Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN KANKER

Ns. Nila Marwiyah, S.Kep., M.Kep


KANKER SERVIKS
Pengertian
• Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari
serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus,
berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan
vagina melalui ostium uteri eksternum
• Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uteri
adalah tumbuhnya selsel abnormal pada jaringan leher
rahim (serviks), di mana sel – sel permukaan (epitel)
tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat tidak
seperti sel yang normal (American Cancer Society, 2013).
• Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari
10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi
tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%.
PENYEBAB
• Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV
(Human Papilloma Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub
tipe 16 dan 18.
• Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain:
- Aktivitas seksual pada usia muda,
- berhubungan seksual dengan multipartner,
- merokok,
- mempunyai anak banyak,
- sosial ekonomi rendah,
- pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif),
- penyakit menular seksual,
- dan gangguan imunitas.
PATOFISIOLOGI
• Serviks memiliki dua bagian yaitu ektoserviks yang merupakan
bagian luar serviks dan endoserviks yang merupakan bagian dalam
serviks.
• Ektoserviks ditempati oleh sel skuamousa yang pipih dan tipis.
Sedangkan bagian endoserviks yang merupakan bagian dalam
serviks, ditempati oleh sel kolumnar.
• Area tempat dimana ektoserviks bertemu dengan endoserviks
dinamakan area transformasi (T-zone). Area transformasi ini
merupakan tempat pertama kali terjadinya perkembangan sel
abnormal atau lesi pra kanker di serviks.
• Kanker serviks memiliki dua tipe histopatologi yaitu karsinoma sel
skuamosa (squamous cell carcinoma) dan adenokarsinoma
(adenocarcinoma). Jenis kanker serviks yang terbanyak adalah tipe
karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma) yaitu sekitar
80-90% dari semua kasus kanker serviks.
• Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus dapat bersatu ke
dalam gen dan DNA sel host sehingga menyebabkan terjadinya
mutasi sel.
• Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel
displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
• Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan
karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma
invasif.
• Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat
pra-kanker.
• Pada tahap awal infeksi, sebelum menjadi kanker didahului oleh
adanya lesi prakanker yang disebut Cervical Intraepthelial Neoplasia
(CIN) atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS).
• Perjalanannya CIN I (NIS I) akan berkembang menjadi CIN II (NIS II)
kemudian menjadi CIN III (NIS III) yang bila penyakit berlanjut maka
akan berkembang menjadi kanker serviks
DETEKSI DINI
Deteksi lesi pra kanker terdiri dari berbagai
metode :
1. Papsmear (konvensional atau liquid-base
cytology /LBC ),
2. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA),
3. Inspeksi Visual Lugoliodin (VILI),
4. Test DNA HPV (genotyping / hybrid capture)
DIAGNOSIS
• Diagnosis ditegakkan atas atas dasar anamnesis, pemeriksaan
klinik.
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala.
• Bila telah menjadi kanker invasif, gejala yang paling umum
adalah perdarahan (contact bleeding, perdarahan saat
berhubungan intim) dan keputihan.
• Pada stadium lanjut, gejala dapat berkembang mejadi nyeri
pinggang atau perut bagian bawah karena desakan tumor di
daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi ureter, bahkan
sampai oligo atau anuria.
• Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi tumor ke
organ yang terkena, misalnya: fistula vesikovaginal, fistula
rektovaginal, edema tungkai.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi,
kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi,
USG, BNO -IVP, foto toraks dan bone scan , CT scan
atau MRI, PET scan.
Kecurigaan metastasis ke kandung kemih atau
rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan
histologik.
Konisasi (biopsi kerucut) dan amputasi serviks
dianggap sebagai pemeriksaan klinik.
Khusus pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi
dilakukan hanya pada kasus dengan stadium IB2
atau lebih.
DIAGNOSIS BANDING
1. Adenokarsinoma Endometrial
2. Polip Endoservikal
3. Chlamydia trachomatis atau Infeksi menular
seksual lainnya pada wanita dengan:
- Keluhan perdarahan vagina, duh vagina
serosanguinosa, nyeri pelvis
- Serviks yang meradang dan rapuh (mudah
berdarah, terutama setelah berhubungan
seksual).
KLASIFIKASI HISTOLOGI DAN STADIUM
Berbagai metode terapi lesi prakanker serviks:
A. Krioterapi
Krioterapi digunakan untuk destruksi lapisan epitel serviks dengan metode
pembekuan atau freezing hingga sekurangkurangnya -20oC selama 6 menit (teknik
Freeze-thaw-freeze) dengan menggunakan gas N2O atau CO2. Kerusakan bioselular
akan terjadi dengan mekanisme: (1) sel‐ sel mengalami dehidrasi dan mengkerut; (2)
konsentrasi elektrolit dalam sel terganggu; (3) syok termal dan denaturasi kompleks
lipid protein; (4) status umum sistem mikrovaskular.
B. Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau radiofrekuensi dengan melakukan
eksisi Loop diathermy terhadap jaringan lesi prakanker pada zona transformasi.
Jaringan spesimen akan dikirimkan ke laboratorium patologi anatomi untuk konfirmasi
diagnostik secara histopatologik untuk menentukan tindakan cukup atau perlu terapi
lanjutan.
C. Diatermi Elektrokoagulasi
Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan efektif jika
dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus dilakukan dengan anestesi umum.
Tindakan ini memungkinkan untuk memusnahkan jaringan serviks sampai kedalaman
1 cm, tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi, terutama jika lesi tersebut sangat luas.
D. Laser
Sinar laser (light amplication by stimulation emission of radiation), suatu muatan listrik
dilepaskan dalam suatu tabung yang berisi campuran gas helium, gas nitrogen, dan gas
CO2 sehingga akan menimbulkan sinar laser yang mempunyai panjang gelombang
10,6u.
Tatalaksana Kanker Serviks Invasif
• Stadium 0 / KIS (Karsinoma in situ) Konisasi (Cold knife
conization).
• Stadium IA1 (LVSI negatif) Konisasi (Cold Knife) bila free
margin (terapi adekuat) apabila fertilitas
dipertahankan.(Tingkat evidens B)
• Stadium IA1 (LVSI positif) Operasi trakelektomi radikal dan
limfadenektomi pelvik apabila fertilitas dipertahankan
• Stadium IB 2 dan IIA2 Pilihan : 1. Operatif (Rekomendasi A)
Histerektomi radikal dan pelvik limfadenektomi
• Stadium III A III B, 1. Kemoradiasi (Rekomendasi A) 2.
Radiasi (Rekomendasi B)
DUKUNGAN NUTRISI
• Pasien kanker serviks berisiko mengalami
malnutrisi dan kaheksia kanker, sehingga perlu
mendapat terapi nutrisi adekuat, dimulai dari
skrining gizi, dan apabila hasil skrining
abnormal (berisiko malnutrisi), dilanjutkan
dengan diagnosis serta tatalaksana nutrisi
umum dan khusus.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan meliputi: Pemberian edukasi dan
informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien sehingga
menurunkan kecemasan serta ketakutan klien. Perawat perlu
mengindentifikasi bagaimana klien dan pasangan memandang
kemampuan reproduksi dari maslaah yang sedang di hadapi

Intervensinya berfokus kepada


- upaya membantu klien dan pasangannya untuk menerima
perubahan fisik dan psikologis serta menemukan kualitas
hidup wanita
- Berfokus untuk membantu klien mengekspresikan rasa
takut, membuaat parameter harapan yang realitas,
memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan
kualitas support sistem keluarga dan menemukan kekuatan
diri untuk menghadapi maslaah
Tatalaksana Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi Pasien Kanker Serviks
A. Sebelum Tindakan (operasi, kemoterapi, dan
radioterapi)
1. Promotif: peningkatan fungsi fisik ,
psikososial spiritual & kualitas hidup
2. Preventif terhadap keterbatasan / gangguan
fungsi yang dapat timbul
3. Penanganan terhadap keterbatasan /
gangguan fungsi yang sudah ada
B. Pasca Tindakan (operasi, kemoterapi dan
radioterapi)
1. Penanggulangan keluhan nyeri
2. Preventif terhadap gangguan fungsi yang
dapat terjadi: gangguan berkemih, mobilisasi,
edema tungkai dan sindrom dekondisi pada
tirah baring lama
3. Penanganan gangguan fungsi / disabilitas
yang ada
Angka kesintasan ( tingkat keberlangsungan hidup)
5 tahun, berdasarkan AJCC tahun 2010
adalah sebagai berikut.
KANKER OVARIUM
Pengertian
• Kanker ovarium merupakan tumor dengan
histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari
ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal,
mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun
biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
• Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi
cairan maupun padat. Kanker ovarium disebut sebagai
silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam
sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker
ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah
menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro,
1999).
Etiologi
• Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor
lingkungan dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya.
• Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker
ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi
kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka
pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel
tumor.
2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam
terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil
percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen.
Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium
Patofisiologi
• Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi,
jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai
keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk
melakukan implantasi dirongga perut
merupakan ciri khas suatu tumor ganas
ovarium yang menghasilkan asites (Brunner
dan Suddarth, 2002).
Manifestasi Klinis
• Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang
lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium Awal
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah
panggul)
f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan
berlebihan pada lapisan rahim, pembesaran payudara
atau peningkatan pertumbuhan rambut)
Lanjutan manifestasi klinis…
2. Stadium Lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia
Tahap-tahap kanker ovarium
(Price, 2002) :
• Stadium I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium
• Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau
kedua ovarium dengan perluas pelvis
• Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau
kedua ovarium dengan metastasis diluar pelvis
atau nodus inguinal atau retro peritoneal positif
• Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu /
kedua ovarium dengan metastasis jauh.
Komplikasi
1. Asites, Kanker ovarium dapat bermetastasis
dengan invasi langsung ke strukturstruktur
yang berdekatan pada abdomen dan panggul
dan melalui penyebaran benih tumor melalui
cairan peritoneal ke rongga abdomen dan
rongga panggul.
2. Efusi Pleura, Dari abdomen, cairan yang
mengandung sel-sel ganas melalui saluran
limfe menuju pleura.
Komplikasi lain yang dapat disebabkan
pengobatan adalah
1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan
pada pasien menopause
2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang
akibat kemoterapi. Dapat juga muncul
maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik,
neurotoksis
3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol
dikaitkan dengan obstruksi usus, asites fistula
dan edema ekstremitas bawah
Penatalaksanaan
1. Pembedahan Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur
pembedahan ditentukan oleh insiden dan seringnya penyebaran
ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk
menginvasi korpus uteri.
2. Biopsi Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar
getah lambung, untuk mendukung pembedahan.
3. Second look Laparotomi Untuk memastikan pemasantan secara
radioterapi atau kemoterapi lazim dilakukan laparotomi kedua
bahkan sampai ketiga.
4. Kemoterapi Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk
penanganan tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah
digunakan termasuk agens alkylating seperti itu
(cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx /
metrotrex xate dan 5 fluorouracit / antibiotikal (admisin)
Penatalaksanaan keperawatan
Asuhan keperawatan berfokus kepada pendiidkan
kesehatan, dukungan fisik dan emosi selama
prosedur tindakan serta memberikan support untuk
mengatasi kecemasan dan ketakutan. Tindakan
keperawatan lebih kearah meningkatkan rasa
nyaman dan memberikan dukungan untuk
menyesuaikan diri, perawat membantu klien dan
keluarga meningkatkan mekanisme koping dan
dukungan spiritual dan emosional, meredakan
nyeri, mendorong ineraksi dengan sso yang di cintai
KANKER PAYUDARA
PENGERTIAN
• Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan
pada jaringan payudara yang dapat berasal
dari epitel duktus maupun lobulusnya
• Ca mammae menempati urutan pertama
dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. Lebih
dari 80% kasus ca mammae di Indonesia
ditemukan pada stadium lanjut sehingga
upaya pengobatan sulit dilakukan
Penyebab
Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara
antara lain:
• Jenis kelamin wanita,
• Usia > 50 tahun,
• Riwayat keluarga dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM
atau TP53 (p53)),
• Riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama,
LCIS, densitas tinggi pada mamografi),
• Riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat (>55 tahun),
• Riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui),
• hormonal,
• obesitas,
• konsumsi alkohol,
• Riwayat radiasi dinding dada,
• faktor lingkungan.
Prevensi Dan Deteksi Dini
• Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak
terkena kanker payudara . Pencegahan primer
berupa mengurangi atau meniadakan faktor-
faktor risiko yang diduga sangat erat kaitannya
dengan peningkatan insiden kanker payudara
• Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining
kanker payudara.Skrining kanker payudara adalah
pemeriksaan atau usaha untuk menemukan
abnormalitas yang mengarah pada kanker
payudara pada seseorang atau kelompok orang
yang tidak mempunyai keluhan
Beberapa tindakan untuk skrining
adalah
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
2. Periksa Payudara Klinis (SADANIS)
3. Mammografi skrining
STADIUM
TNM American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010
DIAGNOSIS
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Keluhan Utama
1. Benjolan di payudara
2. Kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa sakit
3. Nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta
4. Kelainan kulit, dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi
5
5. Benjolan ketiak dan edema lengan

Keluhan Tambahan
1. Nyeri tulang (vertebra, femur)
2. Sesak dan lain sebagainya
PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan
sistemik.
• Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis (tanda
vital-pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan adanya
metastase dan atau kelainan medis sekunder.
• Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai status lokalis dan
regionalis.
• Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis, inspeksi dan palpasi.
• Inspeksi dilakukan dengan pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan
posisi lengan di samping, di atas kepala dan bertolak pinggang.Inspeksi
pada kedua payudara, aksila dan sekitar klavikula yang bertujuan untuk
mengidentifikasi tanda tumor primer dan kemungkinan metastasis ke
kelenjar getah bening.
• Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang (supine),
lengan lateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal. kedua
payudara dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular
ataupun radial. Palpasi aksila dilakukan dilakukan dalam posisi pasien
duduk dengan lengan pemeriksa menopang lengan pasien. Palpasi juga
dilakukan pada infra dan supraklavikula
Pemeriksaan Laboratorium
Dianjurkan:
• Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan
kimia darah sesuai dengan perkiraan
metastasis
• Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu
diulang untuk follow up
Pemeriksaan Pencitraan
A. Mamografi Payudara
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara
yang dikompresi. Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke
7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi;
Tanda primer berupa:
1. Densitas yang meninggi pada tumor
2. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke
jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign).
3. Gambaran translusen disekitar tumor
4. Gambaran stelata.
5. Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
6. Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder : 1. Retraksi kulit atau penebalan kulit 2. Bertambahnya
vaskularisasi 3. Perubahan posisi putting 4. Kelenjar getah bening aksila (+) 5.
Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur 6. Kepadatan
jaringan sub areolar yang berbentuk utas.
B. USG PAYUDARA
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa
kistik.
Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di
antaranya:
- Permukaan tidak rata
- Tepi hiperekoik
- Echo interna heterogen
- Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke
dalam tumor membentuk sudut 90 derajat.
Penggunaan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan
akurasinya sampai 7,4 %. Namun USG tidak dianjurkan untuk
digunakan sebagai modalitas skrining oleh karena didasarkan
penelitian ternyata USG gagal menunjukan efikasinya
C. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
dan CT-SCAN
• MRI dapat dipertimbangkan pada wanita
muda dengan payudara yang padat atau pada
payudara dengan implant, dipertimbangkan
pasien dengan risiko tinggi untuk menderita
kanker payudara
D. Diagnosa Sentinel Node
• Biopsi kelenjar sentinel ( Sentinel lymph node
biopsy ) adalah mengangkat kelenjar getah
bening aksila sentinel sewaktu operasi.
( Kelenjar getah bening sentinel adalah kelenjar
getah bening yang pertama kali menerima aliran
limfatik dari tumor, menandakan mulainya
terjadi penyebaran dari tumor primer)
E. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK)
• adalah metode pemeriksaan menggunakan
antibodi sebagai probe untuk mendeteksi
antigen dalam potongan jaringan (tissue
sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya
• Pemeriksaan imunohistokimia yang standar
dikerjakan untuk kanker payudara adalah: 1.
Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen
(ER) dan reseptor progesteron (PR) 2. HER2 3.
Ki-67
TATALAKSANA
• Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal
untuk pengobatan kanker payudara.
• Tindakan pembedahan terdiri dari:
a. Mastektomi,
b. Breast Conserving Therapy (BCT) Pengertian BCT secara
klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving Surgery), dan
Radioterapi (whole breast dan tumor sit).
c. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB) Salfingo ovariektomi
bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium dengan/
tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara
terbuka ataupun perlaparaskop
d. Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis
pada kanker payudara
Terapi Sistemik dengan Kemoterapi yang
diberikan dapat berupa obat tunggal atau
berupa gabungan beberapa kombinasi obat
kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara
bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan
Radioterapi
• Radioterapi merupakan salah satu modalitas
penting dalam tatalaksana kanker payudara.
Radioterapi dalam tatalaksana kanker
payudara dapat diberikan sebagai terapi
kuratif ajuvan dan paliatif
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
• Berfokus kepada: berapa lama muncul masa,
penebalan, atau gejala lain, karakteristik nyeri
payudara, rabas dari putting susu, ruam atau
eksem pada puting
• Riwayat keluargaa memiliki resiko kanker
• Riwayat trauma payudara
• Respon emosional wanita dan keluaarga harus
di identifikasi
Diagnosa keperawatan
• Defisit pengetahuan
• Ketidak efektifan koping individu
• Gangguan harga diri
• Ketakutan
• Kecemasan
• Nyeri
• Ketidakberdayaan
• Perubahan pola seksualitas
Intervensi keperawatan
• Intervensi yang dilakukan mencangkup
penyuluhan, dukungan selama prosedure,
dukungan emosi, konseling, persiapan untuk
pembedahan, pemantauan fisiologi selam
prosedure, upaya kenyamanan, konseling
keluarga dna meningkatkan dukungan
keluarga
Evaluasi keperawatan
• Klien menyebutkan informasi tentang penyakit
dan penanganannya
• Klien menunjukan mekanisme koping yang positif
• Klien menunjukan penerimaaan terhadap upaya
penanganan dan diagnosis
• Klien dan keluarga menyatakan perasaan dan
kekhawatiran secara terbuka
• Klien di bantu untuk meningal dalam keadaan
damai dan bermartabat
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai