Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

ASAM URAT

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Gerontik


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Diar, S.Kep
NIM: 11194692210134

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASAM URAT

Tanggal Januari 2023

Disusun oleh :
Diar, S.Kep
NIM: 1119462210134

Banjarmasin, Desember 2022

MenyetujuI,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Subhannur Rahman, Ns., M.Kep Rizqah Amaliya, S.Kep., Ns


NIK. 1166032014065 NRPTT. 01.5.2016.2.3.03
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASAM URAT

Tanggal Januari 2023

Disusun oleh :
Diar, S.Kep
NIM: 11194692210134

Banjarmasin, Desember 2022

Menyetujui

Preseptor Klinik (PK) Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Akademik (PA)

Rizqah Amaliya, S.Kep., Ns Subhannur Rahman, Ns., M.Kep


NRPTT. 01.5.2016.2.3.03 NIK. 1166032014065

Mengetahui,
Ketua Jurusan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia Banjarmasin

Mohammad Basit, S.Kep., Ns., MM


NIK. 1166102012053
1. KONSEP DASAR PROSES MENUA
a. Definisi
Proses menua (aging process) adalah suatu proses yang
ditandai dengan penurunan atau perubahan dari berbagai kondisi,
menurut Word Health Organization (2014) lanjut usia adalah seseorang
yang memasuki umur 60 tahun atau lebih.
Proses Menua (Aging) merupakan proses alamiah yang dihadapi
setiap manusia, yang mana pada tahap ini terjadi penurunan atau
perubahan baik itu perubahan kondisi fisik, kondisi psikologis maupun
sosial. Keadaan tersebut cendrung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara fisik maupun kesehatan jiwa pada lanjut usia.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepajang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti telah melalui 3 tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
pemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat, dan postur tubuh tidak
proporsional (Wijayanti, 2015).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus
(berkelanjutan) secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua
makhluk hidup. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada
otot, susunan pada saraf dan jaringan lain, hingga tubuh mati sedikit
demi sedikit (Untari dan Rohmawati, 2018).
b. Teori Proses Menua
1) Teori biologis
a) Teori genetik
Teori genetik clock merupakan teori intristik yang
menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang
mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik
untuk spesies tertentu. Secara teoritis, memperpanjang umur
mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan
pengaruh dari luar, misalnya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obatan atau
tindakan tertentu. Teori mutasi somatik menjelaskan bahwa
penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh
lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan proses transkripsi
DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein atau
enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga akhirnya
akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel
menjadi kanker atau penyakit.
b) Teori Non Genetik
1) Teori Penurunan Sistem Imun Tubuh (Auto-immune theory)
Menua dianggap disebabkan oleh adanya penurunan
fungsi sistem immun. Perubahan itu lebih tampak secara
nyata pada Limposit–T, disamping perubahan juga terjadi
pada Limposit-B. Perubahan yang terjadi meliputi
penurunan sistem imun humoral, yang dapat menjadi faktor
predisposisi pada orang tua untuk:
(a) Menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor
dan perkembangan kanker.
(b) Menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi
proses dan secara agresif memobilisasi pertahanan
tubuh terhadap pathogen
(c) Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak
pada semakin meningkatnya resiko terjadinya penyakit
yang berhubungan dengan autoimmune.
2) Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas
Proses menua terjadi akibat kurang efektif fungsi
kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai
radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas yang reaktif
mampu merusak sel, termasuk mitokondria, yang akhirnya
mampu menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel,
menghambat proses reproduksi sel.
3) Teori Menua Akibat Metabolisme
Setiap makhluk hidup mempunyai ketersediaan
kemampuan yang sudah ditentukan sesuai dengan
kapasitas energi yang digunakan untuk selama menempuh
kehidupannya. Energi yang digunakan terlalu banyak dimasa
awal kehidupannya akan habis sebelum usia optimalnya,
atau mempunyai usia yang relative lebih pendek dari pada
yang menggunakan energi secara optimal sepanjang usia
kehidupannya. Individu mempunyai lama usia yang optimal
jika energi yang digunakan merata sepanjang hidupnya,
tidak terlalu berlebih digunakan, diimbangi dengan istirahat
serta asupan energi yang cukup.
4) Teori Rantai Silang (Cross link theory)
Proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-
ikatan dalam kimiawi tubuh. Teori ini menyebutkan bahwa
secara normal, struktur molekular dari sel berikatan secara
bersama-sama membentuk reaksi kimia, termasuk
didalamnya adalah kolagen yang merupakan rantai molekul
yang relatif panjang yang dihasilkan oleh fibroblast.
Terbentuknya jaringan baru, maka jaringan tersebut akan
bersinggungan dengan jaringan yang lama dan membentuk
ikatan silang kimiawi. Hasil akhir dapi proses ikatan silang ini
adalah peningkatan densitas kolagen dan penurunan
kapasitas untuk transport nutrient serta untuk membuang
produk-produk sisa metabolisme dari sel.
5) Teori Fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik
terdiri atas teori oksidasi stress. Dalam teori ini dijelaskan
terjadi kelebihan usaha dengan stress menyebabkan sel
tubuh lelah terpakai regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal.
c) Teori sosiologis
1) Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia
bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-
hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans
(1961) dan Blau (1964) dalam Suprianto (2017)
mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas
hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain
Simmons (1945) dalam Suardiman (2016) mengemukakan
bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi
sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status
sosialnya untuk melakukan tukar menukar
2) Teori Aktivitas atau Kegiatan
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan
Lemon et al. (1972) dalam (Suardiman (2016) mengatakan
bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana
lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktifitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah:
(1) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial
dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
(2) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan
seorang lansia.
d) Teori Kesinambungan (Continuity theory)
Kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia, dengan
demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia
Gaya hidup perilaku dan harapan seorang ternyata tak berubah
walaupun ia menjadi lansia. Pokok-pokok dari continuity theory
adalah:
1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus
aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada
pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan.
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara
adaptasi.
e) Teori Pembebasan atau Penarikan Diri
Cumming dan Henry (1961) dalam Nugroho (2020)
mengemukakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan
menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang
lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para
lansia menarik diri, keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lansia menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
f) Teori Perkembangan (Development theory)
Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973)
dalam Berarah dan Jauhar (2019) menekankan perlunya
mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan
emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya. Pokok-
pokok dalam development theory adalah:
1) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh
masa kehidupannya.
2) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap
kenyataan sosial yang baru yaitu pensiun dan atau
menduda atau menjanda.
3) Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang
berakhir dalam keluarga, kehilangan identitas dan
hubungan sosialnya akibat pensiun, ditinggal mati oleh
pasangan hidup dan teman-temannya.
g) Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley (1971) dalam Donges (2020) menyusun stratifikasi
lansia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta
membentuk adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban,
serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari
model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya.
Pokok-pokok dari teori ini adalah:
1) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
2) Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
3) Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara
penduduk.
h) Teori psikologis
1) Teori Kebutuhan Manusia Menurut Hierarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari
dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku
manusia (Maslow, 1954).
2) Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) merupakan psikolog swiss yang
mengembangkan teori bahwa perkembangan personal
individu dilalui melalui tahapan-tahapan: masa kanak-
kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pertengahan,
dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan oleh adanya
ego yang dimiliki, ketidaksadaran personal dan
ketidaksadaran kolektif. Teori ini mengungkapkan bahwa
sejalan dengan perkembangan kehidupan, pada masa usia
petengahan maka seseorang mulai mencoba menjawab
hakikat kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai,
kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa ini
dapat terjadi “krisis usia pertengahan” yang dapat
mempengaruhi/menghambat proses ketuaan itu sendiri
secara psikologis.
3) Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori
yang menggambarkan perkembangan manusia yang
didasarkan pada penelitian ektensif dengan menggunakan
biografi dan melalui wawancara. Mengidentifikasi dan
mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima fase
proses perkembangan. Pemenuhan kebutuhan diri sendiri
merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu
membahagiakan, dengan kata lain orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya dengan beberapa cara.
4) Teori Tugas Perkembangan
Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas
perkembangan pada masa tua antara lain adalah :
(a) Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik
dan kesehatan
(b) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan
berkurangnya penghasilan
(c) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
(d) Membentuk hubungan dengan orang-orang yang
sebaya
(e) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang
memuaskan
(f) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
5) Teori Delapan Tingkat Kehidupan
6) Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi
akibat adanya kondisi dimana kondisi psikologis mencapai
pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang
telah mengidentifikasi tahap perubahan psikologis (depalan
tingkat kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua, tugas
perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai
keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.
c. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia (Secara Fisik, Psikososial)
1) Perubahan Fisik
a) Sel: jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,
berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b) Persarafan: cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat
dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca
indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani,
terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin.
c) Sistem penglihatan: spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya
respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa
keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya
akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d) Sistem Kardivaskuler: katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
tekanan darah meninggi.
e) Sistem respirasi: otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan
elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.
Kedalaman pernafasan menurun.
f) Sistem gastrointestinal: kehilangan gigi, sehingga menyebkan
gizi buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput
lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian
hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g) Sistem genitourinaria: ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR
menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa
menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi
melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika
urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat
retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria
diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi
selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi
berkurang dan menjadi alkali.
h) Sistem endokrin: pada sistem endokrin hampir semua produksi
hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya
tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan
basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti: progesteron, estrogen dan testosteron.
i) Sistem integumen: pada kulit menjadi keriput akibat
kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis
menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung
menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j) Sistem muskuloskeletal: tulang kehilangan densitasnya dan
makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang
yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut
dan atropi serabut otot, sehingga lansia menjadi
lamban  bergerak. otot kam dan tremor.
2) Perubahan Psikososial
a) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b) Merasakan atau sadar akan kematian
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
3) Perubahan Spritual
a) Semakin matangnya kehidupan keagamaan lansia
b) Dengan perkembangan spritual yang matang akan membantu
lansia untuk menghadapi kenyataan
c) Merasa sadar akan kematian
d. Klasifikasi Lanjut Usia (Lansia)
Menurut Ekasari et al (2018), World Health Organization (WHO)
membagi lansia dalam empat Batasan kelompok, yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) : 45-59
2) Usia lanjut (elderly) : usia 60-74 tahun
3) Usia tua (old) : usia 74-90 tahun, dan
4) Usia sangat tua (very old) : usia 90 tahun keatas
2. Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi
Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit gout/
penyakit pirai (arthritis pirai) adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari
proses katabolisme (pemecahan) purin baik dari diet maupun dari asam
nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Asam urat sebagian
besar dieksresi melalu ginjal dan sebagian kecil melalui saluran cerna.
Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur
kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin, yaitu
purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan dari
asupan makanan. Zat purin yang diproduksi oleh tubuh jumlahnya
mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia hanya
memerlukan asupan purin dari luar tubuh (makanan) sebesar 15%. Ketika
asupan purin masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan terjadi
penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini
menimbulka risiko penyakit asam urat (Noviyanti, 2015).
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai
akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum
meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau ekresi asam urat
yang kurang dari ginjal. Artritis pirai adalah suatu sindrom klinis yang
mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan
karena reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal
monosodium urat monohidrat (Arya, 2013).
1) Klasifikasi :
 Gout primer
Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat.
 Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau
ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau
pemakaian obat tertentu.
b. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit/penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam
urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat
abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan eksresi
asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa faktor lain yang mendukung seperti :
a. Faktor genetic seperti gangguan metabolisme purin yang
menyebabkan asam urat berlebihan ( Hiperuricemia ), retensi asam
urat atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,
hipertensi, gangguan ginjal yang kan menyebabkan :
 Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia
 Karena penggunaan obat – obatan yang menurunkan eksresi
asam urat seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam
nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.
c. Pembentukan asam urat yang berlebih :
 Gout primer metabolic disebabkan sistensi langsung yang
bertambah.
 Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat
berlebih karena penyakit lain seperti leukemia.
d. Kurang asam urat melalui ginjal
e. Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urat di tubulus distal
ginjal yang sehat.
f. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal
misalnya glomeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik. 95 %
penderita gout ditemukan pada pria. Gout sering menyerang wanita
pada post menopause usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang
laki – laki usia pubertas dan atau usia diatas 30 tahun. Penyakit ini
paling sering mengenai sendi metarsofaringeal, ibu jari kaki, sendi
lutut dan pergelangan kaki.
c. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan system eksresi asam urat yang tidak
adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di
dalam plasma darah ( hiperuricemia ), sehingga mengakibatkan Kristal
asam urat menumpuk dalam tubuh. Pennimbunan ini menimbulkan iritasi
lokal dan menimbulkan responinflamasi.
Hiperuricemia merupakan hasil :
a. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine
abnormal.
b. Menurunnya eksresi asam urat.
c. Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam –
garam urat yang berakumulasi atau menumuk di jaringan konectif
diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya Kristal memicu
respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak
hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat
dalam darah. Mekanisme serangan gout akan berlangsung melalui
beberapa fase secara berurutan, sebagai berikut :
a. Presipitasi Kristal monosodium urat. Dapat terjadi dalam jaringan bila
konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Prseipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, janringan para – artikuler misalnya bursa, tendon
dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus
( coate ) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG
akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan
Kristal.
b. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN). Pembentukan Kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit
PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis Kristal oleh leukosit.
Pathway
d. Manifestasi Klinis
Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan
pembengkakan pada  sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang
sering terkena adalah persendian kecil pada basis dari ibu jari kaki.
Beberapa sendi lain yang dapat terkena ialah pergelangan kaki, lutut,
pergelangan tangan, jari tangan, dan siku. Pada serangan akut penderita
gout dapat menimbulkan gejala demam dan nyeri hebat yang biasanya
bertahan berjam-jam sampai seharian, dengan atau tanpa pengobatan.
Seiring berjalannya waktu serangan artritis gout akan timbul lebih sering
dan lebih lama.
Pasien dengan gout meningkatkan kemungkinan terbentuknya batu
ginjal. Kristal-kristal asam urat dapat membentuk tophi (benjolan keras
tidak nyeri disekitar sendi) di luar persendian. Tophi sering ditemukan di
sekitar jari tangan, di ujung siku dan sekitar ibu jari kaki, selain itu dapat
ditemukan juga  pada daun telinga, tendon achiles (daerah belakang
pergelangan kaki) dan  pita suara (sangat jarang terjadi).
Secara klinis ditandai dengan adnya artritis, tofi dan batu ginjal. Yang
penting diketahui bahwa asm urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-
apa. Yang menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya
kristal monosodium urat. Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan
tekanan. Oleh sebab itu, sering terbentuk tofi pada daerah-daerah
telinga,siku,lutut,dorsum pedis,dekat tendo Achilles pada
metatarsofalangeal digiti 1 dan sebagainya. Pada telinga misalnya karena
permukaannya yang lebar dan tipis serta mudah tertiup angin,kristal-
kristal tersebut mudah mengendap dan menjadi tofi. Demikian pula di
dorsum pedis,kalkaneus karena sering tertekan oleh sepatu. Tofi itu
sendiri terdiri dari kristal-kristal urat yang dikelilingi oleh benda-benda
asing yang meradang termasuk sel-sel raksasa.
Serangan sering kali terjadi pada malam hari. Biasanya sehari
sebelumnya pasien tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah
malam terbangun oleh rasa sakit yang hebat sekali. Daerah khas yang
sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari sebelah dalam,disebut
podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan dan nyeri ,nyeri
sekali bila sentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu
minggu,lalu menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit,tapi dapat
merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan tempat predileksi kedua
untuk serangan ini. Tofi merupakan penimbunan asm urat yang dikelilingi
reaksi radang pada sinovia,tulang rawan,bursa dan jaringan lunak. Sering
timbul ditulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan
manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan
artritis akut pertama.
Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:
a. Mikrotrofi dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis
b. Nefrolitiasis karena endapan asam urat
c. Pielonefritis kronis
d. Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi
Tidak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam
darah tanpa adanya riwayat gout yang disebut hiperurisemia asimtomatik.
Pasien demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar asam uratnya
karena menjadi faktor resiko dikemudian hari dan kemungkinan
terbentuknya batu urat diginjal.
e. Komplikasi
1) Penyakit Ginjal
Komplikasi asam urat yang paling umum adalah gangguan-
gangguan pada ginjal. Gangguan pada ginjal terjadi akibat dari
penangan pada penderia asam urat akut terlambat menangani
penyakitnya. Pada penderita asam urat ada dua penyebab gangguan
pada ginjal yaitu terjadinya batu ginjal (batu asam urat) dan risiko
kerusakan ginjal.batu asam urat terjadi pada penderita yang memiliki
asam urat lebih tinggi dari 13 mg/dl.
Asam urat merupakan hasil buangan dari metabolisme tubuh
melalui urine. Seperti yang telah diketahui, urine di proses di ginjal.
Oleh sebab itu, jika kadar di dala darah terlalu tinggi maka asam urat
yang berlebih akan membentuk kristal dalam darah. Apabila
jumlahnya semakin banyak, akan mengakibatkan penumpukkan dan
pembentukkan batu ginjal.
Batu ginjal terbentuk ketika urine mengandung substansi yang
membentuk kristal, seperti kalsium, oksalat dan asam urat. Pada saat
yang sama, urine mungkin kekurangan substansi yang mencegah
kristal menyatu. Kedua hal ini menjadikannya sebua lingkungan yang
ideal untuk terbentuknya batu ginjal. Batu ginjal tidak menampakan
gejala sampai batu ginjal tersebut bergerak di dalam ginjal atau
masuk ke saluran kemih (ureter), suatu saluran yang
menghubungkan ginjal dan kandungan kemih (Noviyanti, 2015).
2) Penyakit Jantung
Kelebihan asam urat dalam tubuh (hiperurisemia) membuat
seseorang berpotensi terkena serangan jantung. Pada orang yang
menderita hiperurisemia terdapat peningkatan risiko 3-5 kali
munculnya penyakit jantung koroner dan stroke. Hubungan antara
asam urat dengan penyakit jantung adalah adanya kristal asam urat
yang dapat merusak endotel atau pembuluh darah koroner.
Hiperurisemia juga berhubungan dengan sindroma metabolik atau
resistensi insulin, yaitu kumpulan kelainan-kelainan dengan
meningkatnya kadar insulin dalam darah, hipertensi, sklerosis
(Noviyanti, 2015).
3) Diabetes Mellitus
Hasil studi baru Eswar Krishnan yang merupakan asisten
Profesor Rheumatology di Stanford University dengan hasil penelitian
yang dipresentasikan di pertemuan tahunan American College of
Rheumatology didapati kesimpulan bahwa, kadar asam urat yang
tinggi dalam darah berkaitan dengan risiko peningkatan diabetes
hampir 20% dan risiko peningkatan kondisi yang mengarah pada
perkembangan penyakit ginjal dari 40%.
Para peneliti meninjau catatan dari sekitar 2.000 orang
dengan gout dalam database Veterans Administration. Pada awal
penelitian, semua peserta penelitian tidak menderita diabete atau
penyakit ginjal. Selama periode tiga tahun, 9% laki-laki dengan gout
yang memiliki kadar asam urat tidak terkontrol berada pada kondisi
yang mengarah pada perkembangan diabetes dibandingkan dengan
6% dari mereka dengan kadar asam urat yang terkontrol. Pada
penderita diabetes ditemukan 19% lebih tinggi dengan kadar asam
urat yang tidak terkontrol. Kadar asam urat dalam darah yang lebih
tinggi dari angka 7 mg/dl dianggap tidak terkontrol.
Penelitian kedua dilakukan oleh peneliti yang sama
menggunakan database yang sama. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa lebih dari 3 tahun dengan periode gout pada
pria yang memiliki kadar asam urat yang tidak terkontrol memiliki
risiko 40% lebih tinggi untuk penyakit ginjal dibandingkan dengan pria
dengan kadar asam urat terkontrol. Penelitian tersebut tidak
membuktikan bahwa kadar asam urat yang tidak terkontrol
menyebabkan masalah kesehatan, tetapi menunjukkan hubungan
peningkatan kadar tersebut dengan masalah kesehatan (Noviyanti,
2015).
f. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini
mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam
urat atau gangguan ekskresi.
b. Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit
masih dalam batas normal yaitu 5000 – 10.000/mm3.
c. Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen
rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit
asam urat di persendian.
d. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan
ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan
250 - 750 mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam
urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang
dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien
dengan peningkatan serum asam urat.Instruksikan pasien untuk
menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu
pengumpulan. Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama
pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu
diindikasikan.
e. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut
atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat
yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
f. Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan
menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi
setelah penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area
terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi.
g. Penatalaksanaan Medis
a. Fase akut
Obat yang digunakan :
1) Colchicine (0,6 mg)
Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk
mengobati serangangout akut, dan unluk mencegah serangan gout
Akut di kemudian hari. Obat ini jugadapat digunakan sebagai
sarana diagnosis.Pengobatan serangan akut biasanya tablet 0,5mg
setiap jam, sampai gejala-gejala serangan Akut dapat dikurangi
atau kalau ternyata dari berat pasien bersangkutan. Beberapa
pasien mengalami rasa mual yang hebat,muntah-muntah dan
diarhea, dan pada keadaan ini pemberian obat harus dihentikan.
2) Fenilbutazon.
Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk
mengobati artritis gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon
menimbulkan efek samping, maka kolkisin digunakan sebagai terapi
pencegahan. Indometasin juga cukup efektif.
3) Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk
mencegah komplikasi
a) Golongan urikosurik
 Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan
asam urat dalam  serum.
 Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400
mg perhari.
 Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
 Benzbromaron.
b) Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah
konversi hipoxantin menjadi xantin, dan konversi xantin
menjadi asam urat.
b. Dilakukan pembedahan
Jika ada tofi yang sudah mengganggu gerakan sendi,karena tofi
tersebut sudah terlalu besar.
c. Obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi
pencegahan seperti: Alopurinol dapat mengurangi pembentukan
asam urat. Dosis 100-400 mg per hari dapat menurunkan kadar asam
urat serum. Probenesid dan Sulfinpirazin merupakan agen urikosurik,
artinya mereka dapat menghambat proses reabsorpsi urat oleh
tubulus ginjal dan dengan dernikian meningkatkan ekskresi asam
urat. Pemeriksaan kadar asam urat serum berguna untuk
menentukan etektivitas suatu terapi.
h. Pengkajian Fokus Keperawatan Pada Lansia
Tujuan pengkajian pada lansia adalah untuk mengidentifikasi
kekuatan dan keterbatasan klien sehingga intervensi yang efektif dan
tepat dapat diberikan untuk meningkatkan fungsi optimal dan mencegah
ketidakmampuan dan ketergantungan. Pengkajian keperawatan pada
lansia terdiri dari pengkajian riwayat kesehatan, pengkajian status
fungsional, pengkajian status kognitif dan afektif, pengkajian status
sosial.
1) Identitas Klien
Identitas klien meliputi pengkajian mengenai nama, umur, jenis
kelamin, suku, agama, status perkawinan, pendidikan terakhir,
pekerjaan dan alamat, orang yang paling dekat dengan klien atau
yang bertanggung jawab, hubungan orang tersebut dengan klien,
alamat dan jenis kelamin orang tersebut.
2) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan meliputi keluhan saat ini, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat pekerjaan, riwayat alergi (seperti: obat-obatan, makanan,
kontak substansi, faktor lingkungan), sumber/ sistem pendukung
yang digunakan (seperti: pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan
dan jarak tempuh pelayanan kesehatan dari rumah / panti) dan
obat-obatan yang dikonsumsi jika ada.
3) Kebiasaan Sehari-hari
a) Biologis
(1) Pola makan: Frekuensi makan, jenis makanan yang
dimakan, jumlah makanan yang habiskan, makanan
kesukaan/ selingan.
(2) Pola minum: Jenis minuman yang dikonsumsi, frekuensi
minum dan jumlahnya.
(3) Pola tidur: Masalah tidur, tidur siang/ malam dan lamanya,
kebiasaan sebelum tidur/ penggunaan waktu luang ketika
tidak tidur
(4) Pola eliminasi (BAB/BAK): Frekuensi BAB/ BAK, keluhan
saat BAB/ BAK, konsistensi feses, warna feses/ urin.
(5) Rekreasi: Kegiatan diluar panti, liburan atau pulang
kampung saat perayaan hari besar
(6) Aktifitas sehari-hari: Kegiatan yang diikuti di panti, kegiatan
yang dilakukan sehari-hari (mandi, gosok gigi, dll), skala
aktivitas, pandangan klien tentang aktifitas dilingkungan
b) Psikologis
(1) Keadaan emosi: Kondisi emosi, raut wajah atau sikap
terhadap hal yang disukai/ tidak, cara menghadapi masalah
(2) Status depresi dan kecemasan: Kaji tingkat depresi dan
cemas lansia, hal apa yang membuat depresi/ cemas
muncul, upaya mengatasi rasa cemas dan depresi
(3) Perasaan saat menghadapi masalah/ penyakit
c) Sosial
(1) Dukungan keluarga: Kunjungan keluarga ke panti,
komunikasi dengan keluarga, keluarga menjemput untuk
merayakan peringatan besar
(2) Hubungan antar keluarga: Permasalahan lansia dengan
keluarga, hubungan lansia ke suami/ istri, anak, saudara,
keluarga lainnya
(3) Hubungan dengan orang lain: Hubungan dengan teman
satu wisma/ wisma lainnya, komunikasi dengan lansia lain
dan permasalahan dengan lansia lain
d) Spiritual/ Kultural
(1) Pelaksanaan ibadah: Kegiatan ibadah sesuai dengan
agama yang dianut, jumlah pelaksanaan yang dilakukan,
tempat melakukan ibadah, hambatan dalam melaksanakan
ibadah
(2) Keyakinan tentang kesehatan: Anggapan tentang
kesehatan saat ini, keyakinan tentang kesembuhan dan
pengobatan penyakit, kebiasaan yang dilakukan untuk
mengatasi penyakit.
4) Pengkajian Keseimbangan Untuk Lansia
Pengkajian posisi dan keseimbangan (sullivan)
No Tes koordinasi Keterangan Nilai
1 Berdiri dengan postur normal
2 Berdiri dengan postur normal,
menutup mata
3 Berdiri dengan kaki rapat
4 Berdiri dengan satu kaki
5 Berdiri, fleksi trunk dan berdiri ke
posisi netral
6 Berdiri, lateral dan fleksi trunk
7 Berjalan, tempatkan tumit salah
satu kaki didepan jari kaki yang lain
8 Berjalan sepanjang garis lurus
9 Berjalan mengikuti tanda gambar
pada lantai
10 Berjalan menyamping
11 Berjalan mundur
12 Berjalan mengikuti lingkaran
13 Berjalan pada tumit
14 Berjalan dengan ujung kaki
Jumlah
Keterangan
4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktifitas
Nilai
42-54 : mampu melakukan aktifitas
28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan
14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal
14 ≤ : tidak mampu melakukan

5) Pengkajian Fungsional Lansia


KATZ
Indeks kemandirian Katz untuk menilai aktifitas kehidupan sehari-
hari (ADL)
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian
mandi (seperti punggung atau
ekstremitas yang tidak mampu) atau
mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu
bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi, serta tidak
mandi sendiri
2 Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari,
memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri
atau hanya sebagian
3 Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia
sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke
kamar kecil dan menggunakan
pispot
4 Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur
untuk duduk, bangkit dari kursi
sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih
perpindahan
5 Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total;
penggunaan kateter,pispot, enema
dan pembalut ( pampers)
6 Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil
makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral ( NGT )
Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis Hasil/ Nilai:
A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian, dan mandi.
B :Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi
tersebut.
C :Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.
D :Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungsi tambahan.
E :Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
F :Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan.
G :Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.

Modifikasi Barthel Indeks


Barthel Indeks merupakan skala yang digunakan untuk mengukur
kinerja dalam aktifitas sehari-hari.
Nilai
No Kriteria Bantua Keterangan
Mandiri
n
1 Makan 5 10
2 Berpindah dari kursi roda
5-10 15
ke tempat tidur, sebaliknya
3 Kebersihan diri, mencuci
muka, menyisir, mencukur 0 5
dan menggosok gigi
4 Aktivitas di toilet
5 10
(menyemprot, mengelap)
5 Mandi 0 5
6 Berjalan di jalan yang datar 10 15
(jika tidak mampu jalan /
melakukannya dengan
kursi roda)
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpakaian termasuk
5 10
mengenakan sepatu
9 Mengontrol BAB 5 10
10 Mengontrol BAK 5 10
Total
Penilaian:
0 – 20 : Ketergantungan
21 – 61 : Ketergantungan berat/ sangat ketergantungan
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

6) Pengkajian Masalah Emosional


a) Pertanyaan tahap 1
(1) Apakah klien mengalami susah tidur?
(2) Apakah klien sering merasa gelisah?
(3) Apakah klien murung atau menangis sendiri?
(4) Apakah klien sering was-was atau kuatir?
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika
jawaban “ya” 1 atau lebih.
b) Pertanyaan tahap 2
(1) Keluhan > 3 bulan atau > 1 kali dalam sebulan
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
(4) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter
(5) Cenderung mengurung diri
Jika >1 atau = 1 jawaban “ya”, maka
ada masalah gangguan emosional.
Gangguan emosional
7) Pengkajian Status Kognitif dan Afektif
a) SPMSQ (short portable mental status quesioner).
Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini:
No Item Pertanyaan Benar Salah
1 Jam berapa sekarang?
Jawab:
………………………………………………
2 Tahun berapa sekarang?
Jawab:
………………………………………………
3 Kapan bapak/ ibu lahir?
Jawab:
………………………………………………
4 Berapa umur bapak/ ibu sekarang?
Jawab:
………………………………………………
5 Dimana alamat bapak/ ibu sekarang?
Jawab:
………………………………………………
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang
tinggal bersama bapak/ ibu?
Jawab:
………………………………………………
7 Siapa nama naggota keluarga yang
tinggal bersama bapak/ ibu?
Jawab:
………………………………………………
8 Tahun berapa Hari kemerdekaan
Indonesia?
Jawab:
………………………………………………
9 Siapa nama Presiden Republik
Indonesia sekarang?
Jawab:
………………………………………………
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1?
Jawab:
………………………………………………
Jumlah

Analisis Hasil
Skor salah (0 – 2) : Fungsi intelektual utuh
Skor salah (3 – 4) : Kerusakan intelektual ringan
Skor salah (5 – 7) : Kerusakan intelektual sedang
Skor salah (8 – 10) : Kerusakan intelektual berat

b) MMSE (Mini Mental Status Exam)


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan
benar
Tahun:
Musim:
Tanggal:
Hari:
Bulan:
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita
berada?
Negara :
Propinsi:
Kabupaten/kota:
Panti werda:
Wisma:
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 nama
obyek (misal: kursi,
meja, kertas),
kemudian ditanyakan
kepada klien,
menjawab:
1. Objek ........
2. Objek ........
3. Objek ........
4 Perhatian 5 Meminta klien
dan berhitung mulai dari
kalkulasi 100 kemudian kurangi
15 sampai 5 tingkat.
Jawaban:
a. 85
b. 70
c. 40
d. 25
e. 10
5 Mengingat 3 Minta klien untuk
mengulangi ketiga
objek pada poin ke 2
(tiap poin nilai 1),
misal: kursi, meja,
kertas
1. Objek ........
2. Objek ........
3. Objek ........
6 Bahasa 9 a) Menanyakan pada
klien tentang
benda (sambil
menunjukan benda
tersebut).
Contoh:
Jam tangan, meja,
kursi, pensil

b) Minta klien untuk


mengulangi kata
berikut:
tidak ada, dan, jika/
tetapi
c) Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri
3 langkah:
1. Ambil kertas
ditangan anda
2. Lipat dua
3. Taruh di lantai

d) Perintahkan pada
klien untuk hal
berikut (bila
aktifitas sesuai
perintah nilai satu
poin).
“tutup mata anda”

e) Perintahkan
kepada klien untuk
menulis kalimat
atau menyalin
gambar.
Klien menulis/
menggambar
Total nilai 30

Interpretasi Hasil
> 23 : aspek kognitif dari fungsi mentak baik
18 – 22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
0 – 17 : terdapat kerusakan fungsi mental berat
8) Pengkajian Skala Jatuh Pada Lansia
Morse Fall Scale (MFS) digunakan untuk melakukan pengkajian
skala jatuh pada lansia
No Pengkajian Skala Nilai
1 Riwayat jatuh: Apakah lansia pernah Tidak : 0
jatuh dalam 3 bulan terakhir? Ya : 25
2 Diagnosa sekunder: Apakah lansia Tidak : 0
memiliki lebih dari satu penyakit? Ya : 15
3 Alat bantu jalan:
- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda 30
disekitar (kursi, lemari, meja)
4 Terapi intravena : Apakah saat ini Tidak : 0
lansia terpasang infus? Ya : 20
5 Gaya berjalan/ cara berpindah
- Normal/ bed rest/ imobilisasi (tidak 0
dapat bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang, 20
diseret)
6 Status mental
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0
sendiri 15
- Lansia mengalami keterbatasan
daya ingat
Total Skala

Tingkatan Risiko Jatuh


0 – 24 : Tidak berisiko (tindakan perawatan dasar)
25 - 50 : Risiko rendah (intervensi pencegahan jatuh
standar)
>51 : Risiko tinggi (intervensi pencegahan jatuh risiko)

9) Pengkajian Tingkat Depresi Pada Lansia


Geriatric Depression Scale merupakan skala yang digunakan untuk
pengkajian tingkat depresi pada lansia
No Pertanyaan Keterangan
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan Ya Tidak
kehidupan anda?
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak Ya Tidak
kegiatan dan minat atau kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda Ya Tidak
kosong?
4 Apakah anda sering merasa bosan? Ya Tidak
5 Apakah anda mempunyai semangat yang Ya Tidak
baik setiap saat?
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang Ya Tidak
buruk akan terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk Ya Tidak
sebagian besar hidup anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah Ya Tidak
daripada pergi ke luar dan mengerjakan
sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak Ya Tidak
masalah dengan daya ingat anda
dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda Ya Tidak
sekarang ini menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti Ya Tidak
perasaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya Tidak
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda Ya Tidak
tidak ada harapan?
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih Ya Tidak
baik keadaanya dari anda?
SKOR

Keterangan:
Lingkari pilihan jawaban berdasarkan pernyataan klien
Skor : hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal
Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1
Skor antara 5 – 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
10) Penilaian Potensi Dekubitus
Skor norton digunakan untuk menilai potensi dekubitus
No Item Penilaian Skor
1 Kondisi fisik:
 Baik 4
 Cukup baik 3

 Buruk 2

 Sangat buruk 1

2 Kondisi mental:
 Waspada/ sadar penuh 4
 Apatis 3

 Bingung 2

 Pingsan/ tidak sadar 1

3 Aktifitas:
 Dapat berpindah sendiri 4
 Berjalan dengan bantuan 3

 Terbatas dikursi 2

 Terbatas ditempat tidur 1

4 Mobilitas:
 Penuh/ bergerak bebas 4
 Sedikit terbatas 3

 Sangat terbatas 2

 Sulit bergerak 1

5 Inkontinensia:
 Tidak ngompol 4
 Kadang-kadang 3

 Sering inkontinensia urin 2

 Inkontinensia alvi dan urin 1

SKOR

Keterangan:
Skor < 14 : Resiko tinggi terjadinya ulkus diabetikum
Skor < 12 : Peningkatan risiko 50 kali lebih besar terjadinya ulkus
diabetikum
Skor 12 – 13 : Resiko sedang
Skor > 14 : Resiko kecil
i. Diagnosa Keperawatan Gerontik
a) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
b) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan asam
urat berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
cara pencegahan dan perawatan asam urat
c) Gangguan Memori
d) Penurunan Curah Jantung
e) Perfusi Perifer Tidak Efektif
f) Gangguan Pertukaran Gas
g) Pola Napas Tidak Efektif
h) Defisit Nutrisi
i) Gangguan Eliminasi Urin
j) Konstipasi
k) Gangguan Komunikasi Verbal
RENCANA KEPERAWATAN

No Tujuan Umum Tujuan khusus Kriteria Hasil standar Rencana intervensi


DX Evaluasi

01 Setelah Setelah dilakukan Verbal 1. Keluarga 1. Kaji skala nyeri


dilakukan 4 x intervensi selama mampu yang dirasaka
kunjungan 1x60 menit mengenal pasien
diharapkan diharapkan keluarga Verbal penyebab 2. Demonstrasikan
nyeri pasien mampu : nyeri kepada
berkurang 1. Mengenal 2. Keluarga keluarga cara
penyebab nyeri Psikomotor mampu mengurangi
2. Mengurangi mengetahui nyeri pada
nyeri cara untuk penderita asam
3. Mampu mengurangi urat
memberikan nyeri 3. Berikan KIE
perawatan 3. Keluarga pada keluarga
mampu tentang cara
memberikan mengurangi
02 perawatan nyeri dan
Verbal atau mengenal
Setelah Setelah dilakukan mengajak penyebab
dilakukan 4 x intervensi 1 x 60 keluarga
kunjungan menit diharapkan yang sakit ke
diharapkan keluarga mampu fasilitas
keluarga menjelaskan secara Kesehatan
mampu lisan cara 4. Keluarga 1. Jelaskan pada
merawat pencegahan dan dapat keluarga cara-
anggota perawatan penyakit melakukan cara
keluarga yang asam urat perawatan pencegahan
menderita anggota penyakit asam
asam urat keluarga urat
yang 2. Jelaskan pada
menderita keluarga
asam urat tentang diet
makanan pada
penderita asam
urat.
DAFTAR PUSTAKA

Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi


Pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC

Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Cet. 1. Jakarta : EGC.

Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ;


Cet. 1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai