Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSIS KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Tanggal 15 November – 20 November 2021

Oleh:

Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S.Kep


NIM. 2030913310068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSIS KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Tanggal 15 November – 20 november 2021

Oleh:

Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S.kep


NIM. 2030913310068

Banjarbaru, November 2021


Mengetahui,

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

Dhian Ririn Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kep Fifi Juwarsih, S.Kep., Ns


NIP. 19801215 200812 2 003 NIP. 19841123 200803 2 003
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Depkes, 2000). Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang
timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering
mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala
perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga
maupun masyarakat (Keliat dan akemat 2007).

B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri


Adapun bagian-bagian dari deficit perawatan diri antara lain (Keliat dan
akemat 2007):
1. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air bersih, mengatur suhu, atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian dan berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam melakukan atau mengambil
potongan pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tahap
memuaskan dan mengenakan sepatu.
3. Makan dan minum
Klien tidak memiliki kemampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menggunakan perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, dan memasukkan
makanan ke dalam mulut.
4. Toiletting
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi 
pakaian untuk toiletting dan membersihkan badan setelah toiletting.

C. Rentang Respon
Respon Respon
adaptif maladaptif

- Pola perawatan diri - Kadang perawatan - Tidak melakukan


seimbang diri, kadang tidak perawatan saat stres

Sumber: Fitria, 2009

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala klien dengan deficit perawatan diri adalah (Depkes,
2000) :
Secara Tanda Gejala
Fisik a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
Psikologis a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
Sosial a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.

E. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor predisposisi dari defisit perawaratan diri antara lain (Keliat
dan akemat 2007):
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.

F. Faktor presipitasi
Faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri.Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah (Depkes,
2000):
1. Body Image: Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial: Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi: Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan: Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada
pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya: Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang: Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain –
lain.
7. Kondisi fisik atau psikis: Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

G. Penatalaksanaan
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
3) Kuatkan kemampuan klien merawat diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
1) Bantu klien merawat diri
2) Ajarkan keterampilan secara bertahap
3) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
1) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan
diri
2) Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien
3) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal
pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan
alat makan kembali.
2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan
WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah
diminum.
h. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik
dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
2. Pohon masalah
Effect Resiko Kerusakan Integritas Kulit

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Caused Isolasi Sosial

3. Diagnosis Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Defisit perawatan diri
c. Risiko kerusakan integritas kulit
4. Rencana Keperawatan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Defisit Perawatan
Diri

Diagnosis Tindakan
No
Keperawatan Pasien Keluarga
Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih pasien tentang cara-cara
perawatan kebersihan diri.
1. Defisit perawatan SP 1 SP 1
diri 1. Identifikasi masalah perawatan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
diri, berdandan, makan dan keluarga dalam merawat pasien
minum serta BAB/ BAK 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala
2. Jelaskan pentingnya kebersihan serta proses terjadinya Defisit
diri Perawatan Diri. (gunakan booklet)
3. Jelaskan cara dan alat kebersihan 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
diri Defisit Perawatan Diri
4. Latih cara menjaga kebersihan 4. Latih dua cara merawat : kebrsihan diri
diri : mandi dan ganti pakaian, dan berdandan
sikat gigi, cuci rambut dan 5. Anjurkan membantu pasien sesuai
potong kuku. jadwal dan memberikan pujian.
5. Masukkan dalam jadwal kegiatan
untuklatihan mandi, sikat gigi, (2
kali per hari), cuci rambut (2 kali
per minggu) potong kuku (satu
kali per minggu).
2. SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan kebersihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
diri. Beri pujian. merawat/ melatih pasienkebersihan
2. Jelaskan cara dan alat untuk diri. Beri pujian.
berdandan 2. Latih dua (yang lain) cara merawat :
3. Latih cara berdandan setelah makan dan minum, BAB dan BAK
kebersihan diri : sisiran, rias 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
muka untuk wanita, sisiran, jadwal dan memberikan pujian.
cukuran untuk pria
4. Masukan pada jadwal kegiatan
untuk kebersihan diri dan
berdandan.
3. SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan berdandan. Beri pujian. merawat / melatih pasien kebersihan
2. Jelaskan cara dan alat makan diri dan berdandan. Beri pujian
minum 2. Bimbing keluarga merawat kebersihan
3. Latih cara makan dan minum diri dan berdandan, makan dan minum
yang baik pasien
4. Masukkan pada jadwal kegiatan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan kebersihan diri, jadwal dan memberikan pujian
berdandan, makan dan minum
yang baik.
4. SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan kebersihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
diri, berdandan, makan dan merawat / melatih pasien kebersihan
minum . Beri pujian diri, berdandan, makan dan minum.
2. Jelaskan cara eliminiasi / Beri pujian
toileting yang baik 2. Bimbing keluarga merawat BAB dan
3. Latih eliminasi dan toileting yang BAK pasien.
baik 3. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM,
4. Masukkan pada jadwal kegiatan tanda kambuh dan rujukan.
untuk latihan kebersihan diri, 4. Anjurkan membantu pasien sesuai
berdandan, makan dan minum jadwal dan memberikan pujian
serta BAK & BAB
5. SP 5 SP 5
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga merawat /
perawatan diri : kebersihan diri, melatih pasien dalam perawatan diri :
berdandan, makan dan minum, kebersihan diri, berdandan, makan da
BAB dan BAK. Beri pujian minum dan BAB dan BAK, beri pujian
2. Latih kegiatan harian 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
3. Nilai kemampuan yang telah pasien
mandiri 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
4. Nilai apakah perawatan diri telah kontrol ke RSJ / PKM
baik
Sumber: Fitria, 2014

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Depkes RI.

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosa Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta:
SalembaMedika.

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, BA &Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai