Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI NY. A DENGAN


PREMATUR
DI RUANG NICU RSIA FAMILY

Disusun Oleh :
Juwita Purwanti
1903021
Menurut Word Heaith Organization (W.H.O) Per 2 detik
seorang bayi lahir dengan BBLR
Di Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar
19% dan merupakan penyebab utama kematian dan 75-
79 kematian noenatal yang tidak di sebabkan oleh
kongenital letal.
Masalah Kesehatan pada bayi prematur, membutuhkan
asuhan keperawatan, dimana pada bayi prematur
sebaiknya dirawat di rumah sakit karena masih
membutuhkan cairan-cairan dan pengobatan /serta
pemeriksaan Laboratorium.
Untuk mengatasi permasalahan pada bayi premature
dibutuhkan peran perawat baik dilihat dari aspek promotif,
preventif , kuratif dan rehabilitative

Latar Belakang
Tujuan Ruang Lingkup
 Tujuan Umum  Asuhan keperawatan
Pengalaman pada bayi Nyonya A
dengan premature di
 Tujuan Khusus Ruang NICU RSIA
 Melakukan Pengkajian
 Menganalisa data
FAMILY yang
 Membuat rencana
dilaksanakan selama 3
Keperawatan hari mulai tanggal 25
 Mengevaluasi November sampai
 mendokumentasi dengan 27 November
 Identifikasi kesenjangan 2019.
antara teori dan kasus
 Identifikasi faktor penunjang
dan penghambat
Prematur adalah umur kehamilan kurang dari
37 minggu dan berat badan kurang dari 2500
gram atau disebut bayi kurang bulan.

Definisi
 Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan
tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan
metabolisme.
 Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan,
tekanan oksigen berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan
menjadi lebih buruk karena volume paru menurun akibat
berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang
imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin
fetal (HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga
bayi dapat bertahan lama pada kondisi tekanan oksigen yang
kurang.
 Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas
norepinefrin yang menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya,
menurunkan keefektifan ventilasi paru sehingga kadar oksigen
darah berkurang

Pathway
 Bayi Ny. A, lahir di RSIA FAMILY, kehamilan 29 minggu dengan SC atas
indikasi Pre Eklamsi Berat, lahir Pukul 07.10 Wib, Jenis Kelamin Laki-
laki, BB lahir : 1390 gram, PB : 38 cm, LK : 29 cm, ketuban jernih,
Apgar score : 8/9, bayi lahir menangis kuat, 10 menit kemudian bayi
ada sianosis, menangis kurang kuat, bayi diberi oksigen dengan
Neopuff, Pepp : 5 Fi02 : 30%. Bayi segera dibawa ke ruang NICU untuk
diberi tindakan keperawatan. Tiba di ruang NICU, bayi segera
diletakkan dibawah Infant warmer, bayi dipasang monitor = Sp02 82-
90%, HR : 180x/menit, RR : 65x/menit, Sh : 36.80C, kolaborasi dengan
dokter spesialis anak, bayi langsung dipasang ventilator setting
NCPAP ; Peep : 5, Fi02 : 40%, bayi difoto thorax dengan hasil : sugestif
HMD grade II.
 Bayi terpasang infus D10 1/5 salin + 1ᶓ Kcl + 1ᶓ calcium gluconas jalan
3.2 cc/jam. Bayi terpasang OGT No.5 untuk pemberian minum ASI.
Bayi mendapat terapi injeksi Zidifee 2 x 70 mg/IV dan Aminophylin
Injeksi 2 x 3.47 mg/IV

Resume Kasus
Data Subyektif Data Obyektif

 Tidak terkaji  Retraksi dada, pernafasan


cepat (65 x/menit), nafas
cuping hidung, menangis
kurang kuat, BB bayi 1390
gram, terpasang selang
OGT, reflek isap ada lemah,
reflek menelan tidak ada,
pampers penuh dengan
urine dan faeces, bayi
tampak menangis, kulit
disekitar anus dan genetalia
tampak kemerahan.

Data Fokus
Analisa Data
Pola nafas berhubungan dengan kelemahan
otot pernafasan.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang
adekuat.
Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan kelembaban perianal.

Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Evaluasi
 Pengkajian
Pada teori dilakukan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan kadar glukosa
pemeriksaan analisa darah, tes kocok, atau shake tes. Pemeriksaan kromosom
timbang berat badan sesuai umur sedangkan pada kasus hanya dilakukan
pemeriksaan darah, pemeriksaan analisa gas darah, pemeriksaan glukosa, timbang
berat badan sesuai umur dan gestasi karena bayi saat ditimbang berat badan tidak
sesuai umur dan gestasi. Shake tes atau tes kocok tidak dilakukan karena bayi telah
mendapatkan pematangan paru, sedangkan pemeriksaan kromosom tidak dilakukan
karena tidak ada kelainan pada bayi.

 Diagnosa Keperawatan
Disini penulis tidak mengangkat diagnosa gangguan pertukaran gas alasan penulis
karena gangguan pertukaran gas tidak terjadi ditandai dengan hasil analisa gas darah
dalam batas normal.
Penulis juga tidak mengangkat diagnosa gangguan regulasi suhu tubuh dengan alasan
penulis karena suhu tabuh bayi dalam batas normal yaitu 37 0c.
Penulis tidak mengangkat diagnosa resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan
dengan alasan penulis karena intake output cairan bayi seimbang.

Pembahasan
 Intervensi
Pada penetapan tujuan ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus. Pada
teori tidak ada batasan waktu dalam mengatasi masalah, sedangkan pada kasus
penulis menetapkan batasan waktu 2 x 24 jam karena penulis diberikan kesempatan
memberikan asuhan keperawatan selama 3 hari. Perencanaan pada kasus sudah
dibuat dan disusun secara sistematis dan operasional agar memudahkan dalam
penulisan evaluasi, sedangkan pada teori tidak dibatas waktu hal ini disebabkan
karena perawat bekerja dalam tim.

 Implementasi
Pada pelaksanaan semua rencana dilakukan secara kerjasama antara penulis dengan
perawat ruangan. Semua tindakan yang dilakukan dan respon dari bayi serta orang
terdekat didokumentasikan pada catatan keperawatan.

 Evaluasi
Dari beberapa diagnosa hanya satu diagnosa yang tujuan tercapai dan masalah
teratasi. Hal ini terjadi karena kondisi klien yang masih perlu pengawasan dan
perawatan. Selain itu, karena keterbatasan waktu dalam memberikan asuhan
keperawatan pada bayi Ny. A

Pembahasan
Kesimpulan Saran
 Penulis menguraikan beberapa  Diharapkan kepada mahasiswa,
kesimpulan pada bayi dengan berat khususnya mahasiswa keperawatan
lahir, yaitu : Berat Badan Lahir agar dapat mengerti, memahami dan
Rendah (BBLR) adalah bayi dengan dapat menjelaskan tentang BBLR baik
berat lahir kurang dari 2500 gram, dari pengertian, patofisiologis,
tanpa memandang masa gestasi, etiologi, manifestasi klinis maupun
berat lahir rendah yang ditimbang pencegahan serta penerapan asuhan
dalam 1 jam setelah lahir. keperawatannya.
 Penanganan bayi dengan berat badan  Mahasiswa diharapkan lebih banyak
lahir rendah bergantung pada besar menggali kembali tentang BBLR, ilmu
kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan yang didapatkan dapat diterapkan
semakin prematur bayi, maka dalam kehidupan masyarakat.
semakin besar perawatan yang  Diharapkan kepada tim kesehatan
diperlukan, karena kemungkinan maupun mahasiswa keperawatan
terjadi serangan sianosis lebih besar. untuk lebih meningkatkan penyuluhan
Semua perawatan bayi harus kesehatan kepada masyarakat
dilakukan dalam incubator. mengenai pencegahan bayi BBLR.

Kesimpulan dan Saran


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai