Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI Ny.“S” NCB SMK UMUR 1 HARI DENGAN


ASFIKSIA BERAT DI PAVILYUN ANGGREK
RSUD JOMBANG
TANGGAL 23 NOFEMBER 2010

Oleh :
SULISTIANI
NIM : KH0803024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PRODI D III KEBIDANAN
2010
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
dengan segala rahmat dan hidayah – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tugas Asuhan Kebidanan Pada Ny. “S” P 10001 Usia Ibu 50 tahun
dengan Cystoma Ovarii di Poliklinik RS Dr.M SOEWANDHIE SURABAYA.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini penulis dapat
diberikan bimbingan dan arahan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. LILIAN selaku direktur Rumah sakit Dr. M SOEWNDHIE SURABAYA
2. Yulistianti, Amd.Keb., selaku Kepala Ruangan Poliklinik Kandungan Dr. M
SOEWNDHIE SURABAYA .
3. dr. ICUS GENDON M, M.Kes., selaku Direktur STIKES PEMKAB Jombang.
4. KOLIFAH, SST., selaku Ketua Prodi III Kebidanan.
5. RINI HAYU LESTARI, S.ST selaku dosen pembimbing
6. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan Asuhan Kebidanan
ini.
Kami menyadari bahwa alam penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan penyusunan tugas Asuhan Kebidanan selanjutnya.
Harapan penulis semoga penyusunan Asuhan Kebidanan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PEMKAB Jombang pada khususnya.

Surabaya, November 2008

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cystoma ovarii germoid adalah suatu teratoma kista yang jinak
dimana struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti
epitel kulit, rambut, gigi dan produk grandula sebasca berwarna putih kuning
menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen
endoderm dan mesoderm.
Tumor merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik
dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda ditaksir 25% dari
semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi
walaupun kista demoid dapat ditemukan pada anak kecil. Dapat mencapai
ukuran yang besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.
Frekuensi kista demoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah
sebagai berikut : Sapardan mencatat angka 16,9%, Djaswadi 15,1%, Hariadi
dan Gunawan masing-masing 11,1% dan 13,5% diantara penderita dengan
cystoma ovarii.
Bila bidan dalam tugasnya dapat menegakkan diagnosa tumor di
bagian bawah abdomen, segera melakukan konsultasi atau merujuk di
puskesmas atau langsung ke dokter kandungan tumor ovarium memerlukan
tindakan yang spesifik.
Bidan bertugas memberikan komunikasi, informasi, edukasi dan motivasi
(KIE–M) tentang pengobatan tumor dengan pengobatan modern dan tindakan
operasi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada kasus
penderita cystoma ovarii.

1
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mampu mengkaji data pada kasus cystoma ovarii.
2. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa masalah.
3. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah.
4. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera.
5. Agar mahasiswa mampu mengintervensi kasus cystoma ovarii
6. Agar mahasiswa mampu melaksanakan implementasi.
7. Agar mahasiswa mampu mengevakuasi kasus cystoma ovarii.

1.3 Metode Penulisan


1. Wawancara
Pengumpulan data dengan tanya jawab langsung dengan klien, keluarga
dan tenaga kesehatan lain untuk mendapatkan data subyektif.
2. Observasi
Pengamatan langsung terhadap perbuatan yang terjadi pada klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan klien yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
untuk mendapatkan data subyektif.
4. Studi Pustaka
Dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan kasus cystoma
ovarii.
5. Dokumentasi
Yaitu suatu cara untuk membantu pemeriksaan oleh data dengan melihat
data yang sudah ada dalam status pasien, catatan medik atau hasil dari
pemeriksaan penunjang lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Cystoma Ovarii


2.1.1 Definisi
Kista ovarium bersifat neoplastik atau non neoplastik. Tumor non
neoplastik akbibat peradangan umumnya dalam anamnesis
menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan genetalia dan pada
pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan
karena perlekatan kista non neoplastik umumnya tidak menjadi besar
dan diantaranya pada lain waktu biasanya hilang sendiri.
(Prawirohardjo, 2005 : 350)

2.1.2 Klasifikasi
Gejala akibat cystoma ovarii antara lain :
1. Akibat pertumbuhan
a. Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah.
b. Mengganggu miksi atau defekasi
c. Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau oedema
pada tungkai bawah, pada tumor yang besar dapat terjadi tidak
nafsu makan, rasa sesak.
(Manuaba, 1998 : 417)
2. Akibat aktifitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali
jika tumor itu sendiri menimbulkan hormon. Tumor sel granulosa
dapat menimbulkan hipermenorea dan arhenoblastoma apat
menyebabkan amenore.
(Prawirohardjo, 2005 : 347)
3. Akibat komplikasi
a. Perdarahan intra – tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen
mendadak dan memerlukan tindakan cepat.

3
b. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai sering terjadi perputaran tangkai secara
perlahan sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri
abdomen. Perputaran tangkai mendadak menimbulkan nyeri
abdomen mendadak dan segera memerlukan tindakan medis.
c. Terjadi infeksi pada tumor
Karena suatu hal terjadi infeksi, yaitu badan panas, nyeri pada
abdomen, mengganggu aktifitas sehari-hari.
d. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan terjadi robekan
sehingga isi kista tumbuh ke dalam ruangan abdomen.
e. Degenerasi ganas kista ovarium
Keganasan kista ovarium sering dijumpai :
 Kista pada usia sebelum menarche.
 Kista pada usia diatas 45 tahun.
(Manuaba, 1998 : 418)
4. Sindrom meigs
Sindroma yang ditentukan oleh Mergs menyebutkan terdapat
fibrosa darii, asistes, hydrothorax, dengan tindakan operasi fibrosa
ovarii, maka sindrom akan hilang dengan sendirinya.
(Manuaba, 1998 : 418)

2.1.3 Klasifikasi
1. Tumor Ovarii yang
a. Kistik
1) Non – neoplastik
a) Folikel
b) Lutein
c) Stein – Leventhal
d) Endo
e) Peradangan tuba ovarial
f) Indusion geminal
2) Neoplastik
a) Fibroma
b) Lymphangioma
c) Mesothelioma
d) Brenner
b. Tumor ovarii yang Maligna
1) Kistik
a) Cystadenocarsinoma mucinosum
b) Cystadenocarsinoma serosum
c) Cystadenocarsinoma dari kista dermoid
2) Solid
a) Eartinoma
b) Endometrioid carcinoma
c) Mesonepphitoma
c. Tumor Maligna yang lain (jarang)
1) Teratoma
2) Chorionephitelioma
3) Sarcoma
4) Lymoma
5) Melanoma
d. Tumor-tumor dengan potensi endokrim
1) Dysokogenik
a) Dysgermioma, biasanya inert.
b) Gramulosa thoca biasanya berpengaruh feminisasi.
c) Arrhenoblastoma biasanya berpengaruh vinlisasi.
2) Tumor sisa adrenal, biasanya mengadakan virilisasi.
3) Adenoma sel hilus, pengaruhnya virilisasi
4) Tumor-tumor dengan matrix yang berfungsi.
e. Metastatik
Misalnya tumor Krukenberg
Pembagian lain (Hertiq dan Qure) didasarkan atas asalnya
tumor :
1) Epitel Germinal : cystadenoma serosum, mucinosum,
endometrioid.
2) Jaringan ikat :sartoma, fibrosa
3) Tumor sel benih :dysgerminoma teratoma,
choricarcinoma
4) Stroma gorade :Arrhenobiastoma, tumor granulosa
kheca.
5) Tumor sisa vesligial :Mesonephroma, tumor sel hilus.
6) Tumor metastatik
(Padjadjaran Bandung bagian Obstetri dan Ginekologi, 1981 : 122)

2.1.4 Plasenta Previa


Pembesaran pada abdomen bagian bawah merupakan salah
satu keluhan yang mendorong wanita untuk melakukan pemeriksaan.
Pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan
di rongga panggul, maka setelah diselidiki sifat-sifatnya (besarnya,
lokalisasi, permukaan, konsistensi, serta dapat digerakkan atau tidak).
Pada tumor ovarium biasanya terletak pada garis tengah bawah rongga
perut bagian bawah dan tumor itu sifatnya kistik, perlu dipikirkan
adanya kehamilan atau kandung kemih penuh.
Fibrosa ovarii (sindrom meias) dan tumor ovarii menyebabkan
asites, tetapi bisa disebabkan oleh penyakit lain seperti serosis hepatic.
Pemeriksaan bimanual sebelum atau sesudah fungsi asistes bisa
memberi pentunjuk apakah ia disebabkan oleh tumor ovarium.
Pemeriksaan kimiawi cairan dan pemeriksaan histologik sedimen
cairan dapat membantu dalam pembuatan diagnosis.
(Prawirohardjo, 2005 : 349)
Metode yang dapat membantu pembuatan diagnosis adalah :
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal
dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. USG
Dengan USG, dapat ditentukan letak dan batas tumor. Apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium dan kandung kemih, apakah
tumor kistik atau solid, dapat dibedakan pula antara cairan dalam
rongga perut yang bebas atau yang tidak.
3. Foto Rontgen
Untuk menentukan hidrotoraks, selanjutnya pada kista dermoid
kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi alam tumor. Penggunaan
fotorontgen pada pietogram intravena dan pemasukan bubur
barium dalam kolon.
4. Parasintesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna untuk menentukan
sebab aistes. Perlu diingat bahwa tindakan tersebut dapat
mencemarkan kavum peritorei dengan isi kista bila dinding kista
berbusuk.
(Prawirohardjo, 2005 : 350)

2.1.5 Penanganan
Dapat dipakai sebagai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor non neoplastik tidak. Jika menghadapi
tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita
dan besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter 5 cm.
Kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista volikel atau kista
korpus luteum. Tidak jarang tumor non-neoplastik mengalami
pengecilan secara spontan dan menghilang sehingga pada
pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat ditemukan
ovarium dengan besar normal.
Tindakan operasi pada tumor neoplastik yang tidak ganas
adalah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian
ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi, jika tumornya besar
dan ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium. Biasanya
disertai pengangkatan tuba (salpingo-oofrektomi). Pada saat operasi
kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah tumor
ditemukan pada satu atau dua ovarium.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi
dan salpingo-ooferektomi bilateral.
(Prawirohardjo, 2005 : 350)

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Ibu dengan Cystoma Ovarii


I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Biodata
2. Keluhan utama
Benjolan di bawah perut bagian bawah, ada yang terletak di
depan uterus dapat menekan kandung kemih dan dapat
menimbulkan gangguan miksi, tekanan tumor dapat
mengakibatkan obstipasi, oedema tungkai, pada tumor yang
besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak.
(Prawirohardjo, 2005 : 347)
3. Riwayat Kesehatan
Pada penderita cystoma ovarii sering ditemukan adanya
gangguan haid/miksi/defekasi, kadang hanya menimbulkan rasa
berat dalam perut, nyeri bagian bawah.
(Prawirohardjo, 2005 : 347)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya faktor hereditas, karena prematuritas sering dijumpai
pada suatu keluarga tertentu.
5. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
Pada cystoma ovarii tidak mengubah pola haid, kecuali jia
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon, seperti yang
diterangkan pada tumor ganas, sebuah sel ganulosa dapat
menimbulkan hipermenorhoe dan artenoblastoma dapat
menyebabkan amenores.
(Prawirohardjo, 2005 : 347)
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Sekarang
Pada kehamilan yang disertai cystoma ovarii seolah-olah
terjadi perubahan ruangan, dimana kehamilan makin
membesar. Bahaya kehamilan dengan cystoma ovarii dapat
terjadi gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya
mengakibatkan abortus, kematian dalam rahim.
(Manuaba, 1998 : 271)
6. Riwayat Persalinan
Pada kedudukan cystoma ovarii di pervis minor, persalinan dapat
terganggu dan memerlukan penyelesaian dengan SC. Jika kista
pada fundus uteri persalinan dapat berlangsung normal.
(Manuaba, 1998 : 271)
7. Riwayat Nifas
Bahaya nifas mungkin terjadi torsi kista, infeksi sampai abses.
(Manuaba, 1998 : 271)
8. Riwayat KB
Pengguna KB hormonal dengan esterogen yang tinggi
merupakan pencetus terjadinya cystoma ovarii.
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Pada tumor yang besar dapat terjadi nafsu makan menurun.
b. Eliminasi
Jika tumor terletak di depan uterus dapat menekan kandung
kemih dan menimbulkan gangguan miksi, tekanan akibat
tumor dapat mengakibatkan dostipasi.
(Prawirohardjo, 2005 : 347)
c. Istirahat
Cystoma ovarii dapat menyebabkan nyeri abdomen
hipermenore dan arhenoldastoma dapat menyebabkan
amenore yang mengganggu istirahat.
d. Aktifitas
Terganggu akibat rasa nyeri yang timbul.
B. Data Obyektif
1. Keadaan umum ibu baik bila cystoma ovarii masih kecil tidak
menimbulkan gangguan atau keluhan bila klien mengalami
nyeri.
a. Suhu : dapat normal maupun mengalami peningkatan
apabila terjadi infeksi pada tumor.
b. Nadi : biasanya bila tenang tidak ada penurunan
penekanan
c. Pernafasan : dapat mengalami peningkatan sehubungan
dengan gejala sekunder yaitu sesak nafas
karena adanya siklus O2 dalam darah
berkurang sehubungan dengan penurunan
kadar Hb karena adanya perdarahan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : pada pasien gynekologis dengan perdarahan
banyak pada conjungtiva tampak anemis.
b. Abdomen : teraba adanya massa abnormal pada perut
bagian bawah konsisten keras kenyal, bentuk
tidak teratur, gerakan bebas tidak sakit, tapi
kadang-kadang ditemui nyeri, terdapat
benjolan pada perut bagian bawah/di rongga
panggul.
c. Genetalia : dapat terjadi pengeluaran darah pervaginam
kadang sebelumnya terdapat keputihan yang
lama.
d. Anus : akan timbul hemoroid, luka dan varises pecah
karena keadaan obstipasi akibat penekanan
akbiat cystoma ovarii pada rectum.
e. Ekstremitas : penekanan pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe dari panggul dapat
menyebabkan oedema tingkat.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. USG abdominal dapat membantu dan menegakkan dugaan
klinis.
b. Pemeriksaan laboratorium
Hb akan terjadi penurunan apabila disertai perdarahan
pervaginam.
c. Terapi
1) Pengobatan operasi : penegakan cystoma ovarii
2) Pengobatan operatic : histerektomi dan salpingo
coforektomi bilateral

II. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan


Diagnosis : P10001, usia ibu 50 tahun dengan cystoma ovarii
Masalah : Masalah yang ditimbulkan oleh cystoma ovarii

III. Antisipasi Masalah Potensial


Masalah yang ditimbulkan oleh cystoma ovarii dapat menyebabkan
cystoma ovarii ganas bila tidak segera diobati.

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


Proses pelaksanaan dengan waktu yang dibutuhkan data-data baru
senantiasa dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa diidentifikasi jika ada
sesuatu yang membahayakan segera diupayakan penanganan.

V. Intervensi
Kemungkinan masalah yang timbul dan rencana tindakan :
Diagnosa : Ny.”S” dengan cystoma ovarii keadaan umum ibu baik.
Tujuan : Asuhan Kebidanan berjalan dengan lancar sesuai dengan
prosedur tetap yang ada cystoma ovarii dapat segera diangkat.
Kriteria : Keadaan umum : baik
Tumor sudah tidak teraba
TTV dalam batas normal
TD : 100/70 – 130/90 mmHg
S : 36 – 370 C
N : 80 – 100 x/menit
RR : 16 – 22 x/menit
Intervensi
1. Bila hubungan baik dengan pasien dengan komunikasi terapeutik
R/ : Ibu dapat mengerti dan beradaptasi dengan lingkungannya
2. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien.
R/ : Mengetahui seberapa berat keluhan yang dirasakan pasien.
3. Ajarkan pada pasien tentang cara teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Distraksi dapat mengalihkan perhatian ibu dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri serta nafas panjang.
4. Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan laborat
orium.
R/ : untuk mengetahui apakah prosedur operasi dapat dilakukan
atau tidak.

Masalah I : Nyeri perut bagian bawah


Tujuan : Ibu tidak merasakan nyeri
Kriteria : – Nyeri dapat berkurang
– Istirahat tidak terganggu
– TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri.
R/ : Ibu dapat mengerti dan beradaptasi dengan lingkungannya
2. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien
R/ : Mengetahui seberapa berat keluhan yang dirasakan pasien.
3. Anjurkan pada pasien tentang cara taknik distraksi dan relaksasi.
R/ : Distraksi dapat mengalihkan perhatian ibu dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri serta nafas panjang.
4. Anjurkan pasien untuk melakukan kompres hangat pada nyerinya.
R/ : Mengurangi rasa nyeri.
5. Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik.
R/ : Dapat mengurangi rasa nyeri.
Masalah II : Demam sehubungan dengan ketidaktahuan pasien terhadap
penyakit dan prosedur pengobatan.
Tujuan : Ibu bisa tenang dan merasa nyaman
Kriteria : – Cemas berkurang
– Pasien dapat mengungkapkan kecemasannya
– TTV dalam batas normal.
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada pasien dengan komunikasi terapeutik
R/ : Dapat terjalin kerjasama antara pasien dengan tenaga medis.
2. Ciptakan suasana yang menyenangkan
R/ : Dapat mengurangi kecemasan
3. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan mental ibu.
R/ : Ibu merasa mendapat dukungan dari keluarga dan dapat
membuat perasaan ibu tenang.
4. Dukung pasien untuk bersedia dioperasi
R/ : Untuk proses penyembuhan pasien

VI. Implementasi
Setelah dilakukan intervensi, dilakukan pelaksanaan sesuai dengan
perencanaan.

VII. Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan, maka dilakukan evaluasi dengan
pendekatan SOAP :
S : Data subyektif
Data yang diperoleh dari keluhan pasien
O : Data obyektif
Data yang diambil dari hasil pemeriksaan
A : Assasment
Berisi kesimpulan tindakan yang telah dilakukan
P : Planning
Merupakan perencanaan lanjutan dari tindakan yang sudah
dilakukan dengan pedoman pada keberhasilan yang dicapai.
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 10 November 2008 Jam : 10.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Klien : Ny. “S” Nama : Tn. “S”
Umur : 50 tahun Umur : 51 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan :– Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani Pekerjaan : Tani
Alamat : tambak segaran Alamat : Tambak segaran
Surabaya Surabaya
No. Register : 623.92.36
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan terdapat bejolan pada daerah perut kanan bagian
bawah, terasa nyeri dan nyengkreng.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan bahwa benjolannya sudah ada sejak + 1 bulan yang
lalu, tetapi tidak pernah diperiksakan oleh ibu karena ibu merasa
takut. Bernjolan pada perut bawah sebelah kiri bertambah bear dan
terasa nyeri.
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti
hipertensi, jantung, paru-paru, asma, TBC, kencing manis dan lain-
lain. Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seksual
(gonorhoe, sifilis, HIV/AIDS)
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menahun dan menular seperti jantung, asma, hipertensi,
paru-paru, TBC, kencing manis dan lain-lain.
6. Riwayat Menstruasi
– Menarche : 15 tahun
– Diktus : 28 hari (teratur)
– Lama : + 7 hari
– Banyaknya : + 2 kortek/hari
– Bau : anyir
– Warna : merah
– Dysmenorhoe : tidak
– Flour Albus : tidak
– Amenor : 31 tahun
7. Riwayat Perkawinan
Umur kawin : Klien : 29 tahun
Suami : 20 tahun
Lama kawin : 31 tahun
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Anak Kehamilan Persalinan Anak
No Nifas KB
ke UK Penyulit Jenis Penolong Tempat Penylt JK BBL H/M Usia
Bidan 2300
1 1 9 bln – Spontan Bidan – 07 H 30 Normal IUD
Desa gr

9. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah melahirkan menggunakan alat kontrasepsi
IUD selama 10 tahun, kemudian setelah dilepas ibu mengganti alat
kontrasepsinya dengan KB Suntik selama 1 tahun. Saat ini Ibu tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi
– Sebelum sakit :Makan 3 x/hari porsi sedang dengan menu
nasi, lauk dan sayur.
Minum + 6 – 8 gelas/hari berupa air putih
– Saat sakit :Makan 3 x/hari porsi sedang, dengan menu
nasi, lauk (tahu, tempe) dan sayur (kacang
dan wortel)
Minum + 5 – 7 gelas/hari berupa air putih
b. Pola eliminasi
– Sebelum sakit :BAB 1 x/hari konsistensi lembek, warna
kuning
BAK 4 – 5 x/hari warna kuning jernih, bau
khas.
– Saat sakit :BAB 1 x/hari konsistensi keras, warna
kuning.
BAK 5 – 6 x/hari warna kuning, jernih, bau
khas
c. Pola aktifitas
– Sebelum sakit :Ibu berperan sebagai ibu rumah tangga dan
melakukan pekerjaan di rumah seperti
menyapu, mengepel, memasak dan kadang
ikut suami ke sawah.
– Saat sakit :Ibu hanya istirahat di rumah, terkadang
membantu menyapu di rumah untuk
menunggu operasinya.
d. Pola istirahat
– Sebelum sakit :Malam : + 7 – 8 jam
Siang : + 1 – 2 jam
– Saat sakit :Malam : + 7 – 8 jam
Siang : + 1 jam
e. Pola personal hygiene
– Sebelum sakit :Mandi 2 x/hari, ganti pakaian 1 x/hari
Gosok gigi 2 x/hari, keramas 4 x/minggu
– Saat sakit :Mandi 2 x/hari, ganti pakaian 1 x/hari
Gosok gigi 2 x/hari, keramas 3 x/minggu
11. Riwayat psikososial
– Hubungan antara klien dan keluarganya dan tetangganya dalam
keadaan baik.
– Ibu mengatakan cemas dan takut dengan keadaannya saat ini.
12. Latar belakang sosial budaya
Ibu mengatakan bahwa dirinya dan keluarganya berasal dari suku Jawa.
13. Riwayat spiritual
Ibu melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya. Ibu melakukan ibadah shalat 5 waktu, dan dengan adanya
penyakit ini, ibu tidak terganggu, dan ibu tetap menjalankan
agamanya (ibadahnya)

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. TTV : TD : 140/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 360 C
RR : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Kepala : rambut hitam, tidak rontok, bersih, tidak
terdapat benjolan abnormal, penyebaran
rambut merata.
2) Muka : simetris, tidak pucat, tidak oedema
(sembab)
3) Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera
putih.
4) Hidung : bersih, tidak terdapat secret, dan tidak ada
pernafasan cuping hidung.
5) Mulut : simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada
varises, lidah bersih, tidak ada stomatitis
6) Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
7) Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
8) Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, perut
membesar.
9) Genetalia : simetris, tidak ada oedema, tidak varises,
tidak ada condiloma lata, tidak ada
condiloma akuminata, tidak perdarahan
pervaginam, tidak ada keputihan (flour
albus)
10) Ekstremitas : tidak ada
oedema, tidak varises, tidak ada
bawah dan atas : gangguan pergerakan.
b. Palpasi
1) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak
ada bendungan vena jugularis.
2) Dada : tidak ada benjolan abnormal.
3) Abdomen : terdapat benjolan abnormal pada perut
kanan bagian bawah + 8 cm, dan terdapat
nyeri tekan.
c. Auskultasi
Dada : tidak ada suara hambatan rochi (–) maupun
wheezing (–).
d. Perkusi
1) Abdomen : kembung (–)
2) Reflek Patella : Ka/Ki (+)/(+)
e. Pemeriksaan penunjang
1) USG :
Tanggal 10-11-2008
– Hepar : besar normal, nodul (–)
– Eb : Batu (–)
– Lien : Normal
– Pankreas : Normal
– Uterus : Sulit dievaluasi
Tengah masa kritik pada abdomen bawah
ukuran 10 x 8 cm.
2) EKG tanggal 10-11-2008
3) Foto thorak tanggal 10-11-2008

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Dx : Ny “S” P10001 usia ibu 50 tahun dengan cystoma ovarii.
Ds : Ibu mengatakan nyeri pada perut kanan bagian bawah dan
sudah mempunyai anak satu.
Do : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD : 140/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 360 C
RR : 22 x/menit
Pada inspeksi perut terlihat membesar
Palpasi : Terdapat benjolan abnormal pada perut
kanan bagian bawah dengan ukuran + 8 cm
Terdapat nyeri tekan pada abdomen
USG : Kesimpulan
Terdapat massa kistik pada abdomen
bawah ukuran 10 x 8 cm.
Masalah : – Nyeri pada perut bagian bawah
– Cemas
Kebutuhan : Dukungan dan motivasi dari keluarga

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Cystoma ovarii ganas
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
1. Memberikan dukungan emosional dan pendampingan.
2. Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan operasi

V. INTERVENSI
Dx : Ny “S” P10001 usia ibu 50 tahun dengan cystoma ovarii.
Tujuan : Kista dapat segera diangkat.
Kriteria : – Keadaan umum ibu baik
– Tumor/kista tidak teraba lagi
– TTV dalam batas normal
 TD : 100/70 – 130/90 mmHg
 Suhu : 365 – 375 0 C
 Nadi : 80 – 110 x/menit
 RR : 16 – 22 x/menit
Intervensi :
1. Bina hubungan baik dengan pasien dengan komunikasi terapeutik.
R/ : Dapat terjalin komunikasi yang lancar dan terjalin kerjasama.
2. Jelaskan pada pasien tentang penyakitnya dan tindakan yang akan
dilakukan.
R/ : Meningkatkan pengetahuan ibu.
3. Jelaskan pada ibu untuk makan gizi seimbang.
R/ : Kebutuhan ibu dapat terpenuhi
4. Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan laboratorium
R/ : Untuk mengetahui apakah prosedur operasi dapat dilakukan atau
tidak.

Masalah I : Nyeri perut bagian bawah


Tujuan : Ibu tidak merasakan nyeri
Kriteria : – Nyeri dapat berkurang
– Istirahat tidak terganggu
– TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri.
R/ : Ibu dapat mengerti dan beradaptasi dengan lingkungannya.
2. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien.
R/ : Mengetahui seberapa berat keluhan yang dirasakan pasien
3. Ajarkan pada pasien tentang cara teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Distraksi dapat mengalihkan perhatian ibu dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri serta nafas panjang.
4. Anjurkan pasien untuk melakukan kompres hangat pada nyerinya.
R/ : Mengurangi rasa nyeri.
5. Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik.
R/ : Dapat mengurangi rasa nyeri.

Masalah II : Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan pasien terhadap


penyakit dan prosedur pengobatan.
Tujuan : Ibu bisa tenang dan merasa nyaman.
Kriteria : – Cemas berkurang
– Pasien dapat mengungkapkan kecemasannya
– TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada pasien dengan komunikasi terapeutik.
R/ : Dapat terjalin kerja sama antara pasien dengan tenaga medis.
2. Ciptakan suasana yang menyenangkan.
R/ : Dapat mengurangi kecemasan.
3. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan mental ibu.
R/ : Ibu merasa mendapat dukungan dari keluarga dan dapat membuat
perasaan tenang pada pasien.
4. Dukung pasien untuk bersedia dioperasi.
R/ : Untuk proses penyembuhan pasien.
VI. IMPLEMENTASI
Dx : Ny “S” P10001 usia ibu 50 tahun dengan cystoma ovarii.
1. Membina hubungan baik pada pasien dengan komunikasi terapeutik.
– Dengan cara menyapa dan memperkenalkan diri pada pasien
2. Menjelaskan pada pasien tentang penyakitnya dan tindakan yang akan
dilakukan.
– Menjelaskan pada pasien bahwa sakit yang diderita memerlukan
pengobatan secepatnya.
3. Menjelaskan pada ibu untuk makan dengan gizi seimbang
– Makan dengan makanan 4 sehat 5 sempurna.
4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan
laboratorium.

Masalah I : Nyeri perut bagian bawah


1. Menjelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri.
2. Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien.
3. Mengajarkan pada pasien tentang teknik distraksi dan relaksasi.
– Menganjurkan ibu untuk kompres hangat pada daerah nyeri.
– Mengalihkan perhatian ibu pada hal untuk persiapan operasi agar
dapat meringankan rasa nyeri ibu.
4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik.

Masalah II : Cemas sehubungan dengan ketidaktahuan ibu terhadap


penyakit dan prosedur pengobatan
1. Melakukan pendekatan pada pasien dengan komunikasi terapeutik.
2. Menciptakan suasana yang menyenangkan
3. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan mental ibu.
4. mendukung pasien untuk bersedia di operasi
VII. EVALUASI
Tanggal : 10-11-2008 Jam : 10.00 WIB
Dx : Ny “S” P10001 usia ibu 50 tahun dengan cystoma ovarii.
S : – Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh
petugas.
– Ibu mengatakan perut terasa nyeri
O : – Keadaan umum ibu baik
– Klien dianjurkan puasa untuk pemeriksaan laboratorium
– Kesadaran compos mentis
A : Ny “S” P10001 usia ibu 50 tahun dengan cystoma ovarii.
P : – Meminta keluarga untuk memberikan dukungan.
– Kolaborasi dengan tim medis, untuk pengobatan lanjutan
– Kolaborasi untuk perawatan laboratorium

Masalah I :
S : Ibu mengatakan perutnya masih terasa nyeri.
O : – Ibu tampak menyeringai kesakitan.
– Ibu telah mendapatkan analgetik, asam mefenamat
500 mg, 3 x 1
A : Ny “S” P10001 usia ibu 50 tahun dengan cystoma ovarii.
P : Anjurkan ibu untuk meminum obatnya secara rutin.

Masalah II : Cemas sehubungan dengan ketidaktahuan ibu terhadap


penyakit dan pengobatannya.
S : Ibu mengatakan merasa lebih tenang dan nyaman, serta
mengerti tentang penjelasan petugas.
O : Ibu tampak tidak cemas lagi, dan ibu bersedia untuk dilakukan
operasi
A : Cemas teratasi sebagian
P : Anjurkan ibu untuk selalu mendekatkan diri pada Tuhan.
Tanggal : 11-11-2008 Jam : 11.00 WIB
Dx : Ny “S” P10001 usia ibu 50 tahun dengan cystoma ovarii.
S : Ibu mengatakan sudah siap untuk dilakukan operasi.
O : Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 11-11-2008
– Hb : 11,9 gr%
– Leukosit : 12.000 / UL
– Eritrosit : 4.000.000 / UL
– Trombosit : 700.000 / UL
– SGOT : 15 U/L
– SGPT : 19 U/L
A : Ny “S” P10001 usia ibu 50 tahun dengan cystoma ovarii + ISK
P : – Penanganan terhadap pasien dengan ISK
– Kolaborasi dengan dokter SPOG dalam pemberian terapi
ISK
– Persiapan operasi untuk penanganan cystoma ovarii.
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. “S” P10001 dengan
cystoma ovarii maka didapat :
Pada pengkajian didapat keluhan nyeri perut bagian bawah dan
merasakan adanya benjolan abnormal di bagian perut bawah sebelah kanan.
 Pada USG didapat massa kistik pada perut bagian bawah sehingga pada
identifikasi diagnosa masalah di dapat kesimpulan dengan diagnosa
cystoma ovarii dengan masalah nyeri dan cemas.
 Pada intervensi dan implementasi juga disesuaikan dengan tujuan yaitu
agar rasa nyeri hilang sehingga dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk
dilakukan pengangkatan kista dengan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung kista.

5.2 S a r a n
Sebagai bidan hendaknya kita selalu meningkatkan sumber daya
manusia secara terus menerus melalui jenjang pendidikan, pelatihan, agar
dapat meningkatkan pelayanan yang diberikan pada masyarakat, seperti kasus
di atas kita harus mengetahui macam dan penanganan cystoma ovarii
sehingga pasien bisa diselamatkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : YSPH

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC

W. Hanifa. 2000. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YSPH

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid II. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai