Anda di halaman 1dari 63

STRATEGI PELAKAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun oleh:
Nama : Fatchun Najib
NIM : 202202040031
Kelas : B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2022

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Masalah Utama : Isolasi Sosial


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data obyektif:
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.

b. Data subyektif:
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri

B. Strategi pelaksanaan tindakan:


Tujuan khusus :
1. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya
isolasi sosial
2. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
3. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan
orang lain
4. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
Tindakan keperawatan.
1. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
sosial
2. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
3. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap

SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal


penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal
keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan.

1. Orientasi
1) Salam
“Selamat pagi, Saya...., Saya senang dipanggil...., Saya mahasiswa
Universitas Muhammadiyah pekajangan Pekalongan yang akan
merawat mbak. Siapa nama mbak…….? Senang dipanggil siapa”
“oh baik, kalau begitu saya memanggilnya .... ya”
2) Evaluasi
“Apa yang mbak…… rasakan hari ini?”
“Oo.. jadi mbak...... aweing merasa kesepian”
“sudah berapa lama mba..... sering merasa kesepian?”
3) Validasi
“apa yang telah mbak..... lakukan untuk mengatasi rasa kesepian?”
“lalu, bagaimana manfaatnya?”
4) Kontrak
a. Tindakan dan tujuan
“baik, karena mbak.... mengatakan merasa kesepian, bagaimana
kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengatasi rasa kesepian
tersebut. Tujuannya supaya mbak.... mampu bersosialisasi dengan
orang lain.”
b. Waktu dan tempat
“Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Mau berapa lama, mbak? Bagaimana kalau 15 menit?”
 
2. Kerja:
1) Pengkajian
“apa yang mba rasakan saat sedang bersama dengan orang lain?”
“apakah ada perasaan tidak nyaman jika bersama orang lain?”
“menurut mbak....... bagaimana sikap keluarga terhadap mbak ? dan
bagaimana pendapat mba tentang keluarga?”
“siapa anggota keluarga yang sering bercakap-cakap dengan mbak ?
biasanya apa yang dibicarakan mbak dengan keluarga mbak? Selain
dengan anggota keluarga, siapa teman terdekatnya mbak.....? apa
alasannya mbak....... senang bercakap-cakap dan merasa dekat
dengan ........?
“siapa saja yang jarang atau bahkan tidak pernah bercakap-cakap
dengan mbak? apa yang menyebabkan mbak tidak ingin bercakap-cakap
dengan orang lain selain orang terdekat? Apakah ada pengalaman yang
tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain? Apa yang
menghambat mbak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang
lain?”
2) Diagnosis
“mbak..... sering merasa kesepian, merasa ditolak oleh orang lain dan
takut bercakap-cakap dengan orang lain sehingga berdiam diri di
kamar. Ini kita sebut isolasi sosial. Bagaimana kalau mbak..... latihan
bercakap-cakap dengan orang lain?”
3) Tindakan
a. Diskusikan keuntungan memiliki banyak teman dan bergaul akrab
dengan mereka
”Menurut anda apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai
teman ? Wah benar, ada teman untuk bercakap-cakap. Apa lagi ?
(sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
b. Diskusikan kerugian apabila klien mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
“Nah ,,,kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
mbak...............? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa),,, Jadi banyak juga ruginya kalau tidak punya teman
ya????.
c. Ajarkan cara bercakap-cakap dengan orang lain
Kalau begitu inginkah mbak.... belajar bergaul dengan orang lain ?
Bagus.???? Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan
dengan orang lain”. “Begini lho mbak.... ?, untuk berkenalan
dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan
yang kita suka asal kita dan hobi kita. Contoh: Nama Saya T, senang
dipanggil T. Asal saya dari semarang, hobi memancing”
“Selanjutnya mbak............ menanyakan nama orang yang diajak
berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang
dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo mbak.....sekarang dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan
mbak..... Coba berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut mbak.... bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan
mbak..... bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
 
3. Terminasi:
a) Evaluasi subjektif
”Bagaimana perasaan mbak....... setelah kita latihan berkenalan?”
b) Evaluasi objektif
“mbak .... apakah ingat dengan kegiatan apa saja yang telah kita latih
bersama tadi. Bagus sekali mbak........ tadi sudah mempraktekkan cara
berkenalan dengan baik sekali”
c) Rencana tindak lanjut klien
”Selanjutnya mbak....... dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari
tadi selama saya tidak ada. Sehingga anda lebih siap untuk berkenalan
dengan orang lain. sekarang mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam
berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya.”
d) Rencana tindak lanjut perawat
”Besok pagi jam .....................saya akan datang kesini untuk mengajak
anda berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, mbak.....
mau kan?”
e) Salam
”Baiklah, sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA, dkk.(2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Buku Kedokteran EGC :


Jakarta
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

“RESIKO PERILAKU KEKERASAN”

Disusun Oleh

Fatchun Najib

202202040031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2022

STRATEGI PELAKSANAAN

A. Tindakan keperawatan untuk pasien


SP 1 Pasien : membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi tanda dan gejala
yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat, dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan napas
dalam).

ORIENTASI:
“Assalamualaikum  pak, perkenalkan nama saya R M, panggil saya R, saya perawat
yang dinas di ruangan soka in. Hari ini saya dinas pagi dari pk. 07.00-14.00. Saya yang
akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat  ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang  tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di
ruang tamu?”

KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab
marah bapak”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang kerumah dan istri belum
menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak
rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan
memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu
tidak. Apakerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-
piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar
cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”

”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri,
lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan
melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung,
bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah
bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”


”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........
(sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat  lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa
yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak
mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, assalamualaikum” 

SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik kedua

a. Evaluasi latihan nafas dalam.


b. Latih cara fisik kedua : memukul kasur dan bantal.
c. Susun jadwal kegiatan harian kedua.

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan
fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?

KERJA

“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan
bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan
bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”


“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan  kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal
mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur?  Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan
jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan
memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”

SP 3 pasien : latihan mengontrol perilaku kekerasan secara social atau verbal:

a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik.


b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?,
apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”

“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”

“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri;
kalau diingatkan suster  baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah
kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

KERJA

“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah
lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya
pak:

1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena
minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya
perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju,
minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba
bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol


marah dengan bicara yang baik?”

“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”

“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau
latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”

Coba  masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.
Bagus nanti dicoba ya Pak!”

“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”“Nanti kita akan membicarakan cara
lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di
mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”

SP 4 pasien : latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan social
atau verbal
b. Latihan sholat atau berdoa
c. Buat jadwal latihan sholat serta berdoa

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam  yang lalu sekarang saya
datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

KERJA

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana
mau dicoba?

“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya (untuk yang muslim).”

TERMINASI

Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali
bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah”
 “Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat  sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,
jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah bapak, setuju pak?

SP 5 Pasien : latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat


a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih
b. Latih pasien minum obat secara terlatih dengan prinsip 5 benar (benar nama
pasien, benar nama obat,benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
c. Susun jadwal obat secara teratur

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara
yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?.
Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit” 

KERJA 

(perawat membawa obat pasien)

“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”


Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak
minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye  namanya CPZ gunanya agar bias
tidur,  yang putih ini namanya THP agar rileks dan tidak kaku, dan yang  merah jambu/ping
ini namanya HDL agar tenang dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus
bapak   minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7  malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering,  untuk membantu mengatasinya
bapak bisa mengisap-isap es  batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas
dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat  apakah benar
nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster
kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak,
karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang
benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita
tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan
teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan
dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”
B. Tindakan kepeerawatan untuk keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
b. Tindakan
1.) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2.) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
3.) Dislkusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar/memukul benda/orang lain
4.) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a.) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat
b.) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c.) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan
5.) Buat perencanaan pulang bersama keluarga

SP 1 Keluarga : memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien


perilaku kekerasan dirumah

a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien


b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda gejala,
perilaku yang muncul, dan akibat dari perilaku tersebut)
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan
kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda atau orang lain.

ORIENTASI

“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang Asoka ini, saya
yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang  tentang masalah yang Ibu hadapi?”
“Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di kantor Perawat?”
KERJA
“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan? Baik Bu,
Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan.”
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar akan
membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
“Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa direndahkan,
keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya Bu?”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu artinya
suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya dengan
membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara kasar? Kalau apa
perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?””
“Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas, jangan lupa
jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar bapak seperti gelas, pisau. Jauhkan
juga anak-anak kecil dari bapak.”
“Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa ke puskesmas atau RSJ setelah
sebelumnya diikat  dulu (ajarkan caranya pada keluarga). Jangan lupa minta bantuan orang
lain saat mengikat bapak ya bu, lakukan dengan tidak menyakiti bapak dan dijelaskan alasan
mengikat yaitu agar bapak tidak mencedari diri sendiri, orang lain dan lingkungan”
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda
kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan cara
mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”.
“Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik  jangan lupa dipuji
ya bu”.

TERMINASI

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu”
“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita bicarakan
tadi langsung kepada bapak?”
“Tempatnya disini saja lagi ya bu?”
SP2 keluarga : melatih kkeluarga melakukan cara cara mengontrol kemarahan

a. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah


b. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat
d. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan pasien menunjukan
gejala gejala prilaku kekerasan

ORIENTASI

“Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji kita 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu lagi
untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”

“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?”

“Berapa lama ibu mau kita latihan?”

“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa
berlatih bersama”

KERJA

”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali.
Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”

”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.”

”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”

”Masih ingat pak, bu  kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus
dilakukan bapak adalah.......?”
”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan/tiup
perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari
hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan
bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”.

“Bagus sekali, bapak  dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.

“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”

“Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan
bantal”.

“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut
dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan
bapak semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.

“Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba
praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:

1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok!
Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba
bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus”
“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?”
“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga
marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian
sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan
kemarahan”.

“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi
tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus.
Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus
sekali!”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu
tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan
dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”

TERMINASI

“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-
cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah
dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat
melakukan dengan benar ya Bu!”
“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu
saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.”“Jam 10 seperti
hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”

SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Buat perencanaan pulang

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, bu, karena besok Bp sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita
sekarang ketemu untuk membicarakan jadual Bp selama dirumah”

“Bagaimana pak, bu, selama ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat Bp?
Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah, disini saja?”

“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

KERJA

“Pak, bu, jadual yang telah dibuat selama B di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak
selama di rumah. Kalau misalnya Bp menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika  hal ini terjadi segera hubungi Suster E di Puskesmas
Indara Puri, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon
puskesmasnya: (0651) 554xxx. “Jika tidak teratasi Sr E akan merujuknya ke BPKJ.”

“Selanjutnya suster E yang akan membantu memantau perkembangan B selama di rumah”

TERMINASI

“Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu
diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke Puskesmas). Baiklah, silakan
menyelesaikan administrasi!”

“Saya akan persiapkan pakaian dan obat.”


STRATEGI PELAKAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun oleh:

Nama : Fatchun Najib


NIM : 202202040031
Kelas : B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2022

STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah utama : Defisit Perawatan Diri


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien terlihat kotor, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, bau, kuku
panjang dan hitam,. Buaian kotor, tidak bercukur, bab/ bak disembarang
tempat.
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

B. STRATEGI PELAKSANAAN
Tindakan keperawatan untuk pasien
1. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan kebersihan diri
c. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
d. Menjelaskan peralatan ang digunakan untuk menjaga kebersihan
e. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan
2. Tindakan perawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi kebutuhan kebersihan diri
c. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
d. Jelaskan peralatan ang digunakan untuk menjaga kebersihan
e. Masukkan kedalam jadwal kegiatan

SP1 Pasien : fokus kebersihan diri: mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian
dan berhias.
1 ORIENTASI
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi, saya perawat....., biasa di panggil.....". saya mahasiswa
dari Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, yang akan
merawat mbak pada hari ini". "kalu boleh tau nama mbak siapa, senang
dipanggil siapa? Oh baik, kalau begotu saya memanggilnya dengan …
ya”
2) Evaluasi
“apa yang mbak... rasakan saat ini? Jadi mbak ..... tidak mau merawat
diri ya?”
“apa yang menyebabkan mbak.... tidak merawat diri?” sudah berapa
lama mbak.... tidak merawat diri?”
3) Validasi
“Apa yang telah mbak.... lakukan supaya dapat merawat diri?lalu apa
manfaatnya”
4) Kontra (waktu, tempat, topik)
“Bagaimana kalau kita bicara tendang kebersihan diri ?tujuannya
suapay mbak ..... mampu merawat diri sendiri” Berapa lama kita
berbicara? 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya."

2 KERJA
1) Pengkajian
a. Penyebab
“bagaimana kebersihan diri mbak....?
“apa yang menyebabkan mbak.... tidak merawat diri?
b. Tanda dan gejala
“Berapa kali mbak.... mandi dalam sehari? Apakah mbak... sudah
mandi hari ini? Menurut mbak.... apa kegunaannya mandi ?”
“Bagaimana dengan kebersihan rambut? Berapa hari sekali
keramas? Apa saja alat yang disediakan”
“Bagaimana dengan kebersihan gigi? Berapa kali skiat gigi
perhari? Apa saja alat yang disediaka”
“Bagaimana dengan pakaian? Berapa kali diganti?
“bagaimana dengan berhias : sisiran, bedak dan lipstik? Apa saja
alat yang tersedia?”
c. Akibat
Apa alasan mbak.... sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut
mbak.... apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-
kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti
apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak
teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut mbak.... yang
bisa muncul ?" Betul ada kudis, kutu...dsb."
2) Diagnosis
“mbak.. dari hasil percakapan kita tadi sepertinya kebersihan dirinya
perlu ditingkatkan. Bagaimana kalau kita latihan agar keuntungan
kebersihan diri dapat dirasakan “
3) Tindakan
Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan
membimbing mbak S melakukannya. Sekarang mbak S siram seluruh
tubuh mbak S termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada
kepala mbak S sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali..
Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu
siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol..
giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi mbak
S mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai
bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh mbak S sampai bersih lalu
keringkan dengan handuk. mbak S bagus sekali melakukannya.
Selanjutnya mbak S pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik."

3 TERMINASI
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan mbak S setelah mandi dan mengganti pakaian ?
b. Evaluasi objektif
“Coba mbak.... sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang
sudah mbak S lakukan tadi ?". "Bagaimana perasaan mbak .... setelah
kita mendiskusikan tendang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang
coba ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi"
c. Rencana tindak lanjut klien
Bagus sekali mau berapa kali mbak....mandi dan sikat gigi...?dua kali
pagi dan sore, Mari...kita masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nah...
lakukan ya mbak...., dan beri tanda kalau sudah dilakukan Spt M
( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan ) kalau
diingatkan baru dilakukan mbak .... T( tidak )atau tidak melakukan.
d. Rencana tindak lanjut perawat
“Baik besok lagi kita latihan berdandan. Oke?" Pagi-pagi sehabis makan
jam 10 ya mbak? Mau dmana mbak? Oh yaa d ruang tamu ya?
e. Salam
Sampai jumpa".
DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA, dkk.(2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Buku Kedokteran EGC :


Jakarta
STRATEGI PELAKSANAAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh :

Fatchun Najib
202202040031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2022
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN I

Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri

A. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien
1. Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
2. Klien mengatakan lebih baik mati saja
3. Klien mengatakan sudah bosan hidu
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
c. Tujuan
Klien tidak dapat melakukan percobaan bunuh diri
d. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
2. Mengamankan benda-benda yang dapat mengamankan pasien
3. Melakukan kontrak
4. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan bunuh diri
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
a. Fase Orientasi
Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum…perkenalkan nama saya..........,bisa panggil saya......,saya
mahasiswa stikes pekajangan, nama bapak siapa?senang dipanggil siapa?”
Validasi
“Bagaimana perasaan dan kabar bapak hari ini?bagaimana tidur bapak semalam?”
Kontrak
“Bagaimana pak kalau hari ini kita berbincang-bincang tentang benda-benda apa saja
yang dapat membahayakan diri bapak, serta bagaimana cara mengendalikan dorongan
bunuh diri?”, dimana kita akan bicara?, bagaimana kalau di taman pak?”, berapa lama
kita akan berbincang-bincang?”, bagaimana kalau waktu berbincang-bincang kita
selama 15 menit?”, apakah bapak setuju?”
“Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak tahu benda-benda apa saja yang dapat

membahayakan diri bapak, serta bapak dapat mengetahui cara mengendalikan


dorongan bunuh diri”.
b. Fase Kerja
“Bapak, apakah bapak tahu benda-benda yang dapat membahayakan diri bapak?, coba
sebutkan apa saja benda-benda tersebut!. Bagus sekali sekali bapak, bapak tahu
benda-benda yang dapat membahayakan diri bapak. Apakah salah satu benda tersebut
ada dikamar bapak?, kalau ada benda tersebut jangan bapak dekati atau pegang ya
pak. Apa bapak sering mendengar bisikan yang mendorong bapak untuk melakukan
bunuh diri?, apa yang bapak lakukan ketika suara-suara itu datang? “Bapak,
bagaimana kalau saya ajarkan cara-cara lain untuk mengusir suara-suara itu, apaka
bapak mau?, “pak, kalau suara-suara itu ada, bapak tutup kedua telinga rapat-rapat,
seperti ini pak, dan katakana dengan keras, JAUHI SAYA, PERGI KAMU !!! KAMU
PALSU. “Coba bapak lakukan seperti yang saya ajarkan tadi, iya pak seperti itu,
bagus
c. Fase Terminasi
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah bapak mengetahui benda-benda yang dapat
membahayakan diri bapak, dan mengetahui cara mengusir suara-suara yang
menyuruh bapak melakukan bunuh diri?”
“Coba bapak  ulangi lagi apa yang saya ajarkan tadi”, iya begitu pak…
Rencana Tindak Lanjut
“Bapak, selama kitak tidak bertemu, bila bapak melihat benda-benda yang dapat
membahayakan bapak, segera jauhi, dan jika bapak mendengar suara-suara itu
kembali, segera bapak usir dengan cara yang sudah kita pelajari tadi ya pak”.
Kontrak Pertemuan Selanjutnya
“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi pak?,
bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang cara berfikir
positif tentang diri sendiri dan mengahargai diri sebagai individu yang berharga.
Tempatnya mau dimana pak? Bagaimana kalau di taman pak?, baik besok kita dari
jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?, baiklah pak selamat beristirahat”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN II

Meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
1. Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
2. Klien bisa mengatasi keinginan bunuh dirinya.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan
Klien dapat berfikir positif terhadap dirinya sendiri
4. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi aspek positif pasien
2. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendir
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sendiri sebagai individu yang berharga
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
a. Fase Orientasi
Salam terapetik
“Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?”
Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”, bagaimana dengan tidur bapak semalam?”.
Kontrak
“Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan berbincang-bincang
tentang cara berfikir positif tentang diri sendiri dan mengahargai diri sebagai individu
yang berharga, bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan
kontrak kita kemarin?, apa bapak mau?, berapa lama kita akan berbicara?, bagaimana
kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah
bapak setuju?
“Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak lebih berfikir positif terhadap diri bapak
sendiri, dan bapak lebih menghargai diri sendiri”.
b. Fase kerja
“Apa yang bapak tidak sukai dari anggota tubuh bapak?, bisa bapak jelaskan alasan
bapak tidak suka dengan bagian anggota tubuh tersebut?, jadi kalau bapak merasa
anggota tubuh tersebut tidak bapak sukai, cobalah dari sekarang bapak mulai
mencoba menyukainya”
c. Fase Terminasi
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya senang jika
bapak mulai sekarang mencoba menyukai anggota tubuh bapak yang bapak anggap
tidak suka”. “Coba bapak lakukan kembali apa yang sudah kita bicarakan tadi, dan
tekhnik cara menulis”.
Rencana Tindak Lanjut
“Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa melakukan tekhnik menulis yang
seperti saya ajarkan tadi”.
Kontrak Pertemuan Selanjutnya
“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi pak?,
bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang cara melakukan
hal yang baik ketika sedang mengalami masalah. Bagaimana kalau di taman lagi
pak?, baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?, baiklah pak
selamat beristirahat”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN III

Meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
1) Klien mulai menghargai dirinya sendiri
2) Klien mengetahui koping yang dilakukannya
2. Diagnosa keperawatan
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan
Mengidentifikasi pola koping pasien
4. Tindakan Keperawatan
1) Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien
2) Menilai pola koping yang bisa dilakukan
3) Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
4) Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
a. Fase Orientasi
Salam terapetik
“Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?”
Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”, bagaimana dengan tidur bapak semalam?”.
Kontrak
“Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan berbincang-bincang
tentang bagaimana cara bapak melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami
masalah, bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak
kita kemarin?, apa bapak mau?, berapa lama kita akan berbicara?, bagaimana kalau
15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah bapak
setuju?”
“Tujannya adalah, supaya bapak dapat melakukan hal yang positif ketika bapak
sedang mengalami masalah”.
b. Fase Kerja
“Bapak, ketika bapak sedang mangalami masalah, apa yang bapak lakukan?, apalagi
pak?, bagus sekali bapak ini. Jadi kalau bapak sedang mengalami masalah seperti itu,
bapak bisa melakukan hal-hal yang membuat bapak sibuk, tapi sibuk dengan hal-hal
yang positif, seperti apa yang bapak katakan tadi, misalnya : main bola, menyapu
halaman, sholat dan mengaji”. “Coba bapak sebutkan lagi kegiatan-kegiatannya ! iya
pintar…..
c. Fase terminasi
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya senang jika
bapak melakukan kegiatan-kegiatan yang tadi kita bicarakan”. “Coba bapak sebutkan
kembali apa yang sudah kita bicarakan tadi! Pintar sekali bapak ini….”.
Rencana Tindak Lanjut
“Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa melakukan kegiatan-kegiatan tadi,
seperti main bola, menyapu, dan shalat. Kemudian bapak masukan kedalam jadwal
kegiatan harian bapak ya”.
Kontrak Pertemuan Selanjutnya
“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi pak?,
bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang membuat
rencana untuk masa depan. Bagaimana kalau di taman lagi pak?, baik besok kita dari
jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?, baiklah pak selamat beristirahat”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN IV

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
1) Klien mulai melakukan kegiatan positif
2) Klien tidak merasakan munculnya kembali keinginan bunuh diri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan
Klien tidak dapat mencapai masa depan yang realistis
4. Tindakan Keperawatan
1. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
2. Mengidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
a. Fase Orientasi
Salam terapetik
“Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?”
Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”, bagaimana dengan tidur bapak semalam?”.
Kontrak
“Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan berbincang-bincang
tentang bagaimana cara bapak melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami
masalah, bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak
kita kemarin?, apa bapak mau?, berapa lama kita akan berbicara?, bagaimana kalau
15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah
bapaksetuju?”
“Tujuan pembicaraan kita adalah supaya bapak dapat merencenakan masa depan yang
jauh lebih baik dari  sebelumnya dan bapak dapat mencapai masa depan yang nyata”
b. Fase Kerja
“Bapak, apa keinginan bapak dari dulu sampai sekarang?, apalagi pak?, apakah masih
ada?. Sampai saat ini sudah ada keinginan bapak yang sudah tercapai?, wah hebat…..
yang belum tercapainya pak?. “Harapan bapak sangat bagus sekali, bapak bisa
berusaha semampu bapak dengan cara yang sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa.
Kegagalan bukan akhir dari sebuah harapan pak, namun cobaan yang nantinya akan
membawa bapak ke arah yang bapak harapkan selama ini. Jadi, selalu berusaha
menjadi yang terbaik ya pak, kejar cita-cita bapak sampai dapat dan ingat, kejar
harapan itu sesuai kemampuan bapak”.
c. Fase Terminasi
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya senang jika
bapak  melakukan apa yang sudah tadi kita bicarakan”. “Coba bapak sebutkan
kembali apa yang seharusnya kita lakukan ketika kita menginginkan sesuatu! Pintar
sekali bapak ini….”.
Rencana Tindak Lanju
“Bapak, selama kita tidak bertemu, bapak bisa melakukan hal seperti tadi untuk
mencapai keinginan bapak yang nyata, bapak mesti lebih sabar, lebih giat, ikhtiar dan
berdoa. Jangan sampai menyerah ya pak”. “Sukses buat bapak….

STRATEGI PELAKSANAAN KELUARGA


SP 1 Keluarga : Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba
bunuh diri.

Orientasi

“Selamat pagi Bapak/Ibu, kenalkan saya suster B, yang merawat putri Bapak dan Ibu di rumah
sakit ini”

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar Ny. A tetap selamat dan
tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita berbincang-bincangnya Pak/Bu?”
(Sambil kita awasi terus Ny. A)

Kerja

“Bapak/Ibu, Ny. A sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan kekasihnya akibat
bencana yang lalu sehinga sekarang Ny.A selalu ingin mengakhiri hidupnya. Karena kondisi Ny.
A yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-waktu, kita semua perlu mengawasi Ny. A
terus-menerus. Bapak/Ibu harus ikut mengawasinya. Dalam kondisi serius seperti ini, Ny. A
tidak boleh ditinggal sendirian sedikitpun”

“Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat digunakan Ny. A
untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, dan ikat pinggang. Semua barang-barang
tersebut tidak boleh ada disekitar Ny. A. Selain itu, jika bicara dengan Ny. A fokus pada hal-hal
positif, hindarkan pernyatan negatif. Ny. A sebaiknya punya kegiatan positif, seperti melakukan
hobinya menari, supaya tidak sempat melamun sendiri”

Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri?”

“Coba Bapak dan ibu sebutkan lagi cara menjaga Ny. A tetap selamat dan tidak melukai dirinya.
Baiklah, mari kita teamni Ny. A sampai keinginan bunuh dirinya hilang”
SP 1 Keluarga : Mengajarkan keluarga tentang cara melindungi anggota keluarga berisiko
bunuh diri (isyarat bunuh diri)

Orientasi

“Selamat siang pak, Bu!bagaimana keadaaan anak Bapak / Ibu?”

“Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara melindungi dari
bunuh diri.

“Di mana kita akan diskusi?”

“Bagaiaman kalau di ruang wawancara? Berapa lama Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”

Kerja

“Apa yang Bpak/Ibu lihat dari perilaku atau ucapan Ny. A?”

“Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala bunuh diri. Pada
umumnya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukan tanda melalui percakapan
misalnya: Saya tidak ingin hidup lagi,orang lain lebih baik tanpa saya. Apakah Ny. A pernah
mengatakannya?”

“Kalau Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut,sebaiknya Bapak/Ibu mendengarkan


ungkapan perasaan dari Ny. A secara serius.”

“Pengawasan terhadap Ny.A di tingkatkan, jangan biarkan Ny.A sendirian di rumah atau jarang
dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut,dan di temukan
alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri,sebaiknya dicegah dengan meningkatkan
pengawasan dan beri dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Katakan bahwa
Bapak/Ibu sayang pada Ny. A. Katakan juga kebaikan-kebaikan Ny. A”

“Usahakan sedikitnya 5 kali sehari Bapak dan Ibu memuji Ny. A dengan tulus. Tetapi kalau
sudah terjadi percobaan bunuh diri,sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan orang lain. Jika tidak
dapat diatasi segeralah rujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
perawatan yang lebih serius”
“Setelah kembali ke rumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar Ny. A terus berobat untuk
mengatasi keinginan bunuh diri”

Terminasi

“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat di ulangi kembali cara-cara
merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”

“Ya, bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segeralah
hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang tentang cara-cara
meningkatkan harga diri Ny. A dan penyelesaian masalah”

“Bagaimana Bapak/Ibu setuju?kalau demikian,sampai bertemu lagi minggu depan di sini dan di
waktu yang sama”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien resiko bunuh diri/isyarat bunuh
diri

Orientasi

“Selamat siang Pak,Bu,sesuai janji kita minggu lalu kita minggu lalu kita sekarang ketemu lagi”

“Bagaimana Pak,Bu ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan minggu lalu?”

“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya Pak,Bu?”

“Kita akan coba disini dulu,setelah itu baru kita coba langsung ke Ny. A ya?”

“Berapa lama Bapak dan Ibu mau kita latihan?”

Kerja

“Sekarang anggap saya Ny.A, coba Bapak dan Ibu praktikkan cara bicara yang benar jika Ny.A
sedang mengalami perasaan ingin mati”

“Bagus,betul begitu caranya”

“Sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian kepada Ny. A”


“Bagus, Bagaiman kalau cara memotivasi Ny. A minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadwal?”

“Bagus sekali, ternyata Bapak dan Ibu sudah mengerti cara merawat Ny. A”

“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada Ny. A?” (Ulangi lagi semua cara
di atas langsung kepada pasien)

Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita berlatih cara merawat Ny. A di rumah?”

“Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali Bpak dan Ibu
membesuk Ny. A”

“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi Bapak dan Ibu datang kembali ke sini dan kita akan
mencoba lagi merawat Ny. A sampai Bapak dan Ibu lancar melakukannya”

“Jam berapa Bapak dan Ibu bisa kemari?”

“Baik saya tunggu,kita ketemu lagi di tempat ini ya Pak,Bu”

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga pasien risiko bunuh diri

Orientasi

“Selamat siang Pak,BU, hari ini Ny.A sudah boleh pulang ,sebaiknya kita membicarakan jadwal
selama di rumah. Berapa lama kita bisa diskusi? Kita bicara di sini saja ya?”

Kerja

“Pak, Bu, ini jadwal Ny. A selama di rumah sakit,coba perhatikan,dapatkah dilakukan di
rumah?”

“Tolong dilanjutkan di rumah,baik jadwal aktivitaas maupun jadwal minum obtanya”


“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang di tampilkan oleh Ny. A
selama di rumah. Misalnya, Ny. A terus-menerusmengatakan ingin bunuh diri,tampak gelisah
dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan,menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain,tolong Bapak dan Ibu segera hubungi suster
H di puskesmas inderapuri,puskesmas terdekat drai rumak Bapak dan Ibu,ini nomer telepon
puskesmasnya (0651)853xxx.”

“Selanjutnya suster H yang akan membantu memantau perkembangan Ny. A”

Terminasi

“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Ny. A untuk dibawa
pulang. Ini surat rujukan untuk perawatan K di puskesmas inderapuri. Jangan lupa kontrol
puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silahkan selesaikan
administrasinya”
STRATEGI PELAKSANAAN

WAHAM

Disusun oleh:

Fatchun Najib

202202040031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN AKADEMIK 2022


STRATEGI PELAKSANAAN

1. Kondisi Klien
Klien mengatakan hal yang tidak nyata, pembicaraan berulang-ulang, isi pembicaraan
tidak sesuai dengan kenyataan dan klien tampak bingung dan ketakutan.
2. Diagnosa Keperawatan
gangguan proses pikir : waham
3. Tujuan
a. Tujuan Umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham kebesaran.
b. Tujuan Khusus :
- Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan kriteria
evaluasi, klien dapat mengetahui penyebabnya
- Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan
orang lain
a) Kaji pengetahuan klien dengan perilaku menarik diri sehingga dapat mengenali tanda-
tanda menarik diri
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga memudahkan
perawat memberikan intervensi selanjutnya
b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama penyebab
perilaku menarik diri
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab perilaku menarik diri dapat
membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang dilakukan
c) Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
bila tidak mau berhungan dengan orang lain
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan dengan orang
lain.

1. Tindakan Keperawatan
Menurut Murdiono, 2017

Waham Pasien Keluarga


SP I p
1. Membantu orientasi realita SP I k
2. Mendiskusikan kebutuhan 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
yang tidak terpenuhi keluarga dalam merawat pasien
3. Membantu pasien memenuhi 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
kebutuhannya gejala, dan jenis waham serta proses
4. Menganjurkan pasien untuk terjadinya
memasukkan ke dalam jadwal 3. Menjelaskan cara merawat pasien
harian dengan waham
SP II p
SP II k
1. Mengevaluasi jadwal harian
pasien 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara
2. Berdiskusi tentang merawat pasien dengan waham
kemampuan yang dimiliki 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Melatih kemampuan yang merawat langsung kepada pasien
dimiliki waham

SP III p
SP III k
1. Mengevaluasi jadwal harian
pasien 1. Membantu keluarga membuat jadwal
2. Memberikan pendidikan aktivitas dirumah termasuk minum
kesehatan tentang obat
penggunaan obat secara 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang
teratur kepada pasien bisa dijangkau oleh keluarga
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN

SP 1 Pasien; Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak


terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekan pemenuhan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
a. Fase Orientasi
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya..., saya perawat yang dinas pagi ini di
ruang........ Saya dinas dari pukul 07.00-14.00 nanti. Saya akan merawat abang hari ini.
Nama abang siapa? Senang di panggi apa? “Bisa kita berbincang-bincang tantang apa
yang Bang Beni easakan sekarang?” “Berapa lama Bang Beni mau kita berbincang-
bincang?Bagaimana kalo 15 menit?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang Bang?”
b. Fase Kerja
“Saya mengerti Bang Beni merasa bahwa Bang Beni adalah Nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya karena setahu saya semua Nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita
lanjutkan perbincangan yang tadi terputus Bang?”. “Tampaknya Bang Beni gelisah
sekali, bisa abang ceritakan apa yang Bang Beni rasakan?” “Ooo... jadi Bang Beni
merasa taku diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mangatur diri abang
sendiri?” “Siapa menurut Bang Beni yang sering mengatur-atur diri abang?” “Jadi ibu
yang mengatur-atur ya Bang?, juga kakak dan adik abang yang lain?” “Kalau abang
sendiri inginya seperti apa?” “Ooo... bagus abang sudah punya rencana dan jadwal untuk
diri sendiri”. “Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut Bang?” “Wah.... bagus
sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosen kalau
dirumah terus ya?”
c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bang Beni setelah berbincang-bincang dengan saya? ” “Apa saja
tadi yang telah kita bicarakan? Bagus” “Bagaimana kalau jadwal ini abang coba lakukan,
setuju bang?” “Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?” “Kita bercakap-
cakap tentang kemampuan yang pernah abang miliki?Mau dimana kita bercakap-cakap?
Bagaimana kalau disini lagi?”
SP 2 Pasien; Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki pasien dan membantu
mempraktikannya
a. Fase Orientasi
“Assalamualaikum Bang Beni, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!” “Apakah Bang
Beni sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang?” “Bagaimana kalau
kita bicarakan hobi tersebut sekarang?” “Dimana enakknya kita berbincang-bincang
tentang hobi Bang beni tersebut?” “Berapa lama Bang Beni mau kita berbincang-
bincang?Bagaimana kalau 20 menit tentang hal tersebut?”
b. Fase Kerja
“Apa saja hobi abang? Saya catat ya Bang, terus apalagi?”
“Wah.... rupanya Bang Beni pandai main volly ya, tidak semua orang bisa bermain volly
sperti itu loh” (ataunama lain sesuai yang diucapkan pasien)
“Bisa bang Beni ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volly? Siapa dulu
yang mengajarkannya kepada Bang Beni?Di mana?”
“Bisa Bang Beni peragakan kepada saya bagaimana bermain volly yang bauk itu?”
“Wah..... baik sekali permainannya” “Coba kita buat jadwal untuk kemampuan Bang
Beni ini ya, berapa kali seminggu Bang Beni mau bermain volly?” “Apa yang Bang Beni
harapkan dari kemampuan bermain volly ini?” “Ada tidak hobi atau kemampuan Bang
Beni yang lain selain bermain volly?”
c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bang Beni setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan abang?” “Setelah ini coba Bang Beni lakukan latihan volly sesuai dengan
jadwal yang telah kita buat ya!” “Besok kita ketemu lagi ya Bang?” “Bagaimana kalau
nanti sebelum makan siang?Di ruang makan saja ya, setuju?” “Nanti kita akan
membicarakan tentang obat yang harus Bang Beni minum, setuju?”

SP 3 Pasien; Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar


a. Fase Orientasi
“Assalamualaikum Bang Beni” “Bagaimana Bang, sudah dicoba latihan vollynya? Bagus
sekali” “Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan obat yang Bang Beni minum?” “Di mana kita mau berbicara?Di ruang
makan?” “Berapa lama Bang Beni mau kita berbicara?20 atau 30 menit?”
b. Fase Kerja
“Bang Beni berapa macam obat yang diminum/ jam berapa saja minum obat?” “Bang
Beni perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang” “Obatnya
ada tiga macam Bang, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar tenang, yang
putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut abang terasa kering, untuk membantu
mengatasinya abang bisa banyak minum dan menghisap-isap es batu”.
“Sebelum minum obat ini Bang Beni dan ibu mengecek label di kotakobat apakah benar
nama Beni tulisan disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja
yang harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya Bang Beni tidak menghentikan
sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”
c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bang Beni setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang Bang
Beni minum?Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?” “Mari kita masukkan
pada jadwal kegiatan abang.Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan siang
minta sendiri obatnya pada perawat”. “Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya
Bang!” “Bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama? Sampai besok”
STRATEGI PELAKSANAAN KELUARGA

A. Tindakan Keperawatan pada Keluarga


1. Tujuan keperawatan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi
oleh wahamnya.
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien dirumah.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
c. Diskusikan denga keluarga tentang
1. Cara merawat waham dirumah
2. Tindakan rindak lanjut dan pengobatan yang teratur
3. Lingkungan yang tepat untuk pasien
4. Obat pasien ( nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian
obat )
5. Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
d. Berikan latihan kepada keluarga tentang cara merawat pasien waham
e. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

SP 1 Keluarga; Membina hubungan saling percaya dengan keluarga, mengidentifikasi masalah,


menjelaskan proses terjadinya masalah dan obar pasien
a. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum pak, bu, perkenalkan nama saya......, saya perawat yang dinas di
ruang melati ini. Saya merawat bang Beni selama ini. Nama bapak dan ibu siapa ya?
Senang dipanggil apa?” “Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah
bang Beni dan cara merawat Beni dirumah?” “Dimana kita mau berbicara?Bagaimana
kalau di ruang wawancara?Apakah ibu setuju?Berapa lama waktu ibu dan bapak
berkunjung disini? Bagaimana kalau saya minta waktu 30 menit saja untuk
membicarakan persoalan bang Beni?”
b. Fase kerja
“Pak , bu, apa masalah yang bapak/ibu hadapi dalam merawat bang Beni? Apa yang
sudah ibu dan bapak lakukan dirumah ? Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak
yang selalu mengaku-ngaku sebagai nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah
satu gangguan proses berfikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara
menghadapinya. Setiap kali anak bapak/ibu berkata bahwa ia seorang nabi, bapak/ibu
dengan mengatakan
“Pertama : Bapak/ibu mengerti Beni merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk
mempercayainya karena setahu kami nabi sudah meninggal”
“Kedua: Bapak dan ibu harus lebih sering memuji Beni ketika ia melakukan hal-hal yang
baik”
“Ketiga: Hal-hal ini sebaiknya dilakukan seluruh keluarga yang berinteraksi dengan Beni.
Bapak/ ibu dapat bercakap-cakap dengan Beni tentang kebutuhan yang diinginkan Beni,
misalnya: “bapak/ ibu percaya Beni punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
kepada bapak/ibu. Beni kan punya kemampuan……” (kemampuan yang pernah dimiliki
anak).
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?” (jika anak mau mencoba berikan
pujian)
“Pak/bu, beni perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya
HLP gunanya agar pikiran teratur. Semuanya harus diminum secara teratur tiga kali
sehari jam 07.00 pagi, jam 13.00, dan jam 19.00, janan dihentikan sebelum berkonsultasi
dengan dokter karena dapat menyebabkan Beni kambuh lagi” (libatkan keluarga saat
memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Bang Beni sudah mempunyai jadwal
minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian”.
c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat Beni
dirumah?” “Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi
setiap kali berkunjung kerumah sakit” “Baiklah bagaimana 2 hari lagi bapak dan ibu
dating kembali kesini? Dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat Beni
sesuai dengan pembicaraan kita tadi”. “Jam berapa Bapak dan ibu bisa kemari?” “Baik
saya tunggu, kita ketemu lagi ditempat ini ya pak,bu”.
SP 2 Keluarga; Melatih keluarga cara merawat pasien
a. Fase Orientasi
“Assalamualaikum pak, bu, sesuai janji dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi” “
Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari
yang lalu?” “Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?” “Kita
akan coba disini dulu, setelah itu kita coba langsung ke Beni ya”. “Berapa lama bapak
dan ibu punya waktu?”
b. Fase Kerja
“Sekarang anggap saya Beni yang sedang mengaku-ngaku sebagai Nabi, coba bapak dan
ibu praktikan cara bicara yang benar bila Beni sedang dalam keadaan yang seperti ini.
Bagus, betul begitu caranya” “Sekarang coba praktikan cara memberikan pujian kepada
kemampuan yang dimiliki Beni. Bagus.” “Sekarang coba cara memotifasi Beni minum
obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadwal. Bagus sekali, ternyata bapak dan
ibu sudah mengerti cara merawat Beni” “Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya
langsung kepada Beni?” (ulangi lagi semua cara diatas langsung pada pasien)
c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat Beni ?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan
ibu membesuk Beni. Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang
kembali lagi kesini dan kita akan mecoba lagi cara merawat Beni sampai bapak dan ibu
lancer melakukannnya”. “Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” “Baik saya tunggu,
kita ketemu lagi ditempat ini ya pak, bu”
SP 3 Keluarga; Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a. Fase Orientasi
“Assalamualaikum pak, bu karena Beni sudah boleh pulang, maka kita bicarakan jadwal
Beni selama dirumah” “Bagaimana pak,bu? Selama bapak dan ibu membesuk apakah
sudah terus dilatih cara merawat Beni?” “Nah sekarang bagaimana kalau kita bicarakan
jadwal Beni dirumah?Mari bapak/ibu duduk disini”. “Berapa lama bapak dan ibu punya
waktu?Baik 30 menit saja, sebelum bapak/ibu menyelesaikan administrasi didepan”.
b. Fase Kerja
“Pak/bu ini jadwal Beni selama di Rumah Sakit.Coba diperhatikan.Apakah kira-kira
dapat dilaksanakan di rumah? Jangan lupa memperhatikan Beni agar dia tetap
menjalankannya dirumah, dan jangan lupa memberi tanda M (Mandiri), B (Bantuan),
atau T (Tidak mau melakukan)” “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah
perilaku yang ditampilkan oleh anak bapak/ibu selama dirumah. Kalau misalnya Beni
mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal
ini terjadi segera hubungi perawat Erlin di puskesmas Indera Puri, puskesmas terdekat
dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon puskesmasnya (08657xxxxxxx). Jika tidak
teratasi perawat Erlin akan merujuknya kerumah sakit terdekat”. “Selanjutnya perawat
Erlin yang akan membantu memantau oerkembangan Beni selama dirumah”.
c. Fase Terminasi
“apa yang ingin bapak/ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak/ibu?Sudah siap
melanjutkannya dirumah?” “ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk perawat
Erlin di PKM Indera Puri.Kalau ada apa-apa bapak/ibu boleh juga menghubungi kami.
Silahkan selesaikan administrasi kekantor depan”.
STRATEGI PELAKAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

HARGA DIRI RENDAH

Disusun oleh:
Nama : Fatchun Najib
NIM : 202202040031
Kelas : B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2022

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN PERAWATAN

Masalah Utama : Harga Diri Rendah


Pertemuan : Ke 1 (satu)

Kondisi:
a. Klien kelihatan sering menyendiri
b. Klien mengatakan malu dan tak berguna
c. Klien sering mengatakan dirinya tidak mampu melakukan sesuatu,
d. Klien lebih banyak diam
e. Selama berkomunikasi kontak mata kurang

Diagnosa Keperawatan:
Harga diri rendah

Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3. Klien dapat memilih kemampuan yang akan digunakan
4. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan yang
dimilikinya

I. Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya …, panggil saya … Saya adalah
mahasiwa praktik keperawatan dari Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan. “Siapa namanya? Senang dipanggil apa? Oh
jadi namanya ……… ya, dan biasa dipanggil ……… ya.”
2. Evaluasi
“Apa yang mbak ... rasakan? Jadi mbak ... malu keluar rumah. Sudah
berapa lama?”
3. Validasi
“Apa upaya yang sudah dilakukan? Apakah berhasil?”
4. Kontrak
Tindakan dan tujuan :”Bagaimana kalau saya periksa agar kita belajar
cara mengatasinya?”
Waktu : “Waktunya kira-kira 30 menit, apakah mbak …
setuju?”
Tempat : “Kita lakukan di sini saja ya?”

II. Kerja
1. Pengkajian
a. Penyebab
“Apa peristiwa yang terjadi sampai mbak … malu keluar rumah?”
b. Tanda dan gejala
“Apa yang mbak… rasakan akibat peristiwa itu (sebutkan peristiwa
penyebab)? Apakah kehidupan mbak … yang dapat dibanggakan?
Apakah kelebihan yang mbak … rasakan?”
c. Akibat
“Apakah akibat dari mbak … tidak keluar rumah? Apakah kehidupan
mbak … semakin baik atau sebaliknya?”
2. Diagnosis
“Mbak … merasa malu, tidak berarti, dan tidak bisa apa-apa. Kondisi ini
membuat mbak … tidak ingin keluar rumah. Apakah mbak … ingin belajar
untuk semangat dan bangkit kembali?”
3. Tindakan
“Baiklah, saya akan bantu mbak … untuk mengatasi rasa malu dan tidak
berarti dengan beberapa langkah-langkah.”
a. Membuat daftar aspek positif atau kemampuan yang dimiliki.
“Mbak …, mari kita tulis semua aspek positif dan kemampuan yang
mbak … miliki dari dulu sampai saat ini.”
b. Menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
“Mbak … dari daftar aspek positif dan kemampuan ini mari kita
tandai yang masih dapat dilakukan.”
c. Memilih yang akan dilatih.
“Mbak … dari daftar aspek positif dan kemampuan ini, yang mana
yang akan dilatih, silakan pilih mbak?”
d. Melatih aspek positif dan kemampuan yang dipilih secara bertahap
sampai semua aspek positif dan kemampuan dilatih dan dibiasakan
dilakukan.
1) Beri contoh melakukannya
2) Dampingi klien melakukannya
3) Beri kesempatan mandiri melakukannya
4) Beri pujian atas keberhasilan
“Bagus mbak …”
e. Menyusun jadwal melakukan aspek positif dan kemampuan yang
sudah dilatih.

III.Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan mbak ............ setelah kita bercakap-cakap?”.
b. Evaluasi Objektif
“Apa saja tadi kemampuan/kebiasaan yang mbak … latih? Bagus
sekali ada beberapa kemampuan. Bagaimana langkah-langkahnya?
Bagus sekali.”
2. Rencana Tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal latihannya, mbak … mau berlatih
berapa kali sehari? Jam berapa? Jangan lupa ceklis jika sudah dilakukan
dan rasakan manfaatnya.”
3. Rencana tindak lanjut perawat
Topik : ”Besok kita lihat jadwalnya. Jika sudah dilaksanakan kita akan
bercakap-cakap lagi tentang kemampuan yang kedua ya..
Bagaimana?”
Tempat: “Tempatnya mau di mana? Bagaimana kalau di sini saja, ”
Waktu : “Bagaimana kalau jam 10.00? baiklah kita kan berjumpa besok
ya?”
4. Salam
“Semoga cepat sembuh.”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA, dkk.(2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Buku Kedokteran EGC :


Jakarta
STRATEGI PELAKAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

HALUSINASI PENDENGARAN

Disusun oleh:
Nama : Fatchun Najib
NIM : 202202040031
Kelas : B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2022

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


Masalah Utama : Halusinasi pendengaran

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien:
a. Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
b. Klien sering tertawa dan tersenyum sendiri
c. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan
isinya tidak jelas serta melihat setan-setan.
2. Diagnosa keperawatan:
Perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

Strategi Komunikasi.
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara pertama: menghardik halusinasi

ORIENTASI:
”Selamat pagi mbah, Saya Mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan yang akan merawat mbah. Nama Saya..., saya senang
dipanggil.... Nama mbah siapa?Mbah Senang dipanggil apa mbah?” “Tujuan
saya disini untuk berbincang-bincang sedikit dengan mbah”
”Bagaimana perasaan mbah hari ini? Apa keluhan mbah saat ini mbah”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
mbah dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk mbah? Diteras
bangsal? Berapa lama mbah? Bagaimana kalau 15 menit mbah?”
 
KERJA:
”Apakah mbah mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang bunyi suara itu
mbah?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling
sering di dengar suara mbah? Berapa kali sehari mbah alami? Pada keadaan apa
suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri mbah?”
” Apa yang mbah rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang mbah lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Jadi mbah ada gangguan halusinasi ya. Bagaimana
kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul lagi mbah?
” mbah , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung mbah bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.Kamu
tidak nyata... Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba
mbah peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi mbah! Ya bagus
mbah ..................... sudah bisa”
 
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan mbah ..................... setelah peragaan latihan tadi?” Kalau
suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita
buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan
kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien).
Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa mbah ?Bagaimana kalau dua
jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA, dkk.(2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Buku Kedokteran EGC :


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai