PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada By. Ny. D dengan
diagnosa medis BBLR di Ruang NICU RSUD Cibinong, maka dalam bab ini penulis akan
membahas tentang keterkaitan atau kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh
dari hasil pelaksanaan studi kasus.
4.1 Pengkajian
Dalam pengkajian di awali dengan pengumpulan data melalui anamnese yang meliputi
identitas pasien, riwayat kelahiran bayi, riwayat ibu kandung bayi, pengkajian fisik pada
neonatus dan riwayat sosial yang berpedoman pada format pengkajian, namun tidak
tertutup kemungkinan untuk dikembangkan dengan data-data lain yang ditemukan pada
pasien.
Untuk memperoleh data, baik data subjektif maupun objektif, penulis melakukan
pendekatan-pendekatan antara lain pengamatan langsung, wawancara kepada keluarga,
pemeriksaan fisik, baik inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi serta pemeriksaan
laboratorium dan konsultasi dengan tim kesehatan serta melalui catatan medic. Pada
pelaksanaan pengkajian data penulis tidak banyak mengalami hambatan oleh karena
adanya kerjasama yang baik dari keluarga dan tim kesehatan lainnya, sehingga
memudahkan dalam pengumpulan data.
Pada teori menurut Prawirohardjo (2007), sejak tahun 1961, WHO telah mengganti
istilah premature baby dengan low birth weight baby (BBLR). Hal ini dilakukan karena
tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir merupakan bayi
prematur. Keadaan ini dapat disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dengan berat badan yang sesuai, atau bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya
menurut masa kehamilannya/kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Pada kasus By. Ny. D data yang diperoleh terdapat gejala dan tanda seperti berat badan
bayi rendah yaitu 36 minggu 1520 gram dengan keadaan prematur dan masa kehamilan
36 minggu dengan disertai komplikasi persalinan ketuban pecah dini. Dalam hal ini tidak
terdapat perbedaan antara teori dan kasus sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.
4.2 Diagnosa
Perumusan diagnosa keperawatan berdasarkan tinjauan teoritis pada bayi berat lahir
rendah meliputi : ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas sistem
pernafasan, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan dan resiko infeksi.
Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan pada By. Ny. D
dengan bayi berat lahir rendah dalam tinjauan kasus berdasarkan analisa data meliputi,
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan,
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan lemahnya
daya cerna dan absorbsi makanan dan resiko infeksi. Berdasarkan data diatas tidak ada
kesenjangan diagnosa antara teori dan kasus pada By. Ny. D.
4.3 Intervensi
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa
atau masalah yang telah di identifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini, informasi / data
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sesuai dengan tinjauan kepustakaan, tindakan yang
dilakukan pada By. Ny.D dengan diagnosa BBLR adalah membuka jalan napas,
miringkan badan bayi untuk menghindari aspirasi pernapasan dan pemasangan O2 untuk
membantu jalan napas bayi. Begitu pula rencana tindakan yang dilakukan pada kasus By.
Ny.D dalam hal ini perencanaan pada tinjauan kasus dan tinjauan pada kepustakaan tidak
ada kesenjangan yang berarti bahwa setiap perencanaan disesuaikan dengan kebutuhan
klien, kriteria serta tujuan yang akan dicapai.
4.4 Implementasi
Menurut Damaiyanti (2012) implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Sebelum melakukan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan perawat perlu memvalidasi dengan singkat
apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai kondisinya saat ini
atau here and now.
Pada langkah implementasi, dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat
dilakukan seluruhnya oleh perawat atau sebagian oleh pasien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan pada By. Ny. D, penulis
melaksanakan sesuai rencana yaitu penatalaksanaan yaitu menciptakan lingkungan yg
nyaman bagi pasien, menyediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman,
melakukan cuci tangan sebelum kontak langsung dengan bayi. Pada tahap ini penulis
tidak menemukan permasalahan yang berarti, hal ini di tunjang oleh klien dan
keluarganya kooperatif dalam menerima semua anjuran dan tindakan yang diberikan.
Dalam hal ini tidak ada kesenjangan dalam pelaksanaan yang terjadi pada teori dan pada
kasus By. Ny. D bahwa dalam pemberian makanan diberikan dalam bentuk cairan peroral
memalaui selang OGT hal ini dilakukan untuk membantu memenuhi nutrisi bayi yang
kurang adekuat.
4.5 Evaluasi
Pada langkah ini, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, meliputi
pemenuhan kebutuhan terhadap masalah yang telah diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosis.
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen keperawatan. Hasil evaluasi
dari By. Ny. D telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan pasien, dan tujuan dari
rencana yang ditentukan telah tercapai, yaitu ibu mengerti keadaan yang sedang
dialaminya, tidak terjadi komplikasi yang lebih berat, ketidakefektifan pola nafas sudah
teratasi ditandai dengan keadaan bayi yang sudah membaik, nutrisi bayi sudah terpenuhi
melalui cairan peroral dengan OGT, dan resiko infeksi bisa dikendalikan dengan baik,
selain itu kondisi, hal ini membuktikan bahwa pendekatan asuhan keperawatan yang
diberikan pada By. Ny. D berhasil.
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa tidak adanya kesenjangan antara teori dan
kasus pada By. Ny.D.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian yang telah tercantum dalam bab-bab terdahulu baik
pendahuluan, tinjauan teoritis, tinjauan kasus maupun pembahasan maka disini penulis akan
mengambil kesimpulan yang mungkin berguna untuk menambah informasi pembaca dengan
harapan dapat menyempurnakan pelayanan keperawatan pada bayi dengan berat lahir rendah
khususnya dan dalam kemajuan pelaksanaan asuhan keperawatan pada umumnya. Adapun
5.1 Kesimpulan
Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan berat lahir
yaitu : bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang ditimbang dalam 1
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor ibu seperti
seperti penyakit malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH dan sebagainya. Faktor Janin
Faktor Lingkungan yaitu tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan
Klien dengan bayi berat lahir rendah biasanya lahir dengan kepala lebih besar dari
badan, kulit tipis, transparan, lanugo banyak dan lemak subkutan kurang, tangis lemah
atau jarang, pernafasan tidak teratur, sering timbul apnea, sikap selalu dalam keadaan
abduksi kedua paha dengan sendi lutut dan pergelangan kaki dalam Fleksi / lurus, reflek
rendah yaitu 1520gr, kesulitan bernafas akan tetapi tidak timbul apnea seperti pada teori,
kulit tipis, banyak lanugo, tangis lemah bahkan saat lahir tidak menangis, dan
sebagainya. Dari hasil pengkajian didapatkan masalah keperawatan yaitu ; Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan. Risiko tinggi hipotermi
berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh yang immatur. Risiko tinggi
gangguan nutrisi berhubungan dengan lemahnya daya cerna makanan. Dan rsiko infeski.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari hasil evaluasi yang diperoleh
B. Saran-saran
Adapun saran yang diberikan pada keluarga dengan bayi berat lahir rendah adalah
sebagai berikut :
1. Diharapkan pada keluarga dan klien agar dapat sering melakukan pemeriksaan
2. Diharapkan kepada keluarga bayi agar dapat merawat bayi dengan cara yang
sudah diberitahukan, bayi mungkin akan dirawat lebih lama di rumah sakit dan
diharapkan kepada keluarga untuk bersabar dan tetap aktif bekerja sama dengan
3. Kepada pihak rumah sakit pelayanan yang diberikan lebih maksimal dan
bermutu.
dengan BBLR harus dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan