Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN SEMINAR KASUS

RESUME KEPERAWATAN PADA TN. M


DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA TESTIS
KEMOTERAPI KE 1 DI RUANG EDELWEIS
(KEMOTERAPI) RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Profesi


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Dian Bardiansyah, S.Kep 11194692210133
Lia Fitriani, S.Kep 11194692210141
Saldilawaty, S.Kep 11194692210155
Tya Ayu Widyasari, S.Kep 11194692210158

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN SEMINAR KASUS


RESUME KEPERAWATAN PADA TN. M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA TESTIS
KEMOTERAPI KE 1 DI RUANG EDELWEIS
(KEMOTERAPI) RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 28 September 2022

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Dian Bardiansyah, S.Kep 11194692210133
Lia Fitriani, S.Kep 11194692210141
Saldilawaty, S.Kep 11194692210155
Tya Ayu Widyasari, S.Kep 11194692210158

Banjarmasin, 24 September 2022

Mengetahui,
Preseptor Akademik (PA) Preseptor Klinik (PK)

M. Sobirin Mohtar, S.Kep, Ns.,M.Kep Indra Budi, S.Kep., Ns.,


NIK. 1166052018124 M.Kep NIDK. 89826000020
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kanker testis adalah keganasan yang jarang ditemukan, tetapi
merupakan keganasan yang umum dijumpai laki-laki usia muda di
banyak negara. Keganasan ini 90-95% berasal dari Germ Cell,
sehingga sering pula disebut Testicular Germ Cell Tumors
(TGCT),1,2 5-10% merupakan keganasan yang berasal dari non
germinal sel(sel Leydig dan sel Sertoli). Secara umum TGCT dibagi 2
berdasarkan gambaran histopatologi yaitu, seminoma yang menyerupai
Primordial Germ Cells (PGC) dan non-seminoma (WHO, 2012).
Secara global, tingkat kejadian kanker testis bervariasi menurut
geografi, dengan tingkat yang lebih tinggi di negara-negara Eropa
Barat dan Utara (8.0-9,0 per 100.000) bila dibandingkan dengan
negara-negara Asia dan Afrika (<1 per 100.000), dan dengan negara
maju memiliki tingkat yang lebih tinggi daripada perkembangan
negara. Kanker testis menyumbang 1% kanker pada pria secara global
(Filippou, 2016). Angka kejadian kanker dilaporkan mengalami
peningkatan pesat, khususnya di negara-negara berkembang di
berbagai belahan dunia. Angka kejadian kanker diperkirakan 12.7 juta
kasus kanker baru terjadi pada tahun 2008 (WHO, 2012).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4% , dan kanker
merupakan penyebab kematian normor 7 (5,7%) setelah stroke, TB,
hipertensi, cedera , dan DM (Kemenkes RI, 2014).
2. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Testis
diruang Kemoterapi?
3. Tujuan
a. Tujuan umum
1) Untuk mengetahui proes asuhan keperawatan pada pasien Ca
Testis di ruang Kemoterapi
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada Tn. m dengan
diagnosa medis Ca Testis diruang Kemoterapi
2) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada Tn. m dengan
diagnosa medis Ca Testis diruang Kemoterapi
3) Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada Tn. m dengan
diagnosa medis Ca Testis diruang Kemoterapi
4) Mengidentifikasi implementasi keperawatan pada Tn. m dengan
diagnosa medis Ca Testis diruang Kemoterapi
5) Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada Tn. m dengan
diagnosa medis Ca Testis diruang Kemoterapi
4. Manfaat
a. Bagi Pendidikan
Untuk menambah ilmu keperawatan dan dapat menjadikan acuan asuhan
keperawatan pada diagnosa Ca Testis
b. Bagi Rumah Sakit
Untuk membantu dalam melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit.
c. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan menambah ilmu pegetahuan mahasiswa
dan dapat dijadikan acuan dalam membuat asuhan keperawatan
d. Bagi Pasien
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyakitnya dan mengetahui
asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Konsep Anatomi dan fisiologi sistem


a. Anatomi sistem
1) Anatomi Testis
Testis dikelilingi oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen, yaitu
tunika albuginea. Tunika albuginea menebal pada permukaan posterior
testis dan membentuk mediastinum testis, tempat septa fibrosa
mempenetrasi organ tersebut dan membagi kelenjar menjadi sekitar 250
kompartemen piramid atau lobulus testis. Testis berkembang secara
retroperitoneal pada dinding dorsal rongga abdomen embrional. Testis
bergerak selama perkembangan fetus dan akhirnya tertahan dikedua sisi
skrotum pada ujung funikulus spermatikus. Karena bermigrasi dari
rongga abdomen, setiap testis membawa serta suatu kantong serosa,
yaitu tunika vaginalis yang berasal dari peritoneum. Tunika ini terdiri
atas lapisan parietal di luar dan lapisan visceral di bagian dalam, yang
membungkus tunika albuginea pada sisi anterior dan lateral testis
(Mescher, 2011).

Sumber: Evelyn C Pearce (2006)


Gambar 1.1 Sistem Reproduksi
Pria
Sumber: Evelyn C Pearce (2006)
Gambar 2.1 Testis Pria
2) Histologi Testis
Testis terdiri atas 900 lilitan tubulus seminiferus, yang masing-
masing mempunyai panjang rata-rata lebih dari setengah meter, dan
merupakan tempat pembentukan sperma (Guyton, 2007). Setiap lobus
testis juga terdapat sel interstisial (sel Leydig) yang berfungsi
mensekresikan testosteron. Setiap tubulus seminiferus merupakan suatu
gelung berkelok yang dihubungkan oleh suatu segmen pendek dan
sempit, yaitu tubulus rektus, dengan rete testis, yakni suatu labirin
saluran berlapis epitel yang tertanam di mediastinum testis seperti yang
dapat terlihat pada gambar 1. Sepuluh hingga dua puluh duktus efferen
menghubungkan testis dengan kaput epididimidis (Mescher, 2011).
3) Fisiologi Testis
Fungsi reproduksi pada pria dapat dibagi menjadi tiga subdivisi
utama yaitu spermatogenesis, kinerja kegiatan seksual pria, dan
pengaturan fungsireproduksi pria dengan berbagai hormon. Testis
terdiri atas tubulus seminiferus dan merupakan tempat pembentukan
sperma. Sperma kemudian dialirkan kedalam epididimis, suatu tubulus
lain yang juga berbentuk lilitasn dengan panjang sekitar 6 meter.
Epididimis bermuara ke dalam vas deferens, yang membesaar kedalam
ampula vas deferens tepat sebelum vas deferens memasuki korpus
kelenjar prostat.
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus selama masa seksual
aktif akibat stimulasi oleh hormon gonadotropin hipofisis anterior, yang
dimulai rata-rata pada umur 13 tahun dan terus berlanjut hampir di
seluruh sisa kehidupan, namun sangat menurun pada usia tua (Guyton,
2007). Spermatogensis dimulai dengan sel benih primitif yaitu
spermatogonium. Sel ini berada di bagian basal epitel dekat membran
basal. Pada saat terjadinya pematangan system kelamin, sel inimulai
mengalami mitosis, dan menghasilkan generasi sel-sel yang baru.
Spermatogonia tipe A masing-masing mengalami sejumlah pembelahan
klonal khusus yang tetap saling terhubung sebagai suatu syncytium dan
membentuk spermatogoniatipe B yang memiliki inti pucat yang lebih
sferis (Mescher, 2011).
Pembelahan mitosis spermatogonium menghasilkan spermatosit
primer. Pembelahan meiosis pertama berasal dari spermatosit primer
diploid. Sel haploid yang dihasilkan dari pembelahan meiosis pertama
disebut spermatosit sekunder. Pembelahan spermatosit kedua berasal
dari spermatosit sekunder dan menghasilkan spermatid. Proses
spermiogenesis bermula dengan spermatid dan menghasilkan
perubahan- perubahan morfologis yang diperlukan untuk membentuk
sperma motil (Mescher, 2011).
2. Konsep dasar penyakit
a. Definisi
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah
zakar), yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya
benjolan di dalam skrotum (kantung zakar). Kanker yang demikian
diklasifikasikan sebagai germinal atau nongerminal. Tumor germinal
timbul dari sel-sel germinal testis (seminoma, terakokarsinoma, dan
karsinoma embrional); tumor germinal timbul dari epithelium (Digambiro
& Reza A, 2012).
b. Etiologi
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun.
Penyebab nya yang pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
menunjang terjadinya kanker testis (Brunner & Suddrath., 2015).
1) Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)
2) Perkembangan testis yang abnormal
3) Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang
ditandai dengan rendahnya kadar hormon pria, kemandulan,
pembesaran payudara (ginekomastia) dan testis yang kecil).
Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis
tetapi masih dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia tertentu
dan infeksi oleh HIV. Jika di dalam keluarga ada riwayat kanker testis,
maka resikonya akan meningkat. 1% dari semua kanker pada pria
merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan kanker yang paling
sering ditemukan pada pria berusia 15-40 tahun. Kanker testis
dikelompokkan menjadi:
1) Seminoma : 30-40% dari semua jenis tumor testis.
Biasanya ditemukan pada pria berusia 30-40 tahun dan terbatas pada
testis.
2) Non-seminoma: merupakan 60% dari semua jenis tumor testis. Dibagi
menjadi subkategori:
3) Karsinoma embrional: sekitar 20% dari kanker testis, terjadi pada usia
20- 30 tahun dan sangat ganas. Pertumbuhannya sangat cepat dan
menyebar ke paru-paru dan hati.
4) Tumor yolk sac: sekitar 60% dari semua jenis kanker testis pada anak
laki-laki.
5) Teratoma: sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40% pada
anaklaki-laki.
- Koriokarsinoma.
6) Tumor sel stroma: tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel sertoli dan
sel granulosa.
Tumor ini merupakan 3-4% dari seluruh jenis tumor testis. Tumor bisa
menghasilkan hormon estradiol, yang bisa menyebabkan salah satu
gejala kanker testis, yaitu ginekomastia.
c. Patofisiologi (pathway)
Dua model karsinoma testis in situ telah diusulkan. Yang pertama
berpendapat bahwa gonosit janin yang perkembangannya menjadi
spermatogonia terhambat dapat mengalami pembelahan sel abnormal dan
kemudian pertumbuhan invasif dimediasi oleh stimulasi gonadotropin
pascakelahiran dan pubertas (Kush, 2017)
Model kedua mendalilkan bahwa sel target yang paling mungkin
untuk transformasi adalah spermatosit zygotene-pachytene. Selama tahap
pengembangan sel kuman ini, peristiwa pertukaran kromatid yang
menyimpang yang terkait dengan persimpangan dapat terjadi. Biasanya,
sel- sel ini dieliminasi oleh apoptosis. Pada kesempatan ini, penyeberangan
ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah salinan 12p dan ekpresi
berlebihan gen cyclin D2 (CCND2). Sel yang membawa kelainan ini
relatif terlindungi dari kematian apoptosis karena efek onkogenik CCND2,
yang menyebabkan inisiasi ulang siklus sel dan ketidakstabilan genomik
(Kush, 2017).
Perubahan Genetik, Riwayat keluarga adalah salah satu faktor risiko
terkuat yang diketahui TGCT (Testicular germ cell tumor), dan relatif
tinggi dibandingkan dengan jenis kanker lainnya. Seperti yang
didokumentasikan di beberapa populasi, anak laki-laki dengan TGCT
memiliki risiko TGCT 4-6 kali lipat (versus umumnya tiga kali lipat atau
lebih rendah pada jenis kanker lainnya), dan bersaudara berisiko 8- 10 kali
lipat dari TGCT (versus enam- lipat atau di bawah jenis lainnya) [6].
Tingkat yang lebih tinggi pada saudara laki-laki versus ayah-anak
mungkin mencerminkan risiko genetik / lingkungan bersama yang
kompleks, atau komponen resesif yang terkait dengan X atau autosomal
dari warisan kompleks (Louise, 2016).
Transfusi germ selaput ganas merupakan hasil proses multistep
perubahan genetik. Salah satu peristiwa paling awal adalah peningkatan
jumlah salinan 12p, baik sebagai 1 atau lebih salinan i (12p) atau sebagai
duplikasi tandem lengan kromosom 12p. Kelainan ini ditemukan pada lesi
karsinoma in situ dan juga penyakit yang lebih lanjut. Studi lebih lanjut
menunjukkan bahwa CCND2 hadir pada pita kromosom 12p13 dan bahwa
CCND2 diekspresikan secara berlebihan pada kebanyakan tumor sel
kuman, termasuk karsinoma in situ. Amplifikasi CCND2 mengaktifkan
cdk4 / 6, yang memungkinkan sel untuk maju melalui pos pemeriksaan
G1- S (Kush, 2017).
Pathway

Intoleransi Aktivitas
Defisit Pengetahuan Nyeri Ganguan Rasa
Akut Nyaman

Kemoterapi

Disfungsi Seksual Nausea

Sumber: Aplikasi SDKI, SLKI dan SIKI (2020)


d. Manifestasi Klinis
Gejala berupa :
1) Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)
2) Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
3) Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah - Ginekomastia
4) Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat.
Tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali. Gejala
timbul dengan sangat bertahap dengan massa atau benjolan pada testis
yang tidak nyeri. Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada skrotum, area
inguinal, atau abdomen dalam. Sakit pinggang (akibat perluasan nodus
retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan berat badan, dan
kelemahan umum dapat diakibatkan oleh metastasis. Pembesaran testis
tanpa nyeri adalah temuan diagnostik yang signifikan.
Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan
testis mandiri. Suatu bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria
harus mencakup pameriksaan mandiri. Pengajaran tentang pemeriksaan
mandiri adalah intervensi penting untuk deteksi dini penyakit ini
(Sastrasudarmo. 2011)
e. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
1) USG skrotum
2) Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein),
HCG (human chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic
dehydrogenase).
3) Hampir 85% kanker non-seminoma menunjukkan peningkatan
kadar AFP atau beta HCG.
4) Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
5) CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ perut)
6) Biopsi jaringan. (Aster, K. A, 2015)
f. Komplikasi
Meskipun kanker testis adalah kanker yang sangat dapat diobati, kanker
masihdapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Jika satu atau kedua
testis dikeluarkan, kesuburan Anda juga mungkin akan terpengaruhi.
Komplikasi yang dapat terjadi juga meliputi komplikasi dari toksisitas
pengobatan terkait (Kush, 2017).
1) Komplikasi paru: Bleomycin dapat menyebabkan pneumonitis
dan fibrosis paru; Oleh karena itu, tes fungsi paru dilakukan
sebelum memulai kemoterapi yang meliputi agen ini.
Toksisitas paru yang diinduksi oleh bleomycin bersifat
kumulatif dan meskipun bisa berakibat fatal, jarang fatal jika
dosis kumulatif total kurang dari 400 unit.
2) Toksisitas ginjal: 20-30% pasien yang menerima cisplatin
memiliki penurunan laju filtrasi glomerulus. Cisplatin juga
dapat menyebabkanhypomagnesemia, hypophosphatemia, dan
hipokalemia (Oldenburg, 2016).
3) Infertilitas: Banyak pasien memiliki kelainan oligospermia
atau sperma sebelum melakukan perawatan, namun hasil
analisis semen umumnyamenjadi lebih normal setelah
perawatan.
4) Toksisitas hematologica: Anemia, leukopenia / neutropenia,
dan trombositopenia dapat terjadi. Pengobatan profilaksis
dengan faktor pertumbuhan hematopoietik dianjurkan untuk
menghindari perlunya atenuasi dosis atau penundaan
pengobatan (Oldenburg, 2016).
5) Komplikasi tulang: Pada pasien yang memiliki tumor sel benih
metastatik, Willemse dkk melaporkan penurunan kepadatan
mineral tulang (BMD) yang signifikan pada tahun pertama
setelah kemoterapi kuratif, tanpa pemulihan BMD dalam 5
tahun sesudahnya. Periset ini mencatat bahwa apakah
kehilangan tulang ini terkait dengan meningkatnya risiko patah
tulang dan apakah dapat dicegah dengan pengobatan
modifikasi tulang tetap tidak pasti.
6) Toksisitas gastrointestinal: Mual dan muntah

7) Toksisitas neurologis: Cisplatin dan oxaliplatin dapat menyebabkan


neuropati
8) Ototoksisitas: Tinnitus dan frekuensi tinggi kehilangan
sensorineural dapat terjadi. (Kush, 2017).
g. Prognosis
Prognosis seminoma testis dipengaruhi oleh keparahan penyakit yang
dapat dinilai dari ada atau tidaknya metastasis. Testicular Cancer Society
menyatakan bahwa angka kesintasan seminoma testis dapat melebihi 95%.
Jika didiagnosis lebih awal, saat kanker terbatas pada testis, angka
kesintasan mencapai 99%. Jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah
bening regional, angka kesintasan mencapai 96%. Jika ada metastasis jauh,
angka kesintasan diperkirakan di atas 70% (Cedeno JD, Light DE &
Leslie SW, 2020)
h. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit.
Setelah kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan jenis sel kankernya, selanjutnya ditentukan stadiumnya (Davis
Charles P., MD, PhD. 2016).
1) Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis
2) Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
3) Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa
sampai ke hati atau paru-paru.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:
1) Pembedahan: pengangkatan testis (orkiektomi) dan pengangkatan
kelenjar getah bening (limfadenektomi).
2) Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi
tinggi lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada
tumor non-seminoma. Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada
seminoma, terutama pada stadium awal.
3) Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin
dan etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi telah
meningkatkan angka harapan hidup penderita tumor non- seminoma.
4) Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah
menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang penderita.
Tumor seminoma
1) Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah
bening perut
2) Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening
dan kemoterapi dengan sisplastin
3) Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma:
1) Stadium I diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan
limfadenektomi perut
2) Stadium II diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut,
kemungkinan diikuti dengan kemoterapi
3) Stadium III diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.
Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis
sebelumnya, diberikan kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin
dan etoposid atau vinblastin). Kanker testikuler adalah salah satu tumor
padat yang dapat disembuhkan. Tujuan penatalaksanaan adalah untuk
menyingkirkan penyakit dan mencapai penyembuhan. Pemilihan
pengobatan tergantung pada tipe sel dan keluasan anatomi penyakit. Testis
diangkat dengan orkhioektomi melalui suatu insisi inguinal dengan ligasi
tinggi korda spermatikus.
Prosthesis yang terisi dengan jel dapat ditanamkan untuk mengisi
testis yang hilang. setelah orkhioektomi unilateral untuk kanker testis,
sebagian besar pasien tidak mengalami fungsi endokrin. Namun demikian,
pasien lainnya mengalami penurunan kadar hormonal, yang menandakan
bahwa testis yang sehat tidak berfungsi pada tingkat yang normal. Diseksi
nodus limfe retroperineal (RPLND) untuk mencegah penyebaran kanker
melalui jalur limfatik mungkin dilakukan setelah orkhioektomi.
Meskipun libido dan orgasme normal tidak mengalami gangguan
setelah RPLND, pasien mungkin dapat mengalami disfungsi ejakulasi
dengan akibat infertilitas. Menyimpan sperma di bank sperma sebelum
operasi mungkin menjadi pertimbangan.
Iradiasi nodus limfe pascaoperasi dari diagfragma sampai region iliaka
digunakan untuk mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat
tumor saja. Testis lainnya dilindungi dari radiasi untuk menyelamatkan
fertilitas. Radiasi juga digunakan untuk pasien yang tidak menunjukkan
respon terhadap kemoterapi atau bagi mereka yang tidak
direkomendasikan untuk dilakukan pembedahan nodus limfe.
Karsinoma testis sangat responsive terhadap terapi medikasi.
Kemoterapi multiple dengan sisplantin dan preparat lainnya seperti
vinblastin, bleomisin, daktinomisin, dan siklofosfamid memberikan
persentase remisi yang tinggi. Hasil yang baik dapat dicapai dengan
mengkombinasi tipe pengobatan yang berbeda, termasuk pembedahan,
terapi radiasi, dan kemoterapi. Bahkan kanker testikuler diseminata
sekalipun, prognosisnya masih baik, dan penyakit kemungkinan dapat
disembuhkan karena kemajuan dalam diagnosis danpengobatan.
i. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil
pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari
pasien, membuat data dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang
respons kesehatan pasien. Pengkajian yang komprehensif atau
menyeluruh, sistematis yang logis akan mengarah dan mendukung pada
identifikasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dapat diperoleh
dari data subyektif melalui wawancara dan dari data obyektif melalui
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Dinarti & Yuli
Muryanti, 2017):
a) Pengumpulan Data
(1).Identitas pasien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
alamat, tempat tinggal
(2).Riwayat penyakit sekarang : Pada pengkajian ini yang perlu dikaji
adanya keluhan pada area abdomen terjadi pembesaran
(3).Riwayat penyakit dahulu : Adakah riwayat penyakit dahulu yang
diderita pasien dengan timbulnya kanker kolon.
(4).Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota keluarga yang
mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota
keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya
(5).Riwayat psikososial dan spiritual : Bagaimana hubungan pasien
dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar
sebelum maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan,
rasa sakit, karena penyakit yang dideritanya, dan bagaimana
pasien menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
b) Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual
(1).Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan
apa saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai,
frekwensi makanannya
(2).Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah
keluar darah atau tidak, keras, lembek, cair ?
(3).Pola personal hygiene
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun
atau tidak, menyikat gigi.
(4).Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan istirahat tidur berapa jam ? Kebiasaan – kebiasaan
sebelum tidur apa saja yang dilakukan?
(5).Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas
diluar kegiatan olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di
kampung dan sekitarnya.
(6).Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras,
ketergantungan dengan obat-obatan ( narkoba ).
(7).Hubungan peran
Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-
teman sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat ?
(8).Pola persepsi dan konsep diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap
keluarga, kebersamaan dengan keluarga.
(9).Pola nilai kepercayaan
Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap
agama yang dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan
patuh terhadap perintah dan larangan-Nya.
(10). Pola reproduksi dan seksual
Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan
keluarga besarnya dan lingkungan sekitar.
c) Pemeriksaan fisik
(1).Kepala dan leher : Dengan tehnik inspeksi dan palpasi
(2).Rambut dan kulit kepala : Pendarahan, pengelupasan, perlukaan,
penekanan
(3).Telinga : Perlukaan, darah, cairan, bau ?
(4).Mata : Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak
mata, adanya benda asing, skelera putih ?
(5).Hidung : Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan anatomi
akibat trauma ?
(6).Mulut : Benda asing, gigi, sianosis, kering ?
(7).Bibir : Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering ?
(8).Rahang : Perlukaan, stabilitas ?
(9).Leher : Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar tiroid
(10). Pemeriksaan dada
(a). Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi
pernapasan, irama, gerakkan cuping hidung, terdengar suara
napas tambahan.
(b). Palpasi : Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus
sama antara kanan kiri dinding dada.
(c). Perkusi : Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara
redup pada batas paru dan hepar.
(d).Auskultasi : Terdengar adanya suara visikoler di kedua
lapisan paru, suara ronchi dan wheezing
(11). Kardiovaskuler
(a). Inspeksi: Bentuk dada
simetris (b). Palpasi: Frekuensi
nadi,
(c). Parkusi: Suara pekak
(d).Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur
(12). System pencernaan / abdomen
(a). Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen
membuncit atau datar, tapi perut menonjol atau tidak,
lembilikus menonjol atau tidak, apakah ada benjolan benjolan
/ massa.
(b). Palpasi : Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (
tumor, teses) turgor kulit perut untuk mengetahui derajat
bildrasi pasien, apakah tupar teraba, apakah lien teraba?
(c). Perkusi : Abdomen normal tympanik, adanya massa padat
atau cair akan menimbulkan suara pekak ( hepar, asites,
vesika urinaria, tumor).
(d).Auskultasi : Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5-
35 kali permenit.
(13). Pemeriksaan extremitas atas dan bawah
meliputi: (a). Warna dan suhu kulit
(b). Perabaan nadi distal
(c). Depornitas extremitas alus
(d).Gerakan extremitas secara aktif dan pasif
(e). Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi
(f). Derajat nyeri bagian yang cidera
(g).Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh
(h). Reflek patella
(14). Pemeriksaan pelvis/genitalia
(a). Kebersihan, pertumbuhan rambut
(b). Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter,
terdapat lesi atau tidak.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri Akut b/d agen cedera fisik
b) Disfungsi Seksual b/d berhubungan dengan fungsi tubuh
c) Gangguan Rasa Nyaman b/d gejala terkait penyakit
d) Intoleransi Aktivitas b/d Imobilitas
e) Defisiensi Pengetahuan b/d kurang pajanan terhadap proses penyakit

Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1 Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
(D.0077) Setelah dilakukan (I.09314):
tindakan keperawatan Observasi
diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
pasien menurun dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun. - Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun - Identifiksi respons nyeri
3. Gelisah menurun non verbal
Terapeutik
- Berikan Teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Ajarkan Teknik
nonfarmakolgis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
analgesik, jika perlu
2 Disfungsi Fungsi Seksual Edukasi Seksualitas (I.
seksual (L.07055) 12447)
(D.0069) Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan - Identifikasi kesiapan dan
diharapkan fungsi seksual kemampuan menerima
pasien meningkat dengan informasi
kriteria hasil : Terapeutik
1. Kepuasan hubungan - Sediakan materi dan
seksual media Pendidikan
2. Verbalisasi fungsi kesehatan
seksual berubah Edukasi
3. Keluhan sulit - Jelaskan anatomi dan
melakukan aktivitas fisiologi system
seksual reproduksi laki-laki dan
perempuan
Terapi Relaksasi (I.09326)
Status kenyamanan Observasi
(L08064) - Identifikasi penurunan
Setelah dilakukan tingkat energi,
tindakan keperawatan ketidakmampuan
diharapkan gangguan rasa berkonsentrasi, atau
Gangguan nyaman pasien menurun gejala lain yang
3 rasa nyaman dengan kriteria hasil : mengganggu kemampuan
(D.0074) 1. Keluhan tidak nyaman kognitif
menurun Terapeutik
2. Gelisah menurun - Ciptakan lingkungan
3. Keluhan sulit tidur tenang dan tanpa
4. Suhu ruangan gangguan dengan
pencayahaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
Edukasi
- Jelaskan tujuan,manfaat,
Batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia.
4 Intoleransi Toleransi aktivitas Terapi Aktivitas (I.05186)
Aktivitas (L.05047) Observasi
(D.0057) Setelah dilakukan - Identifikasi deficit tingkat
tindakan keperawatan ansietas
diharapkan toleransi Terapeutik
aktivitas pasien - Fasilitasi fokus pada
meningkat dengan kriteria kemampuan, bukan defisit
hasil : yang dialami
1. Kekuatan nadi Edukasi
2. Tingkat kesadaran - Jelaskan metode aktivitas
3. Akral dingin fisik sehari-hari, jika
4. MAP perlu
5 Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
Pengetahuan (L.12111) (I.12383)
(D.0111) Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan - Identifikasi kesiaapan dan
diharapkan tingkat kemampuan menerima
pengetahuan pasien informasi
meningkat dengan kriteria Terapeutik
hasil : - Sediakan materi dan
1. Perilaku sesuai anjuran media Pendidikan
meningkat kesehatan
2. Kemampuan Edukasi
mengambarkan - Jelaskan factor risiko
pengalaman yang dapat
sebelumnya yang mempengaruhi kesehatan
sesuai
dengan topik meningkat
BAB III
RESUME KEPERAWATAN PROFESI NERS
RUANG KEMOTERAPI

A. Identitas Klien
1. Nama : Tn. M
2. Umur : 20 Tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Mahasiswa
5. Alamat : Martapura
6. Status Perkawinan : belum Menikah
7. Agama : Islam
8. Suku/Bangsa : Jawa/WNI
9. Nomor Rekam Medik : XX.XX.XX
10. Tanggal Masuk RS : 24 September 2022
11. Tanggal Pengkajian : 27 September 2022
12. Dx. Medis/ Stadium : CA Testis
13. Kemoterapi Ke- : 1

B. Keluhan Utama
Mual muntah

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien masuk RSUD ULIN pada tanggal 24 september 2022 dan keruang
kemoterapi (Edelweis) dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital dan
didapatkan hasil TD: 110/80 mmHg, Frekuensi nadi : 111 x/menit, Frekuensi
nafas: 20 x/menit, SpO2: 97%, Suhu: 35,80C setelah itu masuk kekamar 5
untuk menunggu dilakukan kemoterapi sebelumnya pasien dan keluarga baru
mengetahui pasien mengidap CA Testis ketika pemeriksaan kesehatan untuk
pendaftaran masuk pondok pesantren kemudian pasien melakukan perawatan
selama 14 hari dan pasien melakukan operasi pengangkatan tumor pada area
testis pada tanggal 19 juli 2022 di RSUD dr. Moewardi. Pasien mengeluh
mual muntah, pasien mengeluh kurang nafsu makan, pasien mengeluh selalu
merasa
kedinginan, pasien mengeluh pusing, pasien mengeluh perasaan tidak nyaman,
pasien mengatakan khawatir dengan penyakitnya karna usia masih muda harus
menjalani operasi dan kemoterapi, pasien mengatakan kurang nyenyak tidur,
ibu pasien mengatakan anaknya kadang kadang suka terbangun ketika malam
hari ketika dirumah sakit.

D. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
- Pasien tampak mual dan ingin muntah
- Kelenjar saliva meningkat ketika mual
- Ibu pasien terlihat mengurut belakang pasien yang mual
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak tidak menghabiskan makanannya
- Pasien tampak sering menelan
- Pasien terlihat kurang nyaman
- Pasien terlihat gelisah
- Pasien terlihat ada kantung mata dan kehitaman diarea bawah mata
- Pasien kurang mampu rileks
- Pasien tampak tegang
- Bibir pasien tampak kering
- Suara pasien sedikit bergetar
- Pasien tampak cemas sedang
- Kontak mata kurang

2. Palpasi :
- Telapak tangan dan kaki pasien teraba dingin

3. Perkusi :
-
4. Auskultasi :
-

E. Keadaan Umum
1. Tingkat Kesadaran/ GCS : 4.5.6
Composmentis
2. TTV :
TD: 110/80 mmHg, Frekuensi Nadi: 111 x/menit, Frekuensi Nafas: 20
x/menit, SpO2: 97%, Suhu: 35,80C

3. Antropometri :
BB: 45 kg, TB: 155 cm, BMI: 18.7 (Normal)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Laboratorium Klinik
Tanggal pemeriksaan : 15-09-2022
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 15.8 14.0-18.0 g/dl
Lekosit 7.9 4.0-10.5 ribu/ul
Eritrosit 5.60 4.10-6.00 juta/ul
Hematokrit 48.8 42.0-52.0 %
Trombosit 302 105-450 rbu/ul
RDW-CV 14.2* 12.1-14.0 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 87.1 80.0-92.0 fl
MCH 28.2 28.0-32.0 pg
MCHC 32.4* 33.0-37.0
HITUNG JENIS
Basofil% 0.5 0.0-1.0%
Eosinofil% 3.7* 1.0-3.0%
Neutrfhil% 64.3 50.0-81.0%
Limfosit% 25.3 20.0-40.0%
Monosit% 6.2 2.0-8.0%
Basofhil# 0.04 <1.00 ribu/ul
Eosinofil# 0.29 <3.00 ribu/ul
Neutrophil# 5.09 2.50-7.00 ribu/ul
Limfosit# 2.00 1.25-4.00 ribu/ul
Monosit# 0.49 0.30-1.00 ribu/ul
FLC# 10 /ul
FLC% 0 %
HEMOSTASIS
PT 10.3 9.9-13.5 detik
0.93 -
Normal PT 11.4 -
APTT 31.0 22.2-37.0 detik

Tanggal Pemeriksaan : 15-09-2022


Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Control Normal APTT 26.1
Kimia
Diabetes
Gula Darah Sewaktu 101 <200.00 mg/dl
Hati dan Pankreas
Albumin 4.7 3.5-5.2 g/dl
SGOT 19 5-34 U/L
SGPT 7 0-55 U/L
Ginjal
Ureum 21 0-50 mg/dl
Kreatinin 0.90 0.72-1.25 mg/dl
Elektrolit
Natrium 136 136-145 Meq/L
Kalium 4.1 3.5-5.1 Meq/L
Chlorida 102 98-107 Meq/L

2. Hasil Laboratorium Patologi Anatomi


Tanggal pemeriksaan : 11-07-2022
Mixed teratoma matur, primitive neuroectodermal tumor and yolk sac
tumor

3. Hasil Radiologi
- Thorak PA+ Lat Dewasa (27/06/2022).
Kesimpulan :
- Opasitas inhomogen bentuk lobulated batas tegas tepi regular
dilapang paru kiri segmen lingual suspek nodular pulmonal
metastasis DD/Primary pulmonal nodul
- Cor tak tampak kelainan
- MSCT Whole Abdomen dengan kontras
(01/07/2022) Kesimpulan :
- Lesi solid kistik dengan komponen kalsifikasi intralesa ditestis
kanan yang mendesak testis kiri ke posteroinferior mengarah
gambaran massa malignant (seminoma DD Immature teratoma)
- Multiple lymphadenopathy diparailaica bilateral dan inguinalis
bilateral
- Nodular type pulmonal metastasis
- Hepatomegaly
- Dilatasi bladder
G. Farmakologi
Obat Dosisi Indikasi Efek sampig
Ranitidin 1 Ampul tukak lambung dan - Sakit kepala.
tukak duodenum, - Sembelit.
refluks esofagitis, - Diare.
dispepsia episodik
kronis, tukak akibat - Mual.
AINS, tukak - Muntah.
duodenum karena - Sakit perut
H.pylori, sindrom
Zollinger-Ellison,
kondisi lain dimana
pengurangan asam
lambung akan
bermanfaat.
Ondansetron 1 Ampul mual dan muntah - Sakit kepala
akibat kemoterapi dan atau pusing.
radioterapi, - Rasa seperti
pencegahan mual dan melayang.
muntah pasca operasi. - Konstipasi.
- Kelelahan dan
tubuh terasa
lemah.
- Rasa
menggigil.
- Kantuk.

Primperan 1 Ampul Gangguan lambung- Reaksi


usus, mabuk ekstrapiramidal,
perjalanan, mual di pusing, kelelahan
pagi hari, mual dan menyeluruh,
muntah karena obat, mengantuk, sakit
anoreksia (kehilangan kepala, depresi,
nafsu makan), gelisah, gangguan
kembung, ulkus GI, hipertensi
peptikum, stenosis
pilorik (bersifat
ringan), dispepsia,
nyeri pada ulu hati,
gastroduodenitis,
dispepsia sesudah
gastrektomi,
endoskopi, dan
intubasi
Dexametason 1 Ampul Menangani berbagai Sakit perut
kondisi peradangan, Sakit kepala
reaksi alergi, penyakit Pusing
autoimun, multiple Nafsu makan
myeloma, dan meningkat
menangani COVID-19 Sulit tidur
yang bergejala berat Perubahan siklus
menstruasi
Muncul jerawat
Etoposide 180 mg Mengobati kanker Mual atau muntah
paru-paru jenis small Hilang nafsu
cell lung cancer makan
(SCLC) dan kanker Pusing atau lelah
testis yang tidak biasa
Diare
Rambut rontok
Untuk etoposide
suntik, bisa terjadi
nyeri atau
kemerahan di area
penyuntikan
Bleomysin 30 mg Menangani karsinoma Mual dan muntah
sel skuamosa, Rambut rontok
limfoma, atau efusi Hilang nafsu
pleura akibat kanker makan atau berat
badan turun
Sariawan atau
luka di mulut atau
lidah
Warna kulit yang
berubah menjadi
lebih gelap
Demam atau tidak
enak badan
Merah, gatal, atau
bengkak, di area
penyuntikan

Cisplatin 30 mg Mengobati kanker Mual atau muntah


ovarium, kanker testis, Hilang selera
dan kanker kandung makan
kemih Diare
Hilang
kemampuan
indera pengecap
untuk merasakan
makanan atau
minuman yang
dikonsumsi
Rambut rontok
H. Analisa Data
No. DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS : Nausea Efek agen farmakologi
- Pasien mengeluh mual (D.0076)
- Pasien mengatakan
ingin muntah
- Pasien mengatakan
tidak nafsu makan
DO :
- Kelenjar saliva
meningkat ketika
mual
- Pasien tampak mual
dan ingin muntah
- Ibu pasien terlihat
mengurut belakang
pasien yang mual
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak tidak
menghabiskan
makanannya
- Pasien tampak sering
menelan
- Frekuensi Nadi : 111
x/menit
2 DS : Gangguan rasa Efek samping terapi
- Pasien mengeluh nyaman
perasaan tidak (D.0074)
nyaman
- Pasien mengeluh mual
- Pasien mengeluh
selalu merasakan
kedinginan
DO:
- Pasien terlihat
kurang nyaman
- Pasien terlihat ada
kantung mata dan
kehitaman diarea
bawah mata
- Pasien kurang
mampu rileks
- Telapak tangan dan
kaki pasien teraba
dingin
- Suhu : 35,80C
3 DS : Ansietas Krisis situasional
- Pasien mengatakan
(D.0080)
khawatir dengan
penyakitnya karna
usia masih muda
harus menjalani
operasi dan
kemoterapi.
- Pasien mengeluh
nafsu makan menurun
- Pasien mengeluh
pusing

DO :

- Pasien tampak
gelisah
- Pasien tampak
tegang
- Bibir pasien
tampak kering
- Suara pasien
sedikit bergetar
- Pasien tampak
cemas sedang
- Kontak mata kurang

- RR : 20 x/menit
- Nadi : 111x/menit
.

I. Prioritas masalah
1. Nausea b.d efek agen farmakologis
2. Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi
3. Ansietas b.d krisis situasional
J. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI Rasional (SIKI)
1 Nausea b.d efek Setelah dilakukan pengkajian Label :Manajemen Mual Observasi
(1.03117)
agen farmakologis keperawatan 1 x 8 jam didapatkan - Agar mengetahui apa
Observasi
hasil dengan kriteria: saja penyebab mual
Label: tingkat nausea (L.08065) - Identifikasi factor penyebab - Untuk mengetahui
mual
1. Nafsu makan meningkat - Identifikasi antiemetic untuk penggunaan antiemetic
dari 1-5 mencegah mual
pada mual
- Monitor mual
2. Keluhan Mual menurun - Agar mengetahui
Terapeutik
dari 1-5 penyebab mual
- Kurangi atau hilangkan
3. Perasaan ingin muntah keadaan penyebab mual Terapeutik
menurun 1-5 - Berikan makanan dengan - Agar mual berkurang
jumlah kecil dan menarik - Agar mencegah mual
4. Pucat berkurang dari 1-5 - Berikan makanan dingin, - Agar tidak merangsang
cairan bening, tidak berbau perasaan mual
dan tidak bewarna
Edukasi
Edukasi
- Agar mencegah bau
- Anjurkan sering mulut yang merangsang
membersihkan mulut, kecuali perasaan mual
jika merangsang mual - Agar mual berkurang
- Anjurkan istirahat tidur yang
cukup Kolaborasi
Kolaborasi Untuk mengurangi mual
- Kolaborasikan pemberian
antlematik

2 Gangguan rasa Setelah dilakukan pengkajian Label : perawatan kenyamanan Observasi


keperawatan 1 x 5 jam didapatkan (1.08245)
nyaman b.d efek - Agar mengetahui apa
hasil
Observasi saja gejala dari penyebab
samping terapi Label : Status Kenyaanan
rasa tidak nyaman
(L.08064) - Identifikasi gejala yang tidak
1. Kesejahteraan fisik - Agar mengetahui
menyenangkan ( Mual) kondisi yang sedang di
meningkat 1-5 - Identifikasi terntang
2. Mengeluh kedinginan alami
pemahaman kondisi dan
berkurang 5-1 situasi Terapeutik
3. Mengeluh mual berkurang
5-1 Terapeutik - Agar pasien merasa
nyaman
- Berikan posisi yang nyaman - Agar meningkatkan rasa
- Ciptakan tempat yang nyaman nyaman
Edukasi Edukasi
- Jelaskan mengenai kondisi dan - Agar pasien mengetahui
pilihan terapi pengobatan terkait kondisi yang
- Ajarkan Teknik distraksi dan dialami
imajenasi terbimbing - Agar pasien dapat
Kolaborasi melalukan Teknik
distraksi
- Kolaborasikan analgesik,
antihistamin dll bila perlu Kolaborasi
- Agar mual berkurang
dan menjadi nyaman

3 Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan pengkajian Label : reduksi ansietas Observasi
keperawatan 1 x 5 jam didapatkan (L2.09314)
situasional - Agar mengetahui
hasil
Label: tingkat ansietas ( Observasi perkembangan ansietas
L.09093) - Agar ansietas terkontrol
- Identifikasi saat tingkat
1. Verbalisasi khawatir akibat ansietas berubah Terapeutik
kondisi yang dihadapi - Identifikasi kemampuan
menurun 1-5 mengambil keputusan - Agar pasien tidak
2. Perilaku gelisah menurun - Monitor tanda tanda ansietas merasa gelisah karna
1-5 situasinya
3. Kontak mata membaik 1-5 Terapeutik
4. Pasien sudah tidak ada Edukasi
- Motivasi mengidentifikasi
cemas
situasi yang memicu - Agar pesien mengetahui
kecemasan fakta terkait diagnosa
tersebut
Edukasi
- Informasikan secara factual
mengenai diagnosis

Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian obat
antiansietasi
K. Implementasi Keperawatan
No Hari / No. Implementasi Keperawatan Paraf
Tanggal Diagnosa perawat

1
1
Rabu 28 Observasi Mengidentifikasi faktor penyebab mual : mual disebabkan oleh efek
samping kemoterapi
September
- Memonitor mual : pasien mual sejak pertama di kemoterapi
2022
Terapeutik
- Mengurangi atau menghilangkan keadaan penyebab mual : mencegah pasien
memakan makanan untuk mengurangi mual contohnya makanan cepat saji
- Memberikan makanan dengan jumlah kecil dengan makanan kesukaan
pasien: pasien memakan makanan sedikit tapi sering
- Menberikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak bewarna:
pasien mengkonsumsi bubur dan air putih.

Edukasi
- Menganjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual :
pasien menyikat gigi 2 kali sehari

Kolaborasi
- Berkolaborasi pemberian antlematik : Pemberian obat ondansentron 2x1
dan obat ranitidine 2x1
2
2 Rabu 28 Observasi
September - Mengdentifikasi gejala yang tidak menyenangkan : yang menyebabkan
pasien tidak nyaman adalah mual
2022
- Mengidentifikasi tentang pemahaman kondisi dan situasi: pasien menjalani
kemoterapi pertama
Terapeutik
- Memberikan posisi yang nyaman: mengatur bed tempat tidur pasien
senyaman mungkin
- Menciptakan tempat yang nyaman: menganjurkan memakai selimut

Edukasi
- Menjelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi pengobatan: menjelaskan
bahwa pasien sedang menjalani kemoterapi memang akan merasa tidak
nyaman untuk sementara
- Mengajarkan Teknik distraksi (menonton dan mendengarkan video dan
audio yang disukai pasien) dan imajenasi terbimbing (hipnosis 5 jari):
mengajarkan berpikir positif

3
3 Rabu 28 Observasi
September - Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah: memperhatikan penurunan
tingkat kecemasan yang awalnya kecemasan sedang (22) menjadi tidak ada
2022
kecemasan (10)
- Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan: memperhatikan pasien
dan keluarga terkait keputusan yang diambil seperti pengobatan kemoterapi
- Memonitor tanda tanda ansietas: pasien merasa gelisah, dan khawatir karna
kemoterapi pertama
Terapeutik
- Memotivasi pasien tentang situasi yang memicu kecemasan: memotivasi
pasien terkait dampak positif kemoterapi (membantu memperkecil tumor,
memperlambat pertumbuhan sel abnormal, sekaligus menghancurkan sel
kanker yang berkembang kebagian tubuh lain (metastasis))

Edukasi
- Menginformasikan secara factual mengenai diagnosis: menjelaskan terkait
penyakit ca testis
L. Evaluasi
No Hari / Tanggal Pukul No. Evaluasi Paraf
Diagnosa (SOAP) perawat

1
1 13.00 S:
Rabu 28 - Pasien mengatakan sudah mulai bernafsu untuk makan
- Ibu pasien mengatakan anaknya makan 1/2 dari 1 porsi
September 2022
yang telah disediakan rumah sakit
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
- Pasien mengatakan sudah tidak merasa akan ingin muntah
lagi seperti sebelumnya

O:
- Terlihat piring makanan yang disediakan rumah sakit
isinya masih 1/2 dimakan pasien
- Pucat wajah pasien masih terlihat berkurang dari 1-2

A: Masalah sebagian teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

2
2 Rabu 28 13.30 S:
September 2022 - Pasien mengatakan sudah merasa nyaman dan terasa badan
mulai segar
- Pasien mengatakan masih merasa dingin
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Terlihat pasien mulai bersemangat dan tidak lesu
- Tangan dan kaki pasien masih teraba dingin
- Suhu : 35.80C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilajutkan

3
3 Rabu 28 13.45 S:
September 2022 - Pasien sudah mulai tidak khawatir dan mulai berfikir positif
O:
- Terlihat gelisah pasien tidak ada
- Kontak mata sudah membaik dari
- Kecemasan sudah tidak

ada A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
M. Catatan Perkembangan
No Hari / Tanggal Pukul No. Evaluasi Paraf
Diagnosa (SOAP) perawat
1 Kamis 12.40 S:
- Ibu pasien mengatakan anaknya makan 1/2 dari 1 porsi yang
29 September telah disediakan rumah sakit
2022 - Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya

O:

1
- Terlihat piring makanan yang disediakan rumah sakit
isinya masih 1/2 dimakan pasien
- Pucat wajah pasien masih terlihat berkurang dari 1-2

A: Masalah sebagian teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

I:
- Mengurangi atau menghilangkan keadaan penyebab mual :
mencegah pasien memakan makanan untuk mengurangi mual
contohnya makanan cepat saji
- Memberikan makanan dengan jumlah kecil dengan makanan
kesukaan pasien: pasien memakan makanan sedikit tapi sering
- Menberikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan
tidak bewarna: pasien mengkonsumsi bubur dan air putih.
- Menganjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika
merangsang mual : pasien menyikat gigi 2 kali sehari
- Berkolaborasi pemberian antlematik : Pemberian
obat ondansentron 2x1 dan obat ranitidine 2x1
E:
S:
- Ibu pasien mengatakan pasien makan 1 porsi sedikit tapi sering
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya

O:
- Terlihat piring makanan yang disediakan rumah sakit isinya
1 porsi habis
- Pucat wajah pasien masih sedikit

terlihat A: Masalah sebagian teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

2
2 Kamis 29 13.00 S:
September 2022 - Pasien mengatakan masih merasa dingin
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Tangan dan kaki pasien masih teraba dingin
- Suhu : 36.20C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilajutkan
I:
- Memberikan posisi yang nyaman: mengatur bed tempat tidur
pasien senyaman mungkin
- Menciptakan tempat yang nyaman: menganjurkan memakai
selimut
- Menjelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi pengobatan:
menjelaskan bahwa pasien sedang menjalani kemoterapi
memang akan merasa tidak nyaman untuk sementara
- Mengajarkan Teknik distraksi (menonton dan mendengarkan
video dan audio yang disukai pasien) dan imajenasi terbimbing
(hipnosis 5 jari): mengajarkan berpikir positif

E:
S:
- Pasien mengatakan sudah tidak merasa dingin
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Tangan dan kaki pasien teraba hangat
- Suhu : 36.40C

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilajutkan
No Hari / Tanggal Pukul No. Evaluasi
Diagnosa (SOAP)

1
1 11.00 S:
Jum’at 30 - Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
September 2022
O:
- Pucat wajah pasien masih sedikit

terlihat A: Masalah sebagian teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

I:
- Mengurangi atau menghilangkan keadaan penyebab mual : mencegah
pasien memakan makanan untuk mengurangi mual contohnya makanan
cepat saji
- Memberikan makanan dengan jumlah kecil dengan makanan kesukaan
pasien: pasien memakan makanan sedikit tapi sering
- Menberikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak
bewarna: pasien mengkonsumsi bubur dan air putih.
- Menganjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual :
pasien menyikat gigi 2 kali sehari
- Berkolaborasi pemberian antlematik : Pemberian obat ondansentron
2x1 dan obat ranitidine 2x1
-
E:
S:
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Pucat wajah pasien masih sedikit

terlihat A: Masalah sebagian teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

2
2 Jum’at 30 11.30 S:
September 2022
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Suhu : 36.40C

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilajutkan

I:
- Memberikan posisi yang nyaman: mengatur bed tempat tidur pasien
senyaman mungkin
- Menciptakan tempat yang nyaman: menganjurkan memakai selimut
- Menjelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi pengobatan: menjelaskan
bahwa pasien sedang menjalani kemoterapi memang akan merasa tidak
nyaman untuk sementara
- Mengajarkan Teknik distraksi (menonton dan mendengarkan video dan
audio yang disukai pasien) dan imajenasi terbimbing (hipnosis 5 jari):
mengajarkan berpikir positif

E:
S:
- Pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya
O:
- Suhu : 36.70C

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilajutkan
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus resume keperawatan yang dilakukan terhadap


tn.M dengan post operasi pengangkatan tumor testis dan kemudian pasien
dilakukan kemoterapi di ruang edelweis rsud ulin banjarmasin. Dalam
penyusunan resume keperawatan ini kami melakukan pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
a. Nausea
Pada saat pengkajian tn. M didapatkan data subyektif pasien mengeluh
mual dan muntah, serta penurunan nafsu makan dan data objektif yang
didapatkan hasil pengamatan adanya peningkatan saliva, pasien tampak
mual dan ingin muntah, pasien tampak pucat, pasien tampak tidak
menghabiskan makanannya, pasien tampak sering menelan dan frekuensi
nadi : 111 x/menit.
Dari hasil pengkajian penulis menegakan diagnosa tersebut untuk
menjadi priotitas masalah yang dialami pasien. Jika keluhan tersebut tidak
diatasi menyebabkan masuknya nutrisi melalui oral akan terganggu
sedangkan saat menjalankan kemoterapi pasien akan memerlukan nutrisi
yang baik untuk menjaga daya tahan tubuhnya.
b. Gangguan rasa nyaman
Dari hasil pengkajian terhadap tn. M di dapatkan hasil pasien
mengeluh mual, pasien mengatakan adanya rasa tidak nyaman, dan
mengeluhkan tubuhnya selalu merasa kedinginan selain data subyektif
tersebut penulis juga mengamati keadaan pasien tampak kurang nyaman,
terdapat kantung mata yang kehitaman, pasien kurang mampu untuk rileks
dan telapak tangan dan kaki pasien teraba dingin. Untuk hasil pemeriksaan
suhu tubuh di dapatkan hasil 35.8 derajat celcius. Dengan di angkatnya
diagnosa gangguan rasa nyaman diharapkan pasien dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya dan bisa menjalani kemoterapi dengan lebih rileks
serta membuat pasien dapat istirahat dengan nyaman.
c. Ansietas
Dari hasil pengkajian terhadap tn. M didapatkan data pasien
mengatakan khawatir dengan penyakitnya karna usia masih muda harus
menjalani operasi dan kemoterapi, pasien mengeluh nafsu makan
menurun, pasien mengeluh pusing. Untuk data objektif yang didapatkan
saat pengkajian yaitu pasien tampak gelisah, pasien tampak tegang, bibir
pasien tampak kering, suara pasien sedikit bergetar, pasien tampak cemas
sedang, kontak mata kurang, respirasi 20 x/menit dan nadi 111x/menit.
Pengalaman pertama menjalani operasi dan kemoterapi membuat
pasien menjadi ansietas. Dengan diangkatnya diagnose tersebut
diharapakan pasien dapat mengurangi kecemasannya dan kekhawatiran
paseien terhadap penyakit dan prosedur pengobatan sehingga pasien dapat
menjalani proses kemoterapi dengan tenang.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nausea b.d efek agen farmakologis
Nausea adalah perasaan tidak nyaman pada bagian tenggorok atau
lambung yang dapat mengakibatkan muntah. Diagnosa tersebut dapat
ditegakan jika terdapat data mayor yaitu mengeluh mual, merasa ingin
muntah, tidak berminat makan dan gejala minor yaitu merasa asam di
mulut, sensasi panas atau dingin, dan sering menelan, saliva meningkat,
pucat, diaphoresis, takikardia, dan pupil dilatasi.
Nausea dapat disebabkan oleh gangguan biokimiawi ( uremia,
ketoasidosis ), gangguan pada esofagus, distensi lambung, gangguan
pangkreas, pereganggan kapsul limpa, tumor trlokalisasi, peningkatan
tekanan intra abdomen, peningkatan tekanan intracranial, peningkatan
tekanan intraorbital, mabuk perjalanan, kehamilan, aroma tidak sedap, rasa
makanan/minuman yang tidak enak, stimulus penglihatan tidak
menyenangkan, faktro psikologis, efek agen farmakologis, dan efek toksin.
b. Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi
Merupakan perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi
fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Diagnosa tesebut dapat
ditegakan jika terdapat data mayor berupa keluhan tidak nyaman, dan
gelisah. Serta data tambahan atau data minor berupa keluhan sulit tidur,
ketidak mampuan untuk rileks, mengeluh kedinginan atau kepanasan,
merasa gatal, mengeluh mual dan lelah. Data objektif yang mungkin juga
akan muncul yaitu menunjukan gejala distress, tampak merintih/menangis,
pola eliminasi yang berubah, postur tubuh yang berubah dan iritabilitas.
Gangguan rasa nyaman bisa di sebabkan : gejala dari penyakit, kurang
pengendalian situasional/lingkungan, kurangnya privasi, gangguan
stimulus lingkungan, efek samping terapi, gangguan adaptasi kehamilan.
c. Ansietas b.d krisis situasional
Ansietas adalah kondisi emosional dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Diagnosa ansietas dapat diangkat jika terdapat data mayor yang muncul
yaitu perasaan bingung, merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi,
sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur. Selain itu
data minor yang juga mendukung ditegakannya diagnosa tersebut yaitu
keluhan pusing, anoreksia, palpirasi, merasa tidak berdaya, frekuensi nafas
meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat,
diaforesisi, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk,
sering berkemih dan berorientasi pada masa lalu.
Ansietas dapat disebabkan krisis situasional, kebutuhan tidak
terpenuhi, krisis maturasional, ancaman terhadap konsep dirim ancaman
terhadap kematian, kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi system
keluarga, hubungan orang tua – anak tidak memuaskan, factor keturunan,
penggunaan zat, terpapar bahay lingkungan, kurang terpaparnya informasi.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nausea
Intervensi yang dapat di lakukan pada diagnosa nausea melalui
observasi yaitu identifikasi factor penyebab mual, identifikasi antiemetic
untuk mencegah mual. Monitor mual. Intervensi terapeutik yang dapat
dilakukan dengan cara kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual,,
berikan makanan dengan jumlah kecil dan menarik, berikan makanan
dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak bewarna. Untuk edukasi yang
dapat di sampaikan kepada pasien bisa berupa anjuran sering
membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual dan anjurkan istirahat
tidur yang cukup. Selain itu intervensi nausea bisa di kolaborasikan dengan
pemberian antlematik.
b. Gangguan rasa nyaman
Intervensi keperawatan yang dapat di lakukan untuk diagnosa
gangguan rasa nyaman secara observasi yaitu : identifikasi gejala yang
tidak menyenangkan ( mual), identifikasi terntang pemahaman kondisi dan
situasi. Terapeutik yang dapat dilakukan dengan berikan posisi yang
nyaman dan ciptakan tempat yang nyaman. Untuk edukasi kepada pasien
bisa dilakukan dengan jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi
pengobatan, ajarkan teknik distraksi dan imajenasi terbimbing dan jika di
perlukan bisa dikolaborasikan analgesik, antihistamin dll.
c. Ansietas
Intervensi keperawatan yang dapat di lakukan untuk diagnosa ansietas
diataranya perawat dapat mengobservasi tingkat ansietas berubah,
identifikasi kemampuan mengambil keputusan dan monitor tanda tanda
ansietas. Terapuetik motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan. Edukasi yang dapat disampaikan kepada pasien berupa
informasikan secara factual mengenai diagnosis dan jika perlu
berkolaborasi dengan pemberian obat antiansietas.
4. Implementasi
a. Nausea b.d efek agen farmakologis
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tn. M yaitu :
mengidentifikasi faktor penyebab mual. Mual yang terjadi pada pasien
disebabkan oleh efek samping kemoterapi kemudian memonitor mual
pasien, ternyata mual muncul sejak pertama di kemoterapi. Terapeutik
yang perawat implementasikan kepada tn. M yaitu dengan mengurangi
atau menghilangkan keadaan penyebab mual dengan cara mencegah pasien
memakan makanan untuk mengurangi mual seperti makanan cepat saji.
Memberikan makanan dengan jumlah kecil dengan makanan kesukaan
pasien dan memakan makanan sedikit tapi sering, kemudian menberikan
makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak bewarna . Edukasi
yang dilakukan kepada pasien yaitu dengan menganjurkan sering
membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual. Selain implementasi
di atas perawat juga berkolaborasi dengan pemberian obat antlemetik
ondansentron 2x1 dan obat ranitidine 2x1.
b. Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi
Implementasi keperawatan yang dilakukan kepada tn. M yaitu
mengdentifikasi gejala yang tidak menyenangkan dan yang menyebabkan
pasien tidak nyaman adalah mual, mengidentifikasi tentang pemahaman
kondisi dan situasi. Terapeutik yang perawat lakukan yaitu memberikan
posisi yang nyaman dengan mengatur bed tempat tidur pasien senyaman
mungkin dan menciptakan tempat yang nyaman menganjurkan memakai
selimut.. Untuk edukasi yang perawat lakukan yaitu menjelaskan mengenai
kondisi dan pilihan terapi pengobatan dengan cara menjelaskan bahwa
pasien sedang menjalani kemoterapi memang akan merasa tidak nyaman
untuk sementara, mengajarkan teknik distraksi (menonton dan
mendengarkan video dan audio yang disukai pasien) dan imajenasi
terbimbing (hipnosis 5 jari) dan mengajarkan berpikir positif. Perawat
tidak melakukan kolaborasi dengan tenaga medis lain terkain terapi
analgesic.
c. Ansietas b.d krisis situasional
Intervensi kepearawatan yang di lakukan kepada tn. M tekait diagnose
ansietas perawat mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah dengan
memperhatikan penurunan tingkat kecemasan yang awalnya kecemasan
sedang (22) menjadi tidak ada kecemasan (10), mengidentifikasi
kemampuan mengambil keputusan: memperhatikan pasien dan keluarga
terkait keputusan yang diambil seperti pengobatan kemoterapi dan
memonitor tanda tanda ansietas yaitu di adapatkann hasil pasien merasa
gelisah, dan khawatir karna kemoterapi pertama. Intervensi terapeutik
yang perawat lakukan dengan cara memotivasi pasien tentang situasi yang
memicu kecemasan, memotivasi pasien terkait dampak positif kemoterapi
(membantu memperkecil tumor, memperlambat pertumbuhan sel
abnormal, sekaligus menghancurkan sel kanker yang berkembang
kebagian tubuh lain (metastasis)). Edukasi yang perawat lakukan yaitu
menginformasikan secara factual mengenai diagnosis terkait penyakit
perawat menjelaskan tentang penyakit ca testis.

5. Evaluasi
a. Nausea b.d agen farmakologis
Dari hasil implementasi yang telah perawat lakukan didapatkan
perawatn mengevaluasi hasil secara subyektif pasien mengatakan sudah
mulai bernafsu untuk makan, ibu pasien mengatakan anaknya makan 1/2
dari 1 porsi yang telah disediakan rumah sakit. Untuk mual yang dirasakan
pasien, pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya san pasien
mengatakan sudah tidak merasa akan ingin muntah lagi seperti
sebelumnya. Perawat melakukan observasi setelah dilakukan implementasi
tersebut didapatkan hasil : piring makanan yang disediakan rumah sakit
terlihat berisi 1/2 dimakan pasien dan pucat wajah pasien terlihat
berkurang dari 1-
2. Dari hasil evaluasi yang perawat lakukan di dapatkan sebagian
implementasi yang dilakukan untuk mengurangi nausea pada pasien
sebagian teratasi dan perawat masih melanjutkan intervensi sampai
masalah pasien bisa teratasi.
b. Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi
Evaluasi dari diagnosa gangguan rasa nyaman yang dirasakan pasien
didapatkan hasil, pasien mengatakan sudah merasa nyaman dan terasa
badan mulai segar, pasien mengatakan masih merasa dingin untuk
perasaan mual pasien mengatakan mual masih seperti sebelumnya. Secara
objektif perawat mengevaluasi pasien, pasien terlihat mulai bersemangat
dan tidak lesu tetapi untuk tangan dan kaki pasien masih teraba dingin dan
saat dilakukan pengukuran suhu di dapatkan hasil suhu : 35.80c. Dari hasil
evaluasi tersebut perawat menyimpulkan masalah yang dialami pasien
teratasi sebagian dan intervensi masih dilanjutkan.
c. Ansietas b.d krisis situasional
Evaluasi dari diagnosa ansietas secara subyektif pasien mengatakan
sudah mulai tidak khawatir dan mulai berfikir positif. Secara objektif
perawat mengevaluasi pasien tampak lebih tenang, pasien sudah mau
melakukan kontak mata dan tidak ada lagi tanda tanda kecemasan lainnya.
Dari hasil evalusi tersebut perawatan menyatakan masalah teratasi dan
intervensi dihentikan.
BAB V
SIMPULAN

Kanker testis adalah penyakit ketika sel testis menjadi abnormal (ganas)
pada testis. Kanker Testis adalah kanker yang paling umum terjadi pada pria
berusia 20 sampai 35 tahun dan memiliki dua jenis utama, seminoma dan
nonseminoma. Hampir semua kanker testis dimulai pada germ sel . Dua tipe
utama tumor germ sel testis adalah seminoma dan nonseminoma. 2 jenis ini
tumbuh dan menyebar dengan cara berbeda dan diperlakukan berbeda seminoma
dan nonseminoma. Penyebab Kanker testis meliputi kriptorkismus, Herediter,
Hormon, Usia. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kanker testis adalah
Nausea, Nyeri, Disfungsi Gangguan Rasa Nyaman, Intoleransi Aktivitas,
Defisiensi Pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Digambiro, R. A. (2013). Profil Penderita Tumor Ganas pada Testis yang


Didiagnosa secara Histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Instalasi Patologi
Anatomi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan 2008-2012.

Brunner & Suddrath. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Sastrasudarmo. 2011. Kanker The Sillent Killer.Garda Media.

Aster, K. A. (2015). Buku Ajar Patologi Robbins (9th ed.)

Cedeno JD, Light DE, Leslie SW. Testicular Seminoma. [Updated 2020 Nov 20].
In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448137/

Davis Charles P., MD, PhD. 2016. Testicular cancer facts.


https://www.medicinenet.com/testicular_cancer/article.htm

World Health Organization. 2012: Estimated Cancer Incidence,

Mortality and Prevalence Worldwide in 2012. 2012.

Kementrian Kesehatan RI. Hilangkan Mitos Tentang Kanker. Jakarta: Pusat


Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI; 2014
Available online at https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKP
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 11 (1), 2022, 43-50 43

Efek Minyak Pappermint Pada Mual Dan Muntah


Akibat Kemoterapi

Nurlelasari Harahap1*, Riri Maria2


1
Mahasiswa Magister Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia
2
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia
Email: nurlelaharahap03@gmail.com
* corresponding author
Tanggal Submisi: 21 April 2022, Tanggal Penerimaan: 24 Mei 2022

Abstrak
Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang mengancam
kehidupan manusia di seluruh dunia dan di Indonesia. Dan kemoterapi menjadi
satu perawatan modalitas yang paling umum dan paling sering digunakan di
Indonesia. Mual dan muntah adalah dua gejala yang paling sering di keluhkan
pasien setelah beberapa hari menjalani kemoterapi. Tujuan: untuk mengetahui
efek minyak peppermint terhadap mual dan muntah pasien kanker akibat
kemoterapi demi meningkatkan kualitas hidup dan kepuasan pelayanan kesehatan.
Metode: penelitian ini menggunakan metode literatur review non systematic, yang
membahas mengenai topik yaitu: (1) terapi komplementer: pappermint dan
(2) mual dan muntah akibat kemoterapi. Hasil: minyak peppermint secara
signifikan mengurangi frekuensi mual, muntah dan keparahan mual pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi. Oleh karena itu, penggunaan minyak
peppermint bersama dengan antiemetik setelah kemoterapi dengan risiko muntah
sedang dan rendah dapat direkomendasikan untuk mengatasi mual dan muntah
akibat kemoterapi.
Kata Kunci : Pappermint, kanker, mual, muntah, kemoterapi

Abstract
Cancer is one of the biggest health problems that threaten human life throughout
the world and in Indonesia. And chemotherapy is one of the most common and
frequently used treatment modalities in Indonesia. Nausea and vomiting are the
two most common symptoms that patients complain about after a few days of
chemotherapy. Objective: to determine the effect of peppermint oil on nausea and
vomiting of cancer patients due to chemotherapy in order to improve quality of
life and satisfaction with health services. Methods: This study uses a non-
systematic literature review method, which discusses the topics: (1)
complementary therapy: peppermint and (2) nausea and vomiting due to
chemotherapy. Results: Peppermint oil significantly reduced the frequency of
nausea, vomiting, vomiting and the severity of nausea in cancer patients
undergoing chemotherapy. Therefore, the use of peppermint oil along with
antiemetics after chemotherapy with moderate and low risk of vomiting can be
recommended to treat nausea and vomiting due to chemotherapy.

Keywords: Peppermint, cancer, nausea, vomiting, chemotherapy

This is an open access article under the CC–BY-SA license.


Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 11 (1), 2022, 43-50 44
Nurlelasari Harahap, Riri Maria

PENDAHULUAN
Saat ini, kanker, dengan prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya,
merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang mengancam kehidupan
manusia di seluruh dunia dan di Indonesia. Pada tahun 2020, terdapat 400.000
kasus kanker baru dengan lebih dari 230.000 kematian dari 270 juta populasi
Indonesia (The Global Cancer Observatory, 2020).
Kemoterapi adalah satu perawatan modalitas yang paling umum dan paling
sering digunakan di Indonesia. Mual dan muntah adalah dua gejala yang paling
sering di keluhkan pasien setelah beberapa hari menjalani kemoterapi (S.
Nurrohmi, G. Lumadi, 2016). Prevalensi mual dan muntah akibat kemoterapi
mencapai 90% pada orang yang menerima highly emetogenic chemotherapy
(HEC) dan 30% sampai 90% pada orang yang menerima moderately emetogenic
chemotherapy (MEC) (Naseri-salahshour et al., 2019).
Mual muntah yang tidak terkontrol akan mempengaruhi terapi pada pasien
secara keseluruhan dan mempengaruhi respon terapi serta menurunkan tingkat
kesembuhan pasien kanker. Selain itu kontrol yang tidak tepat pada gelaja mual
dan muntah juga dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup, status gizi dan
aktivitas fisik individu, dan akan meningkatkan biaya perawatan baik langsung
maupun tidak langsung (Dadkhah et al., 2019).
Meskipun saat ini obat anti mual sudah banyak tersedia, tetapi kontrol penuh
terhadap gejala mual dan muntah ini belum maksimal, sekitar 50% orang yang
menerima obat anti mual dan muntah masih mengeluhkan mual dan muntah, dan
telah menjadi tantangan sampai saat ini (Salvetti et al., 2021). Maka dari itu
diperlukannya kombinasi metode nonfarmakologi untuk mengendalikan gejala
mual dan muntah pada pasien kanker (Gürcan & Turhan, 2019).
Salah satu pendekatan terapi nonfarmakologi untuk mengendalikan mual dan
muntah akibat kemoterapi adalah penggunaan minyak esensial peppermint (Efe &
Tas, 2021). Terapi minyak esensial peppermint merupakan aromaterapi yang
dihasilkan dari bagian tanaman peppermint yang diekstrak menjadi minyak, untuk
meredakan gejala fisik dan emosional (S. Nurrohmi, G. Lumadi, 2016).
Sampai saat ini terapi alternative sudah memiliki tempat khusus di dalam
masyarakan Indonesia dalam mengendalikan gejala penyakit kanker, dimana
kecenderungan mereka untuk menggunakan pengobatan alternative bersama
dengan pengobatan standar untuk mengendalikan penyakit (Leukimia et al.,
2017). Pengembangan ilmu berbasis bukti dibidang keperawatan sangat
diperlukan guna untuk memfasilitasi interaksi pasien dengan fasilitas pelayanan
kesehatan sebagai upaya peningkatan kuliatas dan kepuasan pelayanan kesehatan
bagi pasien kanker.
Studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui efek minyak peppermint
terhadap mual dan muntah pasien kanker akibat kemoterapi demi meningkatkan
kualitas dan kepuasan pelayanan kesehatan.

Copyright © 2022, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 11 (1), 2022, 43-50 45
Nurlelasari Harahap, Riri Maria

METODE
Penelitian ini menggunakan metode literatur review non systematic, yaitu
studi yang digunakan untuk menganalisis jurnal penelitian yang dipilih sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan. Jurnal yang digunakan dalam studi ini adalah
jurnal-jurnal yang membahas topik yaitu: (1) terapi komplementer: pappermint
dan (2) mual dan muntah akibat kemoterapi. Penulusuran jurnal dalam studi ini
menggunakan online data base diantaranya: ProQuest, Scopus, Springer Link dan
google scholer pada kategori scholarly jounals dari tahun 2016-2022.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Artikel penelitian yang terpilih sesuai dengan tujuan literature review ini
adalah sebanyak 6 artikel yang terdiri dari 1 RCT, 1 systematic review and meta-
analysis dan 4 eksperimen yang membahas terapi nonfarmakologi untuk
meredakan mual dan muntah akibat kemoterapi pada pasien kanker dengan
menggunakan intervensi terapi minyak peppermint.

Copyright © 2022, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 11 (1), 2022, 43-50 46
Nurlelasari Harahap, Riri Maria

Table 1: Hasil telaah jurnal


No Penulis/ Judul penelitian Metode Hasil penelitian
Tahun Penelitian
1 (Lisnawati et The Effect Peppermint Quasi terdapat pengaruh yang signifikan
al., 2021) Aromatherapy To eksperimen aromaterapi peppermint terhadap
Reduce Nausea And dengan pre post penurunan mual muntah akibat
Vomiting Related test with control kemoterapi pada pasien kanker (p = 0,00
Chemotherapy In group pada 34 ; = 0,05).
Cancer Patient responden
2 (Efe & Tas, The Effects of A quasi- Skor mual VAS secara signifikan lebih
2021) Peppermint Oil on randomized rendah setelah penggunaan minyak
Nausea, Vomiting and controlled peppermint dibandingkan pada pasien
Retching in Cancer study. yang menerima Folfirinox (perbedaan
Patients Undergoing rata-rata): 4,00±2,28; P<0,001,
Chemotherapy: An Paclitaxel-Trastuzumab (perbedaan rata-
Open Label Quasi– rata): 1,70± 0,90; P=0,014), Carboplatin-
Randomized Paclitaxel (berbeda rata-rata): 3,71±1,41;
Controlled Pilot Study P<0,001), dan Cyclophosphamide-
Adriamycin (berbeda rata-rata):
1,41±0,73; P=0,005) tidak termasuk
cisplatin scedule (mean dif.): 0,56±2,18;
P=0,642). Kami mendeteksi perbedaan
yang signifikan secara statistik dalam
perubahan frekuensi mual, muntah,
muntah.
3 (Ayubbana Efektifitas aromaterapi Quasi Ada perbedaan hasil skor mual muntah
& Hasanah, peppermint terhadap experimental setelah perlakuan antara kelompok
2021) mual muntah pada pretest-posttest intervensi dan kelompok kontrol
pasien kanker group design diperoleh adanya perbedaan yang
payudara yang pada 34 signifikan antara kedua kelompok
menjalani kemoterapi responden tersebut dengan nilai p value < 0,05 ( p
value = 0,008).
4 (You et al., L-Menthol for A Systematic Buscopan juga menemukan bahwa efek
2020) Gastrointestinal Review and samping yang jelas (mulut kering,
Endoscopy Meta-Analysis penglihatan kabur, dan retensi urin, dll)
terjadi pada kelompok Buscopan, tetapi
tidak pada kelompok minyak
peppermint, dan minyak peppermint
lokal menunjukkan kemanjuran yang
unggul dan efek samping yang lebih
sedikit.
Penjelasan yang mungkin adalah bahwa
minyak peppermint terdiri dari 30%-50%
L-menthol, 14%-32% L-menthone dan
sejumlah kecil konstituen kimia lainnya
5 (Mapp et al., Peppermint Oil randomized Pasien yang menerima minyak
2020) controlled trial peppermint adanya peningkatan skor
(RCT) pasca intervensi, dengan rata-rata
penurunan 3,86 poin. Dan pasien yang
menerima intervensi minyak peppermint
di kain lap dingin didapatkan nilai skor
BARF pasca intervensi dibandingkan
pasien yang tidak menerima, adanya
penurunan rata-rata 3,86 (SD = 2,2) poin.
Skor antara pasien dalam kelompok B
meningkat secara signifikan
dibandingkan dengan skor antara pasien

Copyright © 2022, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 11 (1), 2022, 43-50 47
Nurlelasari Harahap, Riri Maria

dalam kelompok A (p = 0,020) pada


pasca intervensi.

6 (S. Perbandingan Penelitian Aromaterapi peppermint dan lavender


Nurrohmi, Efektivitas kuantitatif ini dapat digunakan sebagai terapi
G. Lumadi, Aromaterapi menggunakan nonfarmakologi dalam
2016) Peppermint Dan pendekatan penatalaksananaan mual muntah post
Lavender Terhadap cross sectional kemoterapi. Kandungan menthol didalam
Penurunan Efek Mual dengan metode aromaterapi peppermint sebagai antimual
Muntah Post penelitian Pra- dan linalool pada lavender yang bersifat
Kemoterapi Eksperimental anticemas mampu menurunkan mual
Design pada 38 muntah 1-2 skala mual mulai dari
responden mual-muntah berat ke ringan.

Secara umum artikel yang di review hanya membahas satu intervensi dalam
meredakan mual dan muntah akibat kemoterapi yaitu minyak peppermint. Minyak
peppermint mengandung menthol (35-45%) dan menthone (10%-30%) sehingga
dapat bermanfaat sebagai antimual dan antikejang pada lapisan lambung dan usus
dengan menghambat kontraksi otot yang disebabkan oleh serotonin dan substansi
lainnya (Rapoport, 2017).
Kandungan serotonin pada minyak peppermint dapat membuat seseorang
dalam keadaan rileks dan nyaman, dimana kondisi ini akan menekan stimulus
stress dengan menghambat fungsi dari 5-HT3 (Ashoor et al., 2013) yang
menyebabkan tubuh merasa nyaman dan menekan respon mual dan muntah
(Kasiati, 2017).
Penelitian yang dilakukan pada kandungan menthol didalam aromaterapi
peppermint berguna sebagai obat antimual dan linalool pada lavender yang
bersifat anticemas mampu menurunkan mual muntah 1-2 skala mual mulai dari
mual-muntah berat ke ringan (S. Nurrohmi, G. Lumadi, 2016).
Pemberian minyak peppermint dibeberapa penelitian sangat bervariasi.
Misalnya pemberian aromaterapi secara inhalasi dengan menggunakan alat aroma
diffuser efektif menurunkan mual dan muntah dan sangat memudahkan pasien
untuk menghirup aroma minyak peppermint dan dapat meningkatkan terapi yang
diinginkan. Dan studi oleh (Chen et al., 2021) menunjukkan bahwa minyak
peppermint inhalasi adalah pengobatan yang dapat digunakan untuk mengobati
mual pada pasien pasca operasi jantung.
Sedangkan penelitian (Mapp et al., 2020) menyatakan pemberian minyak
pappermint dengan dioleskan pada kain lap basah yang dingin kemudian
diletakkan dileher, selain dapat mengurnagi mual dan muntah, pasien dapat
mengelola sendiri terapi yang diinginkannya dan mengurangi kendala waktu pada

Copyright © 2022, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 11 (1), 2022, 43-50 48
Nurlelasari Harahap, Riri Maria

perawat. Pasien yang menerima minyak peppermint di kain lap mereka lebih baik
skor BARF pasca intervensi dibandingkan pasien yang tidak menerima aroma
minyak pappermint, dengan penurunan rata-rata 3,86 (SD = 2,2) poin. Skor antara
pasien dalam kelompok B meningkat secara signifikan dibandingkan dengan skor
antara pasien dalam kelompok A (p = 0,020) pada pasca intervensi.
Dan minyak pappapermint yang diteteskan antara bibir atas dan hidung
(pada filtrum), tiga kali sehari sebanyak satu tetes campuran aromatik selama lima
hari setelah pemberian kemoterapi, mengurangi frekuensi mual dan muntah,
perasaan tertekan yang disebabkan oleh gejala ini dan menurunkkna tingkat
keparahan mual dengan skor mual VAS secara signifikan lebih rendah setelah
penggunaan minyak peppermint pada pasien dibandingkan Folfirinox (perbedaan
rata-rata): 4,00±2,28; P<0,001(Efe & Tas, 2021).
Meskipun ada perbedaan dalam pemberian terapi minyak peppermint dalam
mengurangi mual dan muntah, tetapi dapat disimpulkan bahwa minyak
peppermint efektif dalam menangani mual dan muntah akibat kemoterapi di
semua penelitian yang menggunakan minyak peppermint. Selain itu, tidak ada
efek samping yang dilaporkan dalam pengobatan mual dan muntah akibat
kemoterapi yang disebabkan oleh penggunaan minyak peppermint (Efe & Tas,
2021), hanya satu pasien yang dilaporkan bahwa dia merasa bahwa aroma
peppermint mungkin telah membuatnya merasa lebih buruk (Mapp et al., 2020).

SIMPULAN
Minyak peppermint secara signifikan mengurangi frekuensi mual, muntah,
muntah dan keparahan mual pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Oleh
karena itu, penggunaan minyak peppermint bersama dengan antiemetik setelah
kemoterapi dengan risiko muntah sedang dan rendah dapat direkomendasikan
untuk mengatasi mual dan muntah akibat kemoterapi.

IMPLIKASI
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan minyak peppermint
efektif dalam mengurangi tingkat mual dan muntah akibat kemoterapi pada pasien
kanker. Penggunaan praktik aromaterapi berupa minyak peppermint bisa menjadi
cara yang relatif hemat biaya, mudah digunakan, dan intervensi kategori cepat
untuk pasien yang mengalami mual. Selain itu, minyak peppermint tersedia secara
komersial tanpa resep dan memberikan aromaterapi alami yang dapat direplikasi
dalam pelayanan onkologi tanpa perintah dokter.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasi tak terhingga penulis sampaikan kepada Fakultas Keperawatan
Universitas Indonesia atas kesempatan memfasilitasi penulis untuk menyelesaikan
Literatur Review ini.

Copyright © 2022, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 11 (1), 2022, 43-50 49
Nurlelasari Harahap, Riri Maria

DAFTAR PUSTAKA
Ashoor, A., Nordman, J. C., Veltri, D., Yang, K. H. S., Shuba, Y., Al Kury, L.,
Sadek, B., Howarth, F. C., Shehu, A., Kabbani, N., & Oz, M. (2013).
Menthol inhibits 5-HT3 receptor-mediated currents. Journal of
Pharmacology and Experimental Therapeutics, 347(2), 398–409.
https://doi.org/10.1124/jpet.113.203976
Ayubbana, S., & Hasanah, U. (2021). Efektifitas aromaterapi peppermint terhadap
mual muntah pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
Holistik Jurnal Kesehatan, 15(1), 1–7.
https://doi.org/10.33024/hjk.v15i1.3313
Chen, L., Wu, X., Chen, X., & Zhou, C. (2021). Efficacy of Auricular
Acupressure in Prevention and Treatment of Chemotherapy-Induced Nausea
and Vomiting in Patients with Cancer: A Systematic Review and Meta-
Analysis. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2021.
https://doi.org/10.1155/2021/8868720
Dadkhah, B., Anisi, E., Mozaffari, N., Amani, F., & Pourghasemian, M. (2019).
Effect of Music Therapy with Periorbital Massage on Chemotherapy-Induced
Nausea and Vomiting in Gastrointestinal Cancer : a Randomized Controlled
Trail. 8(3), 165–171. https://doi.org/10.15171/jcs.2019.024
Efe, N., & Tas, S. (2021). Complementary Therapies in Medicine The Effects of
Peppermint Oil on Nausea , Vomiting and Retching in Cancer Patients
Undergoing Chemotherapy : An Open Label Quasi – Randomized Controlled
Pilot Study. 56(August 2020). https://doi.org/10.1016/j.ctim.2020.102587
Gürcan, M., & Turhan, S. A. (2019). Kanser Tedavisi Alan Çocuklarda Bulantı-
Kusmaya Yönelik Semptom Yönetimi: Kanıt Temelli Uygulamalar
Symptom Management for Nausea-Vomiting in Children Receiving Cancer
Treatment: Evidence-Based Practices. Jcp, 17(1), 170–182.
Kasiati, K. (2017). Aromatherapy and Acupressure Combination May Reduce
Nausea Vomiting Response (Effect of Chemotherapy) to Cervical Cancer
Clients. IOSR Journal of Nursing and Health Science, 06(02), 09–15.
https://doi.org/10.9790/1959-0602020915
Leukimia, A. L., Leukimia, A. L., & Lymphoblastic, A. (2017). Pengaruh
Hipnoterapi dan Akupresur terhadap Mual Muntah Akut Akibat Kemoterapi
Pada Anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia ( ALL ) di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tanggerang Tahun 2017 Ddue to Chemotherapy in
Children with Acute Lymphoblastic Leukemia ( A. 53–66.
Lisnawati, K., Made, N., Wati, N., Luh, N., & Thrisna, P. (2021). PENGARUH
AROMATERAPI PEPPERMINT DALAM KEMOTERAPI PADA PASIEN
KANKER ( THE EFFECT PEPPERMINT AROMATHERAPY TO REDUCE
NAUSEA AND VOMITING RELATED CHEMOTHERAPY IN CANCER
PATIENT ). 8(4), 427–444.
Mapp, C. P., Hostetler, D., Sable, J. F., Parker, C., Gouge, E., Masterson, M.,
Willis-styles, M., Fortner, C., & Higgins, M. (2020). Peppermint Oil. 24(2),
160–165.

Copyright © 2022, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 11 (1), 2022, 43-50 50
Nurlelasari Harahap, Riri Maria

Naseri-salahshour, V., Sajadi, M., Abedi, A., & Fournier, A. (2019).


Complementary Therapies in Clinical Practice Re fl exology as an adjunctive
nursing intervention for management of nausea in hemodialysis patients : A
randomized clinical trial. Complementary Therapies in Clinical Practice,
36(January), 29–33. https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2019.04.006
Rapoport, B. L. (2017). Delayed chemotherapy-induced nausea and vomiting:
Pathogenesis, incidence, and current management. Frontiers in
Pharmacology, 8(JAN), 1–10. https://doi.org/10.3389/fphar.2017.00019
S. Nurrohmi, G. Lumadi, Y. M. et. a. (2016). PENDAHULUAN Kanker adalah
istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang
dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh . Kanker merupakan neoplasma
yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang
kemudian dapat menyerang d. 12(2), 143–158.
Salvetti, M. D. G., Cristina, S., Donato, T., Silva, C., Machado, P., Almeida, N. G.
De, Vivas, D., Santos, D., & Kurita, G. P. (2021). Psychoeducational
Nursing Intervention for Symptom Management in Cancer Patients : A
Randomized Clinical Trial. Asia-Pacific Journal of Oncology Nursing, 8(2),
156–163. https://doi.org/10.4103/apjon.apjon
The Global Cancer Observatory. (2020). Cancer Incident in Indonesia.
International Agency for Research on Cancer, 858, 1–2.
You, Q., Li, L., Chen, H., Chen, L., Chen, X., & Liu, Y. (2020). L-Menthol for
Gastrointestinal Endoscopy: A Systematic Review and Meta-Analysis.
Clinical and Translational Gastroenterology, 11(10), e00252.
https://doi.org/10.14309/ctg.0000000000000252

Copyright © 2022, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

Anda mungkin juga menyukai