I. PENGERTIAN
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke
bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah
menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal
dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)
2. Tumor germinAL
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur, umumnya tumor
germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal
terutama adalah teratoma, dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden keganasan tumor
germinal terjadi pada usia muda kadang dibawah usia 20 tahun, sebelum era kombinasi
kemoterapi harapan hidup satu tahun kanker ovarium germinal stadium dini hanya mencapai 10
– 19% sekarang ini 90 % pasien kanker ovarium germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas
dapat dipertahankan.
3. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon
estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor
theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang rendah.
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation InternationalofGinecologies and
Obstetricians ) 1987, adalah :
• STADIUM I –> pertumbuhan terbatas pada ovarium
1) Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas,
tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2) Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak
ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3) Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua
ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum
positif.
• STADIUM II –> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1) Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2) Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3) Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua
ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan
peritoneum positif.
• STADIUM III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di
luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi
terbukti meluas ke usus besar atau omentum
1) Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara
histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding)
dipermukaan peritoneum abdominal.
2) Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening
negativ.
3) Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening
retroperitoneal atau inguinal positif.
• STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke
permukaan liver.
Derajat keganasan kanker ovarium :
Derajat 1 : differensiasi baik
Derajat 2 : differensiasi sedang
Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik.
II. ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, adapun penyebab dari kanker ovarium yaitu:
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka
pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan
proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan
pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan
in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker
ovarium.
Faktor Resiko :
1. Diet tinggi lemak
2. merokok
3. alkohol
4. penggunaan bedak talk perineal
5. riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
6. riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
7. nulipara
8. infertilitas
9. menstruasi dini
10. tidak pernah melahirkan
III. PATOFISIOLOGI
Kanker ovarium disebabkan oleh zat-zat karsinogenik sehingga terjadi tumor primer dimana
akan terjadi infiltrasi di sekitar jaringan dan akan terjadi implantasi. Dimana implantasi ini
merupakan cirri khas dari tumor ganas ovarium. Gejala yang terjadi pada kanker ovarium adalah
gejala samar dan ascites. Ascites adalah kelebihan volume cairan di rongga perut, sedangkan
gejala samarnya yaitu : perut sebah, makan sedikit tapi cepat kenyang, sering kembung, dan
nafsu makan menurun.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah
2. Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI
3. Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta – HCG dan alfafetoprotein
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya
sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
VII. KOMPLIKASI
Akibat radiasi atau penyinaran maka timbul komplikasi: indung telur mati terkena radiasi
akibatnya hormone pun mati,padahal hormone diperlukan untuk gairah seksual dan haid juga
mencegah osteoporosis, komplikasi lainnya antara lain luka bakar pada dubur,terjadi
diare/perdarahan terus,jika tidak demikian dubur harus diangkat sebagai gantinya akan dibuatkan
dubur baru lewat perut.
VIII. PENCEGAHAN
Cara termudah untuk mengurangi kemungkinan kanker ovarium adalah;
1. Mengambil kontrasepsi oral atau pil KB.
2. Mengikat saluran tuba.
3. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa histerektomi juga akan mengurangi risiko kanker
ovarium. Namun, tidak dianjurkan untuk memiliki prosedur ini dilakukan kecuali jika itu adalah
alasan medis yang baik untuk melakukannya. Jika seorang wanita telah melalui menopause atau
mendekati menopause maka mungkin ide yang baik untuk memiliki ovarium diangkat melalui
histerektomi.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
• Data diri klien
• Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama
• Riwayat kesehatan masa lalu
• Riwayat kesehatan keluarga
• Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid
• Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil
• Pemeriksaan fisik
• Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologi
2. Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan
kadar hormone
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
5. Kurang pengetahuan/kurang informasi b.d kondisi,prognosis dan pengobatan
III. PERENCANAAN
Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi
Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang atau skala nyeri berkurang 1-3, dan pasien tidak meringis
Intervensi :
• Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi
R/:membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan.
• Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien.
R/: mengevaluasi factor – factor yang yang dapat meningkatkan persepsi akan intensitas
nyerinya.
• Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic
R/: menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.
• Jelaskan kegunaan analgetik dan cara-cara untuk mengurangi efek samping.
R/: agar pasien mengetahui mengenai penggunaan dan efek samping dari analgetik.
• Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi,
stimulasi kutan.
R/: membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian, sehingga
menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan
peran
Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
Kriteria Hasil :
– Klien dapat menerima status kesehatannya
– Klien dapat menerapkan koping individu yang adaptif
Intervensi :
• Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
R/: mengetahui respon pasien dalam penegakan diagnosa.
• Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan keputusan
R/: mempertahankan / membuka garis komunikasi
• Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran tentang
perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim
R/: menjelaskan keadaan yang terjadi dan memberi pengertian kepada pasangan serta
mendiskusikan dalam pemenuhan kebutuhan seksual .
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh,
perubahan kadar hormon
Tujuan : Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan keinginan seksual
Kriteria Hasil :
– Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
– Klien mampu memenuhi kebutuhan seksualnya sesuai dengan kemampuan
Intervensi:
• Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan
R/: masalah seksual sering tersembunyi sebagai pernyataan humor dan/ atau ungkapan yang
gamblang
• Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu
R/: nyeri vagina dapat nyata menyertai prosedur vagina atau kehilanagn sensori dapat terjadi
sehubungan dengan trauma bedah. Meskipun kehilangan sensori biasanya sementara, ini dapat
dialami selama beberapa minggu atau bulan untu kembali baik.
• Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur
pembedahan
R/: menunjukan kesalahan informasi/konsep yang mempenagruhi pengambilan keputusan.
Harapan negative sehubungan dengan hasil yang buruk.
• Identifikasi faktor budaya/nilai budaya
R/: dapat mempengaruhi kembalinya kepuasan hubungan seksual.
• Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
R/: kehilangan bagian tubuh, hilangnya bagian tubuh, dan menerima kehilangan yang
memebutuhkan penerimaan sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depan.
• Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya
R/: komunikasi terbuka dapat mengidentifikasi area penyesuaian / masalah dan meningkatkan
diskusi dan resolusi.
• Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual saat kelelahan
R/: membantu pasien kembali pada hasrat / kepuasan aktivitas seksual.
IV. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun.
V. EVALUASI
1. Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
2. Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
3. Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan keinginan seksual
4. Menyatakan kesadaran terhadap perasaan dan rasa cemas yang sedang dihadapinya.
5. Klien mengetahui tentang kondisi dan prognosis tentang penyakitnya.
Ca Ovarium
1. Pengertian
Kanker indung telur adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel yang tidak lazim (kanker) pada
satu atau dua bagian indung telur (Conectique.com, 2008, diakses tanggal 28 Mei 2009).
Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur)
yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa
menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit di diagnosa dan
kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995).
2. Klasifikasi
Jenis kanker ovarium meliputi:
a. Epithelial (65% dari semua kanker ovarium).
Tumor epiteal ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis
tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, namun jika terjadi keganasan maka disebut
epitelial ovarium carcinomas yang merupakan jenis tumor yang paling sering dan penyebab
kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial secara mikrokopis tidak
jelas teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan sebagai tumor borderline atau tumor yang
berpotensi ganas. (Ari, 2008)
Berikut adalah beberapa kanker epithelial :
1) Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas)
2) Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar, histologinya bervariasi)
3) Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan dengan endometriosisi)
4) Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk)
5) Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)
b. Germ cell (25% dari semua kanker ovarium).
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya tumor germinal
adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma,
disgermioma dan tumor sinus endodermal (Ari, 2008).
Germ cell terdiri atas :
Disgermioma
Mixed germ cell tumor
Teratoma imatur
Koriokarsinoma
Endodermal sinus tumor
Embrional karsinoma
c. Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel granulosa tumor. Tipe lainnya
adalah sertoli-leydig.
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi
hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan (Ari, 2008).
Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International Federation of Gynecology
and Obstetrics
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis
ke permukaan liver.
Derajat keganasan kanker ovarium
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik.
3. Etiologi
Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker ovarium. Secara umum, kanker dimulai ketika
sel-sel sehat mengalami mutasi genetik yang mengubah sel normal menjadi sel abnormal. Sel
sehat tumbuh dan berkembang biak pada tingkat yang ditetapkan, akhirnya mati pada waktu
yang ditetapkan. Sel-sel kanker tumbuh dan berkembang di luar kendali, dan mereka tidak mati.
Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi
jaringan terdekat dan dapat pecah dari tumor awal untuk menyebar ke tempat lain dalam tubuh
(metastasis). Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium,
diantaranya:
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu
dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam
percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel
kanker ovarium.
Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70% penderita kanker
ovarium sudah dalam stadium lanjut. Gejala kanker ovarium yang sering ditemukan :
Nyeri perut
Perut buncit
Gangguan fungsi saluran cerna
Berat badan turun secara nyata
Perdarahan pervaginam yang tidak normal
Gangguan saluran kencing
Rasa tertekan pada rongga panggul
Nyeri punggung
Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut
5. Faktor Resiko Tejadinya Kanker Ovarium
1. Obat kesuburan
2. Pernah menderita kanker payudara
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau kanker ovarium
4. Riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paru-paru, prostat dan rahim
(menunjukkan adanya sindroma Lynch II).
5. Wanita di atas usia 50 tahun
6. Wanita yang tidak memilki anak (nullipara)
7. Wanita yang memiliki anak lebih dari 35 tahun
6. Patofisiologi
Kebanyakan teori patofisiologi kanker ovarium meliputi konsep yang dimulai dengan
dedifferentiation dari sel-sel yang melapisi ovarium. Selama ovulasi, sel-sel ini dapat
dimasukkan ke dalam ovarium, di mana mereka kemudian berkembang biak. Kanker ovarium
biasanya menyebar ke permukaan peritoneum dan omentum.
Karsinoma ovarium bisa menyebar dengan ekstensi lokal, invasi limfatik, implantasi
intraperitoneal, penyebaran hematogen, dan bagian transdiaphragmatic. Penyebaran
intraperitoneal adalah karakteristik yang paling umum dan diakui dari kanker ovarium. Sel-sel
ganas dapat implan di mana saja dalam rongga peritoneal tetapi lebih cenderung untuk
menanamkan di situs statis sepanjang sirkulasi cairan peritoneum. Seperti dibahas selanjutnya,
mekanisme penyebaran mewakili pemikiran untuk melakukan pementasan bedah, operasi
debulking, dan administrasi kemoterapi intraperitoneal. Sebaliknya, penyebaran hematogen
secara klinis yang tidak biasa pada awal proses penyakit, meskipun tidak jarang terjadi pada
pasien dengan penyakit lanjut.
7. Manifestasi Klinis
Gejala kanker ovarium tidak spesifik dan lebih mirip gejala-gejala umum seperti gejala
gangguan pencernaan atau kandung kemih. Seorang wanita dengan kanker ovarium dapat
didiagnosis dengan cara membandingkan dengan kondisi lain sebelum akhirnya memahami dia
menderita kanker.
Kunci utama untuk memahami kanker ovarium adalah tanda-tanda dan gejala yang terus
memburuk. Gejala tersebut meliputi gangguan pencernaan, yang cenderung untuk datang dan
hilang atau terjadi dalam situasi tertentu atau setelah makan makanan tertentu. Kanker ovarium,
biasanya fluktuatif, konstan, dan secara bertahap memburuk.
Studi terbaru menunjukkan bahwa wanita dengan kanker ovarium lebih mungkin
dibandingkan perempuan lain untuk secara konsisten mengalami gejala berikut:
1. Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian bawah
2. Tekanan pada perut, merasa kenyang, bengkak atau kembung
3. Urinary urgensi
4. Rasa tidak nyaman atau sakit panggul
5. Mual
6. Sembelit
7. Sering buang air kecil
8. Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
9. Peningkatan ketebalan perut atau pakaian ketat pas di pinggang
10. Sakit saat hubungan seksual (dispareunia)
11. Kekurangan energi
12. Punggung sakit
13. Perubahan menstruasi
14. Panggul terasa berat
15. Perdarahan pervaginam
Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan pertanda awal dari
kanker ovarium. Di dalam perut terkumpul cairan dan perut membesar akibat ovarium yang
membesar ataupun karena penimbunan cairan. Pada saat ini penderita mungkin akan merasakan
nyeri panggul, anemia dan berat badannya menurun. Kadang kanker ovarium melepaskan
hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara
atau peningkatan pertumbuhan rambut.
8. Pemeriksaan Diagnostik
9. Penatalaksanaan
Pengobatan
Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan operasi, lalu
dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi, radioterapi, dan imunoterapi.
1. Operasi
Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan kedua saluran tuba fallopii
Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus perut yang memanjang dari lambung
ke alat-alat perut
2. Radioterapi
Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada rongga peritoneal
digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap awal (stadium I dan II). Isotop radioaktik
(P32) digunakan sebagai terapi residual kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki
residu penyakit yang terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi P32 ini.
3. Kemoterapi
10. Pencegahan
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker indung telur, termasuk:
1. Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan
mereka, para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih
mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai dengan ACS.
2. Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko mengalami
kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
3. Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau memiliki histerektomi
dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami kanker ovarium dapat
memilih untuk memiliki indung telur mereka diangkat sebagai cara untuk mencegah penyakit.
Operasi ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi, dianjurkan terutama bagi perempuan yang
telah dites positif untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah keluarga yang
kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan jika tidak ada mutasi genetik yang telah
diidentifikasi.
11. Komplikasi
Sel-sel dapat implan di lain perut (peritoneal) struktur, termasuk rahim, kandung kemih,
usus, lapisan dinding usus (omentum) dan, lebih jarang, ke paru-paru.
1. Pengkajian
Pemeriksaan fisik
♦ Aktifitas istirahat
Gejala :
Kelemahan / keletihan
Perubahan pada pola tidur
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,ansietas,keringat malam
Pekerjaan / profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan ,tingkat stress tinggi
♦ Integritas ego
Gejala :
Faktor sress,merokok,alcohol
Menunda mencari pengobatan
Masalah tentang lesi / cacat, pembedahan
Menyangkal diagnosis, putus asa
♦ Eliminasi
Gejala :
Pada kanker Ovarium terdapat tanda haid tidak teratur ,sering berkemih,menopouse dini dan
menorrhagia.
♦ Makanan dan minuman
Gejala : dispepsia,rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen yang terus meningkat).
♦ Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope
♦ Nyeri / ketidaknyamanan Gejala :
♪ Adanya nyeri, derajat bervariasi dari nyeri tingkat ringan s/d berat ( dihubungkan dengan proses
penyakit )
♪ Nyeri tekan pada payudara
♦ Keamanan
Gejala : pemajanan pada zat kimia, toksik dan karsinogen
Tanda : demam ,ulserasi
♦ Seksualitas
Gejala : Nulligravida lebih besar dari usia 30 tahun,mempunyai banyak pasangan seksual,
aktifitas seksual dini.
♦ Interaksi social
Gejala :
Ketidaknyamanan / kelemahan sistem pendukung
Riwayat perkawinan,dukungan dan bantuan
Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab peran
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis.
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan pernafasan akibat penekanan asites
pada diafragma.
3) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan
gangguan GI akibat adanya kanker metastasis.
4) Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
3. Intervensi
Tujuan : Mengembalikan
a. Batasi aktivitas dan
a. Istirahat dapat mengurangi
pola nafas klien menjadi mobilisasi klien konsumsi O2 klien
normal kembali b. Posisi semi fawler
Kriteria Hasil : b. Mengistirahatkan klien menambah ruang ekspansi
Klien tidak mengeluh sesak dengan posisi semifawler dada
2. c.
RR normal kembali antara Longgarkan baju klien c. Baju klien yang longgar
16-24x/mnt mempermudah klien dalam
5. Evaluasi
5) Mengidentifikasi kepuasan / praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan keinginan seksual.
http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/18/asuhan-keperawatan-kanker-ovarium/
http://midcare.blogspot.com/2012/02/ca-ovairium.html
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askep-ca-ovarium-
serviks/
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kanker ovarium merupakan suatu kanker yang belum diketahui penyebabnya.Kanker
Ovarium sering ditemukan wanita yang berumur 40 - 74 tahun. Penyebaran suatu kanker
ovarium bisa menyebar kebagian yang lain,seperti daerah panggul dan perut melalui getah
bening dan melalui peredaran darah untuk menuju kehati dan paru-paru.
Karsinoma ovarium adalah jenis epitel adalah penyebab utama kematian akibat kanker
ginekologi diamerika serikat. Pada tahun 2003 diperkirakan terdapat 25.400 kasus kanker dengan
14.300 kematian yang mencakup kira- kira 5% dari semua kematian wanita karena kanker.
Meskipun mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial,kanker ovarium dapat juga
berasal dari sel yang terdapat diovarium. Tumor ovarium yang berasal dari sel germinal yang
kelasifisikan sebagai disgerminoma dan teratoma sedangkan tumor ovarium yang berasal dari sel
folikel di kelasifisaikan sebagai sex cord stromal terutama tumor sel granulosa dan tumor yang
berasal dari stroma ovarium adalah sarkoma. Akan tetapi angka kejadian tumor ovarium non
epitelial kecil sekali sehingga dianggap angka kejadian seluruh kanker ovarium.
Kanker ovarium jarang ditemukan pada umur dibawah 40 tahun . Angaka kejadian meningkat
dengan makin tuanya usia 15 – 16 per 100.000 pada usia 40 -44 tahun menjadi paling tinggi
dengan angka kematain 57 per 100.000 pada usia 70 – 74 tahun.Usia median saat diagnosis
adalah 63 tahun dan 48 % penderita berusia diatas 65 tahun.
Pada tahun 2005, Masyarakat kanker Amerika memperkirakan bahwa 22.220 kasus baru kanker
ovarian akan bisa di diagnosa, dan itu kan membunuh 16.200 wanita. Hanya 77% kasus yang
mempunyai tingkat nilai survival 1 tahun, 44% kasus yang mempunyai tingkat nilai suvival 5
tahun. Dan hanya 19% kasus saja kasus yang di diagnosa sebelum metastasis terjadi. Hal tersebut
disebabkan Oleh karena ketiadaan adanya deteksi dini peyakit dan kemajuan penyakit yang
cepat. Sehingga menyebabkan angka kematian yang sebabkan oleh kanker Ovari meningkat.
Karena belum ada metode skrining yang efektif untuk kanker ovarium 70% kasus
ditemukan kasus pada keadaan yang sudah usia lanjut yakni tumor yang menyebar jauh dari
ovarium.
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan pemahaman mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa CA OVARIUM.
b. Tujuan khusus
i. Mengetahui anatomi fisiologi OVARIUM
ii. Mengetahui pengertian dari CA OVARIUM
iii. Mengetahui tanda dan gejala CA OVARIUM
iv. Mengetahui cara mencegah ca ovarium
v. Mengetahui patofisiologi ca ovarium
vi. Mengetahui jenis stadium dari kanker ovarium
vii. Pemeriksaan penunjang ca ovarium
viii. Penatalaksanaan Medis
ix. Asuhan keperawatan pada pasien Ca Ovarium
3. Metode penulisan makalah
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini diantaranya melalui media literature,
perpustakaan dan elektonik.
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Pengertian
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru –
paru.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit).
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal
dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)
Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit di mana ovarium yang dimiliki wanita
memiliki perkembangan sel-sel abnormal. Secara umum, kanker ovarium merupakan suatu
bentuk kanker yang menyerang ovarium. Kanker ini bisa berkembang sangat cepat, bahkan, dari
stadium awal hingga stadium lanjut bisa terjadi hanya dalam satu tahun saja. Kanker ovarium
merupakan suatu proses lebih lanjut dari suatu tumor malignan di ovarium. Tumor malignan
sendiri merupakan suatu bentuk perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol sehingga berpotensi
menjadi kanker. Wikipedia Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung
menyerang jaringan disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh (Corwin,
2009, Hal; 66).
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga demoblast (ektodermal, endodermal, mesoderal) dengan sifat-sifat histologis
maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan 10%
terdapat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak dan
tidak jelas pasti ganas (borderline malignancy atau carsinoma of low-maligna potensial) dan jelas
ganas (true malignant)(Priyanto, 2007).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat.
Kanker ovarium disebut silent killer, karena ovarium terletak dibagian dalam
sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada
stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjoasastro,
1999).
banyak dianut adalah teori Fathalla yang menyatakan bahwa diperkirakan pada saat terjadi
ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna
diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru,
proses penyembuhan akan terganggu sehingga dapat menimbulkan proses transformasi menjadi
H. Penatalaksanaan medis
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi.Hanya kanker
ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang)
yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan
interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efek samping kemoterapi
secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem
saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler. Metode terapi utama yaitu :
1) Kemoterapi dengan pemanasan intraperitoneal: melalui insisi perkutan dimasukkan dua tabung
silicon intraperitoneal, satu diletakkan di permukaan hati subdiafragma, satu lagi di resesus
posterior kavum pelvis, ujungnya difiksasi di dinding abdomen. Obat yang diinfuskan biasanya
FU, DDP, CTX dll. di dalam 3000-4000cc larutan garam faal. Sebelumnya larutan itu
dipanaskan hingga 42°C, dan upayakan temperatur itu dipertahankan. Lalu melalui satu tabung
silicon dialirkan ke rongga abdomen, setelah 8-12 jam larutan dikeluarkan lewat tabung yang
lainnya. Kecepatan pemberian adalah 500cc per jam. Setiap minggu dilakukan 1-2 kali. Efek
buruknya berupa sakit perut, untuk itu dapat serentak diberikan lidokain intraperitoneal.
2) Imunoterapi intraperitoneal: masukkan tabung ke rongga pelvis, abdomen, suntikkan obat
kemoterapi, 1-2 kali per minggu, serentak disuntikkan imunomodulator, umumnya digunakan
vaksen kuman Serratia marcescen(S311), 1cc per kali. Pasca injeksi dapat timbul demam yang
mencapai 39oC, 2-3 jam kemudian reda spontan. Demam pertanda respons imun bekerja, tidak
akan berdampak buruk.
3) Krioablasi argon-helium: terhadap massa ovarium, tidak peduli itu lesi primer atau metastasis
rongga pelvis dan dinding abdomen, dapat memakai krioablasi argon-helium. Metode ini setara
dengan operasi debulking, rudapaksa bagi pasien jauh lebih keci dibandingkan operasi.
4) Terapi intra-arteri: melalui arteri femoralis dimasukkan kateter hingga mencapai arteri ovarial,
suntikkan emulsi campuran kemoterapi (misal DDP) dan lipiodol. Jepang melaporkan terapi
dengan cara ini, setelah 1 bulan massa ovarium menyusut rata-rata 49%.
I. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Amnanesa
a. Data diri klien
b. Data biologis/fisiologis : keluhan utama, riwayat keluhan utama
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Riwayat reproduksi : siklus haid, durasi haid
f. Riwayat obstetric : kehamilan, persalinan, nifas, hamil
g. Data psikologis/sosiologis : Reaksi emosional setelah penyakit diketahui
h. Pemeriksaan fisik
i) Aktifitas istirahat
Gejala :
a) Kelemahan / keletihan
b) Perubahan pada pola tidur
c) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,ansietas,keringat malam
d) Pekerjaan / profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan ,tingkat stress tinggi
ii) Integritas ego
Gejala :
a) Faktor stress,merokok,alcohol
b) Menunda mencari pengobatan
c) Masalah tentang lesi / cacat, pembedahan
d) Menyangkal diagnosis, putus asa
iii) Eliminasi
Gejala :Pada kanker Ovarium terdapat tanda haid tidak teratur,sering berkemih,menopouse dini
dan menorrhagia.
b) Dispepsia,rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen yang terus meningkat.
iv) Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope
v) Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala :
a) Adanya nyeri, derajat bervariasi dari nyeri tingkat ringan s/d berat (dihubungkan dengan proses
penyakit )
b) Nyeri tekan pada payudara
vi) Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia, toksik dan karsinogen
Tanda : Demam,ulserasi
vii) Seksualitas
Gejala : Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun,mempunyai banyak pasangan seksual,
aktifitas seksual dini.
viii) Interaksi social
Gejala :
a) Ketidaknyamanan / kelemahan sistem pendukung
b) Riwayat perkawinan,dukungan dan bantuan
c) Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab perawat
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis.
b) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan pernafasan akibat penekanan asites
pada diafragma.
c) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan
gangguan GI akibat adanya kanker metastasis.
d) Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
3. Rencana Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis.
Tujuan : Dalam 3x 24 jam rasa nyeri berkurang
Kriteria Hasil : Setelah diberi tindakan keperawatan skala nyeri berkurang
Intervensi :
a) Kolaborasi tindakan pembedahan untuk pengangkatan kanker.
Rasional :Pembedahan bertujuan untuk menghilangkan faktor utama penyebab nyeri.
b) Kolabarasi untuk pemberian terapi analgesik.
Rasional :Menghilangkan rasa nyeri
c) Atur posisi senyaman mungkin.
Rasional :Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri
d) Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi.
Rasional : Merelaksasi otot – otot tubuh
e) Kaji tingkat dan intensitas nyeri.
Rasional :Mengidentifikasi skala dan perkembangan nyeri
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan pernafasan akibat penekanan asites
pada diafragma.
Tujuan : Mengembalikan pola nafas klien menjadi normal kembali
Kriteria Hasil :
a) Klien tidak mengeluh sesak
b) RR normal kembali antara 20 x/mnt
c) Klien tidak terlihat cemas dan gelisah
Intervensi :
a) Batasi aktivitas dan mobilisasi klien
Rasional :Istirahat dapat mengurangi konsumsi O2 klien
b) Mengistirahatkan klien dengan posisi semifowler
Rasional :Posisi semi fowler menambah ruang ekspansi dada
c) Longgarkan baju klien
Rasional :Baju klien yang longgar mempermudah klien dalam bernafa
d) Kolaborasi pemberian terapi oksigen
Rasional :Terapi oksigen dibutuhkan jika klien membutuhkan O2 lebih
e) Tenangkan klien
Rasional :Jika klien tenang maka konsumsi O2 semakin efisien
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan
gangguan GI akibat adanya kanker metastasis.
Tujuan : Dalam 2x 24 jam nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil : mual (-), nafsu makan pasien meningkat, berat badan stabil, penambahan berat
badan progresif
Intervensi :
a) Pantau masukan makanan setiap hari.
Rasional :Mengidentisifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.
b) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya protein kaya nutrient, dengan masukan
cairan adekuat.
Rasional : Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan
produk sisa).
c) Dorong penggunaan suplement dan makan sering atau lebih sedikit yang dibagi-bagi selama
sehari
Rasional : Suplemen dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan kalori dan protein
adekuat.
d) Kontrol factor lingkungan. Hindari terlalu terlalu manis, berlemak, atau makanan pedas.
Rasional :Dapat mentriger respons mual muntah.
e) Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajenasi, latihan sedang sebelum
makan.
Rasional : Dapat mencegah awitan atau menurunkan beratnya mual, penurunananoreksia, dan
memungkinkan pasien meningkatkan masukan oral.
f) Identifikasi pasien yang mengalami mual atau muntah yang diantisipasi.
Rasional :Mual atau muntah psikogenik terjadi karena perubahan lingkungan pengobatan atau
rutinitas pasien pada hari pengobatan mungkin efektif.
4. Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
Tujuan :Dalam 2x 24 jam klien tidak terlihat cemas dan gelisah
Kriteria hasil : Berkurangnya rasa takut, klien tahu dan mengerti tentang keadaan
dirinya, klien dapat melakukan manajemen stress terhadap kondisinya
Intervensi :
a) Dengarkan dengan seksama apa keluh kesah klien
Rasional : Dengan mendengarkan keluh kesah klien maka akan mengurangi stress klien
b) Berikan solusi yang relevan
Rasional :Solusi relevan sangat dibutuhkan klien
c) Berikan informasi tentang kesehatan klien
Rasional :Informasi tentang keadaan klien sangat dibutuhkan
d) Temani klien dalam memutuskan sesuatu
Rasional :klien membutuhkan teman untuk berbagi
e) Berikan humor ringan kepada klien
Rasional :Humor sangat diperlukan klien untk mengurangi stress yang dirasakanya
5. Evaluasi
1) Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
2) Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
3) Tidak adanya tanda-tanda disfungsi seksual
4) Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
5) Mengidentifikasi kepuasan / praktik seksual yang diterima dan beberapaalternatif cara
mengekspresikan keinginan seksual
Bibliography
(2014, Mei 29). Retrieved juni 22, 2015, from Ilmu Dokter:
http://www.ilmudokter.com/2014/05/pengertian-ovarium.html
(2014, September 09). Retrieved Juni 22, 2015, from Hikmat: http://hikmat.web.id/biologi-kelas-
xii/fungsi-ovarium-yang-normal/
(2015, Maret 23). Retrieved Juni 22, 2015, from Kliksama:
http://kliksma.com/2015/03/pengertian-dan-fungsi-ovarium.html
(2015, JUNI 08). Retrieved JUNI 22, 2015, from fungsi.web.id:
http://fungsi.web.id/2015/06/fungsi-ovarium-dalam-tubuh-manusia.html
Brooker. (2012). Kamus Saku Keperawatan edisi 31. Jakarta: EGC.