Anda di halaman 1dari 109

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


DENGAN HIPERTENSI

Dosen Pembimbing : Mariani, S.Kep,.Ns,.MPH

Oleh :
Anita Wahyuningsih
(NIM: 14401.16.17003)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
DENGAN HIPERTENSI

Disusun oleh :

ANITA WAHYUNINGSIH
14401.16.17003

Telah diperiksa kelengkapannya pada :


Hari :
Tanggal :
Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Mengetahui

PEMBIMBING AKADEMIK MAHASISWA

Mariani,.S.Kep,.Ns,.MPH Anita Wahyuningsih


LEMBAR KONSULTASI

No Isi
Tanggal Saran Pembimbing TTD
. Konsul
1. 11 Mei Lp & 1) Perhatikan tehnik penulisan jarak
2020 Askep dan spasinya
2) Terkait Pemberian intervensi
edukasi sebaiknya dalam satu hari
1 materi -- mengingat
keterbatasan daya ingat lansia
3) Intervensi dan Evaluasi tidak
harus dilakukan setiap hari,
MINIMAL 4x dalam 2 minggu
dan bisa dihentikan bila masalah
sudah teratasi.
4) Lanjutkan Askep
2. 17 Mei Askep &
2020 SAP
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

1. Pengertian Lanjut Usia


Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari.
Menua  atau  menjadi  tua  adalah  suatu  keadaaan  yang  terjadi didalam 
kehidupan  manusia.  Proses  menua  merupakan  proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai  sejak 
permulaan  kehidupan.  Menjadi  tua  merupakan  proses alamiah,  yang 
berarti  seseorang  telah  melalui  tiga  tahap kehidupannya,  yaitu  anak, 
dewasa  dan  tua.  Tiga  tahap  ini  berbeda, baik  secara  biologis 
maupun  psikologis.  Memasuki  usia  tua  berarti mengalami 
kemunduran,  misalnya  kemunduran  fisik  yang  ditandai dengan  kulit 
yang  mengendur,  rambut  memutih,  gigi  mulai  ompong, pendengaran 
kurang  jelas,  pengelihatan  semakin  memburuk,  gerakan lambat dan
figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).
Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  1998  tentang kesejahteraan 
lanjut  usia  pada  Bab  1  Pasal  1  Ayat  2  menyebutkan bahwa  usia  60 
tahun  adalah  usia  permulaan  tua.  Menua  bukanlah suatu  penyakit, 
tetapi  merupakan  proses  yang  berangsur-angsur mengakibatkan 
perubahan  kumulatif,  merupakan  proses  menurunya daya  tahan  tubuh 
dalam  menghadapi  rangsangan  dari  dalam  dan  luar tubuh.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara
alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
2. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/
biologis menjadi 4 kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.

b. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia


dikelompokkan menjadi:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun
atau 65 tahun,
3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang
dibagi lagi dengan:
a) 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old),
b) lebih dari 80 (very old).
c. Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994)
menjadi tiga kelompok yakni :
1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang
baru memasuki lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari
70 tahun.

3. Teori Proses Menua


Proses menua bersifat individual:
a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
b. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
c. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses
menua.
1. Teori Biologis
a. Teori Genetik
Teori genetik clock, teori ini merupakan teori intrinsik yang
menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang
mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik
untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya
memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap
/spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah
diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini
berhenti berputar, dia akan mati. Manusia mempunyai umur
harapan hidup nomor dua terpanjang setelah bulus. Secara
teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi, meskipun
hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan
pemberian obat-obatan atau tindakan tertentu.
b. Teori mutasi somatic
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi
somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam
proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi
terus- menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan
fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau sel
menjadi penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin
sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel
(Suhana, 2000).
c. Teori nongenetik
1) Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory),
mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri
(self recognition). Mutasi yang merusak membran sel, akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga
merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan
penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989).
Proses metababolisme tubuh, memproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus
yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi
kelainan autoimun.
2) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory),
teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di
dalam tubuh, karena adanya proses metabolisme atau
proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas
merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil
karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain
yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan
dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik,
misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994).
Radikal bebas dianggap sebagai penyabab penting
terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang
terdapat dilingkungan seperti:
a) Asap kendaraan bermotor
b) Asap rokok
c) Zat pengawet makanan
d) Radiasi
e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya
perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
3) Teori menua akibat metabolism, telah dibuktikan dalam
berbagai percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan
kalori ternyata bias menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori
yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur
(Darmojo, 2000).
4) Teori rantai silang (cross link theory), teori ini menjelaskan
bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat,
dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat
kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
menyebabkan perubahan padamembran plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang
elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
5) Teori fisiologis, teori ini merupakan teori intrinsik dan
ekstrinsik, terdiri atas teori oksidasi stres (wear and tear
theory). Di sini terjadi kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal).
2. Teori Sosiologis
Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini
antara lain:
a. Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak
pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang
dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan
status sosial berdasarkan kemampuan bersosialisasi. Pokok-
pokok sosial exchange theory antara lain:
1) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya
mencapai tujuannya masing-masing.
2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang
memerlukan biaya dan waktu.
3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor
mengeluarkan biaya.
b. Teori aktivitas atau kegiatan
1) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta
dalam kegiatan sosial.
2) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin.
3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
4) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai
lanjut usia.
c. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan
sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.
Pengalaman hidup seseorang suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat dia menjadi lanjut usia. Hal ini
dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang
ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lanjut usia.
d. Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory).
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
Pokok-pokok disangagement theory:
1) Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa
pensiun. Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam
keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa
dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.
2) Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini
karena lanjut usia dapat merasakan tekanan sosial
berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan
kerja yang lebih baik.
3) Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu
diperhatikan:
- Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
- Proses tersebut tidak dapat dihindari
- Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat.

Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961)


Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia,
apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia
mengalami kehilangan ganda (triple loss):
1. Kehilangan peran (loss of role).
2. Hambatan kontak sosial (restriction of contact and
relationship).
3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social
mores
and values)
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami
proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari
kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan
pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Dari
penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa
peluang yang memungkinkan dapat diintervensi agar proses
menua dapat diperlambat. Kemungkinan yang terbesar adalah
mencegah:
1. Meningkatnya radikal bebas.
2. Memanipulasi sistem imun tubuh.
3. Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai misteri
kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses
menua merupakan salah satu misteri yang paling sulit
dipecahkan.

Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari luar


(eksogen) tidak boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan
budaya gaya hidup yang salah. Banyak faktor yang
memengaruhi proses menua (menjadi tua), antara lain
herediter/genetik, nutrisi/makanan, status kesehatan,
pengalaman hidup, lingkungan, dan stres. Proses
menua/menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit, karena
orang meninggal bukan karena tua, orang muda pun bias
meniggal dan bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos
mengenai lanjut usia yang sering merugikan atau bernada
negatif, tetapi sangat berbeda dengan kenyataan yang
dialaminya (Nugroho, 2000).

4. Masalah psikologik pada lansia


Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama
kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka
hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk
memikirkannya. Dalam hal ini dikenal apa yang disebut disengagement
theory, yaitu berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya
satu sama lain. Dulu hal ini diduga dapat mensukseskan proses menua.
Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat sekarang, yang
justru menganjurkan masih tetap ada social involvement (keterlibatan
sosial) yang dianggap lebih penting dan meyakinkan. Masyarakat sendiri
menyambut hal ini secara positif. Contoh yang dapat dikemukakan
umpama dalam bidang pendidikan, yang masih tetap ditingkatkan pada
usia lanjut ini untuk menaikkan intelegensi dan memperluas wawasannya
(Broklehurst dan allen, 1987). Di negara-negara industri maju bahkan
didirikan apa yang disebut university of the thrird age. Pemisahan diri
(disengagement) baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir
kehidupan lansia saja. Para lansia yang realistis dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya yang baru.
Daya ingat (memori) mereka memang banyak yang menurun dari
lupa sampai pikun dan demensia. Biasanya mereka masih ingat betul
peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenai hal-
hal yang baru terjadi. Pada lansia yang masih produktif justru banyak yang
menggunakan waktu menulis buku ilmiah, maupun memorinya sendiri.
Biasanya sifat-sifat streotype para lansia ini sesuai dengan pembawaanya
pada waktu muda. Beberapa tipe yang dikenal adalah sebagai berikut:

1. Tipe konstruktif: orang ini mempunyai integritas baik, dapat


menikmati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristis, fleksibel
(luwes) dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat ini dibawanya sejak muda.
Mereka dapat menerima fakta-fakta proses menua, mengalami pensiun
dengan tenang, juga dalam menghadapi masa akhir.

2. Tipe ketergantungan (dependent): orang lansia ini masih dapat di


terima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih
tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya
orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun, malahan
biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang
untuk berlibur.

3. Tipe defensif: orang ini biasanya dulunya mempunyai


pekerjaan/jabatan tak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, sering
kali emosinya tak dapat di kontrol, memegang teguh pada kebiasaanya,
bersifat konfulsif aktif. Anehnya mereka takut menghadapi menjadi
tua dan tak menyenangi masa pensiun.
4. Tipe bermusuhan (hostility): mereka menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalanya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga.
Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua
dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang
yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan aktif
untuk menghindari masa yang sulit/buruk.

5. Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters): orang ini


bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai
ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya
mempunyai perkawinan yang tidak bahagia, mempunyai sedikit hobby
merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima fakta
pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa
sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap kematian
sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari penderitaan.
Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka yang lebih tinggi
persentasenya pada golongan lansia pada golongan lansia ini, apalagi
pada mereka yang hidup sendirian (Darmojo, 2009).

5. Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia


a. Upaya Promotif

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun


masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang
perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti
katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya peningkatan kebugaran
jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas masyarakat
lanjut usia.

1) Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang


dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya. Menurut Dachroni tahun 1998, PHBS erat kaitanya
dengan pemberdayaan masyarakat karena bidang garapanya adalah
membantu masyarakat yang seterusnya bermuara pada
pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam
bidang kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai
dengan visipromosi kesehatan dan dapat di praktekan pada masing-
masing tatanan. Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting
seperti tidak merokok, melakukan aktivitas 30 menit sehari,
personal higiene, mengatur kesehatan lingkungan seperti rumah
sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.

2) Gizi untuk Lanjut Usia

Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi


lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan
penyakit kekurangan gizi, yang seyogyanya telah dilakukan sejak
muda dengan tujuan agar tercapai kondisi kesehatan yang prima
dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang adalah
makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat
pengatur.

a) Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok


seperti beras, jagung, ubi dan lainya yang mengandung
karbohidrat.

b) Sumber zat pembangun atau protein penting untuk


pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani
seperti telur, ikan dan susu.

c) Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.


d) Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan
mineral yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi
organ tubuh contohnya sayuran dan buah

b. Upaya Preventif

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya


penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan
berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat
dilakukan di kelompok lanjut usia (posyandu lansia) atau Puskesmas
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lanjut usia.

c. Upaya Kuratif

Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila


dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu
lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia
yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas
Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa. Apabila sakit
yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan fasilitas
lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat.

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif


maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin
mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut
usia.

6. Pengertian Keperawatan Gerontik


Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan
dengan penyakit pada proses menua (KOZIER, 1987). Menurut
Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari
tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan
dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
7. Fungsi Perawat Gerontik
Menurut Eliopoulous (2005), fungsi perawat gerontologi adalah:
1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process
(Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang
sehat).
2. Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same
(Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang
lain melakukan hal yang sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan
mendorong kualitas pelayanan).
5. Notice and reduce risks to health and well being (Memerhatikan serta
mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6. Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi
pelayanan kesehatan).
7. Open channels for continued growth (Membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya).
8. Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan).
9. Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat,
dukungan dan harapan).
10. Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan,
mendukung, menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian).
11. Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan
perawatan restoratif dan rehabilitatif).
12. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur
perawatan).
13. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic
maner (Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh).
14. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan).
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli
dibidangnya).
16. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of
each other (Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial
dan spritual).
17. Recognize and encourge the appropriate management of ethical
concern (Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai
dengan tempatnya bekerja).
18. Support and comfort through the dying process (Memberikan
dukungan dan kenyamanan dalam menghapi proses kematian).
19. Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan
untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).
8. Lingkup Keperawatan Gerontik
Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan
ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk
pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan
lansia. Sifatnya adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi),
humanistik dan holistik.

B. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KLIEN DENGAN HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu
peningkatan kronis (yaitu meningkat secara perlahan-lahan, bersifat
menetap) dalam tekanan darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh
berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suatu pola
yang khas (Wolff, 2006).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg.
Istilah tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal
menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit
kardiovaskular (Price, 2006).

2. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:


1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
pening-katan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter ter-diagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

3. Klasifikasi Hipertensi

Menurut NANDA NIC-NOC klasifikasi dari hipertensi, yaitu :


Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih
Sistolik Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110
Tingkat 4 (sangat berat) ≥210 ≥120

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu :


a. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya, yaitu : genetik, lingkungan,
hiperaktivitas saraf simpatis sistem renin, angiotensin, dan peningkatan
Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko adalah
obesitas, merokok, alkohol, dan polisitemia.
a. Hipertensi Sekunder
Penyebab, yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan/atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

4. Etiologi dari Hipertensi


Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik,
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin.
Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan
polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
chusing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebi besar dari
90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikendalikan
a. Umur
Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambah-nya umur
seseorang. Ini disebabkan karena dengan bertambahnya umur, dinding
pembuluh darah mengalami perubahan struktur. Setelah umur 45
tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah
sistolik meningkat karena kelenturan pem-buluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan
tekanan darah diastolik meningkat sam-pai dekade kelima dan keenam
kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan
menyebabkan beberapa peruba-han fisiologis. Pada usia lanjut terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan
tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut
sensitivitasnya sudah berkurang. Sedangkan peran ginjal juga sudah
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus
menurun.
b. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi oleh
faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak
sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status
pekerjaan. Sedangkan pria lebih berhubungan dengan kurang nyaman
dengan pekerjaan dan pengangguran.
c. Genetik (Keturunan)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menye-babkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu yang
memiliki orang tua dengan hipertensi berisiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi.

Faktor Risiko yang Dapat Dikendalikan


a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah.
Adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh
darah hingga ke otak. Otak akan bereaksi terhadap niko-tin dengan
memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin
(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan
tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan
oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh (Astawan,
2002).
b. Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
patogenesis hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya
hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung,
dan tekanan darah (Basha, 2004). Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
meningkat. Untuk menormal-kannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
Garam mempunyai sifat menahan air. Mengonsumsi garam lebih atau
makan makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan
tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau makanan
yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam
sama sekali dalan makanan, sebaliknya dengan membatasi jumlah
garam yang dikonsumsi (Wijayakusuma, 2000).
c. Obesitas
Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko dari
beberapa penyakit degenerasi dan metabolit. Lemak tubuh, khususnya
lemak pada perut berhubungan erat dengan hipertensi. Obesitas
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab.
Semakin besar massa tubuh maka semakin banyak darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh.
Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada
dinding arteri.
Obesitas juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner
dan merupakan faktor risiko independen yang artinya tidak dapat
dipengaruhi oleh faktor risiko lain.
d. Kurang Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan
hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga
dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan
olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika
asupan garam juga bertambah maka akan memu-dahkan terjadinya
hipertensi.

e. Stres Emosional
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.
Meskipun dapat dikatakan bahwa stres emosional benar-benar
meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu yang sing-kat, reaksi
tersebut lenyap kembali seiring dengan menghilangnya penyebab stres.
Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat permanen, maka
seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus sehingga stres
menjadi suatu resiko. Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan
tekanan darah karena ada pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar
adrenal yang terus-menerus dirangsang.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun
4) 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
6) Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi.
7) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
5. Patofisiologi Hipertensi
Umur Jenis Kelamin Gaya hidup Obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan Struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan Sirkulasi

Otak Pembuluh darah Kurangnya informasi

Resistensi Pembuluh darah otak Vasokontriksi tidak tahu masalah kesahatan

Defisit
Afterload
Nyeri Akut Pengetahuan

Risiko
Gangguan pola Penurunan
tidur curah jantung Intoleransi
aktifitas
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor

resiko seperti hipokoagulabilitas dan anemia

2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang

perfusi/fungsi ginjal

3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin

4) Uranalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi

ginjal dan ada DM

5) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

6) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas,

peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini

penyakit jantung hipertensi

7) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu

ginjal, perbaikan ginjal

8) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area

katup, pembesaran jantung

7. Komplikasi Hipertensi
a) Miokard infark
b) Stroke
c) Cerebral vaskular accident
d) Penyakit vascular perifer: aterosklerosis, aneurisma.
e) Gagal ginjal
f) Left ventricular failure
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penanganan : Mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas pe-
nyerta dengan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1) Penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan temba-
kau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus
dilakukan.
2) Perubahan cara hidup
3) Mengurangi intake garam dan lemak
4) Mengurangi intake alkohol
5) Mengurangi BB untuk yang obesitas
6) Latihan/peningkatan aktivitas fisik
7) Olah raga teratur
8) Menghindari ketegangan
9) Istirahat cukup
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Digunakan untuk penderita hipertensi ringan dengan berada dalam
risiko tinggi dan apabila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85
atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg.
Golongan/jenis obat anti hipertensinya, yaitu :
1) Golongan Diuretic
 Diuretik Thiazid. Misalnya : klortalidon,
hydroklorotiazid.
 Diuretik Loop, Misalnya furosemid.
2) Golongan Penghambat Simpatis
Penghambatan aktivitas simpatis dapat terjadi pada pusat vaso-
motor otak seperti metildopa dan klonidin atau pada akhir saraf
perifer, seperti golongan reserpin dan goanetidin.
3) Golongan Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan
curah jantung dan efek penekanan sekresi renin. Misalnya, pindo-
lol, propanolol, timolol.
4) Golongan Vasodilator
Yang termasuk obat ini yaitu, prasosin, hidralasin, minoksidil,
diazoksid dan sodium nitrofusid.
5) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Misalnya : captropil.
6) Antagonis Kalsium
Golongan obat ini menurunkan curah jantung dengan cara meng-
hambat kontraktilitas. Misalnya : nifedifin, diltiasem atau verama-
miu.

9. Pencegahan Hipertensi
a. Berhenti merokok.
b. Pertahankan gaya hidup sehat.
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stres.
d. Batasi konsumsi alkohol.
e. Penjelasan mengenai hipertensi.
f. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya
secara rutin.
g. Batasan diet dan pengendalian berat badan.
h. Diet garam.
i. Periksa tekanan darah secara teratur.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI


1. Pengkajian Keperawatan
Data Subyektif
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini antara lain : nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau Adanya Faktor Risiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas/Istirahat
1) Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,
keju, telur) gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi
kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
2) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obs-
truksi.
3) Neurosensori
a) Keluhan pusing.
b) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4) Pernapasan
a) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja.
b) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d) Riwayat merokok.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin/hematokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubu-
ngan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
2) BUN/kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi
jaringan.
3) Glukosa : Hiperglikemia (diabetes militus adalah pencetus hiper-
tensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (me-
ningkatkan hipertensi).
4) Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldo-
steron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
5) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat mening-
katkan hipertensi.
6) Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat meng-
indikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler).
7) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokon-
striksi dan hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme pri-
mer (penyebab).
9) Urinalisasi : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi gin-
jal dan/atau adanya diabetes.
10) VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindi-
kasikan adanya feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam
dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi
hilang timbul.
11) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai risiko
terjadinya hipertensi.
12) Streroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
13) IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyebab
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
14) Foto dada : Dapat mengidentifikasi obstruksi klasifikasi pada area
katup ; deposit pada dan atau takik aorta perbesaran jantung.
15) CT-Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, dan
feokromisitoma.
16) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan : Luas, peningggian gelombang P ada-
lah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi (Doenges,
2000).

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisiologis
2. Risiko Penurunan Curah jantung b/d Perubahan afterload
3. Intoleransi aktifitas b/d imobilitas
4. Gangguan pola tidur b/d adanya nyeri
5. Defisit Pengetahuan b/d Kurang terpapar informasi
DIAGNOSA PRIORITAS

No Diagnosa keperawatan Ditemukan Teratasi Paraf


1. Nyeri Akut b/d Agen pencedera
fisiologis

2. Intoleransi aktifitas b/d imobilitas

3. Gangguan pola tidur b/d adanya nyeri

4. Defisit Pengetahuan b/d Kurang


terpapar informasi

5. Risiko Penurunan Curah jantung b/d


Perubahan afterload

II. Intervensi keperawatan


Rencana keperawatan
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
N Diagno
o sis

1 Nyeri Setelah 1. Keluhan nyeri Observasi


. Akut dilakukan Menurun  Identifikasi lokal,
tindakan 2. Meringis karakteristik, frekuensi,
keperawa menurun kualitas
tan 3. Gelisah  Identifikasi skala nyala
diharapk menurun  Identifikasi respon nyeri
an nyeri 4. Kesulitan tidur non verbal
berkuran menurun  Identifikasi faktor
g 5. Frekuensi nadi mempererat dan
membaik memperingan nyeri
6. Pola napas  Identifikasi pengaruh nyeri
membaik psda kualitas hidup
7. Tekanan darah  Monitor efek samping
membaik penggunaan analgetik
8. Nafsu makan Terapeutik
membaik
 Berikan teknik non
9. Pola tidur
farmakologis
membaik
 Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab nyeri
 Jelaskan cara meredakan
nyeri
 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
meredakan nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2 Intoler Setelah 1. Frekuensi nadi Observasi


. ansi dilakukan meningkat  Identifikasi indikasi
aktifita tindakan 2. Kemudahan dilakukan latihan
s keperawa dalam  Identifikasi keterbatasan
tan beraktivitas pergerakan sendi
diharapk meningkat  Monitor lokasi
an tingkat 3. Kekuatan tubuh ketidaknyamanan atau
aktivitas meningkat nyeri saat bergerak
klien 4. Keluhan lelah Terapeutik
membaik menurun  Gunakan pakaian longgar
5. Perasaan lemah  Cegah terjadinya cedera
menurun selama latihan
6. Dispnea saat  Lakukan gerakan pasif
aktivitas dengan bantuan sesuai
menurun indikasi
7. Tekanan darah
 Berikan dukungan positif
membaik
pada saat melakukan
Warna kulit
latihan gerak
membaik
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur latihan
 Anjurkan duduk di tempat
tidur atau di kursi, jika
perlu
Kolaborasi
Kolaborasi dengan fisioterapis
mengembangkan program
latiham, jika perlu
3 Defisit Setelah 1. Perilaku Observasi
Penget dilakukan sesuai  Identifikasi kesiapan
ahuan tindakan anjuran dan kemampuan
keperawa meningkat menerima informasi
tan di 2. Kemampua  Identifikasi faktor-
harapkan n faktor yang dapat
klien menjelaska meningkatkan dan
faham n menurunkan motivasi
akan pengetahua perilaku hidup bersih
penyakitn n tentang dan sehat
ya suatu topik Terapeutik
meningkat  Sediakan materi dan
3. Kemampua media pendidikan
n kesehatan
menggamb  Jadwalkan pendidikan
arkan kesehatan sesuai
pengalama kesepakatan
n  Berikan kesempatan
sebelumnya untuk bertanya
yang sesuai Edukasi
dengan  Jelaskan faktor risiko
topik yang dapat
meningkat mempengaruhi
4. Perilaku kesehatan
sesuai
 Ajarkan perilaku hidup
dengan
bersih dan sehat
pengetahua
 Ajarkan strategi yang
n
dapat digunakan untuk
meningkta
meningkatkan perilaku
5. Pertanyaan
hidup bersih dan sehat
tentang
masalah
yang
dihadapi
meningkat
6. Persepsi
yang keliru
terhadap
masalah
menurun
7. Perilaku
membaik

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3.


Jakarta: EGC
Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  1998  tentang kesejahteraan  lanjut  usia
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC
Depkes RI. (2001). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia lanjut bagi Petugas
Kesehatan: Materi Pembinaan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Usia
Lanjut
Darmojo dan Martono. (2006). Geriatri. Jakarta : Yudistira.
Kozier, B.B., & Erb, G. (1987). Fundamentals of Nursing: Concepts and
Procedures Massachussets: Eddison Wesley
Lueckenotte, A.G. (2000). Gerontologic Nursing. (2nd ed.). Missouri : Mosby
Eliopoulos, C. (2005). Gerontological Nursing (6 th Ed). Philadelphia: JB.
Lippincorl Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan
2012-2014. Jakarta : EGC
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7
Volume 2. Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 &
2. Jakarta : MediAction
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Ed.1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Ed.1
cetakan 2. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Ed.1 cetakan 2. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI


PADA LANSIA NY.M
Di susun oleh:
ANITA WAHYUNINGSIH
(14401.16.17003)

PRODI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY
PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020

PRODI DIII KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL
FORMAT
HASAN
PENGKAJIAN GERONTIK
PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY
PESANTREN ZAINUL HASAN – PROBOLINGGO
1. Pengkajian
A. Riwayatklien/data biografis
1. Nama : Ny. M
2. Alamat : Dusun Krajan RT 06 RW 02 Desa
Kropak
3. Telp :-
4. Tempat,tanggallahir : Probolinggo,12 Januari 1945
5. Jeniskelamin : Perempuan
6. Suku : Madura
7. Agama : Islam
8. Status perkawinan : Cerai Mati
9. Pendidikan : Tidak Sekolah
10. Alamat :Dusun Krajan RT 06 RW 02 Desa
Kropak
11. Orang yang paling dekat dihubungi: Anak kandung
B. Riwayat keluarga
1. Pasangan
a. Hidup : Meninggal
b. Status kesehatan :-
c. Umur :-
d. Pekerjaan :-
e. Kematian : Satu suami
f. Tahun meninggal : 2015
g. Penyebab kematian : Kecelakaan lalu lintas (KLL)

2. Anak-anak
a. Hidup :2
b. Nama dan alamat :1.Ny.N,Dusun Krajan RT 06 RW
02 Desa Kropak
2. Ny.S,Dusun Krajan RT 06 RW
02 Desa Kropak
c. Kematian :-
d. Tahun meninggal :-
e. Penyebab kematian :-

C. Riwayat pekerjaan (narasikan)


1. Statuspekerjaan saatini : Ny.M mengatakan saat ini hanya
dirumah saja, kadang kalau ada kemauan Ny.M pergi ke kebun
yang ada di belakang rumahnya.
2. Pekerjaan sebelumnya :Ny.M mengatakan pekerjaannya
dulu adalah petani
3. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :
Ny.M mengatakan sumber pendapatan dulu dari hasil yang ada di
kebun nya dan cukup untuk makan sehari-hariakan tetapi sejak
suami Ny.M meninggal biaya kehidupan Ny. M tercukupi
oleh anak-anak Ny.M yang setiap bulan memberinya uang untuk
kebutuhan Ny.M sehari-hari.

D. Riwayat lingkungan hidup (narasikan)

1. Tipe tempat tinggal : Sederhana, kondisi rumah cukup bersih, ada


ventilasi, ada jendela, kamar klien cukup bersih, kamar mandi dan wc
tertutup dan ada tempat pembuangan sampah

2. Jumlah kamar : Ny.M mengatakan ada 4


kamar didalam rumahnya
3. Jumlah tingkat : Ny.M mengatakan
Rumahnya hanya berlantai satu
4. Jumlah orang yang tinggal dirumah : Ny.M mengatakan yang
tinggal dirumahnya ada 5 orang yaitu bersama dengan anak bungsu,
menantu dan kedua cucunya
5. Derajat privasi : Di dalam keluarga tidak ada
rasa saling menutupi akan tetapi saling keterbukaan antar sesama
6. Tetangga terdekat : Ny.M mengatakan tetangga
terdekatnya yaitu Ny.B yang tinggal bersebelahan dengan rumahnya
7. Alamat/telp : Ny.M mengatakan bahwa
Ny.M tidak memiliki nomer telefon dari tetangganya dikarenakan
tidak memakai telefon

E. Riwayat rekreasi (narasikan)


1. Hobi/minat :Ny.M mengatakan Hobi Ny.M
adalah Memasak
2. Keanggotaan organisasi :Ny.M mengatakan tidak mengikuti
organisasi apapun
3. Liburan/perjalanan :Ny.M mengatakan setiap hari pergi ke
kebun untuk mencari kayu bakar. Ny.M mengatakan merasa senang
setiap pergi ke kebun. Ny.M mengatakan tidak pernah berpergian.

F. Sumber/sistem pendukung yang digunakan (narasikan)


1. Dokter :-
2. Rumahsakit : Ny.M mengatakan menggunakan
Pelayanan Rumah sakit jika Ny.M mengalami penyakit yang serius.
3. Klinik : Ny.M mengatakan menggunakan
Klinik kesehatan untuk selalu mengontrol tekanan darah dan
kesehatan lainnya.
4. Pelayanan kesehatan dirumah : Ny.M mengatakan bahwa Ny.M
mendapat pelayanan berupa tensi ketika mengikuti kegiatan lansia
5. Makanan yang dihantarkan : Ny.M mengatakan makanan sehari
hari yang dimakan Ny.M yaitu nasi putih ,lauk pauk
(seperti,ikan,tempe,tahu dan telur) dan sayur mayur (seperti, sayur
kelor,bayam,dan sayur kangkung)
6. Perawatan sehari-hari :Ny. M mengatakan bahwa Ny. M
melakukan perawatan sehari-hari dengan mandiri dan Ny.M
mengatakan perawatan sehari-hari yang dia lakukan yaitu selalu
menjaga pola makan dan mengkonsumsi makanan yang kaya akan
vitamin, mineral dan serat, Selain itu memastikan makanan yang
mudah untuk dicerna
G. Deskripsikan khususkebiasaan waktu tidur : Ny. M mengatakan biasanya
sebelum tidur menonton tv dengan keluarga ,Ny.M mengatakan jumlah
waktu tidur kurang lebih 5 jam dan sering terbangun pada malam hari.
H. Status kesehatan saat ini (masing-masingpoint dinarasikan)
1. Status kesehatan umum selama satu tahun yang lalu : Ny.M
mengatakan selama satu tahun yang lalu Ny.M tidak pernah
mengalami penyakit yang serius hanya saja penyakit panas dan sakit
kepala (pusing) akibat tekanan darah yang tinggi.
2. Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Ny.M
mengatakan selama lima tahun yang lalu Ny.M pernah mengalami
penyakit yang serius yaitu Tekanan darah yang terlalu tinggi yang
mengakibatkan Ny.M drop dan harus dirawat dirumah sakit selama 7
hari.
3. Ke1uhan kesehatan utama (PQRST) : Ny.M mengeluh merasakan
nyeri pada kepalanya, nyeri dirasakan bertambah jika terlalu banyak
beraktifitas, nyeri terasa cenut-cenut pada kepala bagian depan, skala
6, dirasakan terus menerus.
4. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan
:Ny.M mengatakan tidak tahu sakit apa yang dia alami yang dia tahu
hanya terkait tentang rasa nyeri dikepalanya. Ny.M mengatakan kalau
nyerinya timbul maka Ny.M memberi obat oles seperti balsem di
bagian dahinya.
5. Derajat keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan
diagnosamedis :Ny. M mengatakan hanya periksa pada bidan
setempat.
6. Obat-obatan : Ny. M mengatakan hanya mengkonsumsi obat dari
bidan setempat dan beli obat-obatan ditoko-toko dekat rumah.
7. Status imunisasi : Ny. M mengatakan bahwa Ny. M melakukan
imnusasi ketika ada kegiatan lansia.
8. Alergi : Ny.M mengatakan tidak ada riwayat alergi apapun termasuk
obat, makanan, kontaks subtansi, faktor lingkungan dll.
9. Nutrisi(Diit Khusus) :Tidak ada diit khusus Ny.M makan makanan
sama dengan yang dimakan setiap harinya
I. Status kesehatan masa lalu (narasikan)
1. Penyakitmasaanak-anak : Ny. M mengatakan bahwa ketika masih
kecil Ny. M hanya sakit panas, batuk, dan pilek seperti
biasanya.Penyakitserius/kronik : Ny.M mengatakan tidak mempunyai
penyakit serius maupun penyait kronik
2. Trauma : Ny.M mengatakan bahwa Ny.M tidak mempunyai trauma
apapun
3. Perawatan di RS : Ny.M mengatakan pernah dirawat di RS bulan
Maret 2018 selama 5 hari dikarenakan tipoid dan hpertensi
4. Operasi : Ny.M mengatakan bahwa tidak pernah melakukan operasi
apapun
J. Riwayatobstetrik : Ny. M mengatakan tidak memiliki riwayat masalah
setelah melahirkan.
K. Riwayat keluarga : Ny.M mengatakan bahwa dalam anggota
keluarganya, ada yang mempunyai riwayat hipertensi. yaitu ibu Ny.M dan
adek Ny.M

 Genogram

Keterangan :
: perempuan
: pasien (Ny.M)
: laki-laki
X : meninggal
: garis keturunan
: Satu Rumah

L. Tinjauan system :
1. Umum:
a. Kelelahan :Ny.M mengatakan tidak
mengalami kelelahan meskipun melakukan aktivitas akan tetapi
Ny.M mengalami sakit kepala jika melakukan aktvitas berlebihan
b. Perubahan berat badan 1 tahun :Ny.M mengatakan selama 1
tahun tidak mengetahui apakah terjadi penurunan atau peningkatan
berat badan.
c. Perubahan nafsu makan : Ny.M mengatakan tidak ada
perubahan nafsu makan , nafsu makan Ny.M selalu baik
d. Demam : Ny.M mengatakan akhir-akhir
ini tidak pernah demam
e. Keringatmalam : Ny.M mengatakan tidak
pernah berkeringat pada malam hari
f. Kesulitantidur : Ny.M mengatakan jika malam
hari Ny.M sering terbangun pada malam hari untuk membuatkan
susu untuk cucunya, Ny.M tidur kurang lebih 5 jam perhari
g. Sering pilek / infeksi : Ny.M mengatakan tidak
pernah mengalami penyakit infeksi hanya saja pernah mengalami
pilek/flu biasa
h. Penilaian diri terhadap status kesehatan : Ny.M mengatakan
Ny.M pasti akan sembuh dari penyakit yang dideritanya yaitu
Tekanan darah tinggi
i. KemampuanmelakukanADL: Ny.M mampu melakukan ADL
secara mandiri

2. Khusus:
1 Keadaan Umum : Baik
a Tekanan darah : 180/90 mmHg
b Nadi : 70 x/menit
c RR : 20 x/menit
d Suhu : 36,7 C

2 Hemopoetik tidak terdapat perdarahan /memar


abnormal, tidak terdapat
pembengkakan kelenjar limfe,
tidak terdapat riwayat tranfusi
darah
3 Kulit dan Kuku
Inspeksi
a Warna kulit : Coklat
Warna kuku tampak kecoklatan, tampak
menebal dan mengeras
b Lesi : tidak ada lesi
c Pigmentasi berlebih : tidak ada pigmentasi berlebih
d Jaringan parut : tidak ada jaringan parut
e Distribusi rambut : rambut tipis, beruban
f Kebersihan kuku : kuku terpotong pendek, rapi dan
bersih
g Kelainan pada kuku : tidak ada kelainan pada kuku
h Bulla (lepuh) : tidak terdapat bulla (lepuh)
i Ulkus : tidak terdapat ulkus
Palpasi
a Tekstur : tekstur kulit keriput
b Turgor : turgor kulit lembab
c Pitting edema : tidak terdapat pitting edema
d Capilarry refill time : 3 detik
4 Kepala
Inspeksi
a Bentuk kepala : Bentuk kepala mesocepal
b Kebersihan : Bersih, tidak ada ketombe dan
kotoran
c Warna rambut : Putih beruban
d Kulit kepala : Bersih, tidak terdapat ketombe,
tidak terdapat lesi.
e Distribusi rambut : Merata
f Kerontokan rambut : Tidak
g Benjolan di kepala : Tidak ada benjolan di kepala
h Temuan/keluhan lain : Tidak ada
Palpasi
a Nyeri kepala : Klien mengeluh adanya nyeri
kepala
b Temuan/keluhan lain : Tidak ada
5 Mata
Inspeksi
a Ptosis : Ya, ada penurunan kelopak mata
bagian atas.
b Iris : Warna kecoklatan
c Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
d Sklera : Sklera tidak ikterik
e Kornea : Kornea jernih
f Pupil : Isokor
g Peradangan : Tidak ada peradangan
h Katarak : Tidak ada katarak
j Gerak bola mata : Gerakan bola mata simetris
k Alat bantu penglihatan : Klien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan
Palpasi
a Kelopak mata : Tidak terdapat nyeri tekan pada
kelopak mata, terdapat kantung
mata
6 Telinga
Inspeksi
a Bentuk telinga : Bentuk telinga simetris
b Lesi : Tidak terdapat lesi
c Peradangan : Tidak tampak adanya peradangan
pada telinga
d Kebersihan telinga luar : Telinga luar tampak bersih
e Kebersihan lubang telinga : Tampak adanya sedikit serumen
pada kedua telinga.
f Membran timpani : Membran timpani utuh
Palpasi
a Daun telinga : Tidak terdapat benjolan dan tidak
ada nyeri tekan pada daun telinga
7 Hidung dan sinus
Inspeksi
a Bentuk : Bentuk hidung simetris
b Peradangan : Tidak tampak adanya peradangan
pada hidung
c Penciuman : Fungsi penciuman baik, klien
dapat membedakan bau
Palpasi
a Sinusitis : Tidak tampak adanya sinusitis
b Temuan / keluhan lainnya : Tidak terdapat nyeri tekan pada
hidung
8 Mulut dan tenggorokan
Inspeksi
b Mukosa : Mukosa bibir lembab
c Bibir pecah-pecah : Tidak ada
d Kebersihan gigi : Gigi tampak bersih
e Gigi berlubang : Tidak ada
f Gusi berdarah : Tidak ada perdarahan pada gusi
g Kebersihan lidah : Lidah tampak kotor
h Pembesaran tonsil : Tidak tampak adanya pembesaran
tonsil
i Temuan yang lain : Tidak ada stomatitis, tidak ada
kesulitan mengunyah maupun
menelan makanan
9 Leher
Inspeksi kesimetrisan leher : Leher tampak simetris
Palpasi
a Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
b Pembesaran  kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
10 Payudara
a Bentuk : Bentuk payudara slender
b Kesimetrisan : Payudara tampak simetris
c Benjolan : Tidak ada benjolan pada payudara
d Temuan / keluhan lainnya : Tidak terdapat nyeri tekan pada
area payudara
11 Dada  dan tulang belakang
Inspeksi
a Bentuk dada : Bentuk dada simetris
b Kelainan bentuk dada : Tidak ada kelainan bentuk dada
c Kelainan tulang belakang : Tidak terdapat kelainan tulang
belakang
12 Pernafasan
Inspeksi
a Pengembangan dada : Pengembangan dada simetris
b Pernafasan : Irama nafas teratur
c Retraksi interkosta : Tidak ada retraksi interkosta
d Nafas cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping
hidung
Palpasi
a Taktil fremitus : Taktil fremitus kanan = taktil
fremitus kiri
b Pengembangan dada : Pengembangan dada simetris
Perkusi : Perkusi sonor
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler
a Suara tambahan : Tidak ada suara nafas tambahan
seperti wheezing, ronchi  dan
krekles    
b Temuan / keluhan lainnya : Tidak teraba massa dan nyeri tekan
pada area dada
13 Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada IC V
midclavicula sinistra
a Iktus kordis : Tidak tampak
b Nadi radialis : 70 x/menit teraba teratur
Perkusi : Redup
Auskultasi
a Bunyi jantung : Bunyi jantung I, dan II murni.
Tidak terdengar suara tambahan
14 Gastrointestinal
Inspeksi : Bentuk abdomen datar
Auskultasi : Peristaltik usus 8 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak teraba massa, tidak terdapat
nyeri tekan pada abdomen.
15 Perkemihan
a Warna urin : Warna urin kuning
b Jumlah urin : ± 1500 cc/hari
c Nyeri saat BAK : Tidak nyeri saat BAK
d Hematuria : Tidak ada hematuria
e Rasa terbakar saat BAK : Tidak ada rasa terbakar saat BAK
f Perasaan tidak lampias : Tidak ada
(anyang-anyangan)
g Mengompol : Tidak ada
h Tidak bisa BAK : Tidak ada
16 Muskuloskeletal
Inspeksi
a Lesi kulit : Tidak ada
b Tremor : Tidak ada
Palpasi
a Tonus otot ekstremitas atas : Baik
b Tonus otot ekstremitas bawah : Baik
c Kekuatan ekstremitas atas : Kuat (skor 5)
d Kekuatan ekstremitas bawah : Kuat (skor 5)
e Rentang gerak :  Klien mampu bergerak dengan
bebas
f Edema kaki : Tidak terdapat edema
g Refleks Bisep : Kanan (+) Kiri (+)
h Refleks Trisep : Kanan (+) Kiri (+)
j Refleks patella : Kanan (+) Kiri (+)
j Refleks Achilles : Kanan (+) Kiri (+)
k Deformitas sendi : Tidak ada
l Nyeri ekstremitas : Tidak ada
17 SSP (N I – XII)
a Olfaktori : Fungsi penciuman baik. Klien
masih dapat membedakan bau
b Optikus : Fungsi penglihatan sudah
berkurang. Klien tidak mampu lagi
melihat jarak jauh dengan jelas
c Okulomotorius : Gerakan bola mata simetris
d Throklear : Klien mampu memggerakan bola
mata ke atas dan ke bawah
e Trigeminus : Klien mampu mengunyah baik
f Abdusen : Baik
g Facialis : Bentuk bibir simetris
h Auditori : Fungsi pendengaran masih baik
i Glosofaringeal : Klien mampu merasakan sensasi
rasa pada lidah
j Vagus : Klien mampu menelan makanan
k Aksesorius : Klien mampu menoleh ke kiri dan
ke kanan, klien mampu
mengangkat kedua bahu dengan
simetris
l Hipoglosus : Pengucapan kata masih jelas, tidak
ada pelo
18 Sistem Endokrin
a Pembesaran tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
b Riwayat penyakit metabolik : Tidak ada riwayat penyakit
metabolik seperti DM
19 Genetalia dan anal
A Kebersihan : Bersih
B Haemoroid : Tidak ada haemoroid
C Kesan (bau) : Tidak ada bau pesing atau bau
tidak enak

t. Pengkajian multidimensional (fungsional dan psikososial)


1. KATzlndeks
2. Bartellndeks
3. MMSE
4. SPMSQ
5. GDS

II. Diagnosa
III. Intervensi
IV. Implementasi
V. Evaluasi
Lampiran

KATz Indeks (menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit
kronis dan untuk menggambarkan tingkat fungsional klien (mandiri atau
tergantung)

Mampu secara mandiri


No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Mandi Ya -
2 Berpakaian Ya -
3 Toilet Ya -
4 Berpindah Ya -
5 Kontinen Ya -
6 Makan Ya -

Kriteria: Hasil penilaian

A. Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah , ke kamar kecil,


berpakaiaan, dan mandi
B. Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dan fungsitersebut
C. Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaiaan dan satu fungsi
tambahanKemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaiaan, dan
kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
E. Kemandinian dalam semua hal kecuali mandi, perpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
F. Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

Lain2: tergantung pada sedikitnya 2 fungsi tetapi tidak dapat


dikiasifikasikan C,D,EdanF

Kesimpulan : Klien Ny.M termasuk dalam kategori “Kemandirian dalam hal


makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi

Barthel Indeks
No Kriteria Skor Keterangan
1. Makan 10 Frekuensi 3 x sehari
5   : bantuan Jumlah 1 piring/sekali
10 : mandiri makan
Jenis nasi, sayur, lauk
2. Minum 10 Frekuensi 6 x sehari
5   : bantuan Jumlah ± 1500 cc
10 : mandiri Jenis air putih
3. Berpindah dari kursi roda 15
ke tempat tidur/sebaliknya
10   : bantuan
15   : mandiri
4. Personal toilet (cuci muka, 5 Frekuensi 2 x sehari
menyisir rambut, gosok gigi) (pagi dan sore hari)
0   : bantuan
5   : mandiri
5. Keluar masuk toilet 10
(mencuci pakaian, menyeka
tubuh dan menyiram)
5   : bantuan
10 : mandiri
6. Mandi 15 Frekuensi 2 x sehari
5   : bantuan (pagi dan sore hari)
15 : mandiri
7. Jalan di permukaan datar 5
0   : bantuan
5   : mandiri
8. Naik turun tangga 10
5   : bantuan
10 : mandiri
9. Mengenakan pakaian 10
5   : bantuan
10 : mandiri
10. Kontrol Bowel (BAB) 10 Frekuensi 1 hari sekali
5   : bantuan Konsistensi lunak
No Kriteria Skor Keterangan
10 : mandiri
11. Kontrol Bladder (BAK) 10 Frekuensi 6-7 x/hari
5   : bantuan Warna kuning
10 : mandiri
12. Olahraga/latihan 10 Frekuensi 1 x seminggu
5   : bantuan Jenis jalan kaki
10 : mandiri
13. Rekreasi/pemanfaatan 10 Frekuensi setiap hari
waktu luang
5   : bantuan
10 : mandiri

Keterangan :   
130       : Mandiri
65-125  : Ketergantungan sebagian
60        : Ketergantungan total
Interpretasi hasil pemeriksaan : Klien Ny. M saat dilakukan pemeriksaan
dengan Barthel Indeks (instrument untuk mengukur kemandirian dalam hal
perawatan diri dan mobilitas), Ny. M memperoleh total skor 130 yang berarti Ny.
M dalam kategori mandiri.

Lampiran ; Pedoman skrinning status emosi dan kognitf


PENGKAJIAN TENTANG MMSE
Petunjuk Pengisian
Berilah nilai (sesuai poin) pada kolom yang tersedia untuk jawaban nilai!

N Jawaban
Pernyataan
o Nilai Jumlah
1 Onientasi(nilai max 10) 10
1. Tanggal berapa sekarang, bulan apa, tahun berapa,
musim apa dan hari apa(tiap jawaban poini) 1.5
2. Dimana kita sekarang?negara mana, wilayah,
propinsi, desa 2. 5
2 Registrasi(nilai max 3)

 perawat menyebutkan 3 benda, tiap benda di 1. 3 3


jelaskan 1 detik, klien diminta mengulang nama
benda, pengulangan 6 kali
3 Perhatian dan kalkulasi(nilai max 5)

1. Dimintamenghitung hasil 100 dikurangi 7,


hasilnya kembali kurangi 7lagi, sebanyak 5 kali
1. 5
pengurangan(nilai sesuai benarnya), skor benar 5
adalah jumlah benar sebelum salah Atau
menyebutkan huruf yang nenyusun kata dunia
yang di balik, nilai adalah jumlah benar huruf
sebelum salah menyebut urutan huruf
4 Mengingat kembali (nilai max 3)
Menyebutkan 3 benda yang sudah dijelaskan di poin 2, 1. 3 3
tiap benda yang diingat mendapat skor I
5 Bahasa (nilai max 9) 8

1. Menyebutkan /menamai 2 benda(nilai tiap benda 1. 2
1) 2. 1
2. Pengulangan : ulangi hal berikut “talc ada jika, 3. 3
dan, atau tapi”4 nilai 1
3. Ikuti perintah 3 langkah : “ambil secarik kertas 4. 1
dengan tangan kanan anda, lipat menjadi 2, dan
taruh dilantai “4 nilai mak 3 5. 0
4. Baca dan ikuti penintah mi (penlihatkan bahan- 6. 1
bahan tertulis) “tutup mata anda” 4 nilai 1
5. Tuliskan satu kalimat - nilai 1
6. Menyalin gambar ( polgon kompleks) 4 nilai 1
Total skor 29
Jika skor ≥ 21, klien mengalami masalah kognitif, nilai max 29
Interpretasi hasil :
Klien Ny. M saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner MMSE, Ny. M
memperoleh total skor sebanyak 29, Ny. M termasuk dalam kategori aspek
kognitif dari fungsi mental baik.

Lampiran :Pedoman skrinning status intelegensia


PENGKAJIAN SPMSQ
Petunjuk Pengisian
Hitunglah jumlah kesalahan dan jawaban, Berilab tanda √ pada jawaban

  Identifikasi tingkat intelektual dengan SPMSQ (Short Portable Mental Status


Quesioner)
No Pertanyaan Benar Salah Ket.
.
1. Tanggal berapa hari √ Klien
ini? menjawab tanggal
6
2. Hari apa sekarang? √ Klien menjawab
hari ini hari Rabu
3. Apa nama tempat ini? √ Klien menjawab ini
adalah rumahnya
4. Dimana alamat anda? √ Klien menjawab di
Desa Kropak
5. Berapa umur anda? √ Klien
menjawab 75 tahun
6. Kapan anda lahir √ Klien menjawab
(minimal tahun lahir)? Januari 1945
7. Siapa presiden √ Klien menjawab
Indonesia sekarang? Pak Jokowi
8. Siapa presiden √ Klien
Indonesia menjawab tidak
sebelumnya? tahu
9. Siapa nama ibu anda? √ Klien menjawab
ibu Buami
10. Berapa 20-3? Tetap √ Klien menjawab
pengurangan 3 dari 20-3 = 17
setiap angka baru,
semua secara
menurun berurutan.
Jumlah 9 1

Penilaian arti jumlah kesalahan


0-2 kesalahan : intelegensi baik
3-4 kesalahan : gangguan intelek ringan
5-7 kesalahan : gangguan intelek sedang
8-10 kesalahan : gangguan intelektual berat

Interpretasi/kesimpulan :
Klien Ny. M saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner SPMSQ, Ny. M
menjawab 9 pertanyaan dengan benar dan menjawab 1 pertanyaan dengan salah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Ny. M termasuk dalam kategori fungsi intelektual
utuh.

Lampiran :Penilaian depresi pada lansia


Penilain tingkat depresi dengan GDS
Lingkarilah nilai pada pilihan jawaban

Nilai
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? 0 1
Apakah anda telah banyak menghentikan aktivitas dan minat
2 1 0
—minat anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? 1 0
4 Apakah anda sering merasa hidup anda bosan? 1 0
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? 0 1
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan akan
6 1 0
terjadi pada anda?
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar
7 0 1
hidupanda?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? 1 0
Apakah anda Iebih senang tinggal di rumah dan pada pergi ke
9 1 0
luar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan
10 1 0
daya ingatan anda di band ingkan kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang mi
11 0 1
menyenangkan?
Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat
12 1 0
ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? 0 1
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak adaharapan? 1 0
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya
15 1 0
dan pada anda?

Penilaian kesimpulan oleh pengkaji:

*)Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skor 1


Keterangan :
Score  5 -9                   : Kemungkinan depresi
Score 10  atau lebih     : Depresi

Interpretasi/kesimpulan :
Klien Ny. M saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner Skala Depresi, Ny.M
memperoleh total skor sejumlah 2 sehingga Ny. M dapat dikategorikan dalam
kategori tidak depresi.
ANALISA DATA

Hari/ Tgl/ Data Etiologi Masalah


Jam
Rabu DS : Agen pencedera Nyeri Akut
06/05/20 Klien mengeluh merasakan fisiologis
13.00 nyeri pada kepalanya
dengan karakteristik:
P : nyeri dirasakan
bertambah jika terlalu
banyak beraktifitas.
Q : nyeri terasa cenut-
cenut.
R : nyeri pada kepala
bagian depan.
S : skala 6.
T : nyeri dirasakan terus
menerus.

DO :
TD : 185/90 mmHg
NNadi : 70 x/menit
RRR : 20 x/menit
S S : 36,7 C

Rabu DS:
06/05/20 -       Klien mengatakan Gangguan
13.00 mengalami kesulitan tidur. Kurang kontrol tidur Pola Tidur
Klien mengatakan sering
terbangun pada malam hari
untuk membuatkan susu
untuk cicitnya.
-       Klien mengatakan tidur
kurang lebih 5 jam per hari

DO :
-       Terdapat kantung mata.
-       Klien Ny.M saat
dilakukan pemeriksaan
dengan kuesioner Skala
Depresi, Ny.M   
memperoleh total skor
sejumlah 2sehingga Ny. M
dapat dikategorikan dalam
kategori tidak depresi.
Rabu DS : Kurang terpapar Manajemen
Rabu -       Klien mengatakan tidak informasi kesehatan
06/05/20 tahu sakit apa yang dia tidak efektif
13.00 alami yang dia tahu hanya
terkait tentang rasa nyeri
dikepalanya. Ny.M
mengatakan kalau
nyerinya timbul maka
Ny.M memberi obat oles
seperti balsem di bagian
dahinya.
DO :
-       Klien Ny. M saat
dilakukan pemeriksaan
dengan kuesioner SPMSQ,
Ny. M
menjawab 9 pertanyaan
dengan benar dan
menjawab 1 pertanyaan
dengan salah. Berdasarkan
hasil pemeriksaan, Ny. M
termasuk dalam kategori
fungsi intelektual utuh.
-       Klien Ny. M saat
dilakukan pemeriksaan
dengan kuesioner MMSE,
Ny. M memperoleh total
skor sebanyak 29, Ny. M
termasuk dalam kategori
aspek kognitif dari fungsi
mental baik.

  PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.      Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisiologis
2.      Gangguan pola tidur b/d Kurang kontrol tidur
3.      Manajemen kesehatan tidak efektif b/d Kurang terpapar informasi
 Intervensi keperawatan

Rencana keperawatan
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
No Diagnosis
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan 10. Keluhan nyeri Menurun Observasi
tindakan 11. Meringis menurun  Identifikasi lokal, karakteristik, frekuensi, kualitas
keperawatan 12. Gelisah menurun  Identifikasi skala nyala
diharapkan nyeri 13. Kesulitan tidur menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal
berkurang 14. Frekuensi nadi membaik  Identifikasi faktor mempererat dan memperingan nyeri
15. Pola napas membaik
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
16. Tekanan darah membaik
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
17. Nafsu makan membaik
Terapeutik
18. Pola tidur membaik
 Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab nyeri
 Jelaskan cara meredakan nyeri
 Ajarkan teknik non farmakologis untuk meredakan nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Keluhan sulit tidur menurun Observasi
tidur b/d Kurang tindakan 2. Keluhan sering terjaga menurun  Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
kontrol tidur keperawatan 3. Keluhan tidak puas tidur informasi
diharapkan menurun Terapeutik
gangguan pola 4. Keluhan pola tidur berubah  Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
tidur teratasi menurun istirahat
5. Keluhan istirahat tidak cukup  Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
menurun kesepakatan
 Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya

Edukasi
 Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik / olahraga
secara rutin
 Anjurkan terlibat dalam aktivitas
 Anjurkan menyusunjadwal aktivitas dan istirahat
 Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat
 Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan
3 Manajemen Setelah dilakukan 1. Melakukan tindakan untuk Observasi
kesehatan tidak tindakan mengurangi faktor resiko  Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
efektif b/d Kurang keperawatan meningkat informasi
terpapar informasi diharapkan klien 2. Menerapkan program  Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
faham akan perawatan meningkat menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
penyakitnya 3. Aktivitas hidup sehari-hari Terapeutik
efektif memenuhi tujuan  Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
kesehatan meningkat  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4. Verbalisasi kesulitan dalam  Berikan kesempatan untuk bertanya
menjalani program Edukasi
perawatan/pengobatan menurun
 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Tanggal Implementasi Respon TTD


1. Rabu 1.         Memberikan informasiS Ny. M mengatakan sudah Anita
06/05/20 mengenai nyeri, penyebab paham bahwa penyebab
13.00 nyeri dan antisipasi  nyeri. nyeri kepalanya karena
tekanan darah tinggi dan
tidak bisa tidur.
O : Klien Ny. M mampu
mengidentifikasi penyebab
nyeri yang saat ini dialami.
2. Rabu 2.         Mengukur tanda-tanda vital S Ny. M mengatakan kepalanya Anita
06/05/20 masih terasa nyeri.
13.05 T TTV :
O TD = 185/90 mmHg.
N N= 70 x/menit
R RR = 20 x/menit
S S = 36,7 C

3. Rabu 3.      Melakukan kompres hangatS : Ny. M mengatakan setelah Anita


06/05/20 pada leher dengan dikompres, lehernya terasa
13.10 menggunakan handuk. lemes dan sakit kepalanya
berkurang.
O : Klien Ny. M tampak rileks
saat diberi kompres hangat
pada leher.
4. Rabu 4.      Mengevaluasi kondisi umum,S : Ny. M mengatakan merasa Anita
06/05/20 keamanan dan kenyamanan nyaman saat dikompres
13.10 klien selama dilakukan hangat.
kompres hangat. O : Tidak tampak kemerahan
pada kulit dan luka pada
sekitar leher, ekspresi wajah
Ny. M tampak rileks.
5. Rabu 5.      Memotivasi klien untukS Ny. M mengatakan akan Anita
06/05/20 melakukan kompres hangat melakukan kompres hangat
13.10 secara konsisten. setiap malam hari.
6. Kamis Menganjurkan menyusun S : Ny. M mengatakan akan Anita
07/05/20 jadwal aktivitas dan istirahat mengatur aktivitas dan
13.15 istirahatnya
O
7. Kamis Mengajarkan cara S: Anita
07/05/20 mengidentifikasi kebutuhan N Ny. M mengatakan mengerti
13.17 istirahat dan melatih relaksasi pentingnya istirahat bagi
sebelum tidur tubuh dan relaksasi sebelum
tidur
8. Jum’at 14.  Memberikan penyuluhanS : Ny. M mengatakan masih Anita
08/05/20 tentang penyakit klien, diet kadang suka makan asin
13.20 untuk hipertensi dan cara tapi mulai sekarang akan
pengobatan hipertensi. mengurangi makan asin,
kalau minum obat malas
karena pahit.
O : Klien Ny. M dapat
menyebutkan kembali
tentang makanan yang
dihindari dan diperbolehkan
untuk dikonsumsi.
9. Jum’at 15  Mengajarkan klien membuatS : Ny. M mengatakan akan Anita
08/05/20 jus timun untuk membantu minum jus timun setiap hari
13.25 menurunkan tekanan darah. dan menyuruh anaknya
untuk membuatkan jus
timun.
O Keluarga Ny. M ikut
memperhatikan cara
membuat jus timun.
10. Sabtu 16  Menjelaskan tentang programS Ny. M mengatakan tidak Anita
09/05/20 terapi untuk penderita mau minum obat tapi mau
13.30 hipertensi. minum jus timun setiap hari,
Ny. M mengatakan akan
rutin datang ke posbindu
setiap bulan untuk
mengecek tekanan darah.
O
EVALUASI KEPERAWATAN
(Hari ke_2, dst)
Tanggal, 07 Mei 2020

HARI/ DIAGNOSA NAMA & TTD


NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b/d 13.00 1) Memberikan informasi Anita
Kamis S:
mengenai nyeri, penyebab
07-05-2020 Agen pencedera -          Ny. M mengatakan sudah paham
nyeri dan antisipasi  nyeri.
fisiologis 2) Mengukur tanda-tanda vital bahwa penyebab nyeri kepalanya
3) Melakukan kompres hangat
pada leher dengan karena tekanan darah tinggi dan tidak
menggunakan handuk. bisa tidur.
4) Mengevaluasi kondisi
umum, keamanan dan -          Ny. M mengatakan setelah dikompres,
kenyamanan klien selama lehernya terasa lemes dan nyeri
dilakukan kompres hangat.
5) Memotivasi klien untuk kepalanya sudah berkurang meskipun
melakukan kompres hangat sedikit.
secara konsisten.
-          Ny. M mengatakan merasa nyaman
saat dikompres hangat.
-          Ny. M mengatakan sudah
rutin  melakukan kompres hangat setiap
malam hari.
O:
-          Klien Ny. M mampu mengidentifikasi
penyebab nyeri yang saat ini dialami.
-          Klien Ny. M tampak rileks saat diberi
kompres hangat pada leher.
-          Tidak tampak kemerahan pada kulit
dan luka pada sekitar leher, ekspresi
wajah Ny. M tampak rileks.
A : Masalah belum terasi
-      P : Lanjutkan intervensi
-          dengan memotivasi klien untuk
mempertahankan melakukan kompres
hangat secara rutin.
EVALUASI KEPERAWATAN
(Hari ke_3, dst)
Tanggal, 08 Mei 2020

DIAGNOSA
NAMA &
NO HARI/ KEPERAWATA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TTD
TANGGAL N
2. 13.00 1) Melakukan BHSP Anita
Jum’at Gangguan pola S:
08-05-2020 tidur b/d Kurang kepada klien untuk         

kontrol tidur menjelaskan tentang          Ny. M mengatakan setelah dilatih relaksasi,
tindakan yang akan kita badan terasa ringan.
lakukan          Ny. M mengatakan sudah mencoba berlatih
2) Menganjurkan menyusun relaksasi sebelum tidur.
jadwal aktivitas dan         Ny. M mengatakan sudah bisa tidur meskipun

istirahat masih terbangun pada malam hari


3) Mengajarkan cara O:
mengidentifikasi          Klien Ny. M mampu menyebutkan kembali
kebutuhan istirahat langkah-langkah relaksasi otot progresif.
         Klien Ny. M mampu mengikuti arahan saat
latihan relaksasi otot progresif.
         Wajah klien tampak lebih segar.

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
         dengan memotivasi klien untuk
mempertahankan latihan relaksasi sebelum tidur
EVALUASI KEPERAWATAN
(Hari ke_5, dst)
Tanggal, 10 Mei 2020

DIAGNOSA NAMA &


NO HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TTD
TANGGAL
3. Manajemen kesehatan 13:00 1) Memberikan penyuluhan Anita
Minggu S:
tidak efektif b/d Kurang tentang penyakit klien, diet
10-05-2020 terpapar informasi untuk hipertensi dan cara         Ny. M mengatakan sudah belajar
pengobatan hipertensi. mengurangi konsumsi makanan yang
2) Mengajarkan klien membuat jus asin.
timun untuk membantu
        Ny. M mengatakan tidak mau minum
menurunkan tekanan darah
3) Menjelaskan tentang program obat tapi sudah minum jus timun setiap
terapi untuk penderita hari, Ny. M mengatakan akan rutin
hipertensi. datang ke posbindu setiap bulan untuk
mengecek tekanan darah.
O:
         Klien mampu menyebutkan makanan
yang boleh dikonsumsi seperti buah-
buahan, dan yang tidak boleh
dikonsumsi seperti makanan yang asin
dan berminyak.
         TD = 160/90 mmHg.
A : Masalah belum teratasi.
         Klien sudah mampu menggunakan
teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
kepala.
         Klien sudah membatasi asupan garam.
         Klien sudah mengikuti diit yang
direkomendasikan yaitu rendah garam
dan banyak konsumsi buah seperti
timun.
P : Lanjutkan intervensi :
-          Edukasi klien tentang tindakan
mencegah komplikasi penyakit dengan
senam anti hipertensi
EVALUASI KEPERAWATAN
(Hari ke_6, dst)
Tanggal, 11 Mei 2020

HARI/ DIAGNOSA NAMA & TTD


NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
4. Senin Nyeri Akut b/d 14.00 1) Memberikan informasi Anita
S:
mengenai nyeri,
11-05-2020 Agen pencedera
penyebab nyeri dan        Ny. M mengatakan sudah paham bahwa
14.00 fisiologis antisipasi  nyeri. penyebab nyeri kepalanya karena tekanan
2) Mengukur tanda-tanda
vital darah tinggi dan tidak bisa tidur.
3) Melakukan kompres        Ny. M mengatakan setelah dikompres,
hangat pada leher
dengan menggunakan lehernya terasa lemes dan nyeri kepalanya
handuk. sudah tidak terasa lagi.
4) Mengevaluasi kondisi
umum, keamanan dan         Ny. M mengatakan merasa nyaman saat
kenyamanan klien dikompres hangat.
selama dilakukan
        Ny. M mengatakan sudah rutin  melakukan
kompres hangat.
5) Memotivasi klien untuk kompres hangat setiap malam hari.
melakukan kompres
O:
hangat secara
konsisten.         Klien Ny. M mampu mengidentifikasi
penyebab nyeri yang saat ini dialami.
         Klien Ny. M tampak rileks saat diberi kompres
hangat pada leher.
         Tidak tampak kemerahan pada kulit dan luka
pada sekitar leher, ekspresi wajah Ny. M
tampak rileks.
A : Masalah nyeri Akut teratasi.
         Ny. M menggunakan tindakan pengurangan
nyeri dengan kompres hangat yang dilakukan
secara rutin setiap hari.
         Ny. M melaporkan nyeri yang terkontrol.
         Ny. M menyebutkan gejala nyeri yaitu
tengkuk terasa berat dan pusing.
P:
         Motivasi klien untuk mempertahankan
melakukan kompres hangat secara rutin.
EVALUASI KEPERAWATAN
(Hari ke_7, dst)
Tanggal, 12 Mei 2020

DIAGNOSA
NAMA &
NO HARI/ KEPERAWATA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TTD
TANGGAL N
5. 13.00 1) Melakukan BHSP Anita
Selasa Gangguan pola S:
12-05-2020 tidur b/d Kurang kepada klien untuk         

13.00 kontrol tidur menjelaskan tentang          Ny. M mengatakan setelah dilatih relaksasi,
tindakan yang akan kita badan terasa ringan.
lakukan          Ny. M mengatakan sudah mencoba berlatih
2) Menganjurkan menyusun relaksasi sebelum tidur.
jadwal aktivitas dan         Ny. M mengatakan sudah bisa tidur meskipun

istirahat masih terbangun pada malam hari


3) Mengajarkan cara O:
mengidentifikasi          Klien Ny. M mampu menyebutkan kembali
kebutuhan istirahat langkah-langkah relaksasi otot progresif.
         Klien Ny. M mampu mengikuti arahan saat
latihan relaksasi otot progresif.
         Wajah klien tampak lebih segar.

A : Masalah gangguan pola tidur teratasi.


P : Motivasi klien untuk mempertahankan
latihan relaksasi sebelum tidur.
        
EVALUASI KEPERAWATAN
(Hari ke_8, dst)
Tanggal, 13 Mei 2020

DIAGNOSA NAMA &


NO HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TTD
TANGGAL
6. Manajemen kesehatan 15:00 1) Memberikan penyuluhan Anita
Rabu S:
tidak efektif b/d Kurang tentang penyakit klien, diet
13-05-2020 terpapar informasi untuk hipertensi dan cara         Ny. M mengatakan sudah mengurangi
15.00 pengobatan hipertensi. konsumsi makanan yang asin.
2) Mengajarkan klien membuat jus         Ny. M mengatakan tidak mau minum
timun untuk membantu
obat tapi sudah minum jus timun setiap
menurunkan tekanan darah
3) Menjelaskan tentang program hari, Ny. M mengatakan akan rutin
terapi untuk penderita datang ke posbindu setiap bulan untuk
hipertensi. mengecek tekanan darah.
O:
         Klien mampu menyebutkan makanan
yang boleh dikonsumsi seperti buah-
buahan, dan yang tidak boleh
dikonsumsi seperti makanan yang asin
dan berminyak.
         TD = 140/90 mmHg.
A : Masalah belum teratasi.
         Klien sudah mampu menggunakan
teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
kepala.
         Klien sudah membatasi asupan garam.
         Klien sudah mengikuti diit yang
direkomendasikan yaitu rendah garam
dan banyak konsumsi buah seperti
timun.
P : Lanjutkan intervensi :
-          Edukasi klien tentang tindakan
mencegah komplikasi penyakit dengan
senam anti hipertensi.
EVALUASI KEPERAWATAN
(Hari ke_9, dst)
Tanggal, 14 Mei 2020

DIAGNOSA NAMA &


NO HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TTD
TANGGAL
7. Manajemen kesehatan 15:00 1) Memberikan penyuluhan Anita
Kamis S:
tidak efektif b/d Kurang tentang penyakit klien, diet
14-05-2020 terpapar informasi untuk hipertensi dan cara         Ny. M mengatakan sudah latihan
15.00 pengobatan hipertensi. gerakan-gerakan senam, manfaat senam
2) Mengajarkan klien membuat jus agar badan sehat dan segar, TD dapat
timun untuk membantu
selalu normal.
menurunkan tekanan darah
3) Menjelaskan tentang program         Ny. M mengatakan akan senam setiap
terapi untuk penderita hari.
hipertensi. O:
         Ny. M mampu menyebutkan manfaat
senam anti Hipertensi, Ny. S mampu
mempraktekkan kembali 5 gerakan
senam secara acak.
         Keluarga Ny. S tampak mendampingi
dan ikut belajar senam anti Hipertensi
         TD = 130/80 mmHg.
A : Masalah teratasi.
         Klien berpartisipasi dalam olahraga
yang direkomendasikan namun masih
mampu menghafal 5 gerakan senam
anti hipertensi
P : Lanjutkan intervensi :
Latih senam anti hipertensi.
        
-          Motivasi keluarga klien untuk
membantu mengajarkan senam anti
hipertensi kepada klien.
ACTIVITTY DAILY LIVING

HARI/TANGGAL KEGIATAN
Rabu, 06 Mei 2020 1. Pengkajian pada lansia
2. Penyusunan asuhan keperawatan gerontik

Kamis, 07 Mei 2020 1. Melakukan Implementasi Pertama dan Evaluasi


Jum’at, 08 Mei 2020 1. Melakukan Implementasi Kedua dan Evaluasi
Sabtu, 09 Mei 2020 1. Melakukan implementasi ketiga
Minggu, 10 Mei 2020 1. Melakukan Pendidikan Kesehatan tentang Diit Hipertensi dan
Evaluasi
Senin, 11 Mei 2020 1. Melakukan Konsul Asuhan Keperawatan Gerontik
Bimbingan online

2. Melakukan Observasi TD dan Evaluasi

Rabu, 13 Mei 2020 1. Melakukan Pendidikan kesehatan tentang Senam Hipertensi dan
Evaluasi

Kamis, 14 Mei 2020 1) Melakukan Observasi TD dan Evaluasi

LEMBAR DOKUMENTASI
1) Pengkajian Asuhan Keperawatan
Pada Hari & tanggal : Rabu, 06 Mei 2020

2) Implementasi Pertama
Pada Hari & tanggal : Kamis, 07 Mei 2020
3) Implementasi Kedua
Pada Hari & tanggal : Jum’at, 08 Mei 2020

4) Implementasi Ketiga
Pada Hari & tanggal : Sabtu, 09 Mei 2020

5) Implementasi keempat (Pendidikan Kesehatan Tentang Diit Hipertensi)


Pada Hari & tanggal : Minggu, 10 Mei 2020
6) Implementasi Kelima (Pendidikan Kesehatan Tentang Senam Hipertensi)
Pada Hari & tanggal : Rabu, 13 Mei 2020

7) Implementasi Keenam ( Melakukan Observasi TD dan Evaluasi )


S
ATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) HIPERTENSI PADA LANSIA Ny.M

Oleh :
Anita Wahyuningsih
(NIM: 14401.16.17003)
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020

Pokok Bahasan : Hipertensi


Sasaran : Ny.M yang berada di RT 06 RW 02
Tempat : Kropak
Hari / Tanggal : senin, 11-05-2020
Waktu : 1 x 15 menit
Penyuluh : Anita Wahyuningsih

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, pasien dapat mengetahui tentang penyakit
Hipertensi.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan pasien dapat :
1. Menyebutkan pengertian dari Hipertensi
2. Menyebutkan penyebab dari Hipertensi
3. Menyebutkan gejala dari Hipertensi
4. Mengerti komplikasi dari Hipertensi
5. Mengetahui cara penanganan Hipertensi
III. MATERI
1. Pengertian dari Hipertensi
2. Penyebab dariHipertensi
3. Gejala dari Hipertensi
4. KomplikasidariHipertensi
5. Cara penangananHipertensi

IV. METODE
1. Ceramah dan Tanya jawab

V. KEGIATAN PENYULUHAN
No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN
PESERTA
1. 2 Pembukaan :
menit  Membuka kegiatan  Menjaw
dengan mengucapkan salam. ab salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan  Menden
dari penyuluhan garkan
 Menyebutkan materi  Memper
yang akan diberikan hatikan
 Memper
hatikan
2. 5 Pelaksanaan :
menit  Menjelaskan tentang  Memper
pengertian dari Hipertensi hatikan
 Menjelaskan tentang
penyebabHipertensi
 Menjelaskan tentang  Memper
gejaladariHipertensi hatikan
 Menjelaskantentangkomplikas  Bertany
iHipertensi a dan menjawab
 MenjelaskancarapenangananH pertanyaan yang
diajukan
ipertensi  Memper
 Memberikan kesempatan hatikan
untuk bertanya
 Bertany
a dan menjawab
pertanyaan yang
diajukan
3. 3 Evaluasi :
menit  Menanyakan kepada  Menjaw
peserta tentang materi yang telah ab pertanyaan
diberikan, dan reinforcement
kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. 5 Terminasi :
menit  Mengucapkan  Menden
terimakasih atas peran serta garkan
peserta.
 Mengucapkan salam
 Menjaw
penutup
ab salam

VI. MEDIA
 Leaflet

VII. EVALUASI
1) Evaluasi sekunder
(a)Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerjasama
dengan Ny.M
2) Evaluasi Proses
(a) Ny.M antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
(b) Ny.M terlihat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3) Evaluasi hasil
(a) Ny.M memahami materi yang disampaikan pemateri.
(b) Ada umpan balik positif dari klien dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh penyuluh.
LAMPIRAN MATERI HIPERTENSI

1.1 Pengertian
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap
diatas batas normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140
mmHg (Sylvia Anderson Price, 2005:933).
1.2 Faktor Penyebab Hipertensi
Menurut SufridaYulianti dan Maloediyn S. (2006:19-23), factor penyebab
hipertensi adalah:
1.2.1 Faktor yang tidak dapat diubah
1) Usia
Pertambahan usia dapat meningkatkan resiko terjangkitnya penyakit hipertensi.
Walaupun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, tetapi paling sering
menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih. Meningkatnya tekanan
darah seiring dengan bertambahnya usia memang sangat wajar. Hal ini disebabkan
adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon. Namun, jika
perubahan ini disertai dengan faktor resiko lain bisa memicu terjadinya hipertensi.
2) Keturunan
Hipertensi merupakan penyakit keturunan.Jika salah satu dari orang tua kita
menderita penyakit hipertensi, sepanjang hidup kita memiliki resiko terkena
hipertensi sebesar 25%.Jika kedua orang tua kita menderita hipertensi, kemungkinan
kita terkena penyakit ini sebesar 60%. Namun, kemungkinan itu tidak selamanya
terjadi. Ada seseorang yang sebagian besar kelurganya penderita hipertensi, tetapi
dirinya tidak terkena penyakit tersebut.
1.2.2 Faktor yang dapatdiubah
1) Obesitas
2) Kurangolah raga
3) Merokok
4) Kopi
5) Minum-minumanberalkoholsecaraberlebihan
6) Stres.
1.3 KategoriHipertensi
Menurut National Institute of Health, lembaga kesehatan nasional
diAmerika mengklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 1.1 Kategori hipertensi menurut National Institute of Health
KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK
Normal = 119 < 79
Pra-hipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensiderajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensiderajat 2 = 160 = 100

1.4 Gejala Hipertensi


Menurut Widian Nur Indriyani (2009), pada sebagian besar penderita,
hipertensi tidak menimbulkan gejala. Kalau pun menunjukkan gejala, gejala
tersebut biasanya ringan dan tidak spesifik, misalnya pusing-
pusing.Meskipun jika kebetulan beberapa gejala muncul bersamaan dan
diyakini berhubungan dengan hipertensi, gejala-gejala tersebut sering kali
tidak terkait dengan hipertensi.Akan tetapi, jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala, antara lain: sakit kepala,
kelelahan, mual dan muntah, sesak napas, napas pendek (terengah-engah),
gelisah, pandangan menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah marah,
telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat ditengkuk, nyeri didaerah kepala
bagian belakang, nyeri di dada, otot lemah, pembengkakan pada kaki dan
pergelangan kaki, keringat berlebihan, kulit tampak pucat atau kemerahan,
denyut jantung yang kuat, cepat, atau tidak teratur, impotensi, darah di urine,
mimisan (jarang dilaporkan).
Menurut Redaksi Agro Media (2009), gejala hipertensi yang dirasakan
penderita antara lain sakit kepala, pusing, tengkuk terasa pegal, kaku dan
sakit, jantung berdetak lebih cepat dan berdebar, perasaan seperti berputar
tujuh keliling, mata terasa berat, rasa ingin jatuh, serta telinga terasa
berdenging. Namun, orang biasanya tidak menyadari gejela-gejala tersebut
dan menganggap seperti “rasa tidak enak badan”.

1.5 Penatalaksanaan
Menurut Bangun (2002)Hal yang bisa dilakukan oleh penderita hipertensi
antara lain:
1. Mengubah gaya hidup
1) Mengurangi kelebihan bobot berat badan
Kelebihan berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, tingkat lipid
(lemak darah) tinggi yang abnormal, diabetes, dan penyakit jantung
koroner.Kuncinya adalah dengan membatasi asupan kalori dan tingkat latihan
fisik. Penurunan bobot sebanyaknya 4,5 kg saja sudah sangat berarti dalam
penurunan tekanan darah tinggi. Penurunan bobot juga dapat mempercepat
turunnya tekanan darah dalam pengobatan. Latihan aerobik secara teratur tiga
atau empat kali seminggu dengan lama 30-45 menit bisa membantu mengurangi
risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskuler.
2) Membatasiasupanalkohol
Alkohol bisa memberikan konstribusi terhadap hipertensi.Alkohol bisa
mengurangi kemampuan pompa jantung dan kadang-kadang membuat
pengobatan hipertensi kurang efektif.Karenanya, lebih baik menghindari
nyasamasekali.
3) Membatasi konsumsi garam
Gara mmengandung ion Natrium (Na+) danklorida (Cl-) merupakan ion
utama dalam cairan ekstraseluler.Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium didalam cairan ekstra seluler meningkat (Martuti,
2009:46).Asupan garam yang tinggi, meskipun tidak selalu, bisa meningkatkan
tekanan darah, khususnya pada orangtua, penderita darah tinggi, dan pasien
dengan diabetes mellitus.Menghindar atau mengurangi garam adalah salah satu
contoh cara mengurangi natrium, meskipun tidak menjamin seseorang tidak
terkena hipertensi (Bangun, 2002:24)
4) Berhenti merokok
Merokok memang tidak menyebabkan hipertensi. Namun, merokok adalah
salah satu faktor risiko utama dari penyakit kardiovaskuler. Merokok juga
menghalangi efek obat antihipertensi. Orang yang menderita tekanan darah
tinggi, sebaiknya berhenti dan tidak merokok sama sekali. Meskipun demikian
perlu diperhatikan kenaikan berat badan akibat berhenti merokok. Sementara itu,
orang yang tidak merokok lebih baik tidak mulai atau coba-coba merokok.
5) Mengurangi lemak
Seorang penderita darah tinggi dengan kadar lemak yang banyak, mungkin
memerlukan modifikasi diet atau terapi obat untuk menormalkannya. Batasan
utama asupan lemak adalah kurang dari 30% total kalori.Dietary Approaches to
Stop Hypertension DASH) diAmerika Serikat menyarankan diet rendah lemak,
yakni mengonsumsi buah dan sayuran.
6) Obat
a. Diuretik
Obat diuretik dikenal dengan nama pil air. Obat ini merupakan pilihan
pertama dalam pengobatan. Obat ini mempengaruhi ginjal. Kadar garam
di dalam tubuh dikeluarkan bersamaan dengan zat cair yang ditahan oleh
garam. Biasanya tidak ada akibat sampingan yang mengganggu. Namun,
akibat tambahan dari diuretik adalah tidak saja garam dikeluarkan dari
tubuh, tetapi juga zat lain yang berguna bagi tubuh, seperti kalium, ikut
dikeluarkan. Karenannya, sering dokter memberikan pil-pil khusus untuk
memperlancar air seni sekaligus mempertahankan kalium. Pil-pil tersebut
bisa bertambah manfaatnya jika ditunjang oleh menu makanan dengan
kadar garam yang rendah.
b. KontrolRutin
1.6 Komplikasi
Komplikasi penyakit yang dapat timbul atau menyertai hipertensi (Redaksi
Agro Media, 2009:10) adalah :
1. Stroke
2. GagalJantung
3. GagalGinjal
4. Kerusakanpada Mata

DAFTAR PUSTAKA

Arora, Anjali. (2007). 5 Langkah Mencegah dan Mengobati Tekanan


DarahTinggi.Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Bangun, A. P. (2008). Khasiat Tanaman Obat untuk Hipertensi. Jakarta: Indo Camp.
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 6. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit ...[et. al]; editor edisi bahasa Indonesia,
Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SENAM HIPERTENSI PADA
LANSIA Ny.M
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SENAM HIPERTENSI PADA
LANSIA Ny.M

Oleh :
Anita Wahyuningsih
(NIM: 14401.16.17003)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
Pokok Bahasan : Senam Hipertensi
Sasaran : Ny.M yang berada di RT 06 RW 02
Tempat : Kropak
Hari / Tanggal : selasa, 12-05-2020
Waktu : 1 x 15 menit
Penyuluh : Anita Wahyuningsih

VIII. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, pasien mampu memahami pentingnya
olahraga bagi lansia.

IX. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan pasien dapat :
1. Mengerti tentang pengertian senam lansia dengan benar
2. Mengerti tentang jenis-jenis senam bagi lansi dengan benar
3. Mengerti tentang manfaat senam bagi lansia dengan benar
4. Mengerti tentang prinsip senam bagi lansia dengan benar
5. Mengerti tentang langkah-langkah senam bagi lansia dengan benar
6. Mengerti tentang langkah-langkah senam bagi lansia dengan benar

X. MATERI
1. Pengertian senam lansia
2. Jenis-jenis senam lansia
3. Manfaat senam lansia
4. Prinsip senam lansia
5. Langkah-langkah senam lansia

XI. METODE
2. Ceramah dan Tanya jawab
XII. KEGIATAN PENYULUHAN
No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN
PESERTA
1. 2 Pembukaan :
menit  Membuka kegiatan  Menjaw
dengan mengucapkan salam. ab salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan  Menden
dari penyuluhan garkan
 Menyebutkan materi  Memper
yang akan diberikan hatikan
 Memper
hatikan
2. 5 Pelaksanaan :
menit Menjelaskan tentang :  Memper
hatikan
Pengertian senam lansia
Jenis – jenis senam lansia
 Memper
Manfaat senam bagi lansia hatikan
Prinsip – prinsip senam lansia  Bertany
a dan menjawab
 Langkah – langkah senam pertanyaan yang
lansia diajukan
 Memper
hatikan

 Bertany
a dan menjawab
pertanyaan yang
diajukan
3. 3 Evaluasi :
menit  Menanyakan kepada  Menjaw
peserta tentang materi yang telah ab pertanyaan
diberikan, dan reinforcement
kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. 5 Terminasi :
menit  Mengucapkan  Menden
terimakasih atas peran serta garkan
peserta.
 Mengucapkan salam
 Menjaw
penutup
ab salam

XIII. MEDIA
 Leaflet

XIV. EVALUASI
4) Evaluasi sekunder
(b)Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerjasama
dengan Ny.M
5) Evaluasi Proses
(c) Ny.M antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
(d) Ny.M terlihat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
6) Evaluasi hasil
(c) Ny.M memahami materi yang disampaikan pemateri.
(d) Ada umpan balik positif dari klien dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh penyuluh.
LAMPIRAN MATERI
SENAM LANSIA
A. Pengertian
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tindakan
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu
tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat,
mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas
yang berkeliaran di dalam tubuh.
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana
yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut
(santosa, 1994).
Lansia seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang berumur antara
60-69 tahun. (Nugroho 1999:20) jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada
yang teratur dan terararah serta terencaana yang diiikuti oleh orang lanjut usia
yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan meningkatkan
kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut

B. Jenis-jenis senam lansia yang biasa diterapkan, meliputi :


1. Senam kebugaran lansia
Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia antara lain adalah
senam lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan
segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal,
dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam
tubuh. Dapat dikatakan bugar, atau dengan perkataan lain mempunyai
kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah baik sehingga
tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam waktu yang cukup
lama (Sumosardjuno, 1998).
2. Senam otak
Manfaat dari senam otak antara lain : melepas otak dari ketegangan,
meningkatkan kecerdasan akademik, mengurangi stress, meningkatkan daya
ingat, meningkatkan kemampuan berbahasa, memperbaiki kondisi emosional
yang berpengaruh pada kondisi social.
3. Senam osteoporosis
Kendati osteoporosis dikenal sebagai penyakit silent killer (pembunuh
tersembunyi), tidak berarti kedatanganya tidak bisa diantisipasi. Osteoporosis
sebenarnya bisa dicegah, tetapi dengan beberapa persyaratan. Untuk
mencegah osteoporosis, maka kebiasaan merokok, minum kopi, alcohol dan
soft drink harus di kurangi. Sebaliknya harus membiasakan mengkonsumsi
makanan mengandung kalsium tinggi seperti teri, udang rebon, kacang-
kacangan, tempe atau minum susu. Kenapa harus mengkonsumsi kalsium
merupakan elemen mineral yang paling banyak dibutuhkan untuk kesehatan
tulang. Tetapi, yang perlu diingat dalam mencegah osteoporosis, gizi saja
tanpa dibarengi oleh latihan fisik ternyata fisik ternyata tidak cukup. Untuk
itu ada senam osteoporosis untuk mencegaah dan mengobati terjadinya
pengeroposan tulang. Daerah yang rawan osteoporosis adalah area tulang
punggung, pangkal paha da pergelangan tangan.
4. Senam hipertensi
Olahraga atau senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk
mengurangi berat badan dan mengelola stress-dua factor yang mempertingga
resiko hipertensi.
5. Senam diabetes militus
Variasi gerakan dalam senam diabetes cukup banyak. Senam tersebut
bisa mengelola semua organ tubuh manusia, mulai otak hingga ujung kaki.
Sebab, dampak penyakit kencing manis menyerang seluruh tubuh, dampak
paling ringan adalah kaki keseutan. Sedangkan yang terparah adalah
menderita stroke. Karena manfaatnya banyak, senam diabetes tidak hanya
diperuntukan bagi kalangan diabetes. Tapi, senam itu juga bisa dilakukan
oleh orang yang belum jadi penderita diabetes. Tujuanya, mencegah agar tak
terkena penyakit tersebut.

6. Olahraga rekreatif/jalan santai


Liburan adalah waktu yang paling banyak ditunggu setiap orang
walaupun untuk liburan bnayak hal yang bisa dilakukan dari mulai yang
sederhana sempai liburan yang memakan biaya tinggi, tetapi hal itu bukan
masalah sepanjang kita memfokuskan pada aspek positif liburan terutama
untuk kesehatan. Peneliti telah menunjukan liburan ternyata sangat
dianjurkan oleh para dokter karena memiliki pengaruh terhadap peningkatan
kesehatan.

C. Manfaat
1. Perbaikan dalam derajat kesehatan
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap
peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan
imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur
2. Kebugaran jasmani
Tingkat kebugaran di evaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup
jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi
supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus
menurun.
3. Kemandirian
Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia
merasa berbahagia, senantiasa bergenbira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran
tetap segar.
D. Prinsip
1. Gerakanya bersifat dinamis (berubah-ubah)
2. Bersifat progresif (bertahap meningkat)
3. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan
4.  Lama latihan berlangsung 15-60 menit
5. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5 kali

E. Langkah-langkah
1. Latihan kepala dan leher
a. Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada
b. Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan dan sebelah kiri
c. Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan dan sebelah kiri
2. Latihan bahu dan lengan
a. Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan
kembali perlahan-lahan
b. Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan
lurus dengan bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan
bertepuk kemudian angkat lengan keatas kepala.
c. Satu tangan mentuntuh bagian belakang dari leher kemudian
raihlah punggung sejauh mungkin yang dapat di capai. Bergantian
tangan kanan dan kiri.
d. Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatsa
sesapatnya.
3. Latihan tangan
a. Letakan tangan di atas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan ke
meja.
b. Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan
telapak tangan untuk menyentuh jari keleingking. Kemudian tarik
kembali.
c. Lanjutkan dengan menyentruh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan
kemudian setelah menyentuh tiap jari.
d. Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari
selurus mungkin.
4. Latihan punggung
a. Dengan tangan di samping bengkokan badan di satu sisi kemudian
ke sisi yang lain
b. Letakan tangan ke pinggang dan tekan kedua kaki. Putar tubuh
dengan melihat bahu ke kiri dank e kanan.
c. Tepuklan kedua tangan di belakang dan reganggkan kedua bahu
ke belakang.
5. Latihan paha
a. Latihan ini dapat di lakukan dengan berdiri tegak dan memegang
sandaran kursi atau dengan posisi tiduran.
b. Lipat satu lutut sampai dada dimana kaki yang lain tetap lurus,
dan tahan beberapa waktu
c. Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan, tekankan kedua lutut
pada tempat tidur hingga bagian belakang lutut menyentuh tempat
tidur.
d. Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokan lutut, kemudian
tarik telapak kaki kearah kita dan regangkan kembali
e. Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut
f. Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki kedalam sehingga
permukaanya saling bertemu kemudian kembali lagi
g. Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian belakang
kursi. Angkat tumit tinggi-tinggi kemudian putarkan
6. Latihan pernafasan
a. Duduklah di kursi denagn punggung bersandar dan bahu relaxs
b. Letakan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas
dalam-dalam maka terasa dada mengambang
c. Sekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa
tangan akan menutup kembali
DAFTAR PUSTAKA

Gallo, Joseph J. (1998). Buku Saku Gerontology, alih bahasa : James


Veldman, Ed.2. Jakarta : EGC.

Kirsdten L Easton. (1999). Gerontologycal Rehabilitation Nursing.


WB.Saunders. Philadelphia.

Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik, Ed 2, Jakarta : ECG.

Setiabudhi, Tony & Hardywinoto. (1999). Panduan Gerontology Tinjauan


Dari Berbagai Aspek, Jakarta : Gramedia.

Soejono C.H. (2000) Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri.


Bagian Penyakit Dalam FKUI.

Watson, Roger. (2003). Perawatan pada lansia, alih bahasa : Musri, Jakarta :


EGC.
yang teratur dan darah tinggi)

SENAM terarah serta terencana 5) Membangun

HIPERTENSI PADA yang dilakukan secara emosi positif

LANSIA tersendiri atau dari emosi


berkelompok dengan negatif.
maksud meningkatkan
kemampuan fungsional
raga untuk mencapai
tujuan tersebut. Senam
hipertensi adalah
bagian dari usaha
untuk mengurangi
OLEH : berat badan dan
ANITA mengelola stress
APA SAJA
WAHYUNINGSIH (factor yang
MANFAAT SENAM
(14401.16.17003) mempertinggi
HIPERTENSI?
hipertensi
Senam ini sangat
PRODI DIII APA TUJUAN
dianjurkan untuk
KEPERAWATAN “SENAM
mereka yang
STIKES HIPERTENSI” ?
memasuki usia
HAFSHAWATY Tujuan dari senam
pralansia (45 thn) dan
ZAINUH HASAN hipertensi pada
usia lansia (65 thn ke
GENGGONG lansia ini adalah
atas). Orang
20120 untuk mengatasi
melakukan senam
berbagai macam
secara teratur akan
APA ITU yaitu:
mendapatkan
PENGERTIAN 1) Stres
kesegaran jasmani
“SENAM 2) Kecemasan
yang baik yang terdiri
HIPERTENSI” ? 3) Insomnia
dari unsur kekuatan
Senam adalah 4) Hipertensi
otot, kelentukan
serangkaian gerak nada (tekanan
persendian, kelincahan karena dapat
gerak, keluwesan, melukai
cardiovascular fitness. dirisendiri
CARA 2) Untuk
MELAKUKAN merilekskan
SENAM otot-otot
HIPERTENSI PADA membutuhkan
LANSIA waktu sekitar
20-50 detik
3) Memeriksa
apakah klien
benar-benar
rileks dan
nyaman
4) Terus-menerus
memberikan
instruksi yang
tidak terlalu
cepat dan tidak

HAL-HAL YANG terlalu lambat.

HARUS
DIPERHATIKAN
DALAM
MELAKUKAN
SENAM
HIPERTENSI PADA
LANSIA
1) Jangan terlalu
menegangkan
otot berlebihan

Anda mungkin juga menyukai