Anda di halaman 1dari 107

UPAYA LANSIA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN

SPIRITUAL DI KELURAHAN KETAPANG


KECAMATAN KADEMANGAN
KOTA PROBOLINGGO

Di Posyandu Lansia Pandu 2019

KARYA TULIS ILMIAH


STUDI KASUS

Oleh:
ARIKA FIRDAUS
(14401.15.16004)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2019
UPAYA LANJUT USIA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN
SPIRITUAL DI KELURAHAN KETAPANG
KECAMATAN KADEMANGAN
KOTA PROBOLINGGO

Di Posyandu Lansia Pandu Tahun 2019

KARYA TULIS ILMIAH


STUDI KASUS

Diajukan Kepada Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
ARIKA FIRDAUS
(14401.15.16004)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2019

i
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN

Saya bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Arika Firdaus

NIM : 14401.15.16004

Program Studi : D3 Keperawatan

Institusi : STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa hasil
Karya Ilmiah ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan saya tersebut.

Probolinggo, 20 Juni 2019

Yang membuat pernyataan

Arika Firdaus

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Swt, karena atas berkat dan rahmat-

Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini di lakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai

gelar Ahli Madya Keperawatan pada STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dan

penyusun Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan

laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. KH.Moh. Hasan Mutawakkil Alallah .SH.,MM. selaku ketua yayasan

Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo, yang telah memberikan

fasilitas pada kami untuk menyelesaikan studi pada STIKES Hafshawaty

Pesantren Zainul Hasan.

2. Dr. H. Nur Hamim, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes. selaku ketua STIKES

Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan sekaligus pembimbing I yang telah

banyak memberikan dorongan dan motivasi kepada peneliti, sehingga dapat

terselesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini.

3. Mariani, S.Kep., Ns.,M.PH. Selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan

4. Titik Suhartini., S. Kep., Ns., M.Kep selaku Puket III sekaligus dosen

pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

mengarahkan saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Indra Budi Jaya, selaku ketua RW 04 Perumahan Kopian Indah yang telah

banyak membantu.

v
6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan

material dan

7. Sahabat yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada peneliti,

mendapat balasan dari Allah SWT. Besar harapan peneliti agar Karya Tulis Ilmiah

akhir ini dapat bermanfaat.

Genggong, 20 Juni 2019

Arika Firdaus

vi
ABSTRAK

Firdaus. A, 2019. Upaya Lanjut Usia Dalam Memenuhi Kebutuhan


Spiritual Di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo,
Program Studi D3 Keperawatan STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul
Hasan Probolinggo, Pembimbing (I) : Dr. H. Nur Hamim, SKM., S.Kep., Ns.,
M.Kes. Pembimbing (II) : Titik Suhartini, S.Kep. Ns., M.Kep.

Latar Belakang : Spiritual adalah hubungan transender antara manusia dengan


Yang Maha Tinggi, sebuah kualitas yang berjalan diluar afiliasi agama tertentu
yang berjuang keras untuk mendapatkan penghormatan, kekaguman dan inspirasi,
dan yang memberi jawaban tentang sesuatu yang tidak terbatas. Spiritual berperan
sebagai tolak ukur emosional setiap individu, dimana pencapaian spiritual setiap
individu berbeda-beda sehingga tingkat emosional individu juga berbeda-beda.
Pencapaian kualitas spiritual pada lansia sangat penting sebagai sistem pendukung
dalam menjalankan kehidupannya. Selain itu spiritual juga berperan dalam upaya
menyelesaikan masalah setiap individu. Tujuan dalam penelitian ini adalah upaya
untuk mengetahui lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan spiritual.

Metode : metode dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif


dengan model penelitian studi kasus. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan
Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Teknik sampling yang
digunakan adalah purposive smpling, dengan subjek utama adalah lanjut usia yang
berjumlah dua orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
dan observasi. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi pengamat,
triangulasi metode dan triangulasi data.

Hasil : hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual sudah


dilakukan dalam kehidupan sehari hari. Upaya pemenuhan kebutuhan spiritual
yang dilakukan adalah dengan melaksanakan ibadah diantaranya shalat 5 waktu,
menjalankan puasa, mendengarkan tausiah melalui media social dan mengikuti
pengajian.

Simpulan: Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian berdasarkan wawancara


dan observasi kepada subyek menyatakan bahwa pemenuhan kebutuha spiritual
yang dilakukan adalah melakukan shalat 5 waktu dan shalat sunnah, mengikuti
pengajian rutin tiap bulannya, melaksanakan puasa wajib dan sunah, mengaji setiap
hari, mendengarkan ceramah melalui WA dan youtube. Sebaiknya untuk
meningkatkan pemenuhan kebutuhan spiritual, rutin mengikuti pengajian tiap bulan
untuk menambah ilmu ilmu baru.

Kata Kunci : Lanjut Usia, Spiritual.

vii
ABSTRACT

Firdaus. A, 2019. The Elderly Efforts to Meet Spiritual Needs in


Ketapang Sub-District, Kademangan District, Probolinggo District, D3 Nursing
Study Program Hafshawaty Institute Healt Science Zainul Hasan Islamic
Boarding School Probolinggo, Advisor (I): Dr. H. Nur Hamim, SKM., S.Kep.,
Ns., M.Kes. Advisor (II): Titik Suhartini, S.Kep.Ns.,M.Kep.

Background: Spiritual is a transender relationship between man and the Most


High, a quality that goes beyond certain religious affiliations which struggle to
gain respect, admiration and inspiration, and which give answers to something that
is unlimited. Spiritual acts as an emotional benchmark for each individual, where
the spiritual attainment of each individual varies so that the individual's emotional
level also varies. Achieving spiritual quality in the elderly is very important as a
support system in carrying out their lives. Besides that, spiritual also plays a role
in trying to solve each individual's problems. The purpose of this research is to find
out the elderly in meeting spiritual needs.

Method: The method in this study used a qualitative approach with a case study
research model. This research was conducted in Ketapang Sub-District,
Kademangan District, Probolinggo City. The sampling technique used was
purposive smpling, with the main subject being an elderly numbering two people.
Data collection techniques used were interviews and observations. The data
validity technique used is observer triangulation, method triangulation and data
triangulation.

Results: The results of the study showed that the fulfillment of spiritual needs has
been carried out in daily life. The efforts to fulfill spiritual needs are carried out by
carrying out worship including praying 5 times, fasting, listening to tausiah
through social media and following recitations.

Conclusion: The conclusions obtains from the results of the study based on
interviews and observations to the subjects stated that the fulfillment of spiritual
needs wear carried out is to perform 5 daily prayers and sunnah prayers, take
regular recitations every month, carry out obligatory fasting and sunnah, recite
daily, listen to lectures via WA and youtube . It is better to increase the fulfillment
of spiritual needs, routinely attend recitation every month to add new knowledge.

Keywords: Elderly, Spiritual.

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR BAGAN xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Manfaat Penelitian 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Lansia 7
2.1.1 Pengertian Lansia 7
2.1.2 Perubahan Pada Lansia 8
2.1.3 Klasifikasi Lansia 9
2.1.4 Karakteristik Lansia 10
2.1.5 Tipe Lansia 10
2.2 Kebutuhan Spiritual 11
2.2.1 Pengertian Spiritual 11
2.2.2 Kebutuhan Spiritual 11
2.2.3 Kebutuhan Spiritual Lansia 13
2.2.4 Aspek Spiritual 16
2.2.5 Karakteristik Spiritual 17

ix
2.2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Spiritual 18
2.2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Keagamaan Lansia 19
2.2.8 Manifestasi Perubahan Fungsi Spiritual 20
2.2.9 Kehilangan Versus Harapan 20
2.2.10 Peran Keperawatan Dalam Spiritualitas 21
2.2.11 Pendekatan Spiritual dilakukan dengan cara 23
2.2.12 Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif dan Maladaptif 24
2.2.13 Kerangka Pikir 26

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian 27
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian 28
3.2.1 Tempat Penelitian 28
3.2.2 Waktu Penelitian 28
3.3 Setting Penelitian 28
3.4 Subjek Penelitian Atau Partisipan 29
3.5 Metode Pengumpulan Data 29
3.5.1 Wawancara 29
3.5.2 Observasi 30
3.5.3 Alat Perekam 30
3.6 Metode Uji Keabsahan Data 32
3.6.1 Keabsahan Konstruk 32
3.6.2 Keabsahan Internal 33
3.6.3 Keabsahan Eksternal 33
3.6.4 Keajegan 33
3.7 Metode Analisis Data 34
3.7.1 Mengorganisasikan Data 34
3.7.2 Pengelompokkan Berdasarkan Kategori, Tema
Dan Pola Jawaban 34
3.7.3 Menguji Permasalahan Yang Ada Terhadap Data 35
3.7.4 Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data 35
3.7.5 Penulis Hasil Penelitian 35

x
3.8 Etika Penelitian 36
3.8.1 Informedconsent 36
3.8.2 Ananomity 36
3.8.3 Confidentiality 36

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian 37
4.1.1 Subyek Pertama 37
4.1.2 Subyek Kedua 41
4.2 Pembahasan 45

BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan 48
5.2 Saran 48
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan 48
5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan 48
5.2.3 Bagi Lahan Penelitian 48
5.2.4 Bagi Subyek 49
5.2.5 Bagi Peneliti 49

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif dan Maladaptif .................... 21


Tabel 3.1 Jadwal Penyusunan KTI ................................................................. 29
Tabel 4.1 Hasil Wawancara Subyek Pertama dan Triangulasi ....................... 39
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Subyek Kedua dan Triangulasi .......................... 43

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Upaya Lanjut Usia Dalam


Memenuhi Kebutuhan Spiritual ............................................... 26

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian


Lampiran 2 : Surat Balasan dari Bakesbangpol
Lampiran 3 : Surat Balasan dari Lahan Penelitian
Lampiran 4 : Surat Keterangan Lolos Kaji Etik
Lampiran 5 : Pengantar Wawancara
Lampiran 6 : Surat Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 7 : Persyaratan Telah Melakukan Informed Consent
Lampiran 8 : Pedoman Wawancara
Lampiran 9 : Mapping Journal
Lampiran 10 : Lembar Konsultasi
Lampiran 11 : Transkip Hasil Wawancara Utuh
Lampiran 12 : Bukti Perbaikan
Lampiran 13 : Berita Acara Perbaikan

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa lanjut usia (lansia) merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan

manusia. Seseorang dikatakan lanjut usia apabila berusia 65 tahun ke atas. Lansia

bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan

yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan

stres lingkungan (Destarina Vera, Agrina, Yulia, 2014 ; Efendi & Makhfudli,

2009).

Menurut UU RI No. 12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia

adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun. Sementara menurut

WHO, kelompok lansia meliputi mereka yang berusia 60 – 74 tahun, lansia tua

berusia 75 -90 tahun, serta lansia sangat tua di atas usia 90 tahun. Kelompok usia

lanjut di dunia masih tergolong cukup besar berdasarkan penggolongan usia

tersebut (Ummah, 2016).

Spiritual merupakan sumber kekuatan dan harapan. Stoll menyatakan

spiritual sebagai konsep dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horizontal,

dimana dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan, sedangkan dimensi

horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan

dengan lingkungan. Spiritual berperan sebagai tolak ukur emosional setiap

individu, dimana pencapaian spiritual setiap individu berbeda-beda sehingga

tingkat emosional individu juga berbeda-beda. Pencapaian kualitas spiritual pada

lansia sangat penting sebagai sistem pendukung dalam menjalankan

1
2

kehidupannya. Selain itu spiritual juga berperan dalam upaya menyelesaikan

masalah setiap individu (Karomah, 2015).

WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa pada abad 21 jumlah

penduduk dunia yang lanjut usia semakin meningkat. Di wilayah asia pasifik,

jumlah lanjut usia akan bertambah pesat dari 410 juta tahun 2007 menjadi 733 juta

pada 2025, dan di perkirakan menjadi 1,3 miliar pada tahun 2050. Indonesia

merupakan negara ke-4 dengan jumlah penduduknya paling banyak di dunia dan

sepuluh besar memiliki penduduk paling tua di dunia. Tahun 2020 jumlah kaum

lanjut usia akan bertambah 28,8 juta (11 % dari total populasi) berdasarkaan

menjelang tahun 2050 diperkirakan 22 % warga Indonesia berusia 60 tahun ke

atas (Taqwa, 2016).

Data Susenas pada tahun 2014 menunjukkan bahwa beberapa provinsi di

Indonesia yang dihuni oleh penduduk lansia dengan proporsi yang cukup banyak

yaitu tiga provinsi dengan proporsi lansia terbesar adalah DI Yogyakarta

(13,05%), Jawa tengah (11,11%), Jawa Timur (10,96), dan Bali (10,05%).

Sementara itu, tiga provinsi dengan proporsi lansia terkecil adalah Papua (2,43%),

Papua Barat (3,62%), dan Kepulauan Riau (3,75%). Hasil Susenas tahun 2014

menujukkan proporsi lansia perempuan lebih tinggi 1,11% dibanding proporsi

lansia laki-laki. Baik di perkotaan maupun di perdesaan, proporsi lansia

perempuan lebih tinggi daripada proporsi lansia laki-laki. Usia Harapan Hidup

(UHH) Kota Semarang Tahun tahun 2014 (Taqwa, 2016).

Penelitian tentang spiritualitas pada lansia telah dilakukan antara lain oleh

Sudaryanto (2013) dengan judul spiritualitas lanjut usia (lansia) di Unit Pelayanan

Teknis Panti Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan menggunakan spiritual
3

assessment oleh Anandarajah and Hight. Instrumen ini diterbitkan oleh American

Family Physician. Penelitian mengenai gambaran spiritual menunjukkan bahwa

sebagian besar lansia memiliki tingkat spiritualitas yang baik, yaitu sebanyak 21

orang (70,0%) (Destarina vera, Agrina, Yulia, 2014).

Menurut Athurrita Choirru Ummah Hubungan kebutuhan spiritual dengan

kualitas hidup pada lansia di panti wredha kota semarang menggunakan teknik

sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dengan jumlah responden

140 orang lansia di panti wredha harapan ibu, PSTW Bethany, panti wredha

pucanggading dan wisma lansia harapan asri Semarang. Hasil uji statitiska dengan

uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

kebutuhan spiritual dengan kualitas hidup pada lansia di panti wredha kota

semarang (p value = 0,001;p value <0,05) lansia diharapkan dapat terpenuhi

kebutuhan spiritualnya sehingga tercipta kualitas hidup yang optimal (Ummah,

2016).

Peran keperawatan dalam meningkatkan spiritualitas lansia harus sangat

bersifat individual, adapun beberapa kategori yang banyak terdapat pada lansia

yaitu Pengkajian merupakan fungsi perawat yang terpenting karena pengkajian

spiritual mencakup pengumpulan informasi tentang riwayat spiritual dan status

saat ini dan menganalisis signifikansi dari hasil tersebut, Teman sejalan dengan

hilangnya kontak sosial lansia, stimulasi mental, dan harga diri mereka juga

mengalami penurunan, Advokat meliputi pendapatkan sumber sumber spiritual

berdasarkan latar belakang klien yang unik, Pemberi asuhan merupakan seorang

pengkaji yang cerdik yang tidak hanya melakukan pengkajian dasar terhadap

status spiritual yang menyeluruh, tetapi juga terus mengkaji klien melalui
4

hubungan, Manajer kasus perawat yang bertindak sebagai manajer kasus di area

spiritualitas harus mengetahui tentang lansia dan komunitas, Penelitian perawat

yang meneliti aspek aspek spiritual lansia harus menjaga hak hak asasi lansia yang

menjadi subjek penelitian (Stanley Mickey & Patricia 2006)

Permasalahan kesehatan yang muncul pada lansia erat hubungannya dengan

pemenuhan kebutuhan berupa pelayanan keperawatan pada lansia itu sendiri.

Sebagai seorang perawat, bentuk pelayanan keperawatan terhadap lansia yang

digunakan adalah dengan metode pendekatan secara Bio-Psiko-Sosio-Spiritual.

Salah satu pendekatan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan lansia adalah

aspek spiritual. Pendekatan spiritual bagi lansia memiliki tujuan memberikan

ketenangan dan kepuasan batin dalam berhubungan dengan Tuhan, pada

pendekatan spiritual ini, setiap lansia akan menunjukkan reaksi yang berbeda beda

dalam menghadapi peristiwa kehilangan ataupun kematian (Ummah, 2016).

Keadaan spiritual seseorang yang berada pada rentan usia lansia mengalami

spiritual yang semakin mendalam dan cenderung lebih ingin mendekatkan diri

pada Yang Maha Kuasa, dan juga mulai bisa menerima adanya perubahan dalam

kehidupan dan aktivitas sehari-hari dan adanya takdir berupa kematian yang

melanda saudara atau sahabat dari lansia. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kegiatan keagamaan lansia yaitu faktor internal salah satunya yaitu pengalaman

hidup sebelumnya, seorang lansia yang memiliki pengalaman yang kurang baik

akan cenderung memaknai spiritual yang dianut lebih dalam dibandingkan dengan

lansia yang tidak pernah atau jarang mengalami hal sama, karena itu pengalaman

hidup dari lansia sangat berpengaruh pada kondisi spiritualnya. Sedangkan faktor

eksternal yaitu terkadang lansia mengalami suatu keputusasaan dengan keadaan


5

yang melanda, contohnya apabila lansia tersebut mengalami penyakit kronis yang

dapat mengurangi kepercayaan lansia terhadap Tuhannya. Seorang lansia sangat

membutuhkan asuhan yang dapat membangkitkan dan menjaga keyakinan

spiritual (Rahmadiliyanii Nina, Noorlatifah, Rika 2014).

Kualitas hidup lansia merupakan salah satu indikator penting pada

kesejahteraan dan kesehatan masyarakat di indonesia. Kualitas hidup menurut

World Health Organization (WHO) adalah persepsi seseorang dalam konteks

budaya dan norma sesuai dengan tempat hidup orang tersebut berkaitan dengan

tujuan, harapan, standar dan kepedulian selama hidupnya. Kualitas hidup

dipengaruhi oleh tingkat spiritual individu, harga diri, tingkat kesehatan, dan

dukungan sosial dari keluarga maupun lingkungan sekitar. Kualitas hidup lansia

juga dapat dilihat dari aspek fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Apabila

aspek tersebut dapat terpenuhi, diharapkan kualitas hidup lansia menjadi lebih

baik yang ditandai dengan kondisi fungsional lansia yang optimal, sehingga

mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan dan

berguna (Ummah, 2016).

Berdasarkan fenomena yang ada sehingga penelitian tertarik meneliti tentang

upaya lansia dalam memenuhi kebutuhan spiritual.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam studi kasus

ini adalah “Bagaimanakah upaya lansia dalam memenuhi kebutuhan spiritual di

Posyandu Lansia Pandu Kota Probolinggo?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai


6

dalam penelitian ini adalah mengeksplorasi upaya lansia dalam memenuhi

kebutuhan spiritual di Posyandu Lansia Pandu Kota Probolinggo.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini, dapat digunakan untuk menambah wawasan dan

menambah jurnal Karya Tulis Ilmiah.

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil studi kasus ini, dapat dipergunakan untuk menambah jurnal Karya Tulis

Ilmiah dan menambah wawasan bagi profesi keperawatan tentang upaya lansia

dalam memenuhi kebutuhan spiritual.

1.4.3 Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pengelola Posyandu

Lansia Pandu dan sekaligus tolak ukur untuk mengetahui upaya lansia dalam

memenuhi kebutuhan spiritual.

1.4.4 Bagi Subyek

Bagi subyek dapat meningkatkan pengetahuan tentang upaya lansia dalam

memenuhi kebutuhan spiritual.

1.4.5 Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat dipergunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan

penelitian lebih lanjut berkaitan denganupaya lansia dalam memenuhi kebutuhan

spiritual.Dan kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu dalam hal melakukan

penelitian dan juga sebagai pembelajaran bagi peneliti upaya lansia dalam

memenuhi kebutuhan spiritual.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Lansia


2.1.1 Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan
akhirnya menjadi tua. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial secara bertahap (Azizah, L.M, 2011).
Menurut Reimer et al (1999), Stanley and Beare (2007), mendefinisikan
lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa
orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit,
dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi
peran orang dewas, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi
produktif, dan untuk wanita untuk dapat memenuhi tugas rumah tangga (Azizah,
L.M, 2011).
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat
(2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia
lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam,
R.S, Ekasari, M.F, Rosidawati, dkk, 2012).
Menurut Stolte dalam Suparyanto (2010) lanjut usia adalah masa yang
dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun dan berlanjut hingga akhir kehidupan.
Sedangkan menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Rahmadiliyanii Nina, dkk,
2014).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2001), penuaan
adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus
menerus, dan berkesinambungan (Rahmadiliyanii Nina, dkk, 2014).
Menurut Nugroho (2000), ketika seseorang menua maka terjadi beberapa
perubahan pada lanjut usia diantaranya perubahan fisik, Perubahan Mental,

7
8

Perubahan Psikososial. Secara spesifik, Perubahan Fisik mencakup perubahan


Sel, Sistem persarafan, Sistem pendengaran, Sistem penglihatan, Sistem
kardiovaskuler, Sistem pengaturan temperatur tubuh, Sistem respiritualrasi,
Sistem gastrointestinal, Sistem genitourinaria, Sistem endokrin, Sistem kulit
(integumentary system), Sistem muskulosletal (Musculosceletal System)
(Rahmadiliyanii Nina, dkk, 2014).

2.1.2 Perubahan pada Lansia


Menua merupakan suatu proses alami yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Penuaan akan terjadi hampir pada semua sistem tubuh, namun tidak
semua sistem tubuh mengalami kemunduran fungsi pada waktu yang sama.
Perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses penuaan adalah sebagai berikut:
1. Perubahan fisik
Perubahan fisik umum dialami lansia, misalnya perubahan sistem imun yang
cenderung menurun, perubahan sistem integumen yang menyebabkan kulit
mudah rusak, perubahan elastisitas arteri pada sistem kardiovaskular yang
dapat memperberat kerja jantung, penurunan kemampuan metabolisme oleh
hati dan ginjal, serta penurunan kemampuan penglihatan dan pendengaran.
Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan tersebut akan
menyebabkan berbagai gangguan secara fisik yang ditandai dengan
ketidakmampuan lansia untuk beraktivitas atau melakukan kegiatan yang
tergolong berat sehingga mempengaruhi kesehatan serta akan berdampak
pada kualitas hidup lansia.
2. Perubahan mental
Perubahan dalam bidang mental atau psikis pada lanjut usia dapat berupa
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, serta bertambah pelit atau
tamak jika memiliki sesuatu. Hampir setiap lansia memiliki keinginan
berumur panjang dengan menghemat tenaga yang dimiliknya,
mengharapkan tetap diberikan peranan dalam masyarakat, ingin tetap
berwibawa dengan mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin
meninggal secara terhormat.
9

3. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial yaitu nilai pada seseorang yang sering diukur melalui
produktivitas dan identitasnya dengan peranan orang tersebut dalam
pekerjaan. Ketika seseorang sudah pensiun, maka yang dirasakan adalah
pendapatan berkurang, kehilangan status jabatan, kehilangan relasi dan
kehilangan kegiatan, sehingga dapat timbul rasa kesepian akibat
pengasingan dari lingkungan sosial serta perubahan cara hidup.
4. Perubahan spiritual
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya
kehidupan keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam
kehidupan yang terlihat dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari.
Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk
menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun
merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan (Ummah,
2016).

2.1.3 Klasifikasi Lansia


Berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia :
1. Pralansia (prasenilis) adalah seseorang yang berusia 45-59 tahun.
2. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia risiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
(Depkes RI, 2003).
4. Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan /
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa (Depkes RI, 2003).
5. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafka,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)
(Maryam, R.S, Ekasari, M.F, Rosidawati, dkk, 2012)
10

2.1.4 Karakteristik Lansia


Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut.
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, R.S, Ekasari, M.F,
Rosidawati, dkk, 2012).

2.1.5 Tipe Lansia


Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000).
Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak
menuntut.
4. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif
dan acuh tak acuh (Maryam, R.S, Ekasari, M.F, Rosidawati, dkk, 2012).
11

2.1 Kebutuhan Spiritual


2.2.1 Pengertian Spiritual
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah
sebagai pencipta atau sebagai Maha Kuasa (Burbhart 1993) (Azizah, L.M, 2011)
Spiritualitas adalah konsep dua dimensi vertikal dan horisontal. Dimensi
vertikal mewakili hubungan dengan tuhan dan dimensi horisontal mewakili
hubungan dengan orang lain (Azizah, L.M, 2011).
Spiritual adalah hubungan transender antara manusia dengan Yang Maha
Tinggi, sebuah kualitas yang berjalan diluar afiliasi agama tertentu yang
berjuang keras untuk mendapatkan penghormatan, kekaguman dan inspirasi, dan
yang memberi jawaban tentang sesuatu yang tidak terbatas (Azizah, L.M, 2011).
Spiritualitas merupakan kualitas dasar manusia yang dialami oleh setiap
orang dari semua keyakinan dan bahkan oleh orang-orang yang tidak
berkeyakinan tanpa memandang ras, warna, asal negara, jenis kelamin, usia, atau
disabilitas (Destarina Vera, dkk, 2014).
Spiritualitas merupakan dimensi kesejahteraan bagi lansia serta bisa
mengurangi stress dan kecemasan, mempertahankan keberadaan diri sendiri dan
tujuan hidup (Destarina Vera, dkk, 2014).

2.2.2 Kebutuhan Spiritual


Kebutuhan spiritual merupakan suatu kebutuhan untuk mempertahankan
atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta
kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, serta
menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual
adalah kebutuhan untuk mencari arti tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai
dan dicintai serta untuk memberikan maaf.
Terdapat 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia, yaitu :
1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-
menerus diulang untuk membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah
ibadah.
12

2. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, merupakan kebutuhan untuk


menemukan makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan
Tuhan (vertikal) dan sesama manusia (horizontal) serta alam sekitarnya.
3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan
keseharian, merupakan pengalaman agama antara ritual peribadatan dengan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kebutuhan akan pengisian keimanan, yaitu hubungan dengan Tuhan secara
teratur yang memiliki tujuan agar keimanannya tidak melemah.
5. Kebutuhan untuk bebas dari rasa bersalah dan dosa. Rasa bersaiah dan
berdosa merupakan beban mental dan dapat mengganggu kesehatan jiwa
seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu yang pertama secara
vertikal, yakni kebutuhan untuk bebas dari rasa bersalah, dan berdosa
kepada Tuhan, dan yang kedua secara horizontal yaitu bebas dari rasa
bersalah kepada orang lain
6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self acceptance dan self
esteem), merupakan kebutuhan setiap orang yang ingin dihargai, diterima,
dan diakui oleh lingkungannya.
7. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan selamat terhadap harapan di masa
depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek
(hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia
sifatnya sementara dan merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di
akhirat nanti.
8. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang lebih tinggi. Derajat
atau kedudukan manusia didasarkan pada tingkat keimanan seseorang di
hadapan Tuhan, apabila seseorang ingin memiliki derajat yang lebih tinggi
dihadapan Tuhan, maka dia harus berusaha untuk menjaga dan
meningkatkan keimanannya.
9. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia.
Manusia hidup saling bergantung satu sama lain, oleh karena itu hubungan
dengan orang lain, lingkungan dan alam sekitarnya perlu untuk dijaga.
13

10. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-nilai


religius. Komunitas atau kelompok agama diperlukan oleh seseorang agar
dapat meningkatkan iman orang tersebut (Ummah, 2016).

2.2.3 Kebutuhan Spiritual Lansia


Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk
menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, serta merumuskan arti
dan tujuan keberadaannya di dunia. Rasa percaya diri dan perasaan berharga
terhadap dirinya akan mampu membuat lansia merasakan kehidupan yang
terarah, hal ini dapat dilihat melalui harapan, serta kemampuan mengembangkan
hubungan antara manusia yang positif.
Manusia adalah manusia ciptaan Tuhan, sebagai pribadi yang utuh dan unik,
seseorang memiliki aspek bio–psiko–sosio-kultural dan spiritual. Kebutuhan
spiritual pada lansia tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah faktor usia yang sudah mulai renta dan kondisi tidak aktif karena sudah
tidak bekerja.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual
lansia adalah dengan melibatkan peran keluarga sebagai orang terdekat,
diharapkan keluarga mampu untuk mencurahkan segala perhatiannya bagi
kesejahteraan lansia, khususnya kesejahteraan spiritual mereka.
Kebutuhan spiritual pada usia lanjut adalah kebutuhan untuk memenuhi
kenyamanan, mempertahankan fungsi tubuh dan membantu untuk menghadapi
kematian dengan tenang dan damai. Lingkup asuhannya berupa preventif dan
caring. Preventif merupakan upaya yang dilakukan dengan mengadakan
penyegaran dan pengajian. Caring merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam
kegiatan spiritual lansia untuk saling belajar menerima keadaan, dan
memberikan dukungan, spirit untuk bisa menerima ketika menghadapi kematian.
Kebutuhan keperawatan gerontik adalah memperoleh kesehatan optimal,
memelihara kesehatan, menerima kondisinya dan menghadapi ajal.
14

Dyson dalam Young menjelaskan ada beberapa faktor yang berhubungan


dengan spiritualitas, yaitu :
1. Diri sendiri. Diri seseorang dan jiwanya merupakan hal yang fundamental
untuk mendalami spiritualitas. Hubungan dengan diri sendiri merupakan
kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa
dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut
kepercayaan pada diri-sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan,
ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri-sendiri. Kekuatan yang
timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan
hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai
pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan
tujuan hidup yang semakin jelas.
a. Kepercayaan (Faith). Menurut Fowler dan keen kepercayaan bersifat
universal, dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran
yang tidak dapat dibuktikan dengan pikran yang logis. Kepercayaan
dapat memberikan arti hidup dan kekuatan bagi individu ketika
mengalami kesulitan atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti
mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat
memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.
b. Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam
hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui
hubungan saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan.
Harapan sangat penting bagi individu untuk mempertahankan hidup,
tanpa harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih cenderung terkena
penyakit.
c. Makna atau arti dalam hidup (Meaning of live). Puchalski
mengungkapkan, perasaan mengetahui makna hidup terkadang
diidentikan dengan perasaan dekat dengan Tuhan, merasakan hidup
sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan tentang
situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang
masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain.
15

2. Sesama. Hubungan seseorang dengan sesama, sama pentingnya dengan diri


sendiri, salah satu bentuknya adalah menjadi anggota masyarakat dan diakui
sebagai bagian intinya. Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak
harmonisnya hubungan dengan orang lain. Kozier menyatakan keadaan
harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal
balik, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan orang yang sakit, serta
meyakini kehidupan dan kematian. Kondisi yang tidak harmonis mencakup
konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan
dan friksi, serta keterbatasan asosiasi. Hubungan dengan orang lain lahir dari
kebutuhan akan keadilan dan kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan
orang lain, rasa takut akan kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan
lain sebagainya. Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan
ataupun mengalami stres, maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis
dan sosial.
a. Maaf dan pengampunan (forgiveness). Menyadari kemampuan untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri seperti marah,
mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan
sedang menghukum serta mengembangkan arti penderitaan dan meyakini
hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan. Dengan pengampunan,
seorang individu dapat meningkatkan koping terhadap stres, cemas,
depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan
perilaku sehat dan perasaan damai.
b. Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support). Keinginan
untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang
positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan
keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional
untuk melawan banyak penyakit.
3. Tuhan. Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan
dipahami dalam kerangka hidup keagamaan, akan tetapi dewasa ini telah
dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan dipahami sebagai
daya yang menyatukan, prinsip hidup atau hakikat hidup. Hubungan dengan
Tuhan Meliputi agama maupun tidak agamais. Keadaan ini menyangkut
16

sembahyang dan berdoa, keikutsertaan dalam kegiatan ibadah, perlengkapan


keagamaan, serta bersatu dengan alam.
4. Lingkungan. Howard menambahkan satu faktor yang berhubungan dengan
spiritualitas. Young mengartikan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu
yang berada di sekitar seseorang. Hubungan dengan alam harmoni merupakan
gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi pengetahuan
tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam
serta melindungi alam tersebut.
a. Rekreasi (Joy). Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam
menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta
kasih. Puchalski menambahkan, dengan rekreasi seseorang dapat
menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan
kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan hal-hal yang dianggap
penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik, olah raga dan
lain-lain.
b. Kedamaian (Peace). Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan
kesatuan. Hamid menambahkan, dengan kedamaian seseorang akan
merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan.
Spiritualitas yang matang akan mengantarkan seseorang bisa menempatkan
diri pada tempat yang sesuai dan melakukan hal yang seharusnya dilakukan,
serta mampu menemukan hal-hal yang istimewa (Ummah, 2016).

