Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

KEPUTUSASAAN

1. Analisa data
a. Data subyektif
1) Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya
tidak dapat melakukan”)
2) Sering mengeluh
b. Data obyektif
1) Nampak murung.
2) Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
3) Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
4) Menarik diri dari lingkungan.
5) Kontak mata kurang.
6) Mengangkat bahu tanda masa bodoh.
7) Nampak selalu murung atau blue mood.
8) Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)
9) Menurun atau tidak adanya selera makan
10) Peningkatan waktu tidur.
11) Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
12) Bersikap pasif dalam menerima perawatan.
13) Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna

c. Kondisi klien :
1) Hasil wawancara : Klien mengatakan tidak mampu lagi melakukan apa-apa, dan
terus mengeluh.
2) Hasil observasi : Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali,
menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul, menarik diri dari lingkungan,
Kontak mata kurang, mengangkat bahu tanda masa bodoh, nampak selalu murung
atau blue mood, menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu),
menurun atau tidak adanya selera makan, peningkatan waktu tidur, penurunan
keterlibatan dalam perawatan, bersikap pasif dalam menerima perawatan,
penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna.
d. Diagnosa keperawatan : Keputusasaan
e. Tujuan
1) Membina hubungan saling percaya
2) Melakukan pengkajian pada klien
3) Menentukan masalah keperawatan klien
4) Memberikan intervensi generalis sesuai masalah keperawatan yang dihadapi klien.
f. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
a) Ucapkan salam
b) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai
c) Jelaskan tujuan pertemuan
d) Dengarkan klien dengan penuh perhatian
e) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya.
2) Mengkaji keluhan utama klien
3) Mengkaji faktor predisposisi klien, meliputi : biologis, psikologis dan sosiokultural.
4) Mengkaji stresor presipitasi klien, meliputi : nature, origin, time dan number.
5) Mengkaji penilaian kilen terhadap stresor, meliputi : kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku dan respon sosial.
6) Mengkaji sumber koping yang dimiliki oleh klien, meliputi : kemampuan
personal, dukungan sosial, aset material, dan keyakinan positif.
7) Mengkaji mekanisme koping yang digunakan klien.
8) Menentukan masalah keperawatan klien
9) Memberikan intervensi:
a) Klien mengenal masalah keputusasaannya
- Beri kesempatan bagi klien mengungkapkan perasaan sedih atau
kesendirian atau keputusasaannya.
- Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya
dengan cara pandang perawat terhadap kondisi klien.
- Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus asa:
pembicaraan negatif, menghindari interaksi dengan kurangnya partisipasi
dalam aktivitas.
b) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi masalah,
tanyakan manfaat dari cara yang digunakan.
c) Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan
oleh klien.
d) Beri alternatif penyelesaian masalah atau solusi.
e) Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternatif
f) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah factor
risiko terbesar dalam ide untuk bunuh diri) : tanyakan tentang rencana, metode
dan cara bunuh diri.
g) Klien berpartisipasi dalam aktivitas positif yang menyenangkan
h) Klien menggunakan keluarga sebagai system pendukung

2. STRATEGI KOMUNIKASI
1) Implementasi SP1: Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir positif melalui
penemuan harapan dan makna hidup
a. Fase Orientasi
”Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi Bu? Perkenalkan Saya perawat…............,
senang dipanggil………... Nama Ibu siapa? Ooohhh ibu (nama pasien).
Senangnya dipanggil siapa bu?” Oooo bu (nama pasien). Baik ibu, saya datang
kesini untuk membantu Ibu menyelesaikan masalah Ibu“. “Bagaimana perasaan
Ibu hari ini? (pasien: sedih) ”Bagaimana Bu, kalau kita berbincang-bincang
tentang perasaan sedih yang Ibu rasakan saat ini?”. Menurut Ibu dimana enaknya
kita berbincang- bincang? Bagaimana kalau disini saja?”. “Kita berbincang-
bincang selama 30 menit, apa Ibu bersedia?”.
d. Fase Kerja
“Coba Ibu ceritakan kepada saya tentang perasaan sedih yang Ibu rasakan saat
ini”. “ (Pasien: saya sedih sekali sejak jari tangan kanan saya diamputasi,
rasanya saya
tidak bisa berbuat apa-apa lagi. apalagi menghidupi keluarga, untuk minum saja
saya masih butuh bantuan orang lain. ).”
“Yaaa…. Saya bisa memahami perasaan Ibu.” “Sudah berapa lama perasaan itu
Ibu rasakan?” “Kalau saya boleh simpulkan, Ibu saat ini mengalami hal yang
disebut dengan keputusasaan. Keputusasaan adalah suatu keadaan dimana
seseorang itu merasa tidak ada pilihan lain lagi untuk menyelesaikan masalahnya
walaupun sebenarnya ia masih memiliki potensi/kemampuan untuk menyelesaikan
masalah. “Bu, bagaimana kalau saya memberitahukan tentang cara yang baik
untuk menyelesaikan masalah?” “Ada beberapa hal yang Ibu bisa lakukan,
misalnya,
menceritakan masalah Ibu kepada orang lain yang Ibu percaya. Dengan demikian
beban yang Ibu rasakan setidaknya bisa berkurang. Selain itu, Ibu juga bisa
mengingat atau menuliskan kemampuan atau aspek positif yang dulu pernah Ibu
lakukan. Coba ingat kembali apa saja hal baik yang dulu pernah ibu lakukan.”
“Wah. Dulu ternyata ibu bisa membuat es krim yang lezat ya?” “Nah buat daftar
sebanyak-banyaknya kemampuan lainnya.” “Kegiatan seperti ini berguna untuk
membantu membangkitkan semangat dan harapan Ibu kembali dalam menjalani
kehidupan”. “Meskipun tidak dapat membuatnya sendiri tapi ibu masih bisa
mengajarkannya ke orang lain.” “Tulis dan buat daftar tersebut, ini akan
membuktikan bahwa ibu masih punya banyak kemampuan yang bermanfaat bagi
diri sendiri maupun orang lain”
e. Fase Terminasi
“Nah, Bu, bagaimana rasanya setelah kita berbincang-bincang tentang masalah
Ibutadi?” “Coba Ibu menyebutkan apa sebenarnya yang ibu alami saat ini?”. “
Coba Ibu ulangi, hal baik apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan
masalah?”. “Bagus sekali Ibu”. “Baiklah Ibu, sesuai dengan janji hr ini kita telah
berbincang- bincang selama 30 menit. Dan tadi Ibu telah mengetahui cara untuk
menyelesaikan masalah, setelah ini, Ibu bisa mencoba untuk mulai
menerapkannya. Bagaimana, apa Ibu bersedia melakukannya?”. ”Bagus sekali
Bu”. Ibu, bagaimana kalau besok kita berlatih kegiatan membuat atau
menuangkan air minum dari teko air, disini jam 9 pagi? Baiklah bu. Saya permisi
dulu. Assalamualaikum WW. Selamat Pagi.

2) SP 2 Pasien: Evaluasi assesmen keputusaan, manfaat berfikir positif, dan latihan


melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup
a. Fase Orientasi
“Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi Bu. (sebutkan nama pasien). Masih ingat
saya? Ya betul ibu, saya…… Nah saya datang kembali untuk melanjutkan diskusi
mengatasi masalah keputusasaan terutama pasca perawatanamputasi dari RS.
Bagaimanaperasaan ibu hari ini? Oya apakah daftar kemampuan hal positif yang
kemarin sudah selesai? Ada berapakah yang sudah disusun?” Bagus.
”Bagaimana
Bu, kalau kita sekarang berlatih satu kemampuan yaitu mengambil air minum
yang dulu pernah dilakukan?. “ibu mau dimana berlatihnya? Bagaimana kalau
disini saja, selama 30 menit. Apakah Ibu bersedia ?”.
b. Fase Kerja
“Coba Ibu ceritakan kepada saya bagaimana kegiatan atau aktifitas ibu
sekarang pasca perawatan di RS? (berlatih menulis kemampuan kegiatan yang
msh bisa dilakukan seperti pada pertemuan lalu). Waah sekarang sudah
banyak hal positif yang bisa dituliskan ya... Bagus sekali bu. Nah saat ini kita
akan membantu ibu
untuk berlatih aktifitas misalnya mengoptimalkan fungsi tangan pasca
perawatan. Kita akan melatih kemampuan untuk mengambil air minum dari
teko air. Harus optimis ya, ibu akan bisa melakukannya. Nah pertama ambil
gelas pelan-pelan, lalu letakan di meja dan pegang teko air, kemudian
tuangkan perlahan ke dalam gelas. Nah air minumnya sudah siap sekarang.
Yaa. Bagus... ibu ternyata bisa melakukannya seperti saya dan orang lain juga
lakukan... Baik sekali bu....

c. Fase Terminasi
Bu, bagaimana perasaannya setelah kita berlatih kemampuan pasca perawatan
dari RS. Ternyata ibu masih bisa membuktikan bahwa mampu melakukan
seperti yang orang lain lakukan. Bagaimana rasanya, senang ? Bagus sekali
ya bu”. “Baiklah
Ibu,sesuai dengan janji hari ini kita telah berlatih kemampuan positif pasca
perawatan selama 30 menit. Dan tadi Ibu telah berlatih kegiatan positif pasca
diamputasi. Setelah ini, Ibu bisa mencoba untuk mulai menerapkannya
dengan kegiatan-kegiatan lainnya, misalnya melatih kemampuan tangan untuk
membuat minuman teh manis sendiri. Bagaimana, apa Ibu bersedia
melakukannya?”. ”Bagus sekali ya Bu”. Ibu, bagaimana kalau besok kita
berlatih hal tersebut? Jam 9 saya datang ya. Baiklah bu.... Saya permisi dulu .
Assalamualaikum SelamatPagi.

Anda mungkin juga menyukai