Anda di halaman 1dari 95

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA TN.W DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS


DI KOMPLEK GRIYA UTAMA TRIKORA III BLOK D 9 KELURAHAN GUNTUNG
MANGGIS KECAMATAN LANDASAN ULIN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Gerontik

Tanggal 23 - 29 Agustus 2021

Oleh :
Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S. Kep
NIM. 2030913310068

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA TN.W DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS
DI KOMPLEK GRIYA UTAMA TRIKORA III BLOK D 9 KELURAHAN GUNTUNG
MANGGIS KECAMATAN LANDASAN ULIN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Gerontik

Tanggal 22 - 29 Agustus 2021

Oleh :
Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S. Kep
NIM. 2030913310068

Banjarbaru, Agustus 2021

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, Ns, MNS


NIPK. 19841112201 701209 001

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 55 tahun
ke atas. Pada lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah
satu contoh kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya lansia terhadap
penyakit, khususnya penyakit degeneratif. (Nugroho, 2008).
Menurut kemenkes RI (2013) mengatakan umur harapan hidup manusia
pada tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi
lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini akan meningkat pada tahun 2045-
2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi
lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat
Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun pada tahun 2010 (dengan
persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65
tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%). Secara demografis,
jumlah lanjut usia di Indonesia berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2005,
jumlah ini kurang lebih 18,3 juta (8,5%). Pada tahun 2005 – 2010, jumlah lanjut
usia akan sama dengan jumlah anak balita, yatu sekitar 19,3 juta jiwa
(Riskesdas, 2013).
Rheumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi non bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan
ikat sendi secara simetris. (chairudin, 2003). Penyebab utama terjadinya
rheumatoid arthritis belum diketahui. Tetapi ada beberapa teori yang
mengatakan mengenai penyebab rheumatoid arthritis yaitu endokrin, autoimun,
metabolic, faktor genetik serta faktor pemicu seperti gaya hidup pasien yang
tidak menjaga pola makan. Gangguan muskuloskeletal pada pasien lanjut usia
akan terjadinya perubahan fisik dan fungsi pada sistem muskuloskeletal adalah
gerakan pinggang, lutut dan jari – jari pergelangan tangan terbatas, gangguan
gaya berjalan, kekakuan jaringan penghubung, persendian membesar dan
menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, sendi tulang yang
keropos.
Prevalensi penyakit sendi Rheumathoid Artrithis berdasarkan diagnosis
nakes di Indonesia 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7%.
Prevalensi berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh
(18,3%) , Jawa Barat (17,5%) dan Papua (15,4%). Prevalensi penyakit sendi
berdasarkan diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%),
diikuti Jawa Barat (32,1%), dan Bali (30%) (RISKESDAS 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami gout

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan
Rheumatoid Arthritis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada lansia
dengan Rheumatoid Arthritis
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada lansia
dengan Rheumatoid Arthritis
c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada
lansia dengan Rheumatoid Arthritis
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada lansia
dengan Rheumatoid Arthritis
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada lansia
dengan Rheumatoid Arthritis

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan untuk membuktikan teori tentang asuhan keperawatan pada
lansia yang menderita penyakit Rheumatoid Arthritis, sebagai
pengembangan ilmu keperawatan khususnya pada lansia dengan Rheumatoid
Arthritis.
2. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada lansia
dengan Rheumatoid Arthritis.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperoleh dalam pelaksanaan
praktek keperawatan yang tepat khususnya untuk memberikan Asuhan
Keperawatan pada lansia dengan Rheumatoid Arthritis.
4. Bagi Lansia
Agar lansia mendapat asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhannya

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP PROSES PENUAAN PADA LANSIA
A. Definisi
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
(Ratnawati, 2017). Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaan. Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih,
karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara
jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2012).
Proses menua (Aging) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan akibat
penurunan fungsi sistem tubuh. Menjadi tua merupakan keadaan yang harus
dilalui oleh semua makhluk hidup, apabila memiliki usia yang panjang.
Walaupun proses penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal,
akan tetapi pada kenyataannya, proses ini lebih menjadi beban bagi orang lain
dibandingkan proses lain yang terjadi, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk
menghambat proses tersebut (Wicaksono, 2011).
Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60
tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetpai
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila,
2013).
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh
darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut
disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya
mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatimah,2010).
B. Teori Proses Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
(Kemenkes,2016) :
1. Teori Biologi
a. Teori Genetik Dan Mutasi (Somatic Mutatietheory) Menurut teori ini
menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul – molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional
sel.
b. Pemakaian Dan Rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel
tubuh lelah (rusak).
c. Reaksi Dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory) Di dalam proses
metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori “Immunology Slow Virus” (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organtubuh.
e. Teori Stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
f. Teori Radikal Bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi
oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal
bebas ini dapat menyebabkan selsel tidak dapat regenerasi.
g. Teori Rantai Silang Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h. Teori Program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelahsel-sel tersebut mati.
2. Teori Kejiwaan Sosial
a. Aktivitas Atau Kegiatan (Activity Theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari lansia berupa mempertahankan
hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Pada teori
ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yangdimiliki.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory) Teori ini menyatakan bahwa
dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple
loss), yakni: (1) Kehilangan peran; (2) Hambatan kontak sosial; (3)
Berkurangnya kontak komitmen.
C. Batasan Lansia
Menurut Nugroho (2008) ada beberapa pendapat para ahli mengenai batasan
lanjut usia diantaranya :
1. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang dikatakan lanjut usia tersebut
dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
a. Usia lanjut (elderly) : 60-74 tahun
b. Usia tua (old) : 75-89 tahun
c. Usia sangat lanjut (very old) : > 90 tahun
2. Menurut Dep. Kes. RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia
membaginya lanjut usia menjadi sebagai berikut :
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini dikatakan
sebagai masa virilitas.
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.
c. Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai
masa senium.
3. Maryam (2008) mengklasifikasikan lansia antara lain :
a. Pralansia (praselinis) : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia Risiko Tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih /
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
(Depkes RI, 2013)
d. Lansia potensial : Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI,
2013)
e. Lansia Tidak Potensial : Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,
2013)
D. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik yang berusia lebih dari 60 tahun, kebutuhan dan
masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, kebutuhan
biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif (Maryam,
2008). Menurut Kemenkes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis sehingga motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang
rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang
tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di
masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap social masyarakat menjadi
positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan
sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagaiKetua RW, sebaiknya
masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh: lansia yang tinggal
bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan
lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki
harga diri yang rendah.

E. Perubahan-Perubahan Pada Lansia


Menurut buku ajar asuhan keperawatan gerontik, aplikasi NANDA, NIC, dan
NOC, (Aspiani, 2014), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi :
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormone. Hormone pertumbuhan berperan sangat penting
dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ
tubuh. Yang termasuk hormone kelamin adalah :
1) Menurunnya sekresi hormone kelamin seperti progesterone, estrogen
dan testosteron
2) Menurunnya produksi aldosterone
3) Produksi hampir dari semua hormone menurun
4) Fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah
5) Pituitary : pertumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya
didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH
(Adrenocortikotropic Hormone), TSH (Thyroid Stimulating
Hormone), FSH (Folikel Stimulating Hormone), dan LH
(Leutinezing Hormone).
6) Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic
Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat
b. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya
2) Lebih besar ukurannya
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya
4) cairan intraseluler Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,
darah dan hati
5) Jumlah sel otak menurun
6) Terganggungnya mekanisme perbaikan sel
7) Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%
c. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler antara lain :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%Setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya aktivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dan tidur
ke duduk atau duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah
menurun yaitu menjadi 65 mmHg yang dapat mengakibatkan pusing
mendadak.
5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya
6) resistensi dari pembuluh darah perifer : sistolik normal ±170 mmHg,
diastolik normal ±90 mmHg.
d. Sistem Pernafasan Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan antara
lain:
1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2) Menurunnya aktivitas dari silia.
3) Paru-paru kehilangan elastisitas : kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dan kedalaman bernafas menurun.
4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6) Karbon dioksida pada arteri tidak berganti.
7) Kemampuan untuk batuk berkurang.
8) Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.
e. Sistem Persyarafan
Perubahan yang terjadi pada sistem persyarafan antara lain:
1) Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
2) Cepat menurun hubungan persarafan.
3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stress.
4) Mengecilnya saraf panca indra : berkuranganyapenglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa,
lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
tehadap dingin.
5) Kurang sensitive terhadap sentuhan.
f. Sistem Gastrointestinal
1) Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal antara lain:
Kehilangan gigi : penyebab utama adanya Periodonta Disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan
gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indra pengecap menurun : adanya iritasi yang kronis dan selaput
lendir, atropi indra pengecap (± 80 %), hilangnya senstivitas dari
indra pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya
sensitivitas dari saraf pengecap terhadap rasa asin, asam dan pahit.
3) Esophagus melebar.
4) Lambung : rasa lapar menurun (sensitivitas laparmenurun), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorpsi melemah (daya absoprsi terganggu).
7) Liver (hati) : makin mengecil, dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
g. Sistem Genitourinaria
Perubahan yang terjadi pada sistem genitourinaria antara lain:
1) Ginjal : Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh
melalui urin, darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit)
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus ).
Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 % , fungsi tubulus berkurang akibatnya
kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin
menurun proteinuria (bisanya ±1) BUN ( Blood Urea Nitrogen)
meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
2) Vesika urinaria (kandung kemih) : Otot-otot menjadi lemah,
kapastiasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi
buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada
pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun
h. Sistem Indera
Organ sensori pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba dan
penghirup memungkinkan kita berkomunikasi dengan lingkungan. Pesan
yang diterima dari sekitar kita membuat tetap mempunyai orientasi,
ketertarikan dan pertentangan. Kehilangan sensorik akibat penuaan
merupakan saat dimana lansia menjadi kurang kinerja fisiknya dan lebih
banyak duduk :
1) Sistem Pendengaran
a) Presbiakuisis (gangguan pendengaran). Hilangnya
kemampuan/daya pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur
65 tahun
b) Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya kerati
d) Pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stress
2) Sistem Penglihatan
a) Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar
b) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebababkan gangguan penglihatan
c) Meningkatkan ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi
terhadap kegelapan, lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya
gelap
d) Hilangnya daya akomodasi Menurunnya lapang pandang :
berkurangnya luas pandangan
e) Menurunnya daya membedakan warna biru/hiijau pada skala
3) Rabaan
Indera peraba memberikan pesan yang paling intim dan yang paling
mudah untuk menterjemahkan. Bila indra lain hilang, rabaan dapat
mengurangi perasaan sejahtera. Meskipun resptor lain akan
menumpul dengan bertambahnya usia, namun tidak pernah hilang.
4) Pengecap dan Penghidu
Empat rasa dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Diantara
semuanya, rasa manis yang paling tumpul pada lansia. Maka jelas
bagi kita mengapa mereka membubuhkan gula secara berlebihan,.
Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan terhadap makanan yang
asin dan banyak berbumbu. Harus dianjurkan pengunaan rempah,
bawang, bawang puti, dan lemon untuk mengurangi garam dalam
menyedapkan masakan
i. Sistem Integumen
Fungsi kulit meliputi proteksi, perubahan suhu, sensasi, dan ekskresi.
Dengan bertambahnya usia, terjadilah perubahan intrinsic dan ekstrinsik
yang mempengaruhi penampilan kulit :
1) Kulit mengkerut atau keriput akibat hilangnya jaringan lemak
2) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena hilangnya proses
kreatinisasi serta perubahan ukuran dan bentukbentuk sel epidermis)
3) Menurunnya respon terhadap trauma
4) Mekanisme proteksi kulit menurun : produksi serum menurun,
penurunan serum menurun, gangguan pigmentasi kulit
5) Kulit kepala dan rambut menipis berarna kelabu
6) Rambut dalam hidup dan telinga menebal
7) Berkurangnya elastisitas akibat dan menurunnya cairan dan
vaskularisasi
8) Pertumbuhan kuku lebih lambat
9) Kuku jari menjadi keras dan rapih
10) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
11) Kelenjar keringat berkurangnya jumlah dan fungsinya
12) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya
j. Sistem Muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum usia
40 tahun :
1) Tulang kehilangan denstisy (cairan) dan makin rapuh dan osteoporosis
2) Kifosis
3) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang)
5) Persendian membesar dan menjadi kaku
6) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
7) Atrofi serabut oto (otot-otot serabut mengecil) : serabutserabut otot
mengecil sehingga seseorang bergerakmenjadi lamban, otot-otot kram
dan menjadi tremor
8) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh
k. Sistem Reproduksi dan Seksualitas
1) Vagina : Orang-orang yang makin menua seksual intercourse masih
juga membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu. Fungsi
seksual seseorang berhenti, frekuensi seksual intercourse cenderung
menurun dan secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua. Selaput lendir
vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna
2) Menciutnya ovary dan uterus
3) Atrofi payudara
4) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur
5) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi
kesehatan baik) yaitu : Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai
masa lanjut usia, Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual, Tidak terlalu cemas karena
merupakan perubahan alami.
2. Perubahan Kognitif
Keinginan untuk berumur panjang dan ketika meninggal dapat masuk surga
ialah sikap umum lansia yang perlu dipahami oleh perawat. Perubahan
kognitif pada lansia dapat berubah sikap yang semakin egosentrik, mudah
curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Bahkan, lansia
cenderung ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap
berwibawa,. Mereka mengharapkan tetap memiliki peranan dalam keluarga
ataupun masyarakat. Faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif :
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran,
kemampuan berbicara, dan kemampuan motorik terpengaruh. Lansia
akan kehilangan kemampuan dan pengetahuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Lansia cenderung mengalami demensia. Demensia biasanya
terjadi pada usia lanjut dan Alzheimer merupakan bentuk demensia yang
umum terjadi, yakni mencapai 50 hingga 60 % dari semua kasus
demensia. Sedangkan, bentuk lainnya misalnya karena faktor pembuluh
darah. Demensia terbagi menjadi dua, yakni demensia yang dapat
disembuhkan dan demensia yang sulit disembuhkan. Adapun penyebab
demensia yang dapat disembuhkan antara lain :
1) Tumor otak
2) Hematoma subdural
3) Penyalahgunaan obat terlarang
4) Gangguan kelenjar tiroid
5) Kurangnya vitamin, terutama vitamin B12
6) Hipoglikemia
Sementara itu, demensia yang sulit disembuhkan antara lain disebabkan
oleh : Demensia Alzheimer, Demensia vascular, Demensia lewy body
dan Demensia frontemporal.
3. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang dialami lansia erat kaitannya dengan keterbatasan
produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, seorang lansia yang memasuki masa-
masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut :
a. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
b. Kehilangan status atau jabatan pada posisi tertentu ketika masih bekerja dulu
c. Kehilangan kegiatan/ aktivitas. Kehilangan ini erat kaitannya dengan
beberapa hal sebagai berikut :
1) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup
( memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih sempit)
2) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.
3) Biaya hidup meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan
bertambah.
4) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik Timbul kesepian
akibat pengasingan dari lingkungan sosial
5) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan
6) Gangguan gizi akibat kehilagan jabatan. Rangkaian kehilangan, yaitu
kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga
7) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri)

F. Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia


Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia menurut Kemenkes RI (2016) terdiri
dari :
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-
tingginya,sehingga terhindar dari penyakit ataugangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental.
3. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita
suatupenyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian
yang optimal.
4. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia
yang beradadalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi kematian
dengan tenang dan bermartabat. Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada
pusat pelayanan sosial lansia, pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan
pusat pengembangan pelayanan sosial lansiadan pusat pemberdayaan lansia.
G. PATHWAY
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan Utama
c. Data Perubahan Fisik, Psikologis, dan Psikososial
d. Pengkajian khusus pada lansia (Pengkajian status Fungsional dan
Pengkajian status kognitif)
2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri Akut (00132)
b. Risiko Jatuh (00155)
c. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh (00002)
d. Ansietas (00146)
e. Harga Diri Rendah Situasional (00120)
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri Akut (00132) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajmen Nyeri (1400)
selama 3x60 menit diharapkan nyeri akut 1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi :
klien teratasi dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan
Kontrol nyeri (1605) intensitas.
1. Klien mengenali kapan terjadi nyerii 2. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat
2. Klien menggambarkan faktor yang mengekspresikan nyeri.
berkontribusi pada nyeri 3. Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap
3. Mendiskusikan pilihan penanganan kualitas hidup : pola tidur, nafsu makan, aktivitas,
nyeri dengan profesional kesehatan mood, pekerjaan dan tanggung jawab.
4. Klien melaporkan nyeri berkurang 4. Kaji pengalaman klien terhadap nyeri.
dengan menggunakan manajemen nyeri. 5. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan
Tingkat nyeri (2102) mengontrol nyeri yang telah digunakan.
1. Klien melaporkan nyeri dan 6. Berikan informasi tentang nyeri, seperti : penyebab,
pengaruhnya pada tubuh. berapa lama terjadi dan tindakan pencegahan.
2. Klien mampu mengenal skala nyeri, 7. Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri.
intensitas, durasi dan frekuensi. 8. Tingkatkan tidur/ istirahat yang cukup.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal. 9. Evaluasi keefektifan dan tindakan mengontrol nyeri
4. Ekspresi wajah tenang
2 Risiko Jatuh (00155) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Jatuh (6490)
selama 1x24 jam diharapkan risiko jatuh 1. Identifikasi kekuranganbaik kognitif dan fisik dari
klien teratasi dengan kriteria hasil : pasien yang mungkin meningkatkan potensi jatuh pada
Kejadian Jatuh (1912) lingkungan tertentu
1. Kejadiaan jatuh saat berjalan berkurang 2. Monitor gaya berjalan (terutama kecepatan),
2. Kejadian jatuh saat naik dan turun keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi
tangga berkurang 3. Sediakan alat bantu (misalnya tongkat dan walker)
3. Kejadian jatuh saat ke kamar mandi untuk menyeimbangkan gaya berjalan (terutama
berkurang kecepatan)
Pencegahan Jatuh (6490) 4. Ajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk
1. Identifikasi kekuranganbaik kognitif meminimalkan cedera
dan fisik dari pasien yang mungkin 5. Sediakan pasien yang memilik ketergantungan suatu
meningkatkan potensi jatuh pada alat untuk meminta pertolongan (misal bel) saat
lingkungan tertentu caregiver tidak ada
2. Monitor gaya berjalan (terutama 6. Tandai ambang pintu dan dari batas jalan pintu
kecepatan), keseimbangan dan tingkat sebelum tangga, sesuai kebutuhan
kelelahan dengan ambulasi 7. Sediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka
3. Sediakan alat bantu (misalnya tongkat meningkatkan pandangan
dan walker) untuk menyeimbang 8. Sediakan alas kaki yang tidak licin untuk
memfasilitasi kemudahan menjangkau
3 Ketidakseimbangan Nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi (1100)
Kurang Dari Kebutuhan selama 1x24 jam diharapkan kebutuhan 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk
Tubuh (00002) nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil : memenuhi kebutuhan gizi
Status Nutrisi (1004) 2. Kaji adanya alergi atau intoleransi makanan pada
1. Adanya peningkatan berat badan yang klien
sesuai. 3. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi
2. Asupan Gizi sesuai pasien
3. Asupan makanan sesuai 4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
5. Berikan pilihan maknan sambil menawarkan
bimbingan terhadap pilihan makanan yang lebih sehat,
jika diperlukan
6. Lakukan atau bantu pasien terkait perawatan mulut
sebelum makan
7. Monitor kalori dan asupan makanan
8. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan

4 Ansietas (00146) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengurangan Kecemasan (5820)


selama 2x12 jam diharapkan kecemasan 1. Gunakan ketenangan dalam pendekatan untuk
klien teratasi dengan kriteria hasil : menangkan klien.
Kontrol Kecemasan (1402) 2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan
1. Memonitor intensitas kecemasan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan
2. Klien dapat mengurangi penyebab tindakan.
kecemasan 3. Berusaha memahami keadaan klien situasi stress
3. Klien dapat merencakan strategi koping yang dialami klien.
untuk situasi yang meninmbulkan stress 4. Temani klien untuk memberikan kenyamanan dan
4. Klien dapat menggunakan strategi mengurangi kecemasan.
koping yang efektif 5. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat
5. Menggunakan teknik relaksasi untuk kecemasan klien.
mengurangi kecemasan 6. Berikan aktivitas hiburan untuk mengurangi tekanan
6. Klien dapat mempertahankan 7. Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi yang
penampilan peran. menyebabkan kecemasan
8. Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
9. Ajarkan klien teknik relaksasi

5 Harga Diri Rendah Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Harga Diri (5400)
Situasional (00120) selama 2x12 jam diharapkan Harga Diri 1. Dukung pasien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan
Rendah Situasional klien teratasi dengan 2. Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri
kriteria hasil : 3. Dukung melakukan kontak matapada saat
Harga Diri (1205) berkomunikasi dengan orang lain
1. Komunikasi terbuka 4. Berikan pengalaman yang akan meningkatkan
2. Pemenuhan peran yang signifakan otonomi pasien, dengan tepat
secara pribadi 5. Bantu untuk mengatur tujuan yang realistik dalam
3. Mempertahankan penampilan dan rangka mencapai harga diri yang lebih tinggi
kebersihan diri 6. Dukung tanggung jawab pada diri sendiri, dengan
tepat
7. Berikan hadiah atau pujian terkait dengan
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan
8. Fasilitasi lingkungan dan aktivitasaktivitas yang akan
meningkatkan harga diri
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS

A. Pengertian Rheumatoid Arthritis


Rheumatoid Arthritis atau Rematik adalah orang yang menderita rheumatism
(encok), arthritis (radang sendi) yang menyebabkan pembengkakan. Rheumatoid
Athritis merupakan penyakit inflamasi kronis dan sistemik yang simetris, yang
terutama menyerang sendi perifer dan otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah
disekitarnya. Remisi spontan dan eksaserbasi yang tidak dapat diperkirakan
menandai jalannya penyakit (Jaime L Stocklager, 2007).
Rheumatoid Arthritis adalah peradangan sendi kronis yang disebabkan oleh
gangguan autoimun. Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyusup seperti, bakteri , virus dan jamur,
keliru menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri. Pada penyakit Rematik, sistem imun
gagal membedakan jaringan sendiri dengan benda asing, sehingga menyerang
jaringan tubuh sendiri, khususnya jaringan sinovium yaitu selaput tipis yang melapisi
sendi. Hasilnya dapat mengakibatkan sendi bengkak, rusak, nyeri, meradang,
kehilangan fungsi (Haryono, Setiyaningsih, 2013).
Rheumatoid Arthritis dapat menyerang semua sendi, tetapi yang paling sering
diserang adalah sendi dipergelangan tangan, kuku-kuku jari, lutut dan engkel kaki.
Sendi-sendi yang lain mungkin diserang termasuk sendi ditulang belakang, pinggul,
leher, bahu, dan bahkan sampai ke sambungan antara tulang kecil dibagian telinga
dalam. Rheumatoid Arthritis juga mempengaruhi organ tubuh bagian dalam seperti
jantung, pembuluh darah, kulit, dan paru-paru. Serangan Reumatik biasanya simetris
yaitu menyerang sendi yang sama di kedua sisi tubuh (Haryono,dan Sulis, 2013)

B. Etiologi
Penyebab Rheumatoid Arthritis hingga saat ini masih belum diketahui,
Namun beberapa resiko untuk timbulnya rematik antara lain:
1. Umur
Dari semua faktor resiko timbulnya rematik, faktor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya rematik semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Rematik terjadi pada usia lanjut.
2. Genetik
Faktor herediter juga berperan timbulnya rematik miaslnya pada seorang ibu dari
seorang wanita dengan rematik pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering rematik pada sendi tersebut. Anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibuknya.
3. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rematik nampakya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya rematik paha lebih jarang diantara
orang berkulit hitam dengan orang berkulit putih dan usia dari pada kaukasia.
Rematik lebih sering dijumpai pada orang-orang asli amerika dari pada orang
berkulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainanan kongenital dan pertumbuhan.
4. Kegemukan (Obesitas)
Berat badan berlebihan berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
rematik pada pria dan wanita. Karena menahan beban berat badan sehinga
mengangu sendi.

C. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula terjadi pada sendi-sendi synovial seperti edema,
kongesti vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, synovial menjadi menbal, terutama pada sendi artiluar kartilago dari
sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus atau penut yang menutupi
kartilago. Panus masuk ke tulang subchondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi
nekrosis, tingkat erosi dari kartilago menetukan tingkat ketidak mampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka menjadi adhesi di antara permukaan sendi,
karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendiaan. Invasi dari tulang subchondrial bisa
menyebabkan osteoporosis setempat.
Lamanya athrtitis rheumatoid berbeda dari tiap orang. Di tandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Dan ada juga klien terutama
yang mempunyai faktor rheumatoid (seropositif gangguan rheumatoid) gangguan
akan menjadi kronis yang progresif (Mujahidullah, 2012).

D. Manifestasi Klinis
Pada setiap orang gejala Rematik yang dirasakan berbeda-beda, berikut adalah
beberpa tanda dan gejala umum yang dirasakan dari penyakit Rematik (Haryono dan
Setianingsih, 2013):
1. Kekakuan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi
hari.
2. Bengkak pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan.
3. Bengkak dari nyeri pada umunya terjadi pada sendi-sendi tangan.
4. Bengkak dan nyeri umunya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi
yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumya menyerang sendi pergelangan
tangan.
5. Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendiaan pergelangan jari,
tangan, kaki, bahu, lutut, pinggang, punggung dan sekitar leher.
6. Sakit Rematik dapat berpindah-pindah tempat dan bergantian bahkan sekaligus
diberbagai persendian.
7. Sakit Rematik kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat hujan atau dalam
cuaca dingin
8. Nyeri pada anggota gerak
9. Kelemahan otot
10. Peradangan dan bengkak pada sendi
11. Kekakuan sendi
12. Kejang dan kontraksi pada otot
13. Gangguan fungsi
14. Sendi berbunyi (Krepitasi)
15. Timbulnya perubahan bentuk (Deformitas)
16. Timbulnya benjolan nodul
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita arthritis rheumatoid
antara lain:
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgentik dan
mengurangi peradangtan, tidak mampu menghentikan proses patologis.
a. Analgetik yang daapt dipakai adalah asetaminofen dosis2,6-4 g/hr atau
propeksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
samping pada saluran cerna dan ginjal.
b. Jika tidak berpengaruh atau jika terdapat tanda peradangan, maka OAINS
seprti fenoprofin, piroksikam, ibuprofen, dan sebagianya dapt digunakan.
Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis
rheumatoid. Oleh karena itu pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek
samping utama adalah ganguan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal
2. Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk, penyangga utuk
lordosis lumbal, menghindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit,
dan pemakaian alat-alat untuk meringankan kerja sendi.
a. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan.
b. Dukungan psikososial
c. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang
tepat.
d. Operasi dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan sendi yang nyata,
dengan nyeri yang menetap, dan kelemahan fungsi
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita Rheumatoid
Arthritis antara lain :
1. Tes serologik
2. rematoid – 70% pasien bersifat seronegatif. Catatan: 100% dengan factor
rematoid yang positif jika terdapat nodul atasindroma Sjogren.
3. Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positif terdapat pada kira-kira 20 kasus.
4. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkenaperubahan yang dapat di temukan
adalah: Pembengkakan jaringan lunak, Penyempitan rongga sendi, Erosi sendi,
Osteoporosis juksta artikule

i. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, status perkawinan, dx. Penyakit. tergantung pada keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ),
tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk
rematik lainnya.
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan. Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot,
kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
b. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal). c.
Integritas ego Gejala : Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan Keputusan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan) Ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
c. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah Tanda :
Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
d. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
e. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.Gejala : Pembengkakan sendi simetris g. Nyeri/ kenyamanan Gejala :
Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi).
f. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b. d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane
sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang rawan, proliferasinovia dan
pembentukan panus.
2. Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot,
pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang
rawan, proloferasisinovia, dan pembentukan panus
3. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Nyeri akut b. d peradangan Pain Level Pain Management


sendi, penimbunan Kristal Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 1. Kaji lokasi, intensitas,an tipe nyeri. Observasi kemajuan
nyeri ke daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala0 – 4.
pada membrane sinovia, kali pertemuan nyeriklien teratasi dengan
2. Bantu klien dalam  mengidentifikasi faktor pencetus.
tulang rawan arikular, erosi kriteria hasil: 3. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda
nyeri nonfamakologi dan non – invasif.
tulang rawan,
 Klien melaporkan penelusuran nyeri. 4. Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka
proliferasinovia dan  menunjukan perilaku yang lebiih yang dapat mengurangi intensitas nyeri.
rileks. 5. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
pembentukan panus.
 memperagakan keterampilan reduksi 6. Tingkatkan pengetahuaan  tentang penyebab nyeri dan
nyeri. hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung.
 Skala nyeri 0 – 1 atau teratasi. 7. Hindarkan klien meminum alcohol, kafein, dan obat
diuretik.
8. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian alopurinol
2. Hambatan mobilisasi fisik b. Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
d penurunaan rentang gerak, Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan
kerusakan.
kelemahan otot, pada selama  3 pertemuan, klien mampu
2. Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
gerakan, dan kekakuan pada melaksanakan aktifitas fisik sesuai ekstermitas yang tidak sakit.
3. Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri
sendi kaki sekunder akibat kemampuannya dengan criteria hasil:
sesuai toleransi.
erosi tulang rawan,  Klien ikut dalam program latihan 4. Pantau kemajuan dan perkembangan kemamapuan klien
dalam melakukan aktifitas
proloferasinovia, dan  Tidak mengalami kontraktur sendi 5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik
pembentukanpanus  Kekuatan otot bertambah klien.
 Klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas dan
mempertahankan koordinasi optimal.
3. Defisiensi pengetahuan b.d Knowledge : disease process Teaching Disease Process
kurang informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada
selama1 kali pertemuan, diharapkan klien penyakit dengan cara yang tepat
memahami tentang penyakitnya, dengan 2. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
criteria hasil: tepat
 Klien memahami tentang penyakitnya 3. Berikan penilaian tentang tingkatpengetahuan klien
 Klien mampu mengulang apa yang tentang proses penyakit yang spesifik
sudah dijelaskan perawat 4. Diskusikan dengan klien tentang pemilihan terapi
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:


definisi&Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Jhonson, Marion dkk. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.

Mc Closkey, Joanne C, 2015. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise,


Misouri: Mosby, Inc.

Brunner & suddath. 2012. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC: Jakarta

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Media Aesculapius
FKUI : Jakarta

Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan   kedua.      
Jakarta :  Salemba Medika.

Fatmah. 2010. GiziUsiaLanjut. Erlangga : Jakarta.

NANDA International. 2018. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification 2018 –


2022. Oxford: Wiley Blackwell.

Nugroho, W , 2008, Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3, Jakarta : EGC

Patricia Gonce Morton et.al. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistic
ed.8; alihbahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC

Potter dan Perry. 2005. Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.

Price, S. A & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S. Kep


Tanggal Praktek : 22-29 Agustus 2021
Tanggal pengkajian : Senin, 23 Agustus 2021

I. Identitas diri Klien


Nama : Tn W
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Komplek Griya Utama Trikora III Blok D 9 Kelurahan
Guntung manggis Kecamatan Landasan Ulin
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani Sayur
Lama Bekerja :-
Sumber informasi : Klien sendiri
II. Struktur Keluarga
No Nama Umur JK Hub dengan Pekerjaan Keterangan
klien
1 Tn W 63 Tahun L Suami Petani Hidup
2 Ny A 61 Tahun P Istri Petani Hidup
3 Tn Y 32 Tahun L Anak Wiraswasta Hidup
4 Ny A 29 Tahun P Anak Buruh Hidup
5 Tn N 27 Tahun L Anak Guru Kontrak Hidup

Genogram
63 6
1
1

Keterangan:
= Perempuan
= Laki-Laki
= Klien
= Menikah
= Meninggal

Tn W mengatakan bahwa kedua orang tua sudah meninggal. Tn W mempunyai 3 orang


anak. Tn W hanya tinggal dengan Ny A. ketiga anak mempunyai rumah sendiri.

III. Riwayat Penyakit Keluarga


Tn W Mempunyai Riwayat Hipertensi dari orang tua (Ibu)

IV. Riwayat Penyakit


1. Keluhan utama saat ini:
Tn W mengatakan nyeri yang dirasakan pada bagian pinggang, sendi lutut dan
sendi mata kaki setelah mencabut singkong di sawah 5 Hari yang lalu. Tn W
mengatakan 5 hari yang lalu sendi jari tangan dan mata kaki terjadi
pembengkakan dan saat ini pembengkakan sudah tidak terlihat tapi masih
merasakan nyeri. Tn W Mengatakan Nyeri juga dirasakan hilang timbul pada
saat malam hari saat cuaca dingin dalam 5 hari ini.
P: Nyeri Nyut-Nyutan karena 5 hari yang lalu mengalami Remathoid Arthritis
Q: Nyeri dirasakan sekitar 5-10 menit
R: Nyeri pada bagian pinggang, sendi lutut dan sendi mata kaki
S: 4 (Sedang)
T: Hilang timbul pada saat cuaca dingin dan pada saat beraktivitas berat

2. Apa yang dipikirkan saat ini:


Tn W mengatakan ingin selalu diberi kesehatan agar dapat melakukan pekerjaan
tiap hari. Tn W mengatakan selama 5 hari yang lalu saat nyeri dan
pembengkakan pada sendi tindakan yang dilakukan yaitu dengan memberikan
obat balsem dan memberikan pijatan karena Tn W mengira hanya bengkak
biasa. Tn W belum tau cara mengatasi nyeri dengan selain obat dan memijat. Tn
W ingin mengetahui cara untuk bisa mengatasi nyeri selain dengan obat dan bisa
diterapkan jika nyeri yang dirasakan kembali. Selama 5 hari Tn W hanya
melakukan aktvitas dirumah yaitu membersihkan rumput-rumput didepan rumah
sedikit-sedikit.
3. Siapa yang paling dipikirkan saat ini:
Tn W mengatakan tidak ada memikirkan siapapun dikarenakan semua anaknya
sudah berumah tangga.
4. Riwayat penyakit dahulu
Tn W mengatakan kurang lebih 1 tahun yang lalu pernah didiagnosis penyakit
Remathoid Artrhitis/rematik oleh puskesmas karena merasakan nyeri sendi yang
dirasakan pada bagian pinggang dan merasakan nyeri serta pembengkakan pada
Sendi tangan dan sendi mata kaki. Tn W mengatakan pada 1 tahun yang lalu saat
berobat dan saat ini lupa obat apa saja yang diberikan. Tn W mengatakan 5 hari
yang lalu kedua mata kaki bengkak dan terasa nyeri pada bagian sendi tetapi
sekarang sudah tidak bengkak lagi. Pada saat 5 hari lalu tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi nyeri sendi dan pembengkakan adalah dengan memberikan obat
balsem yang dibeli diwarung dan sambil memijat pada bagian yang terasa nyeri.

V. Pengkajian
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Tn W menyadari dan memahami kondisinya saat ini sudah lanjut usia dan mulai
timbul keluhan sakit-sakitan seperti pegel linu, mudah lelah dan sering
kesemutan.

2. Pola Nutrisi
Makan:
Tn W mengatakan makan 2 kali sehari dengan menu nasi, tempe/tahu dan
sayuran, tetapi jika merasa lapar klien akan makan lagi. Tn W mengatakan nafsu
makannya baik.
Minum:
Tn W sering minum air putih tiap hari bias menghabiskan 7-8 gelas, biasanya
meminumnya setelah makan dan pada saat seteah beraktivitas. Tn W jarang
minum kopi tetapi lebih sering minum teh bandul, biasanya sehari menghabiskan
5 gelas perhari yaitu setelah makan dan pada saat berbincang santai.
3. Pola eliminasi
BAB:
Tn W mengatakan BAB 1 hari sekali lebih sering dipagi hari dengan konsistensi
Lembek warna kuning kecoklatan. Tn W mengatakan tidak ada keluhan saat
BAB.
BAK:
Tn W mengatakan BAK sekitar 3-4 kali sehari. Tn W mengatakan jumlah air
kencing yang keluar Warna kuning bening. Tn W juga mengatakan setelah
BAK tidak merasa ada yang tersisa. Tn W mengatakan tidak ada keluhan saat
BAK.
4. Pola aktivitas dan latihan:
Kemampuan merawat diri 0 1 2 3 4
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas di tempat tidur 
Berpindah/berjalan 
Ambulasi/ROM 
Keterangan:
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
Kesimpulan:
Tn W mandiri dalam kemampuan merawat diri dan melakukan aktivitas sehari-
hari.
5. Pola tidur dan istirahat
Tn W mengatakan tidur dari pukul 22.00 WITA dan bangun pada pukul 04.30
WITA untuk shalat subuh. Tn W mengatakan jarang tidur pada siang hari.
6. Pola perseptual
 Penglihatan : Tn W mengatakan kedua mata tidak kabur. Tn W tidak
memakai kacamata
 Pendengaran: Tn W mengatakan masih bisa mendengar dengan jelas dan
tidak ada masalah dengan pendengarannya.
Tn W dapat berbicara dengan baik dan benar. Jawaban Tn W sesuai dengan
pertanyaan. Pengecekan pendengaran dilakukan pada telinga kanan dan
telinga kiri secara bergantian. Saat melakukan pengecekan telinga kanan dan
telinga kiri klien tidak ada perubahan bentuk dan tidak ada keluar cairan.
mengatakan tidak ada keluhan pada pendengaran.
 Pengecap : Tn W mengatakan lidah masih bisa merasakan rasa.
Tn W menjawab dengan benar rasa manis saat diberikan gula dengan mata
yang tertutup.
Tn W menjawab dengan benar rasa asin saat diberikan garam dengan mata
yang tertutup.
 Sensasi: Tn W mengatakan kulit masih dapat merasakan sentuhan pada
kedua telapak kaki.
Tn W menjawab dengan benar sensasi tajam, saat diberikan sensasi tajam
menggunakan ujung mata pulpen dengan mata yang tertutup.
Tn W kaget saat dilakukan sedikit penusukkan ujung mata pulpen ke tangan
dan kaki karena nyeri.
 Penciuman: Tn W mengatakan hidung masih dapat mencium aroma.
Tn W menjawab dengan benar aroma teh, saat didekatkan teh ke lubang
hidung dengan mata yang tertutup. Hal ini dilakukan bergantian antara
lubang hidung kanan dan lubang hidung kiri. Saat melakukan pengecekan
lubang hidung kanan, lubang hidung kiri klien ditutup, begitupun sebaliknya.

7. Pola Persepsi diri


a. Gambaran diri : Tn W mengatakan puas dengan keadaannya saat ini. Tn W
menyadari dan menerima bahwa dirinya sudah lansia
b. Ideal diri: Tn W berharap dirinya dapat menjadi kakek yang baik dan dapat
melihat cucu tumbuh besar.
c. Identitas diri: Tn W mengatakan puas dengan dirinya yang sudah sangat tua
sebagai laki-laki
d. Peran
1) Keluarga : Tn W mengatakan di keluarga sebagai ayah dan seorang kakek
2) Masyarakat: Tn W mengatakan di masyarakat hanya sebagai warga.
e. Harga diri: Tn W mengatakan saat ini tidak ada gangguan pada harga diri. Tn
W merasa puas dengan kondisinya saat ini dan hanya menjalankan takdirnya.
8. Pola peran hubungan
Hubungan Tn W dengan keluarga dan tetangga sekitar tidak ada masalah.
9. Pola managemen koping stress
Tn W mengatakan jika ada masalah yang muncul sering bermusyawarah dengan
keluarga dalam menghadapi masalah.
10. Sistem nilai dan keyakinan
Tn W percaya dengan agama Islam dan menyerahkan kehidupannya kepada
Allah SWT.

VI. Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran : Compos mentis
TD : 125/81 mmHg
Nadi : 99x/menit
Respirasi : 20x/menit
Temperatur : 36,40C
BB : 55 Kg
TB :170 cm
SpO2 : 99 %

Kepala:
Inspeksi: Tidak terlihat ada benjolan pada bagian kepala
Palpasi: Tidak teraba ada benjolan
Leher:
Palpasi : Tidak teraba benjolan atau abnormalitas pada leher

Thorax:
Inspeksi: Tn W tampak kurus, bentuk dada normal, tidak ada retraksi dinding
dada, perkembangan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi dan benjolan,
kulit tampak bersih dengan warna kulit sawo matang.
Palpasi:
Vokal fremitus seimbang kanan dan kiri getarannya. PMI normal teraba lemah.
Nyeri tekan (-). Tugor kulit normal.
Perkusi : -
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing dan tidak ada ronkhi.
Abdomen
Inspeksi: Bentuk normal (tidak ada deformitas), tidak ada lesi atau benjolan,
kulit tampak bersih.
Auskultasi: Bising Usus 12x/menit
Perkusi: Timpani
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Ekstrimitas:
Tn W mengatakan masih kuat berjalan tanpa bantuan alat dan orang lain tetapi
masih terasa nyeri karena 5 hari yang lalu bengkak pada sendi mata kaki. Postur
Tn W tampak stabil atau seimbang pada saat berdiri, namun ketika mengangkat
1 kaki klien bergetar dan seperti tidak mampu.
Tidak ada edema ekstrimitas saat ini. Tugor kulit normal, kulit tampak kering
dan keriput.
Skala kekuatan otot : 5555 5555
4444 4444
Keterangan :
0 : Tidak ada kontraksi
1 : Ada tanda kontraksi
2 : Bergerak tapi tak mampu untuk menahan gaya gravitasi
3 : Bergerak melawan gaya gravitasi tetapi tidak dapat melawan tahanan otot
pemeriksa
4 : bergerak dengan lemah terhadap tahanan otot pemeriksa
5 : kekuatan dan regangan yang normal

2. Pemeriksaan panca indera


a. Penglihatan (mata)
bola mata : Simetris
konjungtiva: Anemis(-/-)
sklera : Ikterik (-/-)
reflek pupil : (+/+)
b. Pendengaran (telinga)
Bentuk telinga : Simetris
Nyeri tekan : Tidak ada
Liang telinga : Tampak bersih
Gangguan pendengaran ada/tidak ada : Tidak ada
Menggunakan alat Bantu dengar : Tidak ada
c. Pengecapan
Gigi geligi bersih/tidak : Gigi lengkap dan tampak bersih
Lidah bersih/ tidak : Lidah tampak bersih
Sensasi rasa manis, asin pahit : (+/+/+)
d. Sensasi (kulit)
Sensasi nyeri (+), sensasi taktil (+), sensasi suhu (+)
Turgor kulit: kulit tampak kering dan keriput, CRT < 2 detik
e. Penciuman (Hidung)
Lubang hidung simetris/tidak : simetris
Septum nasilurus/tidak : lurus
Sekret ada/tidak : tidak ada
3. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Asam Urat (Senin 23 Agustus 2021): 3,7 mg/dl.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA

Nama Klien : Tn W Tanggal Wawancara : 24 Agustus 2021


Umur : 63 Tahun Pewawancara : Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara,S.Kep
Pendidikan Terakhir : SMP

No. Pertanyaan Benar Salah


1. Tanggal berapa hari ini? √
Tanggal 23 Bulan 08 Tahun 2021
2. Hari apa sekarang? √
Senin
3. Apa nama tempat ini? √
Rumah saya
4. Dimana alamat anda? √
Komplek Griya Utama Trikora III Blok D 9 Kelurahan
Guntung Manggis
5. Kapan anda lahir? √
16 Mei 1958
6. Berapa umur anda? √
63 Tahun
7. Siapa presiden sekarang? √
Joko Widodo
8. Siapa presiden sebelumnya? √
Joko Widodo
9. Siapa nama Bapak anda? √
Wahono
10. Kurang 3 dari 20, dan tetap kurangi 3 pada setiap angka √ 1
baru, semua secara menurun!
17, 14, 11, 7
TOTAL = 9 1

Interpretasi :
Pendidikan Level I (SD)
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

Pendidikan Level II (SMP/SMA)


Salah 0-2 : fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : kerusakan intelektual berat
Pendidikan Level III (DI, II, II, S1, S2, S3)
Salah 0-1 : fungsi intelektual utuh
Salah 2-3 : kerusakan intelektual ringan
Salah 4-6 : kerusakan intelektual sedang
Salah 7-10 : kerusakan intelektual berat
MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)

Niai Skore yang Aspek yang dinilai


Maksimum didapat
5 5 Orientasi:
Tanggal berapa hari ini?(tahun, musim,tanggal, hari,bulan)
Jawaban Tn W :
Tahun : 2021
Musim : Panas
Tanggal: 23
Hari : Senin
Bulan : Agustus
5 5 Orientasi:
Dimana kita berada? (negara, provinsi,
kota,Kecamatan,Kelurahan)
Jawaban Tn W :
Negara : Indonesia
Provinsi: Kalimantan Selatan
Kota : Banjarbaru
Kecamatan : Landasan Ulin
Kelurahan :Guntung manggis
3 3 Registrasi:
menyebutkan 3 nama objek yang tidak saling berhubungan
jawaban Tn W :
(Kursi, Plastik, Pulpen)
5 4 Konsentrasi dan Kalkulasi:
Meminta klien menghitung mundur dari 100 dengan
kelipatan 7 sampai 5 tingkat.
(100, 93, 86, 79, 72)
Jawaban Tn W:
100 93 86 79 69
3 3 Mengingat:
Menyebutkan kembali 3 nama objek pada langkah ke-3.
Jawaban Tn W :
Kursi, Plastik, Pulpen
2 2 Menanyakan pada klien tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut):
Jawaban Tn W :
Masker
Kursi
1 1 Bahasa:
Membuat kalimat kemudian meminta klien menirukannya.
Jawaban Tn W :
Saya memakai masker
3 3 Bahasa:
Meminta klien untuk mengikuti 3 langkah perintah yaitu:
Angkat tangan, tutup mata, buka mata.
1 1 Bahasa:
Meminta klien untuk menulis sebuah kalimat.
“Harinya sangat panas”
1 1 Minta klien untuk menggambar

Total Nilai 29
Penilaian :
24-30 : Tidak ada gangguan kognitif
18-23 : Gangguan kognitif ringan
0-17 : Gangguan kognitif berat
MORSE FALL SCALE (MFS)/ SKALA JATUH DARI MORSE

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.


1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh Tidak 0 0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25

2. Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki Tidak 0 0


lebih dari satu penyakit? Ya 15
HT, DM,OP
3. Alat Bantu jalan: 0
- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
4. Terapi Intravena: apakah saat ini lansia Tidak 0 0
terpasang infus? Ya 20

5. Gaya berjalan/ cara berpindah: 0


- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat 0
bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20

6. Status Mental 0
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15

Total Nilai 0

Kesimpulan: Lansia mendapatkan skor 0 pada pengkajian MFS yang artinya tidak
berisiko untuk jatuh saat melakukan aktivitas.

Keterangan :
Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan

Tidak berisiko 0 - 24 Perawatan dasar

Risiko rendah 25 - 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar

Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi

INSTRUMENT PENGKAJIAN DENGAN INDEKS BARTHEL.


No. Item yang dinilai Skor Nilai
1. Makan (Feeding) 0  0 =    Tidak mampu
=   1=Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll. 2
=    2 = Mandiri
2. Mandi(Bathing) =    0=Tergantung orang lain
1
=    1=Mandiri
3. Perawatan =    0=Membutuhkan bantuan orang lain
diri(Grooming) =    1=Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan 1
bercukur
4. Berpakaian(Dressin
=    0=Tergantung orang lain
g) =    1=Sebagian dibantu (missal mengancing baju) 2
=    2=Mandiri
5. Buang air =    0=Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol
kecil(Bowel) =    1=Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 2
=    2=Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6. Buang air =    0=Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
besar(Bladder) =    1=Kadang Inkontensia (sekali seminggu) 2
=    2=Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet=    0=Tergantung bantuan orang lain
=    1=Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
2
beberapa halsendiri
=    2=Mandiri
8. Transfer =    0=Tidak mampu
=    1=Butuh bantuan untuk bias duduk (2 orang)
3
=    2=Bantuan kecil (1 orang)
=    3=Mandiri
9. Mobilitas =    0=Immobile (tidak mampu)
=    1=Menggunakan kursiroda
=    2=Berjalan dengan bantuan satu orang 3
=    3=Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)
10. Naik turun tangga=    0=Tidak mampu
=    1=Membutuhkan bantuan (alat bantu) 2
=    2=Mandiri

Interpretasi hasil :Mandiri 9-11     : Ketergantungan Sedang


20        : Mandiri 5-8       : Ketergantungan Berat
12-19   : Ketergantungan Ringan 0-4       : Ketergantungan Total
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
SKRINING UNTUK MELENGKAPI PENGKAJIAN FUNGSI SOSIAL
0 = tidak pernah 1 = kadang-kadang 2 = selalu
No. Fungsi Uraian Skor
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 2
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman -teman) 2
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau hal baru
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 2
mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi-emosi saya seperti marah, sedih atau
mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 2
dan saya menyediakan waktu bersama-sama
Total 10

Interpretasi :

1. Skor 7-10 berarti keluarga sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling
mendukung satu sama lain

2. Skor 4-6 berarti keluarga kurang sehat, dalam arti hubungan antar anggota
keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan

3. Skor 0-3 berarti keluarga tidak sehat, dalam arti sangat memerlukan banyak
perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota keluarga

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS)


No Pertanyaan Ya Tidak Skor
Apakah bapak sebenarnya puas dengan kehidupan 0
1 
bapak?
Apakah bapak telah meninggalkan banyak kegiatan 1
2 
dan minat atau kesenangan bapak?
3 Apakah bapak merasa kehidupan bapak kosong?  0
4 Apakah bapak sering merasa bosan?  0
Apakah bapak mempunyai semangat yang baik 0
5 
setiap saat?
Apakah bapak takut bahwa sesuatu yang buruk akan 0
6 
terjadi pada bapak?
Apakah bapak merasa bahagia untuk sebagian besar 0
7 
hidup bapak?
8 Apakah bapak sering merasa tidak berdaya?  0
Apakah bapak lebih senang di rumah dari pada 1
9 
pergi ke luar mengerjakan sesuatu hal yang baru?
Apakah bapak merasa mempunyai banyak masalah 0
10 dengan daya ingat bapak dibandingkan kebanyakan 
orang?
Apakah bapak pikir bahwa hidup bapak/ibu 0
11 
sekarang ini menyenangkan?
Apakah bapak merasa tidak berharga seperti 0
12 
perasaan bapak saat ini?
13 Apakah bapak merasa penuh semangat?  0
Apakah bapak merasa bahwa keadaan bapak/ibu 0
14 
tidak ada harapan?
Apakah bapak pikir bahwa orang lain lebih baik 0
15 
keadaannya dari bapak?
Total Skor 2

Unfavourable 1,5,7,11,13 5 pertanyaan


Favourable 2,3,4,6,7,8,9,10,12,14,15 10 pertanyaan
Jika pertanyaan unfavourable dijawab ‘Tidak’ mendapat 1 point, jika pertanyaan
favaourable dijawab ‘Ya’ mendapat 1 point
Interpretasi:
Normal : 0-4
Depresi ringan : 5-8
Depresi sedang : 9-11
Depresi berat : 12-15

AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks Katz :A/B/C/D/E/F/G
Keterangan
Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
A
berpakaian dan mandi
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu fungsi
B
tersebut
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
C
fungsi
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian
D
dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
E
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
F
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
lain sebagai C,D,E, F dan G
Pemeriksaan The Timed Up and Go (TUG)
Pengkajian fungsi Mobilisasi/Pergerakan pada Lansia

Tanggal pemeriksaan: Senin, 23 Agustus 2021


Alat yang dibutuhkan:
a. Kursi dengan sandaran punggung dan lengan
b. Stopwatch
c. Garis sepanjang 3 meter di lantai
d. Lokasi tes memiliki permukaan lantai yang datar dan tidak licin

Langkah kerja
No Observasi Keterangan
1 Lansia duduk di kursi 
2 Lansia berdiri, kemudian berjalan lurus 
pada garis yang diberikan (lansia dapat
memakai alat bantu seperti tongkat,
walker, dll)
3 Lansia memutar pada tanda yang 
diberikan
4 Lansia kemudian berjalan lurus 
kembali ke kursi awal
5 Lansia kemudian duduk kembali ke 
kursi
6 Lama waktu yang dibutuhkan lansia 10 Detik
dari berdiri, berjalan, memutar,
berjalan, hingga duduk di kursi
kembali. (Lansia yang membutuhkan
waktu ≥12 detik, maka lansia beresiko
tinggi untuk jatuh)
7 Catat juga postur, gaya berjalan, Postur: ketika memutar tampak tidak
masalah pergerakan, kesulitan ada masalah
menggunakan alat bantu berjalan Gaya berjalan: tidak menyeret
selama mengobservasi lansia Alat bantu: tidak ada

Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pemeriksaan TUG, Tn W tidak berisiko tinggi untuk jatuh.
30 Second Chair Stand Test
Pengkajian Fungsi Kekuatan Otot Ekestremitas Bawah (Kaki) Pada
Lansia

Tanggal pemeriksaan:
Alat yang dibutuhkan:
1. Kursi dengan sandaran punggung, tapi tanpa sandaran lengan (Tinggi kursi
disarankan 17 inch/43 cm.)
2. Stopwatch
LANGKAH KERJA
No Observasi Keterangan
1 Minta lansia untuk duduk di kursi 

2 Silangkan tangan di depan dada, 


dengan tangan memegang bahu
pada sisi yang berlawanan (tangan
kanan memegang bahu kiri, tangan
kiri memegang bahu kanan)

3 Seluruh telapak kaki dalam posisi 


menapak di lantai

4 Luruskan punggung 

5 Minta lansia untuk berdiri, 


kemudian duduk kembali,
kemudian berdiri lagi, dst. Selama
30 detik. Lakukan sesuai
kemampuan lansia.

6 Hitung dan catat berapa kali lansia Tn W mampu melakukan 14 kali dalam
mampu berdiri selama 30 detik 30 detik

7 Intepretasikan hasil perhitungan Tn W seorang Laki-Laki berusia 63


berdasarkan tabel jenis kelamin, tahun dengan hasil dengan rata-rata
usia, jika jumlahnya “below sehingga tidak termasuk berisiko jatuh
average” (di bawah rata-rata),
maka mengindikasikan lansia
beresiko untuk jatuh
Kesimpulan:
Berdasarkan pemeriksaan 30 Second Chair Stand Test didaptkan hasil klien tidak
berpotensi terjadi risiko jatuh.

Four-Stage Balance Test


Pengkajian fungsi keseimbangan pada lansia

Tanggal pemeriksaan:
Alat yang dibutuhkan:
1. Stopwatch
LANGKAH KERJA
No Keterangan
Observasi
1 Minta lansia untuk berdiri, mata terbuka, tanpa menggunakan alat 
bantu berjalan, dan tanpa alas kaki
2 Pemeriksa berdiri di samping lansia, tapi tidak boleh memberikan 
bantuan. Pemeriksa bersiap membantu lansia apabila lansia tidak
mampu menahan keseimbangan.
3 Minta lansia mencoba setiap posisi ini dan masing-masing posisi Tn W tampak bisa
ditahan selama 10 detik. Mulai dari posisi pertama, jika lansia melakukan posisi
pertama, kedua, ketiga
berhasil menahan posisi pertama selama 10 detik, lanjutkan dengan
dan keempat. tetapi
posisi kedua dan bertahap sampai dengan posisi terakhir. Jika pada posisi keempat
lansia tidak mampu menahan satu posisi selama 10 detik, maka Tn W merasakan nyeri

hentikan testnya.

4 Lansia boleh menggunakan lengannya, atau menggerakkan 


tubuhnya untuk menjaga keseimbangan, tapi tidak boleh
memindahkan posisi kaki.
5 Lansia yang tidak mampu melakukan “tandem stand” selama 10 Tn W tampak bisa
detik, maka dianggap memiliki resiko jatuh. melakukan posisi
pertama, kedua, ketiga
dan keempat. tetapi
pada posisi keempat
Tn W merasakan nyeri
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pemeriksaan Four-Stage Balance Test bahwa Tn W Hanya bisa
melakukan posisi pertama, kedua, ketiga dan keempat. tetapi pada posisi keempat Tn W
merasakan nyeri, Oleh karena itu Tn W tidak mempunyai Resiko jatuh.

ANALISA DATA
PROBLEM
DATA ETIOLOGI
Diagnosi
DS : Agen Cedera Nyeri akut pad
 Tn W mengatakan nyeri yang dirasakan pada bagian pinggang, sendi Biologis W (00132
lutut dan sendi mata kaki setelah mencabut singkong di sawah 5
Hari yang lalu
 Tn W mengatakan 5 hari yang lalu sendi jari tangan dan mata kaki
terjadi pembengkakan dan saat ini pembengkakan sudah tidak
terlihat tapi masih merasakan nyeri
 Tn W Mengatakan Nyeri juga dirasakan hilang timbul pada saat
malam hari saat cuaca dingin dalam 5 hari ini
 Pengkajian Nyeri :
P: Nyeri Nyut-Nyutan karena 5 hari yang lalu mengalami Remathoid
Arthritis
Q: Nyeri dirasakan sekitar 5-10 menit
R: Nyeri pada bagian pinggang, sendi lutut dan sendi mata kaki
S: 4 (Sedang)
T: Hilang timbul pada saat cuaca dingin dan pada saat beraktivitas
berat
 Tn W mengatakan kurang lebih 1 tahun yang lalu pernah didiagnosis
penyakit Remathoid Artrhitis/rematik oleh puskesmas karena
merasakan nyeri sendi yang dirasakan pada bagian pinggang dan
merasakan nyeri serta pembengkakan pada Sendi tangan dan sendi
mata kaki
DO :
-
DS : Kurang Defisiens
 Tn W mengatakan selama 5 hari yang lalu saat nyeri dan Informasi pengetahua
pembengkakan pada sendi tindakan yang dilakukan yaitu dengan (00126)
memberikan obat balsem dan memberikan pijatan karena Tn W
mengira hanya bengkak biasa
 Tn W belum tau cara mengatasi nyeri dengan selain obat dan
memijat
 Tn W ingin mengetahui cara untuk bisa mengatasi nyeri selain
dengan obat dan bisa diterapkan jika nyeri yang dirasakan kembali.
 Tn W hanya melakukan aktvitas dirumah yaitu membersihkan
rumput-rumput didepan rumah sedikit-sedikit
DO :
-

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Defisien pengetahuan bd Kurang Informasi (00126)
2. Nyeri Akut bd Agen Cedera Biologis (00132)
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosis Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
. Keperawatan
1 Defisien pengetahuan bd Pengetahuan: Manajemen Nyeri (1834) Pendidikan Kesehatan (5510)
Kurang Informasi (00126) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit Rematik,
selama 1 x pertemuan, Tn W mengerti cara mencegah dan pengobatannya
tentang manajemen nyeri dengan kriteria hasil: 2. Gunakan bahasa yang umum digunakan
1. Strategi untuk mengontrol nyeri (Dari skala 3. Jika diperlukan berikan bahan-bahan informasi yang didapat
3 menjadi skala 4) dari internet seperti jurnal penelitian.
4. Ajarkan tindakan non farmakologi cara mengatasi nyeri
Keterangan: Remathoid Arthritis jika pembengkakan terjadi kembali dan
1 : Tidak ada pengetahuan nyeri semakin hebat dengan tndakan (Peregangan pada area
2 : Pengetahuan terbatas sendi yang bengkak, konsumsi jamu jahe dan kunyit dan jika
3 : Pengetahuan sedang pembengkakan semakin parah sarankan untuk memeriksakan
4 : Pengetahuan banyak kefasilitas kesehatan terdekat)
5: Pengetahuan sangat banyak 5. Gunakan demonstrasi yang sesuai
6. Berikan kesempatan agar pasien dapat mencoba
7. Dorong Tn E untuk berpartisipasi aktif
8. Evaluasi keefektifan dari tindakan yang dilakukan
2 Nyeri Akut bd Agen Kontrol Nyeri (1605) Manajemen nyeri (1400)
Cedera biologis (00132) Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri yang dirasakan Tn W secara
2x Pertemuan diharapkan nyeri Tn W dapat komprehensif
teratasi dengan kriteria hasil :
2. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui
1. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri
tanpa analgesik (dari skala 3 menjadi skala pengalaman nyeri yang terjadi pada Tn W
5) 3. Jelaskan pada Tn W manfaat dan tujuan melakukan
Keterangan : manajemen nyeri
1 : Tidak pernah menunjukkan 4. Berikan tindakan manajemen nyeri non farmakologi dengan
2 : Jarang menunjukan teknik Kompres Hangat Rebusan Air Serei Terhadap
3 : Kadang-kadang menunjukan Penurunan Nyeri Rheumatoid Artritis Pada Lansia Di
4 : Sering menunjukkan Puskesmas Deli Tua (Amelia Sarma, Syahfitri Adinda Riski.
5 : Secara konsisten menunjukkan 2020)
5. Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri yang
Tingkat Nyeri (2120)
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan dipakai selama pengkajian dan intervensi nyeri dilakukan
2x Pertemuan diharapkan nyeri Tn W dapat 6. Monitor kepuasan Tn W terhadap manajemen nyeri yang
teratasi dengan kriteria hasil : diberikan
1. Nyeri yang dilaporkan (Dari skala 3 menjadi
skala 5)
Keterangan
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Diagnosis Implementasi Evaluasi TTD


– Kegiatan Keperawatan
Rabu, 25 Defisien Pendidikan Kesehatan (5510) S:
Agustus 2021 pengetahuan bd 1. Berikan pendidikan kesehatan tentang - Peserta pendidikan kesehatan adalah Tn W
Kurang Informasi penyakit Rematik, cara mencegah dan - Tn W mengatakan bersedia mengikuti pendidikan
Kegiatan : pengobatannya kesehatan mengenai Mengatasi nyeri Remathoid Arhtritis
(00126)
Pendidikan 2. Gunakan bahasa yang umum digunakan - Tn W menjawab dengan benar saat ditanya mengenai :
Kesehan 3. Jika diperlukan berikan bahan-bahan Apa itu Remathoid Arhtritis ?
Kepada Tn E informasi yang didapat dari internet - Tn W mengatakan pernah mengalami Remathoid Arhtritis Mukhlis Z A
dan tindakan seperti jurnal penelitian. yang cukup parah 1 tahun yang lalu Kumbara
intervensi 4. Ajarkan tindakan non farmakologi cara - Tn W mengatakan 5 hari yang lalu mengalami
mengatasi nyeri Remathoid Arthritis pembengkakan pada sendi jari tangan dan sendi mata kaki
Media : menggunakan kompres hangat air serai tetapi saat ini pembengkakan sudah tidak ada namun masih
Leaflate dan dan ajarkan tindakan jika terasa nyeri
bahan yang pembengkakan terjadi kembali dengan - Pada saat sesi Tanya jawab Tn W bertanya mengenai :
disediakan tndakan (Peregangan pada area sendi Apakah Gejala nyeri dapat diatasi dengan cara selain obat
untuk yang bengkak, konsumsi jamu jahe dan dan bisa dilakukan ketika dirumah ? Tn W juga bertanya
intervensi kunyit dan jika pembengkakan semakin jika pembengkakan pada sendi terjadi lagi apa yang harus
parah sarankan untuk memeriksakan dilakukan?
Waktu : 09.30 kefasilitas kesehatan terdekat jika - Tn W Mengatakan ingin mengetahui cara Kompres hangat
– 10.00 Wita semakin parah). rebusan air serai untuk mengatasi nyeri pada sendi yang
5. Gunakan demonstrasi yang sesuai dirasakan
6. Berikan kesempatan agar pasien dapat - Tn W mengatakan paham dengan proses dan teknik
mencoba kompres hangat rebusan air serai untuk mengatasi nyeri
7. Dorong Tn E untuk berpartisipasi aktif Remathoid Arhtritis
8. Evaluasi keefektifan dari tindakan yang - Tn W mengatakan akan mencoba menerapkan secara
dilakukan mandiri

O:
- Tn W tampak memperhatikan saat pendidikan kesehatan
berlangsung
- Terjadi peningkatan setelah kegiatan berlangsung yaitu Tn
W dapat menjawab 3 pertanyaan mengenai :
Apa itu Remathoid Arhtritis ?
Penyebab Remathoid Arhtritis ?
Cara Mencegah dan mengatasi Remathoid Arhtritis ?
- Setelah Pendidikan kesehatan selesai Leaflate dibagikan
- Pemahaman mengenai Strategi untuk mengontrol nyeri
(menjadi skala 4) dari skala target adalah (Dari skala 3
menjadi skala 4)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Nyeri Akut bd Manajemen nyeri (1400) S:
Agen Cedera 1. Lakukan pengkajian nyeri yang - Pasien adalah Tn W
Biologis (00132) dirasakan Tn W secara komprehensif - Tn W mengatakan bersedia melanjutkan tindakan yang
2. Gunakan komunikasi terapeutik untuk akan dilakukan yaitu Kompres hangat rebusan air serai
mengetahui pengalaman nyeri yang - Tn W menjawab dengan benar saat ditanya mengenai :
terjadi pada Tn W Apakah masih ingat cara melakukan tindakan mengurangi
3. Jelaskan pada Tn W manfaat dan tujuan nyeri dengan kompres hangat air serai?
melakukan manajemen nyeri - Tn W mengatakan bersedia dilakukan tindakan kompres
4. Berikan tindakan manajemen nyeri non hangat rebusan air serai untuk mengatasi nyeri sendi yang
farmakologi dengan teknik Kompres dirasakan
Hangat Rebusan Air Serei Terhadap - Tn W mengatakan hari ini tidak ada keluhan kesehatan
Penurunan Nyeri Rheumatoid Artritis selain nyeri yang dirasakan
Pada Lansia Di Puskesmas Deli Tua - Tn W mengatakan bahwa hari ini masih terasa nyeri pada
(Amelia Sarma, Syahfitri Adinda Riski. bagian sendi lutut dan sendi mata kaki
2020) - Tn W mengatakan tadi malam sekitar pukul 21.00 Wita
5. Evaluasi keefektifan dari tindakan merasakan nyeri sendi pada saat kondisi kedinginan
pengontrol nyeri yang dipakai selama - Tn W mengatakan kompres yang dilakukan terasa hangat
pengkajian dan intervensi nyeri dan bereaksi pada titik nyeri sendi kaki dan lutut
dilakukan - Tn W mengatakan nyeri sudah berkurang setelah 15 menit
6. Monitor kepuasan Tn W terhadap tindakan dilakukan
manajemen nyeri yang diberikan O:
- Tn W Tampak merasakan nyeri saat menggerakan sendi
lutut dan mata kaki
- Tn W tampak memperhatikan ketika diberitahukan cara
pengolahan sebelum dilakukan tindakan
- Tn W bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan
- Tn W terlihat menahan reaksi saat dilakukan tindakan
kompres hangat rebusan serai
- Penggunaan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik
yaitu kompres hangat rebusan air serai meningkat (menjadi
skala 4) dari skala target adalah (Dari skala 3 menjadi skala
5)
- Ekspresi nyeri yang dirasakan Tn W (menjadi skala 4) dari
skala target adalah (Dari skala 3 menjadi skala 5)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Lakukan Kontrak pertemuan selanjutnya mengenai :
 Lakukan pengkajian nyeri yang dirasakan Tn W secara
komperhensif
 Lanjutkan intervensi kompres hangat Rebusan air serei
untuk mengatasi nyeri yang dirasakan Tn W
 Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri
yang dipakai selama pengkajian dan intervensi nyeri
dilakukan
Kamis, 26 Nyeri Akut bd Manajemen nyeri (1400) S:
Agustus 2021 Agen Cedera 1. Lakukan pengkajian nyeri yang - Pasien adalah Tn W
Biologis (00132) dirasakan Tn W secara komprehensif - Tn W mengatakan hari ini sudah tidak merasakan nyeri
Kegiatan : 2. Berikan tindakan manajemen nyeri non pada sendi lutut dan sendi mata kaki lagi
Observasi dan farmakologi dengan teknik Kompres - Tn W mengatakan tadi malam mengalami nyeri tetapi
lanjutkan Hangat Rebusan Air Serei Terhadap sudah menerapkan tindakan manajemen nyeri dengan
tindakan Penurunan Nyeri Rheumatoid Artritis kompres hangat rebusan air serai sehingga nyerinya Mukhlis Z A
intervensi Pada Lansia Di Puskesmas Deli Tua langsung berkurang saat terjadi Kumbara
(Amelia Sarma, Syahfitri Adinda Riski. - Tn W mengatakan strategi yang diajarkan dapat
Media : bahan 2020) jika nyeri masih dirasakan Tn W mengurangi nyeri yang dirasakan
yang 3. Evaluasi keefektifan dari tindakan - Tn W mengatakan akan selalu mengingat dan menerapkan
disediakan pengontrol nyeri yang dipakai selama teknik manajemen nyeri yang dirasakan jika kambuh lagi
untuk pengkajian dan intervensi nyeri - Tn W mengatakan tindakan manajemen nyeri yang
intervensi dilakukan diajarkan mudah untuk didapatkan bahannya dan mudah
menerapkannya
Waktu : 09.30 O:
– 10.00 Wita - Tn W Tampak tidak merasakan nyeri saat menggerakan
sendi lutut dan mata kaki
- Penggunaan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik
yaitu kompres hangat daun kelor meningkat (menjadi skala
5) dari skala target adalah (Dari skala 3 menjadi skala 5)
- Ekspresi nyeri yang dirasakan Tn W (menjadi skala 5) dari
skala target adalah (Dari skala 3 menjadi skala 5)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G.M., Butcher H.K., Dotcherman J.M., Wagner C.M. 2016. Nursing
Intervention Classification (NIC), 6th Indonesian Edition. Indonesia: Elsevier
Singapore Pte Ltd.

Herdman, TH & Kamitsuru, S. 2018. NANDA-I Diagnosis keperawatan: definisi


dan klasifikasi 2018-2020 Ed. 11 alih Bahasa Indonesia: Keliat, Mediani &
Tahlil. Jakarta: EGC.

Moorhead Sue, Jhonson Marion, Maas Meridean L, et all, 2016, Nursing Outcomes
Classification (NOC), Mosby.
Dokumentasi
Pengkajian
Senin 23 Agustus 2021
Pemeriksaan TTV
Pemeriksaan The Timed Up and Go (TUG)

30 Second Chair Stand Test

Four-Stage Balance Test


DOKUMENTASI INTERVENSI
Rabu, 25 Agustus 2021
Menyiapkan bahan dan pengolahan

Pendidikan kesehatan dan Intervensi Manajemen Nyeri

Kamis 26 Agustus 2021


Observasi
ANALISIS ARTIKEL
EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT REBUSAN AIR SEREI
TERHADAP PENURUNAN NYERI RHEUMATOID ARTRITIS
PADA LANSIA DI PUSKESMAS DELI TUA

Oleh:  Amelia Sarma, Syahfitri Adinda Riski


Tahun 2020

Kriteria Jawab Inti Jurnal


P Ya Problem: Proses menua menyebabkan perubahan fungsi fisiologis diantaranya,
Pada system muskuloskeletal terjadi penurunan tonus otot, kekuatan dan
ketahanan, seperti kekakuan dan nyeri pergerakan sendi. Kondisi fisiologis
sistem muskuloskeletal yang mengalami penurunan fungsi menyebabkan
munculnya salah satu penyakit pada lansia yaitu rheumatoid arthritis (RA).
Penyakit rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit peradangan dengan
gejala kekakuan serta nyeri pada sendi. Rasa nyeri serta kelemahan biasa
dirasakan pada anggota tubuh yaitu tangan, kaki, lutut dan bahu. Keluhan nyeri
yang dirasakan seperti kram dan kesemutan merupakan keluhan sensorik.

Populasi: Organisasi kesehatan dunia (WHO) di dapatkan data bahwa 20%,


penduduk dunia menagalami penyakit rheumatoid arthritis (RA). Dengan
pravelensi 5-10% adalah penduduk yang berumur 5-20 tahun dan 20% mereka
yang berumur 55 tahun keatas. Di Indonesia estiminasi angka rheumatoid
arthritis (RA) pada tahun 2011 prevalensi mencapai angka 29,35%, pada tahun
2012 pravelensi rheumatoid arthritis (RA) dengan jumlah 39,47%, dan di tahun
2016 angka prevalensinya mencapai 45,59%. Sehingga dapat dikatakan bahwa
prevalensi penyakit rheumatoid arthritis (RA) di Indonesia mengalami kenaikan
di setiap tahunnya.
I Ya Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode desain
eksperimen One group pretest-posttets. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh
lansia > 60 tahun yang menderita rheumatoid arthritis di puskesmas Deli Tua
dengan jumlah 30 orang. Teknik untuk pengambilan sampling adalah non-
probability sampling dengan jenis purposive sampling berdasarkan kriteria
inklusi dan ekslusi didapatkan sebanyak 20 responden. Instrumen pada penelitian
adalah lembar observasi skala Nyeri numeric rantingscale (NRS) untuk
mengetahui tingkat nyeri sendi lansia. Pada dasarnya pengolahan data dianalisis
secara univariat dan bivariate dalam program komputer. Analisa unavriat
mendeskripsikan responden terkait jenis kelamin, usia dan pekerjaan responden.
Analisa bivariat dilakukan dengan uji Wilcoxon.
Sensasi rasa nyeri persendian pada lansia dapat diatasi dengan cara farmakologi
dan tindakan secara nonfarmakologi. Tindakan nonfarmakologi yang dapat
dilakukan yaitu dengan kompres hangat dengan handuk. Terapi kompres hangat
dapat melebarkan pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketengangan otot,
kekauan sehingga rasa nyeri yang dirasakan akan berkurang. Terapi kompres
hangat dapat dikombinasikan dengan herbal yaitu air rebusan serei (Cymbopogon
nardus). Tanaman serei (Cymbopogon nardus) sendiri memiliki banyak
kandungan kimia yaitu mengandung 0,7% minyak atsiri dengan tiga komponen
penting seperti sitronelal, geraniol (20%) dan sitronelol (66-85%).
C Ya  Penelitian ini memiliki kesamaan dengan Hasil penelitian Smeltzer dalam
Findy (2018) , bahwa skala yang paling efektif dalam pengkajian intensitas
nyeri sebelum dan sesudah melakukan intervensi dapat menggunakan
penilaian numerik
 Penelitian ini memiliki perbedaan dengan Hasil penelitian Untari tejawati,
Erwin, dan gamya tri utami (2018) yang dilakukan di Panti Social Tresna
Werdha (PSTW) Khusnul Khotimah Pekanbaru dimana perbedaan intensitas
nyeri sendi antara pemberian kompres serai, kompres jahe gajah dan
campuran kompres serai jahe gajah. Ketiga kelompok kompres tersebut
efektif untuk menurunkan nyeri sendi ini buktikan dengan terdapatnya
perbedaan sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada masingmasing
kompres.
O Ya Berdasarkan tabel 1 hasil responden dari segi jenis kelamin lanjut usia yang
menderita artritis rheumatoid terbanyak adalah mayoritas responden perempuan
sebanyak 16 orang (80%) dan lakilaki sejumlah 4 orang dengan proporsi 20 %.
Jenis kelamin memiliki pengaruh yang begitu penting saat merespon kejadian
rasa nyeri. Proses menua menyebabkan perubahan fungsi fisiologis diantaranya
pada sistem muskuloskeletal terjadi penurunan tonus otot, kekuatan dan
ketahanan, seperti kekakuan dan nyeri pergerakan sendi. Kondisi fisiologis
sistem muskuloskeletal yang mengalami penurunan fungsi menyebabkan
munculnya salah satu penyakit pada lansia yaitu rheumatoid arthritis (RA)
Sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman yaitu nyeri pada sendi.
Data yang dihasilkan dari pengumpulan lembar observasi responden dari tabel 1
menunjukan sebagian besar lansia berumur 65- 69 tahun sebanyak 8 orang atau
(40%).

Berdasarkan dari hasil tabel 2 menunjukkan bahwa 45 % dari responden


berdasarkan penelitian sebelum diberikan kompres rebusan
air serei dengan jumlah di dapatkan nyeri tidak terkontrol
sebanyak 9 orang (45%), nyeri berat terkontrol 7 orang (35%) dan yang
mengalami nyeri sedang 4 orang (20%) di Puskesmas Delitua Kec. Delitua Kab.
Deli Serdang. Kompres hangat yang diberikan mengurangi rasa nyeri, dan
memberikan rasa hangat pada daerah nyeri tertentu untuk memcegah spasme
otot.

Berdasarkan dari analisis Tabel 3 menunjukkan hasil hampir seluruh dari


responden penelitian, terdapat perubahan intensitas tingkat nyeri berat terkontrol
menjadi nyeri sedang, nyeri ringan tidak nyeri setelah diberikan kompres rebusan
air serei hasilnya tidak nyeri sejumlah 12 orang (60%), nyeri ringan berjumlah 5
orang (25%), dan nyeri sedang 3 orang (15%). Kompres rebusan air serei
mudah dilaksanakan karena hanya dengan merebus daun serei setelah itu rebusan
air serei dikompreskan di area yang terasa nyeri rheumatoid arthritis (RA), dapat
mengurangi penurunan rasa nyeri . Didalam tanaman serei mengandung anti
inflamasi atau peradangan yang mengurangi rasa nyeri.
Pada buku herbal Indonesia dijelaskan manfaat dalam tanaman serei memiliki
sifat senyawa kimiawi dan efek farmakologi yaitu sifatnya menjadi hangat
sebagai anti radang dan dapat menghilangkan rasa nyeri serta juga melancarkan
aliran sirkulasi darah yang diindikasikan untuk mengurangi nyeri sendi, pada
penderita hiperuresemia badan pengel linu dan sakit. Dari penelitian ini terdapat
20 responden dimana keseluruhan responden didalam lembar observasi kaji nyeri
dengan NRS (Numeric Rating Scale), lembar observasi sebelum dan sesudah
pemberian kompres hangat rebusan air serei.

Berdasarkan tabel 5 hasil analisis dengan sampel 20 responden menggunakan uji


Wilcoxon pada pasien penderita nyeri Rheumatoid Artritis di Puskesmas Delitua
dapat diketahui bahwa nilai p-value (0,006) ≤ α (0,05), sehingga dapat diartikan
bahwa H0 ditolak H1 diterima dengan begitu terdapat pengaruh yang signifikan
secara statistik antara kompres rebusan air serei terhadap penurunan intensitas
nyeri rheumatoid artritis pada lanjut usia di Puskesmas Deli tua.

Berdasarkan konsep teoritis dan hasil penelitian terkait yang ada dapat peneliti
menyimpulkan bahwa terapi hangat kompres rebusan air serei efektif dalam
perubahan skala nyeri pada lansia di Posyandu Delitua Kecamatan Delitua
Kabupaten Deli Serdang. Sehingga terapi ini dapat diterapkan pada lansia yang
mengalami nyeri Rheumatoid Artritis.
Kritik Jurnal
Aspek Yang Dikritisi Jawab Hasil Kritisi

1. Elemen yang a. Author Ya Dalam jurnal dijelaskan kualifikasi tingkat pengetahuan peneliti,
mempengaruhi Apakah peneliti mempunyai kualifikasi peneliti merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
believability tingkat pengetahuan di bidang ini? Fakultas Keperawatan, Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.
penelitian
a. Report title Ya Judul penelitian jelas karena mampu menjabarkan seluruh isi dari
Apakah judul dalam penelitian jelas, penelitian yaitu sebuah penelitian untuk mengetahui Efektivitas
akurat dan tidak ambigu? Kompres Hangat Rebusan Air Serei Terhadap Penurunan Nyeri
Rheumatoid Artritis Pada Lansia Di Puskesmas Deli Tua.
b. Abstract Ya Abstrak cukup menggambarkan dengan jelas tentang penelitian,
Apakah abstrak tergambar dengan jelas, seperti, tujuan dilakukannya penelitian, metodologi penelitian, hasil
termasuk masalah penelitian, sampel, dan kesimpulan.
metodologi, temuan dan rekomendasi ?

2. Elemen yang c. Statement of the phenomenon of interest Ya a. Masalah yang dipelajari sudah diidentifikasi dengan jelas yaitu
mempengaruhi a. Apakah masalah yang akan dipelajari Kompres Hangat Rebusan daun serei terhadap penurunan nyeri
kekuatan diidentifikasi dengan jelas pada penderita Rheumatoid Artritis. Bagaimana efektivitasnya
penelitian setelah dilakukan tindakan tersebut, sehingga nantinya dapat
b. Apakah masalah dan pertanyaan menjadi alternative untuk mengatasi nyeri sendi pada penderita
penelitian konsisten? Rheumatoid Artritis.

b. Masalah dan pertanyaan konsisten yaitu peneliti ingin mengetahui


bagaimana efektifitas Kompres Hangat Rebusan daun serei terhadap
penurunan nyeri pada penderita Rheumatoid Artritis.
Purpose/significance of the study Ya Tujuan penelitian disebutkan dengan jelas yaitu untuk mengetahui
efektivitas Kompres Hangat Rebusan daun serei terhadap penurunan
Apakah tujuan penelitian teridentifikasi nyeri pada penderita Rheumatoid Artritis pada lansia.
dengan jelas?

Literature review Ya a. Peneliti disini menggunakan tinjauan pustaka dari beberapa jurnal.
Di dalam penulisan literatur menggunakan penulisan nama
a. Apakah penelitian memiliki tinjauan pengarang dan hasil penelitian.
pustaka?
b. Apakah kajian literatur memenuhi dasar- b. Kajian literatur disini menampilkan hasil dan teori secara singkat
dasar filosofis penelitian? dan jelas mengenai efektifitas Kompres Hangat Rebusan daun serei
c. Apakah kajian literatur memenuhi terhadap penurunan nyeri pada penderita Rheumatoid Artritis pada
tujuannya? lansia.
c. Didalam penelitian, kajian literatur cukup mampu memperkuat hasil
pembahasan dari penelitian tersebut.

Method and philosophical Underpinnings Ya Pada penelitian ini dilakukan tahun 2020 sehingga dapat menjadi

a. Mengapa pendekatan ini dipilih? referensi terbaru dalam pelaksanaan intervensi pada penderita
Rheumatoid Artritis. Terapi kompres hangat dapat melebarkan
pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketengangan otot,
kekauan sehingga rasa nyeri yang dirasakan akan berkurang. Terapi
kompres hangat dapat dikombinasikan dengan herbal yaitu air rebusan
serei (Cymbopogon nardus). Tanaman serei (Cymbopogon nardus)
sendiri memiliki banyak kandungan kimia yaitu mengandung 0,7%
minyak atsiri dengan tiga komponen penting seperti sitronelal,
geraniol (20%) dan sitronelol (66-85%).
Proses Penelitian Tidak a. Dalam penelitian ini tidak dijelaskan peran dari peneliti dan orang -
Posisi Peneliti orang terlibat.
a. Apa saja peran dari peneliti dan orang-
orang yang terlibat?
Sample Ya a. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan
metode desain eksperimen One group pretest-posttets. Populasi
a. Apakah metode sampling dan ukuran pada penelitian ini yaitu seluruh lansia > 60 tahun yang menderita
sampel diidentifikasi dengan jelas? rheumatoid arthritis di puskesmas Deli Tua dengan jumlah 30
orang. Teknik untuk pengambilan sampling adalah non-
probability sampling dengan jenis purposive sampling
b. Apakah metode sampling dalam penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan sebanyak 20
sesuai? responden. Instrumen pada penelitian adalah lembar observasi
skala Nyeri numeric rantingscale (NRS) untuk mengetahui tingkat
nyeri sendi lansia. Pada dasarnya pengolahan data dianalisis
secara univariat dan bivariate dalam program komputer. Analisa
unavriat mendeskripsikan responden terkait jenis kelamin, usia
dan pekerjaan responden. Analisa bivariat dilakukan dengan uji
Wilcoxon.
b. Metode sampling dalam penelitian ini sudah sesuai karena peneliti
mengambil sampel penderita Rheumatoid Artritis.

Partisipan Ya a. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah sebanyak 30


orang yang dilakukan pada bulan juni 2020
a. Siapa yang menjadi responden? b. Responden sudah tepat yaitu penderita Rheumatoid Artritis.
b. Apakah responden tepat untuk mengikuti
penelitian?
Data collection/ pengumpulan data Ya a. Pengumpulan data dalam penelitian ini dijelaskan dengan detail.
b. Strategi yang digunakan sudah cukup tepat sesuai dengan tujuan
a. Apakah strategi pengumpulan data yang penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas Kompres Hangat
dijelaskan? Rebusan daun serei terhadap penurunan nyeri pada penderita
b. Apakah strategi yang digunakan sudah Rheumatoid Artritis pada lansia.
tepat?

Analisa Data Ya a. Stategi yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan
menggunakan uji wilcoxcon.
a. Apakah dijelaskan strategi yang b. Peneliti mengikuti langkah-langkah karena metode dari analisis
digunakan untuk menganalisis data? data dijabarkan di dalam jurnal.
b. Apakah peneliti mengikuti langkah- c. Data yang diharapkan tercapai.
langkah dari metode analisis data?
c. Apakah data saturasi tercapai?

Ethical considerations Tidak a. Dalam penelitian ini tidak dijelaskan tentang pemberian informasi
tentang penelitian kepada keluarga pasien.
a. Apakah responden diberikan informasi b. Didalam penelitian ini tidak dijelaskan kerahasiaan dari responden
lengkap tentang penelitian ini? apakah dijamin atau tidak.
b. Apakah otonomi / kerahasiaan partisipan
dijamin? c. Pada penelitian ini juga tidak dijelaskan apakah keamanan klien
c. Apakah peserta dilindungi dari bahaya? terjamin atau tidak karena dalam jurnal ini tidak dijelaskan secara
d. Apakah izin etis diberikan untuk studi? rinci bagaimana tempat saat dilakukan penelitian, apakah kondusif
dan aman untuk klien atau tidak.
d. Pada jurnal ini tidak menjelaskan tentang perizinan penelitian.
a. Findings/discussion Ya a. Temuan sudah dipaparkan dengan jelas terhadap aspek yang ingin
a. Apakah temuan dipaparkan dengan jelas ? diteliti.
b. Apakah temuan ini menggambarkan b. Temuan cukup menggambarkan masalah dalam jurnal ini yaitu
masalah tersebut? dengan hasil penelitian menunjukkan perbandingan masing-masing
c. Apakah tujuan awal dari penelitian hasil perlakuan, maka dapat disimpulkan Kompres Hangat Rebusan
tercapai dari hasil studi ? daun serei efektif terhadap penurunan nyeri pada penderita
Rheumatoid Artritis pada lansia.
c. Tujuan dari penelitian ini terpenuhi dengan hasil penelitian
menunjukkan adanya Efektifitas Kompres Hangat Rebusan daun
serei terhadap penurunan nyeri pada penderita Rheumatoid Artritis
pada lansia.

b. Conclusions/ implications and


Ya a. Berdasarkan konsep teoritis dan hasil penelitian terkait yang ada
recommendations
dapat peneliti menyimpulkan bahwa terapi hangat kompres rebusan
a. Apakah kesimpulan penelitian ini?
air serei efektif dalam perubahan skala nyeri pada lansia di
b. Apa pentingnya implikasi dan Posyandu Delitua Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang.
rekomendasi dari temuan ini ? Sehingga terapi ini dapat diterapkan pada lansia yang mengalami
c. Apakah rekomendasi dibuat untuk nyeri Rheumatoid Artritis.
menunjukkan bagaimana temuan
penelitian dapat dikembangkan? b. Perawat maupun petugas kesehatan dapat melakukan serta
menerapkan metode terapi komplementer Kompres Hangat
Rebusan daun serei terhadap penurunan nyeri pada penderita
Rheumatoid Artritis pada lansia.
c. Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
Diharapkan bagi masyarakat dapat melakukan terapi komplementer
Kompres Hangat Rebusan daun serei terhadap penurunan nyeri
pada penderita Rheumatoid Artritis pada lansia. agar tidak
ketergantungan dengan terapi farmakologi yang memiliki efek
samping untuk tubuh.
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya bisa dijadikan referensi atau
acuan tambahan apabila di adakan penelitian lebih lanjut khususnya
bagi yang ingin memeberikan kompres hangat Rebusan daun serai
pada penyakit lain

c. References Ya Daftar pustaka pada penelitian ini sudah cukup jelas dan tertulis pada
Apakah semua referensi/ buku, jurnal dan daftar pustaka sesuai dengan kriteria penulisan serta sesuai dengan
media lain dicantumkan dalam penelitian pembahasan yang diangkat dalam penelitian ini.
ini?
DAFTAR PUSTAKA

Amelia Sarma, Syahfitri Adinda Riski “Efektivitas Kompres Hangat Rebusan Air Serei
Terhadap Penurunan Nyeri Rheumatoid Artritis Pada Lansia Di Puskesmas Deli
Tua” 28 Oktober 2020.
Lampiran Jurnal
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Rheumatoid Arhtritis


Sub Pokok Bahasan : Cara Mengatasi Rheumatoid Arhtritis
Sasaran : Tn W
Tempat : Komplek Griya Utama Trikora III Blok D 9 Kelurahan
Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin
Waktu : 10.30 – 11.00 WITA
Hari, tanggal : Rabu, 25 Agustus 2021

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga Tn W mengerti tentang Cara mengatasi
Nyeri sendi Rheumatoid Arhtritis
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, Tn W dan keluarga mampu :

1. Menjelaskan pengertian Rheumatoid Arhtritis


2. Menyebutkan penyebab Rheumatoid Arhtritis
3. Menyebutkan tanda gejala Rheumatoid Arhtritis
4. Menyebutkan Faktor Resiko Rheumatoid Arhtritis
5. Menyebutkan pencegahan Rheumatoid Arhtritis
6. Menyebutkan Cara mengatasi Rheumatoid Arhtritis
C. Kegiatan Penyuluhan
Alokasi waktu : 15 Menit

1. Pembukaan : 2 menit
2. Peyampaian materi : 5 menit
3. Tanya jawab : 5 menit
4. Penutup : 3 menit

Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu


Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah 2 menit
2. Memperkenalkan diri salam
3. Bina hubungan saling percaya. 2. Mendengarkan
4. Menyampaikan tujuan pokok
materi
Penyampaian Menjelaskan materi tentang : 1. Mendengarkan Ceramah 5 menit
Materi 1. Pengertian Rheumatoid Arhtritis 2. Menanyakan
2. Penyebab Rheumatoid Arhtritis materi yang Peragaan
3. Tanda gejala Rheumatoid Arhtritis belum
4. Faktor resiko Rheumatoid Arhtritis dimengerti
5. Pencegahan Rheumatoid Arhtritis
6. Cara mengatasi Rheumatoid
Arhtritis
Penutup 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab Tanya 7 menit
2. Menarik kesimpulan pertanyaan jawab
3. Menyampaikan hasil Evaluasi 2. Menjawab (diskusi)
4. Menutup penyuluhan (salam) salam

D. Setting Tempat
B Jarak 1 Meter A
Keterangan :
A = Penyaji
B = Peserta Tn W
E. Garis Besar Materi ( Terlampir)
1. Pengertian Rheumatoid Arhtritis
2. Penyebab Rheumatoid Arhtritis
3. Tanda gejala Rheumatoid Arhtritis
4. Faktor resiko Rheumatoid Arhtritis
5. Pencegahan Rheumatoid Arhtritis
6. Cara mengatasi Rheumatoid Arhtritis
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan Peserta Penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan.
c) Kesiapan penyaji
d) Kesiapan materi penyaji
e) Kesiapan media (Leaflet) dan bahan yang akan digunakan
2. Evaluasi Proses
a) Peserta penyuluhan sesuai target (minimal 1 orang)
b) Peserta aktif dalam melaksanakan Tanya jawab (minimal 1 orang)
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b) Peserta dapat menjelaskan kembali tentang pengertian Rheumatoid
Arhtritis, penyebab Rheumatoid Arhtritis, tanda gejala Rheumatoid
Arhtritis, Faktor resiko Rheumatoid Arhtritis dan pencegahan Rheumatoid
Arhtritis.

Referensi :
Kristanti H, 2009. Ramuan Herbal Pusaka Penyembuh 101 Penyakit, Yogyakarta:
Citra Pustaka

Lingga P. 2009. Resep-Resep Obat Tradisional. Jakarta: Penebar Swadaya

Mansoer, dkk. 2001.Kapita Smeltzer, Suzanne C, Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth. Jakarta :Penerbit Buku
Kedokteran EGC

T. Laksman. 2005. Kamus Kedokteran.     Jakarta: Djambatan

Lampiran I : Materi Pendidikan Kesehatan


A. Pengertian Reumathoid Arhtritis
Rheumatoid Arthritis atau Rematik adalah orang yang menderita rheumatism
(encok), arthritis (radang sendi) yang menyebabkan pembengkakan. Rheumatoid
Athritis merupakan penyakit inflamasi kronis dan sistemik yang simetris, yang
terutama menyerang sendi perifer dan otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah
disekitarnya. Remisi spontan dan eksaserbasi yang tidak dapat diperkirakan
menandai jalannya penyakit (Jaime L Stocklager, 2007).
Rheumatoid Arthritis adalah peradangan sendi kronis yang disebabkan oleh
gangguan autoimun. Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyusup seperti, bakteri , virus dan jamur,
keliru menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri. Pada penyakit Rematik, sistem
imun gagal membedakan jaringan sendiri dengan benda asing, sehingga menyerang
jaringan tubuh sendiri, khususnya jaringan sinovium yaitu selaput tipis yang
melapisi sendi. Hasilnya dapat mengakibatkan sendi bengkak, rusak, nyeri,
meradang, kehilangan fungsi (Haryono, Setiyaningsih, 2013).
B. Penyebab Reumathoid Arhtritis
Penyebab Rheumatoid Arthritis hingga saat ini masih belum diketahui, Namun
beberapa resiko untuk timbulnya rematik antara lain:
1. Umur
Dari semua faktor resiko timbulnya rematik, faktor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya rematik semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. Rematik terjadi pada usia lanjut.
2. Genetik
Faktor herediter juga berperan timbulnya rematik miaslnya pada seorang ibu dari
seorang wanita dengan rematik pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering rematik pada sendi tersebut. Anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibuknya.
3. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rematik nampakya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya rematik paha lebih
jarang diantara orang berkulit hitam dengan orang berkulit putih dan usia dari
pada kaukasia. Rematik lebih sering dijumpai pada orang-orang asli amerika
dari pada orang berkulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara
hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainanan kongenital dan
pertumbuhan.
4. Kegemukan (Obesitas)
Berat badan berlebihan berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
rematik pada pria dan wanita. Karena menahan beban berat badan sehinga
mengangu sendi.
C. Tanda Gejala Reumathoid Arhtritis
Pada setiap orang gejala Rematik yang dirasakan berbeda-beda, berikut adalah
beberpa tanda dan gejala umum yang dirasakan dari penyakit Rematik (Haryono dan
Setianingsih, 2013):
1. Kekakuan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi
hari
2. Bengkak pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan
3. Bengkak dari nyeri pada umunya terjadi pada sendi-sendi tangan
4. Bengkak dan nyeri umunya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi
yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumya menyerang sendi pergelangan
tangan
5. Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendiaan pergelangan jari,
tangan, kaki, bahu, lutut, pinggang, punggung dan sekitar leher
6. Sakit Rematik dapat berpindah-pindah tempat dan bergantian bahkan sekaligus
diberbagai persendian
7. Sakit Rematik kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat hujan atau dalam
cuaca dingin
8. Nyeri pada anggota gerak
9. Kelemahan otot
10. Peradangan dan bengkak pada sendi
11. Kekakuan sendi
12. Kejang dan kontraksi pada otot
13. Gangguan fungsi
14. Timbulnya perubahan bentuk (Deformitas)
D. Faktor Resiko Reumathoid Arhtritis
Faktor resiko Reumathoid Arhtritis antara lain :
1. Lansia
2. Riwayat keluarga
3. Berat badan berlebih atau obesitas
4. Kebiasaan merokok
5. Paparan zat kimia dan paparan asap rokok
6. Riwayat cedera pada sendi
7. Sering melakukan aktvitas berat dan sendi menumpu dengan waktu yang lama

E. Pencegahan Reumathoid Arhtritis


Pencegahan Reumathoid Arthtritis secara umum dapat dilakukan dengan :
1. Olahraga teratur dan ringan untuk menjaga fleksibilitas sendi
2. Hindari melakukan aktvitas berlebihan
3. Mengkonsumsi makanan yang sehat

Pencegahan jika pembengkakan pada sendi rematik terjadi lagi :


1. Lakukan peregangan pada area sendi yang bengkak
2. Konsumsi jamu jahe dan kunyit
3. Periksa ke fasilitas kesehatan jika kondisinya semakin parah
 
F. Penanganan Reumathoid Arhtritis menggunakan Rebusan Hangat Air Serai
Berikut Proses dan persiapan untuk melakukan tindakan Kompres hangat Rebusan
daun serai untuk mengatasi nyeri sendi pada penderita rematik
Alat dan Bahan :
 Daun Serai
 Kain
 Perlengkapan untuk merebus
Proses :
 Rebus daun serai sampai mendidih
 Lakukan Kompres dengan menggunakan kain
 Lakukan tindakan kompres selama 10 sampai 15 menit

Lampiran II :
LAPORAN HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN

A. Evaluasi Struktural
1. Kesiapan Peserta Penyuluhan
a. Sasaran : Tn W
b. Hari/tanggal pelaksanaan: Rabu, 25 Agustus 2021
c. Waktu Kegiatan dimulai : 09.30 - 10.00 Wita

2. Kesiapan tempat pelaksanaan


Rumah Tn W

3. Kesiapan penyaji
 Penyaji : Penyajian materi dilakukan oleh Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S.Kep
menggunakan media Leaflate
 Penyaji mempersiapkan alat dan media 1 hari sebelumnya.
 Observer : Observer oleh Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S.Kep.
 Fasilitator : Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S.Kep juga berperan sebagai
fasilitator. Fasilitator memotivasi sasaran jika ingin bertanya dan fasilitator juga
menjawab pertanyaan yang diajukan penanya/sasaran.

4. Kesiapan materi penyaji


Materi berupa Leaflet tentang Reumathoid Arthtritis

5. Kesiapan media
Media yang digunakan adalah leaflate

B. Evaluasi Proses
1. Sebelum dilakukan penyuluhan penyaji terlebih dulu kontrak dengan Tn W
2. Sebelum penyuluhan dimulai, penyaji mengatur posisi peserta penyuluhan sesuai dengan
protokol kesehatan yaitu dengan menjaga jarak 1 meter dan menggunakan masker.
3. Saat penyuluhan dilaksanakan, penyaji melakukan sesi pembukaan selama 5
menit/pertemuan dengan memberi salam, memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan
pokok materi dan melakukan pretest secara langsung berupa pertanyaan dalam bentuk
lisan sebanyak 1 butir, dengan pertanyaan:
 Apa itu Rematik/Reumathoid Arthtritis ?
4. Penyaji melakukan penyampaian materi selama 10 menit/pertemuan tentang Hipertensi
menggunakan media Leaflate yang telah dicetak dengan isi materi : Pengertian
Reumathoid Arthtritis, penyebab Reumathoid Arthtritis, tanda gejala Reumathoid
Arthtritis, Faktor resiko Reumathoid Arthtritis dan pencegahan Reumathoid Arthtritis.
5. Setelah penyampaian materi selesai, penyaji melakukan sesi tanya jawab selama 10
menit/pertemuan dengan total minimal 1 pertanyaan kepada penyaji.
6. Setelah sesi tanya jawab selesai, penyaji melakukan sesi penutup selama 5
menit/pertemuan dengan melakukan post test secara lisan tentang materi yang telah
disampaikan penyaji, dengan 5 butir pertanyaan:
 Apa itu Reumathoid Arthtritis?
 Apa penyebab Reumathoid Arthtritis?
 Apa saja tanda dan gejala dari Reumathoid Arthtritis?
 Apa saja Faktor resiko Reumathoid Arthtritis?
 Bagaimana cara mencegah dan mengatasi Reumathoid Arthtritis?
7. Penyaji menarik kesimpulan dari isi materi yang telah disampaikan
8. Penyaji menarik kesimpulan dari proses penyuluhan
9. Penyaji menyampaikan hasil evaluasi
10. Penyaji menutup penyuluhan dengan mengucapkan salam.
11. Penyaji membagikan leaflate kepada peserta penyuluhan untuk bahan bacaan di rumah
atau di tempel di rumah
12. Peserta penyuluhan antusias mengikuti proses penyuluhan dari awal sampai akhir.
13. Peserta aktif dalam bertanya dan menjawab seputar materi penyuluhan tentang
Reumathoid Arthtritis
C. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berlangsung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
selama 30 Menit dari pukul 09.30 sd 10.00 Wita dilanjutkan pemberian intervensi
b. Terdapat peningkatan pengetahuan dari hasil post test khususnya di pertanyaan
terkait Reumathoid Arthtritis
c. Pada Pre Test terdapat 1 dijawab benar.
d. Pada Post Test terdapat 3 dijawab benar.
e. Hambatan dan Kekurangan selama penyuluhan :
- Penyaji tidak menyediakan Reward/bingkisan untuk peserta

Lampiran III: Leaflate

Anda mungkin juga menyukai