Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

BAYI NY “H” DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH,NEO


PRETEREM,ASFIKSIA SEDANG,PERIODIK APNEA OF NEWBORN, DI
RSUD SLG KEDIRI

Oleh
IKE KRISTAUNI
NIM. 202106018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi


tugas praktik keperawatan oleh mahasiswa STIKES Karya Husada Kediri.

Nama : Ike kristauni


NIM : 202106018
Judul : LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN
BAYI NY “H ” DENGAN BAYI BERAT LAHIR
RENDAH DI RSUD SLG KEDIRI
Telah disetujui dan di supervise pada :
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

PRECEPTOR AKADEMIK PEMBIMBING RUANGAN

(Eko Arik Susmiatin, M.Kep., Sp.Kep J) (Widodo, S.Kep., Ns)


NIDN. 0724057601 NIP. 19770802 200901 1 003

MAHASISWA

(Ike Kristauni)
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 KONSEP BBLR


A. DEFINISI

Bayi Berat Lahir Rendah adalah keadaan ketika bayi dilahirkan memiliki
berat badannya kurang dari 2500gram. Keadaan BBLR ini akan
berdampak buruk untuk tumbuh kenbang bayi kedepannya (Kementrian
Kesehatan RI,2015).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dnegan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1jam setelah lahir.

B. ETIOLOGI

1. Factor ibu :Riwayat kelahiran premature sebelumnya,perdarahan


antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramion, penyakit jantung/
penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20tahun dan
lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi
trauma, dan lain-lain.
2. Factor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramion,
ketuban pecah dini
3. Factor lingkungan : Kebiasaan merokok, minum alcohol, dan status
ekonomi social.

C. MANIFESTASI

Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), bayi yang lahir dengan


beratbadan rendah mempunyai ciri-ciri :
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram

3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar


kepalasama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
denganatau kurang dari 30 cm.
4. Rambut lanugo masih banyak

5. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

6. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya

7. Tumit mengkilap, telapak kaki halus

8. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh


labia mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis
belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada
skrotum kurang (pada bayi laki-laki)
9. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan
pergerakannya lemah
10. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah

11. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan


otot danJaringan lemak masih kurang
12. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.

D. PATOFISIOLOGI

Tingkat kematangan fungsi system organ neonates merupakan syarat


untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar Rahim. Secara umum
bayi berat badan lahir rendah ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan/ premature dan disebabkan karena dismaturitas.
Biasanya ha ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh factor ibu, komplikasi
hamil, komplikasi janin, plasenta yang menyebabkan suplai makanan ibu
ke bayi berkurang. Factor lainnya yang menyebabkan bayi berat badan
lahir rendah yaitu factor genetic atau kromosom, infeksi, kehamilan
ganda, perokok, peminum alcohol, dan sebagainya (Mochtar,2012).
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang, bayi
premature cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus
diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai


23.000-24.000/mm3, hari pertama setela lahir (menurun bila ada
sepsis)
2. Hematokrit (ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia
atau hemoragic prenatal/perinatal).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolysis berlebih.
4. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2
hari, dan 12mg/dl pada 3-5 hari
5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga
6. Pemantauan elektrolit (Na,K,CI) : biasanya dalam batas normal
pada awalnya.
7. Pemeriksaan analisa gas darah

F. PENATALAKSANAAN

1. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Bayi premature akan cepat mengalami panas badan dan menjadi


hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan
badan relative luas. Oleh karena itu bayi premature harus dirawat
didalam incubator, sehingga panas badan nya mendekati Rahim.
Bila belum memiliki incubator bayi premature dapat dibungkus
dnegan kain dan disampingkan ditaruh botol yang berisi air panas
atau menggunakan metode kanguru yaitu perawatan bayi baru
lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.

2. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi


Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian
yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI air susu ibu
merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap.
Permulaan pemberian cairan diberikan sekitar 200cc/k/BB/hari.
Cara pemberian makanan BBLR harus diikuti tindakan
pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan
masuknya udara dalam usus.
3. Pencegahan infeksi

BBLR sangat mudah mendapatkan infeksi. Rentan terhadap


infeksi dikarenakan oleh kadar immunoglobulin serum pada
BBLR masih rendah. BBLR tidak boleh kontak dengan penderita
inseksi dalambentuk apapun.
4. Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi


preterm akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
diberikan sekitar 30%-35% dengan menggunakan head box.
Konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan.

G. KOMPLIKASI

1. Hipotermi

Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan system


pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.
Adapun ciri-ciri mengalami hipotermia adalah suhu tubuh
<320 C, mengantuk dan sukar dibangunkan, menangis sangat
lemah, seluruh tubuh dingin,pernafasan tidak teratur.
2. Hipoglikemi

Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa


oksigen keotak. Jika asupan glukosa ini kurang
mempengaruhi kecerdasan otak.
3. Gangguan imunologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena


rendahnya kadar gamma globulin. Bayi premature relative
belum sanggup membentuk

anti bodi dan daya fagositisis serta reaksi terhadap infeksi


belum baik, karena system kekebalan bayi belum matang.
4. Simdroma gangguan pernafasan

Sindroma gangguan pernafasan pada BBLR adalah


perkembangan imatur pada system pernapasan atau tidak
adekuat jumlah surfaktan pada paru-paru gangguan napas
yang sering terjadi pada BBLR (masa gestasi pendek) adlah
penyakit membrane lain, dimana angka kematianini menurun
dengan meningkatnya umur kehamilan.
5. Masalah eliminasi

Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur


pembuangan sisa metabolism dan air belum sempurna. Ginjal
yang imatus baik secara anatomis dan fungsinya.
6. Gangguan pencernaan

Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna


sehingga penyerapan makanan dengan lemah atau kurang
baik. Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna
sehingga waktu pengosongan lambung bertambah.
1.2 KONSEP ASFIKSIA
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta sering berakhir dengan
asidosis (Marwyah, 2016). Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan
melanjutkan pernapasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir
atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia
(asfiksia primer) atau mungkin dapat bernapas tetapi kemudian mengalami
asfiksia beberapa saat setelah lahir (asfiksia sekunder) (Fauziah dan Sudarti,
2014).
Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya
hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis.(Fauziah dan Sudarti , 2014).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang
mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor
perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.
1.2.1 ETIOLOGI
Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O₂ dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir.
Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi (Marwyah 2016) :
1. Faktor ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus,
hipotensi mendadak karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia,
penyakit jantung dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa,
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
3. Faktor janin dan neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi
tali pusat antara janin dan jalan lahir, gamelli, IUGR, kelainan
kongenital daan lain-lain.
4. Faktor persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain
1.2.2Komplikasi
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak di tangani
dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain: perdarahan
otak, anuragia, dan onoksia, hyperbilirubinemia, kejang sampai koma.
Komplikasi tersebut akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan bahkan
kematian pada bayi (Surasmi, 2013)
1.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Identitas : usia ibu saat hamil, usia kehamilan, kehamilan dengan


penyakit penyerta
b. Riwayat kesehatan

- Riwayat kesehatan sekarang : berat badan bayi kurang dari2500


gram, rambut tipis clan hams, penampilan rapuh, kulit merah
sampai merah muda dengan vena dapat dilihat, rambut tipis dan
halus, lanugo pada punggung dan wajah, sedikit atau tidak ada
bukti lemak subkutan, kepala lebih besar dari tubuh, kartilago
telinga berkembang buruk, sedikit keriput hams pada telapak
tangan dan kaki. Pada wanita klitoris menonjol, pada lak-laki
skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan testis tidak turun.
- Riwayat kesehatan dahulu : pada ibu didapatkan kekurangan
nutrisi, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alcohol atau narkoba
karena adanya penyakit kronis atau akut, dan ataugangguan proses
persalinan.
- Riwayat kesehatan keluarga : kemungkinan tidak banyak
ditemukan penyakit keturunan dan keluarga yang membahayakan.
c. Pemeriksaan fisik

- Keadaan umum : pada umumnya pasien dnegan BBLR dalam


keadaan lemah, bayi terlihat kecil, pergerakan masih kurang dan
lemah, BB<2500 gram dan tangisan masih lemah
- Nadi : 180x/mnt, kemudian menurun sampai 120-140x/mnt.

- RR : 80x/mnt kemudian menurun sampai 40x/mnt

- Suhu kurang dari 36,50C

d. Pemeriksaan fisik headto toe


- Kepala : biasanya pada BBLR kepala lebih besar dari badan,
kulit tipis, ubun-ubun besar dan kecil belum menutup, lingkar
kepala <33
- Mata : mata simetris, pupil isokor, terdapat banyak lanugo pada
area pelipis, konjungtiva anemis
- Hidung : terdapat pernapasan cuping hidung akibat gangguan
pola napas, terpasang oksigen 1-2liter/mnt, tulang masih lunak
karena tulang rawan belum sempurna.
- Mulut : pucat, sianosis, mukosa bibir kering, terpasang selang
OGT
- Telinga : terdapat banyak lanugo, daun telinga imatur, daun telinga
lunak
- Wajah : warna kulit merah karena hipertermia, bentuk simetris,
lanugo banyak, kriput seperti orang tua

- Leher : mudah terjadi gangguan pernapasan akibat dari inadekuat


jumlah surfaktan, jika hal ini terjadi biasanya didapatkan retraksi
suprasternal.
- Paru-paru : pernapasan tidak teratur, otot bantu napas, lingkar
dada<30 cm, retraksi dada ringan, dinding dada elastis, terdapat
suara sonor, jika bayi mengalami gangguan pernapasan biasanya
bayi mendengkur, jika terjadi apirasi meconium maka terdapat
suara ronchi.
- Jantung : biasanya ictus cordis Nampak ics mid klavikula, ictus
cordis teraba ics mid klavikula sinistra, area jantung redup, normal
nya heat rate 120-160x/mnt
- Abdomen : biasanya tidak terjadi distensi abdomen, kulit paruttipis,
pembuluh darah terlihat
- Punggung : simetris, terdapat lanugo

- Genetalia : labia minora belum tertutup oleh labia mayora,


klitoris menonjol
- Eksremitas : kadang terjadi odema, pergerakan
ototterlihat lemah, terdapat lanugo pada lengan, akral teraba
dingin
- Anus : anus bisa berlubang atau tidak

e. Neurology atau reflek

- Reflek morrow adalah timbul oleh rangsangan


mendadak/mengejutkan. Bayi akan mengembangkan tangannya
kesamping dan melebarkan jari-jari kemudian tangannya ditarik
kembali dengan cepat. Reflek ini akan mereda 1- 2minggu dan
hilang setelah 6bulan
- Reflek roating : kepala bayi akan berpaling memutar kearah asupan
dan mencari putting susu dengan bibirnya.
- Reflek sucking (menghisap) :timbul pada daerah mulut atau
pipi bayi dengan putting/jari tangan. Bibir bayi akan maju kedepan
dan lidah melingkar kedalan untuk menyedot.

- Reflek menggenggam : meletakan jari kita pada telapak tangan


bayi. Jari jari bayi akan melingkar kedalam seolah memegangi
suatu benda.
- Tonic neck reflek : mempertahan kan posisi kepala/leher

- Swallowing reflek : reflek gerakan menelan benda-benda yang


didekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukan makanan
ada secara permainan tapi berubah sesuai pengalaman.

2. Diagnosis keperawatan
a. Deficit nutrisi
b. Pola napas tidak efektif
c. Hipotermia
d. Menyusui tidak efektif
3. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa SLKI SIKI
1. Difisit nutrisi Setelah dilakukan perawatan
diharapkan status nutrisi Manajemen Nutrisi (I.
membaik, dengan kriteria 03119)
hasil :
1. Porsi makanan yang Observasi
dihabiskan meningkat
2. Berat badan membaik
1. Identifikasi status
3. Indeks masa tubuh nutrisi
membaik 2. Identifikasi alergi
dan intoleransi
makanan
3. Identifikasi
makanan yang
disukai
4. Identifikasi
kebutuhan kalori
dan jenis
nutrient
5. Identifikasi
perlunya
penggunaan
selang
nasogastrik
6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat
badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik

1. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika
perlu
2. Fasilitasi
menentukan
pedoman
diet (mis.
Piramida
makanan)
3. Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makan
tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
7. Hentikan
pemberian makan
melalui
selang nasogastrik
jika asupan oral
dapat
ditoleransi

Edukasi

1. Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu Kolaborasi
2. dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan,
jika perlu

2. Pola nafas tidak Setelah di lakukan perawatan MENEJEMEN JALAN


efektif diharapkan pola napas NAPAS (I. 01011)
membaik, dengan kriteria
hasil: Observasi

1. dispnea menurun
2. penggunaan otot
bantu napas menurun 1. Monitor pola
3. frekuensi napas napas (frekuensi,
membaik kedalaman, usaha
4. kedalaman napas napas)
membaik 2. Monitor bunyi
napas tambahan
(mis. Gurgling,
mengi, weezing,
ronkhi kering)
3. Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)

Terapeutik

1. Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan
head-tilt dan chin-
lift (jaw-thrust
jika curiga trauma
cervical)
2. Posisikan semi-
Fowler atau
Fowler
3. Berikan minum
hangat
4. Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
5. Lakukan
penghisapan
lendir kurang dari
15 detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
7. Penghisapan
endotrakeal
8. Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsepMcGill
9. Berikan
oksigen, jika
perlu

Edukasi

1. Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
2. Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

3. Hipotermia Setela dilakukan perawatan Managemen hipotermia


diharapkan termogulasi
membaik, dengan kriteria Observasi
hasil: 1. Monitor suhu
tubuh
1. Menggigil menurun 2. Identifikasi
2. Suhu tubuh membaik penyebab
3. Suhu kulit membaik hipotermia
4. 3. Monitor tanda
dan gejala akibat
hipotermia

Terapeutik
1. Sediakan
lingkungan yang
hangat
2. Lakukan
penghangatan
pasif
3. Lakukan
penghangatan
aktif eksternal

Edukasi
1. Anjurkan makan
dan minum
hangat
4. Menyusui tidk Setela dilakukan perawatan Edukasi menyusui
efektif diharapkan termogulasi Observasi
membaik, dengan kriteria 1. identifikasi kesiapan
hasil: dan kemamouan menerima
informasi
1. Perlekatan bayi pada 2. identifikasi tujuan atau
payudara ibu meningkat keingian menyusui
2. Kemampuan ibu
memposisikan bayi Teraputik
dengan benar 1. dukung ibu
meningkat meningkatkan kepercayaan
3. Berat badan bayi diri dalam menyusui
meningkat 2. libatkan system
pendukung
4. Kepercayaan diri ibu
meningkat Edukasi
5. Hisapan bayi meningkat 1. berika konseling
menyusui
2. jelaskan menfaat
menyusui
3. ajarkan perawatan
panudara post partum

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan perencana asuhan keperawatan
yang dikembangkan selama tahap perencanaan. Implementasi
mencangkup penyelesaian tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnyadan menilai pencapaian atau kemajuan
dari kriteria hasil pada diagnosa keperawatan (Siregar, dkk, 2021).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat, 2021).
DAFTAR PUSTAKA
- Faktor resiko kejadian berat badan lahir rendah (BBLR), kemenkes (2015)
- Sulistyorini, 2010. BBLR(berat badan lahir rendah) oleh prameswari 2021
- SDKI, SLKI, SIKI

Anda mungkin juga menyukai