ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh:
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh:
A. Pengertian
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan.
Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera
tersebut (Izzudin, 2005). Kesimpulannya bahwa halusinasi adalah persepsi
klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau
rangsangan yang nyata.
B. Etiologi
Etiologi halusinasi antara lain (Suliswati, 2005) :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan
lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenikneuro kimia
seperti Buffofenon dan Dimetytranferse (DMP). Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan terakitvasinya neurotransmitter otak.
Misalnya tejadi ketidakseimbangana cetylcholin dan dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat
demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan
lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Anak sehat yang di asuh oleh orang tua yang mengalami gangguan
jiwa cenderung mengalami gangguan jiwa dan factor keluarga
menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan dalam waktu lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego seseorang
yang pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal
yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien
d. Dimensi sosial
Dalam dimensi social ini klien mengalami gangguan interaksi sosial
dan menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk
beribadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan
diri.
. Jenis-Jenis Halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusisnasi yaitu (Yosep, 2007) :
1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara bising
yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah
kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan
kepada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar atau
berdebat dengan suara-suara tersebut.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebihseringterjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya
sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan
rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan
3. Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau
dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai
kombinasi moral
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu.
5. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di
bawahkulit.
6. Halusinasi Seksual (halusinasi raba)
Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia dengan
waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.
7. Halusinasi kinesthetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau
anggota badannya bergerak-gerak. Misalnya “phantom phenomenom”
atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb).
8. Halusinasi visceral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya
Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidaksesuai dengan kenyataan
yang ada.
Direalisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang
tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu
yang dialaminya seperti impian.
E. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien, bisa berbeda intensitasnya dan
keparahannya. Stuart dan Laraia (2001) membagi fase halusinasi dalam 4
fase berdasarkan tingkat ansietasnya yang dialami dan kemampuan klien
mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasinya, klien semakin
berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.
TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU
Fase 1 : Comforting : Klien mengalami perasaan mendalam a. Tersenyum atau tertawa yang
Ansietas Sedang : Memberi seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah, tidak sesuai
rasa nyaman tingkat ansietas takut, dan mencoba untuk berfokus pada b. Menggerakkan bibir tanpa
sedang secara umum pikiran menyenangkan untuk meredakan suara.
halusinasi merupakan suatu ansietas. Individu mengenali bahwa c. Pergerakan mata yang cepat.
kesenangan. pikiran-pikiran dan pengalaman sensori d. Respon verbal yang lambat
berada dalam kendali kesadaran jika jika sedang asyik.
ansietas dapat ditangani. e. Diam dan asyik sendiri.
Fase IV : Conquering : pengalaman sensori menjadi mengancam a. Perilaku terror akibat panik.
Panik Umumnya menjadi jika klien mengikuti perintah halusinasi. b. Potensi kuat suicide (bunuh
melebur dalam halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam diri) atau homicide
Kecemasan panik secara atau hari jika tidak ada intervensi (membunuh orang lain)
umumdiatur dan terapeutik. c. Aktivitas fisik merefleksikan
dipengaruhi oleh waham isi halusinasi seperti perilaku
kekerasan, agitasi, menarik
diri, atau katatonia.
d. Tidak mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks.
e. Tidak mampuberes ponlebih
dari satu orang.
2. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan (Akibat)
3. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
b. Isolasi sosial: menarik diri
c. Resiko perilaku kekerasan
SP PASIEN SP KELUARGA
Membina hubungan saling percaya
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Identifikasi halusinasi : dengan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
mendiskusikan isi, frekuensi, waktu keluarga dalam merawatpasien
terjadi situasi pencetus, perasaan dan 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala
respon serta proses terjadinya halusinasi
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi : (gunakan booklet)
hardik, obat, bercakap-cakap, 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
melakukan kegiatan. halusinasi.
3. Latih cara mengontrol halusinasi 4. Latih cara merawat halusinasi : hardik
dengan menghardik 5. Anjurkan membantu pasiensesuai
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk jadwal dan beri pujian.
latihan menghardik.
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasikegiatan menghardik. Beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian merawat / melatih pasien menghardik
2. Latih cara mengontrol halusinasi beri pujian
dengan obat(jelaskan 8 benar obat, 2. Jelaskan 8 benar cara memberikan obat
jenis, guna, dosis, frekuensi, 3. Latih cara memberikan/ membimbing
kontinuitas minum obat, kadaluarsa minum obat
dan dokumentasi) 4. Anjurkan membantu pasien sesuai
3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat jadwal dan beri pujian
pada gangguan jiwa
4. Jelaskan akibat jika obat tidak
diminum sesuai program
5. Jelaskan akibat putu sobat
6. Jelaskan cara berobat
7. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik dan beri pujian.
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan obat. Beri pujian. merawat/ melatih pasien dalam
2. Latih cara mengontrol halusinasi menghardik dan memberikan obat. Beri
dengan bercakap-cakap ketika pujian
halusinasi muncul 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk melakukan kegiatan untuk mengontrol
latihan menghardik, minum obat, dan halusinasi
bercakap-cakap. 3. Latih dan sediakan waktu untuk
bercakap-cakap dengan pasien
terutama saat halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan berikan pujian.
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, 1. Evaluasi kegoatan keluarga merawat/
penggunaan obat dan bercakap-cakap. melatih pasien menghardik,
Beri pujian memberikan obat dan bercakap-cakap.
2. Latih cara mengontrol halusinasi Beri pujian
dengan melakukan kegiatan harian 2. Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM,
(mulai 2 kegiatan) tanda kambuh, rujukan.
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
latihan menghardik, minum obat, jadwal. Beri pujian.
bercakap-cakap dan kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dala
minum obat, bercakap-cakap, dan merawat/ melatih pasien menghardik,
melakukan kegiatan harian. Beri pujian minum obat, bercakap-cakap, kegiatan
2. Latih kegiatan harian harian dan follow up. Beri pujian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol ke RSJ/ PKM
DAFTAR PUSTAKA