Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja


2.1.1Definisi Remaja
Remaja adalah suatu masa dimana individu mengalami
perkembangan saat pertama kali individu menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat individu mencapai kematangan seksual (Sarwono,
2011).
Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada
pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia
remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Masa remaja adalah masa
yang labil Biasanya mereka memiliki sifat moody kadang baik ataupun
kadang sedih, marah, galau biasa juga disebut labil tersebut serta terdapat
perubahan lain seperti perubahan emosi, fisik, psikis, sosial dll. Itu
dikarenakan otak sedang dalam tahap perkembangan otak terus berubah
sepanjang waktu, tetapi ada lompatan besar dalam perkembangannya ketika
memasuki remaja (Irianto, 2015)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang
menurut (Aini, 2018) yaitu:
1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12
tahun sampai 20-21 tahun.
2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik
dan fungsi fidiologis, terumata yang terkait dengan kelenjar seksual.
3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami
perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi social dan moral,
diantara masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja merupakan
salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa
perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan social.
Disebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya
dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Aini,
2018).
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun, menurut
Depkes RI adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin. Terjadinya
kematangan seksual atau alat- alat reproduksi yang berkaitan dengan
system reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan
remaja sehingga diperlukan perhatian khusus.
2.1.2Tahapan Remaja
Menurut sarwono (2011) dan Hurlock (2011) terdapat tiga tahap
perkembangan remaja. Pertama, remaja awal (early adolescence) usia 10-13
tahun. Pada tahap ini remaja masih heran dengan perubahan-perubahan yang
terjadi pada dirinya. Remaja akan mengembangkan pikiran-pikiran baru,
cepat tertarik pada lawan jenis, sulit mengerti dan dimengerti oleh orang
dewasa, ingin bebas dan mulai berfikir abstrak.
Kedua, remaja madya (middle adolescence) 14-16 tahun. Pada
tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman dan senang jika banyak
teman yang menyukainya. Ada kecenderungan untuk mencintai diri sendiri
dengan menyukai teman-teman yang memiliki sifat sama pada dirinya dan
cenderung berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus
memilih yang mana. Pada remaja madya mulai timbul keinginan untuk
berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual,
sehingga remaja madya mulai mencoba aktivitas seksual, sehingga remaja
madya mulai mencoba aktivitas seksual yang diinginkannya.
Ketiga, remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun. Tahap remaja
akhir ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai
dengan pencapaian lima hal, antara lain minat yang semakin mantap pada
fungsi-fungsi intelek, keinginan yang tinggi mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang orang dan dalam pengalaman yang baru, terbentuk
identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, terlalu memusatkan perhatian
pada diri sendiri, dan tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya
(private self) dan publik.
2.1.3Perkembangan Remaja
1. Perkembangan Fisik
Pada anak perempuan terjadi perubahan bentuk tubuh seperti
tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak kematangan
pada remaja perempuan adalah ketika mengalami menstruasi pertama
(menarche). Menstruasi pertama menunjukkan remaja perempuan telah
memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar bersama
darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin perempuan (Sarwono,
2011).
2. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi ini berkaitan dengan perkembangan
hormon, yang ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja belum
bisa mengendalikan emosi yang dirasakan sepenuhnya (Sarwono, 2011)
3. Perkembangan Kognitif
Remaja dalam menyelesaikan masalahnya menggunakan
tindakan yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan menghadapi
masalah yang sulit secara efektif. Remaja dapat mempertimbangkan
beragam penyebab dan solusi yang sangat banyaksaat terlibat dalam
masalah.
4. Perkembangan Psikososial
Pada perkembangan psikososial ini, Remaja mulai tertarik
dengan lawan jenis. Bertambahnya minat sosial dan penampilannya
menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik yang
terjadi seperti berat badan dan proporsi tubuh menimbulkan perasaan
yang tidak menyenangkan seperti malu dan tidak percaya diri.
2.1.4Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja
1. Pengaruh keluarga
Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan maupu faktor
lingkungan. Karena faktor keturunan, seorang anak dapat lebih tinggi atau
panjang daripada anak lainnya, jika ayah dan ibu atau kakeknya tinggi
dan panjang. Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai
tidaknya potensi keturunan yang dibawa anak. Pada setiap tahapan usia,
lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada
tinggi tubuh.
2. Pengaruh gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi yang cukup biasanya akan
lebih tinggi tubuhnya dan sediki lebih cepat mencapai masa remaja
dibandingkan dengan mereka yang memperoleh gizi buruk. Lingkungan
dapat memberikan pengaruh bagi remaja sedemikian rupa, sehingga
menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan di masa
remaja.
3. Gangguan emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan
mengalami terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan. Dan ini akan
membawa akibat berkurangnya pembentukan hormin pertumbuhan di
kelenjar pituitari. Bila terjadi hal demikian, pertumbuhan awal remajanya
akan terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.
4. Jenis kelamin
Anak pria cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak
wanita, kecuali pada usia antara 12 – 15 tahun. Anak wanita biasanya
akan sedikit lebih lebih tinggi dan berat daripada anak pria. Terjadinya
perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang dan otot pada
anak pria memang berbeda dari anak wanita.
5. Status sosial dan ekonomi
Anak – anak yang berasal dari keluarga yang status sosial
ekonomi rendah cenderung lebih kecil daripada anak yang berasal dari
keluarga yang sosial ekonominya tinggi. Keluarga yang mampu akan
dapat memenuhi kebutuhan primer anaknya sebaliknya keluarga yang
kurang akan sulit memenuhi kebutuhan anaknay secara memadai.
6. Kesehatan
Anak – anak yang sehat dan jarang sakit biasanya akan memiliki
tubuh yang lebih berat daripada anak yang sering sakit. Kurangnya
perawatan kesehatan akan menyebabkan anak mudah terserang penyakit.
Cara makan yang salah dalam arti makan tanpa memperhatikan
keseimbangan gizi dan vitamin juga dapat menyebabkan tubuh menjadi
sakit.
7. Pengaruh bentuk tubuh
Bentuk tubuh mesamorf, ektomorf, atau¸ endomorf akan
memperngaruhi besar kecilnya tubuh anak. Misalnya, naka yang bentuk
tubuhnya mesomorf akan lebih besar dari pada yang ektomorf, atau¸
endomorf karena memang mereka lebih gemuk dan berat (Irianto, 2015).
Ada tiga yang mempengaruhi perkembangan remaja antara lain
(Syamsu, 2017) :
1. Keberfungsian keluarga
Keluarga fungsional (normal) ditandai oleh karakteristi:
saling memperhatikan dan mencintai, saling terbuka dan jujur, orang
tua mau mendengarkan anak, ada sharing masalah atau pendapat antara
anggota keluarga, mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
2. Pola hubungan orang tua dengan anak (sikap atau perlakuan orang tua
terhadap anak)
Terhadap beberapa pola sikap atau perlakuan orang tua
terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri
terhadap kepribadian anak.
3. Kelas sosial atau status ekonomi
Adapun pengaruh status ekonomi terhadap kepribadian
remaja adalah orang tua dengan status ekonomi rendah cenderung
lebih menekan kepatuhan pada figurefigure yang mempunyai otoritas,
kelas menengah dan kelas atas kecenderungan lebih menekan kepada
pembangun inisiatif, keingintahuan kreatifitas anak.
2.2 Konsep Personal Hygiene pada Remaja
1.1 Definisi Personal Hygiene pada Remaja
Menurut Andarmoyo dalam Maharani dan Andriyani (2018)
menyatakan, seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila
orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan
kulit, gigi, dan mulut, rambut hidung, telinga, kaki, dan kuku serta peralatan
alat reproduksi, salah satu perawatan alat reproduksi dapat dilakukan pada
remaja putri saat menstruasi.
Menurut Mubarak dan Chayaning (dalam Pyhtagoras, 2019)
menyatakan, Perawatan terhadap tubuh harus dibiasakan minimal dengan
mandi dua kali dalam sehari, menjaga kesehatan perineal juga penting
terlebih ketika menstruasi. Hal ini perlu karena pada saat menstruasi, kuman
dan bakteri mudah masuk dan dapat menginfeksi organ vital perempuan.
Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan
perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya : budaya, nilai sosial
pada individu atau keluarga, pengetahuan tentang perawatan diri, serta
persepsi terhadap perawatan diri (Depkes RI, 2010).
Menurut Putri dan setianingsih (2016), Hygiene pada saat
menstruasi, merupakan komponen personal hygiene (kebersihan perorangan)
yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan seseorang,
termasuk menghindari adanya gangguan pada fungsi alat reproduksi. Pada
saat menstruasi pembuluh darah dalam Rahim sangat mudah terinfeksi. Oleh
karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah
sekali masuk dan dapat menimbulkan infeksi saluran reproduksi.
1.2 Tujuan Personal Hygiene
Menurut Putri dan setianingsih (2016), tujuan dari personal hygiene
adalah untuk menjaga kebersihan diri dan mencegah terjadinya infeksi pada
tubuh seseorang. Personal hygiene lebih dari sekedar bersih namun
mencakup banyak kegiatan yang dapat membantu orang menjadi bersih dan
sehat. Dengan menjaga kebersihan, remaja putri tidak akan menyebarkan
kuman kepada orang lain. Kebersihan alat reproduksi perlu sekali dilakukan
karena ketika mengalami menstruasi pembuluh darah pada Rahim lebih
mudah untuk terinfeksi. Maka dari itu, personal hygiene harus terus dijaga
sebab bakteri begitu mudah untuk masuk serta sistem reproduksi terganggu
(Pyhtagoras, 2019).
Menurut Widodo dalam Yessy dkk (2016) menyatakan,
pemeliharaan personal hygiene kesehatan reproduksi yang bersih perlu
ditekankan, hal ini dapat dilakukan dengan promotif yaitu dengan
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan personal
hygiene perlu dilakukan agar bisa mencegah berbagai masalah kesehatan
reproduksi.
1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene antara lain
body image, praktek sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya,
kebiasaan dan kondisi fisik seseorang (Department of Health Australian
Government, 2010).
1. Body Image (Citra Tubuh)
Gambaran individu terhadap keadaan dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri seseorang, seperti perubahan fisik pada
masa remaja. Maka, harus terdapat suatu usaha yang lebih untuk
meningkatkan personal hygiene.
2. Praktek sosial
Kelompok sosial wadah seseorang untuk berhubungan dapat
mempengaruhi praktik personal hygiene. Pada masa kanak-kanak
seseorang mendapatkan praktik personal hygiene dari orang tua mereka
mengikuti kebiasaan keluarga dengan fasilitas yang ada, seperti
ketersediaan air mengalir. Hal tersebut hanyalah beberapa faktor yang
mempengaruhi kebersihan.
3. Status sosial ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik kebersihan yang digunakan. Personal hygiene memerlukan alat
dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, deodorant dan
lain-lain sebagai bagian dari kebiasaan sosial seseorang. Berbagai produk-
produk tersebut memerlukan uang untuk mendapatkannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya personal hygiene dan
implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Semakin
baik pengetahuan seseorang maka semakin baik pula pemeliharaan
personal hygiene seseorang sehingga dapat meningkatkan kesehatan.
5. Budaya
Kepercayaan kebudayaan seseorang dan nilai pribadi
mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari latar belakang kebudayaan
yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda pula.
6. Kebiasaan
Setiap individu memliki keinginan tersendiri kapan untuk
melakukan perawatan personal hygiene seperti mandi, keramas,
memotong kuku dan lain-lain. Selain itu, seseorang memiliki selera
tersendiri dalam memilih produk yang berbeda untuk perawatan hygiene
mereka.
7. Kondisi fisik atau psikis
Orang yang menderita penyakit tertentu atau menjalani operasi
sering kali kekurangan energi fisik untuk melakukan perawatan personal
hygiene. sehingga, orang tersebut memerlukan bantuan untuk
melakukannya.

2.3 Konsep Menstruasi


1.1 Definisi dan Proses Menstruasi
Kata menstruasi berasal dari istilah latin, yaitu mensis yang artinya
bulan. Dalam bahasa inggris mensis berarti periode haid. Jadi, menstruasi
adalah kejadian fisiologis bagi perempuan dimana terjadi perubahan kritis
dikehidupan normal mereka (Tetti, 2017).
Menurut Putri dan Setianingsih (2016), menstruasi atau haid adalah
perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium. Menstruasi merupakan masalah yang serius
perempuan dan terkadang bias menimbulkan kram, bertambah gemuk, sakit
kepala, sakit pinggang, pembengkakan lutut, dan perubahan emosi.
Menstruasi merupakan proses pelepasan endometrium disertai
perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat
kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya
akan membentuk siklus menstruasi. Siklus haid teratur umumnya
berlangsung selama 28 hari (Bobak et al., 2017).
Menstruasi merupakan peristiwa luruhnya endometrium (dinding
rahim) bersama dengan ovum (sel telur) yang tidak dibuahi (Hanifah, 2012).
Dalam pengertian lain juga didefinisikan sebagai pengalaman yang biasa
dialami oleh sebagian besar wanita yang tidak meggunakan kontrasepsi
hormonal untuk mencegah atau mengontrol perdarahan, selama wanita
tersebut tidak hamil dan berada pada fase produktif. Wanita yang sudah
menstruasi menandakan bahwa tubuhnya sudah siap untuk hamil (Newton,
2016).
Proses menstruasi diawali dari fase folikuler yang terjadi pada hari
pertama menstruasi atau terlepasnya endometrium. Folicle Stimulatng
Hormon (FSH) merangsang pertumbuhan folikel primordial yang ada pada
ovarium. Hanya ada satu folikel yang terus berkembang menjadi Folicle de
Graaf, sementara yang lain berdegenerasi. Pertumbuhan dan perkembangan
folikel primer dirangsang oleh FSH. Folikel de graaf yang matang,
menghasilakn hormon astrogen yang merangsang keluarnya LH dari
hipofisis (Kusmiran, 2012).
Estrogen akan memicu perbaikan endometrium yang mengalami
peluruhan. Estrogen juga bekerja untuk menghambat pembentukan FSH dan
menstimulus hipofisis untuk menghasilkan LH yang berfungsi untuk
merangsang folikel de graaf yang masak untuk ovulasi. LH merangsang
folikel yang kosong untuk berubah menjadi badan kuning (corpus luteum).
Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi
mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk
mempersiapkan embrio. Periode ini disebut fase luteal. Progesteron yang
dihasilkan juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya
korpus luteum mengecil dan menghilang.
1.2 Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan waktu dari hari pertama mengalami
menstruasi sampai pada hari pertama di periode selanjutnya. Sedangkan
lamanya siklus menstruasi rata-rata adalah 28 hari. Namun ada pula yang
lebih pendek yaitu 25 hari, atau justru lebih panjang sampai 35 hari. Seorang
remaja mulai menstruasi pada umur 10 sampai 12 tahun dan akan berakhir
pada fase menapouse yaitu pada kisaran umur 50-55 tahun (Choices, 2017).
Setiap siklus menstruasi dimulai dari pertumbuhan beberapa sel
telur di ovarium, setelah 2 sampai 3 minggu, satu atau lebih sel telur akan
mengalami pematangan. Sel telur tersebut akan dibebaskan dari ovarium
kedalam tuba fallopi, dan memungkinkan terjadi pembuahan apabila ada
sperma yang membuahi, jika tidak sel telur akan mati (CDC, 2015).
Menurut Glasier dan Gebbie (2018), Siklus haid dapat berbeda-
beda pada setiap perempuan sehat dan normal. Lamanya siklus haid yang
dianggap normal adalah 28 hari ditambah atau dikurangi dua samoai tiga
hari. Setiap fase siklus dibedakan dalam empat fase yaitu :
1. Fase haid, lamanya dua sampai delapan hari, rata-rata lima hari, dimulai
sekitar 14 hari setelah ovulasi. Hari pertama keluarnya darah haid
ditetapkan sebagai hari pertama siklus endometrium. Pada waktu ini
endomentrium dilepas dan dicampakan dari dinding uterus disertai
dengan pendarahan. Jumlah darah yang hilang sangat bervariasi diantara
perempuan dengan rentang antara 20 sampai 80 ml (rata-rata 50 ml).
2. Fase proliferasi, berlangsung sampai hari keempat belas. Endometrium
tumbuh kembali, disebut juga endomentrium mengadakan proliferasi.
Pada masa terjadi penebalan endometrium 8 sampai 10 kali lipat dan
beakhir pada saat ovulasi.
3. Fase sekresi, berlangsung sejak hari evaluasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode haid berikutnya. Pada akhir fase sekresi endometrium
matang dengan darah dan sekresi kelenjar yang kaya dengan glikogen dan
lemak dan merupakan tempat yang sesuai untuk melindungi dan memberi
nutrisi ovum yang dibuahi. Pada masa ini korpus rubrum pada ovarium
menjadi korpus luteum yang menghasilkan hormone progesterone.
4. Faske iskemi, implantasi atau nidasin ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7
sampai 10 hari setelah ovulasi. Apalabila tidak terjadinya pembuahan dan
implantasi maka korpus luteum mengecil dan menyusut menyebabkan
kadar estrogen dan progesterone menurun dengan cepat dan menimbulkan
pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Terjadi dilatasi dan
hyperemia diikuti spasme dan iskemia kemudian terjadi nekrosis. Lapisan
fungsional yang nekrotik tersebut terlepas dari lapisan basal dan
pendarahan haid terjadi lagi, menandai hari pertama siklus haid
berikutnya.
1.3 Tanda dan Gejala Menstruasi
Menurut (Sinaga, 2017), data medis terakhir menyebutkan bahwa
ditemukan lebih dari 100 gejala menstruasi, tetapi yang paling sering dialami
perempuan, antara lain :
1. Pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara
2. Timbul jerawat
3. Nafsu makan meningkat, terutama terhadap cemilan yang manis dan
asin
4. Berat badan bertambah
5. Perut terasa mulas dan kembung, bahkan kadang-kadang keram
6. Konstipasi (sembelit)
7. Sakit kepala
8. Pegal linu, keram
9. Kadang-kadang terjadi pembengkakan diujung-ujung jari, tangan, atau
kaki
10. Nyeri punggung
11. Lemas dan lesu
12. Mudah lelah
13. Mudah cemas dan tersinggung, uring-uringan, depresi
14. Sulit berkonsentrasi
15. Gangguan tidur (insomnia)
Menurut (Sinaga, 2017), pada menstruasi gejala-gejalanya
akan makin berat, terutama gangguan psikologis atau emosional.
Perempuan menjadi sangat emosional dan mudah tersinggung, sulit
berkosentrasi dan cepat merasa frustasi dan depresi.
1.4 Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi menstruasi adalah sebagai
berikut:
1. Berat Badan
Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi
menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan
gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium
dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat
badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan
penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan amenorea
(Kusmiran, 2014). Gangguan menstruasi juga dapat disebabkan oleh
faktor kelebihan berat badan. Penelitian Milla (2018) menyatakan adanya
hubungan antara obesitas dengan gangguan menstruasi pada remaja putri
di Kelurahan Tlogomas.
2. Aktivitas Fisik
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi
fungsi menstruasi. Penelitian menunjukkan aktivitas fisik perawat saat
bekerja berupa lamanya berdiri dan beban yang diangkat berhubungan
dengan angka kejadian gangguan siklus menstruasi. Seorang perawat
yang semakin sering mengangkat beban berat dalam pekerjaannya maka
semakin tinggi prevalensi gangguan siklus menstruasi yang terjadi
( Lawson et al., 2015).
3. Stres
Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya
sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan proklatin atau
endogen opiat yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan
menurunkan hormon LH yang menyebabkan amenorea (Silverthorn,
2014).
Pada keadaan stres pada wanita terjadi aktivasi pada amigdala
pada sistem limbik. Sistem ini menstimulasi pelepasan hormon dari
hipotalamus yaitu CRH (Guyton & Hall, 2016). Hormon ini secara
langsung akan menghambat sekresi GnRH hipotalamus pada tempat
produksinya di nucleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui
penambahan sekresi opioid endogen. Peningkatan CRH akan
menstimulasi pelepasan endorphin dan ACTH ke dalam darah. Endorfin
sendiri merupakan opioid endogen yang perannya terbukti mengurangi
rasa nyeri. Peningkatan hormon ACTH menyebabkan peningkatan pada
kadar kortisol darah (Silverthorn, 2014). Pada wanita gejala amenorea
hipotalamik dapat disebabkan adanya peningkatan CRH dan ACTH
(Hoffman et al., 2016).
Hormon-hormon tersebut secara langsung menyebabkan
penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini stres menyebabkan
gangguan siklus menstruasi. Dari yang sebelumnya siklus menstruasi
normal menjadi oligomenorea, polimenorea, atau amenorea
(Prawirohardjo & Winkjosastro, 2014). Saat tubuh seseorang mengalami
stres terjadi respon neuoroendokrin sehingga CRH menstimulasi ACTH
yang akan meningkatkan sekresi kortisol adrenal. Hormon-hormon
tersebut menyebabkan sekresi FSH dan LH terhambat sehingga sintesis
dan pelepasan progesteron terganggu (Hoffman et al., 2016) Kadar
progesteron mempengaruhi sintesis prostaglandin oleh endometrium,
peningkatan aktivasi PGF2α yang menyebabkan dismenorea (Dutta,
2013).
4. Diet
Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian
berhubungan dengan anovulasi, penurunan respons hormon pituitary, fase
folikel yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10
kali/tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus
menstruasi dan periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging
merah dan rendah lemak berhubungan dengan amenorea (Kusmiran,
2014). Asupan makanan dan status gizi merupakan faktor yang
menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Hal ini terlihat dari hasil
penelitian terhadap kecukupan zat gizi makro, status gizi, stres, dan siklus
menstruasi pada remaja yang hasilnya menunjukkan hubungan yang
bermakna antara kecukupan karbohidrat, lemak ,dan protein terhadap
siklus menstruasi (Sitoayu et al., 2017)
1.5 Aspek-Aspek dalam Kebersihan Saat Menstruasi
Manajemen menstruasi mengacu pada cara perempuan tetap bersih
dan sehat saat periode menstruasi, dalam manajemen kebersihan menstruasi
juga membahas bagaimana perempuan memperoleh, menggunakan, dan
membuang pembalut, fasilitas pendidikan, akses bimbingan dan konseling,
serta batasa-batasan dari mitos budaya (Wash United, 2016).
Pertama, terkait bahan perlindungan yang digunakan saat
menstruasi jenis bahan perlidungan saat menstruasi tergantung pada budaya,
lingkungan, biaya dan akses yang dimiliki. Berikut adalah beberapa sanitary
protection yang sering digunakan saat menstruasi diantaranya:
Tabel 2.3 Sanitary Pad
Sanitary Protection Keuntungan Kekurangan
Potongan kain 1. Mudah didapat 1. Jika tidak dibersihkan dengan baik dapat menjadi tidak
2. Dapat digunakan kembali higinis
2. Penggunaan membutuhkan tempat privat, dengan suplai
air dan sabun untuk mencuci serta tempat mengeringkan.
Kertas toilet atau tissue Mudah didaptkan Tidak kuat, mahal
Tampon Cocok dan nyaman digunakan 1. Tidak cocok untuk beberapa konteks
2. Harga lebih mahal
3. Tidak ramah lingkungan
4. Beberapa budaya tidak memperbolehkan
5. Mebutuhkan air sabun untuk membasuh tangan sebelum
memasukkan ke vagina
Disposable sanitary 1. Mudah didapatkan 1. Tidak ramah lingkungan
pad (pembalut sekali 2. Beberapa memiliki sayap yang 2. Lebih mahal hanya untuk sekkali pakai
pakai) mencegah bocor
Menstrual cup 1. Digunakan berulang 1. Tidak sesuai dengan beberapa budaya
2. Hanya perlu dikosongkan, 2. Membutuhkan air sabun untuk membasuh tanga sebelum
dicuci dan dikeringkan memasukkan ke vagina
Celana dalam 1. Digunakan sebagai tempat 1. Keterbatasan biaya
sanitary product (pembalut) 2. Elastis sehingga dapat digunkan dengan cepat
2. Baik untuk memeelihara vagina
tetap bersih
Sumber: (Sarah et al., 2012), (SSWM, 2016)Indikator personal
hygiene saat menstruasi menurut Kusmiran (2012), sebagai berikut :
1. Saat menstruasi perempuan lebih berkeringat dibandingkan dengan
sehari- hari biasanya. Oleh karena itu, agar tubuh tetap segar dan bebas
dari bau badan dan harus rajin merawat tubuh dengan mandi yang bersih
dan mencuci rambut minimal dua hari sekali. Sebagaimana Yusuf (2017),
menyatakan bahwa remaja putri sebagai respondennya menyatakan bahwa
mereka menambah frekuensi mandi saat menstruasi sebanyak 2-3 perhari.
2. Membersihkan bekas keringat yang ada disekitar alat kelamin secara
teratur dengan air bersih, lebih baik menggunakan air hangat, dan sabun
lembut dengan kadar soda rendah terutama setelah buang air besar (BAB)
dan buang air kecil (BAK). Cara membasuh alat kelamin perempuan yang
benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), tidak terbalik
karena bakteri yang ada disekitar anus bisa terbawa kedalam vagina dan
bisa beresiko menimbulkan infeksi.
3. Menggunakan air bersih saat mencuci vagina. Tidak perlu sering
menggunakan sabun khusus pembersih vagina.
4. Kebersihan daerah kewanitaan juga biasa dijaga dengan sering mengganti
celana dalam minimal dua kali sehari untuk menjaga vagina dari
kelembapan yang berlebihan, bahan celana dalam yang baik harus
menyerap keringat seperti katun.
5. Menstruasi merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor
pemakaian pembalut tidak boleh lebih dari enam jam diganti sesering
mungkin bila sudah penuh darahnya. Hal ini dikarenakan pembalut juga
menyimpan bakteri jika lama tidak diganti.
1.6 Dampak yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene
Dampak yang akan timbul jika personal hygiene kurang adalah
(Wartonah, 2016) :
1. Dampak fisik
Gangguan fisik yang terjadi karena adanya gangguan
kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri dan
interaksi sosial.
Menurut Nugroho dalam Maharani dan Andriyani (2018)
menyatakan dampak yang terjadi apabila perilaku personal hygiene
tersebut tidak dilakukan antara lain remaja putri tidak akan bisa
memenuhi kebersihan alat reproduksinya, penampilan dan kesehatan
sewaktu menstruasi juga tidak terjaga, sehingga dapat terkena infeksi
saluran kemih, keputihan, kanker serviks dan kesehatan reproduksi
lainnya. Pendidikan mengenai kesehatan terutama sistem reproduksi,
sangat perlu untuk diperhatikan oleh segenap kalangan. Menurut
Manuaba dalam Pyhtagoras, K.C, (2019) menyatakan bahwa infeksi
yang terjadi pada organ direproduksi dapat mengakibatkan kemandulan
dan meningkatkan angka kejadian kehamilan ektopik terganggu atau
kehamilan yang berada diluar kandungan.
1.7 Penyakit terkait Kebersihan saat Menstruasi
Risiko infeksi penyakit menular lebih tinggi pada saat menstruasi
dikarenakan pada saat menstruasi ditemukan lendir dipermukaan serviks dan
rahim dalam keadaan terbuka. Dalam keadaan ini memungkinkan bakteri
masuk kedalam rahim dan rongga panggul. Pada saat menstruasi PH vagina
kurang asam sehingga memungkinkan tumbuhnya jamur (candidiasis).
Beberapa praktik tertentu seperti menggunakan kain dan
memasukkannya kedalam vagina dapat mendukung pertumbuhan bakteri
penyebab infeksi. Penggunaan pembalut dengan cara menggulung dan
memasukkannya kedalam vagina juga dapat meningkatkan risiko. Sementara
dauching (memasukkan cairan khusus kedalam saluran vagina) dapat
mengganggu keseimbangan flora normal dalam vagina dan meningkatkan
risiko infeksi. Menyeka dari belakang ke depan juga dapat menyebabkan
kontaminasi vagina dengan bakteri anal berbahaya seperti Escherichia coli
(E.coli). Risiko infeksi akibat penyakit HIV dan hepatitis juga meningkat
pada saat berhubungan saat menstruasi dikarenakan konsentrasi HIV lebih
banyak ditemukan dalam darah daripada semen dan sekresi vagina (Sarah et
al, 2012).
Selain itu, juga dapat mengakibatkan Toxic Shock Syndrome (TSS)
yang merupakan penyakit jarang namun serius dan kadang fatal. TSS
disebabkan toksin yang dihasilkan oleh strain bakteri Staphylococus aureus
yang menyerang orang yang tidak memiliki antibodi TSS. Tanda TSS antara
lain demam tinggi akut (85°C/100.4°F), ruam, deskuamasi kulit, hipotensi,
pusing, pingsan. Myalgia, disorientasi serta gejala gastrontestinal (Sarahmet
al, 2012).
Keputihan juga dapat timbul karena pengaruh praktik kebersihan
yang buruk. Keputihan ditandai dengan munculnya lendir berwarna putih
atau kekuningan saat kering disertai munculnya rasa gatal, jumlah yang
banyak, warna putih dan kental, abu-abu atau putih, kuning atau hijau dan
bau. Kebersihan saat menstruasi dalam teori mungkin berkontribusi terhadap
infeksi bakteri seperti bakterial vaginosis. Tapi belum dipastikan bahwa
praktik kebersihan menstruasi yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko
infeksi saluran reproduksi pada kelompok populasi berbeda. Sebuah studi
digambia menemukan bahwa vaginosis tidak terkait dengan praktik
kebersihan saat menstruasi (dauching vagina, dan khitan perempuan) (Sarah
et al, 2012).
Kerangka Pikir
Awal Proses Hasil Akhir

Masa remaja merupakan salah satu Hygiene pada saat menstruasi, Hasil yang diharapkan: memiliki
periode dari perkembangan manusia. Masa merupakan komponen personal pengetahuan dan menyalurkan
ini merupakan masa perubahan atau hygiene (kebersihan perorangan) yang pengalamannya mengenai manajemen
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa memegang peranan penting dalam perilaku hidup bersih dan sehat pada
dewasa yang meliputi perubahan biologi, status perilaku kesehatan seseorang, remaja ketika menstruasi
perubahan psikologi, dan perubahan social. termasuk menghindari adanya
Disebagian besar masyarakat dan budaya gangguan pada fungsi alat reproduksi. Dampak yang Sering Timbul Pada
masa remaja pada umumnya dimulai pada Masalah Personal Hygiene:
usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18- Indikator personal hygiene saat
Menurut Nugroho dalam Maharani
22 tahun (Aini, 2018). menstruasi menurut Kusmiran (2012),
dan Andriyani (2018) menyatakan
sebagai berikut :
dampak yang terjadi apabila perilaku
Perkembangan Remaja: 1. Mandi yang bersih dan mencuci
personal hygiene tersebut tidak
1. Perkembangan Fisik rambut minimal dua hari sekali.
dilakukan antara lain remaja putri
2. Perkembangan Emosi 2. Membersihkan bekas keringat yang
tidak akan bisa memenuhi kebersihan
3. Perkembangan Kognitif ada disekitar alat kelamin secara
alat reproduksinya, penampilan dan
4. Perkembangan Psikososial teratur dengan air bersih.
kesehatan sewaktu menstruasi juga
Puncak kematangan pada remaja 3. Menggunakan air bersih saat
tidak terjaga, sehingga dapat terkena
perempuan adalah ketika mengalami mencuci vagina.
infeksi saluran kemih, keputihan,
menstruasi pertama (menarche). 4. Sering mengganti celana dalam
kanker serviks dan kesehatan
Menstruasi pertama menunjukkan remaja minimal dua kali sehari dan bahan
reproduksi lainnya. Pendidikan
perempuan telah memproduksi sel telur celana dalam yang baik harus
mengenai kesehatan terutama sistem
yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar menyerap keringat seperti katun.
reproduksi, sangat perlu untuk
bersama darah menstruasi melalui vagina 5. Pemakaian pembalut tidak boleh
atau alat kelamin perempuan (Sarwono,

2.1 Kerangka pikir penelitian Manajemen Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Remaja Ketika Menstruasi di Stikes Hafshawaty
Pesantren Zainul Hasanà bold
Catatan: OK lanjut bab 3

Anda mungkin juga menyukai