PEMBAHASAN
73
2. Diagnosis Keperawatan
74
pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu
terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi
menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak
memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah
menderita infeksi.
3. Intervensi
Hal ini didukung juga penelitian yang dilakukan oleh Juwahir, (2021)
tentang Penerapan Perawatan metode Kanguru Terhadap Perubahan
Suhu Tubuh Dan kenyamanan Pada bayi BBLR yang hasinya adanya
kenaikan suhu tubuh bayi cukup baik (36,5-37,°C), serta penelitian yang
dilakukan oleh Parti dkk, (2015) tentang Pengaruh suhu tubuh bayi
sebelum dan sesudah dilakukan Perawatan Metode Kanguru dengan nilai
p<0,001. Serta penelitian yang dilakukan oleh Fenny (2022), yang
hasilnya perawatan KMC dapat meningkatkan suhu tubuh BBLR yang
mengalami suhu tubuh dibawah normal.
75
b. Resiko aspirasi berhubungan dengan reflek menghisap dan menelan
lemah, rencana intervensi yang akan dilakukan pencegahan aspirasi
dengan observasi monitor tingkat kesadaran , batuk , muntah, dan
kemampuan menelan, monitor bunyi nafas terutama setelah
makan/minum, Periksa residu gaster sebelum memberikan asupan oral,
Periksa kepatenan selang nasogastrik sebelum memberikan asupan oral,
Hindari memberikan makan melalui selang gastrointestinal jika residu
banyak, Ajarkan strategi mencegah aspirasi.
4. Implementasi
76
tindakan dan evaluasi sumatif atau perkembangan yang dilakukan dalam 5-7
jam setelah tindakan dengan membandingkan respon klien dengan tujuan
yang telah ditentukan menggunakan metode SOAP, yaitu S (Subjektif), O
(Objektif), A (Analisis), P (Planning).
Pada By. R setelah dilakukan implementasi dan evaluasi selama 3 hari.
Semua indikator keberhasilan pada diagnosa hipotermia berhubungan
dengan prematuritas antara lain : suhu tubuh By.S 36,5-37ºC, akral sudah
mulai hangat, sianosi berkurang, dapat tercapai dengan melaksanakan
implementasi sesuai intervensi yang disusun sama halnya dengan diagnosa
resiko aspirasi berhubungan dengan reflek menghisap dan menelan lemah
da resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan, indikator keberhasilan antara lain : Ny. R melakukan
KMC secara rutin mendampingi By.R pada saat memberikan ASI dan
menyendawakan setelah minum dam pendidikan kesehatan resiko
pencegahan infeksi, Ny.R mencuci tangan sebelum memegang bayinya.
Indikator keberhasilan ini dapat dicapai dengan cara pendidikan kesehatan
kepada orang tua bayi denga cara mengobrol santai.
Pada evaluasi perkembangan hari ketiga perawatan diagnosa
hipotermia berhubungan prematuritas didapatkan hasil (S) Subjektif : Ny. R
mengatakan By. R bayinya menangis kuat, sudah sering melakukan kangoro
mother care sambil menyusui, tidak kedinginan. (O) Objektif : Bayi sering
dilakukan KMCdan disusui langsung oleh ibu R, bayi tampak aktif,
Temperatur 36,5-37ºC, BB 2000 Gram, Bayi, (A) Analisa: Masalah
keperawatan hipotermia teratasi, (P) Planning:Intervensi dihentikan
dilanjutkan di rumah secara mandiri oleh orang tua bayi. Pada diagnosis
resiko aspirasi berhubungan dengan reflek hisap dan reflek menelan lemah
didapatkan hasil (S) Subyektif : Orang tua bayi R memahami cara
memberikan asi pada bayinya, (O) Obyektif: reflek mencari (rooting) kuat,
reflek menghisap (sucking) kuat, reflek menelan (swallowing) kuat, Bayi
menyusu langsung dengan ibunya dan menggunakan botol, Mampu minum
5-8 cc/2 jam .(A ) Analisa: Masalah keperawatan resiko aspirasi teratasi (P)
Planning:Intervensi dihentikan dilanjutkan di rumah secara mandiri oleh
77
orang tua bayi. , pada diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan
peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan didapatkan hasil (S)
Subjektif : Ny.R mengatakan sudah paham bagaimana cara pencegahan
infeksi, (O) Objektif : RR : 49x/mnt, N 149x/mnt, Temperatur 36,5-37ºC,
BB 2000 gr, S: 36,5-36,8°c,RR: 60x/menit, nadi : 140x/mnt, SpO2 98%,
BB 1750 Gram, (A) Analisa : Masalah keperawatan resiko infeksi teratasi
(P) Planning Intervensi di hentikan dan dilanjutkan dirumah secara mandiri
oleh orang tua By. R.
B. Analisa penerapan Kangoroo Mother Care (KMC) Terhadap status
Termogulasi pada BBLR
Pada kasus ini penulis juga akan membahas tentang intervensi
keperawatan yaitu dengan Kangoroo Mother Care (KMC) dan
membandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang
dilakukan oleh Juwahir, dkk (2021) yang berjudul Penerapan Perawatan
Metode kanguru Terhadap Perubahan Suhu Tubuh dan Kenyamanan Pada
Bayi BBLR.
Berdasarkan studi kasus yang penulis lakukan terhadap pasien Bayi Ny.
R yaitu melakukan intervensi keperawatan dengan pemberian Kangoroo
Mother Care (KMC) 1 kali kurang lebih selama 1 jam dan dilakukan
intervensi selama 6 hari sesuai penelitian yang dilakukan oleh Juwahir
(2021) dengan judul Penerapan Perawatan Metode kanguru Terhadap
Perubahan Suhu Tubuh dan Kenyamanan Pada Bayi BBL dengan hasil
sebagai berikut :
1. Terdapat perubahan suhu tubuh bayi Ny. R sebelum dilakukan Kangoroo
Mother Care (KMC) dan sesudah dilakukan Kangoroo Mother Care
(KMC) yaitu dari suhu tubuh < 36,5 °C menjadi 36,5-37°C
2. Klien bayi Ny R selama intervensi tidak di rawat dalam inkubator
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Juwahir (2021) dengan judul
Penerapan Perawatan Metode kanguru Terhadap Perubahan Suhu Tubuh dan
Kenyamanan Pada Bayi BBL dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan Kangoroo Mother Care (KMC) suhu tubuh bayi 35,0-
36,4°C bayi tidak tenang dan rewel, setelah dilakukan Kangoroo Mother
78
Care (KMC) mengalami kenaikan suhu tubuh menjadi 36,5-37°C
2. berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil penerapan Kangoroo Mother
Care (KMC) sangat efektif untuk menstabilkan suhu tubuh bayi dan
memberikan kenyamanan.
kendala yang ditemukan penulis saat melakukan KMC di rumah yaitu
kesediaan ibu dalam perawatan KMC sangat susah dilakukan karena ibu
mempunyai anak 3 orang dengan anak kedua berusia 3 tahun dan di rawat
sendiri oleh ibu sehingga waktunya untuk melakukan KMC tidak optimal.
Sedangkan ayah bayi R bekerja.
KMC merupakan salah satu alternatif cara perawatan yang murah,
mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR. Dengan KMC, ibu dapat
menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan yang membuat bayi BBLR
mengalami bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini dikarenakan
pada bayi BBLR belum dapat mengatur suhu tubuhnya karena sedikitnya
lapisan lemak dibawah kulitnya. KMC dapat memberikan kehangatan agar
suhu tubuh pada bayi BBLR tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya
hipotermi karena tubuh ibu dapat memberikan kehangatan secara langsung
kepada bayinya melalui kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga
dapat berfungsi sebagai pengganti dari inkubator. KMC dapat melindungi
bayi dari infeksi, pemberian makanan yang sesuai untuk bayi (ASI), berat
badan cepat naik, memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan
perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan antara ibu dan bayi,
serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi (Perinansia, 2008)
79