Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. “S” DENGAN GANGGUAN CA CERVIX +


ANEMIA + TROMBOSITOPENIA DI RUANG 9 ONKOLOGI
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh:

RISTA AGUS KURDANI


NPM: 019.02.0997

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2019
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. “S” DENGAN GANGGUAN CA CERVIX +


ANEMIA + TROMBOSITOPENIA DI RUANG 9 ONKOLOGI
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Telah dibaca dan disetujui pada:


Hari :
Tanggal :

Disusun oleh:
Mahasiswa

RISTA AGUS KURDANI


NPM: 019.02.0997

Disahkan Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(_____________ __________) (_ )
NIP: NIP:

Mengetahui

Kepala Ruang 9

(_ )
NIP:
LAPORAN PENDAHULUAN Ca.CERVIX

A. DEFINISI
Kanker Servix (CA Cervix) adalah suatu keadaan di mana
sel kehilangan kemampuannya dalam mengendalikan kecepatan
pembelahan dan pertumbuhannya. Normalnya, sel yang mati
seimbang dengan jumlah sel yang tumbuh. Apabila sel
tersebut sudah mengalami malignansi/ keganasan atau
bersifat kanker maka sel tersebut terus menerus membelah
tanpa memperhatikan kebutuhan, sehingga membentuk tumor
atau berkembang “tumbuh baru” tetapi tidak semua yang
tumbuh baru itu bersifat karsinogen. (Daniele gale 1996).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada
daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan
jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

B. PENYEBAB
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun
ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol,
antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita
melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker
serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu
muda
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang
sering partus. Semakin sering partus semakin besar
kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan
berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang
besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma
atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor
penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial
ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat
kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah
umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks
pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal
ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak
terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker,
sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap
serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.

Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks


1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal
epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga
epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma
insitu.
2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada
seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks,
peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
3. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan
invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks
dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior
atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
a) Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh
kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa
infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah
nekrosis dan perdarahan.
b) Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior
ke korpus uteri dan parametrium.
c) Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks
yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
C. NURSING PATHWAY
D. TANDA DAN GEJALA
Menurut Gale tidak ada tanda yang spesifik pada kasus
Ca ini. Pada kasus ini tidak selalu tampak tumor, tetapi
kadang terjadi perdarahan karena ulserasi pada permukaan
cervix. Adanya perdarahan inilah yang mengharuskan wanita
ini datang ke pusat pelayanan kesehatan, adanya nyeri
abdomen dan punggung bawah mungkin dapat menjadikan
petunjuk bahwa penyakit ini telah berkembang dengan sangat
cepat.

E. KOMPLIKASI
1. Berkaitan dengan intervensi pembedahan: vistula uretra,
disfungsi bladder, emboli pulmonal, infeksi pelvis,
serta obstruksi usus.
2. Berkaitan dengan kemoterapi: sistitis radiasi,
enteritis.
3. Berkaitan dengan kemoterapi: supresi sumsum tulang, mual
muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung
sisplatin, kerusakan membrane mukosa GI, dan
sielosupresi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan skrining dengan menggunakan pap smear
(Prostatic Acid Phospatase).
2. Pemeriksaan dengan tehnik biopsi di temukan adanya
keganasan.
3. Pemeriksaan secara radiologis (CT Scan dan MRI) untuk
mengetahui apakah sudah ada penyebaran lokal dari Ca
tersebut.
4. Pemeriksaan laboratorik, misalnya CEA (Carcinogenic
Embrionic Antigen), mungkin juga terjadi anemia,
penurunan atau terjadi peningkatan trombo.
G. PENATALAKSANAAN
Tingkat Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal
Ib,IIa Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul
dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta ( bila terdapat
metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan )
IIb, Histerektomi transvaginal
IIIa,
IIIb
IVa , Radioterapi,Radiasi paliatif,Kemoterapi
IVb

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan
cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan
penunjang
2. Data pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah
anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
3. Keluhan utama :
pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan
disertai keputihan menyerupai air.
4. Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan
yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3
dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan
rasa nyeri intra servikal.
5. Riwayat penyakit sebelumnya :
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas,
riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat
keluarga yang menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi
yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas
makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh,
serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari
saluran urogenital.
6. Data khusus:
1. Riwayat kebidanan; paritas, kelainan menstruasi,
lama,jumlah dan warna darah, adakah
hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar
setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
2. Pemeriksaan penunjang: Sitologi dengan cara pemeriksaan
Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual
langsung, gineskopi.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut NANDA (2015-2017), kemungkinan masalah yang
muncul adalah sebagai berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(penekanan sel syaraf)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens
farmaseutikal
5. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
6. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur
tubuh
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program
pengobatan
8. Resiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren
(trombositopenia)
9. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
10. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme tubuh
J. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Outcome Intervensi
1. Koping individu Setelah dilakukan a) Gunakan
tak efektif tindakan pendekatan yang
berhubungan keperawatan selama tenang dan
dengan diagnosa 3x24 jam: Ansietas, ciptakan suasana
malignansi kekuatiran dan lingkungan yang
ginekologis dan kelemahan menurun kondusif.
prognosis yang sampai pada tingkat b) Evaluasi
tak menentu. yang dapat diatasi: kemampuan pasien
mendemonstrasikan dalam mengambil
kemandirian yang keputusan.
meningkat dalam c) Dorong sikap
aktivitas dan harapan yang
proses pengambilan realistis.
keputusan. d) Dukung
penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang sesuai.
e) Berikan dorongan
spritiual.
2. Perubahan konsep Setelah dilakukan a) Bantu pasien
diri (peran) tindakan untuk
berhubungan keperawatan selama mengidentifikasi
dengan dampak 3x24 jam: peran yang biasa
diagnosis kanker Mengungkapkan dilakukan
terhadap peran dampak dari didalam
pasien dalam diagnosis kanker keluarga, kerja
keluarga. terhadap perannya dan
dan komunitasnya.
mendemontrasikan b) Bantu pasien
kemampuan untuk untuk
menghadapi konflik mengidentifikasi
peran tersebut atau perubahan peran
perubahan peran. yang spesifik
yang dibutuhkan
sehubungan
dengan
penyakitnya.
c) Bantu pasien
mengidentifikasi
strategi yang
positif untuk
menangani
perubahan peran
tersebut.
d) Diskusikan
dengan keluarga
untuk
berkompensasi
terhadap
perubahan peran
anggota keluarga
yang sakit.
e) Pasien dapat
mengungkapkan
perencanaan
pengobatan dan
tujuan dari
pemberian
terapi.
3. Resiko terhadap Setelah dilakukan a) Pantau tanda
infeksi tindakan vital tiap 4 jam
berhubungan keperawatan selama atau lebih
dengan 3x24 jam: Potensial sering jika
imunosupresi infeksi menurun dan diperlukan.
tidak terdapat
tanda-tanda b) Tempatkan pasien
infeksi. pada lokasi yang
tersendiri
c) Bantu pasien
dalam menjaga
higienitas
perseorangan
d) Anjurkan pasien
beristirahat
sesuai dengan
kebutuhan.
e) Kolaborasi
dalam:
Pemeriksaan
kultur (sputum,
urine dan luka
terbuka lain),
pemberian
antibiotika.
4. Resiko tinggi Setelah dilakukan a) Kolaborasi
terhadap cidera tindakan dalam
berhubungan keperawatan selama pemeriksaan DL
dengan 3x24 jam : Pasien (Hb dan Trombo)
trombositopeni terbebas dari secara rutin/
perdarahan dan berkala.
hipoksia jaringan b) Lakukan
tindakan yang
tidak
menyebabkan
perdarahan
(Hindari trauma,
hindari tindakan
invasif,
anjurkan pasien
untuk
menggunakan
sikat gigi yang
berbulu halus).
c) Observasi
tanda-tanda
perdarahan
(Pusing,
petekie, sekret
yang ada diserta
darah, pucat).
d) Observasi
tanda-tanda
vital
e) Kolaborasi
dalam tindakan
transfusi TC
(trombosit
concentrate).
5. Perubahan perfusi Setelah dilakukan a) Kolaborasi
jaringan tindakan dalam
berhubungan keperawatan selama pemeriksaan
dengan anemia dan 3x24 jam: Mampu Hematokrit dan
trombositopenia mengenali dan Hb serta jumlah
menangani anemia. trombosit.
Pencegahan terhdap b) Berikan
terjadinya cairan secara
komplikasi tepat.
perdarahan c) Pantau dan
atur kecepatan
infus.
d) Kolaborasi
dalam pemberian
transfusi
6. Intoleran Setelah dilakukan a) Kaji pola
Aktivitas tindakan istirahat serta
terhadap keperawatan selama adanya keletihan
aktivitas 3x24 jam: Pasien pada pasien.
berhubungan mampu b) Anjurkan
dengan keletihan mempertahankan kepada pasien
sekunder akibat tingkat aktivitas untuk
anemia dan yang optimal. mempertahankan
pemberian Pasien akan pola istirahat/
kemoterapi memaksimalkan tidur sebanyak
energi dengan mungkin dengan
beristirahat diimbangi
dengan aktivitas.
meminimalkan efek c) Bantu pasien
keletihan pada menrencanakan
aktivitas sehari- aktivitas
hari. berdasarkan pola
istirahat atau
keletihan yang
dialami.
d) Anjurkan pada
pasien untuk
melakukan
latihan ringan.
e) Observasi
kemampuan pasien
dalam melakukan
aktivitas.
7. Nutrisi kurang Setelah dilakukan a) Kaji adanya
dari kebutuhan tindakan pantangan atau
tubuh berhubungan keperawatan selama adanya alergi
dengan anoreksi, 3x24 jam : Masukan terhadap makanan
mual atau muntah. atau intake yang tertentu.
adekuat serta
kalori yang b) Kolaborasi
mencukupi dengan gizi
kebutuhan tubuh. dalam pemberian
dengan menu yang
sesuai dengan
diet yang
ditentukan.
c) Pantau
masukan makanan
oleh klien.
d) Anjurkan agar
klien membawa
makanan dari
rumah jika
diperlukan dan
disesuaikan
dengan diet.
e) Lakukan
perawatan mulut
sebelum makan
sesuai
kebutuhan.
8. Kurang Setelah dilakukan a) Baringkan pasien
pengetahuan tindakan diatas tempat
tentang keperawatan selama tidur.
penatalaksanaan 3x24 jam: Pasien b) Kaji kepatenan
pengobatan dapat kateter abdomen.
berhubungan mengungkapkan c) Berikan obat
dengan perencanaan premedikasi
terbatasnya pengobatan dan sesuai dengan
informasi tujuan dari pesanan.
pemberian terapi. d) Observasi
tentang reaksi
yang dialami
pasien selama
dalam pengobatan
e) Jelaskan kepada
pasien efek yang
dapat terjadi
(dalam waktu
lambat, sedang
dan cepat).
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. DEFINISI
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan
kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit)
sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah
dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai
dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah
(eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari
41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari
37%, maka wanita itu dikatakan anemia.

B. ETIOLOGI
Penyebab anemia antara lain sebagai berikut:
1. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif
seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan
perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.
2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel
darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang,
sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang
berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia,
hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel:
intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi hemolitik
transfusi darah.
4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel
darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).
C. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda-tanda umum anemia:
 Pucat
 Takikardi
 Bising sistolik anorganik,
 Bising karotis,
 Pembesaran jantung.
2. Manifestasi khusus pada anemia:
 Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis,
ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat,
lelah, takikardi.
 Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl),
telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas,
anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur
meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas
bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar,
lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak
sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak
tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan
terdengar bising sistolik yang fungsional.
 Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

D. PATOFISIOLOGI
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi
sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat
diperoleh dengan dasar:
1. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah
2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia
E. KOMPLIKASI
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung,
2. Kejang.
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian
sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan
besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin
parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-
binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit
akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
 Transplantasi sumsum tulang
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit (ATG)

2. Anemia pada penyakit ginjal


 Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian
besi dan asamfolat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak
menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang
mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk
membuat darah, sehingga Hb meningkat.

4. Anemia pada defisiensi besi


 Dicari penyebab defisiensi besi
 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat
ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian
vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh
defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12
harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita
anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet
dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada
pasien dengan gangguan absorbsi.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Ketidakefektifan pola napas
d. Nyeri Akut
e. Defisit perawatan diri
f. Resiko infeksi
g. Intoleransi aktivitas

LAPORAN PENDAHULUAN TROMBOSITOPENIA

I. DEFINISI
Trombositopenia atau defisiensi trombosit, merupakan
keadaan dimana trombosit dalam sistim sirkulasi jumlahnya
dibawah normal (150.000-350.000/µl darah) (Guyton dan Hall,
2007). Trombositopenia biasanya dijumpai pada penderita
anemia, leukemia, infeksi virus dan protozoa yang
diperantarai oleh sistem imun (Human Infection Virus, demam
berdarah dan malaria). Trombositopenia juga dapat terjadi
selama masa kehamilan, pada saat tubuh mengalami kekurangan
vitamin B12 dan asam folat, dan sedang menjalani radioterapi
dan kemoterapi (Hoffbrand dkk., 2007).

J. ETIOLOGI
Trombositopenia disebabkan oleh beberapa hal antara
lain adalah kegagalan produksi trombosit, peningkatan
konsumsi trombosit, distribusi trombosit abnormal, dan
kehilangan akibat dilusi. Penggunaan obat-obat tertentu juga
dapat menyebabkan trombositopenia, salah satunya adalah
kotrimoksazol. Suatu mekanisme imunologis sebagai penyebab
sebagian besar trombositopenia yang diinduksi obat
(Hoffbrand,dkk., 2007). Selain dari mekanisme tersebut, pada
penelitian sebelumnya kotrimoksazol digunakan sebagai obat
untuk membuat trombositopenia pada hewan uji mencit
(Astukara, 2008).
Trombositopenia bisa terjadi sebagai gejala dari
beberapa penyakit, atau bisa juga terjadi karena obat -obatan
tertentu. Berikut adalah beberapa penyakit ataupun obat -
obatan yang menjadi penyebab trombositopenia, antara lain:
a. Infeksi virus, misalnya demam berdarah dengue (DBD),
eipsten-barr virus, hepatitis hingga HIV- AIDS menjadi
penyebab trombositopenia yang sering terjadi.
b. Infeksi bakteri yang berat, misalnya Tuberkulosis miliar
c. Keganasan pada sel darah, misalnya leukemia ataupun
limfoma
d. Anemia aplastik menjadi penyebab trombositopenia
karena mencegah sumsum tulang memproduksi trombosit
e. Efek samping dari kemoterapi dan radioterapi
f. Defisiensi atau kekurangan vitamin B6 dan asam folat.
g. Penyakit autoimun, seperti idiopatik trombositopenia
purpura (ITP)
h. Splenomegali atau pembesaran limpa menjadi penyebab
trombositopenia karena limpa yang membesar menyebabkan
trombosit terperangkap didalamnya dan mencegah trombosit
beredar di sirkulasi darah
i. Herediter atau keturunan
j. Terpapar bahan kimia toksik menjadi penyebab
trombositopenia lainnya.
k. Konsumsi alkohol berlebihan
l. Obat-obatan tertentu seperti : obat
antikonvulsi, antibiotik, dsb bisa menjadi salah satu
penyebab trombositopenia

K. TANDA DAN GEJALA


Gejala trombositopenia yang sering muncul dan dialami
oleh pasien antara lain:
a. Gejala trombositopenia yang seringkali muncul adalah
mudah sekali muncul bruis ( tampak lebam ) pada tubuh
b. Adanya perdarahan pada kulit seperti purpura (bercak
kebiruan/ kemerahan pada kulit) dan petekie (bintik
- bintik atau pinpoint berwarna merah/ biru/ungu pada
kulit)
c. Perdarahan yang sukar / lama berhenti dengan sendirinya
seperti mimisan ataupun gusi berdarah sewaktu sikat
gigi.
d. Perdarahan internal seperti keluar darah dari urin
ataupun tinja
e. Perdarahan berat terutama saat periode menstruasi
f. Pembesaran limpa atau splenomegaly
g. Lemas dan ikterik juga menjadi gejala trombositopenia
yang bisa muncul

L. PATOFISIOLOGI
Trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan
antibodi yang diakibatkan oleh obat seperti yang ditemukan
pada kinidin dan senyawa emas atau oleh autoantibodi
antibodi yang bekerja melawan jaringnnya sendiri. Antibodi
tersebut menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit
diperpendek.
Gangguan gangguan autoimun yang bergantung pada
antibodi manusia, paling sering menyerang unsur-unsur
darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini
terkait dengan penyakit trombositopenia, yang memiliki
molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi dengan
trombosit hospes. Meskipun terikat pada permukaan
trombosit, antibodi ini tidak menyebabkan lokalisasi
protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi
bebas. Namun, trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG
lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag yang
membawa reseptor membrane untuk IgG dalam limpa dan hati.
Manifestasi utama adalah trombosit kurang dari -
0.000/mm adalah tumbuhnya petekie. Petekie ini dapat muncul
karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran
trombosit yang akan mengakibatkan gangguan agregasi
trombosit dan meningkatkan pembuangan serta penghancuran
trombosit oleh sistem makrofag. Agregasi trombosit yang
terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler
darah yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler dirusak
sehingga timbul perdarahan dalam jaringan.
Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini
disimpulkan berdasarkan pemeriksaan yang menunjukkan
kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima
serum trombositopenia. Trombositopenia sementara, yang
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan
trombositopenia, juga sesuai dengan kerusakan yang
disebabkan oleh IgG, karena masuknya antibodi melalui
plasenta. Trombositopenia dapat juga timbul setelah
infeksi, khususnya pada masa kanak*kanak, tetapi sering
timbul tanpa peristiwa pendahuluan dan biasanya mereda
setelah beberapa hari atau beberapa minggu.

M. KOMPLIKASI
a. Syok hipo2olemik
b. Penurunan curah jantung
c. Splenomegali

N. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan adalah:
a. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini
ditemukan bahwa Hb sedikit berkurang, eritrosit
normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter.
Leukosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi
PMN pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan
bentuknya abnormal. Lymphositosis dan eosinofilia
terutama pada anak
b. Pemeriksaan darah tepi. Hematokrit normal atau sedikit
berkurang.
c. Aspirasi sumsum tulang jumlah megakaryosit normal atau
bertambah, kadang mudah sekali mor ologi megakaryosit
abnormal ukuran sangat besar, inti nonboluted,
sitoplasma berfakuola dan sedikit atau tanpa granula.
Hitung perkiraan jumlah trombosit dan evaluasi hapusan
darah tepi merupakan pemeriksaan laboratorium pertama
yang terpenting.

O. PENATALAKSANAAN
a. Ringan: observasi tanpa pengobatan -> sembuh spontan
b. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit
belum naik, maka berikan kortikosteroid.
c. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka
berikan immunoglobulin per IV
d. Bila keadaan gawat, maka berikan transfusi suspensi
trombositb ITP menahun. Kortikosteroid diberikan selama
5 bulan. Misal: prednisone 2-5 mg/kg33/hari peroral.
Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan
immunoglobulin (IV), imunosupressan: 6 - merkaptopurin
2,5-5 mg/kgBB/hari peroral.
e. Azatioprin 2-4 mg/kgBB/hari per oral.
f. Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari. Splenektomi

P. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul diantaranya:
a. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrisi
b. Nyeri akut berhubungan dengan splenomegaly
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan transport
oksigen menurun
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dan oksigen
e. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi & Askandar, B. (2011). Karakteristik Penderita Kanker Serviks
2006- 2010 di RSUD Dr. Soetomo. Jurnal Obstetri & Ginekologi, 19
(3), 128- 133

Departemen Kesehatan RI. (2008). Buku Saku Gaya Hidup Sehat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

Kurniawan. (2014). Gambaran Efek Samping Obat Kemoterapi Pada Pasien


Kanker Payudara di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Tahun
2012. Jurnal Farmasi, 2 (7).

Made, S., & Sulastri. (2010). Gambaran Fisik dan Psikologis Klien
Dengan Kanker Serviks di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Cervical
Cancer Journal, 3 (3). 144-149.

McCormick, C., & Giuntoli, R. (2011). Panduan untuk Penderita Kanker


Serviks. Jakarta: PT Indeks.

Melia. (2011). Hubungan Antara Frekuensi Kemoterapi Dengan Status


Fungsional Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Sanglah
Denpasar. Jurnal Kanker, 7 (4), 1-11.

Nimas, F. (2012). Kualitas Hidup Pada Penderita Kanker Serviks yang


Menjalani Pengobatan Radioterapi. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental, 1 (02), Juni 2012.

Primahuda, A. (2016). Gambaran Kepatuhan Mengikuti Program Pengelolaan


Penyakit Kronis pada Pasien Kanker Serviks. Jurnal Keperawatan,
2 (3), 1-8. Pusat Promosi Kesehatan

Rasjidi, I. (2008). Manual Prakanker Serviks. Jakarta: Penerbit Buku


CV Sagung Seto.

Rochmawati, D. (2015). Kualitas Hidup Pasien Kanker Yang Menjalani


Kemoterapi Di RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Kesehatan, 2 (4), 541-
556.

Sri, D. (2015). Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Penerbit


Salemba Medika.

WHO. (2004). The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) –


BREF. Switzerland: WHO. Williams, L., &

Wilkins. (2011). Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta:


PT Indeks.

Wahyuni, T. (2015). Hubungan antara frekuensi kemoterapi dengan


kualitas hidup perempuan dengan kanker payudara yang menjalani
kemoterapi di Ruang Kemoterapi RSUD A.M Parikesit Tenggarong. Jurnal
ilmu kesehatan, 3 (2).

Anda mungkin juga menyukai