Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NY.

G
DENGAN DIAGNOSA INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
DI RS CINTA KASIH CIPUTAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners


Stase Keperawatan Gerontik
Dosen pembimbing : Ns. Suheti, M.Kep

DISUSUN OLEH
DESYANA
202207060

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ICHSAN SATYA BINTARO
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat
berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam
keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau
mikoroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria
maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata
wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria (Sudoyo Aru, dkk
2019).
Menurut World Health Organization (WHO) Infeksi saluran kemih
(ISK) adalah penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh sesudah
infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per
tahun. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita dari pada laki-
laki. Indonesia merupakan negara berpenduduk ke empat terbesar dunia
setelah Cina, India dan Amerika Serikat (WHO,2013). Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia jumlah penderita ISK di
Indonesia masih cukup banyak, mencapai 90-100 kasus per 100.000
penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun
(Kemenkes, 2016). Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring
dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka
prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira
mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Dan untuk menyatakan
adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin, bacteriuria yang
disertai dengan gejala saluran kemih disebut bacteriuria simptomatis.
Sedangkan yang tanpa gejala disebut bacteriuria asimptomatis.
Infeksi saluran kemi merupakan salah satu jenis infeksi nosocomial
yang angka kejadiannya paling tinggi di Indonesi yaitu sekitar 39-60%.
Pengobatan infeksi saluran kemih sebagian besar mengunakan antibiotic.
Antibiotic merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan terkait
banyaknya kejadian infeksi bakteri. Di negara berkembang 30 – 80%
penderita yang dirawat di rumah sakit mendapat terapi antibiotic, 20 –
65% penggunaannya dianggap tidak tepat. Pengguanaan yang tidak tepat
dapat menimbulkan masalah resistensi dan efek obat yang tidak
dikehendaki (Lestari, et all, 2021). Berdasarkan rekam medik RS Cinta
Kasih Ciputat menunjukkan jumlah pasien dengan ISK rawat inap pada
tahun 2021 – 2022 mencapai 47 kasus.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
studi kasus mengenai infeksi sauran kemih (ISK) pada lansia dalam judul
“Asuhan Keperawatan Gerontik Ny. G dengan Diagnosa Infeksi Saluran
Kemih (ISK) di RS Cinta Kasih Ciputat”.

B Tujuan
1 Tujuan Umum
Memberi gambaran asuhan keperawatan gerontik kepada Ny. G
dengan infeksi saluran kemih secara langsung mengenai aspek
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Dengan pendekatan proses
keperawatan secara sistematis dan berkesinambungan.
2 Tujuan Khusus
a Penulis mampu memberi gambaran mengenai pengkajian
keperawatan kepada Ny. G dengan ISK
b Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan Ny. G
dengan ISK
c Penulis mampu menyusun rencana keperawatan Ny. G dengan
ISK
d Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan Ny. G dengan
ISK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A KONSEP DASAR LANSIA


1 Definisi Lansia
Menurut WHO (World Health Organization,2015 dalam Christian
Wiga Britani, 2017). Mengatakan lansia merupakan kelompok umur
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya
yang di mulai pada usia 60 tahun keatas.
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan
penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes
mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012).
2 Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74tahun
c. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90tahun
d. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90tahun
3 Klasifikasi Lansia
Menurut Word Healty Organisation (WHO) dalam (Anggreini 2015),
usia lanjut meliputi :
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun
ke atas dengan masalah kesehatan
4 Teori Menua
Teori-Teori Menua Berdasarkan (Fatmah, 2010), (Aspiani, 2014), dan
(Eliopoulus, 2010) :
a. Teori Penuaan ditinjau dari sudut biologis
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan sel dalam tubuh
lansia dikaitkan pada proses penuaan tubuh lansia dari sudut
pandang biologis.
1) Teori Genetik
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutative theory) Teori
ini menerangkan bahwa di dalam tubuh setiap manusia
terdapat jam biologis yang dapat mengatur gen dan dapat
menentukan proses penuaan. Pada setiap spesies manusia
memiliki inti sel yang berisi jam biologis atau jam genetik
tersendiri. Dimana pada setiap spesies memiliki batas usia
yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh replikasi dari
setiap sel dalam tubuh manusia. Apabila replikasi sel
tersebut berhenti maka hal tersebut dapat dikatakan
sebagai kematian.

b) Teori mutasi somatik (error catastrope) Penjelasan dari


teori ini adalah menua diakibatkan oleh kerusakan,
penurunan fungsi sel dan percepatan kematian sel yang
disebabkan oleh kesalahan urutan susunan asam amino.
Kerusakan selama masa transkripsi dan translasi dapat
mempengaruhi sifat enzim dalam melakukan sintesis
protein. Kerusakan ini pula menjadi penyebab timbulnya
metabolit yang berbahaya sehingga dapat mengurangi
penurunan fungsi sel.
2) Teori Non Genetik
a) Teori penurunan sistem imun (Auto-Immune Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa penuaan terjadi akibat
adanya penurunan fungsi dan struktur dari sistem
kekebalan tubuh pada manusia. Seiring bertambahnya
usia, hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar timus sebagai
pengontrol sistem kekebalan tubuh pada manusia
mengalami penurunan maka terjadilah proses penuaan.
Dan pada saat yang bersamaan pula terjadi kelainan
autoimun.
b) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)
Teori ini menyebutkan bahwa radikal bebas terbentuk di
alam bebas dan di dalam tubuh manusia akibat adanya
proses metabolisme di dalam mitokondria. Radikal bebas
merupakan sebuah molekul yang tidak berpasangan
sehingga dapat mengikat molekul lain yang akan menjadi
penyebab kerusakan fungsi sel dan perubahan dalam
tubuh. Ketika radikal bebas terbentuk dengan tidak stabil,
akan terjadi oksidasi terhadap oksigen dan bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein sehingga sel-sel
dalam tubuh sulit untuk beregenerasi. Radikal bebas
banyak terdapat pada zat pengawet makanan, asap rokok,
asap kendaraan bermotor, radiasi, serta sinar ultra violet
yang menjadi penyebab penurunan kolagen pada lansia
dan perubahan pigmen pada proses menua.
c) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory)
Teori rantai silang menerangkan bahwa proses penuaan
diakibatkan oleh lemak, protein, asam nukleat (molekul
kolagen) dan karbohidrat yang bereaksi dengan zat kimia
maupun radiasi yang dapat mengubah fungsi jaringan
dalam tubuh. Perubahan tersebut akan menjadi penyebab
perubahan pada membran plasma yang mengakibatkan
terjadinya jaringan yang kaku dan kurang elastis serta
hilagnya fungsi. Proses hilangnya elastisitas ini seringkali
dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen protein di dalam jaringan.
Terdapat beberapa contoh perubahan seperti banyaknya
kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal seiring
bertambahnya usia. Contoh ini dapat dikaitkan dengan
perubahan pada pembuluh darah yang cenderung
menyempit dan cenderung kehilangan elastisitasnya
sehingga pemompaan darah dari jantung menuju keseluruh
tubuh menjadi berkurang dan pada permukaan kulit yang
kehilangnya elastisitasya dan cenderung berkerut, juga
terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem
muskuloskeletal.
d) Teori Fisiologik
Teori ini mengambil contoh dari teori adaptasi stres (stress
adaptation theory). Dimana proses menua merupakan
akibat dari adaptasi terhadap stres dan stres ini bisa berasal
dari internal maupun eksternal tubuh yang dapat
memengaruhi peningkatan kasus penyakit degeneratif
pada manusia lanjut usia (manula).
e) Teori “imunologi slow virus” (immunology slow virus
theory)
Teori ini menyatakan bahwa ketika manusia berada pada
proses menua maka saat itulah tubuh manusia tidak dapat
membedakan sel normal dan sel yang tidak normal,
akibatnya antibodi bekerja untuk menyerang keduanya.
Sistem imun pun mengalami gangguan dan penurunan
kemampuan dalam mengenali dirinya sendiri (self
recognition) akibat perubahan protein pascatranslasi atau
mutasi.
3) Teori Sosiologis
Teori perubahan sosial menjelaskan tentang lansia yang
mengalami penurunan dan penarikan diri terhadap sosialisasi
dan partisipasi ke dalam masyarakat.
a) Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan keaktifan lansia dalam melakukan
berbagai jenis kegiatan yang merupakan indikator
suksesnya lansia. Lansia yang aktif, banyak bersosialisasi
di masyarakat serta lansia yang selalu mengikuti kegiatan
sosial merupakan poin dari indikator kesuksesan lansia.
Lansia yang ketika masa mudanya merupakan tipe yang
aktif, maka di masa tuanya lansia akan tetap memelihara
keaktifannya seperti peran lansia dalam keluarga maupun
masyarakat di berbagai kegiatan sosial keagamaan.
Apabila lansia tidak aktif dalam melakukan kegiatan dan
perannya di masyarakat maupun di keluarga, maka
sebaiknya lansia mengikuti kegiatan lain atau organisasi
yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
b) Teori Kontinuitas
Teori ini menekankan bahwa perubahan ini dipengaruhi
oleh jenis kepribadian lansia tersebut. Dalam teori ini
lansia akan tetap memelihara identitas dan kekuatan
egonya karena tipe kepribadiannya yang aktif dalam
bersosialisasi.
2) Teori Psikososial
Teori ini menerangkan bahwa semakin menua tingkat usia
seseorang maka semakin sering pula seseorang
memperhatikan kehidupannya daripada isu yang terjadi di
lingkungan sekitar.

5 Perubahan Pada Lansia


Menua adalah proses yang mengakibatkan suatu perubahan
bersifat kumulatif, dan suatu proses penurunan daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir
dengan kematian. (Kemntrian Kesehatan RI, 2014).
Menurut Atthurita Choiru Ummah (2016). Perubahan-perubahan
yang terjadi akibat proses penuaan adalah sebagai berikut:
a Perubahan Fisik
Perubahan fisik umum dialami lansia, misalnya perubahan
sistem imun yang cenderung menurun, perubahan sistem
integumen yang menyebabkan kulit mudah rusak, perubahan
elastisitas arteri pada sistem kardiovaskular yang dapat
memperberat kerja jantung, penurunan kemampuan metabolisme
oleh hati dan ginjal, serta penurunan kemampuan penglihatan
dan pendengaran.
Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan
tersebut akan menyebabkan berbagai gangguan secara fisik yang
ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk beraktivitas atau
melakukan kegiatan yang tergolong berat sehingga
mempengaruhi kesehatan serta akan berdampak pada kualitas
hidup lansia.
b Perubahan Mental
Perubahan dalam bidang mental atau psikis pada lanjut usia
dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, serta
bertambah pelit atau tamak jika memiliki sesuatu. Hampir setiap
lansia memiliki keinginan berumur panjang dengan menghemat
tenaga yang dimiliknya, mengharapkan tetap diberikan peranan
dalam masyarakat, ingin tetap berwibawa dengan
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin meninggal secara
terhormat
c Perubahan Psikososial
Kesepian terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan
kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran. Nilai
pada seseorang yang sering diukur melalui produktivitas dan
identitasnya dengan peranan orang tersebut dalam pekerjaan.
Ketika seseorang sudah pensiun, maka yang dirasakan
adalah pendapatan berkurang, kehilangan status jabatan,
kehilangan relasi dan kehilangan kegiatan, sehingg dapat timbul
rasa kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial serta
perubahan cara hidup.
d Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin
matangnya kehidupan keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan
terintegrasi dalam kehidupan yang terlihat dalam pola berfikir dan
bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang akan
membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif
dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan
keberadaannya dalam kehidupan.

6 Penyakit yang sering dideriita Lansia


Dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat hubungannya
dengan proses menua, yakni :
a Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh
darah, gangguan pembuluh darah diotak (coroner), dan ginjal.
b Gangguan metabolism hormonal, seperti : diabetes mellitus,
klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.
c Gangguan pada persendian, seperti : osteoarthritis, gout arthritis,
ataupun penyakit kolagen lainnya.
d Berbagai macam neoplasma.
B KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
1 Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat
berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang
dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau
mikoroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria
maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria (Sudoyo
Aru, dkk 2019).
Jenis Infeksi Saluran Kemih antara lain ;
a Kandung Kemih (Sistitis)
b Uretra (Uretritis)
c Prostat (Prostatitis)
d Ginjal (Pielonefritis)

Klasfikasi menurut letaknya :

a ISK Bawah
1) Perempuan ( sistitis : presentasi klinis infeksi kandung
kemih disertai bacteriuria bermakna).
2) Sindrom Uretra Akut (SUA) : presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikoorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis
3) Laki-laki (sistitis, prostatitis, epidimidis dan urethritis)
b ISK Atas
1) Pielonefritis Akut (PNA) : proses infeksi prenkim ginjal
yang disebabkan infeksi bakteri.
2) Pieolonefritis Kronis (PNK) : kemungkinan akibat lanjut
dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi dari masa
kecil.
Infeksi saluran kemih pada usia lanjut, dibedakan menjadi :
a ISK uncomplicated (simple) merupakan ISK sederhana yang
terjdi pada penderita dengan saluran kencing yan tak baik,
anatomic maupun fugsional normal. ISK ini pada usia lajut
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai
mukosa superfisial kandung kemih.
b ISK complicated, sering menimbulkan banyak masalah karena
sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman sering
resisten terhadap beberapa macam antibiotic, sering terjadi
bakterimia, sepsis dan syok. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-
keadaan sebagai berikut :
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflek
vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia,
kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
2) Kelainan faal ginjal : GGA maupun GGK
3) Gangguan daya tahan tubuh
4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti
prostesus spp yang memprosuksi ureses.

2 Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti : usia, gender, prevalensi
bacteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal. Berikut menurut jenis
mikroorganisme dan usia :
a Jenis – jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara
lain :
1) Escherecia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated
(simple)
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK
complicated
3) Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, enterococci dan
lain – lain.
b Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut antara lain :
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang ekfektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya ambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

3 Manifestasi Klinis
a Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski
sudah dicoba untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang
keluar.
b Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa
berwarna puti, coklat atau kemerahan dan baunya sangat
menyengat.
c Warna air seni kental/pekat seperti air the, kadang kemerahan bila
ada darah
d Nyeri pada pinggang
e Demam atau menggigil yang dapat menandakan infeksi tela
mencapai ginjal (diiringin rasa nyeri disisi bawah belakang rusuk,
mual atau muntah).
f Peradangan kronis pada kandung kemi yang belanjut atau tidak
sembuh – sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker
kandung kemih.

4 Pemeriksaan Penunjang
a Analisis urin rutin, mikroskop urin segar tanpa puter, kultur urin,
serta jumlah kuman/ml urin
b Investigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis :
1) Ultrasonogram (USG)
2) Radiografi : foto polos perut, pieografi IV, micturating
cystogram
3) Isotope scanning

5 Penatalaksanaan
a Nonfarmakologi
1) Istirahat
2) Diet perbanyak minum vitamin A dan C untuk
mempertahankan epitel saluran kemih

b Farmakologi
1) Antibiotic sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat
diberikan antibiotic antara lain : cefotaxime, ceftriaxone,
kotrimoxazoel, trimethoprim, fluoroquinolone, amoxisilin,
doksisiklin, aminoglikosid
2) Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem
atau kombinasi penisilin dengan aminoglikosid

6 Masalah Keperawatan
a Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai
dengan mual, muntah.
b Hyperthermia b.d peningkatan laju metabolism dan proses
penyakit.
c Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan
struktur traktus urinarius lain.
d Retensi urine b.d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada
kandung kemih.
e Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi mekanik pada kandung
kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
f Resiko infeksi b.d port entry kuman.
g Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber informasi tentang
kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
7 Discharge Planning
a Perbanyak minum air putih (8-10 gelas/hari).
b Mengkonsumsi vitamin C secara teratur karena dapat mengurangi
jumlah bakteri dalam urin.
c Hindari konsumsi minuman beralkohol, makanan yang berempah,
dan kopi karena semua makanan ini dapat mengiritasi kandung
kemih.
d Berikan kompres hangat dengan bantal elektrik khusus atau botol
berisi air panas pada bagan abdomen untuk mengurangi rasa
tegang pada kandung kemih.
e Segera buang air kecil jika keinginan itu timbul.
f Cucilah alat kelamin sebelum dan sesudah hubungan kelamin.
g Jalani hidup bersih dengan mencuci bagian anus dan genitalia
sekurang-kurangnya sekali sehari.
h Jika memakai kateter lakukan pergantian atau cek ke Dokter
dengan teratur.
i Untuk wanita :
1) Kenali factor penyebab/gejala-gejala yang menimbulkan
ISK.
2) Basuh bagian kemaluan dari arah depan kebelakang (anus)
agar bakteri tidak bermigrasi dari anus kevagina atau uretra.
3) Cuci setelah melakukan senggama diikuti dengan terapi
antimikroba takaran tunggal (missal trimetroprim 200 mg).
4) Jika hamil segera periksakan kedokter untuk mendapatkan
perawatan sesegera mungkin.
5) Ganti pembalut atau tampon.
6) Hindari pemakaian celana ketat.
7) Hindari penggunaan parfum, deodorant, atau produk
kebersihan wanita lainnya pada bagian kelamin karena
dapat berpotensi mengiritasi uretra.

8 Patofisiologi

Gambar 2.1 : Pathway Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Sumber : (Amin Hardi, 2015).
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Nama lengkap : Ny. G
Tempat/tgl lahir : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa - Indonesia
Pendidikan terakhir : SMP
Diagnose medis (bila ada) : Infeksi Saluran Kemih
Alamat : Pamulang
2. Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi :
Nama : Iis
Alamat : Ciputat
No. telepon :
Hubungan dengan klien : Anak Kandung
3. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
Pekerjaan saat ini : tidak ada
Pekerjaan sebelumnya : Ibu Rumah Tangga
Sumber pendapatan : dari anaknya
Kecukupan pendapatan : cukup 
4. Aktivitas rekreasi
Hobi : tidak ada
Berpergian/wisata : tidak ada
Keanggotaan organisasi : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

5. Riwayat keluarga
a. Saudara kandung
Nama Keadaan saat ini keterangan
Intan Sehat Anak Kandung
Bambang Sehat Anak Kandung
Mirna Sehat Anak Kandung
Yuli Sehat Anak Kandung
Iis Sehat Anak Kandung

b. Riwayat kematian dalam keluarga ( 1 tahun terakhir ) : tidak ada


B. Pola kebiasaan setiap hari
1. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3 x sehari
b. Nafsu makan : baik
c. Jenis makanan : nasi, sayur , buah
d. Kebiasaan sebelum Makan : Berdoa
e. Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
f. Alergi terhadap makanan : Tidak ada
g. Pantangan makanan : Tidak ada
Keluhan yang berhubungan dengan makan : Tidak ada
2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi   dan waktu : Siang > 3x dan malam ± 5x
2) Kebiasaan BAK pada malam hari : sering BAK ± 5x
3) Keluhan yang berhubungan dengan BAK : sering BAK tapi sedikit
dan terasa nyeri ketika BAK, warna air seni kuning keruh, ketika
BAK seperti tidak tuntas.

b. BAB
1) Frekuensi dan waktu : 1x /hari
2) Konsistensi : lembek
3) Keluhan yang berhubungan dengan BAB : klien masih dapat
mengontrol BAB
4) Pengalaman memakai Laxantif/pencahar : tidak ada
3. Personal hygiene
a. Mandi
1) Frekuesi dan waktu mandi : 2 x di pagi & sore
hari
2) Pemakaian sabun ( ya/tidak ) : ya
b. Oral hygiene
1) Frekuensi dan gosok gigi :2x
2) Menggunakan pasta gigi : ya
c. Cuci rambut
1) Frekuensi : 2 x seminggu
2) Penggunaan shampoo ( ya/tidak ) : ya
d. Kuku dan tangan
1) Frekuensi gunting kuku : 1 x seminggu
2) Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : tidak
4. Istirahat dan tidur
a. Lama tidur malam : 3-4 jam
b. Tidur siang : 1 jam
c. Keluhan yang berhubungan dengan tidur : sering terbangun dimalam
hari sebab ingin BAK
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
a. Olaraga : tidak pernah
b. Nonton TV : kadang-kadang
c. Berkebun/memasak : setiap hari
d. Lain-lain : tidak ada

6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan ( jenis/frekuensi/jumlah/lama


pakai )
a. Merokok ( ya/tidak ) : tidak
b. Minuman keras ( ya/tidak ) : tidak
c. Ketergantungan terhadap Obat ( ya/tidak ) : tidak
7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari
Jenis kegiatan Lama waktu untuk setiap kegiatan
1 Ibadah 1 15 menit
2 Memasak 2 1 – 2 jam
3 Mandi 3 30 menit
4 Sarapan pagi 4 30 menit
5 Menonton TV 5 3 - 4 jam
6 Makan Siang 6 30 menit
7 Tidur Siang 7 1 jam
8 Berbincang dengan suami / 8 1- 2 jam
tetangga 9 3 – 4 jam
9 Tidur malam

C. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Klien mengalami sering
BAK tapi sedikit dan merasa tidak tuntas ,nyeri dan tampak meringis
serta memegang perut bagian bawa setiap kali BAK. Klien tampak
bingung mengapa dirina mengalami sakit tersebut.
b. Gejala yang dirasakan : nyeri setiap kali BAK
c. Factor pencetus : sering menahan BAK
d. Timbul keluhan : () mandadak    () bartahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan : kurang lebih 1 bulan
f. Upaya mengatasi :
1) Pergi ke RS/klinik pengobatan : tidak
2) Pergi kebidan atau perawat : tidak
3) Mengonsumsi obat-obatan sendiri : tidak
4) Mengonsumsi obat-obatan tradisional: tidak
5) Lain-lain : tidak ada
2. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita                                    : Hipertensi
b. Riwayat alergi (obat, debu, makanan, dan lain-lain) : tidak ada
c. Riwayat kecelakaan               : tidak ada
d. Riwayat dirawat di RS           : tidak ada
e. Riwatyat pemakaian Obat      : ada, Amlodipin 10 mg
3. Pengkajian/pemeriksaan fisik ( observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi,
Dan palpasi )
a. Keadaan umum ( TTV )          :
ND : 90 x/mnt
TD : 130/70 mmhg
RR :  20 x/ mnt
S : 36,8°C
b. Kesadaran umum : Compos mentis
c. Penampilan umum : baik
d. Klien tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit, meringis
e. BB/TB : 70 kg/158 cm
f. Rambut
Inspeksi : bersih
Palpasi : tidak ada ketombe
Jenis rambut : ikal
Warna rambut : hitam - putih
Kebersihan rambut/kulit kepala : bersih
g. Mata
Fungsi penglihatan : baik Sclera : tidak ikterik
Ukuran pupil : Isokor
Konjuntiva : tidak anemis
Oedema palpebra: -/-
Replek cahaya : (+)/(+)

h. Telinga
Fungsi pendengara : Baik
Kebersihan : Bersih Daun telinga :   simetris      
Mastoid : tidak ada Secret : tidak ada
Warna secret : tidak
i. Mulut,gigi,dan bibir
Membrane mukosa : lembab Kebersihan mulut : bersih
Keadaan gigi : tidak ada caries Tanda radang (bibir, gusi,
lidah) : tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada
j. Dada
Inspeksi : simetris, bentuk normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
k. Abdomen
Insfeksi : simetris
Auskultasi : Bising usus 16 x / mnt
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
l. Kulit
Warna kulit (sianosi,ikterus, pucat, eritema, dll) : putih
Kelembapan : lembab
Turgor kulit : baik
Ada atau tidaknya edema : tidak ada
m. Ektermitas atas : bisa digerakkan
n. Ektermitas bawah             : bisa digerakkan

4. Pengkajian Nyeri
P : Nyeri saat BAK
Q : Rasanya panas perih
R : perut bagian bawah
S :3
T : terus menerus setiap kali BAK

5. Hasil Laboratorium
D. Hasil Pengkajian Khusus
1. Masalah kesehatan kronis : Infeksi saluran kemih
2. Fungsi kognitif : Tidak ada kerusakan kognitif
Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
No Item pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ? 
Jawab : 9
2 Hari apa sekarang ? 
Jawab : selasa
3 Apa nama tempat ini? 
Jawab : Rumah Sakit
4 Dimana alamat anda? 
Jawab : Ciputat
5 Berapa umur anda ? 
Jawab : 64
6 Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir) 
Jawab : 16 Desember 1958
7 siapa presiden RI sekarang? 
Jawab : Jokowi
8 Siapa presiden RI sebelumnya ? 
Jawab : lupa
9 siapa nama ibu anda ? 
Jawab : Maimunah
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap 
angka baru, semua secara menurun
Jawab : 17, 14, 11, 9, 6
Analisis hasil :
Score benar 8-10 : tidak ada gangguan
Score benar 0-7 : ada gangguan
Hasil score = 8, kesimpulan tidak ada gangguan

MMSE (Mini Mental Status Exame) untuk mengidentifikasi aspek kognitif


dari fungsi mental :Orientasi, Registrasi, Perhatian dan Kalkulasi,
Mengingat kembali dan Bahasa

No Aspek Nilai Nilai klien Kriteria


kognitif maks
Orientasi 4 Menyebutkan dengan benar :
a. Tahun: 2023
b. Musim : tidak tahu
5
c. Bulan : Mei
d. Tanggal : 9
e. Hari : selasa
1.
Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada :
a. Negara : indonesia
b. Propinsi : banten
5
c. Kota : Tangerang
d. Bangunan (panti) :RS
e. Lantai bangunan (kamar) : 119
Registrasi 3 Sebutkan nama 3 objek (oleh pemeriksa) 1 detik
untuk mengatakan masing-masing objek,
kemudian tanyakan kembali kepada klien ketiga
2. 3 objek tadi ( untuk disebutkan)
a. Objek : kertas √
b. Objek : kursi √
c. Objek : tv √
3. Perhatian dan 5 0 Minta klien untuk memulai dari angka 100
kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat
a. 93 ×
b. 86
No Aspek Nilai Nilai klien Kriteria
kognitif maks
c. 79
d. 72
e. 65

4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek pada


kembali no. 2 (registrasi) tadi, bila benar 1 point untuk
masing-masing objek
2 2 Tunjukan pada klien suatu benda dan tanyakan
namanya pada klien :
a Misalnya : selimut
b Misalnya : handphone
0 Minta klien untuk mengulangi kata berikut :
1 “Tak ada jika, dan, atau, tetapi “
Bila benar nilai 1 point
5. Bahasa 3 Dengarkan kemudian lakukan :
1. Ambil kertas ini oleh tangan anda
3
2. Lipat menjadi dua
3. Dan dijatuhkan di lantai
0 Baca tulisan di bawah ini dan lakukan tanpa
1
mengatakannya
1 1 Tulis sebuah kalimat
1 1 Gambarlah desain ini
Interpretasi hasil :
Skor Benar 22 - 30 : tak ada kerusakan kognitif
Skor Benar 0 – 21 : indikasi Kerusakan kognitif
Hasil score = 22, kesimpulan indikasi tidak ada kerusakan kognitif
3. Status fungsional : Ketergantungan Sebagian
Modifikasi indeks kemandirian katz indeks
Mandiri Tergantung
No Aktivitas
(1) (0)
1 Mandi di kamar mandi (menggosok, membersihkan dan √
mengeringkan badan)
2 Menyiapkan pakaian, membuka dan mengenakannya √
3 Memakan makanan yang telah disiapkan √
4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri √
(menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi,
mencukur kumis)
5 BAB di WC (membersihkan dan mengeringkan daerah √
bokong)
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses √
7 BAK di kamar mandi (membersihkan dan mengeringkan √
daerah kemaluan)
Mandiri Tergantung
No Aktivitas
(1) (0)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih √
9 Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke luar √
ruangan tanpa alat bantu, seperti : tongkat
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang √
dianut
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti : merapikan tempat √
tidur, mencuci pakaian, memasak dan membersihkan
ruangan
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan √
keluarga
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan √
uang sendiri)
14 Menggunakan sarana transportasi umum untuk bepergian √
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai aturan (takaran √
obat dan waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil keputusan untuk √
kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan
17 Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan keagamaan, √
sosial, rekreasi, olahraga dan menyalurkan hobi)
13 0
Score
13
Analisis hasil
Score 13-17 : mandiri
Score 0-12 : ketergantungan
Hasil Score = 13 , Mandiri
Barthel Indeks
No Kriteria Dengan bantuan Mandiri Keterangan
1 Makan 10 Frekuensi : 3x
Jumlah : porsi sedang
Jenis : nasi, sayur, buah,
lauk
2 Minum 10 Frekuensi : 4-5 gelas/hari
Jumlah : ± 1000 ml
Jenis : air putih
3 Berpindah dari kursi roda ke 15
tempat tidur, sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, 5 Frekuensi : > 2x
menyisir rambut, gosok
gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci 5
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
No Kriteria Dengan bantuan Mandiri Keterangan
6 Mandi 15 Frekuensi : 2x
7 Jalan di permukaan datar 5
8 Naik turun tangga 10
9 Mengenakan pakaian 10
10 Control bowel (BAB) 10 Frekuensi : 2x
Konsistensi :
11 Control bladder (BAK) 10 Frekuensi : > 5x
Warna : kuning keruh
12 Olahraga atau latihan 10 Frekuensi :
Jenis :
13 Rekreasi atau pemantapan 5 Frekuensi : 1x sebulan
waktu luang Jenis : travelling
Score 10
Analisis Hasil :
Score 126 - 130 : mandiri
Score 65 – 125 : ketergantungan sebagian
Score < 65 : ketergantungan Pengkajian status mental
Hasil Score = 110 , Ketergantungan sebagian

4. Status psikologis ( skala depresi) : tidak ada gejala depresi


Geriatric Depression Scale (GDS)
Nilai Respon Jawaban Klien
No Keadaan yang dirasakan selama seminggu terakhir
Ya Tidak
1 Pada dasaranya apakah anda merasa puas dengan hidup 0 1 0
anda ?
2 Apakah anda mengurangi banyak kegiatan dan minat 1 0 0
anda ?
3 Apakah anda merasa hidup anda hampa ? 1 0 0
4 Apakah anda sering merasa bosan? 1 0 0
5 Apakah biasanya anda memiliki semangat yang bagus ? 0 1 0
6 Apakah anda merasa takut bahwa sesuatu yang buruk 1 0 1
akan terjadi pada Anda ?
7 Apakah anda biasanya merasa bahagia ? 0 1 0
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ? 1 0 1
9 Apakah anda memilih tinggal di rumah (kamar) 1 0 1
daripada pergi keluar dan melakukan hal-hal yang
baru ?
10 Apakah anda merasa lebih punya banyak masalah 1 0 0
dengan ingatan anda dibandingkan dengan kebanyakan
orang ?
11 Apakah menurut anda sangat menyenangkan bisa hidup 0 1 0
hingga sekarang ini ?
Nilai Respon Jawaban Klien
No Keadaan yang dirasakan selama seminggu terakhir
Ya Tidak
12 Apakah anda merasa sangat tidak berharga dengan 1 0 0
kondisi anda sekarang ?
13 Apakah anda merasa penuh semangat ? 0 1 0
14 Apakah anda merasa keadaan anda tidak ada harapan ? 1 0 0
15 Menurut anda, apakah kebanyakan orang lebih baik 1 0 0
daripada anda ?
Score 3
Analisis Hasil :
0–4 : tidak ada gejala depresi
5–8 : gejala depresi ringan
9 – 11 : gejala depresi sedang
12 – 15: gejala depresi berat
Hasil Score : 3, tidak ada gejala depresi

5. Dukungan keluarga : ada, anak

E. Lingkungan tempat tinggal


1. Kebersihan dan kerapian ruangan : bersih
2. Penerangan : cukup
3. Sirkulasi darah : baik
4. Keadaan kamar mandi dan WC : bersih
5. Pembuangan air kotor : saluran air pembuangan
6. Sumber air minum : air yang di masak
7. Pembuangan sampah : pembuangan sampahh berbayar
8. Sumber pencemaran : tidak ada
9. Penataan halaman (kalau ada) : baik
10. Privasi :
11. Resiko injuri : tidak ada
F Resume :
Klien Ny. G usia 64 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 9 mei 2023
dengan keluhan badannya sering meriang dalam 1 minggu ini, BAK sering
tapi sedikit, ketika BAK merasa tidak tuntas, terasa nyeri saat BAK, tampak
meringis sambil memegang perut baian bawanya saat BAK, air kencing
berawarna kuning keruh yang sudah dirasakan dalam 1 bulan ini. Ny. G
tinggal di rumah pribadi dengan suami dan 1 orang anaknya. Ny. G tampak
bingung mengapa dirinya mengalami penyakit ISK ini.
      Catatan :
1. Hasil pengkajian disajikan dalam bentuk narasi
2. Format selanjutnya, mengikuti pola asuhan keperawat secara umum

G Diagnosa Medis
Infeksi Saluran Kemih (ISK)

H Terapi Farmakologis
1. IFVD RL 20 tpm
2. Ceftriaxone

I Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Mikroorganisme Nyeri Akut
 Klien mengatakan nyeri (Jamur) berhubungan
setiap BAK dengan Agen
P : Nyeri saat BAK Uretra pencedera fisiologis
Q : Rasanya panas perih
R : diperut bagian Kandung Kemih

bawah
S :3 Kerusakan

T : terus menerus setiap kontrusia

kali BAK
Kandung kemih
DO : tidak utuh
 Klien tampak meringis
urine masuk ke
 Klien tampak memegang peritoneum
peru bagian bawah setiap
kali BAK peritonitis

Nyeri
2 DS : Hambatan pada Perubahan pola
 Klien mengatakan sering aliran urine eliminasi urin
BAK tapi sedikit berhubungan
DO : distensi kandung dengan iritasi
 Warna urine kuning kemih yang kandung kemih
keruh berlebihan
 Terdapat bakteri dan
jamur pada urine peurunan

 Terdapat eritrosit resistensi

sedimen 2 - 4 terhadap invasi


bakteri

menyebar ke
Trakus urinaris

frekuensi kemih
meningkat

perubahan pola
eliminasi urine
3 DS : Mikroorganise Defisit pengetahuan
 Klien mengatakan bakteri/jamur berhubugan dengan
bingung dengan kurangnya terpapar
penyakitnya yang berkoloni divulva informasi
dialaminya saat ini
DO : masuk ke urinaria

 Klien terlihat bingung dan uretra


Hospitalisasi

Kurang
pengetahuan

J Masalah Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
2. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih
3. Defisit pengetahuan berhubugan dengan kurangnya terpapar informasi

K Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri I.08238)
((D.0077)) (L.08066) Observasi :
berhubungan dengan Setalah dilakukan  Identifikasi lokasi,
Agen pencedera tindakan karakteristik, durasi,
fisiologis keperawatan frekuensi, kualitas,
DS : selama 1 x 24 jam intensitas nyeri
 Klien mengatakan diharapkan nyeri  Identifikasi skala nyeri
nyeri setiap BAK akut teratasi  Identifikasi nyeri non
P : Nyeri saat ditandai dengan : verbal
BAK  Keluhan nyeri  Monitor keberhasilan
Q : Rasanya panas menurun terapi komplementer
perih  Meringis yang sudah diberikan
R : diperut bagian menurun
Terapeutik :
bawah  Skala nyeri
 Berikan teknik
S :3 menurun nonfarmakologis untuk
T : terus menerus mengurangi rasa nyeri
setiap kali BAK (teknik relaksasi napas
dalam)
DO :
 Kontrol lingkungan yang
 Klien tampak
memperberat rasa nyeri
meringis
 Klien tampak Edukasi :
memegang peru  Jelaskan penyebab,
bagian bawah periode dan pemicu rasa
setiap kali BAK nyeri
 Jelaskan strategi
meredam rasa nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
meredam rasa nyeri
(teknik relaksasi napas
dalam)

2 Perubahan pola Eliminasi Urine Manajemen Eliminasi Urine


eliminasi urin (L.04034) (I.04152)
(D.0040) berhubungan Setalah dilakukan Tindakan
dengan iritasi kandung tindakan  Mengidentifikasi dan
kemih keperawatan mengelola pola eliminasi
DS : selama 2 x 24 jam urine
 Klien diharapkan Observasi
mengatakan perubahan pola  Identifikasi tanda dan gejala
sering BAK eliminasi urine retensi urine
tapi sedikit membaik ditandai  Identifikasi penyebab
 Klien dengan : retensi urine
mengatakan  Keluhan  Monitor eliminasi urine
ketika BAK berkemih tidak (frekuensi, volume,
seperti tidak konsistensi dan warna)
tuntas tuntas menurun Terapeutik
 Sering  Frekuensi BAK  Catat waktu dan peneluaran
terbangun pada membaik kemih
malam hari  Desakan  Ambil sample urine tenggah
untuk BAK ±5x berkemi untuk di periksa
 Klien menurun laboratorium urine lengkap
mengatakan  Disuria menurun Edukasi
nyeri setiap  Karakteristik  Edukasi tanda gejala dan
BAK dengan urine membaik penyebab ISK
Skala Nyeri 3  Edukasi waktu untuk
DO : mengkonsumsi cairan yang
 Warna urine cukup
kuning keruh  Edukasi terapi modalitas
penguatan otot berkemih
 Terdapat
(senam kegel exercise).
jamur/bakteri
pada urine
 Eritrosit
sedimen 2 - 4
3 Defisit pengetahuan Tingkat Edukasi Kesehatan (I.12383)
(D.0111) Pengetahuan Observasi :
berhubugan dengan (L.12111) Setalah  Identifikasi kesiapan dan
kurangnya terpapar dilakukan tindakan kemampuan menerima
informasi. keperawatan informasi
DS : selama 1 x 24 jam  Identifikasi faktor-faktor
 Klien mengatakan diharapkan yang dapat meningkatkan
bingung dengan perubahan tingkat dan meurunkan
penyakitnya yang pengetahuan pengetahuan penyakit ISK
dialaminya saat ini meningkat ditandai
Terapeutik :
DO : dengan :
 Sediakan materi dan media
 Klien terlihat
 Perilaku sesuai anjuran, pendidikan kesehatan
bingung
verbalisasi minat dalam  Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
belajar, kemampuan
kesepakatan
menjelaskan
 Berikan kesempatan unuk
pengetahuan tentang
bertanya
suatu topik, kemampuan
menggambarkan Edukasi :
pengalaman sebelumnya  Jelaskan faktor resiko yang
yang sesuai dengan dapat mempengaruhi
topik dan perilaku kesehatan
sesuai dengan  Ajarkan strategi yang dapat
pengetahuan meningkat digunakan untuk pola
 Pertanyaan masalah berkemih dengan baik
yang sedang dihadapi,
persepsi yang keliru
terhadap masalah dan
menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat
menurun
L Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal/ Diagnosa Impelmentasi Evaluasi
Jam
Selasa Nyeri Akut ((D.0077)) 1. Mengidentifikasi lokasi, Subjektif :
9 Mei 2023 berhubungan dengan Agen karakteristik, durasi,  Ny. G mengatakan masih
jam : 16.00 wib pencedera fisiologis frekuensi, kualitas, intensitas merasa nyeri saat BAK
nyeri  P : Nyeri saat BAK
2. Mengidentifikasi skala nyeri Q : Rasanya panas perih
3. Mengidentifikasi nyeri non R : diperut bagian
verbal bawah
4. Memonitor keberhasilan terapi S :3
komplementer yang sudah T : terus menerus setiap
diberikan kali BAK
5. Memberikan teknik
Objektif :
nonfarmakologis untuk
 Klien tampak meringis
mengurangi rasa nyeri (teknik
setiap kali setelah BAK
relaksasi napas dalam)
 Klien masih tampak
6. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri memegang perut bagian
7. Menjelaskan penyebab, bawah setiap kali setelah
periode dan pemicu rasa nyeri BAK
8. Menjelaskan strategi meredam Assesment :
rasa nyeri masalah Ny. G belum
teratasi
Planning :
1 Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2 Mengidentifikasi skala
nyeri
3 Mengidentifikasi nyeri
non verbal
4 Mengevaluasi teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(teknik relaksasi napas
dalam) secara mandiri
5 Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
Selasa Perubahan pola eliminasi urin 1. Mengidentifikasi dan mengelola Subjektif :
9 Mei 2023 (D.0040) berhubungan dengan pola eliminasi urine  Ny. G mengatakan masih
jam : 16.30 wib iritasi kandung kemih 2. Mengidentifikasi tanda dan sering BAK tapi sedikit,
gejala retensi urine masih merasa tidak
3. Mengidentifikasi penyebab tuntas dan nyeri saat
retensi urine BAK dengan skala nyeri
4. Memonitor eliminasi urine 3.
(frekuensi, volume, konsistensi  Frekuensi BAK malam
dan warna) masih sering ±5x
5. Mencatat waktu dan pengeluaran
Objektif :
kemih
 Warna urine kuning
6. Mengedukasi tanda gejala dan
keruh
penyebab ISK
Assesment :
7. Mengedukasi waktu untuk
masalah Ny. G belum
mengkonsumsi cairan yang
cukup teratasi
8. Mengedukasi terapi modalitas Planning :
penguatan otot berkemih 1 Mengidentifikasi dan
mengelola pola eliminasi
urine
2 Memonitor eliminasi
urine (frekuensi, volume,
konsistensi dan warna)
3 Mencatat waktu dan
pengeluaran kemih
4 Mengevaluasi terapi
modalitas penguatan otot
berkemih secara mandiri
(senam kegel exercise).

Selasa Defisit pengetahuan (D.0111) 1. Mengidentifikasi kesiapan dan Subjektif :


9 Mei 2023 berhubugan dengan kurangnya kemampuan menerima informasi  Ny. G mengatakan sudah
jam : 17.00 wib terpapar informasi 2. Mengidentifikasi faktor-faktor mengerti informasi
yang dapat meningkatkan dan mengenai penyakit ISK
meurunkan pengetahuan
penyakit ISK
3. Menyediakan materi dan media Objektif :
pendidikan kesehatan
 Ny. G tampak mengerti
4. Menjadwalkan pendidikan
dan antusias untuk
kesehatan sesuai kesepakatan
bertanya mengenaik
5. Memberikan kesempatan unuk
penyakit ISK
bertanya
6. Menjelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan Assesment : masalah teratasi
7. Mengajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk pola berkemih Planning :
dengan baik intervensi dihentikan
Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Impelmentasi Evaluasi
Rabu Nyeri Akut ((D.0077)) 1 Mengidentifikasi lokasi, Subjektif :
10 Mei 2023 berhubungan dengan Agen karakteristik, durasi, frekuensi,  Ny. G mengatakan
jam : 16.00 wib pencedera fisiologis kualitas, intensitas nyeri terkadang masih merasa
2 Mengidentifikasi skala nyeri nyeri saat BAK
3 Mengidentifikasi nyeri non  P : Nyeri saat BAK
verbal Q : Rasanya panas perih
4 Mengevaluasi teknik R : diperut bagian bawah
nonfarmakologis untuk S :2
mengurangi rasa nyeri (teknik T : terkadang setiap kali
relaksasi napas dalam) secara BAK
mandiri
Objektif :
5 Mengontrol lingkungan yang
 Klien tampak terkadang
memperberat rasa nyeri
masih tampak meringis
setiap kali setelah BAK

Assesment :
masalah Ny. G belum teratasi

Planning :
1 Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2 Mengidentifikasi skala
nyeri
3 Mengidentifikasi nyeri non
verbal
4 Mengevaluasi teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(teknik relaksasi napas
dalam) secara mandiri.
Rabu Perubahan pola eliminasi urin 1 Mengidentifikasi dan Subjektif :
10 Mei 2023 (D.0040) berhubungan dengan mengelola pola eliminasi urine  Ny. G mengatakan
2 Memonitor eliminasi urine frekuensi BAK sudah mulai
jam : 16.30 wib iritasi kandung kemih (frekuensi, volume, konsistensi berkurang namun perasaan
dan warna) untuk BAK belum tuntas
3 Mencatat waktu dan masih ada dan masi sedikit
pengeluaran kemih terasa nyeri dengan skala
4 Mengevaluasi terapi modalitas nyeri 2.
penguatan otot berkemih secara
mandiri
 Frekuensi BAK malam
mulai berkurang ±3x

Objektif :
 Warna urine kuning keruh

Assesment :
masalah Ny. G belum teratasi

Planning :
1 Memonitor eliminasi urine
(frekuensi, volume,
konsistensi dan warna)
2 Mencatat waktu dan
pengeluaran kemih
3 Mengevaluasi terapi
modalitas penguatan otot
berkemih secara mandiri
(senam kegel exercise).

Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Impelmentasi Evaluasi


Kamis Nyeri Akut ((D.0077)) 1 Mengidentifikasi lokasi, Subjektif :
11 Mei 2023 berhubungan dengan Agen karakteristik, durasi, frekuensi,  Ny. G nyeri saat BAK
jam : 16.00 wib pencedera fisiologis kualitas, intensitas nyeri mulai berkurang
2 Mengidentifikasi skala nyeri  P : Nyeri saat BAK
3 Mengidentifikasi nyeri non Q : Rasanya panas perih
verbal R : diperut bagian bawah
4 Mengevaluasi teknik S :1
nonfarmakologis untuk T : terkadang setiap kali
mengurangi rasa nyeri (teknik BAK
relaksasi napas dalam) secara
Objektif :
mandiri
 Klien tampak lebih tenang
setiap kali setelah BAK
Assesment :
masalah Ny. G teratasi
sebagian

Planning :
1 Mengidentifikasi skala
nyeri
2 Mengidentifikasi nyeri non
verbal
3 Mengevaluasi teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(teknik relaksasi napas
dalam) secara mandiri
Kamis Perubahan pola eliminasi urin 1 Memonitor eliminasi urine Subjektif :
11 Mei 2023 (D.0040) berhubungan dengan (frekuensi, volume, konsistensi  Ny. G mengatakan
jam : 16.30 wib iritasi kandung kemih dan warna) frekuensi BAK sudah tidak
2 Mencatat waktu dan begitu sering namun
pengeluaran kemih perasaan untuk BAK belum
3 Mengevaluasi terapi modalitas tuntas masih sedikit ada
penguatan otot berkemih secara serta rasa nyeri setia kali
mandiri BAK muali berkurang
dengan skala nyeri 1.

 Frekuensi BAK malam


mulai berkurang ± 2x

Objektif :
 Warna urine kuning

Assesment :
masalah Ny. G teratasi
sebagian

Planning :
1 Memonitor eliminasi urine
(frekuensi, volume,
konsistensi dan warna)
2 Mencatat waktu dan
pengeluaran kemih
3 Mengevaluasi terapi
modalitas penguatan otot
berkemih secara mandiri
(senam kegel exercise)
4 Mengambil sample urine
tengah untuk di periksa
laboratorium urine lengkap
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang pembahasan asuhan


keperawatan gerontik pada Ny. G dengan infeksi saluran kemih masalah
keperawatan nyeri akut dengan intervensi relaksasi napas dalam, perubahan
pola eliminasi dengan modalitas penguatan otot berkemih dan defisit
pengetahuan dengan edukasi di RS Cinta Kasih.
Pembahasan ini diartikan agar dapat diambil kesimpulan suata
pemecahan masalah yang terjadi pada pasien, sehingga dapat digunakan
sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan keperawatan.

1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan menggunakan Teknik wawancara dan
observasi secara langsung kepada pasien dan keluarga melalui komunikasi
teraputik. Penulis tidak banyak mengalami kesulitan dikarenakan pasien
bersikap kooperatif baik dari pasien maupun keluarga. Pada saat
pengkajian ditemukan masalah keperawatan nyeri akut, perubahan pola
eliminasi dan defisit pengetahuan. Pasien Bernama Ny. G berusia 64 tahun
sedang dalam perawatan di RS Cinta Kasih Ciputat dengan diagnosa
medis infeksi saluran kemih.
Didapatkan data subjektif sebagai berikut : pasien mengatakan
BAK sering tapi sedikit, merasa tidak tuntas dan nyeri saat BAK. pasien
tampak bingung mengapa dirinya mengalami sakit tersebut. Dan dipatkan
pula data objektif sebagai berikut: pasien tampak meringis menahan nyeri
sambil memegang perut bagian bawa setelah BAK, warna urine kuning
keruh, terdapat jamur dan bakteri pada urine serta meningkatnya eritrosit
sedimen 2 – 4 pada urine.
2 Masalah Keperawatan
Dengan data yang diperoleh saat pengkajian diatas, ditemukan tiga
diagnosa keperawatan pada kasus Ny. G sama dengan teori yang sudah
dijelaskan diatas:
1. Nyeri akut berhubungan dnegan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan adanya keluhan DS: Klien mengatakan nyeri setiap BAK,
Provokatus : Nyeri saat BAK, Quality : rasanya panas perih, Regio :
diperut bagian bawah, Skala : 3, Timing : terus menerus setiap kali
BAK. DO: Pasien tampak meringis menahan nyeri dan memegang
perut bagian bawah setiap kali selesai BAK.
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung
kemih dengan adanya keluhan DS:
Klien mengatakan sering BAK tapi sedikit, ketika BAK seperti tidak
tuntas, sering terbangun pada malam hari untuk BAK ±5x dan nyeri
setiap kali BAK dengan skala nyeri 3. DO : . Warna urine kuning
keruh, terdapat jamur/bakteri dan eritrosit sedimen 2 – 4 pada urine.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dengan adanya keluhan DS:
Klien mengatakan bingung dengan penyakitnya yang dialaminya saat
ini. DO : Pasien tampak kebingungan.

3 Rencana Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan pada infeksi saluran kemih yang disusun
berdasarkan pada SDKI, SLKI, dan SIKI, meliputi: nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, perubahan pola eliminasi
berubungan dengan iritasi kandung kemih dan defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi.
Pemecahan masalah dari ketiga diagnosa keperawatan diatas adalah
dengan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien dengan
menggunakan teknik relaksasi nafas dalam, mengatasi masalah perubaan
pola eliminasi dengan terapi modalitas poenguatan otot berkemih (senam
kegel exercise) dan defisit pengetauan diatasi dengan edukasi penyakit
infeksi saluran kemih (ISK).
4 Pelaksanaan Keperawatan
Setelah tindakan ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah
melanjutkan rencana tersebut dalam bentuk tindakan nyata. Sebelum
diterapkan kepada pasien terlebih dahulu dilakukan pendekatan kepada
pasien dan keluarga pasien agar tindakan yang akan diberikan disetujui
pasien dan keluarga, sehingga rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai
dengan masalah yang dihadapi.
Dimana pada tahap ini penulis tidak menemukan adanya hambatan
karena pasien dan keluarga menyetujui. Bertindak koopratif dan mau
mendengarkan serta mengikuti apa yang disampaikan. Implementasi yang
diberikan juga sesuai dengan kebutuhan pasien. Berdasarkan intervensi
penulis mengimplementasikan diagnosa keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dengan memberikan
implemetasi relakasi napas dalam, perubahan pola eliminasi berhubungan
dengan iritasi kandung kemih dengan memberikan implementasi modalitas
penguatan otot berkemih (senam kegel exercise) dan defisit pengetauan
berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi dengan memberikan
implementasi edukasi penyakit infeksi saluran kemih (ISK).
Selain melakukan tindakan mandiri, perawat juga melakukan
tindakan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter dan
petugas farmasi yang merupakan suatu bentuk kerjasama dalam
memberikan pelayanan kesehatan untuk mempercepat proses
penyembuhan pasien.

5 Evaluasi
Dalam melakukan proses asuhan keperawatan, evaluasi
keperawatan diperlukan untuk mengidentifikasi apakah asuhan
keperawatan yang telah diberikan sudah mencapai kritaria hasil yang
direncanakan, setelah pemberian asuhan keperawatan kita akan
mengetahuinya penilaian hasilnya melalui evaluasi keperawatan, apakah
asuhan keperawatan sudah tepat, atau perlu dilakukan perencanaan
lainnya, evaluasi keperawatan mengacu pada penilaian, tahapan, dan
perbaikan asuhan keperawatan. (N. safira. 2019).
Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan
menggunakan metode SOAP (Subjektif, objektif, analysis, planning) untuk
mengetahui keefektifakn dari tindakan pada tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan sesuai dengan hasil normal.
Dari diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis, perubahan pola eliminasi berhubungan dengan iritasi
kandung kemih dan defisit pengetahuan berhubungan kurang terpaparnya
informasi yang penulis tegakkan dan lakukan sesuai dengan apa yang
penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan
keperawatan hampir mencapai perkembangan. Meski belum optimal, perlu
kerja sama antara penulis, pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya
untuk mencapai kriteria hasil yang diharapkan.
Berdasarkan hasil implementasi diatas, penulis melakukan evaluasi
selama tiga hari untuk diagnosa keperawatan tersebut pada tanggal 9 Mei
2023 – 11 Mei 2023, sebagai berikut :
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis teratasi
sebagian sehingga intervensi manajemen nyeri dilanjutkan. Dengan
data subjektif : Ny. G mengatakan nyeri saat BAK mulai berkurang.
Provokatus : nyeri saat BAK, quality : rasanya panas perih, region :
diperut bagian bawah, skala : 1, timing : terkadang setiap kali BAK.
Dan data objektif : pasien tampak lebih tenang setiap kali setelah BAK
2 Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan iritasi kandung kemih
teratasi sebagian sehingga intervensi manajemen eliminasi urine
dilanjutkan. Dengan data subjektif : Ny. G mengatakan frekuensi BAK
sudah tidak begitu sering namun perasaan untuk BAK belum tuntas
masih sedikit ada, Frekuensi BAK malam mulai berkurang ± 2x serta
rasa nyeri setiap kali BAK mulai berkurang dengan skala nyeri 1. Dan
data objektif : warna urine kuning.
3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar Informasi
teratasi sehingga intervensi edukasi kesehatan dihentikan. Dengan data
subjektif : Ny. G mengatakan sudah mengerti informasi mengenai
penyakit ISK. Dan data objektif : Ny. G tampak mengerti dan antusias
untuk bertanya mengenaik penyakit ISK

Dikarenakan kriteria hasil yang belum tercapai, intervensi akan


dilanjutkan di ruangan rawat inap dengan melakukan operan (Hand Over)
kepada perawat ruangan yang berdinas selanjutnya sehingga proses
perawatan pasien bisa lebih optimal dengan perawatan 24 jam dan proses
penyembuhan pasien bisa cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Cet 1. Jakarta: MediaAesculapiusMoorhead,

Sue, dkk. (2013). Nursimg Outcome Classification (NOC).

Yogyakarta :Mecomedia Nurarif, Amin H, Kusuma, Hardhi. (2016).

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:FKUIPPNI (2017).

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNIPPNI (2019).

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNIPPNI (2019).

Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteia Hasil

Keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai