Disusun Oleh:
Kelompok 3
Dian Bardiansyah, S.Kep 11194692210133
Lia Fitriani, S.Kep 11194692210141
Saldilawaty, S.Kep 11194692210155
Tya Ayu Widyasari, S.Kep 11194692210158
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Dian Bardiansyah, S.Kep 11194692210133
Lia Fitriani, S.Kep 11194692210141
Saldilawaty, S.Kep 11194692210155
Tya Ayu Widyasari, S.Kep 11194692210158
Mengetahui,
Preseptor Akademik (PA) Preseptor Klinik (PK)
1. Latar Belakang
Kanker testis adalah keganasan yang jarang ditemukan, tetapi
merupakan keganasan yang umum dijumpai laki-laki usia muda di
banyak negara. Keganasan ini 90-95% berasal dari Germ Cell,
sehingga sering pula disebut Testicular Germ Cell Tumors
(TGCT),1,2 5-10% merupakan keganasan yang berasal dari non
germinal sel(sel Leydig dan sel Sertoli). Secara umum TGCT dibagi 2
berdasarkan gambaran histopatologi yaitu, seminoma yang menyerupai
Primordial Germ Cells (PGC) dan non-seminoma (WHO, 2012).
Secara global, tingkat kejadian kanker testis bervariasi menurut
geografi, dengan tingkat yang lebih tinggi di negara-negara Eropa
Barat dan Utara (8.0-9,0 per 100.000) bila dibandingkan dengan
negara-negara Asia dan Afrika (<1 per 100.000), dan dengan negara
maju memiliki tingkat yang lebih tinggi daripada perkembangan
negara. Kanker testis menyumbang 1% kanker pada pria secara global
(Filippou, 2016). Angka kejadian kanker dilaporkan mengalami
peningkatan pesat, khususnya di negara-negara berkembang di
berbagai belahan dunia. Angka kejadian kanker diperkirakan 12.7 juta
kasus kanker baru terjadi pada tahun 2008 (WHO, 2012).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4% , dan kanker
merupakan penyebab kematian normor 7 (5,7%) setelah stroke, TB,
hipertensi, cedera , dan DM (Kemenkes RI, 2014).
2. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Testis
diruang Kemoterapi?
3. Tujuan
a. Tujuan umum
1) Untuk mengetahui proes asuhan keperawatan pada pasien Ca
Testis di ruang Kemoterapi
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada Tn. m dengan
diagnosa medis Ca Testis diruang Kemoterapi
2) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada Tn. m dengan
diagnosa medis Ca Testis diruang Kemoterapi
3) Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada Tn. m dengan
diagnosa medis Ca Testis diruang Kemoterapi
4) Mengidentifikasi implementasi keperawatan pada Tn. m dengan
diagnosa medis Ca Testis diruang Kemoterapi
5) Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada Tn. m dengan
diagnosa medis Ca Testis diruang Kemoterapi
4. Manfaat
a. Bagi Pendidikan
Untuk menambah ilmu keperawatan dan dapat menjadikan acuan asuhan
keperawatan pada diagnosa Ca Testis
b. Bagi Rumah Sakit
Untuk membantu dalam melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit.
c. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan menambah ilmu pegetahuan mahasiswa
dan dapat dijadikan acuan dalam membuat asuhan keperawatan
d. Bagi Pasien
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyakitnya dan mengetahui
asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Intoleransi Aktivitas
Defisit Pengetahuan Nyeri Ganguan Rasa
Akut Nyaman
Kemoterapi
Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1 Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
(D.0077) Setelah dilakukan (I.09314):
tindakan keperawatan Observasi
diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
pasien menurun dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun. - Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun - Identifiksi respons nyeri
3. Gelisah menurun non verbal
Terapeutik
- Berikan Teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Ajarkan Teknik
nonfarmakolgis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
analgesik, jika perlu
2 Disfungsi Fungsi Seksual Edukasi Seksualitas (I.
seksual (L.07055) 12447)
(D.0069) Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan - Identifikasi kesiapan dan
diharapkan fungsi seksual kemampuan menerima
pasien meningkat dengan informasi
kriteria hasil : Terapeutik
1. Kepuasan hubungan - Sediakan materi dan
seksual media Pendidikan
2. Verbalisasi fungsi kesehatan
seksual berubah Edukasi
3. Keluhan sulit - Jelaskan anatomi dan
melakukan aktivitas fisiologi system
seksual reproduksi laki-laki dan
perempuan
Terapi Relaksasi (I.09326)
Status kenyamanan Observasi
(L08064) - Identifikasi penurunan
Setelah dilakukan tingkat energi,
tindakan keperawatan ketidakmampuan
diharapkan gangguan rasa berkonsentrasi, atau
Gangguan nyaman pasien menurun gejala lain yang
3 rasa nyaman dengan kriteria hasil : mengganggu kemampuan
(D.0074) 1. Keluhan tidak nyaman kognitif
menurun Terapeutik
2. Gelisah menurun - Ciptakan lingkungan
3. Keluhan sulit tidur tenang dan tanpa
4. Suhu ruangan gangguan dengan
pencayahaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
Edukasi
- Jelaskan tujuan,manfaat,
Batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia.
4 Intoleransi Toleransi aktivitas Terapi Aktivitas (I.05186)
Aktivitas (L.05047) Observasi
(D.0057) Setelah dilakukan - Identifikasi deficit tingkat
tindakan keperawatan ansietas
diharapkan toleransi Terapeutik
aktivitas pasien - Fasilitasi fokus pada
meningkat dengan kriteria kemampuan, bukan defisit
hasil : yang dialami
1. Kekuatan nadi Edukasi
2. Tingkat kesadaran - Jelaskan metode aktivitas
3. Akral dingin fisik sehari-hari, jika
4. MAP perlu
5 Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
Pengetahuan (L.12111) (I.12383)
(D.0111) Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan - Identifikasi kesiaapan dan
diharapkan tingkat kemampuan menerima
pengetahuan pasien informasi
meningkat dengan kriteria Terapeutik
hasil : - Sediakan materi dan
1. Perilaku sesuai anjuran media Pendidikan
meningkat kesehatan
2. Kemampuan Edukasi
mengambarkan - Jelaskan factor risiko
pengalaman yang dapat
sebelumnya yang mempengaruhi kesehatan
sesuai
dengan topik meningkat
BAB III
RESUME KEPERAWATAN PROFESI NERS
RUANG KEMOTERAPI
A. Identitas Klien
1. Nama : Tn. M
2. Umur : 20 Tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Mahasiswa
5. Alamat : Martapura
6. Status Perkawinan : belum Menikah
7. Agama : Islam
8. Suku/Bangsa : Jawa/WNI
9. Nomor Rekam Medik : XX.XX.XX
10. Tanggal Masuk RS : 24 September 2022
11. Tanggal Pengkajian : 27 September 2022
12. Dx. Medis/ Stadium : CA Testis
13. Kemoterapi Ke- : 1
B. Keluhan Utama
Mual muntah
D. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
- Pasien tampak mual dan ingin muntah
- Kelenjar saliva meningkat ketika mual
- Ibu pasien terlihat mengurut belakang pasien yang mual
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak tidak menghabiskan makanannya
- Pasien tampak sering menelan
- Pasien terlihat kurang nyaman
- Pasien terlihat gelisah
- Pasien terlihat ada kantung mata dan kehitaman diarea bawah mata
- Pasien kurang mampu rileks
- Pasien tampak tegang
- Bibir pasien tampak kering
- Suara pasien sedikit bergetar
- Pasien tampak cemas sedang
- Kontak mata kurang
2. Palpasi :
- Telapak tangan dan kaki pasien teraba dingin
3. Perkusi :
-
4. Auskultasi :
-
E. Keadaan Umum
1. Tingkat Kesadaran/ GCS : 4.5.6
Composmentis
2. TTV :
TD: 110/80 mmHg, Frekuensi Nadi: 111 x/menit, Frekuensi Nafas: 20
x/menit, SpO2: 97%, Suhu: 35,80C
3. Antropometri :
BB: 45 kg, TB: 155 cm, BMI: 18.7 (Normal)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Laboratorium Klinik
Tanggal pemeriksaan : 15-09-2022
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 15.8 14.0-18.0 g/dl
Lekosit 7.9 4.0-10.5 ribu/ul
Eritrosit 5.60 4.10-6.00 juta/ul
Hematokrit 48.8 42.0-52.0 %
Trombosit 302 105-450 rbu/ul
RDW-CV 14.2* 12.1-14.0 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 87.1 80.0-92.0 fl
MCH 28.2 28.0-32.0 pg
MCHC 32.4* 33.0-37.0
HITUNG JENIS
Basofil% 0.5 0.0-1.0%
Eosinofil% 3.7* 1.0-3.0%
Neutrfhil% 64.3 50.0-81.0%
Limfosit% 25.3 20.0-40.0%
Monosit% 6.2 2.0-8.0%
Basofhil# 0.04 <1.00 ribu/ul
Eosinofil# 0.29 <3.00 ribu/ul
Neutrophil# 5.09 2.50-7.00 ribu/ul
Limfosit# 2.00 1.25-4.00 ribu/ul
Monosit# 0.49 0.30-1.00 ribu/ul
FLC# 10 /ul
FLC% 0 %
HEMOSTASIS
PT 10.3 9.9-13.5 detik
0.93 -
Normal PT 11.4 -
APTT 31.0 22.2-37.0 detik
3. Hasil Radiologi
- Thorak PA+ Lat Dewasa (27/06/2022).
Kesimpulan :
- Opasitas inhomogen bentuk lobulated batas tegas tepi regular
dilapang paru kiri segmen lingual suspek nodular pulmonal
metastasis DD/Primary pulmonal nodul
- Cor tak tampak kelainan
- MSCT Whole Abdomen dengan kontras
(01/07/2022) Kesimpulan :
- Lesi solid kistik dengan komponen kalsifikasi intralesa ditestis
kanan yang mendesak testis kiri ke posteroinferior mengarah
gambaran massa malignant (seminoma DD Immature teratoma)
- Multiple lymphadenopathy diparailaica bilateral dan inguinalis
bilateral
- Nodular type pulmonal metastasis
- Hepatomegaly
- Dilatasi bladder
G. Farmakologi
Obat Dosisi Indikasi Efek sampig
Ranitidin 1 Ampul tukak lambung dan - Sakit kepala.
tukak duodenum, - Sembelit.
refluks esofagitis, - Diare.
dispepsia episodik
kronis, tukak akibat - Mual.
AINS, tukak - Muntah.
duodenum karena - Sakit perut
H.pylori, sindrom
Zollinger-Ellison,
kondisi lain dimana
pengurangan asam
lambung akan
bermanfaat.
Ondansetron 1 Ampul mual dan muntah - Sakit kepala
akibat kemoterapi dan atau pusing.
radioterapi, - Rasa seperti
pencegahan mual dan melayang.
muntah pasca operasi. - Konstipasi.
- Kelelahan dan
tubuh terasa
lemah.
- Rasa
menggigil.
- Kantuk.
DO :
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien tampak
tegang
- Bibir pasien
tampak kering
- Suara pasien
sedikit bergetar
- Pasien tampak
cemas sedang
- Kontak mata kurang
- RR : 20 x/menit
- Nadi : 111x/menit
.
I. Prioritas masalah
1. Nausea b.d efek agen farmakologis
2. Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi
3. Ansietas b.d krisis situasional
J. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI Rasional (SIKI)
1 Nausea b.d efek Setelah dilakukan pengkajian Label :Manajemen Mual Observasi
(1.03117)
agen farmakologis keperawatan 1 x 8 jam didapatkan - Agar mengetahui apa
Observasi
hasil dengan kriteria: saja penyebab mual
Label: tingkat nausea (L.08065) - Identifikasi factor penyebab - Untuk mengetahui
mual
1. Nafsu makan meningkat - Identifikasi antiemetic untuk penggunaan antiemetic
dari 1-5 mencegah mual
pada mual
- Monitor mual
2. Keluhan Mual menurun - Agar mengetahui
Terapeutik
dari 1-5 penyebab mual
- Kurangi atau hilangkan
3. Perasaan ingin muntah keadaan penyebab mual Terapeutik
menurun 1-5 - Berikan makanan dengan - Agar mual berkurang
jumlah kecil dan menarik - Agar mencegah mual
4. Pucat berkurang dari 1-5 - Berikan makanan dingin, - Agar tidak merangsang
cairan bening, tidak berbau perasaan mual
dan tidak bewarna
Edukasi
Edukasi
- Agar mencegah bau
- Anjurkan sering mulut yang merangsang
membersihkan mulut, kecuali perasaan mual
jika merangsang mual - Agar mual berkurang
- Anjurkan istirahat tidur yang
cukup Kolaborasi
Kolaborasi Untuk mengurangi mual
- Kolaborasikan pemberian
antlematik
3 Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan pengkajian Label : reduksi ansietas Observasi
keperawatan 1 x 5 jam didapatkan (L2.09314)
situasional - Agar mengetahui
hasil
Label: tingkat ansietas ( Observasi perkembangan ansietas
L.09093) - Agar ansietas terkontrol
- Identifikasi saat tingkat
1. Verbalisasi khawatir akibat ansietas berubah Terapeutik
kondisi yang dihadapi - Identifikasi kemampuan
menurun 1-5 mengambil keputusan - Agar pasien tidak
2. Perilaku gelisah menurun - Monitor tanda tanda ansietas merasa gelisah karna
1-5 situasinya
3. Kontak mata membaik 1-5 Terapeutik
4. Pasien sudah tidak ada Edukasi
- Motivasi mengidentifikasi
cemas
situasi yang memicu - Agar pesien mengetahui
kecemasan fakta terkait diagnosa
tersebut
Edukasi
- Informasikan secara factual
mengenai diagnosis
Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian obat
antiansietasi
K. Implementasi Keperawatan
No Hari / No. Implementasi Keperawatan Paraf
Tanggal Diagnosa perawat
1
1
Rabu 28 Observasi Mengidentifikasi faktor penyebab mual : mual disebabkan oleh efek
samping kemoterapi
September
- Memonitor mual : pasien mual sejak pertama di kemoterapi
2022
Terapeutik
- Mengurangi atau menghilangkan keadaan penyebab mual : mencegah pasien
memakan makanan untuk mengurangi mual contohnya makanan cepat saji
- Memberikan makanan dengan jumlah kecil dengan makanan kesukaan
pasien: pasien memakan makanan sedikit tapi sering
- Menberikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak bewarna:
pasien mengkonsumsi bubur dan air putih.
Edukasi
- Menganjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual :
pasien menyikat gigi 2 kali sehari
Kolaborasi
- Berkolaborasi pemberian antlematik : Pemberian obat ondansentron 2x1
dan obat ranitidine 2x1
2
2 Rabu 28 Observasi
September - Mengdentifikasi gejala yang tidak menyenangkan : yang menyebabkan
pasien tidak nyaman adalah mual
2022
- Mengidentifikasi tentang pemahaman kondisi dan situasi: pasien menjalani
kemoterapi pertama
Terapeutik
- Memberikan posisi yang nyaman: mengatur bed tempat tidur pasien
senyaman mungkin
- Menciptakan tempat yang nyaman: menganjurkan memakai selimut
Edukasi
- Menjelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi pengobatan: menjelaskan
bahwa pasien sedang menjalani kemoterapi memang akan merasa tidak
nyaman untuk sementara
- Mengajarkan Teknik distraksi (menonton dan mendengarkan video dan
audio yang disukai pasien) dan imajenasi terbimbing (hipnosis 5 jari):
mengajarkan berpikir positif
3
3 Rabu 28 Observasi
September - Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah: memperhatikan penurunan
tingkat kecemasan yang awalnya kecemasan sedang (22) menjadi tidak ada
2022
kecemasan (10)
- Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan: memperhatikan pasien
dan keluarga terkait keputusan yang diambil seperti pengobatan kemoterapi
- Memonitor tanda tanda ansietas: pasien merasa gelisah, dan khawatir karna
kemoterapi pertama
Terapeutik
- Memotivasi pasien tentang situasi yang memicu kecemasan: memotivasi
pasien terkait dampak positif kemoterapi (membantu memperkecil tumor,
memperlambat pertumbuhan sel abnormal, sekaligus menghancurkan sel
kanker yang berkembang kebagian tubuh lain (metastasis))
Edukasi
- Menginformasikan secara factual mengenai diagnosis: menjelaskan terkait
penyakit ca testis
L. Evaluasi
No Hari / Tanggal Pukul No. Evaluasi Paraf
Diagnosa (SOAP) perawat
1
1 13.00 S:
Rabu 28 - Pasien mengatakan sudah mulai bernafsu untuk makan
- Ibu pasien mengatakan anaknya makan 1/2 dari 1 porsi
September 2022
yang telah disediakan rumah sakit
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
- Pasien mengatakan sudah tidak merasa akan ingin muntah
lagi seperti sebelumnya
O:
- Terlihat piring makanan yang disediakan rumah sakit
isinya masih 1/2 dimakan pasien
- Pucat wajah pasien masih terlihat berkurang dari 1-2
P: Intervensi dilanjutkan
2
2 Rabu 28 13.30 S:
September 2022 - Pasien mengatakan sudah merasa nyaman dan terasa badan
mulai segar
- Pasien mengatakan masih merasa dingin
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Terlihat pasien mulai bersemangat dan tidak lesu
- Tangan dan kaki pasien masih teraba dingin
- Suhu : 35.80C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilajutkan
3
3 Rabu 28 13.45 S:
September 2022 - Pasien sudah mulai tidak khawatir dan mulai berfikir positif
O:
- Terlihat gelisah pasien tidak ada
- Kontak mata sudah membaik dari
- Kecemasan sudah tidak
P: Intervensi dihentikan
M. Catatan Perkembangan
No Hari / Tanggal Pukul No. Evaluasi Paraf
Diagnosa (SOAP) perawat
1 Kamis 12.40 S:
- Ibu pasien mengatakan anaknya makan 1/2 dari 1 porsi yang
29 September telah disediakan rumah sakit
2022 - Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
1
- Terlihat piring makanan yang disediakan rumah sakit
isinya masih 1/2 dimakan pasien
- Pucat wajah pasien masih terlihat berkurang dari 1-2
P: Intervensi dilanjutkan
I:
- Mengurangi atau menghilangkan keadaan penyebab mual :
mencegah pasien memakan makanan untuk mengurangi mual
contohnya makanan cepat saji
- Memberikan makanan dengan jumlah kecil dengan makanan
kesukaan pasien: pasien memakan makanan sedikit tapi sering
- Menberikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan
tidak bewarna: pasien mengkonsumsi bubur dan air putih.
- Menganjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika
merangsang mual : pasien menyikat gigi 2 kali sehari
- Berkolaborasi pemberian antlematik : Pemberian
obat ondansentron 2x1 dan obat ranitidine 2x1
E:
S:
- Ibu pasien mengatakan pasien makan 1 porsi sedikit tapi sering
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Terlihat piring makanan yang disediakan rumah sakit isinya
1 porsi habis
- Pucat wajah pasien masih sedikit
P: Intervensi dilanjutkan
2
2 Kamis 29 13.00 S:
September 2022 - Pasien mengatakan masih merasa dingin
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Tangan dan kaki pasien masih teraba dingin
- Suhu : 36.20C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilajutkan
I:
- Memberikan posisi yang nyaman: mengatur bed tempat tidur
pasien senyaman mungkin
- Menciptakan tempat yang nyaman: menganjurkan memakai
selimut
- Menjelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi pengobatan:
menjelaskan bahwa pasien sedang menjalani kemoterapi
memang akan merasa tidak nyaman untuk sementara
- Mengajarkan Teknik distraksi (menonton dan mendengarkan
video dan audio yang disukai pasien) dan imajenasi terbimbing
(hipnosis 5 jari): mengajarkan berpikir positif
E:
S:
- Pasien mengatakan sudah tidak merasa dingin
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Tangan dan kaki pasien teraba hangat
- Suhu : 36.40C
P: Intervensi dilajutkan
No Hari / Tanggal Pukul No. Evaluasi
Diagnosa (SOAP)
1
1 11.00 S:
Jum’at 30 - Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
September 2022
O:
- Pucat wajah pasien masih sedikit
P: Intervensi dilanjutkan
I:
- Mengurangi atau menghilangkan keadaan penyebab mual : mencegah
pasien memakan makanan untuk mengurangi mual contohnya makanan
cepat saji
- Memberikan makanan dengan jumlah kecil dengan makanan kesukaan
pasien: pasien memakan makanan sedikit tapi sering
- Menberikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak
bewarna: pasien mengkonsumsi bubur dan air putih.
- Menganjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual :
pasien menyikat gigi 2 kali sehari
- Berkolaborasi pemberian antlematik : Pemberian obat ondansentron
2x1 dan obat ranitidine 2x1
-
E:
S:
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Pucat wajah pasien masih sedikit
P: Intervensi dilanjutkan
2
2 Jum’at 30 11.30 S:
September 2022
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Suhu : 36.40C
P: Intervensi dilajutkan
I:
- Memberikan posisi yang nyaman: mengatur bed tempat tidur pasien
senyaman mungkin
- Menciptakan tempat yang nyaman: menganjurkan memakai selimut
- Menjelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi pengobatan: menjelaskan
bahwa pasien sedang menjalani kemoterapi memang akan merasa tidak
nyaman untuk sementara
- Mengajarkan Teknik distraksi (menonton dan mendengarkan video dan
audio yang disukai pasien) dan imajenasi terbimbing (hipnosis 5 jari):
mengajarkan berpikir positif
E:
S:
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Suhu : 36.70C
P: Intervensi dilajutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nausea b.d efek agen farmakologis
Nausea adalah perasaan tidak nyaman pada bagian tenggorok atau
lambung yang dapat mengakibatkan muntah. Diagnosa tersebut dapat
ditegakan jika terdapat data mayor yaitu mengeluh mual, merasa ingin
muntah, tidak berminat makan dan gejala minor yaitu merasa asam di
mulut, sensasi panas atau dingin, dan sering menelan, saliva meningkat,
pucat, diaphoresis, takikardia, dan pupil dilatasi.
Nausea dapat disebabkan oleh gangguan biokimiawi ( uremia,
ketoasidosis ), gangguan pada esofagus, distensi lambung, gangguan
pangkreas, pereganggan kapsul limpa, tumor trlokalisasi, peningkatan
tekanan intra abdomen, peningkatan tekanan intracranial, peningkatan
tekanan intraorbital, mabuk perjalanan, kehamilan, aroma tidak sedap, rasa
makanan/minuman yang tidak enak, stimulus penglihatan tidak
menyenangkan, faktro psikologis, efek agen farmakologis, dan efek toksin.
b. Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi
Merupakan perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi
fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Diagnosa tesebut dapat
ditegakan jika terdapat data mayor berupa keluhan tidak nyaman, dan
gelisah. Serta data tambahan atau data minor berupa keluhan sulit tidur,
ketidak mampuan untuk rileks, mengeluh kedinginan atau kepanasan,
merasa gatal, mengeluh mual dan lelah. Data objektif yang mungkin juga
akan muncul yaitu menunjukan gejala distress, tampak merintih/menangis,
pola eliminasi yang berubah, postur tubuh yang berubah dan iritabilitas.
Gangguan rasa nyaman bisa di sebabkan : gejala dari penyakit, kurang
pengendalian situasional/lingkungan, kurangnya privasi, gangguan
stimulus lingkungan, efek samping terapi, gangguan adaptasi kehamilan.
c. Ansietas b.d krisis situasional
Ansietas adalah kondisi emosional dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Diagnosa ansietas dapat diangkat jika terdapat data mayor yang muncul
yaitu perasaan bingung, merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi,
sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur. Selain itu
data minor yang juga mendukung ditegakannya diagnosa tersebut yaitu
keluhan pusing, anoreksia, palpirasi, merasa tidak berdaya, frekuensi nafas
meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat,
diaforesisi, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk,
sering berkemih dan berorientasi pada masa lalu.
Ansietas dapat disebabkan krisis situasional, kebutuhan tidak
terpenuhi, krisis maturasional, ancaman terhadap konsep dirim ancaman
terhadap kematian, kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi system
keluarga, hubungan orang tua – anak tidak memuaskan, factor keturunan,
penggunaan zat, terpapar bahay lingkungan, kurang terpaparnya informasi.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nausea
Intervensi yang dapat di lakukan pada diagnosa nausea melalui
observasi yaitu identifikasi factor penyebab mual, identifikasi antiemetic
untuk mencegah mual. Monitor mual. Intervensi terapeutik yang dapat
dilakukan dengan cara kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual,,
berikan makanan dengan jumlah kecil dan menarik, berikan makanan
dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak bewarna. Untuk edukasi yang
dapat di sampaikan kepada pasien bisa berupa anjuran sering
membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual dan anjurkan istirahat
tidur yang cukup. Selain itu intervensi nausea bisa di kolaborasikan dengan
pemberian antlematik.
b. Gangguan rasa nyaman
Intervensi keperawatan yang dapat di lakukan untuk diagnosa
gangguan rasa nyaman secara observasi yaitu : identifikasi gejala yang
tidak menyenangkan ( mual), identifikasi terntang pemahaman kondisi dan
situasi. Terapeutik yang dapat dilakukan dengan berikan posisi yang
nyaman dan ciptakan tempat yang nyaman. Untuk edukasi kepada pasien
bisa dilakukan dengan jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi
pengobatan, ajarkan teknik distraksi dan imajenasi terbimbing dan jika di
perlukan bisa dikolaborasikan analgesik, antihistamin dll.
c. Ansietas
Intervensi keperawatan yang dapat di lakukan untuk diagnosa ansietas
diataranya perawat dapat mengobservasi tingkat ansietas berubah,
identifikasi kemampuan mengambil keputusan dan monitor tanda tanda
ansietas. Terapuetik motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan. Edukasi yang dapat disampaikan kepada pasien berupa
informasikan secara factual mengenai diagnosis dan jika perlu
berkolaborasi dengan pemberian obat antiansietas.
4. Implementasi
a. Nausea b.d efek agen farmakologis
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tn. M yaitu :
mengidentifikasi faktor penyebab mual. Mual yang terjadi pada pasien
disebabkan oleh efek samping kemoterapi kemudian memonitor mual
pasien, ternyata mual muncul sejak pertama di kemoterapi. Terapeutik
yang perawat implementasikan kepada tn. M yaitu dengan mengurangi
atau menghilangkan keadaan penyebab mual dengan cara mencegah pasien
memakan makanan untuk mengurangi mual seperti makanan cepat saji.
Memberikan makanan dengan jumlah kecil dengan makanan kesukaan
pasien dan memakan makanan sedikit tapi sering, kemudian menberikan
makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak bewarna . Edukasi
yang dilakukan kepada pasien yaitu dengan menganjurkan sering
membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual. Selain implementasi
di atas perawat juga berkolaborasi dengan pemberian obat antlemetik
ondansentron 2x1 dan obat ranitidine 2x1.
b. Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi
Implementasi keperawatan yang dilakukan kepada tn. M yaitu
mengdentifikasi gejala yang tidak menyenangkan dan yang menyebabkan
pasien tidak nyaman adalah mual, mengidentifikasi tentang pemahaman
kondisi dan situasi. Terapeutik yang perawat lakukan yaitu memberikan
posisi yang nyaman dengan mengatur bed tempat tidur pasien senyaman
mungkin dan menciptakan tempat yang nyaman menganjurkan memakai
selimut.. Untuk edukasi yang perawat lakukan yaitu menjelaskan mengenai
kondisi dan pilihan terapi pengobatan dengan cara menjelaskan bahwa
pasien sedang menjalani kemoterapi memang akan merasa tidak nyaman
untuk sementara, mengajarkan teknik distraksi (menonton dan
mendengarkan video dan audio yang disukai pasien) dan imajenasi
terbimbing (hipnosis 5 jari) dan mengajarkan berpikir positif. Perawat
tidak melakukan kolaborasi dengan tenaga medis lain terkain terapi
analgesic.
c. Ansietas b.d krisis situasional
Intervensi kepearawatan yang di lakukan kepada tn. M tekait diagnose
ansietas perawat mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah dengan
memperhatikan penurunan tingkat kecemasan yang awalnya kecemasan
sedang (22) menjadi tidak ada kecemasan (10), mengidentifikasi
kemampuan mengambil keputusan: memperhatikan pasien dan keluarga
terkait keputusan yang diambil seperti pengobatan kemoterapi dan
memonitor tanda tanda ansietas yaitu di adapatkann hasil pasien merasa
gelisah, dan khawatir karna kemoterapi pertama. Intervensi terapeutik
yang perawat lakukan dengan cara memotivasi pasien tentang situasi yang
memicu kecemasan, memotivasi pasien terkait dampak positif kemoterapi
(membantu memperkecil tumor, memperlambat pertumbuhan sel
abnormal, sekaligus menghancurkan sel kanker yang berkembang
kebagian tubuh lain (metastasis)). Edukasi yang perawat lakukan yaitu
menginformasikan secara factual mengenai diagnosis terkait penyakit
perawat menjelaskan tentang penyakit ca testis.
5. Evaluasi
a. Nausea b.d agen farmakologis
Dari hasil implementasi yang telah perawat lakukan didapatkan
perawatn mengevaluasi hasil secara subyektif pasien mengatakan sudah
mulai bernafsu untuk makan, ibu pasien mengatakan anaknya makan 1/2
dari 1 porsi yang telah disediakan rumah sakit. Untuk mual yang dirasakan
pasien, pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya san pasien
mengatakan sudah tidak merasa akan ingin muntah lagi seperti
sebelumnya. Perawat melakukan observasi setelah dilakukan implementasi
tersebut didapatkan hasil : piring makanan yang disediakan rumah sakit
terlihat berisi 1/2 dimakan pasien dan pucat wajah pasien terlihat
berkurang dari 1-
2. Dari hasil evaluasi yang perawat lakukan di dapatkan sebagian
implementasi yang dilakukan untuk mengurangi nausea pada pasien
sebagian teratasi dan perawat masih melanjutkan intervensi sampai
masalah pasien bisa teratasi.
b. Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi
Evaluasi dari diagnosa gangguan rasa nyaman yang dirasakan pasien
didapatkan hasil, pasien mengatakan sudah merasa nyaman dan terasa
badan mulai segar, pasien mengatakan masih merasa dingin untuk
perasaan mual pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya. Secara
objektif perawat mengevaluasi pasien, pasien terlihat mulai bersemangat
dan tidak lesu tetapi untuk tangan dan kaki pasien masih teraba dingin dan
saat dilakukan pengukuran suhu di dapatkan hasil suhu : 35.80c. Dari hasil
evaluasi tersebut perawat menyimpulkan masalah yang dialami pasien
teratasi sebagian dan intervensi masih dilanjutkan.
c. Ansietas b.d krisis situasional
Evaluasi dari diagnosa ansietas secara subyektif pasien mengatakan
sudah mulai tidak khawatir dan mulai berfikir positif. Secara objektif
perawat mengevaluasi pasien tampak lebih tenang, pasien sudah mau
melakukan kontak mata dan tidak ada lagi tanda tanda kecemasan lainnya.
Dari hasil evalusi tersebut perawatan menyatakan masalah teratasi dan
intervensi dihentikan.
BAB V
SIMPULAN
Kanker testis adalah penyakit ketika sel testis menjadi abnormal (ganas)
pada testis. Kanker Testis adalah kanker yang paling umum terjadi pada pria
berusia 20 sampai 35 tahun dan memiliki dua jenis utama, seminoma dan
nonseminoma. Hampir semua kanker testis dimulai pada germ sel . Dua tipe
utama tumor germ sel testis adalah seminoma dan nonseminoma. 2 jenis ini
tumbuh dan menyebar dengan cara berbeda dan diperlakukan berbeda seminoma
dan nonseminoma. Penyebab Kanker testis meliputi kriptorkismus, Herediter,
Hormon, Usia. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kanker testis adalah
Nausea, Nyeri, Disfungsi Gangguan Rasa Nyaman, Intoleransi Aktivitas,
Defisiensi Pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Cedeno JD, Light DE, Leslie SW. Testicular Seminoma. [Updated 2020 Nov 20].
In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448137/
Abstrak
Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang mengancam
kehidupan manusia di seluruh dunia dan di Indonesia. Dan kemoterapi menjadi
satu perawatan modalitas yang paling umum dan paling sering digunakan di
Indonesia. Mual dan muntah adalah dua gejala yang paling sering di keluhkan
pasien setelah beberapa hari menjalani kemoterapi. Tujuan: untuk mengetahui
efek minyak peppermint terhadap mual dan muntah pasien kanker akibat
kemoterapi demi meningkatkan kualitas hidup dan kepuasan pelayanan kesehatan.
Metode: penelitian ini menggunakan metode literatur review non systematic, yang
membahas mengenai topik yaitu: (1) terapi komplementer: pappermint dan
(2) mual dan muntah akibat kemoterapi. Hasil: minyak peppermint secara
signifikan mengurangi frekuensi mual, muntah dan keparahan mual pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi. Oleh karena itu, penggunaan minyak
peppermint bersama dengan antiemetik setelah kemoterapi dengan risiko muntah
sedang dan rendah dapat direkomendasikan untuk mengatasi mual dan muntah
akibat kemoterapi.
Kata Kunci : Pappermint, kanker, mual, muntah, kemoterapi
Abstract
Cancer is one of the biggest health problems that threaten human life throughout
the world and in Indonesia. And chemotherapy is one of the most common and
frequently used treatment modalities in Indonesia. Nausea and vomiting are the
two most common symptoms that patients complain about after a few days of
chemotherapy. Objective: to determine the effect of peppermint oil on nausea and
vomiting of cancer patients due to chemotherapy in order to improve quality of
life and satisfaction with health services. Methods: This study uses a non-
systematic literature review method, which discusses the topics: (1)
complementary therapy: peppermint and (2) nausea and vomiting due to
chemotherapy. Results: Peppermint oil significantly reduced the frequency of
nausea, vomiting, vomiting and the severity of nausea in cancer patients
undergoing chemotherapy. Therefore, the use of peppermint oil along with
antiemetics after chemotherapy with moderate and low risk of vomiting can be
recommended to treat nausea and vomiting due to chemotherapy.
PENDAHULUAN
Saat ini, kanker, dengan prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya,
merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang mengancam kehidupan
manusia di seluruh dunia dan di Indonesia. Pada tahun 2020, terdapat 400.000
kasus kanker baru dengan lebih dari 230.000 kematian dari 270 juta populasi
Indonesia (The Global Cancer Observatory, 2020).
Kemoterapi adalah satu perawatan modalitas yang paling umum dan paling
sering digunakan di Indonesia. Mual dan muntah adalah dua gejala yang paling
sering di keluhkan pasien setelah beberapa hari menjalani kemoterapi (S.
Nurrohmi, G. Lumadi, 2016). Prevalensi mual dan muntah akibat kemoterapi
mencapai 90% pada orang yang menerima highly emetogenic chemotherapy
(HEC) dan 30% sampai 90% pada orang yang menerima moderately emetogenic
chemotherapy (MEC) (Naseri-salahshour et al., 2019).
Mual muntah yang tidak terkontrol akan mempengaruhi terapi pada pasien
secara keseluruhan dan mempengaruhi respon terapi serta menurunkan tingkat
kesembuhan pasien kanker. Selain itu kontrol yang tidak tepat pada gelaja mual
dan muntah juga dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup, status gizi dan
aktivitas fisik individu, dan akan meningkatkan biaya perawatan baik langsung
maupun tidak langsung (Dadkhah et al., 2019).
Meskipun saat ini obat anti mual sudah banyak tersedia, tetapi kontrol penuh
terhadap gejala mual dan muntah ini belum maksimal, sekitar 50% orang yang
menerima obat anti mual dan muntah masih mengeluhkan mual dan muntah, dan
telah menjadi tantangan sampai saat ini (Salvetti et al., 2021). Maka dari itu
diperlukannya kombinasi metode nonfarmakologi untuk mengendalikan gejala
mual dan muntah pada pasien kanker (Gürcan & Turhan, 2019).
Salah satu pendekatan terapi nonfarmakologi untuk mengendalikan mual dan
muntah akibat kemoterapi adalah penggunaan minyak esensial peppermint (Efe &
Tas, 2021). Terapi minyak esensial peppermint merupakan aromaterapi yang
dihasilkan dari bagian tanaman peppermint yang diekstrak menjadi minyak, untuk
meredakan gejala fisik dan emosional (S. Nurrohmi, G. Lumadi, 2016).
Sampai saat ini terapi alternative sudah memiliki tempat khusus di dalam
masyarakan Indonesia dalam mengendalikan gejala penyakit kanker, dimana
kecenderungan mereka untuk menggunakan pengobatan alternative bersama
dengan pengobatan standar untuk mengendalikan penyakit (Leukimia et al.,
2017). Pengembangan ilmu berbasis bukti dibidang keperawatan sangat
diperlukan guna untuk memfasilitasi interaksi pasien dengan fasilitas pelayanan
kesehatan sebagai upaya peningkatan kuliatas dan kepuasan pelayanan kesehatan
bagi pasien kanker.
Studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui efek minyak peppermint
terhadap mual dan muntah pasien kanker akibat kemoterapi demi meningkatkan
kualitas dan kepuasan pelayanan kesehatan.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode literatur review non systematic, yaitu
studi yang digunakan untuk menganalisis jurnal penelitian yang dipilih sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan. Jurnal yang digunakan dalam studi ini adalah
jurnal-jurnal yang membahas topik yaitu: (1) terapi komplementer: pappermint
dan (2) mual dan muntah akibat kemoterapi. Penulusuran jurnal dalam studi ini
menggunakan online data base diantaranya: ProQuest, Scopus, Springer Link dan
google scholer pada kategori scholarly jounals dari tahun 2016-2022.
Secara umum artikel yang di review hanya membahas satu intervensi dalam
meredakan mual dan muntah akibat kemoterapi yaitu minyak peppermint. Minyak
peppermint mengandung menthol (35-45%) dan menthone (10%-30%) sehingga
dapat bermanfaat sebagai antimual dan antikejang pada lapisan lambung dan usus
dengan menghambat kontraksi otot yang disebabkan oleh serotonin dan substansi
lainnya (Rapoport, 2017).
Kandungan serotonin pada minyak peppermint dapat membuat seseorang
dalam keadaan rileks dan nyaman, dimana kondisi ini akan menekan stimulus
stress dengan menghambat fungsi dari 5-HT3 (Ashoor et al., 2013) yang
menyebabkan tubuh merasa nyaman dan menekan respon mual dan muntah
(Kasiati, 2017).
Penelitian yang dilakukan pada kandungan menthol didalam aromaterapi
peppermint berguna sebagai obat antimual dan linalool pada lavender yang
bersifat anticemas mampu menurunkan mual muntah 1-2 skala mual mulai dari
mual-muntah berat ke ringan (S. Nurrohmi, G. Lumadi, 2016).
Pemberian minyak peppermint dibeberapa penelitian sangat bervariasi.
Misalnya pemberian aromaterapi secara inhalasi dengan menggunakan alat aroma
diffuser efektif menurunkan mual dan muntah dan sangat memudahkan pasien
untuk menghirup aroma minyak peppermint dan dapat meningkatkan terapi yang
diinginkan. Dan studi oleh (Chen et al., 2021) menunjukkan bahwa minyak
peppermint inhalasi adalah pengobatan yang dapat digunakan untuk mengobati
mual pada pasien pasca operasi jantung.
Sedangkan penelitian (Mapp et al., 2020) menyatakan pemberian minyak
pappermint dengan dioleskan pada kain lap basah yang dingin kemudian
diletakkan dileher, selain dapat mengurnagi mual dan muntah, pasien dapat
mengelola sendiri terapi yang diinginkannya dan mengurangi kendala waktu pada
perawat. Pasien yang menerima minyak peppermint di kain lap mereka lebih baik
skor BARF pasca intervensi dibandingkan pasien yang tidak menerima aroma
minyak pappermint, dengan penurunan rata-rata 3,86 (SD = 2,2) poin. Skor antara
pasien dalam kelompok B meningkat secara signifikan dibandingkan dengan skor
antara pasien dalam kelompok A (p = 0,020) pada pasca intervensi.
Dan minyak pappapermint yang diteteskan antara bibir atas dan hidung
(pada filtrum), tiga kali sehari sebanyak satu tetes campuran aromatik selama lima
hari setelah pemberian kemoterapi, mengurangi frekuensi mual dan muntah,
perasaan tertekan yang disebabkan oleh gejala ini dan menurunkkna tingkat
keparahan mual dengan skor mual VAS secara signifikan lebih rendah setelah
penggunaan minyak peppermint pada pasien dibandingkan Folfirinox (perbedaan
rata-rata): 4,00±2,28; P<0,001(Efe & Tas, 2021).
Meskipun ada perbedaan dalam pemberian terapi minyak peppermint dalam
mengurangi mual dan muntah, tetapi dapat disimpulkan bahwa minyak
peppermint efektif dalam menangani mual dan muntah akibat kemoterapi di
semua penelitian yang menggunakan minyak peppermint. Selain itu, tidak ada
efek samping yang dilaporkan dalam pengobatan mual dan muntah akibat
kemoterapi yang disebabkan oleh penggunaan minyak peppermint (Efe & Tas,
2021), hanya satu pasien yang dilaporkan bahwa dia merasa bahwa aroma
peppermint mungkin telah membuatnya merasa lebih buruk (Mapp et al., 2020).
SIMPULAN
Minyak peppermint secara signifikan mengurangi frekuensi mual, muntah,
muntah dan keparahan mual pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Oleh
karena itu, penggunaan minyak peppermint bersama dengan antiemetik setelah
kemoterapi dengan risiko muntah sedang dan rendah dapat direkomendasikan
untuk mengatasi mual dan muntah akibat kemoterapi.
IMPLIKASI
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan minyak peppermint
efektif dalam mengurangi tingkat mual dan muntah akibat kemoterapi pada pasien
kanker. Penggunaan praktik aromaterapi berupa minyak peppermint bisa menjadi
cara yang relatif hemat biaya, mudah digunakan, dan intervensi kategori cepat
untuk pasien yang mengalami mual. Selain itu, minyak peppermint tersedia secara
komersial tanpa resep dan memberikan aromaterapi alami yang dapat direplikasi
dalam pelayanan onkologi tanpa perintah dokter.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasi tak terhingga penulis sampaikan kepada Fakultas Keperawatan
Universitas Indonesia atas kesempatan memfasilitasi penulis untuk menyelesaikan
Literatur Review ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ashoor, A., Nordman, J. C., Veltri, D., Yang, K. H. S., Shuba, Y., Al Kury, L.,
Sadek, B., Howarth, F. C., Shehu, A., Kabbani, N., & Oz, M. (2013).
Menthol inhibits 5-HT3 receptor-mediated currents. Journal of
Pharmacology and Experimental Therapeutics, 347(2), 398–409.
https://doi.org/10.1124/jpet.113.203976
Ayubbana, S., & Hasanah, U. (2021). Efektifitas aromaterapi peppermint terhadap
mual muntah pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
Holistik Jurnal Kesehatan, 15(1), 1–7.
https://doi.org/10.33024/hjk.v15i1.3313
Chen, L., Wu, X., Chen, X., & Zhou, C. (2021). Efficacy of Auricular
Acupressure in Prevention and Treatment of Chemotherapy-Induced Nausea
and Vomiting in Patients with Cancer: A Systematic Review and Meta-
Analysis. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2021.
https://doi.org/10.1155/2021/8868720
Dadkhah, B., Anisi, E., Mozaffari, N., Amani, F., & Pourghasemian, M. (2019).
Effect of Music Therapy with Periorbital Massage on Chemotherapy-Induced
Nausea and Vomiting in Gastrointestinal Cancer : a Randomized Controlled
Trail. 8(3), 165–171. https://doi.org/10.15171/jcs.2019.024
Efe, N., & Tas, S. (2021). Complementary Therapies in Medicine The Effects of
Peppermint Oil on Nausea , Vomiting and Retching in Cancer Patients
Undergoing Chemotherapy : An Open Label Quasi – Randomized Controlled
Pilot Study. 56(August 2020). https://doi.org/10.1016/j.ctim.2020.102587
Gürcan, M., & Turhan, S. A. (2019). Kanser Tedavisi Alan Çocuklarda Bulantı-
Kusmaya Yönelik Semptom Yönetimi: Kanıt Temelli Uygulamalar
Symptom Management for Nausea-Vomiting in Children Receiving Cancer
Treatment: Evidence-Based Practices. Jcp, 17(1), 170–182.
Kasiati, K. (2017). Aromatherapy and Acupressure Combination May Reduce
Nausea Vomiting Response (Effect of Chemotherapy) to Cervical Cancer
Clients. IOSR Journal of Nursing and Health Science, 06(02), 09–15.
https://doi.org/10.9790/1959-0602020915
Leukimia, A. L., Leukimia, A. L., & Lymphoblastic, A. (2017). Pengaruh
Hipnoterapi dan Akupresur terhadap Mual Muntah Akut Akibat Kemoterapi
Pada Anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia ( ALL ) di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tanggerang Tahun 2017 Ddue to Chemotherapy in
Children with Acute Lymphoblastic Leukemia ( A. 53–66.
Lisnawati, K., Made, N., Wati, N., Luh, N., & Thrisna, P. (2021). PENGARUH
AROMATERAPI PEPPERMINT DALAM KEMOTERAPI PADA PASIEN
KANKER ( THE EFFECT PEPPERMINT AROMATHERAPY TO REDUCE
NAUSEA AND VOMITING RELATED CHEMOTHERAPY IN CANCER
PATIENT ). 8(4), 427–444.
Mapp, C. P., Hostetler, D., Sable, J. F., Parker, C., Gouge, E., Masterson, M.,
Willis-styles, M., Fortner, C., & Higgins, M. (2020). Peppermint Oil. 24(2),
160–165.