2.2.4 Aspek Spiritual


1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian
dalam kehidupan.
2. Menemukan arti dan tujuan hidup.
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam
diri sendiri.
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan Yang Maha
Tinggi.
17

5. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mempertahankan keyakinan dan


kewajiban agama, pengampunan dan rasa percaya pada Tuhan (Azizah,
L.M, 2011)

2.2.5 Karakteristik Spiritual


Untuk memudahkan perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan,
maka perawat mutlak perlu memiliki kemampuan mengidentifikasi atau
mengenal karakteristik spiritual sebagai berikut :
1. Hubungan dengan diri sendiri
a. Kekuatan dalan dan self-reliance
b. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang bisa dilakukannya)
c. Sika (percaya pada diri sendiri, ketenangan fikiran, keselarasan dengan diri
sendiri)
2. Hubungan dengan alam
a. Mengetahui tentang tanaman, margasatwa, iklim
b. Berkomunikasi dengan alam (mengabdikan, melindungi alam)
3. Hubungan dengan orang lain
a. Berbagai waktu, pengetahuan secara timbal balik
b. Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit.
c. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu
kejadian atau penderitaan.
4. Hubungan dengan ketuhanan
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan
spiritualnya apabila mampu :
a. Merumuskan arti personal yang positif, tentang tujuan keberadaannya di
dunia.
b. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu
kejadian atau penderitaan.
c. Dengan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif dan lain
lain.
18

5. Terpenuhi kebutuhan spiritualnya bila mampu :


a. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaan didunia
ini
b. Mengembangkan arti penderitaan dan hikmahnya
c. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya
dan cinta.
d. Membina integritas personal dan merasa diri berharga dan mempunyai
harapan.
e. Merasakan kehidupan yang terarah.
Mengembangkan HAM yang positif (Azizah, L.M, 2011)

2.2.6 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Spiritual


Menurut Taylor, Lillis dan LE Mone (1997) dan Craven dan Hirnk (1996),
faktor penting yang mempengaruhi spiritual adalah :
1. Pertimbangan Tahap Perkembangan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak anak dengan empat agama yang
berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan
bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, sek, agama dan kepribadian
anak.
2. Keluarga
Peran orangtua sangat menentukan dalam perkembangan spiritualitas anak.
Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua tapi apa yang
dipelajari anak mengenai Tuhan.
3. Latar Belakang Etnik dan Budaya
Sikap keyakinan dan dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya.
Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual
keluarga.
4. Pengalaman Hidup Sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi
spiritualitas seseorang. Sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana
seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut.
19

5. Krisis dan Perubahan


Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang (Toth
1993) dan Craven dan Hirnk (1996). Krisis sering dialami ketika seseorang
menghadapi penyakit, penderitaan proses menua, kehilangan bahkan
kematian.
6. Terpisah Dan Ikatan Spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut seringkali membuat individu
merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan
sosial.
7. Isu Moral Terkait Dengan Terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara tuhan
untuk menunjukkan kebesarannya walaupun ada juga agama yang menolak
intervensi pengobatan.
8. Asuhan Keperawatan Yang Kurang Sesuai
Ketika memberikan asuhan keperawatan pada klien, perawat diharapkan
untuk peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan
ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberikan asuhan
spiritual (Azizah, L.M, 2011).

2.2.7 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Keagamaan Lansia :


1. Faktor internal
salah satunya yaitu pengalaman hidup sebelumnya, seorang lansia yang
memiliki pengalaman yang kurang baik akan cenderung memaknai spiritual
yang dianut lebih dalam dibandingkan dengan lansia yang tidak pernah atau
jarang mengalami hal sama, karena itu pengalaman hidup dari lansia sangat
berpengaruh pada kondisi spiritualnya.
2. Faktor eksternal
Terkadang lansia mengalami suatu keputusasaan dengan keadaan yang
melanda, contohnya apabila lansia tersebut mengalami penyakit kronis yang
dapat mengurangi kepercayaan lansia terhadap Tuhannya (Rahmadiliyanii,
Nina dkk, 2014).
20

2.2.8 Manifestasi Perubahan Fungsi Spiritual


Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya
diwaspadai oleh perawat karena mungkin saja klien sedang mengalami masalah
spiritual.
1. Verbalisasi Distres
Individu yang mengalami gangguan spiritual biasanya memverbalisasikan
distres yang dialaminya atau mengekporesikan kebutuhan untuk mendapatkan
bantuan. Biasanya klien meminta perawat untuk berdoa bagi kesembuhannya
atau memberitahukan kepada pemuka agama untuk mengunjunginya.
2. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi
spiritual, klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja
sedang menderita distres spiritual (Azizah, L.M, 2011).

2.2.9 Kehilangan Versus Harapan


Pada klien lansia, perawat perlu mendengarkan dan memberi dukungan
kepada klien yang sedang menghadapi situasi sehat sakit dengan meninjau
kembali pengalaman masa lalunya. Perawat memberikan kesemptan kepada
lansia untuk menggali pengalaman masa lalunya dan memahami pengalaman
lansia tersebut.
Konsep kehilangan masuk kedalam proses penuaan, sejalan dengan
penurunan kumulatif dalam hal mental, fisik, dan sosial. Kehilangan adalah satu
kata yang paling menyimpulkan tentang masalah usia tua yang meliputi
kehilangan pekerjaan, waktu, harga diri, martabat pribadi, kesehatan fisik,
kontak sosial, pendapatan dan lain lain. Dan kehilangan itu sendiri tak dapat
dihindari.
Kehilangan dinyatakan dengan deprivasi yang berkaitan dengan status masa
lalu. Sekalipun intensitas kehilangan tersebut bergantung pada sistem nilai
seorang. Jika frekuensi dan intensitas kehilangan semakin cepat, maka orang
tersebut kurang mampu beradaptasi dan berintegrasi yang oleh karena itu
membahayakan kesehatan mental dan fisiknya. Efek kumulatif dari kehilangan
21

seumur hidup, terutama setelah usia 75 tahun dialami berbagai ketidak


berhargaan dan pengabdian. Burnside menganjurkan penggunaan strategi dan
dukungan “loss-facing” untuk meningkatkan kesejahteraan.
Penyimpanan konsep kehilangan adalah konsep harapan. Harapan
menghilangkan potensi efek katastrofik dari kehilangan kumulatif pada lansia.
Harapan sebagai suatu ekprektasi mengatasi kehilangan yang tidak dapat
dihindari yang terakumulasi dari masa anak anak. Harapan adalah antisipasi
peningkatan status atau terlepas dari perasaan terjebak. Harapan merupakan
kekuatan yang memotivasi, memberi energi yang dapat memindahkan lansia
keluar dari kehilangan yang kacau balau ke tingkat fungsi yang lebih tinggi.
Harapan adalah berkarakteristik esensial dari tahapan integritas Erickson yang
terakhir. Kegagalan harapan akan mempersuram masa tua, kehilangan harapan
memendam cahaya kehidupan (Gibbon) (Azizah, L.M, 2011).

2.2.10 Peran Keperawatan Dalam Spiritualitas


Peran keperawatan dalam meningkatkan spiritualitas lansia/harus bersifat
individual perawat harus bisa memberikan ketengan dan kepuasan batin dalam
hubungan dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama bila klien lanjut
usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan
reaksi yang berbeda tergantung dari kepribadian dan cara mereka menghadapi
hidup ini. Sebab itu, perawat harus meneliti dengan cermat, dimanakah letak
keramahan dan letak kekuatan klien agar perawat selanjutnya akan lebih
terarah.
Dalam hal ini peran perawat antara lain :
1. Pengkajian
Merupakan fungsi perawat yang terpenting. Pengkajian spiritual dan status
saat ini dan menganalisi signifikasi dari hasil tersebut. Data yang diperoleh
digunakan sebagai dasar bagi intervensi keperawatan berikutnya. Pengkajian
yang terampil mencakup mendengarkan dengan penuh perhatian,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan terampil, mengobservasi dengan
penuh pemikiran dan berpikir kritis.
22

2. Teman
Sejalan dengan hilangnya kontrasosial lansia stimulasi mental dan harga diri
mereka juga mengalami penurunan. Perawat yang mengasuh harus
menyediakan waktu untuk lansia, membiarkan mereka menjadi diri mereka
sendiri dan mengenal nilai mereka. Keterampilan yang diperlukan adalah
menunjukkan adanya kasih Tuhan, mendengarkan dengan penuh perhatian,
memulai percakapan yang mengarah pada topic spiritual dan menyediakan
diri secara teratur.
3. Advokat
Peran advokat perawat untuk lansia meliputi pendapatkan sumber sumber
spiritual berdasarkan latar belakang klien yang unik. Hal tersebut dapat
mencakup intervensi untuk kepentingan klien bersama dokternya berkaitan
dengan perpanjangan perawatan medis. Peran advokasi perawat dapat
mencakup menulis surat melalui telpon atau melakukan pendekatan tentang
sebab-sebab yang mempengaruhi kesejahteraan klien.
4. Pemberi Asuhan
Merupakan seorang pengkaji yang cerdik yang tidak hanya melakukan
pengkajian dasar terhadap status spiritual yang menyeluruh tetapi harus
mengkaji klien melalui hubungan. Keterampilan perawat meliputi bersifat
sensitife terhadap kebutuhan yang tidak terungkap, meningkatkan sikap
membantu, mendengarkan adanya distres spiritual dan memberikan
perawatan fisik dan spiritual secara bersamaan.
5. Manajer Kasus
Manajer kasus yang bekerja dengan lansia cenderung mengkoordinasikan
asuhan klien yang rentan memerlukan bantuan karena usia lanjut,
pendapatan rendah, masalah penyakit yang bermacam-macam atau
keterbatasan sistem pendukung. Keterampilan keperawatan khusus yang
diperlukan mencakup mengelola sumber sumber yang terbatas untuk
mendapatkan manfaat yang maksimal mengelola bantuan untuk klien guna
meminimalkan keletihan akan acietas, meningkatkan penerimaan terhadap
bantuan tanpa menjadi ketergantungan dan meningkatkan ikatan asal
komunitas agama seseorang.
23

6. Penelitian
Perawat yang meneliti aspek spiritual harus menjaga hak hak asasi lansia
yang menjadi subyek penelitian. Penyelidikan secara prinsip melibatkan
sikap religius organisasi, sikap religius pribadi dan korelasi aktivitas religius
dengan kesehatan, penyesuaian pribadi dan praktik praktik lain, lebih lanjut
lagi, upaya penelitian spiritualitas belum sepenuhnya dibantu oleh
pemerintah atau sumber pendanaan swasta (Azizah, L.M, 2011).

2.2.11 Pendekatan Spiritual Dilakukan Dengan Cara :


1. Bina hubungan saling percaya dengan lansia
2. Jaga kontak mata dan sentuhan terapeutik agar lansia merasa nyaman saat
berinteraksi dengan perawat
3. Buka ekspresi lansia terhadap kesepian yang dirasakan (merasa tidak
berdaya, keputusasaan, merasa ditinggalkan)
4. Gali penyebab dan apa yang biasa dilakukan lansia ketika muncul perasaan
kesepian. Lalu berikan reinforcement
5. Diskusikan bersama lansia mengenai eksistensi lansia, pemaknaan hidup,
harapan, rasa saling mencintai dan memaafkan, serta tetap menjaga
hubungan baik dengan lansia yang lain)
6. Beri semangat lansia untuk menggunakan sumber-sumber spiritual dalam
mengatasi kesepian yang dirasakan
7. Arahkan lansia untuk melaksanakan aktivitas spiritual
a. Membuat poster yang akan ditempel dikamar berisi tulisan “Sudahkah
saya Sholat?” Disertai gambar orang yang sedang melaksanakan
ibadah sholat.
b. Membuat jadwal rutin aktivitas spiritual
c. Mengajurkan lansia untuk berperan aktif dalam aktivitas keagamaan
seperti ceramah agama (Herliawati, dkk, 2014)
24

2.2.12 Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif dan Maladaptif


Tabel 2.1 Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif dan Maladaptif
Kebutuhan Perilaku Adaptif Perilaku Maladaptif
Rasa Percaya pada diri sendiri dan Tidak nyaman dengan kesadaran
Percaya kesabaran. diri.
Menerima bahwa yang lain Mudah tertipu.
akan mampu memenuhi Tidak mampu untuk terbuka
kebutuhan. dengan orang lain.
Percaya terhadap kehidupan Merasa tidak nyaman berada di
walau terasa berat. lingkungan orang lain.
Keterbukaan terhadap Tuhan. Mengharapkan orang tidak
berbuat baik dan tidak tergantung.
Ingin kebutuhan terpenuhi segera,
tidak bisa menunggu.
Tidak terbuka kepada Tuhan.
Takut terhadap maksud Tuhan.

Kemauan Menerima diri terhadap Merasakan penyesalan sebagai


memberi orang lain yang berbuat suatu hukuman.
maaf salah. Merasa Tuhan sebagai
Tidak mendakwa dan penghukum.
berprasangka buruk. Tidak mampu menerima diri
Memandang penyesalan sendiri.
sebagai sesuatu yang nyata. Menyalahkan diri dan orang lain.
Memaafkan diri sendiri. Merasa bahwa maaf hanya
Memberi maaf orang lain. diberikan berdasarkan perilaku.
Menerima pengampunan dari
Tuhan.
Pandanga yang realistic
terhadap masa lalu.

Keyakinan Ketergantungan dengan Perasaan ambivalens dengan


anugrah Tuhan. Tuhan.
Termotifasi untuk tumbuh. Tidak percaya dengan kekuasaan
Mampu puas dengan Tuhan.
menjelaskan kehidupan Takut kematian dan kehidupan
setelah kematian. setelah mati.
Mengekspresikan kebutuhan Merasa terisolasi dengan
spiritual. kepercayaan masyarakat.
Merasa pahit, frustasi, dan marah
dengan Tuhan.
Nilai, keyakinan dan tujuan hidup
yang tidak jelas.
Konflik nilai.
25

Kebutuhan Perilaku Adaptif Perilaku Maladaptif


Mencintai Mengespresikan perasaan Takut untuk tergantung orang
dan dicintai orang lain dan lain.
keterikatan Tuhan. Menolak kerjasama dengan
Mampu menerima bantuan. tenaga kesehatan.
Menerima diri sendiri. Cemas berpisah dengan keluarga.
Mencari kebaikan dari orang Menolak diri, angkuh atau
lain. mementingkan diri.
Tidak percaya bahwa dirinya di
cintai Tuhan, tidak mempunyai
hubungan rasa cinta dengan
tuhan.
Merasa tergantung.
Merasa jauh dengan Tuhan.
Kreatifitas Minta informasi tentang Mengekspresikan rasa takut
dan harapan kondisi. kehilangan kendali.
Bicara kondisi secara Ekspresi kebosanan.
realistik. Tidak mempunyai visi alternative.
Menggunakan waktu secara Takut terhadap terapi.
konstruktif. Putus asa.
Mencari cara untuk Tidak dapat menolong atau
mengekspresikan diri. menerima diri.
Mencari kenyaman batin Tidak dapat menikmati apapun.
daripada fisik. Menunda keputusan
Mengekspresikan harapan
tentang masa depan.
Arti dan Mengekspresikan kepuasan Ekspresikan tidak ada alasana
tujuan hidup. untuk bertahan hidup.
Menjalankan kehidupan Tidak dapat menerima arti
sesuai dengan sistem nilai. penderitaan yang dialami.
Menggunakan penderitaan Mempertanyakan arti kehidupan.
sebagai cara untuk Bertanya tujuan penyesalan.
memahami diri sendiri. Penyalahgunaan obat atau alcohol
Mengekspresikan arti Bercanda tentang hidup setelah
kehidupan atau kematian. kematian.
Mengekpresikan komitmen
dan orientasi hidup.
Jelas tentang apa yang
penting.
Bersyukur Merasa bersyukur. Mencemaskan yang lalu dan yang
Merasakan anugerah dari akan datang.
Tuhan. Berorientasi pada pencapaian atau
Merasa harmoni dan utuh. produktifitas.
Terpusat pada penyelesaian.
Perfeksionis.
Mencoba lebih keras
Sumber : (Azizah, L.M, 2011)
26

2.2.13 Kerangka Pikir

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual:


1. Pertimbangan Tahap Perkembangan
Keluarga
2. Latar Belakang Etnik dan Budaya
3. Pengalaman Hidup Sebelumnya
4. Krisis dan Perubahan
5. Terpisah Dan Ikatan Spiritual
6. Isu Moral Terkait Dengan Terapi
7. Asuhan Keperawatan Yang Kurang Sesuai

Lansia

Upaya Lansia Dalam


Memenuhi Kebutuhan
Karakteristik Spiritual
Lansia :
1. Berusia lebih
dari 60 tahun Peran Keperawatan Dalam
2. Kebutuhan dan Spiritualitas :
masalah yang
bervariasi dari 1. Pengkajian
rentang sehat
2. Teman
sampai
sakit. 3. Advokat
3. Lingkungan
4. Pemberi Asuhan
tempat tinggal
yang bervariasi. 5. Manajer Kasus
6. Penelitian

Bagan 2.1 Kerangka pikir upaya lansia dalam memenuhi kebutuhan spiritual di
Posyandu Lansia Pandu Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan
Kota Probolinggo
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian atau desain studi dapat didefinisikan sebagai rencana,
struktur dan strategi penyelidikan yang hendak dilakukan guna mendapatkan
jawaban dari pertanyaan atau permasalahan penelitian. Rencana tersebut
merupakan skema atau program lengkap dari sebuah penelitian, mulai dari
penyusunan hipotesis yang berimplikasi pada cara, prosedur penelitian dan
pengumpulan data sampai dengan analisis data (Widi RK dan Kerlinger, 1986
dalam, 2010).
Desain penelitian merupakan sebuah cetak-biru (blueprint) atau rencana
lengkap tentang bagaimana sebuah penelitian akan dijalankan secara lengkap.
Rencana tersebut meliputi variabel-variabel kerja dan bagaimana variabel
tersebut dapat diukur, memilih sampel, mengumpulkan data yang digunakan
untuk uji hipotesis, dan analisis data atau hasilnya (Widi RK, Thyer, 1993
dalam, 2010).
Jadi, pada dasarnya desain penelitian merupakan sebuah rencana
prosedural yang menjadi panduan peneliti untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian secara valid, obyektif, akurat, dan ekonomis. Dengan
kata lain desain penelitian sangat diperlukan oleh peneliti untuk mengarahkan
kerja penelitian agar lebih efektif dan efisien dan tepat sasaran.
Strategi atau pendekatan penelitian yang dipakai dalam Karya Tulis
Ilmiah ini adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan strategi penelitia
case study research yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari responden dan
melakukan studi pada situasi alami.
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna
(perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penenlitian kualitatif. Landasan
teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar focus penelitian sesuai dengan
fakta dilapangan. Selain itu, landasan teori juga bermanfaat untuk

27
28

memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai


pembahasan hasil penelitian.
Penelitian kualitatif jauh lebih subjektif dari pada penelitian kuantitatif
dan menggunakan metode sangat berbeda dari pengumpulan informasi,
terutama individu dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan
grup focus. Sifat dari jenis ini adalah penelitian terbuka dilakukan dalam
jumlah relative kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia Pandu Kelurahan Ketapang
Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

3.2.2. Waktu Penelitian


Tabel 3.1 Jadwal Penyusunan KTI
Bulan
No Kegiatan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
2019 2019 2019 2019 2019 2019
1. Pembuatan Proposal
2. Study Pendahuluan
3. Ujian Proposal KTI
Pelaksanaan
4.
Penelitian
5. Penyusunan Laporan
6. Ujian Hasil Penelitian
7. Perbaikan KTI
8. Pengumpulan KTI

Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 – 18 juni 2019.

3.3. Setting Penelitian


Setting dalam penelitian ini adalah di Posyandu Lansia Pandu Kelurahan
Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.
29

3.4. Subjek Penelitian atau Partisipan


Metode ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi pendekatan
Case Study Research atau studi kasus maka ditetapkan subyek didalam
penelitian ini yang berjudul Upaya Lansia Dalam Memenuhi Kebutuhan
Spiritual di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan. Subyek dalam
penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 tahun ke atas, dimana peneliti
akan mengambil sebanyak 2 subjek dengan kriteria subjek sebagai berikut :
1. Lansia yang berusia 60 tahun keatas
2. Lansia yang tidak terganggu pendengarannya
3. Lansia yang koopeartif
4. Lansia yang berjenis kelamin wanita
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan non
probability sampling dengan pendekatan purposive sampling.

3.5. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan data,
yaitu:
3.5.1. Wawancara
Metode wawancara sering digunakan untuk mendapatkan informasi
dari orang atau masyarakat. Dalam perjalanan hidupnya seseorang dapat
memperoleh informasi melalui berbagai bentuk interaksi dengan orang
lainnya. Setiap interaksi orang-per-orang di antara dua atau lebih individu
dengan tujuan yang spesifik dalam pikirannya disebut sebagai wawancara
(Widi RK, 2013).
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
metode wawancara terstruktur dimana peneliti memberikan pertanyaan
kepada para responden dengan pertanyaan yang isi dan strukturnya telah
ditentukan, dirancang dan ditulis oleh peneliti. Peneliti menggunakan
pertanyaan dengan kalimat dan urutan yang sama dan tercatat dalam daftar
rencana wawancara (interview schedule). Daftar rencana wawancara ini
merupakan instrumen penelitian atau research tools, sedangkan
wawancaranya sendiri merupakan metode pengumpulan data. Wawancara
30

terhadap orang-per-orang bisa dilakukan melalui tatap muka langsung, per


telepon atau peralatan lainnya. Keuntungan wawancara terstruktur ini
adalah diperolehnya informasi yang seragam dari semua responden
sehingga memudahkan dalam melakukan perbandingan. Selain itu juga
tidak terlalu memerlukan kemampuan wawancara yang lebih baik
dibandingkan dengan wawancara tak terstruktur (Kumar, 2005 dalam Widi
RK, 2010).
3.5.2. Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode
observasi. Observasi merupakan salah satu bentuk pengumpulan data
primer. Observasi merupakan suatu cara yang sangat bermanfaat,
sistematik dan selektif dalam mengamati dan mendengarkan interaksi atau
fenomena yang terjadi (Widi RK, 2010).
Dalam penelitian ini, observasi diperlukan untuk dapat memahami
proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap
subyek, perilaku subyek selama wawancara, interaksi subyek dengan
peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan
data tembahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Nursalam (2010) tujuan observasi adalah mendeskripsikan
setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang
yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif
mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
3.5.3. Alat Perekam
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar
peneliti dapat berkonsentrasi pada saat pengambilan data tanpa harus
berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subyek. Dalam
pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah
mendapat ijin dari subyek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat
wawancara berlangsung. Alat perekam yang digunakan pada saat
melakukan penelitian dengan menggunakan handphone oppo A39
Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu:
31

1. Tahap Persiapan Penelitian


Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun
berdasarkan dimensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi subyek, pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-
pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam
wawancara. Pedoman wawancara yang disusun, ditujukan kepada yang
lebih ahli dalam hal ini adalah pembimbing, peneliti membuat
perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri
untuk melakukan wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah
peneliti membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil
observasi terhadap perilaku subyek selama wawancara dan observasi
terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya
terhadap perilaku subyek dan pencatatan langsung yang dilakukan
pada saat peneliti melakukan observasi. Namun apabila tidak
memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah
wawancara.
Peneliti selanjutnya mencari subyek yang sesuai dengan
karakteristik subyek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara
dilaksanakan peneliti bertanya kepada subyek tentang kesiapannya
untuk diwawancarai. Setelah subyek bersedia untuk diwawancarai,
peneliti membuat kesepakatan dengan subyek tersebut mengenai waktu
dan tempat untuk melakukan wawancara.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan
tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang
dibuat. Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahkan hasil
rekaman berdasarkan wawancara dalam bentuk verbatim tertulis.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan interprestasi data
sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode
analisis data diakhir bab ini. Setelah itu, peneliti membuat dinamika
psikologis dan kesimpulan yang dilakukan, peneliti memberikan saran-
saran untuk penelitian selanjutnya.
32

3.6. Metode Uji Keabsahan Data (Uji Triangulasi Sumber)


Studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Empat
kriteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu penelitian
pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah sebagai berikut:
3.6.1. Keabsahan Konstruk (Construct Validity)
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa
yang berikut benar-benar merupakan variable yang ingin diukur.
Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang
tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Ada 4 macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai
keabsahan, yaitu:
1. Triangulasi Data
Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari
satu subyek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
Pada penelitian ini triangulasi data yang digunakan salah satu keluarga
yang hidup satu rumah dengan subyek.
2. Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil
pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi
kasus bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang
memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.
3. Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa
data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini,
berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan
menguji terkumpulnya data tersebut.
4. Triangulasi Metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan metode observasi.
33

Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan triangulasi metode,


yakni dengan cara melakukan wawancara pada saat melakukan penelitian
dan ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan
pada trianggulasi keluarga yang tinggal satu rumah.
3.6.2. Keabsahan Internal
Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa
jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan
interprestasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif
akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian
tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada
kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda.
3.6.3. Keabsahan Eksternal (Eksternal Validity)
Keabsahan eksternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian
dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian
kualitatif memiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, tetapi dapat
dikatakan memiliki keabsahan eksternal terhadap kasus-kasus ini selama
kasus tersebut memiliki konteks yang sama.
3.6.4. Keajegan (Reabilitas)
Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh
penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang
penelitian yang sama sekali lagi.
Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan penelitian
selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan
sekali lagi dengan subyek yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa konsep
kegiatan keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain
penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.
34

3.7. Metode Analisis Data


Marshall dan Rosman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk
proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian
kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan,
diantaranya:
3.7.1. Mengorganisasikan data
Penelitian mendapatkan data langsung dari subyek melalui wawancara
mendalam (indepth interviewer), dimana tersebut direkam dengan tape
recorder dibantu alat tulis lainnya. Kemudian dibuatkan transkipnya
dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk
tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang
agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah didapatkan.
3.7.2. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data,
perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul
diluar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman
wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai
acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini,
peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan
coding, melakukan pemulihan data yang relevan dengan pokok
pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dengan penjelasan singkat,
kemudian dikelompokkan atau dikategorikan berdasarkan kerangka
analisis yang telah dibuat.
Pada analisis ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang
diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman
terhadap hal-hal yang diungkapkan oleh responden. Data yang telah
dikelompokkan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh
dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti
dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi
pada subjek.
35

3.7.3. Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data


Setelah kategori pola dan tergambar dengan jelas, peneliti menguji
data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini.
Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali
berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga
dapat dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan
hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis
tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai
hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada.
3.7.4. Mencari alternatif penjelasan bagi data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
peneliti masuk ke dalam penjelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang
telah didapat dari kaitannya tersebut, penulis merasa perlu mencari sesuatu
alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab
dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang
lain dari analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang
dari asumsi atau tidak terpikir sebelumnya. Pada tahap ini dijelaskan
dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini
akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan, dan saran.
3.7.5. Penulis hasil penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan
suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah
kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulis yang
dipakai adalah persentase data yang didapat, yaitu penulisan data-data
hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan
subjek dan significant other, dibaca berulang sehingga penulis mengerti
benar permasalahnnya, kemudian dianalisis sehingga didapat gambaran
mengenai penghayatan pengalaman dari subyek. Selanjutnya dilakukan
interprestasi secara keseluruhan dimana didalamnya mencakup
keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.
36

3.8. Etika Penelitian


Dalam melakukan penelitian, setelah mendapat rekomendasi dari Stikes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Prodi D-III Kperawatan kemudian
dilanjutkan dengan mengajukan ijin kepada Bakesbangpol untuk
mendapatkan persetujuan. Selanjutnya peneliti mengadakan pendekatan
kepada subyek untuk koordinasi. Setelah disetujui kusioner dikirim ke subyek
yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi:
3.8.1. Informedconsent (Lembar Persetujuan Penelitian)
Lembar persetujuan penelitian diberikan kepada responden.
Tujuannya adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta
dampak yang diteliti selama penumpukan data. Jika subjek bersedia diteliti
maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek menolak
untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
haknya.
3.8.2. Ananomity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data dan kusioner
yang diisi oleh subjek.
3.8.3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh
peneliti.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Subyek Pertama
1. Informasi Umum Subyek
Nama : Ny. H
Usia : 68 Tahun
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Perkerjaan : PNS (Pensiun)
Alamat : Perumahan Kopian Indah
2. Gambaran Umum Subyek Pertama
Subyek Pertama berusia 68 tahun, merupakan ibu dari 3 orang anak
yaitu satu orang laki laki dan dua orang perempuan. Subyek adalah
seorang pensiunan pegawai negeri sipil di salah satu kantor kabupaten
probolinggo. Saat ini subyek berperan sebagai ibu rumah tangga yang
merawat anak dan cucunya, subyek adalah salah satu lansia yang dapat
memenuhi kebutuhan spiritualnya.
3. Pelaksanaan Observasi Subyek
1) Pelaksanaan wawancara hari pertama:
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Juni 2019
Waktu : Jam 16.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. H
Observer : Peneliti
2) Pelaksanaan wawancara hari kedua:
Hari/Tanggal : Minggu, 16 Juni 2019
Waktu : Jam 15.30 WIB
Tempat : Rumah Ny. H
Observer : Peneliti

37
38

4. Hasil Penelitian
a. Observasi Terhadap Subyek
Pada saat dilakukan observasi, subyek berperawakan sedang, kulit
sawo matang tampak sehat. Pada saat peneliti datang kerumah subyek
berpakaian rapi dan bersih. Subyek sedang bersantai dengan anaknya
diruang tamu, kemudian saat peneliti datang subyek mempersilahkan
peneliti masuk rumahnya dan mempersilahkan peneliti duduk. Peneliti
mengatakan maksud dan tujuan akan dilakukan wawancara terhadap
subyek kemudian peneliti melakukan wawancara kepada subyek.
Selama wawancara berlangsung subyek terlihat antusias dan
menjawab semua pertanyaan yang peneliti tanyakan terkait dengan
Upaya Lansia Dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual.
Subyek Pertama berusia 68 tahun, merupakan ibu dari 3 orang
anak satu laki laki dan dua orang perempuan. Subyek adalah seorang
pensiunan pegawai negeri sipil di salah satu kantor kabupaten
probolinggo. Saat ini subyek berperan sebagai ibu rumah tangga yang
merawat anak dan cucunya, subyek adalah salah satu lansia yang dapat
memenuhi kebutuhan spiritualnya. Subyek mengatakan terimakasih
kepada peneliti telah mau menanyakan tentang apa saja upaya lansia
dalam memenuhi kebutuhan spiritual karena menurut subyek spiritual
sangatlah penting untuk mendekatkan dirinya kepada sang pencipta.
b. Observasi Terhadap Setting
Observasi dilakukan di rumah subyek yaitu di ruang tamu karena
tempatnya yang nyaman. Percakapan dilakukan setelah subyek
melakukan kegiatan sehari harinya atau saat subyek santai. Kemudian
peneliti bercakap-cakap dengan responden seperti perkenalan dan
menanyakan kabar, setelah bercakap-cakap dengan responden, peneliti
melakukan kontrak dengan subyek untuk dilakukan wawancara.
39

Karena subyek sedang tidak sibuk, saat itu juga secara spontanitas
subyek siap untuk dilakukan wawancara. Dalam tekhnik wawancara
ini peneliti meminta izin kepada subyek untuk dilakukan perekaman
oleh peneliti tentang pertanyaan dan jawaban dari subjek, agar
menjadi bukti otentik dari peneliti dan subjek sudah melakukan
wawancara sesuai dengan pertanyaan yang sudah dibuat oleh peneliti
dan jawaban dari subyek terkait dengan Upaya Lansia Dalam
Memenuhi Kebutuhan Spiritual.
5. Hasil Wawancara
Tabel 4.1 Hasil Wawancara subyek pertama dan triangulasi
No Petanyaan Subyek Triangulasi
1. Subyek: Saya selalu melakukan Ibu saya biasanya
Apa saja yang anda shalat 5 waktu dan shalat 5 waktu, shalat
lakukan untuk shalat sunnahnya, saya sunna, juga
memenuhi kebutuhan juga mengikuti melaksanakan puasa
spiritual? pengajian rutin tiap wajib dan sunnah,
bulannya, ikut pengajian di RT
Triangulasi: melaksanakan puasa dan mendengarkan
Apa yang dilakukan wajib dan sunah, ceramah di media
lansia untuk mengaji setiap harinya social seperti youtube
memenuhi kebutuhan dan saya juga dan WA.
spiritual? mendengarkan ceramah
melalui WA dan
youtube
2. Subyek: Menurut saya banyak Banyak si mbak
Menurut anda apa sekali manfaat dari manfaat yang
manfaat dari pemenuhan spiritual diketahui ibu tentang
Pemenuhan salah satunya manfaat dari
Kebutuhan Spiritual? mendekatkan diri kita pemenuhan
kepada sang pencipta, kebutuhan spiritual
membuat kita tenang, karena ini merupakan
Triangulasi: membuat kita takut salah satu kebutuhan
Manfaat apa yang akan melakukan hal hal Salah satunya hidup
diketahui lansia untuk yang tidak baik, kita jadi tenang, pasrah
memenuhi kebutuhan juga banyak bersyukur dan bisa lebih banyak
spiritual? dengan apa yang sudah bersyukur.
Allah berikan pada kita
dan lebih bisa
mengontrol emosi.
3. Subyek: Pendapat saya tentang Yang saya ketahui
Bagaimana pendapat pemenuhan spiritual dari ibu, ibu kalau
anda tentang sangat penting. melakukan shalat 5
Pemenuhan Sebaiknya kita lebih waktu itu bukan
40

No Petanyaan Subyek Triangulasi


Kebutuhan Spiritual? banyak mencari ilmu merasa kewajiban tapi
untuk mendekatkan diri ibu itu merasa butuh
Triangulasi: kepada Allah karena dengan shalat 5 waktu
Apa pendapat lansia menurut saya yang di jadi setiap hari
tentang pemenuhan cari sekarang sudah merasa itu
kebutuhan spiritual? bukan dunia melainkan kebutuhannya.
lebih ke akhirat, bekal Menurut ibu juga
apa yang akan kita pemenuhan
bawa nanti jika sudah kebutuhan spiritual
meninggal. Selain itu sangat penting agar
kebutuhan spiritual juga mendekatkan dirinya
sangatlah penting untuk kepada sang pencipta
mendekatkan diri kita
kepada sang pencipta
4. Subyek: Yang mendukung saya Yang mendukung ibu
Siapa yang memberi dalam memenuhi itu keluarga ya mbak
dukungan kepada kebutuhan spiritual seperti anak anaknya
anda untuk memenuhi yang pertama keluarga selalu mengingatkan
kebutuhan spiritual? saya karna ibu
Dalam bentuk apa Alhamdulillah anak Mungkin kita sama
dukungan itu anak saya selalu sama saling tukar
diberikan? mendukung apa yang pendapat satu sama
baik untuk saya. lain, kami juga
Triangulasi: Biasanya bentuk sebagai anak ibu
Siapa yang dukungannya yaitu darimembelikan hp
mendukung lansia nasehat dan saling tukar
android agar mudah
untuk memenuhi pendapat. untuk mendapatkan
kebutuhan spiritual? kajian kajian atau
Dalam bentuk apa ceramah dan biasa
dukungan itu berdiskusi masalah
diberikan? agama
5. Subyek: Jika tidak terpenuhi Kalau yang saya
Apa yang anda misalnya yang biasa ketahui itu ada yang
rasakan jika shalat malam tetapi kurang atau tidak
pemenuhan kebutuhan tidak mengerjakan jadi enak, merasa ada
spiritual itu tidak merasa ada yang kurang beban karena sudah
terpenuhi? dan merasa mempunyai terbiasa melakukan
beban kegiatan spiritual
Triangulasi: sehari harinya.
Apa yang dirasakan
lansia jika pemenuhan
kebutuhan spiritual
tidak terpenuhi
41

6. Triangulasi Pengamat Terhadap Subyek Pertama


Nama : Nn. D
Usia : 41 Tahun
Status : Belum Menikah
Pendidikan : S1
Perkerjaan : PNS
Alamat : Perumahan Kopian Indah

a. Pelaksanaan Wawancara
1) Wawancara Subyek Triangulasi
Hari/ Tanggal : Minggu , 16 Juni 2018
Waktu : 16.30
Tempat : Rumah Ny. H
Wawancara : Peneliti

4.1.2 Subyek Kedua


1. Informasi Umum Subyek
Nama : Ny. Y
Usia : 61Tahun
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Perkerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Perumahan Kopian Indah

2. Gambaran Umum Subyek


Subyek Kedua berusia 61 tahun, merupakan ibu dari 2 orang anak
yaitu satu orang laki laki dan satu orang perempuan. Saat ini subyek
berperan sebagai ibu rumah tangga yang merawat anak dan cucunya,
subyek adalah salah satu lansia yang dapat memenuhi kebutuhan
spiritualnya.
42

3. Pelaksanaan Wawancara dan Observasi


1. Waktu pelaksanaan wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 17 Juni 2019
Waktu : Jam 18.30 WIB
Tempat : Rumah Ny. Y
Observer : Peneliti
2. Waktu pelaksanaan wawancara
Hari/Tanggal : Selasa, 18 Juni 2019
Waktu : Jam 16.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. Y
Observer : Peneliti

4. Hasil Penelitian Subyek


a. Observasi Terhadap Subyek
Pada saat dilakukan observasi, subyek berperawakan pendek,
gemuk, kulit sawo matang tampak sehat dan berkerudung. Pada saat
peneliti datang kerumah subyek, subyek baru selesai memandikan
cucunya, kemudian subyek ganti baju dengan berpakaian rapi dan
bersih. Subyek sedang bersantai dengan cucunya, kemudian saat
peneliti datang subyek mempersilahkan peneliti masuk kerumahnya
dan mempersilahkan peneliti duduk. Peneliti mengatakan maksud dan
tujuan akan dilakukan wawancara terhadap subyek kemudian peneliti
melakukan wawancara kepada subyek. Subyek terlihat diam dan
selalu tersenyum tetapi Selama wawancara berlangsung subyek
terlihat antusias dan menjawab semua pertanyaan yang peneliti
tanyakan terkait dengan upaya lansia dalam memenuhi kebutuhan
spiritual.
Ny. Y berusia 61 tahun, merupakan ibu dari 2 orang anak yaitu
satu orang laki laki dan satu orang perempuan. Saat ini subyek
berperan sebagai ibu rumah tangga yang merawat anak dan cucunya,
subyek adalah salah satu lansia yang dapat memenuhi kebutuhan
spiritualnya. Ny. Y mengataka kepada peneliti senang saat ditanyakan
43

tentang pemenuhan kebutuhan spiritual karena pemenuhan spiritual


sangat berpengaruh terhadap kehidupannya sekarang dan nanti di
akhirat.
b. Observasi Terhadap Setting
Observasi dilakukan di rumah subyek yaitu diruang tamu karena
tempatnya yang nyaman. Percakapan dilakukan setelah subyek
melakukan kegiatan sehari harinya atau saat subyek santai. Kemudian
peneliti bercakap-cakap dengan responden seperti perkenalan dan
menanyakan kabar, setelah bercakap-cakap dengan responden, peneliti
melakukan kontrak dengan subyek untuk dilakukan wawancara.
Karena subyek sedang tidak sibuk, saat itu juga secara spontanitas
subyek siap untuk dilakukan wawancara. Dalam tekhnik wawancara
ini peneliti meminta izin kepada subyek untuk dilakukan perekaman
oleh peneliti tentang pertanyaan dan jawaban dari subjek, agar
menjadi bukti otentik dari peneliti dan subjek sudah melakukan
wawancara sesuai dengan pertanyaan yang sudah dibuat oleh peneliti
dan jawaban dari subyek terkait dengan upaya lansia dalam memenuhi
kebutuhan spiritual.
5. Hasil wawancara
Tabel 4.2 Hasil Wawancara subyek kedua dan triangulasi
No Petanyaan Subyek Triangulasi
1. Subyek: Yang sudah saya Ibu saya biasa
Apa saja yang anda lakukan seperti mengikut
lakukan untuk memenuhi mengikuti pengajian pengajian rutin
kebutuhan spiritual? tiap bulan, tiap 2 minggu
mendengarkan sekali di RT dan
Triangulasi: pengajian di youtube, mendengarkan
Apa yang dilakukan lansia shalat 5 waktu dan ceramah di media
untuk memenuhi kebutuhan shalat sunnah, social seperti
spiritual? mengaji. youtube.

2. Subyek: Menurut saya banyak Sepertinya banyak


Menurut anda apa manfaat sekali manfaat dari mbak manfaat
dari Pemenuhan Kebutuhan pemenuhan spiritual yang diketahui ibu
Spiritual? karena kita bisa tentang manfaat
mendekatkan diri kita dari pemenuhan
44

No Petanyaan Subyek Triangulasi


kepada Allah, dari kebutuhan
Triangulasi: mendengarkan spiritual. Seperti
Manfaat apa yang diketahui pengajian kita bisa hati menjadi
lansia untuk memenuhi mendapatkan ilmu tenang, kita juga
kebutuhan spiritual? ilmu baru, membuat dapat ilmu ilmu
hati tenang kita juga baru dari
banyak bersyukur pengajian yang
dengan apa yang biasa didengarkan.
sudah Allah berikan
pada kita.
3. Subyek: Menurut saya tentang Menurut ibu itu
Bagaimana pendapat anda pemenuhan spiritual pemenuhan
tentang Pemenuhan sangat penting karena kebutuhan
Kebutuhan Spiritual? jika memenuhi spiritual sangat
kebutuhan spiritual penting karena ibu
Triangulasi: maka dekatlah kita selalu mengatakan
Apa pendapat lansia kepada sang pencipta kepada saya kita
tentang pemenuhan dan kita akan lebih hidup didunia
kebutuhan spiritual? banyak mengingat hanya hanya
kematian. sementara jadi
kebutuhan
spiritual itu
penting agar hidup
kita bermanfaat
dan tidak sia sia.
4. Subyek: Yang mendukung Yang biasa
Siapa yang memberi saya dalam memenuhi mendukung ibu itu
dukungan kepada anda kebutuhan spiritual keluarga ya mbak
untuk memenuhi kebutuhan terutama dari keluarga seperti anak
spiritual? Dalam bentuk saya dan teman teman anaknya selalu
apa dukungan itu saya. Dukungan yang mengingatkan ibu
diberikan? diberikan biasanya dan saling sharing
saling mengingatkan satu sama lain. Ibu
Triangulasi: satu sama lain mana juga sering
Siapa yang mendukung yg baik mana dan kumpul kumpul
lansia untuk memenuhi mana yang buruk. dengan teman
kebutuhan spiritual? Dalam untuk mengikuti
bentuk apa dukungan itu pengajian disekitar
diberikan? rumah
5. Subyek: Yang saya rasaka jika Kalau yang saya
Apa yang anda rasakan jika tidak terpenuhi itu tau itu ibu merasa
pemenuhan kebutuhan rasanya ada yang sepi mbak soalnya
spiritual itu tidak kurang nak, jadi ibu biasa
terpenuhi? bagaimana caranya mendengarkan
supaya saya selalu ceramah ceramah
bisa melakukan di media sosial,
45

No Petanyaan Subyek Triangulasi


Triangulasi: kegaiatan spiritual jika tidak
Apa yang dirasakan lansia tersebut. mendengarkan
jika pemenuhan kebutuhan rasanya ada yang
spiritual tidak terpenuhi kurang

6. Triangulasi Pengamat Terhadap Subyek Kedua


Informasi Umum Subyek Triangulasi Kedua
Nama : Ny. V
Usia : 28 Tahun
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Perkerjaan : Swasta
Alamat : Perumahan Kopian Indah
a. Pelaksanaan Wawancara
1) Wawancara Subyek Triangulasi
Hari/Tanggal : Selasa, 18 Juni 2019
Waktu : 16.30
Tempat : Rumah Ny. Y
Wawancara : Peneliti

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitan dengan menggunakan tekhnik wawancara
secara langsung dan observasi yang telah dilakukan kepada responden di
Perumahan Kopian Indah, didapatkan:
Subyek pertama yaitu Ny. H dengan latar belakang seorang ibu rumah
tangga yang tinggal di perumahan kopian indah menyatakan bahwa
pemenuhan spiritual sangat penting. Sebaiknya kita lebih banyak mencari
ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah karena menurut saya yang di cari
sekarang sudah bukan dunia melainkan lebih ke akhirat, bekal apa yang
akan kita bawa nanti jika sudah meninggal. Selain itu kebutuhan spiritual
juga sangatlah penting untuk mendekatkan diri kita kepada sang pencipta
Subyek kedua yaitu Ny. Y dengan latar belakang seorang ibu rumah
tangga yang tinggal di perumahan kopian indah, menyatakan bahwa
46

Menurut saya tentang pemenuhan spiritual sangat penting karena jika


memenuhi kebutuhan spiritual maka dekatlah kita kepada sang pencipta dan
kita akan lebih banyak mengingat kematian.
Berdasarkan teori Kebutuhan spiritual merupakan suatu kebutuhan
untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi
kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan, mencintai, serta menjalin hubungan penuh rasa percaya
dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mencari arti
tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta untuk
memberikan maaf.
Kebutuhan spiritual pada lanjut usia adalah kebutuhan untuk memenuhi
kenyamanan, mempertahankan fungsi tubuh dan membantu untuk
menghadapi kematian dengan tenang dan damai. Lingkup asuhannya berupa
preventif dan caring. Preventif merupakan upaya yang dilakukan dengan
mengadakan penyegaran dan pengajian. Caring merupakan suatu upaya
yang dilakukan dalam kegiatan spiritual lansia untuk saling belajar
menerima keadaan, dan memberikan dukungan, spirit untuk bisa menerima
ketika menghadapi kematian. Kebutuhan keperawatan gerontik adalah
memperoleh kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima
kondisinya dan menghadapi ajal.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan dari teori yang
didapat, peneliti berpendapat bahwa kebutuhan spiritual sangatlan penting
sebagai keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta. Karena jika dapat memenuhi kebutuhan spiritual maka
hidup akan memiliki banyak arti, akan lebih banyak bersyukur dengan apa
yang sudah Tuhan kita berikan, selalu merasa mencintai dan dicintai serta
hidup menjadi tenang. Perkembangan spiritual yang matang akan membantu
lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, serta
merumuskan arti dan tujuan keberadaannya di dunia.
Kebutuhan spiritual pada usia lanjut adalah kebutuhan untuk memenuhi
kenyamanan, mempertahankan fungsi tubuh dan membantu untuk
menghadapi kematian dengan tenang dan damai. Lingkup asuhannya berupa
47

preventif dan caring. Preventif merupakan upaya yang dilakukan dengan


mengadakan penyegaran dan pengajian. Caring merupakan suatu upaya
yang dilakukan dalam kegiatan spiritual lansia untuk saling belajar
menerima keadaan, dan memberikan dukungan, spirit untuk bisa menerima
ketika menghadapi kematian. Kebutuhan keperawatan gerontik adalah
memperoleh kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima
kondisinya dan menghadapi ajal.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari kedua subyek tersebut yaitu upaya yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual adalah dengan cara
memperteguh kepercayaannya kepada Tuhan, Selalu memberi maaf kepada
orang lain, Termotivasi untuk melakukan kegiatan spiritual yaitu dengan
cara melaksanakan ibadah diantaranya shalat 5 waktu dan shalat sunnah,
mengikuti pengajian rutin, melaksanakan puasa wajib dan sunah, mengaji,
bersholawat, dan mendengarkan tausiah melalui media social atau youtube.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis diatas, maka peneliti memberikan beberapa
saran yang berkaitan upaya lansia dalam memenuhi kebutuhan spiritual :
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada pelayanan kesehatan agar dapat memberikan
pengarahan, khususnya kepada lansia tentang apa manfaat dan
pentingnya kebutuhan spiritual sehingga lansia dapat memahami
betapa pentingnya mendekatkan dirinya kepada sang pencipta.
5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, khususnya sistem
religius bagi lansia, dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan yang
menyeluruh dan mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan kebutuhan spiritualnya seperti pengajian.
5.2.3 Bagi Lahan Penelitian
Diharapkan untuk bisa memberikan jadwal kegiatan seperti
pengajian rutin agar spiritual tetap terjaga.

48
49

5.2.4 Bagi Subyek


Subyek sebaiknya mempertahankan keyakinannya dan selalu
menjadikan kebutuhan spiritual adalah salah satu kebutuhan yang
wajib di miliki oleh setiap manusia. Salah satunya dengan selalu
melakukan apa yang di perintahkan oleh Tuhan dan bersyukur atas
apa yang diberikan Tuhan kepada hambanya.
5.2.5 Bagi Peneliti
Bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat menindaklanjuti dari
hasil penelitian ini dengan mencari sebab yang melatarbelakangi atau
mempengaruhi upaya lansia dalam memenuhi kebutuhan spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Azizah Lilik Ma’rifatul, 2011. ‘Keperawatan Lanjut Usia’ Ed 1. Graha Ilmu;


Yogyakarta

Britani Christian Wiga,’Kesehatan Spiritual Lanjut Usia Di Getasan Dan Panti


Wredha Salib Putih Salatiga’.
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15941/2/T1_462013050_Fu
ll%20text.pdf

Destarina,V, Agrina, & Dewi,Y,I, 2014, ‘Gambaran Spiritualitas Lansia Di Panti


Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru’, (JOM PSIK VOL.1
NO.2).
https://media.neliti.com/media/publications/186091-ID-gambaran-
spiritualitas-lansia-di-panti-s.pdf

Herliawati, Maryatun Sri & Herawati Desti, 2014,’ Pengaruh Pendekatan Spiritual
Terhadap Tingkat Kesepian Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Warga Tama Kelurahan Timbangan Kecamatan Indralaya Utara’,(
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014)’
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/view/2338

Karomah, N, N, 2015, ‘Hubungan Tingkat Spiritual Dengan Kecemasan Terhadap


Kematian Pada Lansia Yang Memiliki Penyakit Kronis’.
http://eprints.undip.ac.id/51789/

Maryam, R.S, Ekasari, M.F, Rosidawati, dkk, 2012,’Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya’. Jakarta : Salemba Medika.
https://scholar.google.co.id/citations?user=qTPP7RcAAAAJ&hl=id

Naftali Ananda Ruth, 2017,’Kesehatan Spiritual dan Kesiapan Lansia dalam


Menghadapi Kematian’.
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15942/2/T1_462013066_Fu
ll%20text.pdf

Nasihah Durrotun, 2017,’ Pembinaan Kecerdasan Spiritual Santri Lansia (Lanjut


Usia) Di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri’.
http://eprints.iain-surakarta.ac.id/1079/

Nur Salam.,2010,’ Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis’ Jakarta :


Salemba Medika.
Rahmadiliyanii N, Noorlatifah & Oktami, R, S, 2014, ’Hubungan Minat Terhadap
Motivasi Lansia Dalam Menjalankan Kegiatan Spiritual’, (Jurkessia,Vol.V,
No.1).
https://journal.stikeshb.ac.id/index.php/jurkessia/article/view/48

Stanley, M, & Beare, P, G, 2006, ‘Buku Ajar Keperawatan Gerontik’, EGC,


Jakarta.

Taqwa, N, 2016, ’Gambaran Tingkat Kecerdasan Spiritual Pada Lansia Di


Kelurahan Pudak Payung’.
http://eprints.undip.ac.id/50012/1/ARTIKEL_NURUL_TAQWA_22020112
110114.pdf

Ummah, A, C, 2016, ‘Hubungan Kebutuhan Spiritual Dengan Kualitas Hidup


Pada Lansia Di Panti Wredha Kota Semarang’.
http://eprints.undip.ac.id/49604/

Widi, RK.,2010, ‘Asas Metodologi Penelitian Sebuah Pengenalan Dan Penuntun


Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian’ Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 6

SURAT PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN

Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat
penelitan yag berjudul Upaya Lanjut Usia Dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual
Di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

Saya mengerti bahwa saya akan menjadi obyek dalam penelitian ini, dan
saya juga mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan merugikan saya.

Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian ini akan di


rahasiakan termasuk mengenai informasi identitas saya juga tidak akan di tulis
pada instrument penelitian.

Saya mengerti bahwa saya juga berhak menolak atau mengundurkan diri
dalam penelitian ini setiap saat tanpa ada sanksi dan hak-hak saya.

Saya telah di beri kesempatan untuk bertanya mengenai penelitia ini atau
mengenai peran saya dalam penelitian ini dan telah mendapatkan jawaban yang
memuaskan dari peneliti. Saya secara suka rela dan sadar bersedia menjadi obyek
penelitian dengan menandatangani surat persetujuan ini.

Probolinggo, 15 Juni 2019

Peneliti Responden
Lampiran 7
Lampiran 8

PEDOMAN WAWANCARA

“UPAYA LANJUT USIA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN


SPIRITUAL DI KELURAHAN KETAPANG
KECAMATAN KADEMANGAN
KOTA PROBOLINGGO”

A. PENDAHULUAN
1. Memberi salam memperkenalkan diri,
Nama saya Arika Firdaus, Asal Perumahan Kopian Timur, Mahasiswa
stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan.
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara.
Tujuannya disini adalah melakukan wawancara dan atau Tanya jawab
untuk mengetahui apa saja upaya lansia dalam memenhi Kebutuhan
Spiritual .
3. Menjelaskan tentang kerahasian informan.
Identitas yang informan berikan akan kami rahasiakan dan hanya di
gunakan untuk kepentingan pendidikan mohon kesediannya untuk
member informasi yang terbuka tanpa ada yang di tutup-tutupi. Setelah
selesai penelitian hasil rekaman akan kami hapus.
4. Mempersiapkan alat perekamnya dan setelah siap minta ijin
menyalakan alat perekamnya.
5. Selanjutnya peneliti mulai melakukan wawancara dengan information.

B. DATA UMUM
Hari/tanggal/jam :
Tempat :
Karakteristik Informasi Ibu :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Suku :
Agama :
Pendapat Keluarga :
C. PERTANYAAN YANG DIAJUKAN PADA PARTISIPAN
1. Apa saja yang anda lakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual?
2. Menurut anda apa manfaat dari Pemenuhan Kebutuhan Spiritual?
3. Bagaimana pendapat anda tentang Pemenuhan Kebutuhan Spiritual?
4. Siapa yang memberi dukungan kepada anda untuk memenuhi
kebutuhan spiritual? Dalam bentuk apa dukungan itu diberikan?
5. Apa yang anda rasakan jika pemenuhan kebutuhan spiritual itu tidak
terpenuhi?
D. PERTANYAAN YANG DIAJUKAN PADA TRIANGGULASI
1. Apa yang dipahami lansia tentang pemenuhan kebutuhan spiritual?
2. Apa yang sudah lansia lakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual?
3. Manfaat apa yang diketahui lansia untuk memenuhi kebutuhan
spiritual?
4. Siapa yang mendukung lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual?
Dalam bentuk apa dukungan itu diberikan?
5. Apa yang dirasakan lansia jika pemenuhan kebutuhan spiritual tidak
terpenuhi ?
Lampiran 9

MAPPING JURNAL

Nama : Arika Firdaus

NIM : 14401.15.16004

Judul Proposal : UPAYA LANSIA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SPIRITUAL DI KELURAHAN KETAPANG
KECAMATAN KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO

Pembimbing : Dr. H. Nur Hamim, SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

Nama Peneliti,
N0 Tahun, Judul , Tujuan Metode Teori/ Konsep Hasil Kesimpulan
Publish
1 Nina Penelitian ini Jenis Hubungan Hasil yang didapat Kesimpulannya adalah Dengan
Rahmadiliyanii, bertujuan penelitian ini Minat Terhadap yaitu minat lansia meningkatnya motivasi dalam
Noorlatifah, Rika untuk adalah Motivasi Lansia melakukan beribadah sehingga
mengetahui penelitian Dalam kegiatan spiritual lanjut usia lebih aktif mengikuti
Sertiana Oktami,
hubungan metode Menjalankan kebanyakan positif kegiatan keagamaan seperti
2014 antara minat analitik Kegiatan (59,6%), motivasi ceramah, doa dan memiliki
Hubungan terhadap dengan Spiritual lansia dalam interpretasi yang lebih baik dari
Minat Terhadap motivasi lansia rancangan Di Panti Sosial melakukan kehidupan mereka sendiri.
Motivasi Lansia
Dalam dalam cross Tresna Werdha kegiatan spiritual
Menjalankan melakukan sectional. Budi Sejahtera kebanyakan kurang
Kegiatan kegiatan Banjarbaru (73,1%). Ada
Spiritual spiritual di korelasi yang
Di Panti Sosial Residence Of signifikan antara
Tresna Werdha Tresna Werdha bunga
Budi Sejahtera Budi Sejahtera, terhadap motivasi
Banjarbaru. lansia dalam
Banjarbaru
melakukan
kegiatan spiritual di
kediaman Tresna
Werdha
Budi Sejahtera
Banjarbaru pada
tahun 2013 (p =
0,003)
2 Karina Dinda Tujuan Desain Peran Didapatkan hasil 5 Kesimpulan yang didapatkan
Kinasih, penelitian ini penelitian ini Pendampingan (50%) pasien lansia adalah Data didapat dengan
Aries adalah untuk adalah cross Spiritual merasa putus asa menggunakan observasi dan
Wahyuningsih kuisioner. Data-data tersebut
menganalisa sectional Terhadap karena penyakit
2012 dianalisa menggunakan uji
hubungan dengan Motivasi yang dialami dan Spearman Rho dengan tingkat
Peran antara peran populasi Kesembuhan pasrah pada proses signifikansi α ≤ 0,05. Peran
Pendampingan pendampingan seluruh Pada Pasien pengobatan, 3 pelayanan spiritual berhubungan
Spiritual spiritual dan pegawai Lanjut Usia (30%) pasien lansia dengan motivasi penyembuhan
Terhadap motivasi bagian merasa optimis pada pasien usia lanjut di bangsal
Motivasi penyembuhan spiritual dan dapat sembuh Rumah Sakit Baptis Kediri.
Kesembuhan pasien usia pasien lanjut kembali dan pasrah
Pada lanjut di usia di rawat pada proses
PasienLanjut bangsal Rumah inap Rumah pengobatan, 2
Usia Sakit Baptis Sakit Baptis (20%) pasien lansia
Kediri. Kediri. merasa optimis
dapat sembuh
kembali dan
bersedia berperan
aktif dalam proses
pengobatan.
3 Vera Destarina, Tujuan Penelitian ini Gambaran Hasil penelitian Kesimpulan dari penelitian
Agrina, Yulia penelitian ini menggunakan Spiritualitas menunjukkan ini adalah pendekatan
Irvani Dewi adalah untuk metode Lansia Di Panti bahwa 59,0% kultural spiritual tepat
2014 Sosial Tresna
mendeskripsik deskriptif lansia memiliki dilakukan agar masa tua
Gambaran Werdha
Spiritualitas an spiritualitas sederhana. Khusnul spiritualitas tinggi dapat dimaknai dengan
Lansia Di Panti di kediaman Khotimah dan 41,0% lansia positif dan masyarakat
Sosial Tresna sosial Khusnul Pekanbaru memiliki lanjut usia tidak dianggap
Werdha Khotimah spiritualitas rendah. lagi sebagai kaum
Khusnul minoritas melainkan
Khotimah bagian individu yang
Pekanbaru
mempunyai nilai
kemanfaatan yang tinggi
dalam kehidupan.
4 Athurrita Choirru Tujuan dalam Desain Hubungan Hasil uji statistika Kesimpulan apakah ada hubungan
Ummah penelitian ini penelitian ini Kebutuhan dengan uji chi antara kedua variabel dapat
2016 adalah adalah Spiritual square diketahui dengan melihat nilai
mengetahui
Hubungan kuantitatif Dengan menunjukkan probabilitas (p valoue), apabila
hubungan
Kebutuhan kebutuhan non- Kualitas Hidup bahwa terdapat nilainya <0,05 maka H0 ditolak
Spiritual Dengan spiritual eksperimental Pada Lansia Di hubungan yang dan Ha diterima, yang berarti
Kualitas Hidup dengan yang bersifat Panti Wredha signifikan antara tidak terdapat hubungan antara
Pada Lansia Di kualitas hidup deskriptif Kota Semarang kebutuhan spiritual kedua variable.
Panti Wredha pada lansia di korelasional dengan kualitas
Kota Semarang panti wredha dengan hidup pada lansia
kota Semarang.
pendekatan di panti wredha
cross kota Semarang (p
sectional. value = 0,001; p
value < 0,05).

5. Nia Nurul Penelitian ini Penelitian ini Hubungan hasil wawancara Kesimpulannya adalah
Karomah bertujuan merupakan Tingkat yang dilakukan Perkembangan spiritual yang
2015 untuk jenis Spiritual kepada 4 lansia di matang pada lansia akan
Dengan
Hubungan mengetahui penelitian puskesmas membantu menghadapi dan
Kecemasan
Tingkat hubungan kuantitatif Halmahera pada menerima kenyataan, berperan
Terhadap
Spiritual Dengan antara tingkat non tanggal 20 Maret aktif dalam kehidupan, maupun
Kematian Pada
Kecemasan
spiritual eksperimen Lansia Yang 2015, mereka merumuskan arti dan tujuan
Terhadap
dengan tingkat dengan Memiliki menganggap bahwa keberadaannya di dalam
Kematian Pada
kecemasan menggunakan Penyakit Kronis pembicaraan hidupnya, rasa percaya diri,
Lansia Yang
Memiliki terhapap desain tentang kematian mampu membina integritas
Penyakit Kronis kematian pada correlation merupakan hal personal dan merasa dirinya
lansia study dengan yang menakutkan berharga, merasakan kehidupan
pendekatan dan tabu, lansia yang terarah terlihat melalui
cross- terkadang merasa harapan, serta mampu
sectional. gelisah bila mengembangkan hubungan antara
mendengar berita manusia yang positif
seseorang yang
seusia denganya
meninggal. Selain
itu ketika lansia
ditanya perasaan
lansia saat
mengingat
kematian, 2 lansia
mengatakan akan
merasa takut,
gelisah, merasa
khawatir, terkadang
gemetar, dan
mengalami susah
tidur. Sebanyak 2
lansia juga
mengatakan bahwa
mereka pasrah
kepada Tuhan
tentang datangnya
kematian dan
mereka memilih
mempersiapkan
kematian dengan
memperbanyak
ibadahnya.
6. Nurul Taqwa Penelitian ini Jenis Gambaran Hasil penelitian Kesimpulan penelitian ini adalah
2016 bertujuan penelitian Tingkat menggambarkan 158 lansia (64.0%) di Kelurahan
Gambaran untuk yang Kecerdasan 158 responden Pudak Payung memiliki tingkat
Tingkat mengetahui digunakan Spiritual Pada (64.0%) memiliki kecerdasan spiritual sedang.
Kecerdasan gambaran adalah Lansia Di tingkat kecerdasan Lansia diharapkan mampu
Spiritual Pada tingkat kuantitatif Kelurahan spiritual sedang meningkatkan spiritualnya dengan
Lansia Di kecerdasan dengan Pudak Payung memenuhi kebutuhan spiritual,
Kelurahan spiritual pada metode seperti beribadah kepada Tuhan,
Pudak Payung lansia di penelitian dan berbuat baik pada orang
Kelurahan deskriptif sekitar.
Pudak Payung
Banyumanik
Semarang.
7. Herliawati, Sri Penelitian ini Jenis Pengaruh Berdasarkan Perawat dapat menggunakan
Maryatun, Desti bertujuan penelitian ini Pendekatan analisis pendekatan spiritual dalam bentuk
Herawati 2014 untuk adalah Spiritual menggunakan uji asuhan keperawatan spiritual
Pengaruh mengetahui penelitian pre- Terhadap Marginal yang bermanfaat dalam
Pendekatan pengaruh eksperimental Tingkat Homogeneity mendukung dan membantu lansia
Spiritual pendekatan dengan Kesepian dengan tingkat menjalani hidup yang lebih
Terhadap spiritual menggunakan Pada Lanjut kemaknaan α = berkualitas.
Tingkat terhadap desain one Usia Di Panti 0,05
Kesepian tingkat group pre Sosial Tresna diperoleh nilai p
Pada Lanjut kesepian lanjut test-post test, Werdha Warga sebesar 0,000.
Usia Di Panti usia sebelum yang Tama Hasil ini
Sosial Tresna dan setelah dilakukan Kelurahan menunjukkan
Werdha Warga diberikan selama 3 Timbangan bahwa p value
Tama pendekatan minggu mulai Kecamatan (probabilitas) ≤
Kelurahan spiritual. tanggal 4-25 Indralaya Utara 0,05 yang berarti
Timbangan juni 2012. terdapat perbedaan
Kecamatan tingkat kesepian
Indralaya Utara sebelum dan
setelah pendekatan
spiritual dan ini
menunjukkan
adanya
pengaruh
pendekatan
spiritual terhadap
tingkat kesepian.
8. Durrotun Nasihah Tujuan dari Penelitian ini Pembinaan Hasil penelitian Berdasarkan pada hasil penelitian
2017 Pembinaan penelitian ini menggunakan Kecerdasan menunjukkan mengenai “Pembinaan
Kecerdasan adalah untuk metode Spiritual Santri bahwa pembinaan Kecerdasan Spiritual Santri
Spiritual Santri mendeskripsik penelitian Lansia (Lanjut kecerdasan spiritual Lansia di Pondok Pesantren
Lansia (Lanjut an proses kualitatif Usia) Di santri lansia di Raudlatul Ulum Kencong Kepung
Usia) Di Pondok pembinaan karena dengan Pondok Pondok Pesantren Kediri” maka dapat disimpulkan
Pesantren kecerdasan metode Pesantren Raudlatul Ulum bahwa, pembinaan kecerdasan
Raudlatul Ulum spiritual pada kualitatif bisa Raudlatul Ulum Kediri dilakukan spiritual pada santri lansia di
Kencong santri lansia di berkomunikas Kencong melalui kegiatan- pondok pesantren lansia Raudlatul
Kepung Kediri Pondok i secara Kepung Kediri kegiatan Ulum, yaitu dengan pemberian
Pesantren langsung keagamaan bimbingan, arahan, pemahaman
Raudlatul dengan terkait pengetahuan agama,
Ulum Kencong subyek dan maupun kegiatan keagamaan yang
Kepung Kediri informan, dilakukan

9. Christian Wiga Tujuan dari Penelitian ini Kesehatan Hasil penelitian ini Berdasarkan temuan dan bahasan
Britani 2017 penelitian ini menggunakan Spiritual Lanjut adalah diatas, dapat disimpulkan bahwa
Kesehatan adalah untuk metode Usia Di Getasan ditemukannya 6 kesehatan spiritual lansia yang
Spiritual Lanjut mendeskripsik kualtiatif Dan Panti kategori yang tinggal di panti maupun di rumah
Usia Di Getasan an kesehatan dengan disain Wredha Salib berkaitan dengan memiliki pemaknaan yang sama
Dan Panti spiritual lansia studi Putih Salatiga kesehatan spiritual tetapi juga ada yang berbeda
Wredha Salib yang berada di komparatif partisipan, yaitu
Putih Salatiga rumah dan yang konsep sehat sakit,
yang berada di dilakukan di agama, harapan
panti. desa Batur dalam hidup,
kecamatan keterikatan antara
Getasan dan diri sendiri, orang
Panti Wredha lain dan
Salib Putih lingkungannya,
Salatiga pada kepercayaan
bulan kepada Tuhan dan
Februari makna hidup dalam
hingga Maret dunia
2017
10 Ananda Ruth Tujuan Penelitian ini Kesehatan Hasil penelitian Dari hasil penelitian ini dapat
Naftali 2017 penelitian ini menggunakan Spiritual dan menunjukkan disimpulkan bahwa kesehatan
Kesehatan adalah metode Kesiapan bahwa kesehatan spiritual dan kesiapan lansia
Spiritual dan mendeskripsik kualitatif Lansia dalam spiritual dalam menghadapi kematian
Kesiapan Lansia an kesehatan dengan tipe Menghadapi dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh makna hidup,
dalam spiritual dan fenomenologi Kematian makna hidup, konsep agama dan ketuhanan,
Menghadapi kesiapan lansia deskriptif konsep agama dan interaksi sosial, konsep sehat
Kematian dalam serta desain ketuhanan, sakit, kesejahteraan dan
menghadapi studi in*Pteraksi sosial, spiritualitas, serta kesiapan
kematian, baik komparasi konsep sehat sakit, menghadapi kematian.
lansia yang kesejahteraan dan
berada di Panti spiritualitas, serta
Wredha Salib kesiapan
Putih Salatiga, menghadapi
maupun lansia kematian.
yang tinggal
bersama
keluarganya di
Dusun Dukuh,
Getasan.
Lampiran 11

TRANSKIP HASIL WAWANCARA UTUH

1. Pertanyaan dan Jawaban Subyek Pertama

P : Assalamualaikum mbah
S : Waalaikumsalam nak
P : mbah perkenalkan nama saya arika, saya dari genggong mbah jadi
disini saya mau melakukan wawancara. Topic wawancaranya disini
tentang spiritual atau keagamaan mbah sehari harinya giman. Jadi apa
yang mbah lakukan untuk melakukan spiritualnya bisa diceritakan
sedikit
S : oh iya nak rika terimakasih sudah bertanya memang seusia mbah ini sudah
usia 68 jadi pedomannya mbah ingin semakin dekat kepada Allah, jadi waktu
mudanya mbah ini kurang didalam bidang agama jadi seolah olah mbah ingin
menebus yang kurang kurang dulu itu bisa terpenuhi semaksimal mungkin
selama mbah ini masih ada kesempatan dan diberi kesempatan untuk
bertaubat maka mbah ini ingin lebih dekat kepada Allah jadi yang sehari
harinya memang mbah ini ingin selalu ingat kepada Allah dengan jalan mbah
ini melaksanakan apa yang menjadi syariat dari pada agama seperti ya kalau
shalat wajib ya pasti nah yang menjadi wajib itu masih mbah tambah dengan
sunnah sunnahnya seperti melaksanakan shalat sunnah terus puasa. Selain
puasa wajib mbah juga melaksanakan puasa sunnah disamping itu mbah juga
menambah nambahkan amalan lain seperti ngaji, ikut pengajian apa namanya
rutinitasnya mbah ini selalu zikir ingin mengingat kepada Allah. Jadi mulai
pagi mbah ini ingin mengingat Allah dengan cara itu, jadi apapun yang
menjadi sunnah berusaha untuk dipenuhin. Katakana seperti shalat, shalat
wajib mbah ini tidak ingin telat inginnya tepat kalau dulu mbah mungkin
biasa telat telat sekarang mbah usahakan paling tidak harus tepat waktu selain
itu mbah tambahkan shalat shalat lainnya seperti tahajud, seperti rawatib,
seperti shalat duha kemudian seperti puasa gitu juga selain puasa wajib mbah
juga melaksanakan puasa seperti barusan ini ada puasa syawal sudah slesai,
senin kamis, ini sekarang mbah rintis mau mengikuti puasa daud ya mudah
mudahan apa yang mbah laksanakan ini bisa di terima sama Allah dan
menjadi bekal nanti kalau mbah kembali kepada Allah.
P :Amin amin, Alhamdulillah mbah selain kewajibannya mbah sudah
menjalankan sunnahnya juga ?
S : iya saya usahakan untuk selalu bisa menjalankan keduanya, sunnah maupun
wajib
P : Setiap harinya banyak ya mbah kegiatannya tentang keagamaanya?
S : iya Alhamdulillah, di samping pengetahuan itu mbah juga banyak masih ikut
pengajian pengajian katakanlah di RT ada pengajian saya ikuti juga pengajian
rutin, kalau ada kajian mbah juga sempat di luar RT ini mbah juga ikut
P : untuk menambah ilmu nggeh mbah ?
S : iya, di samping itu mbah sudah tua ya kegiatan itu ndak selalu terpenuhi jadi
itu mengikuti kajian kajian melalui WA, youtube itu jadi kalau pengetauan
mbah kurang saya berusaha mencari di youtube atau di WA tanya Tanya
disitu cari cari itu
P : oh jadi begitu ya kesehariannya mbah, oiya mbah menurut mbah apa
saja manfaat dari pemenuhan kebutuhan spiritual itu sendiri ?
S : ya banyak sekali manfaatnya dan apa yang mbah lakukan dari pada Allah itu
mbah merasa tenang karena mbah paling tidak sudah ada, walaupun belum
penuh tapi sudah ada persiapan untuk kelak sewaktu waktu mbah di ambil
sama Allah paling ndak ada bekal, makin tenang dan takut akan berbuat yang
tidak baik takut akan dosa takut nanti saat mempertanggung jawabkan itu
yang mbah takutkan. Jadi perbuatan perbuatan yang diluar syariah, perbuatan
yang melanggar berusaha untuk menjauhi. Jadi kalau mbah dulu masih
seneng ngerumpi ngerumpi itu sudah mengurangi sekali kalau dulu kan biasa
masih muda sekarang jauh dari itu terus mbah lebih pasrah lagi kepada Allah
jadi seperti kehidupan dunia mbah itu sudah banyak berkurang yang mbah
butuhkan yang mbah dekat itu menuju ke akhiratnya jadi mbah lebih tenang,
emosi lebih bisa mengontrol untuk mengembalikan dan lagi lebih sabar.
P : Alhamdulillah kalau seperti itu ya mbah, mbah bagaimana pendapat
mbah tentang pemenuhan kebutuhan spiritual ini seperti apa?
S : kalau menurut mbah itu memang kita makhluk Allah itu kita harus selalu
mencari ilmu bagaimana pendekatan kita kepada Allah. Sehingga kalau kita
dekat kepada Allah, Allah akan memberi petunjuk kepada kita. Dari inilah
mbah merasa mbah itu sepertinya mendapatkan hidayah dari Allah kalau
diberi kemudahan mengingat kepada Allah. Kalau dulu mungkin ya katakan
fifty fifty antara dunia dengan akhirat ya malah lebih banyak dunianya nah
sekarang itu malah endak malah tujuannya kesana sudah jadi untuk itu mbah
sudah mulai mencari jalan untuk kesana itu apa. Jadi biasanya mbah berusaha
mencari di youtube youtube itu apa sesuatu kegiatan yang mendapatkan
rahmad dari Allah itu apa yang mendekat kesurga itu apa itu yang saya
berusaha sehingga katakana oh kalau kita berbuat ini itu nanti Allah
katakana memberikan pahala, surga nah itu mbah berusaha lakukan itu
P : iya mbah insyaAllah jika kita dekat dengan Allah maka dimudahkan
segala urusannya
S : iya insaAllah akan mudah segalanya
P : mbah mencari informasi dari media media social itu ya mbah?
S : ya kajian kajian itu mbah juga ikut grup grup WA jadi banyak dari itu juga
masukan masukkannya. Ini juga kegiatan ini juga memberikan contoh kepada
anak anak, cucu cucu mudah mudahan mereka mengikuti jejak jejak mbah
P : iya mbah amin amin, mbah untuk kegiatan sehari harinya siapa mbah
yang memberi dukungan kepada mbah untuk memenuhi kebutuhan
spiritual dan dalam bentuk apa dukungan ini diberikan ?
S : dukungan dari anak anak banyak juga, macem macem lah. Misalnya anak
anak mbah katakanlah mbah ingin naik haji ya itu anak anak mendukung
semuanya padahal mbah ini dana ndak mencapai tapi anak anak semuanya
yang mendukung ibu harus berangkat, selain itu seperti materi materi apa
yang baik itu mesti diberi, di share sama anak, dan kita itu jika sehari harinya
ada masalah agama yang baru ya maksudnya pegetahuan yang tadinya mbah
ndak tau itu anak anak sering diskusi masalah kajian itu. kalau mbah itu
kebetulan mendapatkan kajian baru atau hadis hadis yang baru saya
samapaikan sama anak anak. Begitu juga anak anak.
P : jadi saling berbagi seperti itu ya mbah tentang agamanya ?
S : iya
P : mbah apa yang mbah rasakan jika pemenuhan kebutuhan spiritualnya
tidak terpenuhi? Apa yang mbah rasakan ?
S : jadi gini jika pemenuhan kebutuhan spiritualnya tidak terpenuhi merasa ada
sesuatu yang kurang katakana sesuatu amalan yang biasa kerjakan itu ndak
saya kerjakan waktu itu terlupakan atau waktu itu ada sesuatu kegiatan yang
menyita waktu sehingga mbah tidak melaksanakan itu seperti kata orang jawa
itu gelo. Aku kok belum ini tadi ya seperti merasa beban.
P : seperti ada yang kurang ya mbah ?
S : iya, disamping itu kadang kadang mbah itu kembalikan kepada Allah. Mbah
kadang kadang ya itu mungkin dari Allah gitu, katakana umpamanya mbah
ketiduran ndak shakat tahajud paginya kok sudah subuh karna mungkin mbah
terlalu malam kecapekan terus tertidur sampai ya ndak setiap saat see ya
kadang kadang satu bulan tapi yak ok rasanya seperti kecewa, gelo duh kok
ndak tahajud tapi ya mbah kembalikan lagi mungkin Allah memberikan
kenikmatan saya tidur untuk nyenyak itu disitu jadi saya kembalikan disana
P : jadi lebih berfikir positif ya mbah?
S : iya itu jadi saya berfikir positif mungkin Allah ini memberi saya kesempatan
karna saya tidur terlalu malam. Jadi mbah lebih banyak melakukan amalan
lainnya untuk menebus itu waktu yang terlewatkan. Mungkin Allah tidak
menagih tapi saya merasa saya mempunyai kewajiban. Jadi saya mau
nambah ngaji atau apa gitu
P : Alhamdulillah mbak jika kebutuhan spiritual atau agamanya sudah
terpenuhi nggeh mbah semoga selalu istiqomah
S : ya mudah mudahan doanya nak arika
P : iya mbah, terimakasih untuk waktunya mbah ya
S : iya sama sama saya doakan nak arika mudah mudahan lancar, studinya lancar
P : amin amin , saya pamit nggeh mbah.
S : iya nak
P : assalamualaikum
S : waalaikumsalam
2. Pertanyaan dan Jawaban Trianggulasi pertama

P : Mbak perkenalkan nama saya rika


T : Oh dek rika yang kemarin datang kesini itu?
P : Iya, jadi disini saya mau menanyakan beberapa pertanyaan tentang
masalah keagamaannya ibu, spiritualnya gimana gitu mbak
T : iya kemarin ibu sudah banyak cerita ya dek. Ibu itu dulu berawal dari waktu
kecil kan memang untuk belajar pendidikan agama dulu itu masih kurang
apalagi ibu dulu waktu SD tinggal di asrama katolik jadi otomatis gak ada
pelajaran agama, pada saat SMP pindah ke sekolah negeri waktu itu ada
pelajaran agama juga hanya beberapa jam saja sedikit, berawal dari situ
belajar dikit demi sedikit. Kemudian semakin lama ibu menganggap itu
sebuah kewajiban buat belajar masalah agama,dan dulu lingkungan itu juga
kurang mendukung berbeda dengan tahun sekarang semakin kesini masalah
agama itu semakin berkembang, pengajian dimana-mana, kajian juga
dimana-mana mungkin dari situ juga menganggap agama sudah jadi
kebutuhan sehari-hari. Berbeda dengan kewajiban itu kan seperti solat itu
wajib jadi ngerasa butuh.
P : Apa saja mbak yang sudah dilakukan ibu untuk memenuhi kebutuhan
spiritual sehari-harinya?
T : ibu itu sekarang sudah pensiun dari tahun 2008 otomatis kesempatan hari-
harinya lebih banyak digunakan untuk beribadah daripada dulu mungkin
hanya solat wajib, solat tahajud. Berbeda dengan sekarang setelah ibu
pensiun ibadahnya juga bertambah bukan hanya solat wajib saja tapi ibu juga
berusaha solat tepat waktu ditambah lagi solat fajar, solat dhuha, solat
rawatib, solat tahajud itu insyaAllah dilakukan setiap hari, termasuk puasa
sunah seperti senin dan kamis, yaumil bid, daud, ikut pengajian RT, ikut
kajian-kajian, kadang juga pengajian diluar daerah sini.
P : jadi banyak sekali ya mbak waktu ibu untuk beribadah dan kegiatan
spiritual yang dilakukan ibu setiap harinya?
T : ya seperti itu mbak
P : Manfaat apa yang diperoleh ibu untuk memenuhi kebutuhan
spiritualnya tersebut?
T : manfaatnya besar sekali karena ini suatu kebutuhan jadi rasanya kalo ibu
ngga melaksanakan seperti ganjel gitu. Misalnya biasa solat tahajud ketika
kebablas gitu mesti kepikiran. Selain itu sekarang ibu itu terlihat lebih
tenang, pasrah, bersyukur. Jadi saya lihat ibu itu aktivitasnya itu saja mulai
pagi sampai malam dari solat wajib, solat sunnahnya, dan melakukan
aktivitas kecil dirumah untuk mengisi waktu karena sudah tidak ada kegiatan
apa-apa full dirumah sama ada satu cucu itu.
P : jadi diisi sama kegiatan dirumah gitu ya mbak
T : iya gitu
P : Apa mbak pendapat ibu tentang pemenuhan kebutuhan spiritual?
T : pendapat ibu tentang pemenuhan kebutuhan spiritual itu sangat penting ya
mbak, seperti solat itu bukan hanya suatu sebuah kewajiban tapi ternyata itu
suatu kebutuhan kepada Allah jadi berbeda dengan wajib kita kan hanya
melaksanakan perintah tapi kalo kita sudah merasa butuh jadi kita kayaknya
kurang-kurang terus untuk dilakukan selama ini ya itu.
P : Biasanya kalo dirumah itu siapa yang mendukung ibu untuk memenuhi
kebutuhan spiritual?
T : Semua, putra-putrinya mendukung dalam bentuk agama
P : oh dalam bentuk apa dukungan itu diberikan ?
T : iya banyak mbak diskusi juga termasuk dukungan dari ibu kan gak suka hp
karena hpnya jadul jadi kami sengaja membelikan hp android supaya ibu bisa
menambah ilmu agama melalui itu, kajian-kajian dari youtube salah satunya
itu dibelikan hp. Selain itu kita juga sering diskusi masalah agama misalnya
kita menemukan yang baru kalo ngga ngerti tanya ke mbah google kan
sudah mudah sekarang aksesnya
P :oh iya sudah mudah sekarang ya mbak. Alhamdulillah kalau gitu bisa
diskusi bareng-bareng
T : iya
P : mbak biasanya apa yang dirasakan ibu jika pemenuhan kebutuhan
spiritualnya tidak terpenuhi?
T : ya kayak ngga enak gitu seperti yang tadi sudah saya sampaikan misalnya dia
biasa tahajud terus gak tahajud itu rasanya gak enak kayak ganjel punya
beban. Puasa juga gitu malemnya sudah niat puasa ternyata besoknya lupa
missal puasa yaumil bid, mungkin karena kita sudah terbiasa mangkanya
ketika kita tidak melakukan rasanya ada yang kurang gak enak gitu.
P : Alhamdulillah ya ibu ternyata spiritualnya baik sekali, semoga ibu
selalu istiqomah ya mbak
T : Iya amin
P : mungkin itu saja yang saya tanyakan. Terima kasih untuk waktunya
T : semoga lancar sukses ya
P : Amin
3. Pertanyaan dan Jawaban subyek kedua

P : Nuwun Sewu mbah


S : oh iya ada perlu apa nak
P : perkenalkan nama saya arika saya dari genggong, jadi disini saya akan
menanyakan atau wawancara tentang pemenuhan kebutuhan spiritual
mbah sehari hari
S : nggeh nak monggo
P : dengan mbah siapa?
S : mbah yon
P : oh mbah yon, untuk kegiatan sehari harinya apa nggeh mbah yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya itu mbah?
S : kalau saya ya nak untuk hari hari saya upayakan untuk mendekatkan diri
kepada Allah nak, saya lakukan seperti mengikuti pengajian setiap
minggunya, mendengarkan pengajian di youtube nak
P : oh mbah tau youtube juga ?
S : iya cucu saya yang buka youtubenya, saya tinggal mendengarkan nak. Dan
tak lupa shalat 5 waktu disertai shalat sunnah dan ngaji nak
P : berarti banyak nggeh mbah kegiatan sehari harinya mengenai spiritual
?
S : iya banyak nak
P : menurut mbah apa manfaat dari pemenuhan kebutuhan spiritual ini
mbah?
S : menurut mbah yang sudah tua ini lebih banyak mendekatkan diri kepada
Allah degan mendengarkan pengajian kita mendapatkan ilmu yang baru,
membuat hati tenang dan tentram dan kita banyak bersyukur kepada Allah
P : nggeh mbah, berarti banyak nggeh mbah manfaatnya dari pemenuhan
kebutuhan spiritual ?
S : banyak nak
P : menurut mbah apa pendapatnya mbah tentang pemenuhan kebutuhan
spiritual ini mbah ?
S : saya dapat bersyukur dengan usia saya yang tua ini dapat mendekatkan diri,
dengan usia saya ini kita lebih banyak mengingat tentang kematian nak
P : oiya mbah siapa mbah yang memberi dukungan kepada mbah untuk
memenuhi kebutuhan spiritual ?
S : ya terutama keluarga yang nomor satu nggeh, suami, anak, cucu saya yang
tidak bosan bosan mengingatkan saya dan teman teman pengajian saya nak
P : Alhamdulillah berarti banyak yang mendukung mbah nggeh?
S : iya nak
P : mbah dalam bentuk apa dukungan itu diberikan?
S : kalau dalam keluarga biasanya anak saya yang selalu mengingatkan jangan
ngelamun bu gitu nak dan saya dengarkan untuk berdzikir dan shalawat nak.
Kadang kadang saya lupa waktu untuk ngaji dan teman teman saya tak bosan
mengungatkan terus nak namanya mbah mbah nak
P : berarti teman temannya juga ikut ya mbah ?
S : iya nak untung punya teman teman lansia yang selalu mengingatkan yang
baik
P : Alhamdulillah kalau begitu. Mbah apa yang mbah rasakan jika
kebutuhan spiritualnya tidak terpenuhi ?
S : kadang kadang ada yang kurang dalam diri saya itu nak, kadang ada kaya
gimana ya kaya hampa kalau ndak terpenuhi kaya dzikirnya kurang,
shalatnya kurang kaya rasanya ini kurang semangat hidup nak
P : oh ada yang kurang gitu ya mbah?
S : iya nak
P : berarti Alhamdulillah nggeh mbah kebutuhan spiritualnya mbah sehari
hari terpenuhi
S : ya insyaAllah nak moga moga di istiqomah mbah ini
P : amin amin, semoga selalu istiqomah mbah
S : iya nak amin
P : mungkin itu saja mbah yang dapat saya tanyakan mbah, terimakasih
buat waktunya mbah
S : ya sama sama nak semoga lancar
P : nggeh amin terimakasih
S : nggeh nggeh maturnuwun
P : nggeh mbah
4. Pertanyaan dan Jawaban trianggulasi kedua

P : Assalamualikum mbak
T : Waalaikumsalam
P : mbak perkenalkan nama saya arika saya dari genggong
T : oh mbak yang kemarin itu ya ?
P : iya mbak, jadi saya mau nanya nanya atau wawancara tentang
bagaimana pemenuhan kebutuhan spiritual atau keagamaan ibu sehari
hari ?
T : oh iya monggo
P : dengan mbak siapa ya ?
T : saya dengan mbak vivi, monggo mbak kalau ada yang mau ditanyakan
P :iya jadi gini mbak apa yang sudah dilakukan ibu untuk memenuhi
kebutuhan spiritualnya sehari hari ?
T : kalau ibu saya sih biasanya ikut pengajian kaya gitu, pengajian rutin biasanya
diadakan dua minggu sekali di RT kaya gitu mbak selain itu denger denger
ceramah seperti youtube, di medsos medsos gitu lo mbak biasaya saya sih
yang bukain youtubenya itu.
P : oh sekarang sudah mudah ya mbak dari internet internet gitu ya?
T : nggeh
P :mbak manfaat apa yang sudah didapat ibu saat ibu melakukan
pemenuhan kebutuhan spiritual?
T : ya kalau manfaat untuk spiritual banyak see mbak, apa yaa kita kan dengan
adanya kegiatan keagamaan hati ini kan jadi tenang, selain itu kita juga dapat
ilmu ilmu baru kaya dari pengajian yang di dengarkan dengarkan itu
P : jadi banyak sekali ya mbak manfaatnya ?
T : iya banyak sekali mbak
P : mbak pendapat ibu tentang pemenuhan kebutuhan spiritual itu seperti
apa ya mbak? ya pemenuhan kebutuhan spiritual menurut ibu
bagaimana?
T : kalau menurur ibu pemenuhan kebutuhan spiritual sangat penting karena ibu
sering ngomong ke saya kita hidup didunia ini hanya sementara jadi kegiatan
spiritual itu sangat penting agar hidup kita bermanfaat gitu jadi ndak sia sia
gitulo mbak.
P : jadi harus ada pemenuhan kebutuhan spiritualnya gitu ya mbak ?
T : iya seperti itu
P : dalam kegiatan sehari harinya ibu itu siapa yang mendukung kegiatan
spiritualnya?
T : kalau yang mendukung itu banyak se terutama ya keluarga mbak soalnya
kalau di keluarga itu misalnya ibu salah ya kita sebagai anak selalu
mengingatkan.
P : bentuk dukungan yang diberikan seperti apa mbak ?
T : bentuk dukungannya kaya sharing satu sama lain ya kalau misalnya ibu salah
ya kita ngingetin baiknya gimana sebaliknya kaya gitu juga.
P : jadi enak ya mbak saling berdiskusi ?
T : iya, ibu ya juga gitu mbak kalau ke saya sebagai anaknya. Selain itu ibu juga
sering ikut kumpul kumpul disekitar rumah jadi temen temennya juga saling
mendukung satu sama lain
P : berarti teman teman ibu ikut mendukung juga ya mbak ?
T : iya ikut mendukung
P :Alhamdulillah, mbak apa yang dirasakan ibu jika pemenuhan
kebutuhan spiritualnya tidak terpenuhi?
T : apa ya? Kalau ibu ndak dengerin ceramah itu kaya sepi ya mbak hati jadi
sepi mbak kaya ada yang kurang soalnya biasa mendengrakan ceramah terus
juga shalat tahajud kalau ndak di lakukan ada yang ganjel atau ada yang
kurang gitu bagi ibu
P : karna factor kebiasaan gitu ya mbak ?
T : ya udah jadi kebiasaan gitu mbak
P : kaya ada yang kurang gitu ya mbak karna kebiasaan itu ya mbak
T : iya mbak
P : jadi Alhamdulillah pemenuhan kebutuhan spiritualnya ibu terpenuhi ya
mbak ?
T : iya Alhamdulillah bagus
P : ya semoga ibu selalu istiqomah ya mbak buat kedepannya
T : amin amin
P : lebih baik lagi kedepannya
T : iya amin mbak
P : ya mungkin itu saja yang bisa saya tanyakan. Terimakasih untuk
waktunya, maaf jika mengganggu
T : oh iya iya mbak ndak papa
P : terimakasih
T : sama sama
Lampiran 13

Anda mungkin juga menyukai