Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kematian bayi di Indonesia berkisar 7,7 juta setiap tahun lebih dari 10 terjadi
pada waktu perinatal, atau usia di bawah satu bulan. Tiga perempat dari kematian ini
terjadi pada minggu pertama kehidupan. Lebih jauh, untuk setiap bayi baru lahir
meninggal, terjadi pula 1 lahir mati. Penyebab kematian adalah asfiksia,trauma
kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan, dan sebab-sebab lain. Jika tiidak
meninggal, keadaan ini akan meninggalkan masalah bayi dengan cacat (Prawirohardjo,
2014).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Penyebab terjadinya bayi
BBLR secara umum bersifat multifactorial baik itu dari faktor ibu, faktor plasenta, faktor
janin maupun faktor yang lain. Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal atau neonatal.
(Nugroho,dkk, 2015).
Menurut WHO kejadian bayi berat lahir rendah dalam tahun 2014-2016 tertinggi
di philipina 20%, menyusul kemudian myanmar 15% dan laos 14%, sedangkan yang
terendah di singapura 8%, menyusul kemudian thailand dan vietnam sebesar 9%
sedangkan di indonesia kejadian berat bayi lahir rendah yaitu 7,5%. Angka ini lebih
besar dari target bblr yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju
indonesia sehat yakni 7% (Anonim, 2016).
Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Departemen Kesehatan 2016, di negara-
negara berkembang kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang
kematian terbesar pada tingginya angka kematian balita (AKB). Setiap tahun sekitar 20
bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari pasca
kelahirannya. Parahnya dalam rentang tahun 2014-2016 (data terakhir), angka neonates
tidak pernah mengalami penurunan. Penyebab kematian terbanyak pada periode ini,
menurut Depkes, disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan dan infeksi
saluran pernapasan atas yang pada umumnya terjadi pada bayi berat lahir rendah
(Dewiyanti, 2015).
Selaras dengan target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs),
tahun 2015 sebesar 3 per 1.000 kelahiran hidup maka masih perlu kerja keras untuk
mencapainya (Latifah, 2015).
Kejadian bayi berat lahir rendah di indonesia tahun 2014 yaitu 14% atau 710.000
dari 5 juta bayi lahir per tahun. Sedangkan menurut survei demografi dan kesehatan
(SDKI) tahun 2015 terdapat 7,5% atau 355.000 bayi lahir dengan berat badan lahir
rendah (Depkes RI, 2015).
Menurut data dari RSUD KOJA

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan bayi baru lahir rendah, maka penulis
akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan bagaimanakah asuhan keperawatan
pada neonatus dengan diagnosa medis “BBLR di RSUD Koja Jakarta Utara”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada neonatus dengan diagnosa medis


BBLR di RSUD Koja Jakarta Utara.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji neonatus dengan diagnosa medis BBLR di ruang Perinatologi
RSUD Koja Jakarta Utara
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada neonatus dengan diagnosa medis
BBLR di ruang Perinatologi RSUD Koja Jakarta Utara
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada neonatus dengan diagnosa medis
BBLR di ruang Perinatologi RSUD Koja Jakarta Utara
d. Melaksanakan asuhan keperawatan pada neonatus dengan diagnosa medis
BBLR di ruang Perinatologi RSUD Koja Jakarta Utara
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada neonatus dengan diagnosa medis
BBLR di ruang Perinatologi RSUD Koja Jakarta Utara
f. Mendokumentasikan asuahan keperawatan pada neonatus dengan diagnosa
medis BBBLR di ruang Perinatologi RSUD Koja Jakarta Utara
D. Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini dapat memberi manfaat :
1. Dari segi akademis, Tugas akhir ini merupakan pembekalan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada neonatus dengan diagnosa BBLR.
2. Dari segi praktisi, Tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi :
a. Bagi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit. Hasil Studi kasus ini dapat menjadi

inspirasi dan perbandingan


b. Bagi pelayanan rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada

neonatus dengan diagnosa BBLR


c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil studi ini dapat menjadi salah satu acuan baik penulis berikutnya yang akan
melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada neonatus dengan diagnosa
BBLR
d. Bagi profesi kesehatan
1. Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
pemahaman yang
2. lebih baik tentang asuhan keperawatan pada neonatus dengan diagnosa
BBLR.
E. Metode Penulisan

Metode Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau
gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang
mempelajari, mengumpulkan, membahas data dan menggunakan studi pendekatan proses
keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
1. Tehnik pengumpulan data
2. Wawancara data diambil atau diperoleh melalui rekam medis pasien (bayi).
3. Observasi data diambil melalui pengamatan pada klien.
4. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang,
penegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.
5. Sumber data
6. Data primer, Data yang diperoleh oleh klien.
7. Data sekunder data yang diperoleh dari kluarga klien, catatan medis, hasil-hasil
pemeriksaan dan tim kesehatan lain
8. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul
studi kasus dan masalah yang di bahas.

F. Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi
kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi 3 bagian :
1. Bagian Awal Bagian inti ini membuat judul, abstrak penelitian, persetujuan komisi
pembimbing, pengesahan motto dan persembahan, kata pengantar daftar isi, daftar
table, daftar gambar dan daftar lampiran dan abstraksi.
2. Bagian Inti Bagian ini terdiri dari 5 bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-
bab berikut ini :
a. BAB 1 : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan, manfaat penelitian & sistematika penulisan.
b. BAB 2 : Landasan teori, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan
asuhan keperawatan pada neonatus dengan diagnosa BBLR
c. BAB 3 : Hasil tentang berisi deskripsi data hasil pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
d. BAB 4 : Pembahasan yang berisi perbandingan antara teori dengan
perbandingan yang ada dilapangan.
e. BAB 5 : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.
f. Bagian Akhir Terdiri dari daftar pustaka dan lampiran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
kurang dari 2500 gram (Purnamaningrum, 2014). BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang atau sama dengan 2500 gram. Sedangkan bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 1500 gram termasuk bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Dari
pengertian di atas, maka BBLR dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Prematuritas murni kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan masa
kehamilan/gestasi (neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan)
2. Dismatur, BB kurang dari seharusnya untuk masa gestasi/kehamilan akibat bayi
mengalami retardasi intra uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa pertumbuhan.
Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term dan postterm yang terbadi dalam :
a. Neonatus kurang bulan – Kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK)
b. Neonatus Cukup Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NCB-KMK)
c. Neonatus Lebih Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NLB-KMK) (Lestari, 2016).

Etiologi
Banyak faktor yang terkait dengan kelahiran BBLR, sedangkan untuk memisahkan
secara sempurna faktor-faktor yang terkait dengan prematuritas dengan bayi KMK adalah
sangat sulit. Bayi lahir prematur yang berat lahirnya sesuai dengan umur gestasinya,
biasanya dihubungkan dengan keadaan medis dimana terjadi ketidakmampuan uterus untuk
mempertahankan janin, gangguan dalam perjalanan kehamilan, pelepasan plasenta prematur,
rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif pada uterus sebelum kehamilan
mencapai umur cukup bulan. Bayi KMK dihubungkan dengan keadaan medik yang
mengganggu, misalnya sirkulasi dan efisiensi plasenta, perkembangan atau 8 pertumbuhan
janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu (Purnamaningrum, 2014).
Menurut Lestari (2016), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
BBLR yaitu sebagai berikut:
a. Faktor ibu, seperti riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronis lainnya, umur ibu kurang
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat,
infeksi dan penderita diabetes mellitus berat.
b. Faktor janin, seperti cacat bawaan, kehamilan ganda (gemeli) dan ketuban pecah
dini/KPD.
c. Keadaan sosial ekonomi yang rendah sehingga akses terhadap kecukupan dan kualitas
nutrisi menjadi menurun.
d. Kebiasaan misalnya konsumsi makanan dengan nilai nutrisi yang buruk karna
berpantang makan tertentu.
e. Idiopatik yaitu kondisi medis yang belum dapat terungkap jelas penyebabnya.

Manifestasi klinis
Menurut Huda dan Hardhi. (2013). Tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir
rendah adalah :
1. Sebelum lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abosrtus, partus prematuritas, dan
lahir mati
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya, sering
dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan
anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya

Tanda-Tanda Bayi BBLR


a. Bayi dengan BB <2500 gram, TB <45 cm, lingkar dada <30 cm, lingkar kepala <33 cm.
b. Tanda-tanda neonatus : kulit keriput tipis, merah, penuh bulu-bulu halus (lanugo) pada
dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak alam jaringan subkutan sedikit, kuku jari tangan
dan kaki belum mencapai ujung jari, bayi prematur laki-laki testis belum turun dan pada
bayi perempuan labia minora lebih menonjol.
c. Tanda-tanda fisiologis : gerak pasif dan tangis hanya merintih walaupun lapar, lebih
banyak tidur dan malas. Sedangkan suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermis
(Lestari, 2016).

Pencegahan BBLR
Ada beberapa langkah positif yang abl ibu lakukan untuk awal yang sehat bagi
pertumbuhan janin, antara lain jika ibu memiliki gangguan kesehatan seperti diabetes dan
tekanan darah tinggi, maka ibu harus selalu mengontrol kondisi kesehatan Ibu dan rajin
berkonsultasi dengan dokter. Kemudian berhenti merokok dan meminum alcohol.
Mengonsumsi makanan yang sehat dengan nutrisi seimbang, dan menaikkan berat badan
secara bertahap. Memonitor kondisi kehamilan secara rutin dengan rajin melakukan
pemeriksaan kehamilan ke sarana pelayanan kesehatan serta mengonsumsi vitamin dan
mineral yang penting untuk perkembangan janin (Nutriclub, 2017).

Patofisologi
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada ibu,ibu hamil
yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan berat badan lahir rendah.apabila dilihat
dari faktor kehamilan,salah satu etiologinya yaitu hamil ganda yang mana pada dasarnya
janin berkembang dan tumbuh lebih dari satu,maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh
dalam rahim tidak sama dengan janin tunggal,yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi
yang didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil ganda
juga mengalami BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin,salah satu etiologinya yaitu infeksi dalam rahim
yang mana dapat menggangu atau menghambat pertumbuhan janin dalam rahim yang bisa
mengakibatkan BBLR pada bayi. (Manggiasih dan Jaya.2016).
Pathway
P e
le rm Prematuritas
bi
h
uk Dismaturitas
lu aan
as tu
bu
h
re
la
tiv Retardasi pertumbuhan
e
Faktor ibu: Umur (20 th) Ba Faktor placenta: Penyakit Faktor janin: Kelainan intra uterin
( y
Paritas, Ras, Infertilitas, BBL i lavaskuler, kehamilan ganda, kromosom, Malformasi,
R/ hir TORCH, kehamilan
Riwayat kehamilan tak BB pr
LS em
R) a t
baik, Rahim abnormal, ur
e

Berat badan < 2500

Pr
em
at
ur
ita
s

Kehilangan panas Fungsi organ-organ belum baik

Resiko Resiko infeksi


Ketidakseimbangan

Reflek menelan belum


sempurna

Pertumbuhan dinding dada


Ketidakseimbangan nutrisi belum sempurna
kurang dari kebutuhan tubuh Vaskuler paru imatur

Sumber: Nanda jilid 2 (2015)


Ketidakefektifan
Gambar 2.1 Pathway polanafas
Komplikasi

Menurut Mitayani (2013) Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir

rendah adalah sebagai berikut :

1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)

2. Hipoglikemi simptomatik,terutama pada laki-laki

3. Penyakit membrane hialin : disebabkan karena surfaktan paru belum

sempurna/cukup,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan

inspirasi,tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,sehingga selalu dibutuhkan

tenaga negatif yang tinggi untuk pernapasan berikutnya

4. Aspiksia neonatrum

5. Hiperbilirubinnemia : Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia,hal

ini mungkin disebabkan karena ganguan pertumbuhan hati

6. Angka kejadian

a. Amerika serikat : prematur murni (7,1% orang kulit putih dan 17,9 orang kulit

berwarna) dan BBLR (6-16 %)

b. RSCM pada tahun 1986 sebesar 24% angka kematian perinatal dan 73%

disebabkan BBLR

A. Penatalaksanaan BBLR

Perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut Nurafif & Hardi

(2016)

a. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi,diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan

istirahat kosumsi O2 yang cukup.bila dirawat dalam inkubator maka suhunya

untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35 ◻ dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg

adalah 34◻. Bila tidak ada inkubator,pemanasan dapat dilakukan dengan

membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hanyat yang dibungkus dengan

handuk atau lampu petromak didekat tidur bayi.bayi dalam inkubator hanya

dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan

umum,warna kulit,pernafasan,kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat

dikenali sedini mungkin

b. Pengaturan makanan/nutrisi

Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi

sedikit secara perlahan-lahan dan hati-hati.pemberian makanan dini berupa

glukosa, ASI atau PASI mengurangi resiko hipoglikemia,dehidrasi atau

hiperbilirubinia.bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba

minum melalui mulut.umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram

memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum adanya

koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.

Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan steril untuk bayi dengan

berat kurang dari 1000 gram, 2-4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500

gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 gram.

Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran,

pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.

c. Mencegah infeksi

Bayi premature mudah terserang infeksi.hal ini disebabkan karena daya

tubuh bayi terhadap infeks kurang antibody relatif belum terbentuk dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik.prosedur pencegahan

infeksi adalah sebagai berikut :

1) Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2

menit sebelum masuk keruangan rawat bayi.

2) Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah

memegang seorang bayi

3) Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang

berhubungan dengan bayi

4) Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan

5) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang bayi.

B. Asuhan Keperawatan BBLR

Pengkajian

1. Identitas pasien

Identitas pasien berupa: nama, tanggal lahir, usia, pendidikan, alamat, nama ayah

dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, agama, alamat, suku bangsa.

2. Keluhan utama

Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga

professional.

3. Riwayat penyakit sekarang

Untuk mengetahui lebih detail hal yang berhubungan dengan keluhan utama.

a. Munculnya keluhan

Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba),

presipitasi/predisposisi (perubahan emosional, kelelahan, kehamilan,

lingkungan, toksin/allergen, infeksi).

b. Karakteristik
Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi, timing (terus

menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), hal-hal yang

meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala-gejala lain yang

berhubungan

c. Masalah sejak muncul keluhan

Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.

4. Riwayat masa lampau

a. Prenatal

Keluhan saat hamil, tempat ANC, kebutuhan nutrisi saat hamil, usia kehamilan

(preterm, aterm, post term), kesehatan saat hamil dan obat yang diminum.

b. Natal

Tindakan persalinan (normal atau Caesar), tempat bersalin, obat-obatan yang

digunakan.

c. Post natal

Kondisi kesehatan, apgar score, Berat badan lahir, Panjang badan lahir,

anomaly kongenital.

d. Penyakit waktu kecil

e. Pernah dirawat di rumah sakit

Penyakit yang diderita, respon emosional

f. Obat-obat yang digunakan (pernah/sedang digunakan)

Nama obat dan dosis, schedule, durasi, alasan penggunaan obat.

g. Alergi
Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat, tanaman, produk

rumah tangga.

h. Imunisasi ( imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu imunisasi)

5. Riwayat keluarga

Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik berhubungan

/ tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien), gambar genogram dengan

ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi).

6. Riwayat sosial

a. Yang mengasuh anak dan alasannya

b. Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam, dan kebiasaan

menghisap jari, membawa gombal, ngompol)

c. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman, keselamatan anak,

ventilasi, letak barang-barang)

7. Keadaan kesehatan saat ini

Diagnosis medis, tindakan operasi, obat-obatan, tindakan keperawatan, hasil

laboratorium, data tambahan.

8. Pengkajian pola fungsi Gordon

a. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

Status kesehatan sejak lahir, pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi,

penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah, praktek pencegahan

kecelakaan (pakaian, menukar popok,dll), kebiasaan merokok orang tua,

keamanan tempat bermain anak dari kendaraan, praktek keamanan orang tua

(produk rumah tangga, menyimpan obat-obatan,ddl).

b. Nutrisi metabolik
Pemberian ASI / PASI, jumlah minum, kekuatan menghisap, makanan yang

disukai / tidak disukai, makanan dan minuman selama 24 jam, adakah

makanan tambahan/vitamin, kebiasaan makan, BB lahir dan BB saat ini,

masalah dikulit:rash, lesi,dll.

c. Pola eliminasi

Pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak), mengganti pakaian

dalam / diapers (bayi), pola eliminasi urin (frekuensi ganti popok basah/hari,

kekuatan keluarnya urin, bau, warna)

d. Aktivitas dan pola latihan

Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, dimana, sabun yang digunakan),

kebersihan sehari-hari, aktivitas sehari-hari (jenis permainan, lama, teman

bermain, penampilan anak saat bermain, dll), tingkat aktivitas anak/bayi

secara umum, tolerans, persepsi terhadap kekuatan, kemampuan kemandirian

anak (mandi, makan, toileting, berpakaian, dll.)

e. Pola istirahat tidur

Pola istirahat/tidur anak (jumlahnya), perubahan pola istirahat, mimpi buruk,

nokturia, posisi tidur anak, gerakan tubuh anak.

f. Pola kognitif-persepsi

Responsive secara umum anak, respons anak untuk bicara, suara, objek

sentuhan, apakah anak mengikuti objek dengan matanya, respon untuk

meraih mainan, vocal suara, pola bicara kata-kata, kalimat, menggunakan

stimulasi/tidak, kemampuan untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor

telepon, kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan; lapar, haus,

nyeri, tidak nyaman.

g. Persepsi diri – pola konsep diri


Status mood bayi / anak (irritabilitas), pemahaman anak terhadap identitas

diri, kompetensi, banyak/tidaknya teman.

h. Pola peran – hubungan

Struktur keluarga, masalah/stressor keluarga, interaksi antara anggota

keluarga dan anak, respon anak/bayi terhadap perpisahan, ketergantungan

anak dengan orang tua.

i. Sexualitas

Perasaan sebagai laki-laki / perempuan (gender), pertanyaan sekitar sexuality

bagaimana respon orang tua.

j. Koping – pola toleransi stress

Apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat stress, toleransi stress, pola

penanganan masalah, keyakinan agama.

k. Nilai – pola keyakinan

Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen, keyakinan akan

kesehatan, keyakinan agama.

9. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Kesadaran, postur tubuh, fatigue

b. Tanda – tanda vital

Tekanan darah. Nadi, respirasi, suhu

c. Ukuran anthropometric

Berat badan, panjang badan, lingkar kepala

d. Mata

Konjungtiva, sclera, kelainan mata


e. Hidung

Kebersihan, kelainan

f. Mulut

Kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis

g. Telinga

Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan

h. Dada

Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung, paru-paru)

i. Abdomen

Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

j. Punggung

Ada/tidak kelainan

k. Genetalia

Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan

l. Ekstremitas

Odema, infuse/transfuse, kontraktor, kelainan

m. Kulit

Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan

10. Pemeriksaan tumbuh kembang

1) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

kejadian-kejadian penting; pertama kali mengangkat kepala,

berguling, duduk sendiri, berdiri, berjalan, berbicara/kata-kata bermakna

atau kalimat, gangguan mental perilaku.

2) Pelaksanaan pemeriksaan pertumbuhan


a. Pengukuran Berat badan

b. Pengukuran Tinggi badan

c. Pengukuran lingkar lengan atas

d. Pengukuran lingkar kepala

e. Kecepatan tumbuh

3) Pelaksanaan DDST

Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST (Denver Development

Screening Test) untuk umur 0 – 6 tahun perkembangan anak di atur dalam 4

kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi:

a. Kemandirian dan bergaul

Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan orang lain.

b. Motorik halus

Kemampuan anak untuk menggunakan bagian tubuh tertentu dan

dilakukan oleh otot halus sehingga tidak perlu tenaga, namun perlu

koordinasi yang lebih kompleks.

c. Kognitif dan bahasa

Kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pendapat melalui

pengucapan kata-kata, kemampuan mengerti dan memahami perkataan

orang lain serta berfikir.

d. Motorik kasar
Kemampuan anak untuk menggunakan dan melibatkan sebagian besar

bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga.

Jika usia> 6 tahun tanyakan tumbuh kembang secara umur sebagai berikut:

a. Berat badan lahir, 1 tahun, dan saat ini

b. Pertumbuhan gigi, usia gigi tumbuh, jumlah gigi, masalah dengan

pertumbuhan gigi

c. Usia saat mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama

d. Perkembangan sekolah, lancer, masalah disekolah

e. Interaksi dengan publik dan orang dewasa

f. Partisipasi dengan kegiatan organisasi (kesenian, olahraga,dsb)

Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah cara mengidentifikasi,memfokuskan dan

mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko

tinggi.Diagnosa keperawatan dalam NANDA (2015) yang mungkin muncul pada kasus

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah yaitu :

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan

dan penurunan ekspansi paru atau kelelahan.

2. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kegagalan

mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan reflek

menghisap dan menelan yang belum sempurna

4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang


Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan adalah prekripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan

dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.tindakan keperawatan dipilih

untuk membantu klien dalam mencapai hasil klien diharapkan dan tujuan pemulangan

(Doenges,2012).

1. Ketidakefektifan pola nafas berhungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan dan

penurunan ekspansi paru atau kelelahan.

Tujuan & kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan pola

nafas menjadi efektif dengan kriteria hasil :

 Neonatus akan mempertahankan pola pernafasan periodik

 Membrane mukosa merah muda.

Intervensi :

1) Kaji frekuensi dan pola pernafasan,perhatikan adaya apnea dan perubahan frekuensi

jantung

Rasional : membantu dalam membedakan periode perputaran pernafasan normal dari

serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pada gestasi minggu ke-30

2) Bersihkan jalan nafas sesuai kebutuhan

Rasional : menghilangkan sekret yang menyumbat jalan napas

3) Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok dibawah

bahu untuk menghasilkan hiperekstensi

Rasional : posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode

apnea,khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik atau

hiperkapnea
4) Tinjauan ulang riwayat terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi

pernapasan pada bayi

Rasional : magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktivitas

susunan saraf pusat (SSP).

5) Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi

Rasional : perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi

pernafasan

6) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi, seperti berikut :

1. Natrium bikarbonat

Rasional : memperbaiki asidosis

2. Antibiotik

Rasional : mengatasi infeksi pernafasan dan sepsis

3. Aminopilin

Rasional : dapat meningkatkan aktivitas pusat pernapasan dan menurunkan

sensitivitas terhadap CO2, menurunkan frekuensi apnea.

2. Resiko ketidak seimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kegagalan

mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan.

Tujuan & kriteria hasil

 Suhu tubuh dalam batas normal dan tidak hipotermi

kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,2.

Intervensi :

1. Rawat bayi dalam incubator bersuhu 32 – 35

Rasional : mempertahankan suhu tubuh bayi

2. Pertahankan suhu lingkungan yang adekuat

Rasional : agar tidak terjadi kehilangan panas yang berlebihan

3. Hindari bayi dimandikan


Rasional : memandikan bayi dengan hipotermi membahayakan

4. Monitor suhu tubuh setiap jam

Rasional : mengetahui perkembangan/keadaan bayi

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan reflek

menghisap dan menelan yang belum sempurna

Tujuan & kriteria hasil


 Kebutuhan nutrisi kurang dapat terpenuhi
 Turgor kulit membaik, BAB dan BAK
Intervensi :

1. Observasi intake dan output setiap hari

Rasional : Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan

kebutuhan nutrisi

2. Monitor berat badan setiap hari

Rasional : membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik

3. Kolaborasi pemberian infus

Rasional : ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada perkiraan kebutuhan

bayi.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang


Tujuan & kriteria hasil
Imunne Status, Knowledge : infection control, risk control
 Bebas dari tanda dan gejala infeksi

 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

 Jumlah leukosit dalam batas normal

 Menunjukkan perilaku hidup sehat


Intervensi :

1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

2. Pertahankan teknik isolasi

3. Batasi pengunjung bila perlu

4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan

setelah berkunjung meninggalkan pasien

5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

7. Gunakan baju,sarung tangan sebagai alat pelindung

8. Pertahankan lingkungan aseptik Selama pemasangan alat

9. Tingkatkan intake nutrisi

Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana tindakan

yang telah disusun, dimana tindakan keperawatan memenuhi klien sehingga tujuan

keperawatan dapat tercapai dengan baik. Hal ini terlaksana karena adanya kerjasama yang

baik dan partisipasi klien, keluarga dan keperawatan suatu tim medis lainnya.

Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh

mana dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Hidayat,2011) tujuan evaluasi adalah

untuk melihat kemapuan klien dalam mencapai tujuan.hal ini dapat dilaksanakan dengan

mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan

keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan


a. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)

b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih

lama untuk mencapai tujuan)

CATATAN

hayo belajar bagaimana mensitasi dengan benar

1. semua kalimat harus ada sitasinya contoh (Casman, 2021), dan tiap sitasi harus

dijabarkan dalam daftar pustaka

2. menulis harus sesuai panduan, misal rata kiri rata kanan, spasi 1,5 dsb

3. dalam menulis, baca tulisan orang lain, kemudian tulis dalam bahasa sendiri, bukan

copas, misal ada tulisan: alti adalah mahasiswa yang rajin. Maka jangan ditulis

sama, tulis dengan bahasa kita tapi tidak merubah arti, misal kita tuli. Perempuan

bernama alti rajin selama menjadi mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai