Disusun oleh:
Yane Dila Keswara
(12/338549/PFA/01245)
PENDAHULUAN
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa
menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan
melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium
ini merupakan awal dari banyak kanker primer. Kanker indung telur adalah
terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim (kanker) pada satu atau dua bagian
indung telur. Indung telur sendiri merupakan salah satu organ reproduksi yang
sangat penting bagi perempuan. Dari organ reproduksi ini dihasilkan telur atau
ovum, yang kelak bila bertemu sperma akan terjadi pembuahan (kehamilan).
Indung telur juga merupakan sumber utama penghasil hormon reproduksi
perempuan, seperti hormon estrogen dan progesteron. Letak indung telur
sendiri adalah berada di sekitar panggul dan ada di dua sisi uterus (rahim).
Klasifikasi
Kanker indung telur biasanya terjadi pada tiga jaringan di bawah ini:
Germ cells (sel germinal), yaitu pada sel-sel yang memproduksi telur.
Setiap bulan, sejak masa puber hingga menopouse, perempuan selalu
memproduksi sebuah telur. Telur ini keluar dari permukaan indung telur
dan menuju rahim melalui melalui saluran telur.
Stromal cells (stromal sel), yaitu sel-sel yang menghasilkan hormon
estrogen dan prosgesteron pada perempuan.
Epithelial cells (sel epitel), yaitu pada sel-sel pembungkus indung telur.
Walaupun, kanker indung telur dapat bermula dari setiap sel tersebut, menurut
Lembaga Kanker Amerika atau American Cancer Society (ACS), pada 85 sampai
1
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan
sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen
dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel
kanker ovarium.
Faktor-faktor Resiko
Berikut faktor-faktor yang berisiko menimbulkan kanker indung telur:
Usia.
Mayoritas kanker indung telur muncul setelah seorang perempuan
melewati masa menopause. Separuh dari kasus kanker indung telur
menyerang perempuan di atas usia 63 tahun.
2
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Sejarah reproduksi.
Perempuan berisiko tinggi mengidap kanker indung telur bila:
» Mendapat menstruasi sebelum usia 12 tahun
» Tidak memiliki anak
» Memiliki anak setelah usia 30
» Mengalami menopause setelah usia 50 tahun
Diet tinggi lemak
Merokok
Alkohol
Penggunaan bedak talk perineal
Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
Nulipara
Infertilitas
>> Memang terdapat hubungan antara risiko menderita kanker indung
telur dengan jumlah siklus menstrusi yang dialami seorang perempuan
sepanjang hidupnya. Semakin banyak jumlah siklus menstruasi yang
dilewatinya, maka semakin tinggi pula risiko seorang perempuan terkena
kanker indung telur.
Obesitas.
Penelitian terakhir memperlihatkan peningkatan risiko terkena kanker
indung telur pada perempuan bertubuh gemuk atau yang malas bergerak.
Penelitian juga menunjukkan, perempuan gemuk yang menderita kanker
indung telur jumlahnya semakin banyak.
3
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Gejala
Kanker indung pada masa awal berkembang cenderung tanpa gejala. Inilah yang
menyebabkan kanker ini sulit diketahui sejak dini. Biasanya, gejala umum terjadi
kanker ini adalah timbulnya sakit di bagian punggung, yang sering diikuti gejala
berikut:
haid tidak teratur
ketegangan menstrual yang terus meningkat
menoragia
nyeri tekan pada payudara
menopause dini
rasa tidak nyaman pada abdomen
dispepsia
tekanan pada pelvis
sering berkemih
flatulenes
rasa begah setelah makan makanan kecil
lingkar abdomen yang terus meningkat
Sakit kepala
Rasa kembung
Sulit buang air besar
Stadium
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of
Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
STADIUM I pertumbuhan terbatas pada ovarium
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada
asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar,
kapsul utuh.
4
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
5
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Penatalaksanaan
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi.
Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat
diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi
pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 – 4 minggu
sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara
berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna,
sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
6
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
7
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
IDENTITAS PASIEN
Pasien : Ny. K
Tgl Lahir : 8 Mei 1972
Umur : 41 tahun/ 1 bulan/ 3 hari
No. RM : 01.62.47.27
BB : 54 kg
TB : 148 cm
Ruang : Bougenville 3
Kelas : III
Tgl MRS : 11 Juni 2013
Tgl KRS : 15 Juni 2013
Alamat : Balong Rt 4 Rw 7 Gerih, Kecamatan Gerih, Ngawi, Jawa Timur
Jaminan : Jamkesmas – IKS kelas 3
SUBJEKTIF
Keluhan Utama :
Pasien hendak kemoterapi ke IV Ca Ovarii. Tidak ada keluhan mual, muntah,
nyeri tulang.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien adalah penderita Ca Ovari yang tegak dari hasil PA 13000097 cysta
adeno Ca Ovari musinosum (hasil tanggal 10 Januari 2013). Pasien rencana
kemoterapi ke IV dengan regimen Paclitaxel-Carboplatin dengan siklus
interval 21 hari. Keluhan saat ini tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien dengan cancer ovari
Riwayat Pengobatan:
Sudah dilakukan operasi di RS Ngawi, telah melakukan kemoterapi ke III
pada 22 Mei 2013 dari 6 siklus kemoterapi dengan interval 21 hari. Rencana
kemoterapi ke IV pada tanggal 12 Mei 2013.
8
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Riwayat Pribadi:
Pasien adalah seorang istri dengan 1 orang suami dan 2 anak. Memiliki
kesulitan ekonomi, pengobatan ditanggung Jamkesmas. Pekerjaan Ibu rumah
tangga. Pendidikan terakhir SD.
OBJEKTIF
Kondisi MRS :
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi (HR) : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
Temperatur : 360 C
Diagnosis : Ca. Ovarii
PEMERIKSAAN PENUNJANG
10 januari 2013
Dilakukan kistektomi ovarium kiri ukuran 19 x 17 x 12 cm
Pemeriksaan histologi
16 Januari 2013
Asal jaringan : ovarium kiri
Diagnosis : kistoma ovarii
Hasil : cyst adeno carcinoma ovarii musinosum papiliform
Pemeriksaan Radiologi
EKG tanggal 11 Juni 2013 menunjukkan hasil sinus takikardia dengan
heart rate 100 x/menit dan iskemik anteroseptal.
Pemeriksaan hasil R/O Thorax::
2 Mei 2013
Pulmo normal, kardiomegali, tidak ada metastatase
9
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
PROGRESS NOTE
TANGGAL
URAIAN
11/6/13 12/6/13 13/6/13 14/6/13 15/6/13
Kesadaran + + + + +
PENGGUNAAN OBAT
TANGGAL
OBAT DOSIS RUTE
11/6/13 12/6/13 13/6/13 14/6/13 15/6/13
10
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Deksamethason 4 ampul iv v
5 mg
Setrovell 5 mg 1 ampul iv v
Ranitidin 50 mg 1 ampul iv v
11
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
PROFIL OBAT
Perhitungan :
𝑩𝑩 𝟓𝟒
IMT = 𝑻𝑩𝟐 (𝒎) =𝟏𝟒𝟖𝟐 = 24,7
𝑩𝑩 𝑿 𝑻𝑩 𝟓𝟒 𝑿 𝟏𝟒𝟖
LPT = √ =√ = 1,48
𝟑𝟔𝟎𝟎 𝟑𝟔𝟎𝟎
{(𝟏𝟒𝟎−𝒂𝒈𝒆) 𝒙 𝑩𝑩 }
GFR = (𝟕𝟐 𝒙 𝑪𝒓)
x 0,85 = 131,48 ml/min
12
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
13
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
14
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
INTERAKSI OBAT
15
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
substrates CYP 3A4 Dapat me ↑/↓ efek dari Perubahan metabolisme Hati-hati
(contoh: verapamil, substrates atau CYP2C8 substrat atau
etoposide, paclitaxel paclitaxel
dexamethasone,
vincristine)
CYP3A4 inducers (contoh: Dapat me↓ paclitaxel ↑ metabolism paclitaxel Hati-hati
phenytoin, rifampin, levels and effects
dexamethasone,
carbamazepine,
phenobarbital, St.
John’s Wort, etc)
16
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
TANDA-TANDA VITAL
Nadi x/mnt 82 84 84 84 82
RR x/mnt 20 18 18 20 20
O
T C 36 36 36,5 36 36,5
DATA LABORATORIUM
Hb 10.4 14 – 18 g/ dL ↓
17
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
HCT 29.2 % ↓
SGOT 12 < 40 U/ L N
SGPT 23 < 32 U/ L N
18
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
KEMOTERAPI
Premedikasi
Handling Sitostatika
1. Paclitaxel
Penyimpanan Simpan botol utuh pada suhu kamar dari 20A ° C
hingga 25 ° C (68A ° F sampai 77A ° F). Lindungi dari cahaya. Larutan di
D5W dan NS stabil hingga 3 hari pada suhu kamar (25 ° C).
Rekonstitusi: Encerkan dalam 250-1000 mL D5W, D5LR, D5NS,
atau NS hingga konsentrasi 0,3-1,2 mg / mL. Perangkat dispensing
kemoterapi (misalnya, Kemo Pemberian pina "¢) tidak boleh digunakan
untuk menarik paclitaxel dari botol.
Kompatibilitas Stabil di D5W, D5LR, D5NS, NS.
2. Carboplatin
Penyimpanan Simpan botol utuh pada suhu kamar dari 15A ° C
hingga 30 ° C (59a ° F sampai 86A ° F), melindungi dari cahaya.
Pengenceran Selanjutnya konsentrasi serendah 0,5 mg / mL stabil pada
suhu kamar (25 ° C) selama 8 jam di NS, stabil pada suhu kamar atau
dalam lemari pendingin selama minimal 9 hari di D5W, meskipun
produsen menyatakan untuk menggunakan dalam 8 jam karena kurangnya
bahan pengawet.
Serbuk untuk rekonstitusi: Reconstituted hingga konsentrasi akhir
dari 10 mg / mL stabil selama 5 hari pada suhu kamar (25 ° C). Larutan
untuk injeksi: multidose botol yang stabil hingga 14 hari setelah
pembukaan bila disimpan pada suhu kamar. Serbuk untuk rekonstitusi:
19
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Post kemoterapi : -
Penanganan nyeri
Pasien tidak mendapatkan analgesik karena tidak mengeluhkan nyeri.
DAFTAR MASALAH
20
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
ASSESSMENT
Cystadeno carcinoma Hasil PA Regimen: Terapi kombinasi Carboplatin dapat Rekom : perlu adanya
ovarii pro ss IV Paclitaxel 175 paclitaxel-carboplatin menyebabkan monitoring tekanan
mg/m2/dose efektif dan dapat peningkatan darah, nadi, reaksi
selama 3 jam dengan aman toksisitas
hipersensitivitas,
secara iv diberikan kepada Paclitaxel (efek
ginjal, jantung dan
Carboplatin 5 pasien kanker myelosuppressive)
AUC selama 1 ovarium yang maka Paclitaxel hepar
jam secara iv kambuh setelah satu diberikan sebelum Monitoring : rasa mual
atau dua regimen Carboplatin – muntah, diare,
kemoterapi berbasis ototoxicity, dan nyeri
platinum. pada pasien.
Dermatitis Pasien mengeluh Cetirizine 1 x 10 Cetirizine merupakan Cetirizine dan Rekom : saat
gatal pada bagian mg antagonis histamin Diphenhydramine kemoterapi dgn
leher H1 yang digunakan adalah golongan diphenhydramine,
untuk mengatasi antagonis histamin
hentikan cetirizine.
gejala alergi H1 yang jika
musiman seperti dipakai bersamaan Setelah kemoterapi,
rhinitis bahkan menyebabkan cetirizine di teruskan
urtikaria peningkatan efek
samping yang
terjadi
21
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
PEMBAHASAN
22
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
23
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
PLAN
REKOMENDASI:
Perlu adanya monitoring tekanan darah, nadi, reaksi hipersensitivitas,
ginjal, jantung dan hepar.
Saat kemoterapi dgn diphenhydramine, menghentikan cetirizine. Setelah
kemoterapi, cetirizine di teruskan
MONITORING:
Monitoring kadar darah lengkap, EKG, dan fungsi hati
Monitoring tekanan darah dan nadi (setiap 30 menit) selama pemberian
Paclitaxel (monitoring cardiac dengan aritmia)
Monitoring reaksi hipersensitivitas yang dapat terjadi selama atau setelah
dimulainya infusion Paclitaxel.
Monitoring hasil tes fungsi renal terutama elektrolit
Monitoring efek samping yang mungkin terjadi seperti tromboemboli,
pendarahan, mual muntah, infeksi, , ototoxicity, neurologic (syaraf), dan
sindrom seperti flu.
KONSELING
24
LAPORAN STUDI KASUS BANGSAL BOUGENVILLE
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
25