ISOLASI SOSIAL
Disusun oleh:
Nama : Edwin Donny Yahya
NIM : 202202040017
SARJANA KEPERAWATAN
2021
b. Data subyektif:
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri
1. Orientasi
1) Salam
“Selamat pagi, Saya...., Saya senang dipanggil...., Saya mahasiswa
Universitas Muhammadiyah pekajangan Pekalongan yang akan
merawat mbak. Siapa nama mbak…….? Senang dipanggil siapa”
“oh baik, kalau begitu saya memanggilnya .... ya”
2) Evaluasi
“Apa yang mbak…… rasakan hari ini?”
“Oo.. jadi mbak...... aweing merasa kesepian”
“sudah berapa lama mba..... sering merasa kesepian?”
3) Validasi
“apa yang telah mbak..... lakukan untuk mengatasi rasa kesepian?”
“lalu, bagaimana manfaatnya?”
4) Kontrak
a. Tindakan dan tujuan
“baik, karena mbak.... mengatakan merasa kesepian, bagaimana
kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengatasi rasa kesepian
tersebut. Tujuannya supaya mbak.... mampu bersosialisasi dengan
orang lain.”
b. Waktu dan tempat
“Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Mau berapa lama, mbak? Bagaimana kalau 15 menit?”
2. Kerja:
1) Pengkajian
“apa yang mba rasakan saat sedang bersama dengan orang lain?”
“apakah ada perasaan tidak nyaman jika bersama orang lain?”
“menurut mbak....... bagaimana sikap keluarga terhadap mbak ? dan
bagaimana pendapat mba tentang keluarga?”
“siapa anggota keluarga yang sering bercakap-cakap dengan mbak ?
biasanya apa yang dibicarakan mbak dengan keluarga mbak? Selain
dengan anggota keluarga, siapa teman terdekatnya mbak.....? apa
alasannya mbak....... senang bercakap-cakap dan merasa dekat dengan
........?
“siapa saja yang jarang atau bahkan tidak pernah bercakap-cakap
dengan mbak? apa yang menyebabkan mbak tidak ingin bercakap-cakap
dengan orang lain selain orang terdekat? Apakah ada pengalaman yang
tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain? Apa yang
menghambat mbak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang
lain?”
2) Diagnosis
“mbak..... sering merasa kesepian, merasa ditolak oleh orang lain dan
takut bercakap-cakap dengan orang lain sehingga berdiam diri di
kamar. Ini kita sebut isolasi sosial. Bagaimana kalau mbak..... latihan
bercakap-cakap dengan orang lain?”
3) Tindakan
a. Diskusikan keuntungan memiliki banyak teman dan bergaul akrab
dengan mereka
”Menurut anda apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai
teman ? Wah benar, ada teman untuk bercakap-cakap. Apa lagi ?
(sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
b. Diskusikan kerugian apabila klien mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
“Nah ,,,kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
mbak...............? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa),,, Jadi banyak juga ruginya kalau tidak punya teman
ya????.
c. Ajarkan cara bercakap-cakap dengan orang lain
Kalau begitu inginkah mbak.... belajar bergaul dengan orang
lain ? Bagus.???? Bagaimana kalau sekarang kita belajar
berkenalan dengan orang lain”. “Begini lho mbak.... ?, untuk
berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi kita. Contoh:
Nama Saya T, senang dipanggil T. Asal saya dari semarang, hobi
memancing” “Selanjutnya mbak............ menanyakan nama orang
yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak siapa?
Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo mbak.....sekarang dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan
mbak..... Coba berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut mbak.... bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan
mbak..... bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
3. Terminasi:
a) Evaluasi subjektif
”Bagaimana perasaan mbak....... setelah kita latihan berkenalan?”
b) Evaluasi objektif
“mbak .... apakah ingat dengan kegiatan apa saja yang telah kita latih
bersama tadi. Bagus sekali mbak........ tadi sudah mempraktekkan cara
berkenalan dengan baik sekali”
c) Rencana tindak lanjut klien
”Selanjutnya mbak....... dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari
tadi selama saya tidak ada. Sehingga anda lebih siap untuk berkenalan
dengan orang lain. sekarang mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam
berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya.”
d) Rencana tindak lanjut perawat
”Besok pagi jam .....................saya akan datang kesini untuk mengajak
anda berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, mbak.....
mau kan?”
e) Salam
”Baiklah, sampai jumpa.”
HASIL PENELITIAN :
1. Kemampuan berinteraksi pasien skizofrenia dengan masalah isolasi sosial
sebelum dilakukan terapi kognitif
Disusun oleh:
SARJANA KEPERAWATAN
2021
STRATEGI PELAKSANAAN
B. STRATEGI PELAKSANAAN
Tindakan keperawatan untuk pasien
1. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan kebersihan diri
c. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
d. Menjelaskan peralatan ang digunakan untuk menjaga kebersihan
e. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan
2. Tindakan perawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi kebutuhan kebersihan diri
c. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
d. Jelaskan peralatan ang digunakan untuk menjaga kebersihan
e. Masukkan kedalam jadwal kegiatan
SP1 Pasien : fokus kebersihan diri: mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian
dan berhias.
1 ORIENTASI
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi, saya perawat....., biasa di panggil.....". saya mahasiswa
dari Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, yang akan
merawat mbak pada hari ini". "kalu boleh tau nama mbak siapa, senang
dipanggil siapa? Oh baik, kalau begotu saya memanggilnya dengan …
ya”
2) Evaluasi
“apa yang mbak... rasakan saat ini? Jadi mbak ..... tidak mau merawat
diri ya?”
“apa yang menyebabkan mbak.... tidak merawat diri?” sudah berapa
lama mbak.... tidak merawat diri?”
3) Validasi
“Apa yang telah mbak.... lakukan supaya dapat merawat diri?lalu apa
manfaatnya”
4) Kontra (waktu, tempat, topik)
“Bagaimana kalau kita bicara tendang kebersihan diri ?tujuannya
suapay mbak ..... mampu merawat diri sendiri” Berapa lama kita
berbicara? 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya."
2 KERJA
1) Pengkajian
a. Penyebab
“bagaimana kebersihan diri mbak....?
“apa yang menyebabkan mbak.... tidak merawat diri?
b. Tanda dan gejala
“Berapa kali mbak.... mandi dalam sehari? Apakah mbak... sudah
mandi hari ini? Menurut mbak.... apa kegunaannya mandi ?”
“Bagaimana dengan kebersihan rambut? Berapa hari sekali
keramas? Apa saja alat yang disediakan”
“Bagaimana dengan kebersihan gigi? Berapa kali skiat gigi
perhari? Apa saja alat yang disediaka”
“Bagaimana dengan pakaian? Berapa kali diganti?
“bagaimana dengan berhias : sisiran, bedak dan lipstik? Apa saja
alat yang tersedia?”
c. Akibat
Apa alasan mbak.... sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut
mbak.... apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-
kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti
apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak
teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut mbak.... yang
bisa muncul ?" Betul ada kudis, kutu...dsb."
2) Diagnosis
“mbak.. dari hasil percakapan kita tadi sepertinya kebersihan dirinya
perlu ditingkatkan. Bagaimana kalau kita latihan agar keuntungan
kebersihan diri dapat dirasakan “
3) Tindakan
Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan
membimbing mbak S melakukannya. Sekarang mbak S siram seluruh
tubuh mbak S termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada
kepala mbak S sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali..
Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu
siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol..
giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi mbak
S mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai
bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh mbak S sampai bersih lalu
keringkan dengan handuk. mbak S bagus sekali melakukannya.
Selanjutnya mbak S pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik."
3 TERMINASI
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan mbak S setelah mandi dan mengganti pakaian ?
b. Evaluasi objektif
“Coba mbak.... sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang
sudah mbak S lakukan tadi ?". "Bagaimana perasaan mbak .... setelah
kita mendiskusikan tendang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang
coba ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi"
c. Rencana tindak lanjut klien
Bagus sekali mau berapa kali mbak....mandi dan sikat gigi...?dua kali
pagi dan sore, Mari...kita masukkan dalam jadual aktivitas harian.
Nah... lakukan ya mbak...., dan beri tanda kalau sudah dilakukan Spt M (
mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan ) kalau diingatkan
baru dilakukan mbak .... T( tidak )atau tidak melakukan.
d. Rencana tindak lanjut perawat
“Baik besok lagi kita latihan berdandan. Oke?" Pagi-pagi sehabis makan
jam 10 ya mbak? Mau dmana mbak? Oh yaa d ruang tamu ya?
e. Salam
Sampai jumpa".
JUDUL JURNAL : PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN
PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (DEFISIT PERAWATAN
DIRI)TERHADAP PELAKSANAAN ADL (ACTIVITY OF DAYLI LIVING)
KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT
MASALAH YANG DI ANGKAT : Defisit perawatan diri pada pasien gangguan
jiwa
Tujuan : untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan
ADL (activity of daily living) pasien gangguan jiwa
Metode yang digunaakan : pra eksperimental dengan One Group Pre-Test-Post-
Test Design. Rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (control), tetapi
paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan
menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimental
(program), Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan lembar observasi. Lembar observasi ini terdiri dari dua bagian.
Bagian pertama berisi tentang karakteristik klien defisit perawatan diri yang
meliputi umur dan tingkat pendidikan. Bagian kedua berisi tentang format
pelaksanaan kemampuan perawatan diri pasien dalam aktivitas perawatan gigi dan
mulut. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling dengan
jumlah 30 orang.
Hasil : menunjukan terjadi peningkatan pelaksanaan ADL (activity of daily living)
gigi dan mulut dari 10 pasien (33,3%) menjadi 29 pasien (96,7%) setelah
pemberian pendidikan kesehatan. Hasil Uji wilcoxon signed rank didapatkan nilai
p=0,000<a=0,05. penelitian ini menunjukan adanya pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan ADL (activity of daily living)
kebersihan mulut dan gigi.
Pendapat pribadi : menurut saya kebersihan diri itu sangat diperlukan apalagi pada
pasien dengan gangguan jiwa , karna dengan terjaganya keberdihan diri mungkin
bisa memberikan rasa nyaman bagi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun oleh:
Nama : Edwin Donny Yahya
NIM : 202202040017
SARJANA KEPERAWATAN
2021
Kondisi:
a. Klien kelihatan sering menyendiri
b. Klien mengatakan malu dan tak berguna
c. Klien sering mengatakan dirinya tidak mampu melakukan sesuatu,
d. Klien lebih banyak diam
e. Selama berkomunikasi kontak mata kurang
Diagnosa Keperawatan:
Harga diri rendah
Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3. Klien dapat memilih kemampuan yang akan digunakan
4. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan yang
dimilikinya
I. Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya …, panggil saya … Saya adalah
mahasiwa praktik keperawatan dari Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan. “Siapa namanya? Senang dipanggil apa? Oh
jadi namanya ……… ya, dan biasa dipanggil ……… ya.”
2. Evaluasi
“Apa yang mbak ... rasakan? Jadi mbak ... malu keluar rumah. Sudah
berapa lama?”
3. Validasi
“Apa upaya yang sudah dilakukan? Apakah berhasil?”
4. Kontrak
Tindakan dan tujuan :”Bagaimana kalau saya periksa agar kita belajar
cara mengatasinya?”
Waktu : “Waktunya kira-kira 30 menit, apakah mbak …
setuju?”
Tempat : “Kita lakukan di sini saja ya?”
II. Kerja
1. Pengkajian
a. Penyebab
“Apa peristiwa yang terjadi sampai mbak … malu keluar rumah?”
b. Tanda dan gejala
“Apa yang mbak… rasakan akibat peristiwa itu (sebutkan peristiwa
penyebab)? Apakah kehidupan mbak … yang dapat dibanggakan?
Apakah kelebihan yang mbak … rasakan?”
c. Akibat
“Apakah akibat dari mbak … tidak keluar rumah? Apakah kehidupan
mbak … semakin baik atau sebaliknya?”
2. Diagnosis
“Mbak … merasa malu, tidak berarti, dan tidak bisa apa-apa. Kondisi ini
membuat mbak … tidak ingin keluar rumah. Apakah mbak … ingin belajar
untuk semangat dan bangkit kembali?”
3. Tindakan
“Baiklah, saya akan bantu mbak … untuk mengatasi rasa malu dan tidak
berarti dengan beberapa langkah-langkah.”
a. Membuat daftar aspek positif atau kemampuan yang dimiliki.
“Mbak …, mari kita tulis semua aspek positif dan kemampuan yang
mbak … miliki dari dulu sampai saat ini.”
b. Menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
“Mbak … dari daftar aspek positif dan kemampuan ini mari kita
tandai yang masih dapat dilakukan.”
c. Memilih yang akan dilatih.
“Mbak … dari daftar aspek positif dan kemampuan ini, yang mana
yang akan dilatih, silakan pilih mbak?”
d. Melatih aspek positif dan kemampuan yang dipilih secara bertahap
sampai semua aspek positif dan kemampuan dilatih dan dibiasakan
dilakukan.
1) Beri contoh melakukannya
2) Dampingi klien melakukannya
3) Beri kesempatan mandiri melakukannya
4) Beri pujian atas keberhasilan
“Bagus mbak …”
e. Menyusun jadwal melakukan aspek positif dan kemampuan yang
sudah dilatih.
III.Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan mbak ............ setelah kita bercakap-cakap?”.
b. Evaluasi Objektif
“Apa saja tadi kemampuan/kebiasaan yang mbak … latih? Bagus
sekali ada beberapa kemampuan. Bagaimana langkah-langkahnya?
Bagus sekali.”
2. Rencana Tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal latihannya, mbak … mau berlatih
berapa kali sehari? Jam berapa? Jangan lupa ceklis jika sudah dilakukan
dan rasakan manfaatnya.”
3. Rencana tindak lanjut perawat
Topik : ”Besok kita lihat jadwalnya. Jika sudah dilaksanakan kita akan
bercakap-cakap lagi tentang kemampuan yang kedua ya..
Bagaimana?”
Tempat: “Tempatnya mau di mana? Bagaimana kalau di sini saja, ”
Waktu : “Bagaimana kalau jam 10.00? baiklah kita kan berjumpa besok
ya?”
4. Salam
“Semoga cepat sembuh.”
DAFTAR PUSTAKA
WAHAM
Disusun oleh:
NIM : 202202040058
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan hal yang tidak nyata, pembicaraan berulang-ulang, isi pembicaraan
tidak sesuai dengan kenyataan dan klien tampak bingung dan ketakutan.
2. Diagnosa Keperawatan
gangguan proses pikir : waham
3. Tujuan
a. Tujuan Umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham kebesaran.
b. Tujuan Khusus :
- Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan kriteria
evaluasi, klien dapat mengetahui penyebabnya
- Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan
orang lain
a) Kaji pengetahuan klien dengan perilaku menarik diri sehingga dapat mengenali tanda-
tanda menarik diri
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga memudahkan
perawat memberikan intervensi selanjutnya
b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama penyebab
perilaku menarik diri
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab perilaku menarik diri dapat
membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang dilakukan
c) Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
bila tidak mau berhungan dengan orang lain
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan dengan orang
lain.
1. Tindakan Keperawatan
Menurut Murdiono, 2017
SP III p SP III k
Disusun Oleh
Nim : 202202040017
STRATEGI PELAKSANAAN
A. Tindakan keperawatan untuk pasien
SP 1 Pasien : membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi tanda dan gejala
yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat, dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan napas
dalam).
ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya R M, panggil saya R, saya perawat
yang dinas di ruangan soka in. Hari ini saya dinas pagi dari pk. 07.00-14.00. Saya yang
akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di
ruang tamu?”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab
marah bapak”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang kerumah dan istri belum
menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak
rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan
memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu
tidak. Apakerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-
piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar
cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri,
lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan
melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung,
bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah
bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
TERMINASI
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan
fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?
KERJA
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan
bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan
bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya
TERMINASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?,
apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri;
kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah
kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
KERJA
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah
lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya
pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena
minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya
perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju,
minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba
bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus”
TERMINASI
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau
latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.
Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”“Nanti kita akan membicarakan cara
lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di
mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan social
atau verbal
b. Latihan sholat atau berdoa
c. Buat jadwal latihan sholat serta berdoa
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
KERJA
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana
mau dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya (untuk yang muslim).”
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali
bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,
jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah bapak, setuju pak?
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara
yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?.
Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”
KERJA
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang
benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita
tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan
teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan
dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”
B. Tindakan kepeerawatan untuk keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
b. Tindakan
1.) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2.) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
3.) Dislkusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar/memukul benda/orang lain
4.) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a.) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat
b.) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c.) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan
5.) Buat perencanaan pulang bersama keluarga
“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang Asoka ini, saya
yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu hadapi?”
“Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di kantor Perawat?”
KERJA
“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan? Baik Bu,
Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan.”
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar akan
membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
“Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa direndahkan,
keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya Bu?”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu artinya
suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya dengan
membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara kasar? Kalau apa
perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?””
“Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas, jangan lupa
jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar bapak seperti gelas, pisau. Jauhkan
juga anak-anak kecil dari bapak.”
“Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa ke puskesmas atau RSJ setelah
sebelumnya diikat dulu (ajarkan caranya pada keluarga). Jangan lupa minta bantuan orang
lain saat mengikat bapak ya bu, lakukan dengan tidak menyakiti bapak dan dijelaskan alasan
mengikat yaitu agar bapak tidak mencedari diri sendiri, orang lain dan lingkungan”
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda
kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan cara
mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”.
“Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji
ya bu”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu”
“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita bicarakan
tadi langsung kepada bapak?”
“Tempatnya disini saja lagi ya bu?”
SP2 keluarga : melatih kkeluarga melakukan cara cara mengontrol kemarahan
“Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji kita 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu lagi
untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”
“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?”
“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa
berlatih bersama”
KERJA
”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali.
Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”
”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.”
”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus
dilakukan bapak adalah.......?”
”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan/tiup
perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari
hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan
bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”.
“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
“Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan
bantal”.
“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut
dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan
bapak semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba
praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok!
Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba
bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus”
“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?”
“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga
marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian
sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan
kemarahan”.
“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi
tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus.
Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus
sekali!”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu
tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan
dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”
TERMINASI
“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-
cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah
dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat
melakukan dengan benar ya Bu!”
“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu
saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.”“Jam 10 seperti
hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, karena besok Bp sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita
sekarang ketemu untuk membicarakan jadual Bp selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat Bp?
Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah, disini saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Pak, bu, jadual yang telah dibuat selama B di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak
selama di rumah. Kalau misalnya Bp menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster E di Puskesmas
Indara Puri, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon
puskesmasnya: (0651) 554xxx. “Jika tidak teratasi Sr E akan merujuknya ke BPKJ.”
TERMINASI
“Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu
diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke Puskesmas). Baiklah, silakan
menyelesaikan administrasi!”
Masalah yang ada di dalam jurnal : Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan
ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Salah satu teknik yang akan
dilakukan untuk mengontrol perilaku kekerasan adalah relaksasi otot progresif.
Tujuan : Untuk mengetahui gambaran pelaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada pasien
resiko perilaku kekerasan.
Metode : Metode penelitian penggunakan pendekatan studi kasus. Subjek yang akan digunakan
dalam studi kasus adalah satu orang pasien dengan resiko perilaku kekesan di Rumah Sakit Jiwa
Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta. Fokus utama dalam studi kasus ini adalah mengontrol
perilaku kekerasan pada pasien resiko perilaku kekerasan. Tempat untuk pengambilan studi
kasus individu ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta. Waktu
pelaksanaan akan dimulai dari tanggal 17 Februari 2020 - 29 Februari 2020. Pengumpulan data
menggunakan Wawancara, Observasi dan Studi Dokumentasi
HASIL PENELITIAN : Hasil studi kasus ini setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif
sebanyak 4 kali dalam 1 sesi menunjukan pasien resiko perilaku kekerasan mampu mengotrol
marah.
Pendapat mahasiswa :
Menurut pendapat saya terapi relaksasi otot dapat diterima dengan baik oleh para penderitanya.
Khususnya pada artikel jurnal ini asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku, dibuktikan
dengan pasien yang menunjukkan pasien perilakku kekerasan mampu mengontrol marah
STRATEGI PELAKAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN
Disusun oleh:
Nama : Edwin Donny Yahya
Nim : 202202040017
SARJANA KEPERAWATAN
2021
Strategi Komunikasi.
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara pertama: menghardik halusinasi
ORIENTASI:
”Selamat pagi mbah, Saya Mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan yang akan merawat mbah. Nama Saya..., saya senang
dipanggil.... Nama mbah siapa?Mbah Senang dipanggil apa mbah?” “Tujuan
saya disini untuk berbincang-bincang sedikit dengan mbah”
”Bagaimana perasaan mbah hari ini? Apa keluhan mbah saat ini mbah”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
mbah dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk mbah? Diteras
bangsal? Berapa lama mbah? Bagaimana kalau 15 menit mbah?”
KERJA:
”Apakah mbah mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang bunyi suara itu
mbah?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling
sering di dengar suara mbah? Berapa kali sehari mbah alami? Pada keadaan apa
suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri mbah?”
” Apa yang mbah rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang mbah lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Jadi mbah ada gangguan halusinasi ya. Bagaimana kalau
kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul lagi mbah?
” mbah , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung mbah bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.Kamu
tidak nyata... Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba
mbah peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi mbah! Ya bagus mbah
..................... sudah bisa”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan mbah ..................... setelah peragaan latihan tadi?” Kalau
suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita
buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan
kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien).
Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa mbah ?Bagaimana kalau dua
jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
A. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien
1. Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
2. Klien mengatakan lebih baik mati saja
3. Klien mengatakan sudah bosan hidu
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
c. Tujuan
Klien tidak dapat melakukan percobaan bunuh diri
d. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
2. Mengamankan benda-benda yang dapat mengamankan pasien
3. Melakukan kontrak
4. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan bunuh diri
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
a. Fase Orientasi
Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum…perkenalkan nama saya..........,bisa panggil saya......,saya
mahasiswa stikes pekajangan, nama bapak siapa?senang dipanggil siapa?”
Validasi
“Bagaimana perasaan dan kabar bapak hari ini?bagaimana tidur bapak semalam?”
Kontrak
“Bagaimana pak kalau hari ini kita berbincang-bincang tentang benda-benda apa
saja yang dapat membahayakan diri bapak, serta bagaimana cara mengendalikan
dorongan bunuh diri?”, dimana kita akan bicara?, bagaimana kalau di taman
pak?”, berapa lama kita akan berbincang-bincang?”, bagaimana kalau waktu
berbincang-bincang kita selama 15 menit?”, apakah bapak setuju?”
“Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak tahu benda-benda apa saja yang
dapat
membahayakan diri bapak, serta bapak dapat mengetahui cara mengendalikan
dorongan bunuh diri”.
b. Fase Kerja
“Bapak, apakah bapak tahu benda-benda yang dapat membahayakan diri bapak?,
coba sebutkan apa saja benda-benda tersebut!. Bagus sekali sekali bapak, bapak
tahu benda-benda yang dapat membahayakan diri bapak. Apakah salah satu benda
tersebut ada dikamar bapak?, kalau ada benda tersebut jangan bapak dekati atau
pegang ya pak. Apa bapak sering mendengar bisikan yang mendorong bapak
untuk melakukan bunuh diri?, apa yang bapak lakukan ketika suara-suara itu
datang? “Bapak, bagaimana kalau saya ajarkan cara-cara lain untuk mengusir
suara-suara itu, apaka bapak mau?, “pak, kalau suara-suara itu ada, bapak tutup
kedua telinga rapat-rapat, seperti ini pak, dan katakana dengan keras, JAUHI
SAYA, PERGI KAMU !!! KAMU PALSU. “Coba bapak lakukan seperti yang
saya ajarkan tadi, iya pak seperti itu, bagus
c. Fase Terminasi
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah bapak mengetahui benda-benda yang dapat
membahayakan diri bapak, dan mengetahui cara mengusir suara-suara yang
menyuruh bapak melakukan bunuh diri?”
“Coba bapak ulangi lagi apa yang saya ajarkan tadi”, iya begitu pak…
Rencana Tindak Lanjut
“Bapak, selama kitak tidak bertemu, bila bapak melihat benda-benda yang dapat
membahayakan bapak, segera jauhi, dan jika bapak mendengar suara-suara itu
kembali, segera bapak usir dengan cara yang sudah kita pelajari tadi ya pak”.
Kontrak Pertemuan Selanjutnya
“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi pak?,
bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang cara berfikir
positif tentang diri sendiri dan mengahargai diri sebagai individu yang berharga.
Tempatnya mau dimana pak? Bagaimana kalau di taman pak?, baik besok kita
dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?, baiklah pak selamat
beristirahat”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN II
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
1. Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
2. Klien bisa mengatasi keinginan bunuh dirinya.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan
Klien dapat berfikir positif terhadap dirinya sendiri
4. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi aspek positif pasien
2. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendir
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sendiri sebagai individu yang
berharga
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
a. Fase Orientasi
Salam terapetik
“Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?”
Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”, bagaimana dengan tidur bapak semalam?”.
Kontrak
“Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan berbincang-bincang
tentang cara berfikir positif tentang diri sendiri dan mengahargai diri sebagai
individu yang berharga, bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai
dengan kontrak kita kemarin?, apa bapak mau?, berapa lama kita akan berbicara?,
bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga yang telah di
tentukan?, apakah bapak setuju?
“Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak lebih berfikir positif terhadap diri
bapak sendiri, dan bapak lebih menghargai diri sendiri”.
b. Fase kerja
“Apa yang bapak tidak sukai dari anggota tubuh bapak?, bisa bapak jelaskan
alasan bapak tidak suka dengan bagian anggota tubuh tersebut?, jadi kalau bapak
merasa anggota tubuh tersebut tidak bapak sukai, cobalah dari sekarang bapak
mulai mencoba menyukainya”
c. Fase Terminasi
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya senang
jika bapak mulai sekarang mencoba menyukai anggota tubuh bapak yang bapak
anggap tidak suka”. “Coba bapak lakukan kembali apa yang sudah kita bicarakan
tadi, dan tekhnik cara menulis”.
Rencana Tindak Lanjut
“Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa melakukan tekhnik menulis yang
seperti saya ajarkan tadi”.
Kontrak Pertemuan Selanjutnya
“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi pak?,
bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang cara
melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami masalah. Bagaimana kalau di
taman lagi pak?, baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak
setuju?, baiklah pak selamat beristirahat”.