Oleh :
SULISTIANI
NIM : KH0803024
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
dengan segala rahmat dan hidayah – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tugas Asuhan Kebidanan Pada Ny. “S” P 10001 Usia Ibu 50 tahun
dengan Cystoma Ovarii di Poliklinik RS Dr.M SOEWANDHIE SURABAYA.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini penulis dapat
diberikan bimbingan dan arahan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. LILIAN selaku direktur Rumah sakit Dr. M SOEWNDHIE SURABAYA
2. Yulistianti, Amd.Keb., selaku Kepala Ruangan Poliklinik Kandungan Dr. M
SOEWNDHIE SURABAYA .
3. dr. ICUS GENDON M, M.Kes., selaku Direktur STIKES PEMKAB Jombang.
4. KOLIFAH, SST., selaku Ketua Prodi III Kebidanan.
5. RINI HAYU LESTARI, S.ST selaku dosen pembimbing
6. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan Asuhan Kebidanan
ini.
Kami menyadari bahwa alam penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan penyusunan tugas Asuhan Kebidanan selanjutnya.
Harapan penulis semoga penyusunan Asuhan Kebidanan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PEMKAB Jombang pada khususnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada kasus
penderita cystoma ovarii.
1
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mampu mengkaji data pada kasus cystoma ovarii.
2. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa masalah.
3. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah.
4. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera.
5. Agar mahasiswa mampu mengintervensi kasus cystoma ovarii
6. Agar mahasiswa mampu melaksanakan implementasi.
7. Agar mahasiswa mampu mengevakuasi kasus cystoma ovarii.
2.1.2 Klasifikasi
Gejala akibat cystoma ovarii antara lain :
1. Akibat pertumbuhan
a. Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah.
b. Mengganggu miksi atau defekasi
c. Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau oedema
pada tungkai bawah, pada tumor yang besar dapat terjadi tidak
nafsu makan, rasa sesak.
(Manuaba, 1998 : 417)
2. Akibat aktifitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali
jika tumor itu sendiri menimbulkan hormon. Tumor sel granulosa
dapat menimbulkan hipermenorea dan arhenoblastoma apat
menyebabkan amenore.
(Prawirohardjo, 2005 : 347)
3. Akibat komplikasi
a. Perdarahan intra – tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen
mendadak dan memerlukan tindakan cepat.
3
b. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai sering terjadi perputaran tangkai secara
perlahan sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri
abdomen. Perputaran tangkai mendadak menimbulkan nyeri
abdomen mendadak dan segera memerlukan tindakan medis.
c. Terjadi infeksi pada tumor
Karena suatu hal terjadi infeksi, yaitu badan panas, nyeri pada
abdomen, mengganggu aktifitas sehari-hari.
d. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan terjadi robekan
sehingga isi kista tumbuh ke dalam ruangan abdomen.
e. Degenerasi ganas kista ovarium
Keganasan kista ovarium sering dijumpai :
Kista pada usia sebelum menarche.
Kista pada usia diatas 45 tahun.
(Manuaba, 1998 : 418)
4. Sindrom meigs
Sindroma yang ditentukan oleh Mergs menyebutkan terdapat
fibrosa darii, asistes, hydrothorax, dengan tindakan operasi fibrosa
ovarii, maka sindrom akan hilang dengan sendirinya.
(Manuaba, 1998 : 418)
2.1.3 Klasifikasi
1. Tumor Ovarii yang
a. Kistik
1) Non – neoplastik
a) Folikel
b) Lutein
c) Stein – Leventhal
d) Endo
e) Peradangan tuba ovarial
f) Indusion geminal
2) Neoplastik
a) Fibroma
b) Lymphangioma
c) Mesothelioma
d) Brenner
b. Tumor ovarii yang Maligna
1) Kistik
a) Cystadenocarsinoma mucinosum
b) Cystadenocarsinoma serosum
c) Cystadenocarsinoma dari kista dermoid
2) Solid
a) Eartinoma
b) Endometrioid carcinoma
c) Mesonepphitoma
c. Tumor Maligna yang lain (jarang)
1) Teratoma
2) Chorionephitelioma
3) Sarcoma
4) Lymoma
5) Melanoma
d. Tumor-tumor dengan potensi endokrim
1) Dysokogenik
a) Dysgermioma, biasanya inert.
b) Gramulosa thoca biasanya berpengaruh feminisasi.
c) Arrhenoblastoma biasanya berpengaruh vinlisasi.
2) Tumor sisa adrenal, biasanya mengadakan virilisasi.
3) Adenoma sel hilus, pengaruhnya virilisasi
4) Tumor-tumor dengan matrix yang berfungsi.
e. Metastatik
Misalnya tumor Krukenberg
Pembagian lain (Hertiq dan Qure) didasarkan atas asalnya
tumor :
1) Epitel Germinal : cystadenoma serosum, mucinosum,
endometrioid.
2) Jaringan ikat :sartoma, fibrosa
3) Tumor sel benih :dysgerminoma teratoma,
choricarcinoma
4) Stroma gorade :Arrhenobiastoma, tumor granulosa
kheca.
5) Tumor sisa vesligial :Mesonephroma, tumor sel hilus.
6) Tumor metastatik
(Padjadjaran Bandung bagian Obstetri dan Ginekologi, 1981 : 122)
2.1.5 Penanganan
Dapat dipakai sebagai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor non neoplastik tidak. Jika menghadapi
tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita
dan besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter 5 cm.
Kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista volikel atau kista
korpus luteum. Tidak jarang tumor non-neoplastik mengalami
pengecilan secara spontan dan menghilang sehingga pada
pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat ditemukan
ovarium dengan besar normal.
Tindakan operasi pada tumor neoplastik yang tidak ganas
adalah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian
ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi, jika tumornya besar
dan ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium. Biasanya
disertai pengangkatan tuba (salpingo-oofrektomi). Pada saat operasi
kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah tumor
ditemukan pada satu atau dua ovarium.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi
dan salpingo-ooferektomi bilateral.
(Prawirohardjo, 2005 : 350)
V. Intervensi
Kemungkinan masalah yang timbul dan rencana tindakan :
Diagnosa : Ny.”S” dengan cystoma ovarii keadaan umum ibu baik.
Tujuan : Asuhan Kebidanan berjalan dengan lancar sesuai dengan
prosedur tetap yang ada cystoma ovarii dapat segera diangkat.
Kriteria : Keadaan umum : baik
Tumor sudah tidak teraba
TTV dalam batas normal
TD : 100/70 – 130/90 mmHg
S : 36 – 370 C
N : 80 – 100 x/menit
RR : 16 – 22 x/menit
Intervensi
1. Bila hubungan baik dengan pasien dengan komunikasi terapeutik
R/ : Ibu dapat mengerti dan beradaptasi dengan lingkungannya
2. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien.
R/ : Mengetahui seberapa berat keluhan yang dirasakan pasien.
3. Ajarkan pada pasien tentang cara teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Distraksi dapat mengalihkan perhatian ibu dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri serta nafas panjang.
4. Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan laborat
orium.
R/ : untuk mengetahui apakah prosedur operasi dapat dilakukan
atau tidak.
VI. Implementasi
Setelah dilakukan intervensi, dilakukan pelaksanaan sesuai dengan
perencanaan.
VII. Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan, maka dilakukan evaluasi dengan
pendekatan SOAP :
S : Data subyektif
Data yang diperoleh dari keluhan pasien
O : Data obyektif
Data yang diambil dari hasil pemeriksaan
A : Assasment
Berisi kesimpulan tindakan yang telah dilakukan
P : Planning
Merupakan perencanaan lanjutan dari tindakan yang sudah
dilakukan dengan pedoman pada keberhasilan yang dicapai.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 10 November 2008 Jam : 10.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Klien : Ny. “S” Nama : Tn. “S”
Umur : 50 tahun Umur : 51 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan :– Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani Pekerjaan : Tani
Alamat : tambak segaran Alamat : Tambak segaran
Surabaya Surabaya
No. Register : 623.92.36
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan terdapat bejolan pada daerah perut kanan bagian
bawah, terasa nyeri dan nyengkreng.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan bahwa benjolannya sudah ada sejak + 1 bulan yang
lalu, tetapi tidak pernah diperiksakan oleh ibu karena ibu merasa
takut. Bernjolan pada perut bawah sebelah kiri bertambah bear dan
terasa nyeri.
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti
hipertensi, jantung, paru-paru, asma, TBC, kencing manis dan lain-
lain. Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seksual
(gonorhoe, sifilis, HIV/AIDS)
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menahun dan menular seperti jantung, asma, hipertensi,
paru-paru, TBC, kencing manis dan lain-lain.
6. Riwayat Menstruasi
– Menarche : 15 tahun
– Diktus : 28 hari (teratur)
– Lama : + 7 hari
– Banyaknya : + 2 kortek/hari
– Bau : anyir
– Warna : merah
– Dysmenorhoe : tidak
– Flour Albus : tidak
– Amenor : 31 tahun
7. Riwayat Perkawinan
Umur kawin : Klien : 29 tahun
Suami : 20 tahun
Lama kawin : 31 tahun
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Anak Kehamilan Persalinan Anak
No Nifas KB
ke UK Penyulit Jenis Penolong Tempat Penylt JK BBL H/M Usia
Bidan 2300
1 1 9 bln – Spontan Bidan – 07 H 30 Normal IUD
Desa gr
9. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah melahirkan menggunakan alat kontrasepsi
IUD selama 10 tahun, kemudian setelah dilepas ibu mengganti alat
kontrasepsinya dengan KB Suntik selama 1 tahun. Saat ini Ibu tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi
– Sebelum sakit :Makan 3 x/hari porsi sedang dengan menu
nasi, lauk dan sayur.
Minum + 6 – 8 gelas/hari berupa air putih
– Saat sakit :Makan 3 x/hari porsi sedang, dengan menu
nasi, lauk (tahu, tempe) dan sayur (kacang
dan wortel)
Minum + 5 – 7 gelas/hari berupa air putih
b. Pola eliminasi
– Sebelum sakit :BAB 1 x/hari konsistensi lembek, warna
kuning
BAK 4 – 5 x/hari warna kuning jernih, bau
khas.
– Saat sakit :BAB 1 x/hari konsistensi keras, warna
kuning.
BAK 5 – 6 x/hari warna kuning, jernih, bau
khas
c. Pola aktifitas
– Sebelum sakit :Ibu berperan sebagai ibu rumah tangga dan
melakukan pekerjaan di rumah seperti
menyapu, mengepel, memasak dan kadang
ikut suami ke sawah.
– Saat sakit :Ibu hanya istirahat di rumah, terkadang
membantu menyapu di rumah untuk
menunggu operasinya.
d. Pola istirahat
– Sebelum sakit :Malam : + 7 – 8 jam
Siang : + 1 – 2 jam
– Saat sakit :Malam : + 7 – 8 jam
Siang : + 1 jam
e. Pola personal hygiene
– Sebelum sakit :Mandi 2 x/hari, ganti pakaian 1 x/hari
Gosok gigi 2 x/hari, keramas 4 x/minggu
– Saat sakit :Mandi 2 x/hari, ganti pakaian 1 x/hari
Gosok gigi 2 x/hari, keramas 3 x/minggu
11. Riwayat psikososial
– Hubungan antara klien dan keluarganya dan tetangganya dalam
keadaan baik.
– Ibu mengatakan cemas dan takut dengan keadaannya saat ini.
12. Latar belakang sosial budaya
Ibu mengatakan bahwa dirinya dan keluarganya berasal dari suku Jawa.
13. Riwayat spiritual
Ibu melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya. Ibu melakukan ibadah shalat 5 waktu, dan dengan adanya
penyakit ini, ibu tidak terganggu, dan ibu tetap menjalankan
agamanya (ibadahnya)
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. TTV : TD : 140/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 360 C
RR : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Kepala : rambut hitam, tidak rontok, bersih, tidak
terdapat benjolan abnormal, penyebaran
rambut merata.
2) Muka : simetris, tidak pucat, tidak oedema
(sembab)
3) Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera
putih.
4) Hidung : bersih, tidak terdapat secret, dan tidak ada
pernafasan cuping hidung.
5) Mulut : simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada
varises, lidah bersih, tidak ada stomatitis
6) Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
7) Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
8) Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, perut
membesar.
9) Genetalia : simetris, tidak ada oedema, tidak varises,
tidak ada condiloma lata, tidak ada
condiloma akuminata, tidak perdarahan
pervaginam, tidak ada keputihan (flour
albus)
10) Ekstremitas : tidak ada
oedema, tidak varises, tidak ada
bawah dan atas : gangguan pergerakan.
b. Palpasi
1) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak
ada bendungan vena jugularis.
2) Dada : tidak ada benjolan abnormal.
3) Abdomen : terdapat benjolan abnormal pada perut
kanan bagian bawah + 8 cm, dan terdapat
nyeri tekan.
c. Auskultasi
Dada : tidak ada suara hambatan rochi (–) maupun
wheezing (–).
d. Perkusi
1) Abdomen : kembung (–)
2) Reflek Patella : Ka/Ki (+)/(+)
e. Pemeriksaan penunjang
1) USG :
Tanggal 10-11-2008
– Hepar : besar normal, nodul (–)
– Eb : Batu (–)
– Lien : Normal
– Pankreas : Normal
– Uterus : Sulit dievaluasi
Tengah masa kritik pada abdomen bawah
ukuran 10 x 8 cm.
2) EKG tanggal 10-11-2008
3) Foto thorak tanggal 10-11-2008
V. INTERVENSI
Dx : Ny “S” P10001 usia ibu 50 tahun dengan cystoma ovarii.
Tujuan : Kista dapat segera diangkat.
Kriteria : – Keadaan umum ibu baik
– Tumor/kista tidak teraba lagi
– TTV dalam batas normal
TD : 100/70 – 130/90 mmHg
Suhu : 365 – 375 0 C
Nadi : 80 – 110 x/menit
RR : 16 – 22 x/menit
Intervensi :
1. Bina hubungan baik dengan pasien dengan komunikasi terapeutik.
R/ : Dapat terjalin komunikasi yang lancar dan terjalin kerjasama.
2. Jelaskan pada pasien tentang penyakitnya dan tindakan yang akan
dilakukan.
R/ : Meningkatkan pengetahuan ibu.
3. Jelaskan pada ibu untuk makan gizi seimbang.
R/ : Kebutuhan ibu dapat terpenuhi
4. Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan laboratorium
R/ : Untuk mengetahui apakah prosedur operasi dapat dilakukan atau
tidak.
Masalah I :
S : Ibu mengatakan perutnya masih terasa nyeri.
O : – Ibu tampak menyeringai kesakitan.
– Ibu telah mendapatkan analgetik, asam mefenamat
500 mg, 3 x 1
A : Ny “S” P10001 usia ibu 50 tahun dengan cystoma ovarii.
P : Anjurkan ibu untuk meminum obatnya secara rutin.
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. “S” P10001 dengan
cystoma ovarii maka didapat :
Pada pengkajian didapat keluhan nyeri perut bagian bawah dan
merasakan adanya benjolan abnormal di bagian perut bawah sebelah kanan.
Pada USG didapat massa kistik pada perut bagian bawah sehingga pada
identifikasi diagnosa masalah di dapat kesimpulan dengan diagnosa
cystoma ovarii dengan masalah nyeri dan cemas.
Pada intervensi dan implementasi juga disesuaikan dengan tujuan yaitu
agar rasa nyeri hilang sehingga dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk
dilakukan pengangkatan kista dengan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung kista.
5.2 S a r a n
Sebagai bidan hendaknya kita selalu meningkatkan sumber daya
manusia secara terus menerus melalui jenjang pendidikan, pelatihan, agar
dapat meningkatkan pelayanan yang diberikan pada masyarakat, seperti kasus
di atas kita harus mengetahui macam dan penanganan cystoma ovarii
sehingga pasien bisa diselamatkan.
27
DAFTAR PUSTAKA