Oleh :
Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S. Kep
NIM. 2030913310068
Oleh :
Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S. Kep
NIM. 2030913310068
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 55 tahun
ke atas. Pada lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah
satu contoh kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya lansia terhadap
penyakit, khususnya penyakit degeneratif. (Nugroho, 2008).
Menurut kemenkes RI (2013) mengatakan umur harapan hidup manusia
pada tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi
lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini akan meningkat pada tahun 2045-
2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi
lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat
Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun pada tahun 2010 (dengan
persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65
tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%). Secara demografis,
jumlah lanjut usia di Indonesia berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2005,
jumlah ini kurang lebih 18,3 juta (8,5%). Pada tahun 2005 – 2010, jumlah lanjut
usia akan sama dengan jumlah anak balita, yatu sekitar 19,3 juta jiwa
(Riskesdas, 2013).
Rheumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi non bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan
ikat sendi secara simetris. (chairudin, 2003). Penyebab utama terjadinya
rheumatoid arthritis belum diketahui. Tetapi ada beberapa teori yang
mengatakan mengenai penyebab rheumatoid arthritis yaitu endokrin, autoimun,
metabolic, faktor genetik serta faktor pemicu seperti gaya hidup pasien yang
tidak menjaga pola makan. Gangguan muskuloskeletal pada pasien lanjut usia
akan terjadinya perubahan fisik dan fungsi pada sistem muskuloskeletal adalah
gerakan pinggang, lutut dan jari – jari pergelangan tangan terbatas, gangguan
gaya berjalan, kekakuan jaringan penghubung, persendian membesar dan
menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, sendi tulang yang
keropos.
Prevalensi penyakit sendi Rheumathoid Artrithis berdasarkan diagnosis
nakes di Indonesia 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7%.
Prevalensi berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh
(18,3%) , Jawa Barat (17,5%) dan Papua (15,4%). Prevalensi penyakit sendi
berdasarkan diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%),
diikuti Jawa Barat (32,1%), dan Bali (30%) (RISKESDAS 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami gout
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan
Rheumatoid Arthritis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada lansia
dengan Rheumatoid Arthritis
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada lansia
dengan Rheumatoid Arthritis
c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada
lansia dengan Rheumatoid Arthritis
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada lansia
dengan Rheumatoid Arthritis
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada lansia
dengan Rheumatoid Arthritis
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan untuk membuktikan teori tentang asuhan keperawatan pada
lansia yang menderita penyakit Rheumatoid Arthritis, sebagai
pengembangan ilmu keperawatan khususnya pada lansia dengan Rheumatoid
Arthritis.
2. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada lansia
dengan Rheumatoid Arthritis.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperoleh dalam pelaksanaan
praktek keperawatan yang tepat khususnya untuk memberikan Asuhan
Keperawatan pada lansia dengan Rheumatoid Arthritis.
4. Bagi Lansia
Agar lansia mendapat asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhannya
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP PROSES PENUAAN PADA LANSIA
A. Definisi
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
(Ratnawati, 2017). Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaan. Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih,
karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara
jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2012).
Proses menua (Aging) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan akibat
penurunan fungsi sistem tubuh. Menjadi tua merupakan keadaan yang harus
dilalui oleh semua makhluk hidup, apabila memiliki usia yang panjang.
Walaupun proses penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal,
akan tetapi pada kenyataannya, proses ini lebih menjadi beban bagi orang lain
dibandingkan proses lain yang terjadi, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk
menghambat proses tersebut (Wicaksono, 2011).
Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60
tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetpai
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila,
2013).
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh
darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut
disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya
mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatimah,2010).
B. Teori Proses Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
(Kemenkes,2016) :
1. Teori Biologi
a. Teori Genetik Dan Mutasi (Somatic Mutatietheory) Menurut teori ini
menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul – molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional
sel.
b. Pemakaian Dan Rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel
tubuh lelah (rusak).
c. Reaksi Dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory) Di dalam proses
metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori “Immunology Slow Virus” (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organtubuh.
e. Teori Stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
f. Teori Radikal Bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi
oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal
bebas ini dapat menyebabkan selsel tidak dapat regenerasi.
g. Teori Rantai Silang Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h. Teori Program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelahsel-sel tersebut mati.
2. Teori Kejiwaan Sosial
a. Aktivitas Atau Kegiatan (Activity Theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari lansia berupa mempertahankan
hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Pada teori
ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yangdimiliki.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory) Teori ini menyatakan bahwa
dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple
loss), yakni: (1) Kehilangan peran; (2) Hambatan kontak sosial; (3)
Berkurangnya kontak komitmen.
C. Batasan Lansia
Menurut Nugroho (2008) ada beberapa pendapat para ahli mengenai batasan
lanjut usia diantaranya :
1. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang dikatakan lanjut usia tersebut
dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
a. Usia lanjut (elderly) : 60-74 tahun
b. Usia tua (old) : 75-89 tahun
c. Usia sangat lanjut (very old) : > 90 tahun
2. Menurut Dep. Kes. RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia
membaginya lanjut usia menjadi sebagai berikut :
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini dikatakan
sebagai masa virilitas.
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.
c. Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai
masa senium.
3. Maryam (2008) mengklasifikasikan lansia antara lain :
a. Pralansia (praselinis) : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia Risiko Tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih /
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
(Depkes RI, 2013)
d. Lansia potensial : Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI,
2013)
e. Lansia Tidak Potensial : Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,
2013)
D. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik yang berusia lebih dari 60 tahun, kebutuhan dan
masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, kebutuhan
biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif (Maryam,
2008). Menurut Kemenkes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis sehingga motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang
rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang
tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di
masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap social masyarakat menjadi
positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan
sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagaiKetua RW, sebaiknya
masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh: lansia yang tinggal
bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan
lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki
harga diri yang rendah.
5 Harga Diri Rendah Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Harga Diri (5400)
Situasional (00120) selama 2x12 jam diharapkan Harga Diri 1. Dukung pasien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan
Rendah Situasional klien teratasi dengan 2. Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri
kriteria hasil : 3. Dukung melakukan kontak matapada saat
Harga Diri (1205) berkomunikasi dengan orang lain
1. Komunikasi terbuka 4. Berikan pengalaman yang akan meningkatkan
2. Pemenuhan peran yang signifakan otonomi pasien, dengan tepat
secara pribadi 5. Bantu untuk mengatur tujuan yang realistik dalam
3. Mempertahankan penampilan dan rangka mencapai harga diri yang lebih tinggi
kebersihan diri 6. Dukung tanggung jawab pada diri sendiri, dengan
tepat
7. Berikan hadiah atau pujian terkait dengan
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan
8. Fasilitasi lingkungan dan aktivitasaktivitas yang akan
meningkatkan harga diri
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS
B. Etiologi
Penyebab Rheumatoid Arthritis hingga saat ini masih belum diketahui,
Namun beberapa resiko untuk timbulnya rematik antara lain:
1. Umur
Dari semua faktor resiko timbulnya rematik, faktor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya rematik semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Rematik terjadi pada usia lanjut.
2. Genetik
Faktor herediter juga berperan timbulnya rematik miaslnya pada seorang ibu dari
seorang wanita dengan rematik pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering rematik pada sendi tersebut. Anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibuknya.
3. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rematik nampakya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya rematik paha lebih jarang diantara
orang berkulit hitam dengan orang berkulit putih dan usia dari pada kaukasia.
Rematik lebih sering dijumpai pada orang-orang asli amerika dari pada orang
berkulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainanan kongenital dan pertumbuhan.
4. Kegemukan (Obesitas)
Berat badan berlebihan berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
rematik pada pria dan wanita. Karena menahan beban berat badan sehinga
mengangu sendi.
C. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula terjadi pada sendi-sendi synovial seperti edema,
kongesti vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, synovial menjadi menbal, terutama pada sendi artiluar kartilago dari
sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus atau penut yang menutupi
kartilago. Panus masuk ke tulang subchondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi
nekrosis, tingkat erosi dari kartilago menetukan tingkat ketidak mampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka menjadi adhesi di antara permukaan sendi,
karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendiaan. Invasi dari tulang subchondrial bisa
menyebabkan osteoporosis setempat.
Lamanya athrtitis rheumatoid berbeda dari tiap orang. Di tandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Dan ada juga klien terutama
yang mempunyai faktor rheumatoid (seropositif gangguan rheumatoid) gangguan
akan menjadi kronis yang progresif (Mujahidullah, 2012).
D. Manifestasi Klinis
Pada setiap orang gejala Rematik yang dirasakan berbeda-beda, berikut adalah
beberpa tanda dan gejala umum yang dirasakan dari penyakit Rematik (Haryono dan
Setianingsih, 2013):
1. Kekakuan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi
hari.
2. Bengkak pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan.
3. Bengkak dari nyeri pada umunya terjadi pada sendi-sendi tangan.
4. Bengkak dan nyeri umunya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi
yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumya menyerang sendi pergelangan
tangan.
5. Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendiaan pergelangan jari,
tangan, kaki, bahu, lutut, pinggang, punggung dan sekitar leher.
6. Sakit Rematik dapat berpindah-pindah tempat dan bergantian bahkan sekaligus
diberbagai persendian.
7. Sakit Rematik kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat hujan atau dalam
cuaca dingin
8. Nyeri pada anggota gerak
9. Kelemahan otot
10. Peradangan dan bengkak pada sendi
11. Kekakuan sendi
12. Kejang dan kontraksi pada otot
13. Gangguan fungsi
14. Sendi berbunyi (Krepitasi)
15. Timbulnya perubahan bentuk (Deformitas)
16. Timbulnya benjolan nodul
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita arthritis rheumatoid
antara lain:
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgentik dan
mengurangi peradangtan, tidak mampu menghentikan proses patologis.
a. Analgetik yang daapt dipakai adalah asetaminofen dosis2,6-4 g/hr atau
propeksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
samping pada saluran cerna dan ginjal.
b. Jika tidak berpengaruh atau jika terdapat tanda peradangan, maka OAINS
seprti fenoprofin, piroksikam, ibuprofen, dan sebagianya dapt digunakan.
Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis
rheumatoid. Oleh karena itu pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek
samping utama adalah ganguan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal
2. Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk, penyangga utuk
lordosis lumbal, menghindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit,
dan pemakaian alat-alat untuk meringankan kerja sendi.
a. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan.
b. Dukungan psikososial
c. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang
tepat.
d. Operasi dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan sendi yang nyata,
dengan nyeri yang menetap, dan kelemahan fungsi
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita Rheumatoid
Arthritis antara lain :
1. Tes serologik
2. rematoid – 70% pasien bersifat seronegatif. Catatan: 100% dengan factor
rematoid yang positif jika terdapat nodul atasindroma Sjogren.
3. Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positif terdapat pada kira-kira 20 kasus.
4. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkenaperubahan yang dapat di temukan
adalah: Pembengkakan jaringan lunak, Penyempitan rongga sendi, Erosi sendi,
Osteoporosis juksta artikule
2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b. d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane
sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang rawan, proliferasinovia dan
pembentukan panus.
2. Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot,
pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang
rawan, proloferasisinovia, dan pembentukan panus
3. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Jhonson, Marion dkk. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.
Brunner & suddath. 2012. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Media Aesculapius
FKUI : Jakarta
Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan kedua.
