Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK DENGAN KASUS ASAM URAT (GOUT) PADA NY “S”

Thoyyibah
14401.16.17039

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2020
A. KONSEP DASAR LANSIA
1. DEFINISI LANSIA
Lanjut usia (lansia) adalah populasi manusia yang telah mencapai usia 65
tahun (Touhy & Jett, 2014). Hal ini serupa dengan yang diemukakan oleh para ahli
gerontology yang mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan lansia apabila telah
mencapai usia 65 tahun (Miller, 2012). Lansia sendiri terbagi dalam beberapa
tingkatan yaitu lansia muda dengan rentang usia 65-74 tahun, lansia pertengahan
dengan rentang usia 75-84 tahun, lansia sangat tua dengan rentang usia 85 tahun ke
atas (DeLaune & Ladner, 2002; Mauk, 2006).
Menurut undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
di Indonesia menyatakan bahwa yang dimaksud dengan lansia adalah penduduk yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sehingga setiap penduduk Indonesia yang telah
berusia 60 tahun atau lebih telah masuk dalam kategori lansia. Lansia di Indonesia
diklasifikasikan menjadi (1) kelompok usia prasenilis yaitu berusia 45-59 tahun (2)
kelompok usia lanjut yaitu berusia 60 tahun ke atas (3) kelompok usia risiko tinggi
yaitu berusia 70 tahun ke atas ataupun berusia 60 tahun ke atas dengan masalah
kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009).

2. PROSES MENUA
Proses menua adalah peristiwa yang akan terjadi pada laki-laki dan
perempuan, baik muda maupun tua (Miller,2012). Hal tersebut dikarenakan proses
menua merupakan bagian dari peristiwa siklus kehidupan manusia. Siklus kehidupan
manusia dimulai dari janin dan berakhir pada tahapan lanjut usia dan kematian. Lanjut
usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia. Sehingga lansia adalah manusia
dewasa yang telah mengalami proses menua tahap akhir.

3. KLASIFIKASI
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

4. KARAKTERISTIK
Menurut Keliat (1999) dan Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga
kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008)

5. TIPE LANSIA
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-
macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana.
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan,
yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep
habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).

6. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA


Menurut Duvall dalam Wong (2008) tugas perkembangan lansia meliputi:
a. mengalihkan peran bekerja dengan masa senggang dan persiapan pensiun atau
pensiun penuh
b. memelihara fungsi pasangan dan fungsi individu serta beradaptasi dengan proses
penuaan,
c. mempersiapkan diri untuk menghadapi proses kematian dan kehilangan pasangan
hidup dan/atau saudara kandung maupun teman sebaya. Sedangkan menurut
Erickson tugas perkembangan pada masa lansia adalah integritas ego (Stolte,
2003).

Menerima apa yang telah dilakukan seseorang dengan bijak tanpa


memperhatikan rasa sakit dan proses yang terjadi dalam perjalanannya menjadi
bagian dari tugas ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan lansia
berinti pada adaptasi dan penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada lansia
baik dari fisik, psikologis, dan sosial.

B. KONSEP DASAR ARTRITIS GOUT


1. DEFINISI
Gout adalah gangguan yang menyebabkan kesalahan metabolisme purin yang
menimbulkan hipersemia (kadar asam urat serum > 7,0 mg /100ml). Ini dapat
mempengaruhi sendi (kaki). Secara khas, sendi metatarsafalangeal pertama dari ibu
jari kaki besar adalah sisi primer yang terlibat. Sendi lain yang terlibat dapat meliputi
lutut dan pergelangan kaki (Merkie, Carrie. 2005).
Artritis Gout atau penyakit asam urat adalah penyakit dimana terjadi
penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang
meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan
asupan makanan kaya urin. Gout terjadi ketika cairan sangat jenuh akan asam urat
karena keadaan atau kadarnya yang tinggi. Penamaan gout juga memiliki sejarah,
penyakit asam urat yang menyerang secara mendadak dimalam atau pagi hari saat
bangun tidur. Orang-orang terdahulu percaya bahwa serangan tersebut disebabkan
oleh makhluk halus yang sengaja meneteskan bibit penyakit pada sendi. Kejadian ini
kemudian disebut dengan istilah gouty. Kini seluruh dunia nama gout secara resmi
digunakan untuk menyebut penyakit asam urat (Noviyanti, 2015: 17-18).
Kadar asam urat dalam darah tergantung usia dan jenis kelamin. Pada laki-laki
sebelum pubertas kadarnya sekitar 3,5mg/dl dan meningkat secara bertahap, setelah
pubertas dapat mencapai 5,2 mg/dl . Beda pada perempuan kadar asam urat biasanya
tetap rendah, baru pada usia pra-monopause kadar di dalam darah rata-rata sekitar
4mg/dl. Setelah monopause , kadarnya meningkat mendekati kadar pada laki-laki
yang bisa mencapai 4.7 mg/dl bahkan lebih (Dewi Kurnia, 2009).

2. ETIOLOGI
1. Gejala Artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu dilihat dari
penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolit.
2. Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan gout adalah :
- Pembedahan
- Trauma
- Obat-obatan
- Alkohol
- Stress emosional
- Diet tinggi purin
3. a) Pembentukan Asam urat yang berlebihan
- Gout primer metabolik disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
- Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebihan
karena penyakit.
- Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebihan
karena penyakit.
b) Kurangnya pengeluaran asam urat
- Gout primer renal terjadi karena gangguan ekskresi asam urat ditubuli distal
ginjal
- Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal.
3. PATOFISIOLOGI
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan
menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh.
Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
a.       Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b.      Menurunnya ekskresi asam urat.
c.       Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan
ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan
ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang
menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi
metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki,
tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan
demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan
interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun
setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang
tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai
dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan
polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane
synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar,
helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar
mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal
asam urat.

Pathway

Adanya gangguan metabolisme purin

Akumulasi asam urat yang berlebihan dalam darah

Kristal asam urat menumpuk dalam tubuh

GOUT Kurang informasi

Menimbulkan iritasi lokal pada sendi


Defisit
Pengetahuan
Menimbulkan respon inflamasi

Nyeri kronis

Gangguan
Mobilitas fisik
4. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit akibat asam urat nyeri yang tiba-tiba muncul yang diikuti oleh
rasa panas, bengkak, kemerahan dan pucat pada sendi yang mengalami penimbunan
kristal asam urat. Rasa nyeri yang timbul ini bisa hebat, bahkan dengan sentuhan
halus saja pasien sudah merasa nyeri. Nyeri tersebut juga bisa disertai demam pada
masa serangan akut. Nyeri ini akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa jam
atau hari dengan atau tanpa pengobatan. Sendi pada pangkal ibu jari terkena
serangan asam urat akut. Sendi-sendi lain yang juga sering terkena adalah tumit,
lutut, pergelangan tangan , jari-jari dan siku. Gejala asam urat pada tahap awal
antara lain :

1. Selalu merasa capek dan badan terasa pegal-pegal


2. Nyeri dibagian otot persendian pinggang, lutut, punggung dan bahu. Selain
nyeri, biasanya juga ditandai dengan timbulnya pembengkakan, kemerahan serta
rasa sangat nyeri pada bagian persendian baik pagi hari maupun malam hari.
3. Sering buang air kecil di pagi hari saat bangun tidur, maupun malam hari.
Biasanya lebih sering dimalam hari.
4. Muncul rasa linu dan kesemutan yang sangat parah.( Yekti mumpuni dan Ari
wulandari, 2016) .

5. Klasifikasi
Endapan MSU dalam jaringan menimbulkan berbagai macam penyakit seperti
peradangan akut atau kronik berulang yang disebut reumatik gout atau arthritis gout
yaitu timbulnya benjolan akibat menumpuknya MSU di persendian, tulang rawan,
atau jaringan lunak , terganggunya fungsi ginjal yang disebut neuropati gout, dan
terbentuknya batu asam urat di ginjal atau kandung kemih.
1. Stadium artritis gout akut
Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul sangat cepat
dalam waktu yang singkat. Pasien tidur tanpa gejala apa-apa. Pada saat bangun
pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat
moniartikuler dengan keluhan utama berupa bengkak, terasa hangat, merah,
dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil, dan merasa lelah.
2. Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode
interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak didapatkan tanda-tanda
akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan
bahwa proses peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan. Keadaan ini
dapat terjadi satu atau beberapa kali per tahun , atau dapat sampai 10 tahun tanpa
serangan akut.

3. Stadium artritis gout menahun


Stadium ini umumnya pada psien yang mengobati sendiri (self medication)
sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Artritis gout
menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan terdapat poliartikuler. Tofi ini
sering pecah dan sulit sembuh dengan obat , kadang-kadang dapat timbul infeksi
sekunder. (Erdward Stefanus. T, 2009)

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi
Radiografi pada serangan awal akut mungkin hanya menunjukkan
pembengkakan jaringan lunak pada sendi yang terkena. Radio keunggulan grafis
dari gout yang sudah berlangsung lama adalah dari radang sendi erosif asimetris
sering disertaipanik oleh nodul jaringan lunak dengan retensi normal ruang sendi.
Cacat meninju keluar oval atau bulatterletak di daerah pinggiran sendi sering
dengan over-margin gantung juga klasik gout.
2. Ultrasonografi
Ultrasound menyediakan gambar 'sonar' berbedatophi, yang dapat muncul
sebagai hypoechoic, hyperechoic ataunodul echogenicity campuran.Tentang
ultrasonografi(USG), kristal MSU dapat muncul dalam sinovialberubah-ubah
sebagai 'tampilan badai salju' atau deposit di super tulang rawan artikular ficial
sebagai 'tanda kontur gandaKoleksi kristal MSU dalam tophi juga bisadiidentifikasi
oleh USG. Fitur USG kristal MSUdeposisi memiliki spesifisitas tinggi dan pra-
positif yang tingginilai dikte. Spesifisitasnya juga tinggi pada penyakit dinidan tidak
adanya tanda-tanda klinis tophi.
3. MRI
Pencitraan resonansi magnetik (MRI) dapat menunjukkanefusi sendi, sinovitis,
gangguan tendon, tophus, carti gangguan lage atau edema tulang pada
gout.Keduanya USGdan pemindaian MRI juga dapat menggambarkan
peradanganaspek artropati gout, termasuk sinovitis,tenosinovitis dan peradangan
jaringan lunak edematous.Bukti peningkatan vaskularisasi dalam
sinkronisasimembran ovial dapat diperoleh pada Doppler dayagambar dan scan
MRI yang ditingkatkan kontras.
4. CT-Scan
Pemindaian computed tomography (CT) dapat mengungkapkan diskrittophi di
beberapa situs yang berdekatan dengan tulang dan lunakjaringan dan membantu
dalam penilaian erosi tulang.Dual-energy CT (DECT) adalah area yang muncul
dengan hebatminat yang menganalisis menggunakan dekomposisi materi
3DAlgoritma yang memungkinkan karakterisasi asam urat(dialokasikan warna
tertentu) untuk dibandingkan dengan cal-cium dan jaringan lunak (dialokasikan
warna lain).Iniberarti kristal MSU dapat dideteksi dengan tinggitingkat akurasi,
menyiratkan bahwa DECT seharusnya memilikispesifisitas sangat tinggi untuk
diagnosis gout. Pemindaian DECTmendeteksi deposit empat kali lipat lebih banyak
daripada pemeriksaan fisik-tion, menunjukkan potensinya untuk pencitraan
subklinistophi. (Binoy J. PAUL and Reeta JAMES 2017)
5. Pemeriksaan Laboratorium
Tes darah dapat mengukur jumlah asam urat dalam darah. Jika kadar asam
urat lebih tinggi dari normal, ini dapat membantu mendukung diagnosis penyakit
asam urat.

7. Penatalaksanaan
Secara umum, penangan atritis gout adalah memberikan edukasi, pengaturan diet,
istirahat sendi, dan pengobatan. Pengobatan artritis gout akut bertujuan
menghilangkan keluahan nyeri sendi dan peradangan dengan obat-obatan (Erdward
Stefanus. T, 2009)
1. Farmakologi
a.Non-Steroidal
Obat Antiinflamasi (NSAID): Obat-obatan ini berkurang rasa sakit dan
peradangan pada sendi. Beberapa NSAID dapat dibeli over-the-counter
sementara yang lain hanya tersedia dengan resep dokter. Seperti semua obat,
NSAID bisa menyebabkan efek samping jadi itu penting untuk mendapatkan
saran dari dokter sebelum mengambilnya. Dokter Anda akan melakukannya
merekomendasikan dosis terendah untuk periode waktu terpendek untuk
mengurangi risiko Anda terkena efek samping.
b. Suntikan kortikosteroid atau tablet
Jenis obat ini juga sangat efektif dalam mengurangi pirai nyeri dan
peradangan. Kortikosteroid bisa diberikan sebagai tablet atau sebagai
suntikan bjarum) ke dalam sendi atau otot.Kortikosteroid biasanya
diberikanhanya selama beberapa hari sebagai pengobatanuntuk asamurat dan
tidak normalmenyebabkan salah satu sisi seriusefek yang dapat
terjadipenggunaan jangka panjang dari obat-obatan ini.
c. Olchicine
Obat ini membantu untuk mengurangi rasa sakit dan bengkak selama
serangan gout, khususnya jika NSAID tidak dapat digunakan untuk alasan
keamanan. Efek samping, misalnya seperti mual, muntah atau diare, umum
sehingga dokter akan biasanya merekomendasikan dosis rendah obat ini. Ini
biasanya melibatkan 1mg (miligram) pada awalnya,0,5 mg satu jam
kemudian dan kemudian tidak ada colchicine lebih lanjut selama 24 jam.
2. Non Farmakologi
a. Diet purin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orangyang menderita encok
lebih cenderung makanmakanan kaya purin dalam jumlah tinggi.Makanan ini
sering dilaporkanmemicu serangan gout seperti purindibuat menjadi asam
urat oleh tubuh. Beberapadari makanan kaya purin umumnyaterkait dengan
serangan gout meliputi: daging - terutama daging merah dan jeroan, seperti
hati, ginjal dan jantung. Makanan laut - khususnya kerang,, herring, makarel,
sarden dan ikan teri makanan yang mengandung ragi.
b. Olahraga
Olahraga memiliki banyak manfaat untuk tubuh dan pikiran. Salah
satunya untuk mencegah dan mengatasi penyakit asam urat.bagi penderita
asam urat relaksasi saraf yang terjadi saat olah raga dapat mengatasi nyeri
akibat asam urat, memperbaiki keadaan kondisi kekuatan dan kelenturan
sendi serta memperkecil resiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang
sendi (Sustrani dkk, 2013)
Olahraga adalah cara yang efektif untuk menurunkan asam urat level.
Latihan dua puluh menit per hari adalah dianjurkan untuk menjaga tubuh
tetap bugar dan berkurang kadar asam urat. Olahraga senam yang bisa
dilakukan untuk lansia termasuk 10 menit senam latihan kegel, yoga, tai-chi
dan enam ergonomis (Mujianto, 2013).

C. ASKEP TEORI
1. Pengkajian
a.  Identitas: Nama, umur (sekitar 50 tahunan), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya
95% penderita gout adalah pria), dll
b.  Keluhan Utama: Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu
jari kaki (sendi lain)
c.  Riwayat Penyakit Sekarang
- P (Provokatif) : Kaji penyebab nyeri
- Q (Quality / qualitas) : : Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien
- R (Region) : Kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya
pada pangkal ibu jari)
- S (Saverity) : Apakah mengganggu aktivitas motorik ?
- T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan? (Biasanya terjadi
pada malam hari)
d.  Riwayat Penyakit Dahulu: Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal ?
e.  Riwayat Penyakit Keluarga: Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang
menderita penyakit yang sama seperti yang diderita klien
sekarang ini.
f.   Pengkajian Psikososial dan Spiritual
- Psikologi : Biasanya klien mengalami peningkatan stress
- Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan
- Spiritual : Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan
ibadah menurut agamanya
g.   Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1)   Kebutuhan nutrisi
a) Makan : Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya
protein)
b) Minum : Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
2)   Kebutuhan eliminasi
       a)      BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
       b)      BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau

3)    Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan.

2.   Pemeriksaan Fisik
a.  Keadaan umum :
1)      Tingkat kesadaran
2)      GCS
3)      TTV
b.  Peningkatan penginderaan
1)  Sistem integument
Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta teraba hangat
2)  Sistem penginderaan
Mata :Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera, gerakan bola mata
Hidung :Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman atau tidak
Telinga :Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran atau tidak,
biasanya terdapat tofi pada telinga
3)  Sistem kardiovaskuler
Inspeksi :Apakah ada pembesaran vena jugularis
Palpasi :Kaji frekuensi nadi (takhikardi)
Auskultasi :Apakah suara jantung normal S1 + S2 tunggal / ada suara
tambahan
4)  Sistem penceranaan
Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran pada
abdomen
Palpasi : Apakah ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : Apakah kembung / tidak
Auskultasi : Apakah ada peningkatan bising usus

5)   Sistem muskuluskeletal


Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan nyeri yang
luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi perifer, deformitas
(pembesaran sendi)
6)   Sistem perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal
c.  Pemeriksaan diasnostik.
Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti dan mungkin
terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti
lubang-lubang kecil (punch out).

3.   Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis b. d kerusakan system saraf
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
c. Defisit pengetahuan d.d kurang terpapar informasi

4. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri kronis b.d kerusakan system saraf
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam nyeri berkurang
Kriteria Hasil:
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
Intervensi:
- Manajemen Nyeri
 Observasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Terapeutik

10. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (mis. Terapi music, terapi
pijat, kompres hangan/dingin)
11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
 Edukasi

13. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


14. Jelaskan strategi meredakan nyeri
15. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
16. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
17. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pergerakan ekstermitas
meningkat.
Kriteria Hasil:
1. Kekuatan otot meningkat
2. Rentang gerak (ROM) meningkat
3. Nyeri menurun
4. Kaku sendi menurun
Intervensi:
- Dukungan mobilisasi
 Observasi

1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya


2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

 Terapeutik

5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur)
6. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 Edukasi

7. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


8. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
9. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

c. Defisit pengetahuan d.d kurang terpapar informasi


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pengetahuan klien
dapat meningkat
Kriteria Hasil:
1. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic meningkat
3. Perilaku sesuia dengan pengetahuan meningkat
4. Perilaku membaik
Intervensi:
- Edukasi nutrisi
 Observasi

1. Periksa status gizi, status alergi, program diet, kebutuhan dan kemampuan
pemenuhan kebutuhan gizi
2. Identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat menerima informasi
 Terapeutik

3. Persiapkan materi, dan media seperti jenis-jenis nutrisi, table makanan, cara
mengelola, cara menakar makanan.
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5. Berikan kesempatan untuk bertanya
 Edukasi

6. Jelaskan pada pasien dan keluarga alergi makanan, makanan yang harus dihindari,
kebutuhan jumlah kalori, jenis makanan yang dibutuhkan pasien
7. Ajarkan cara melaksanakan diet sesuai program (mis. Makanan tinggi protein,
rendah garam, rendah kalori)
8. Ajarkan pasien/keluarga memonitor asupan kalori dan makanan
9. Ajarkan pasien dan keluarga memantau kondisi kekurangan nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.
Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media Aeusculapius.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,
EGC, Jakarta.
Suparyanto. Metabolisme Purin dan Pirimidin. http://dr-suparyanto-m.kes.blogspot.com
(Online) 01 Juli 2012.
Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar GangguanMuskuloskeletal. Cetakan   kedua.
Jakarta :  Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai