksaan Fisik


1)   Kulit
Lemak pada bawah kulit (subkutan)terlihat tipis
2)   Suhu
Suhu lingkungan bayi diletakkan dalam incubator dengan suhu 33,30C, suhu ruangan 28-300C,
suhu kulit 360C.
3)   Keadaan Umum
Baik
4)   Kesadaran
Compos Mentis
5)   TTV
Nadi 132x/menit, RR 52x/menit, suhu 360C
6)   Antropometri
BB 1700 gram, LP 26,5 cm, LD 25 cm, PB 39 cm, LK 29 cm, Lila 11,2 cm.
7)   Pengetahuan Keluarga
Karna orang tua klien belum memahami mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
penatalaksanaan BBLR. Orang tua tampak kebingungan ketika ditanyak perawat mengenani
berat badan lahir rendah.

e.    Riwayat Sosial

15
Hubungan orang tuan dan bayi sangat baik, namun ayah dan ibunya tidak bisa mengunjungi atau
melakukan kontak mata dengan klien karena klien saat baru lahir klien langsung di rempatkan di
incubator. Respon keluarga terhadap hospitalisasi adalah ayah dan ibu klien mengatakan sangat
khawatir dan cemas terhadap kondisi anaknya saat ini.
2.    Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. Ds : - Tidak efektifnya Imaturitas pusat
Do : pola nafas pernafasan
Pernafasan klien tidak
menggunakan cuping hidung,
tidak terdapat sianosis pada
tubuh klien.
RR : 52x/menit
Suhu : 360C
Nadi : 132x/menit
2. Ds : - Gangguan Intake yang tidak
Do : kebutuhan nutrisi adekuat
        BB : 1700 gram kurang dari
        Klien tampak sudah terpasang kebutuhan tubuh
NGT
        PB : 39 cm
        LP 26,5 cm
        LD 25 cm
        LK 29 cm
        Lila 11,2 cm.

3. Ds : - Resiko Penurunan lemak


Do : Hipotermi Subkutan di
        Bayi tampak didalam dalam tubuh
inchubator
        Suhu dalam inchubator 33,30C

16
        Klien terasa hangat
        Ektremitas terasa hangat
        Tidak terdapat sianosis pada
tubuh klien
        Lemak pada bawah kulit
(subkutan) terlihat tipis
4. Ds : Ansietas Kurangnya
        Orangtua klien mengatakan Keluarga pengetahuan
khawatir terhadap kondisi mengenai berat
anaknya saat ini. badan lahir
        Orang tua klien mengatakan rendah
tidak mengetahui tentang
pengertian, penyebab, tanda
dan gejala pada berat badan
lahir rendah
Do :
        Orang tua klien tampak cemas
dan gelisah
        Orangtua klien tampak
biingung ketita perawat
menanyakan tetang berat bayi
lahir rendah

3.    Diagnosa Keperawatan


a.       Ketidakefektian pola nafas b.d imanuritas pusat pernafasan
b.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
c.       Resiko hipotermi b.d penurunan lemak subkutan didalam tubuh
d.      Ansietas pada keluarga b.d kurangnya pengetahuan mengenai berat badan lahir rendah

4.    Rencana Kegiatan

17
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil/ NIC AKtivitas
NOC
Ketidakefektian Tujuan : Airway a.       Monitor
pola nafas b.d Setelah management respiratory rate,
imanuritas pusat dilakukan kedalaman,
pernafasan tindakan kenyamanan
keperawatan bernafas
selama ... x 24 b.      Obeservasi
jam klien dapat adanya sianosis
bernafas efektif c.       Atur ventilasi
Kriteria Hasil : ruangan tempat
a.       Pola nafas perawatan klien
efektif d.      Pantau tanda-
b.      RR tanda vital
30-40x/menit e.       Auskultasi
c.       Sianosis (-) bunyi nafas
d.      Sesak (-) f.        Kolaborasi
dengan dokter
pemberian terapi
oksigen

18
Gangguan Tujuan : Nutrition a.  Kaji adanya
kebutuhan nutrisi Setelah management alergi makanan
kurang dari dilakukan b.  Kolaborasi
kebutuhan tubuh tindakan dengan ahli gizi
b.d intake yang keperawatan untuk
tidak adekuat selama ... x 24 menentukan
jam tanda jumlah kalori
kekurangan dan nutrisi yang
nutrisi tidak dibutuhkan
terjadi pasien
Kriteria Hasil :
        Nutrisi
terpenuhi Nutrition a.    Monitoring
        Refleks hisap Monitoring adanya
dan menelan penurunan berat
baik badan
        Berat badan b.   Monitoring
berangsur naik pertumbuhan dan
        Turgor kulit perkembangan
elastis c.    Monitoring
kalori dan intake
nutrisi
d.   Monitoring kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
e.    Monitoring
kekeringan ,
rambut kusam
dan mudah patah
f.     Monitor pucat,

19
kemerahan san
kekeringan
jaringan
konjungtiva.

5.Implementasi
No. Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Tanda
keperawatan tangan
1. Ketidakefektian 25 Agustus a. - memonitor indri siti azahra
pola nafas b.d 2020, selasa, respiratory rate,
dan
imanuritas pusat pukul 08.00 kedalaman,
pernafasan WIB. kenyamanan Intan Tiara
bernafas
b. - mengobservasi
adanya sianosis
c. - mengatur ventilasi
ruangan tempat
perawatan klien
d. - memantau tanda-
tanda vital
e. – melakukan
aauskultasi bunyi
nafas
f. - melakukan
kolaborasi dengan
dokter pemberian
terapi oksigen

2. Gangguan 25 Agustus a. mengkaji adanya Intan tiara


kebutuhan 2020, selasa,

20
nutrisi kurang pukul 08.00 alergi makanan
dari kebutuhan WIB. b. melakukan
tubuh b.d intake kolaborasi dengan ahli
yang tidak gizi untuk menentukan
adekuat jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
i. memonitoring adanya
penurunan berat badan
c. - Memonitoring
pertumbuhan dan
perkembangan
d. –memonitoring
kalori dan intake nutrisi
e. - Memonitoring kulit
kering dan perubahan
pigmentasi
f.Monitoring kekeringan ,
rambut kusam dan
mudah patah
g. - Memonitor pucat,
kemerahan san
kekeringan jaringan
konjungtiva.

B.     Perbandingan dengan Teori


Pada kasus menyatakan bahwa BBLR memiliki ukuran berat badan 1700 gram , lingkar perut
26,5 cm, lingkar dada 25 cm, panjang badan 39 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar lengan 11,2
cm.

21
Pernyataan ini dibenarkan oleh Hidayat (2008), ia mengatakan kalau BBLR merupakan berat
badan kurang dari 2500 gr, panjang badan bayi kurang dari 45-50 cm, lingkar kepala kurang dari
33-35cm, dan lingkar dadanya kurang dari 30-11cm. Teori ini juga didukung oleh Manuaba
(2007) bahwa BBLR ini terbagi lagi berdasakan usia kehamilannya sebagai berikut :
a.       Preterm, yaitu kurang dari 37 minggu
b.      Term, yaitu mulai dari 37 minggu sampai 42 minggu
c.       Postterm, yaitu lebih dari 42 minggu.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

22
Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan berat lahir yaitu :
bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, tanpa
memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah bayi lahir

Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara kecilnya
bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan
dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu
rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu
suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang
minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0
C, bagi bayi
yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000
gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan
dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam
incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan
berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

23
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. Bayi
preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia
mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi,
perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi,
memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk
kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya


hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat
lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.

Saran
- Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik dari pengertian,
patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan serta penerapan asuhan
keperawatannya.
- Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang BBLR. Ilmu yang
didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
- Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk lebih
meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai pencegahan bayi
BBLR.

24
DAFTAR PUSTAKA

 https://kaper13a.blogspot.com/2016/10/kasus-dan-askep-bblr.html?m=1
 https://www.academia.edu/11800237/Asuhan_Keperawatan_Anak_BBLR

25

Anda mungkin juga menyukai