Jakarta : Salemba Medika.
Patricia Gonce Morton et.al. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistic
ed.8; alihbahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. 2005. Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Genogram
63 6
1
1
Keterangan:
= Perempuan
= Laki-Laki
= Klien
= Menikah
= Meninggal
V. Pengkajian
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Tn W menyadari dan memahami kondisinya saat ini sudah lanjut usia dan mulai
timbul keluhan sakit-sakitan seperti pegel linu, mudah lelah dan sering
kesemutan.
2. Pola Nutrisi
Makan:
Tn W mengatakan makan 2 kali sehari dengan menu nasi, tempe/tahu dan
sayuran, tetapi jika merasa lapar klien akan makan lagi. Tn W mengatakan nafsu
makannya baik.
Minum:
Tn W sering minum air putih tiap hari bias menghabiskan 7-8 gelas, biasanya
meminumnya setelah makan dan pada saat seteah beraktivitas. Tn W jarang
minum kopi tetapi lebih sering minum teh bandul, biasanya sehari menghabiskan
5 gelas perhari yaitu setelah makan dan pada saat berbincang santai.
3. Pola eliminasi
BAB:
Tn W mengatakan BAB 1 hari sekali lebih sering dipagi hari dengan konsistensi
Lembek warna kuning kecoklatan. Tn W mengatakan tidak ada keluhan saat
BAB.
BAK:
Tn W mengatakan BAK sekitar 3-4 kali sehari. Tn W mengatakan jumlah air
kencing yang keluar Warna kuning bening. Tn W juga mengatakan setelah
BAK tidak merasa ada yang tersisa. Tn W mengatakan tidak ada keluhan saat
BAK.
4. Pola aktivitas dan latihan:
Kemampuan merawat diri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah/berjalan
Ambulasi/ROM
Keterangan:
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
Kesimpulan:
Tn W mandiri dalam kemampuan merawat diri dan melakukan aktivitas sehari-
hari.
5. Pola tidur dan istirahat
Tn W mengatakan tidur dari pukul 22.00 WITA dan bangun pada pukul 04.30
WITA untuk shalat subuh. Tn W mengatakan jarang tidur pada siang hari.
6. Pola perseptual
Penglihatan : Tn W mengatakan kedua mata tidak kabur. Tn W tidak
memakai kacamata
Pendengaran: Tn W mengatakan masih bisa mendengar dengan jelas dan
tidak ada masalah dengan pendengarannya.
Tn W dapat berbicara dengan baik dan benar. Jawaban Tn W sesuai dengan
pertanyaan. Pengecekan pendengaran dilakukan pada telinga kanan dan
telinga kiri secara bergantian. Saat melakukan pengecekan telinga kanan dan
telinga kiri klien tidak ada perubahan bentuk dan tidak ada keluar cairan.
mengatakan tidak ada keluhan pada pendengaran.
Pengecap : Tn W mengatakan lidah masih bisa merasakan rasa.
Tn W menjawab dengan benar rasa manis saat diberikan gula dengan mata
yang tertutup.
Tn W menjawab dengan benar rasa asin saat diberikan garam dengan mata
yang tertutup.
Sensasi: Tn W mengatakan kulit masih dapat merasakan sentuhan pada
kedua telapak kaki.
Tn W menjawab dengan benar sensasi tajam, saat diberikan sensasi tajam
menggunakan ujung mata pulpen dengan mata yang tertutup.
Tn W kaget saat dilakukan sedikit penusukkan ujung mata pulpen ke tangan
dan kaki karena nyeri.
Penciuman: Tn W mengatakan hidung masih dapat mencium aroma.
Tn W menjawab dengan benar aroma teh, saat didekatkan teh ke lubang
hidung dengan mata yang tertutup. Hal ini dilakukan bergantian antara
lubang hidung kanan dan lubang hidung kiri. Saat melakukan pengecekan
lubang hidung kanan, lubang hidung kiri klien ditutup, begitupun sebaliknya.
Kepala:
Inspeksi: Tidak terlihat ada benjolan pada bagian kepala
Palpasi: Tidak teraba ada benjolan
Leher:
Palpasi : Tidak teraba benjolan atau abnormalitas pada leher
Thorax:
Inspeksi: Tn W tampak kurus, bentuk dada normal, tidak ada retraksi dinding
dada, perkembangan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi dan benjolan,
kulit tampak bersih dengan warna kulit sawo matang.
Palpasi:
Vokal fremitus seimbang kanan dan kiri getarannya. PMI normal teraba lemah.
Nyeri tekan (-). Tugor kulit normal.
Perkusi : -
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing dan tidak ada ronkhi.
Abdomen
Inspeksi: Bentuk normal (tidak ada deformitas), tidak ada lesi atau benjolan,
kulit tampak bersih.
Auskultasi: Bising Usus 12x/menit
Perkusi: Timpani
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Ekstrimitas:
Tn W mengatakan masih kuat berjalan tanpa bantuan alat dan orang lain tetapi
masih terasa nyeri karena 5 hari yang lalu bengkak pada sendi mata kaki. Postur
Tn W tampak stabil atau seimbang pada saat berdiri, namun ketika mengangkat
1 kaki klien bergetar dan seperti tidak mampu.
Tidak ada edema ekstrimitas saat ini. Tugor kulit normal, kulit tampak kering
dan keriput.
Skala kekuatan otot : 5555 5555
4444 4444
Keterangan :
0 : Tidak ada kontraksi
1 : Ada tanda kontraksi
2 : Bergerak tapi tak mampu untuk menahan gaya gravitasi
3 : Bergerak melawan gaya gravitasi tetapi tidak dapat melawan tahanan otot
pemeriksa
4 : bergerak dengan lemah terhadap tahanan otot pemeriksa
5 : kekuatan dan regangan yang normal
Interpretasi :
Pendidikan Level I (SD)
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
Total Nilai 29
Penilaian :
24-30 : Tidak ada gangguan kognitif
18-23 : Gangguan kognitif ringan
0-17 : Gangguan kognitif berat
MORSE FALL SCALE (MFS)/ SKALA JATUH DARI MORSE
6. Status Mental 0
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 0
Kesimpulan: Lansia mendapatkan skor 0 pada pengkajian MFS yang artinya tidak
berisiko untuk jatuh saat melakukan aktivitas.
Keterangan :
Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan
Interpretasi :
1. Skor 7-10 berarti keluarga sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling
mendukung satu sama lain
2. Skor 4-6 berarti keluarga kurang sehat, dalam arti hubungan antar anggota
keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan
3. Skor 0-3 berarti keluarga tidak sehat, dalam arti sangat memerlukan banyak
perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota keluarga
Langkah kerja
No Observasi Keterangan
1 Lansia duduk di kursi
2 Lansia berdiri, kemudian berjalan lurus
pada garis yang diberikan (lansia dapat
memakai alat bantu seperti tongkat,
walker, dll)
3 Lansia memutar pada tanda yang
diberikan
4 Lansia kemudian berjalan lurus
kembali ke kursi awal
5 Lansia kemudian duduk kembali ke
kursi
6 Lama waktu yang dibutuhkan lansia 10 Detik
dari berdiri, berjalan, memutar,
berjalan, hingga duduk di kursi
kembali. (Lansia yang membutuhkan
waktu ≥12 detik, maka lansia beresiko
tinggi untuk jatuh)
7 Catat juga postur, gaya berjalan, Postur: ketika memutar tampak tidak
masalah pergerakan, kesulitan ada masalah
menggunakan alat bantu berjalan Gaya berjalan: tidak menyeret
selama mengobservasi lansia Alat bantu: tidak ada
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pemeriksaan TUG, Tn W tidak berisiko tinggi untuk jatuh.
30 Second Chair Stand Test
Pengkajian Fungsi Kekuatan Otot Ekestremitas Bawah (Kaki) Pada
Lansia
Tanggal pemeriksaan:
Alat yang dibutuhkan:
1. Kursi dengan sandaran punggung, tapi tanpa sandaran lengan (Tinggi kursi
disarankan 17 inch/43 cm.)
2. Stopwatch
LANGKAH KERJA
No Observasi Keterangan
1 Minta lansia untuk duduk di kursi
4 Luruskan punggung
6 Hitung dan catat berapa kali lansia Tn W mampu melakukan 14 kali dalam
mampu berdiri selama 30 detik 30 detik
Tanggal pemeriksaan:
Alat yang dibutuhkan:
1. Stopwatch
LANGKAH KERJA
No Keterangan
Observasi
1 Minta lansia untuk berdiri, mata terbuka, tanpa menggunakan alat
bantu berjalan, dan tanpa alas kaki
2 Pemeriksa berdiri di samping lansia, tapi tidak boleh memberikan
bantuan. Pemeriksa bersiap membantu lansia apabila lansia tidak
mampu menahan keseimbangan.
3 Minta lansia mencoba setiap posisi ini dan masing-masing posisi Tn W tampak bisa
ditahan selama 10 detik. Mulai dari posisi pertama, jika lansia melakukan posisi
pertama, kedua, ketiga
berhasil menahan posisi pertama selama 10 detik, lanjutkan dengan
dan keempat. tetapi
posisi kedua dan bertahap sampai dengan posisi terakhir. Jika pada posisi keempat
lansia tidak mampu menahan satu posisi selama 10 detik, maka Tn W merasakan nyeri
hentikan testnya.
ANALISA DATA
PROBLEM
DATA ETIOLOGI
Diagnosi
DS : Agen Cedera Nyeri akut pad
Tn W mengatakan nyeri yang dirasakan pada bagian pinggang, sendi Biologis W (00132
lutut dan sendi mata kaki setelah mencabut singkong di sawah 5
Hari yang lalu
Tn W mengatakan 5 hari yang lalu sendi jari tangan dan mata kaki
terjadi pembengkakan dan saat ini pembengkakan sudah tidak
terlihat tapi masih merasakan nyeri
Tn W Mengatakan Nyeri juga dirasakan hilang timbul pada saat
malam hari saat cuaca dingin dalam 5 hari ini
Pengkajian Nyeri :
P: Nyeri Nyut-Nyutan karena 5 hari yang lalu mengalami Remathoid
Arthritis
Q: Nyeri dirasakan sekitar 5-10 menit
R: Nyeri pada bagian pinggang, sendi lutut dan sendi mata kaki
S: 4 (Sedang)
T: Hilang timbul pada saat cuaca dingin dan pada saat beraktivitas
berat
Tn W mengatakan kurang lebih 1 tahun yang lalu pernah didiagnosis
penyakit Remathoid Artrhitis/rematik oleh puskesmas karena
merasakan nyeri sendi yang dirasakan pada bagian pinggang dan
merasakan nyeri serta pembengkakan pada Sendi tangan dan sendi
mata kaki
DO :
-
DS : Kurang Defisiens
Tn W mengatakan selama 5 hari yang lalu saat nyeri dan Informasi pengetahua
pembengkakan pada sendi tindakan yang dilakukan yaitu dengan (00126)
memberikan obat balsem dan memberikan pijatan karena Tn W
mengira hanya bengkak biasa
Tn W belum tau cara mengatasi nyeri dengan selain obat dan
memijat
Tn W ingin mengetahui cara untuk bisa mengatasi nyeri selain
dengan obat dan bisa diterapkan jika nyeri yang dirasakan kembali.
Tn W hanya melakukan aktvitas dirumah yaitu membersihkan
rumput-rumput didepan rumah sedikit-sedikit
DO :
-
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Defisien pengetahuan bd Kurang Informasi (00126)
2. Nyeri Akut bd Agen Cedera Biologis (00132)
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosis Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
. Keperawatan
1 Defisien pengetahuan bd Pengetahuan: Manajemen Nyeri (1834) Pendidikan Kesehatan (5510)
Kurang Informasi (00126) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit Rematik,
selama 1 x pertemuan, Tn W mengerti cara mencegah dan pengobatannya
tentang manajemen nyeri dengan kriteria hasil: 2. Gunakan bahasa yang umum digunakan
1. Strategi untuk mengontrol nyeri (Dari skala 3. Jika diperlukan berikan bahan-bahan informasi yang didapat
3 menjadi skala 4) dari internet seperti jurnal penelitian.
4. Ajarkan tindakan non farmakologi cara mengatasi nyeri
Keterangan: Remathoid Arthritis jika pembengkakan terjadi kembali dan
1 : Tidak ada pengetahuan nyeri semakin hebat dengan tndakan (Peregangan pada area
2 : Pengetahuan terbatas sendi yang bengkak, konsumsi jamu jahe dan kunyit dan jika
3 : Pengetahuan sedang pembengkakan semakin parah sarankan untuk memeriksakan
4 : Pengetahuan banyak kefasilitas kesehatan terdekat)
5: Pengetahuan sangat banyak 5. Gunakan demonstrasi yang sesuai
6. Berikan kesempatan agar pasien dapat mencoba
7. Dorong Tn E untuk berpartisipasi aktif
8. Evaluasi keefektifan dari tindakan yang dilakukan
2 Nyeri Akut bd Agen Kontrol Nyeri (1605) Manajemen nyeri (1400)
Cedera biologis (00132) Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri yang dirasakan Tn W secara
2x Pertemuan diharapkan nyeri Tn W dapat komprehensif
teratasi dengan kriteria hasil :
2. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui
1. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri
tanpa analgesik (dari skala 3 menjadi skala pengalaman nyeri yang terjadi pada Tn W
5) 3. Jelaskan pada Tn W manfaat dan tujuan melakukan
Keterangan : manajemen nyeri
1 : Tidak pernah menunjukkan 4. Berikan tindakan manajemen nyeri non farmakologi dengan
2 : Jarang menunjukan teknik Kompres Hangat Rebusan Air Serei Terhadap
3 : Kadang-kadang menunjukan Penurunan Nyeri Rheumatoid Artritis Pada Lansia Di
4 : Sering menunjukkan Puskesmas Deli Tua (Amelia Sarma, Syahfitri Adinda Riski.
5 : Secara konsisten menunjukkan 2020)
5. Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri yang
Tingkat Nyeri (2120)
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan dipakai selama pengkajian dan intervensi nyeri dilakukan
2x Pertemuan diharapkan nyeri Tn W dapat 6. Monitor kepuasan Tn W terhadap manajemen nyeri yang
teratasi dengan kriteria hasil : diberikan
1. Nyeri yang dilaporkan (Dari skala 3 menjadi
skala 5)
Keterangan
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
O:
- Tn W tampak memperhatikan saat pendidikan kesehatan
berlangsung
- Terjadi peningkatan setelah kegiatan berlangsung yaitu Tn
W dapat menjawab 3 pertanyaan mengenai :
Apa itu Remathoid Arhtritis ?
Penyebab Remathoid Arhtritis ?
Cara Mencegah dan mengatasi Remathoid Arhtritis ?
- Setelah Pendidikan kesehatan selesai Leaflate dibagikan
- Pemahaman mengenai Strategi untuk mengontrol nyeri
(menjadi skala 4) dari skala target adalah (Dari skala 3
menjadi skala 4)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Nyeri Akut bd Manajemen nyeri (1400) S:
Agen Cedera 1. Lakukan pengkajian nyeri yang - Pasien adalah Tn W
Biologis (00132) dirasakan Tn W secara komprehensif - Tn W mengatakan bersedia melanjutkan tindakan yang
2. Gunakan komunikasi terapeutik untuk akan dilakukan yaitu Kompres hangat rebusan air serai
mengetahui pengalaman nyeri yang - Tn W menjawab dengan benar saat ditanya mengenai :
terjadi pada Tn W Apakah masih ingat cara melakukan tindakan mengurangi
3. Jelaskan pada Tn W manfaat dan tujuan nyeri dengan kompres hangat air serai?
melakukan manajemen nyeri - Tn W mengatakan bersedia dilakukan tindakan kompres
4. Berikan tindakan manajemen nyeri non hangat rebusan air serai untuk mengatasi nyeri sendi yang
farmakologi dengan teknik Kompres dirasakan
Hangat Rebusan Air Serei Terhadap - Tn W mengatakan hari ini tidak ada keluhan kesehatan
Penurunan Nyeri Rheumatoid Artritis selain nyeri yang dirasakan
Pada Lansia Di Puskesmas Deli Tua - Tn W mengatakan bahwa hari ini masih terasa nyeri pada
(Amelia Sarma, Syahfitri Adinda Riski. bagian sendi lutut dan sendi mata kaki
2020) - Tn W mengatakan tadi malam sekitar pukul 21.00 Wita
5. Evaluasi keefektifan dari tindakan merasakan nyeri sendi pada saat kondisi kedinginan
pengontrol nyeri yang dipakai selama - Tn W mengatakan kompres yang dilakukan terasa hangat
pengkajian dan intervensi nyeri dan bereaksi pada titik nyeri sendi kaki dan lutut
dilakukan - Tn W mengatakan nyeri sudah berkurang setelah 15 menit
6. Monitor kepuasan Tn W terhadap tindakan dilakukan
manajemen nyeri yang diberikan O:
- Tn W Tampak merasakan nyeri saat menggerakan sendi
lutut dan mata kaki
- Tn W tampak memperhatikan ketika diberitahukan cara
pengolahan sebelum dilakukan tindakan
- Tn W bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan
- Tn W terlihat menahan reaksi saat dilakukan tindakan
kompres hangat rebusan serai
- Penggunaan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik
yaitu kompres hangat rebusan air serai meningkat (menjadi
skala 4) dari skala target adalah (Dari skala 3 menjadi skala
5)
- Ekspresi nyeri yang dirasakan Tn W (menjadi skala 4) dari
skala target adalah (Dari skala 3 menjadi skala 5)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Lakukan Kontrak pertemuan selanjutnya mengenai :
Lakukan pengkajian nyeri yang dirasakan Tn W secara
komperhensif
Lanjutkan intervensi kompres hangat Rebusan air serei
untuk mengatasi nyeri yang dirasakan Tn W
Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri
yang dipakai selama pengkajian dan intervensi nyeri
dilakukan
Kamis, 26 Nyeri Akut bd Manajemen nyeri (1400) S:
Agustus 2021 Agen Cedera 1. Lakukan pengkajian nyeri yang - Pasien adalah Tn W
Biologis (00132) dirasakan Tn W secara komprehensif - Tn W mengatakan hari ini sudah tidak merasakan nyeri
Kegiatan : 2. Berikan tindakan manajemen nyeri non pada sendi lutut dan sendi mata kaki lagi
Observasi dan farmakologi dengan teknik Kompres - Tn W mengatakan tadi malam mengalami nyeri tetapi
lanjutkan Hangat Rebusan Air Serei Terhadap sudah menerapkan tindakan manajemen nyeri dengan
tindakan Penurunan Nyeri Rheumatoid Artritis kompres hangat rebusan air serai sehingga nyerinya Mukhlis Z A
intervensi Pada Lansia Di Puskesmas Deli Tua langsung berkurang saat terjadi Kumbara
(Amelia Sarma, Syahfitri Adinda Riski. - Tn W mengatakan strategi yang diajarkan dapat
Media : bahan 2020) jika nyeri masih dirasakan Tn W mengurangi nyeri yang dirasakan
yang 3. Evaluasi keefektifan dari tindakan - Tn W mengatakan akan selalu mengingat dan menerapkan
disediakan pengontrol nyeri yang dipakai selama teknik manajemen nyeri yang dirasakan jika kambuh lagi
untuk pengkajian dan intervensi nyeri - Tn W mengatakan tindakan manajemen nyeri yang
intervensi dilakukan diajarkan mudah untuk didapatkan bahannya dan mudah
menerapkannya
Waktu : 09.30 O:
– 10.00 Wita - Tn W Tampak tidak merasakan nyeri saat menggerakan
sendi lutut dan mata kaki
- Penggunaan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik
yaitu kompres hangat daun kelor meningkat (menjadi skala
5) dari skala target adalah (Dari skala 3 menjadi skala 5)
- Ekspresi nyeri yang dirasakan Tn W (menjadi skala 5) dari
skala target adalah (Dari skala 3 menjadi skala 5)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek G.M., Butcher H.K., Dotcherman J.M., Wagner C.M. 2016. Nursing
Intervention Classification (NIC), 6th Indonesian Edition. Indonesia: Elsevier
Singapore Pte Ltd.
Moorhead Sue, Jhonson Marion, Maas Meridean L, et all, 2016, Nursing Outcomes
Classification (NOC), Mosby.
Dokumentasi
Pengkajian
Senin 23 Agustus 2021
Pemeriksaan TTV
Pemeriksaan The Timed Up and Go (TUG)
Berdasarkan konsep teoritis dan hasil penelitian terkait yang ada dapat peneliti
menyimpulkan bahwa terapi hangat kompres rebusan air serei efektif dalam
perubahan skala nyeri pada lansia di Posyandu Delitua Kecamatan Delitua
Kabupaten Deli Serdang. Sehingga terapi ini dapat diterapkan pada lansia yang
mengalami nyeri Rheumatoid Artritis.
Kritik Jurnal
Aspek Yang Dikritisi Jawab Hasil Kritisi
1. Elemen yang a. Author Ya Dalam jurnal dijelaskan kualifikasi tingkat pengetahuan peneliti,
mempengaruhi Apakah peneliti mempunyai kualifikasi peneliti merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
believability tingkat pengetahuan di bidang ini? Fakultas Keperawatan, Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.
penelitian
a. Report title Ya Judul penelitian jelas karena mampu menjabarkan seluruh isi dari
Apakah judul dalam penelitian jelas, penelitian yaitu sebuah penelitian untuk mengetahui Efektivitas
akurat dan tidak ambigu? Kompres Hangat Rebusan Air Serei Terhadap Penurunan Nyeri
Rheumatoid Artritis Pada Lansia Di Puskesmas Deli Tua.
b. Abstract Ya Abstrak cukup menggambarkan dengan jelas tentang penelitian,
Apakah abstrak tergambar dengan jelas, seperti, tujuan dilakukannya penelitian, metodologi penelitian, hasil
termasuk masalah penelitian, sampel, dan kesimpulan.
metodologi, temuan dan rekomendasi ?
2. Elemen yang c. Statement of the phenomenon of interest Ya a. Masalah yang dipelajari sudah diidentifikasi dengan jelas yaitu
mempengaruhi a. Apakah masalah yang akan dipelajari Kompres Hangat Rebusan daun serei terhadap penurunan nyeri
kekuatan diidentifikasi dengan jelas pada penderita Rheumatoid Artritis. Bagaimana efektivitasnya
penelitian setelah dilakukan tindakan tersebut, sehingga nantinya dapat
b. Apakah masalah dan pertanyaan menjadi alternative untuk mengatasi nyeri sendi pada penderita
penelitian konsisten? Rheumatoid Artritis.
Literature review Ya a. Peneliti disini menggunakan tinjauan pustaka dari beberapa jurnal.
Di dalam penulisan literatur menggunakan penulisan nama
a. Apakah penelitian memiliki tinjauan pengarang dan hasil penelitian.
pustaka?
b. Apakah kajian literatur memenuhi dasar- b. Kajian literatur disini menampilkan hasil dan teori secara singkat
dasar filosofis penelitian? dan jelas mengenai efektifitas Kompres Hangat Rebusan daun serei
c. Apakah kajian literatur memenuhi terhadap penurunan nyeri pada penderita Rheumatoid Artritis pada
tujuannya? lansia.
c. Didalam penelitian, kajian literatur cukup mampu memperkuat hasil
pembahasan dari penelitian tersebut.
Method and philosophical Underpinnings Ya Pada penelitian ini dilakukan tahun 2020 sehingga dapat menjadi
a. Mengapa pendekatan ini dipilih? referensi terbaru dalam pelaksanaan intervensi pada penderita
Rheumatoid Artritis. Terapi kompres hangat dapat melebarkan
pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketengangan otot,
kekauan sehingga rasa nyeri yang dirasakan akan berkurang. Terapi
kompres hangat dapat dikombinasikan dengan herbal yaitu air rebusan
serei (Cymbopogon nardus). Tanaman serei (Cymbopogon nardus)
sendiri memiliki banyak kandungan kimia yaitu mengandung 0,7%
minyak atsiri dengan tiga komponen penting seperti sitronelal,
geraniol (20%) dan sitronelol (66-85%).
Proses Penelitian Tidak a. Dalam penelitian ini tidak dijelaskan peran dari peneliti dan orang -
Posisi Peneliti orang terlibat.
a. Apa saja peran dari peneliti dan orang-
orang yang terlibat?
Sample Ya a. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan
metode desain eksperimen One group pretest-posttets. Populasi
a. Apakah metode sampling dan ukuran pada penelitian ini yaitu seluruh lansia > 60 tahun yang menderita
sampel diidentifikasi dengan jelas? rheumatoid arthritis di puskesmas Deli Tua dengan jumlah 30
orang. Teknik untuk pengambilan sampling adalah non-
probability sampling dengan jenis purposive sampling
b. Apakah metode sampling dalam penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan sebanyak 20
sesuai? responden. Instrumen pada penelitian adalah lembar observasi
skala Nyeri numeric rantingscale (NRS) untuk mengetahui tingkat
nyeri sendi lansia. Pada dasarnya pengolahan data dianalisis
secara univariat dan bivariate dalam program komputer. Analisa
unavriat mendeskripsikan responden terkait jenis kelamin, usia
dan pekerjaan responden. Analisa bivariat dilakukan dengan uji
Wilcoxon.
b. Metode sampling dalam penelitian ini sudah sesuai karena peneliti
mengambil sampel penderita Rheumatoid Artritis.
Analisa Data Ya a. Stategi yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan
menggunakan uji wilcoxcon.
a. Apakah dijelaskan strategi yang b. Peneliti mengikuti langkah-langkah karena metode dari analisis
digunakan untuk menganalisis data? data dijabarkan di dalam jurnal.
b. Apakah peneliti mengikuti langkah- c. Data yang diharapkan tercapai.
langkah dari metode analisis data?
c. Apakah data saturasi tercapai?
Ethical considerations Tidak a. Dalam penelitian ini tidak dijelaskan tentang pemberian informasi
tentang penelitian kepada keluarga pasien.
a. Apakah responden diberikan informasi b. Didalam penelitian ini tidak dijelaskan kerahasiaan dari responden
lengkap tentang penelitian ini? apakah dijamin atau tidak.
b. Apakah otonomi / kerahasiaan partisipan
dijamin? c. Pada penelitian ini juga tidak dijelaskan apakah keamanan klien
c. Apakah peserta dilindungi dari bahaya? terjamin atau tidak karena dalam jurnal ini tidak dijelaskan secara
d. Apakah izin etis diberikan untuk studi? rinci bagaimana tempat saat dilakukan penelitian, apakah kondusif
dan aman untuk klien atau tidak.
d. Pada jurnal ini tidak menjelaskan tentang perizinan penelitian.
a. Findings/discussion Ya a. Temuan sudah dipaparkan dengan jelas terhadap aspek yang ingin
a. Apakah temuan dipaparkan dengan jelas ? diteliti.
b. Apakah temuan ini menggambarkan b. Temuan cukup menggambarkan masalah dalam jurnal ini yaitu
masalah tersebut? dengan hasil penelitian menunjukkan perbandingan masing-masing
c. Apakah tujuan awal dari penelitian hasil perlakuan, maka dapat disimpulkan Kompres Hangat Rebusan
tercapai dari hasil studi ? daun serei efektif terhadap penurunan nyeri pada penderita
Rheumatoid Artritis pada lansia.
c. Tujuan dari penelitian ini terpenuhi dengan hasil penelitian
menunjukkan adanya Efektifitas Kompres Hangat Rebusan daun
serei terhadap penurunan nyeri pada penderita Rheumatoid Artritis
pada lansia.
c. References Ya Daftar pustaka pada penelitian ini sudah cukup jelas dan tertulis pada
Apakah semua referensi/ buku, jurnal dan daftar pustaka sesuai dengan kriteria penulisan serta sesuai dengan
media lain dicantumkan dalam penelitian pembahasan yang diangkat dalam penelitian ini.
ini?
DAFTAR PUSTAKA
Amelia Sarma, Syahfitri Adinda Riski “Efektivitas Kompres Hangat Rebusan Air Serei
Terhadap Penurunan Nyeri Rheumatoid Artritis Pada Lansia Di Puskesmas Deli
Tua” 28 Oktober 2020.
Lampiran Jurnal
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Pembukaan : 2 menit
2. Peyampaian materi : 5 menit
3. Tanya jawab : 5 menit
4. Penutup : 3 menit
D. Setting Tempat
B Jarak 1 Meter A
Keterangan :
A = Penyaji
B = Peserta Tn W
E. Garis Besar Materi ( Terlampir)
1. Pengertian Rheumatoid Arhtritis
2. Penyebab Rheumatoid Arhtritis
3. Tanda gejala Rheumatoid Arhtritis
4. Faktor resiko Rheumatoid Arhtritis
5. Pencegahan Rheumatoid Arhtritis
6. Cara mengatasi Rheumatoid Arhtritis
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan Peserta Penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan.
c) Kesiapan penyaji
d) Kesiapan materi penyaji
e) Kesiapan media (Leaflet) dan bahan yang akan digunakan
2. Evaluasi Proses
a) Peserta penyuluhan sesuai target (minimal 1 orang)
b) Peserta aktif dalam melaksanakan Tanya jawab (minimal 1 orang)
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b) Peserta dapat menjelaskan kembali tentang pengertian Rheumatoid
Arhtritis, penyebab Rheumatoid Arhtritis, tanda gejala Rheumatoid
Arhtritis, Faktor resiko Rheumatoid Arhtritis dan pencegahan Rheumatoid
Arhtritis.
Referensi :
Kristanti H, 2009. Ramuan Herbal Pusaka Penyembuh 101 Penyakit, Yogyakarta:
Citra Pustaka
Mansoer, dkk. 2001.Kapita Smeltzer, Suzanne C, Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth. Jakarta :Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Lampiran II :
LAPORAN HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN
A. Evaluasi Struktural
1. Kesiapan Peserta Penyuluhan
a. Sasaran : Tn W
b. Hari/tanggal pelaksanaan: Rabu, 25 Agustus 2021
c. Waktu Kegiatan dimulai : 09.30 - 10.00 Wita
3. Kesiapan penyaji
Penyaji : Penyajian materi dilakukan oleh Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S.Kep
menggunakan media Leaflate
Penyaji mempersiapkan alat dan media 1 hari sebelumnya.
Observer : Observer oleh Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S.Kep.
Fasilitator : Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S.Kep juga berperan sebagai
fasilitator. Fasilitator memotivasi sasaran jika ingin bertanya dan fasilitator juga
menjawab pertanyaan yang diajukan penanya/sasaran.
5. Kesiapan media
Media yang digunakan adalah leaflate
B. Evaluasi Proses
1. Sebelum dilakukan penyuluhan penyaji terlebih dulu kontrak dengan Tn W
2. Sebelum penyuluhan dimulai, penyaji mengatur posisi peserta penyuluhan sesuai dengan
protokol kesehatan yaitu dengan menjaga jarak 1 meter dan menggunakan masker.
3. Saat penyuluhan dilaksanakan, penyaji melakukan sesi pembukaan selama 5
menit/pertemuan dengan memberi salam, memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan
pokok materi dan melakukan pretest secara langsung berupa pertanyaan dalam bentuk
lisan sebanyak 1 butir, dengan pertanyaan:
Apa itu Rematik/Reumathoid Arthtritis ?
4. Penyaji melakukan penyampaian materi selama 10 menit/pertemuan tentang Hipertensi
menggunakan media Leaflate yang telah dicetak dengan isi materi : Pengertian
Reumathoid Arthtritis, penyebab Reumathoid Arthtritis, tanda gejala Reumathoid
Arthtritis, Faktor resiko Reumathoid Arthtritis dan pencegahan Reumathoid Arthtritis.
5. Setelah penyampaian materi selesai, penyaji melakukan sesi tanya jawab selama 10
menit/pertemuan dengan total minimal 1 pertanyaan kepada penyaji.
6. Setelah sesi tanya jawab selesai, penyaji melakukan sesi penutup selama 5
menit/pertemuan dengan melakukan post test secara lisan tentang materi yang telah
disampaikan penyaji, dengan 5 butir pertanyaan:
Apa itu Reumathoid Arthtritis?
Apa penyebab Reumathoid Arthtritis?
Apa saja tanda dan gejala dari Reumathoid Arthtritis?
Apa saja Faktor resiko Reumathoid Arthtritis?
Bagaimana cara mencegah dan mengatasi Reumathoid Arthtritis?
7. Penyaji menarik kesimpulan dari isi materi yang telah disampaikan
8. Penyaji menarik kesimpulan dari proses penyuluhan
9. Penyaji menyampaikan hasil evaluasi
10. Penyaji menutup penyuluhan dengan mengucapkan salam.
11. Penyaji membagikan leaflate kepada peserta penyuluhan untuk bahan bacaan di rumah
atau di tempel di rumah
12. Peserta penyuluhan antusias mengikuti proses penyuluhan dari awal sampai akhir.
13. Peserta aktif dalam bertanya dan menjawab seputar materi penyuluhan tentang
Reumathoid Arthtritis
C. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berlangsung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
selama 30 Menit dari pukul 09.30 sd 10.00 Wita dilanjutkan pemberian intervensi
b. Terdapat peningkatan pengetahuan dari hasil post test khususnya di pertanyaan
terkait Reumathoid Arthtritis
c. Pada Pre Test terdapat 1 dijawab benar.
d. Pada Post Test terdapat 3 dijawab benar.
e. Hambatan dan Kekurangan selama penyuluhan :
- Penyaji tidak menyediakan Reward/bingkisan untuk peserta