Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSIS KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

Tanggal 15 November – 20 November 2021

Oleh:
Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S.Kep
NIM. 2030913310068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSIS KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

Tanggal 15 November – 20 november 2021

Oleh:

Mukhlis Zainun Ahmad Kumbara, S.kep


NIM. 2030913310068

Banjarbaru, November 2021


Mengetahui,

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

Dhian Ririn Lestari, Fifi Juwarsih, S.Kep., Ns


S.Kep.,Ns.,M.Kep NIP. 19841123 200803 2 003
NIP. 19801215 200812 2 003
HARGA DIRI RENDAH

A. Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan
kemampuanyang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
(Schult & Videbeck, 1998). Harga diri rendah adalah perkembanganpersepsi
negative tentang harga diri sebagai respon seseorang terhadap situasi yang
dialami (Wilkinson, 2012).
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000). Harga
diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif dan di pertahankan dalam waktu yang lama (NANDA,
2015-2017).

B. Komponen Konsep Diri


Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self
ideal), Harga Diri (Self esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas (Self
identity).
1. Citra Tubuh (Body Image) 
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik
disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau
sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah
seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Body
image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai
sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan
dan keterbatasan mereka. Body image (citratubuh) dapat berubah
dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada
stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan actual dalam penampilan,
stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005).
2. Ideal Diri 
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana individu
tersebut seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi.
Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau
disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal
diriakan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan
norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut
melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur
internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan
menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri
penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental
(Potter & Perry, 2005).
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak
dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan
harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu
individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk
dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk
melalui proses identifikasipada orang tua, guru danteman. Padausia
yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan
berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung
jawab (Potter & Perry, 2005).
3. Harga Diri 
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah lakudengan
ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu
dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif
cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri,
sebaliknya individu akan merasa dirinya negatif, relatif tidak sehat,
cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di
lingkungannya (Keliat, 2005).
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan
perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya
usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena
pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak
keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri (Keliat,
2005).
4. Peran 
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan
yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi
individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh
beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu
sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil
dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri
(Keliat, 2005).
5. Identitas Diri 
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari
bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang yang
mempunyai perasaan identitas diri yang kuatakan memandang dirinya
berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas
berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan
berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu
mengerti dan percayadiri, respek terhadap diri, mampu menguasai
diri, mengatur diri dan menerima diri (Keliat, 2005).

C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Adapun faktor-faktor predisposisi dari harga diriantara lain (Keliat,
2005):
a. Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks,
tuntutan peran kerja, harapan peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak
percayaan orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan
dalam stuktural sosial.
2. Faktor Presipitasi 
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan
konsep diri: harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik (Keliat, 2005).
a. Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami/istri, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan
atau dipenjarati ba-tiba).
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara
berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respon yang mal adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada pasien harga diri rendah, antara lain (Yosef, 2007) :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit

2. Rasa bersalah terhadap dirisen diri

3. Merendahkan martabat

4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin


bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan,
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

E. Rentang Respon

Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan depersonalisasi


diri positif rendah identitas

Rentang respon harga diri, antara lain (Ester, M, Yulianti, D dan Keliat, B A
2011):
1. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses yang dapat
diterima.
2. Konsep diri positif : apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun
ynag negatif dari dirinya.
3. Harga diri rendah : individu cenderung untuk menilai dirinya negatif
dan merasa rendah dari orang lain.
4. Keracunan identitas : kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi : perasan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan gangguan konsep diri berfokus pada
tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan yang terdiri dari (Stuart &
Sundeen 1998) :
1. Persepsi
2. Kesadaran klien akan emosi dan perasaan
3. Menyadari masalah dan perubahan sikap
4. Prinsip asuhan keperawatan yang diberikan terlihat dari kemajuan klien
meningkatkan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya yaitu:
a. Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan
keterbukaan dan saling percaya.
b. Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu
membantu klien untuk menerima perasaan dan pikirannya.
c. Perencanaan realita  (realita planning) membantu klien bahwa
hanya saja di yang dapat merubah bukan rang lain.
d. Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu klien
melakukan tindakan yang perlu untuk merubah respon maladaptif
dan mempertahankan respon adaptif.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal
pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan sosial budaya.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan
alat makan kembali.
2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan
WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah
diminum.
h. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik
dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.

2. Pohon masalah
Effect Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial

Core Problem Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Caused Koping Individu Tidak Efektif

3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perubahan sensori persepsi
b. Isolasi sosial: menarik diri
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
d. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

4. Rencana Keperawatan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Harga Diri Rendah

SP Pasien SP Keluarga
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
dan aspek positif pasien (buat daftar merawat pasien
kegiatan) 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan
2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat proses terjadinya harga diri rendah (gunakan
dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) booklet)
: buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan 3. Diskusikan kemampuan atau aspek positif yang
pasien saat ini. dimiliki pasien baik sebelum dan setelah sakit.
3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan 4. Jelaskan cara merawat harga diri rendah
yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih. terutama memberikan pujian semua hal positif
4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara pada pasien
melakukannya) 5. Latih keluarga memberi tanggung jawab
5. Masukan dalam jadwal kegiatan untuk kegiatan pertama yang dipilih pasien : bimbing
latihan dua kali per hari dan beri pujian.
6. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
harian yang telah dibuat
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
dan berikan pujian pasien melaksanakan kegiatan pertama yang
2. Bantu pasien memilih kegiatan keduayang dipilih dan dilatih pasien, berikan pujian.
akan dilatih 2. Bersama keluarga melatih pasien dalam
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien.
melakukannya) 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan memberi pujian.
: dua kegiatan masing-masing dua kali per
hari
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
telah dilatih dan berikan pujian pasien melaksanakan kegiatan pertama dan
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang kedua yang dipilih dan dilatih pasien, berikan
akan dilatih pujian.
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara 2. Bersama keluarga melatih pasien dalam
melakukannya) melakukan kegiatan ketiga yang dipilih pasien.
4. Masukan pada jadwalkegiatanuntuk latihan : 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
dua kegiatan masing-masing dua kali per memberi pujian.
hari
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
yang telah dilatih dan berikan pujian pasien melaksanakan kegiatan pertama, kedua
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang dan ketiga yang dipilih dan dilatih pasien,
akan dilatih berikan pujian.
3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara 2. Bersama keluarga melatih pasien dalam
melakukannya) melakukan kegiatan keempat yang dipilih
4. Masukan pada jadwalkegiatanuntuk latihan : pasien.
dua kegiatan masing-masing dua kali per 3. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM tanda
hari kambuh dan rujukan.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak pasien melakukan kegiatan yang dipilih oleh
terhingga pasien dan berikan pujian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga dalam membimbing
4. Masukannilai apakah harga diri pasien pasien
meningkat 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol
ke RSJ / PKM
Sumber: (Fitria Nita, 2014)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: Depkes RI.

Ester, M, Yulianti, D dan Keliat, B A 2011, Keperawatan Kesehatan JiwaK


omunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosa
Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing


Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell.

Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta : EGC.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Schultz dan Videback.1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.


Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.

Stuart, Gail &Sundeen, Sandra. 2005. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC.

Wilkinson A. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran: EGC.

Wilkinson, 2012. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan:


Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kaloboratif. Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai