Di Susun Oleh
Kelompok 9 :
1. Atika Noviyanti (18.1423.S)
2. Herdiana Dyah Bintary (18.1448.S)
3. Meliana Tri Dewinta (18.1473.S)
4. Uus Miyani (18.1507.S)
Kelas : III B
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
A. Pengertian/definisi...........................................................................................................3
B. Klasifikasi.......................................................................................................................3
C. Etiologi/penyebab...........................................................................................................3
D. Patofisiologi....................................................................................................................4
F. Pemeriksaan penunjang...................................................................................................5
G. Penatalaksanaan..............................................................................................................6
H. Komplikasi......................................................................................................................7
I. Pathways.........................................................................................................................7
A. Pengkajian.......................................................................................................................8
B. Diagnosa........................................................................................................................17
C. Intervensi.......................................................................................................................20
BAB IV PENUTUP................................................................................................................26
A. Simpulan.......................................................................................................................26
B. Saran..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................27
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gout artritis atau yang dikenal dengan istilah asam uratmerupakan peradangan
persendian yang disebabkan olehtingginya kadar asam urat dalam tubuh (hiperurisemia),
sehingga terakumulasinya endapan kristal monosodium urat yang terkumpul di dalam
persendian, hal ini terjadi karena tubuh mengalami gangguan metabolisme purin (Padila,
2013). Selain hal tersebut, konsumsi purin yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah (Huda Nurarif & Kusuma, 2015). Rentang kadar asam urat pada
pria yaitu 3,5-8,0 mg/dL sedangkan wanita yaitu 2,8-6,8 mg/dL (LeFever Kee, 1997).
Jika nyeri akut yang dirasakan tidak ditangani dengan segera, maka akan
menimbulkan beberapa dampak terhadap aktivitas sehari-hari seperti menurunnya
aktivitas fisik, hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nahariani et al.
(2015) mengenai hubungan antara aktivitas fisik dengan intensitas nyeri sendi pada
lansia di Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto, dimana 42,86% responden
yang mengalami intensitas nyeri berat adalah responden yang melakukan aktivitas fisik
aktif, hal ini terjadi karena aktivitas fisik yang aktif dapat menyebabkan meningkatnya
intensitas nyeri pada gout artritis. Hal tersebut juga diperkuat berdasarkan Huda Nurarif
& Kusuma (2015) bahwa jika terjadi nyeri maka pasien disarankan untuk
mengistirahatkan sendi. Berdasarkan hal diatas, berarti nyeri akut pada gout atritis akan
berdampak pada penurunan aktivitas fisik yang nantinya akan berpengaruh terhadap
penurunan produktifitas, sosial ekonomi.
Kebiasaan konsumsi purin yang tinggi seperti (makanan atau minuman yang
mengandung alkohol, daging, dan beberapa jenis sayuran yang mengandung purin
seperti, bayam, kangkung, dan kacang-kacangan) disertai dengan gangguan metabolisme
purin dalam tubuh, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat yang akan
menghasilkan akumulasi asam urat berlebih di plasma darah (hiperurisemia) (Hamijoyo,
2011 ; Padila, 2013) . Kelebihan asam urat dalam tubuh, akan ditransfer ke organ –organ
tubuh tertentu dan diendapkan menjadi kristal-kristal monosodium asam urat monohidrat
pada persendian dan jaringan di sekitanya maka akan terjadi peradangan dengan rasa
nyeri yang bersifat akut pada persendian. Seringkali pada pergelangan kaki, kadang-
kadang pada persendian tangan, lutut, dan pundak atau jari-jari tangan (Winasih, 2015).
1
Risiko terjadinya gout artritis akan terus meningkat jika terjadi pada usia 40 tahun,
terutama pada pria, jika pada wanita hormon esterogen rupanya dapat memperlancar
proses pembuangan asam urat dalam ginjal. Oleh karena itu, saat wanita mengalami
menopause yang umunya juga mengalami gangguan tulang makarisiko terkena gout
atritis akan menjadi sama dengan pria (Sustrani, Alam, & Hadibroto, 2007).
Penyakit gout artritis di Indonesia diderita pada usia lebih awal dibandingkan dengan
Negara barat, 32% serangan goutartritis terjadi pada usia di bawah 34 tahun. Sementara
diluar negeri rata-rata diderita oleh kaum pria diatas usia tersebut. Prevalesi penyakit
asam urat di Indonesia belum diketahui secara pasti dan cukup bervariasi antar daerah
(Dalimartha, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bhole, De Vera,
Rahman, Krishnan, & Choi (2010) mengenai Epidemiology Of Gout In Womenyang
dilakukan di amerika Amerika serikat bahwa 5209 orang dengan umur pertengahan 28
tahun, terdapat 104 wanita dan 200 pria yang menderita got artritis yang telah di
dokumentasikan di Framingham Heart Study. Sedangkan penderita gout artritis di Bali
mencapai 8,5% (Hamijoyo, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pasien gout artritis?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada komunitas dengan kelompok
khusus gout arthritis
2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gout merupakan peradangan pada sendi akibat adanya endapan kristal asam urat
pada sendi. Penyakit ini merupakan penyakit tertua dalam literatur medis dan sudah
dicatat oleh Hippocrates pada zaman Yunani kuno. Pada saat itu, gout dianggap sebagai
penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan terlalu banyak makan, minum anggur,
dan aktivitas seksual. Sejak saat itu, banyak teori etiologis dan terapeutik yang telah
diusulkan.
B. Etiologi
Artritis gout berkaitan langsung dengan hiperurisemia (asam urat serum tinggi).
Gout dibagi menjadi gout primer atau gout sekunder. Endapan kristal yang terdapat
dalam sendi atau saluran kemih diakibatkan oleh asam urat yang memiliki daya larut
rendah dan akibat dari garam-garamnya. Asam urat yang berlebihan dan garam tersebut
keluar dari serum serta urin. Kemudian masing-masing mengendap dalam sendi dan
saluran kemih.
C. Patofisiologi
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah
diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan
gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
a. Presipitasi kristal monosodium urat
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila konsentrasi dalam
plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan
para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang
bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan igG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal.
b. Respon leukosit poli morfo nukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
c. Fagositosis
Kristal difagositosis oleh leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya
membram vakuala disekelilingi kristal bersatu dan membram leukosit lisosom.
3
d. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan
hidrogen antara permukaan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan
robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase redikal kedalam
sitoplasma.
e. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinoval, yang menyebabkan kenaikan intensif inflamasi dan kerusakan jaringan.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala arthitis gout secara umum adalah sebagai berikut :
a. Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi pada saat tengah malam, biasanya
pada ibu jari kaki (sendi metatarsofalangeal pertama) atau jari kaki (sendi tarsal).
b. Jumlah sendi yang meradang kurang dari empat (oligoartritis) dan serangannya
pada satu sisi (unilateral)
c. Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri.
d. Pembengkakan sendi umunya terjadi secara asimetris (satu sisi tubuh)
e. Demam, dengan suhu tubuh 338,3oC atau lebih, tidak menurun lebih dari tiga hari
walau telah dilakukan perawatan.
f. Ruam kulit, sakit tenggerokan lidah berwarna merah atau gusi berdarah.
g. Bengkak pada kaki dan peningkatan berat badan yang tiba-tiba.
h. Diare atau muntah.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan pada kasus goat yaitu :
1. Pemeriksaan Radiologi
Foto Konvensional (X-Ray)
a. Ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan kalsifikasi (tophus)
berbentukan seperti topi terutama di sekitar sendi ibu jari kaki.
b. Tempak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista arthritis erosif
c. Peradangan dan efusi sendi
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Asam Urat (Serum)
- Dijalankan untuk memantau asam urat serum selama pengobatan gout.
- 3-5 ml darah vena dikumpulkan dalam tabung berpenutup merah. Diusahakan
supaya tidak terjadi hemolisis.
4
- Hindari dari memakan makanan tinggu purine seperti jeroan (hati, ginjal,
otak, jantung) remis, sarden selama 34 jam sebelum uji dilakukan
- Nilai normal :
(a) Pria dewasa : 3,5 - 8,0 mg/dL
(b) Perempuan dewasa : 2,8 - 6,8 mg/dL
- Peningkatan kadar asam urat serum sering terjadi pada kasus gout,
alkoholisme, leukimia, limfoma, diabetes mellitus (berat), gagal jantung
kongestif, stress, gagal ginjal, pengaruh obat : asam askorbat, diuretik, tiazid,
levodopa, furosemid, fenotiazin, 6-merkaptopurine, teofilin, salisilat.
b. Asam Urat (Urine 24 jam)
- Untuk mendeteksi dan mengonfirmasi diagnosa gout atau penyakit ginjal.
- Sampel urine 24 jam ditampung dalam wadah besar, ditambahkan pengawet
dan didinginkan.
- Pengambilan diet makanan yang mengandung purine ditangguhkan selama
penampungan
- Tidak terdapat pembatasan minuman
- Nilai normal : 250-750 mg/24jam
- Peningkatan terjadi pada kasus gout, diet tinggi purine, leukimia, sindrom
fanconi, terapi sinar-x, penyakit kurang efektif untuk menurunkan asam urat
dan tidak efektif untuk mengatasi serangan pirai akut, meningkatkan
frekuensi serangan pada fase akut.
- Dosis : 2 x 100-200 mg sehari, ditingkatkan sampai 400-800 mg kemudian
dikurangi sampai dosis efektif minimal
- Kontra indikasi : pasien dengan riwayat ulkus peptik
- Efek samping : gangguan cerna yang berat, anemia, leukopenia,
agranulositosis.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gout dibagi menjadi dua yaitu, farmakologi dan nonfarmakologi :
a) Farmakologi
1. Kolkisin
Biasanya digunakan untuk mengobati serangan gout akut dan mencegah gout
akut di kemudian hari
2. Fenilbutazon
5
Suatu agen antiradang dan juga dapat digunakan untuk megobati artritis gout
akut. Akan tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan efek samping, maka kolkisin
digunakan sebagai terapi pencegahan
3. Allopurinol
Dapat mengurangi pembentukan asam urat
4. Probenesid & Sulfinpirazon
Merupakan agen urin urikosuria yang dapat yang dapat menghambat proses
reabsorbsi urat oleh tubulus ginjal sehingga meningkatkan ekskresi asam urat.
b) Nonfarmakologi
1. Dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung kadar purin yang
tinggi, diantaranya jeroan, hati, ginjal, otak, dan roti manis. Sarden dan anchovy
(ikan kecil semacam haring) sebaiknya juga dibatasi.
2. Kompres dingin
3. Diet rendah purin
G. Komplikasi
1. Gout kronik bertophus
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar sendi yang
sering meradang. Tofi adalah timbunan krisstal monosodium urat di sekitar
persendian seperti di tulang rawan sendi, sinovial, bursa atau tendon. Tofi bisa juga
ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung, katub mitral jantung, retina mata,
pangkal tenggorokan.
2. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia. Terjadi akibat dari
pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa
terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan merusak glomerulus.
3. Netrolitiasi asam urat (batu ginjal)
Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa menyebabkan
nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Air kemih jenuh dengan
garam-garam yang dapat membentuk batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan
mineral stuvit (campuran magnesium, ammonium, fosfat)
4. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang
5. Peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon
6. Batu ginjal (kencing batu) serta gagal ginjal
6
H. Pathways
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Penilaian Penilaian
No Uraian Pengkajian Gambaran Kondisi No Uraian Pengkajian Gambaran Kondisi
Ada Tidak Ada Tidak
A Fasilitas pelayanan kesehatan √ E Status Ekonomi
yang tersedia untuk kelompok
1. Posyandu √ 1.Sumbangan (asal sumber
pendanaan)
1. Tenaga kesehatan yang √ 2.Jenis pekerjaan √
berpraktik
2. Puskesmas dan Jaringannya √ 3.Rata-rata pendapatan √
perbulan
3. Klinik √ 4.Lainnya
4. Rumah Sakit
5. Dll
B Pelayanan Kesehatan yang F Status sosial budaya
dimanfaatkan oleh spriritual
kelompoknya
1. Imunisasi dasar lengkap 1.Sarana ibadah
√ √
2.Imunisasi ibu hamil 2.Kegiatan keagamaan
3.Makanan tambahan 3.Kepercayaan yang √
bertentangan dengan
penanggulangan masalah
4.Vitamin tambahan kesehatansosial (kerja bakti,
4.Kegiatan √
arisan dll)
5.Pelayanan kesehatan √
6.Lainnya
C Fasilitas pendidikan G Komunikasi
9
1.Fasilitas pendidikan yang 1. Alat komunikasi yang
tersedia untuk kelompok digunakan
a.Playgroup √
a.Telepon
1.Pemeliharaan √
kebersihan diri
2.Pengelolaan √
makanan bersih dan
sehat
10
Mengetahui :
11
ANALISA DATA
Perempuan : 8 orang
2. Umur Dari 10 orang lansia yang dikaji, 1 anggota kelompok berusia ˃ 85
dihasilkan : tahun
12
3. Pendidikan Dari 10 orang lansia yang dikaji, Mayoritas anggota kelompok
dihasilkan : berpendidikan SD
4. Pekerjaan Dari 10 orang lansia yang dikaji, Mayoritas anggota kelompok adalah
dihasilkan : seorang Ibu Rumah Tangga
5. Agama SD
Dari 10 orang lansia yang dikaji, Mayoritas beragama islam
dihasilkan :
13
6. Suku Dari 10 orang lansia yang dikaji, Mayoritas bersuku jawa
dihasilkan :
7. Kondisi Umum Dari 10 orang lansia yang dikaji, Mayoritas keadaan umum baik
dihasilkan :
8. Tekanan Darah Dari 10 orang lansia yang dikaji, Mayoritas tekanan darah anggota
dihasilkan : kelompok dalam rentang normal
14
9. Suhu Dari 10 orang lansia yang dikaji, Rata-rata suhu dari 10 orang
dihasilkan : didapatkan normal
10. Riwayat Penyakit Dari 10 orang lansia yang dikaji, Mayoritas anggota kelompok
dihasilkan : memiliki riwayat penyakit nyeri
sendi
50% anggota kelompok tidak memiliki
riwayat penyakit
10% DM
10% hipertensi
10% kolesterol
11. Alat Bantu Dari 10 orang lansia yang dikaji, Semua tidak menggunakan alat bantu
dihasilkan :
15
12. Olahraga Dari 10 orang lansia yang dikaji, Mayoritas anggota kelompok
dihasilkan : menyempatkan untuk berolahraga
13. Tidur Dari 10 orang lansia yang dikaji, Mayoritas anggota kelompok sudah
dihasilkan : baik dalam pemenuhan kebutuhan
istirahat/tidur
50% anggota kelompok pemenuhan
kebutuhan tidur 8 jam.
14. Data hasil wawancara 100% anggota kelompok lansia Presentase nyeri sendi dan kurang
mengatakan dirinya sering mengalami terpapar informasi tinggi
nyeri sendi tanpa tahu cara mengatasinya.
16
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
17
- Kurang pengetahuan tentang 10029286 Kurang pengetahuan tentang penyakit
penyakit asam urat (gout arthritis)
18
Skor Diagnosis Keperawatan Komunitas
Keterangan : KRITERIA
SKOR A. Kesadaran masyarakat akan masalah
19
RENCANAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
20
Prevensi Tersier 7140 Dukungan keluarga
2605 - Partisipasi tim kesehatan
1504
- Dukungan sosial keluarga
- Anggota 00099 Ketidakefektifan Prevensi Primer 5510 - Pendidikan
pemeliharaan 1823 - Pengetahuan: promosi
kelompok kesehatan
kesehatan 5520
kurang kesehatan - Memfasilitasi
1805
memanfaatkan - Pengetahuan : perilaku pembelajaran
5604
teknologi untuk 1855
kesehatan - Pengajaran
mencari - Pengetahuan : gaya hidup 5618 kelompok
informasi sehat - Pengajaran
kesehatan prosedur atau
tindakan
- Tidak Prevensi Sekunder 4350 - Manajemen
mengetahui 1602 - Perilaku promosi kesehatan perilaku
tentang cara 1608 7400
- Kontrol gejala - Panduan sistem
1902
mengatasi nyeri - Kontrol resiko kesehatan
1603 7320
pada persendian - Pencarian perilaku sehat - Manajemen kasus
-
21
- Dukungan sosial keluarga
- Kurang 10029286 Kurang Prevensi Primer 5510 - Peningkatan
pengetahuan 1803 - Pengetahuan: proses
pengetahuan kesiapan
tentang penyakit
tentang penyakit penyakit pembelajaran
1805 5520
asam urat (gout - Pengetahuan:perilaku sehat - Pendidikan
1844
arthritis) - Pengetahuan:manajemen pendidikan
nyeri 5604 kesehatan
- Kurang - Memfasilitasi
5618
pengetahuan pembelajaran
tentang - Pengajaran
1908
penanganan kelompok
asam urat - Pengajaran
Kurang prosedur atau
pengetahuan tindakan
tentang penyakit Prevensi Sekunder 4326 - Identifikasi
asam urat (gout 1602 - Perilaku promosi kesehatan resiko
arthritis) 1608 7400
- Kontrol gejala - Manajemen
1902
- Kontrol resiko nyeri
1603 7320
- Perilaku sehat: - Panduan sistem
Aktivitas yang disarankan 5618 kesehatan
- manajemen
22
kasus
23
DOKUMENTASI
24
25
26
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Gout arthritis merupakan peradangan pada sendi akibat adanya endapan kristal
asam urat pada sendi. Penyakit ini merupakan penyakit tertua dalam literatur medis
dan sudah dicatat oleh Hippocrates pada zaman Yunani kuno. Pada saat itu, gout
dianggap sebagai penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan terlalu banyak
makan, minum anggur, dan aktivitas seksual. Rentang kadar asam urat pada pria yaitu
3,5-8,0 mg/dL sedangkan wanita yaitu 2,8-6,8 mg/dL. Oleh sebab itu, pada asuhan
keperawatan komunitas yang telah dipaparkan bisa ditarik kesimpulan bahwa lansia
yang pola hidupnya tidak sehat dan kurangnya pengetahuan pengaruh dari pendidikan
yang tidak tuntas semasa dulu bisa memperparah penyakit asam urat yang diderita.
Lansia yang mengidap asam urat bisa melakukan senam sendi untuk memperkuat
sendi dan mengurangi rasa nyeri yang datang tiba-tiba.
B. Saran
Untuk pembaca disarankan untuk tetap menjaga pola makan dan aktivitas
sehari-hari, mengisinya dengan kegiatan yang positif dan sering berolahraga serta
tidur yang teratur. Jika merasakan sakit ataupun nyeri maka segera periksakan ke
dokter tanpa harus menunggu penyakit lebih parah terlebih dahulu. Dahulukan
kesehatan anda, dan semoga makalah ini bermanfaat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Smelzer & Bare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8 Volume 3. Jakarta: EGC
28