Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LANSIA DENGAN


GOUT ARTHRITIS

Disusun oleh :
Kelompok IV (3B)
1. Debby Carolina H. (19021)
2. Dila Fitria (19026)
3. Ega Nurhaliza (19030)
4. Karina Putri Pratiwi (19054)
5. Ramanda Nurracmah C. (19082)
6. Salsabila Aquila (19094)
7. Witri Astuti (19114)

AKADEMI KEPERAWATAN FATMAWATI


JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Yang telah memberikan
rahmat-Nya, sehingga kelompok 8 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Lansia Dengan Gout” Penyusunan makalah ini bertujuan
sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat. Kelompok
menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan
dari pihak-pihak terkait. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka kelompok mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Suarse Dewi, M.Kep.Sp.Kep.MB, selaku Direktur Akademi Keperawatan


Fatmawati.
2. Ns. Tjahjanti K, M.Kep,Sp.Kep.J, selaku wali kelas angkatan XXII Akademi
Keperawatan Fatmawati.
3. Ns. Ani Nuraeni, M. Kep., Sp. Kep,Kom Selaku dosen penangung jawab mata kuliah
dan pembimbing makalah mata kuliah Keperawatan Keluarga
4. Orang tua tercinta yang telah membantu dalam segi material maupun dalam segi
motivasi selama dalam penyusunan makalah ini.
5. Serta teman-teman angkatan XXII.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kelompok
menerima saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan untuk penyempurnaan
makalah ini.                                                                      

    Jakarta, September 2021

Kelompok 8

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................3
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................5
C. Metode Penulisan....................................................................................5
D. Sistematika Penulisan.............................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................7
A. Anatomi Fisiologi Sendi.........................................................................7
B. Konsep Penyakit......................................................................................8
C. Konsep Asuhan Keperawatan Artritis Gout......................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................19

2
3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Seseorang dikatakan
Lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok
yang dikategorikan Lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process
atau proses penuaan (Nugroho, 2011).

Sedangkan menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial


Lanjut Usia, seseorang disebut Lansia bila telah memasuki atau mencapai usia 60
tahun lebih. Laju perkembangan penduduk lanjut usia di dunia termasuk Indonesia saat
ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi
penduduk lanjut usia. Besarnya jumlah penduduk Lansia menjadi beban jika Lansia
memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya
pelayanan kesehatan. Penduduk lanjut usia akan mengalami proses penuaan secara
terus menerus dengan ditandai menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Badan Pusat Statistik, 2015).

Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di
dunia. Besarnya jumlah penduduk Lansia di Indonesia menjadi beban jika Lansia
memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya
pelayanan kesehatan. Penduduk lanjut usia akan mengalami proses penuaan secara
terus menerus dengan ditandai menurunnya daya tahan fisik sehingga rentang terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Badan Pusat Statistik, 2015).

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan


menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya

4
tubuh terhadap berbagai serangan penyakit. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta
sistem organ dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan
akibat proses degeneratif (penuaan). Sehingga Lansia rentan terkena infeksi penyakit
menular akibat masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh seperti
Tuberkulosis, Diare, Pneumonia dan Hepatitis. Selain itu penyakit tidak menular
banyak muncul pada usia lanjut diantaranya Hipertensi, Stroke, Diabetes Melitus dan
radang sendi atau Asam Urat. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial Lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of
daily living (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Penyakit Asam Urat atau dalam dunia medis disebut penyakit Gout Arthritis adalah
penyakit sendi yang yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme Purin yang ditandai
dengan tingginya kadar Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam
darah melebihi batas normal dapat menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam
persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan Asam Urat ini yang membuat sendi
sakit, nyeri, dan meradang. Apabila kadar Asam Urat dalam darah terus meningkat
menyebabkan penderita penyakit ini tidak bisa berjalan, penumpukan Kristal Asam
Urat berupa Tofi pada sendi dan jaringan sekitarnya, persendian terasa sangat sakit jika
berjalan dan dapat mengalami kerusakan pada sendi bahkan sampai menimbulkan
kecacatan sendi dan mengganggu aktifitas penderitanya (Susanto, 2013).

Pada umumnya penderita Gout Arthritis memiliki tanda dan gejala peradangan pada
sendi dan jaringan sekitar yang menyebabkan nyeri hebat pada saat pagi hari. Menurut
Andarmoyo (2013) nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial saat terjadi kerusakan jaringan. Perawatan Lansia dengan Gout Arthritis
perlu dilakukan agar tidak semakin memburuk serta tidak muncul komplikasi yang
sebenarnya masih dapat dicegah. Tindakan farmakologis untuk perawatan Gout
Arthritis diantaranya adalah menkonsumsi obat-obatan seperti Allopuriniol yang
berguna untuk menurunkan kadar Asam Urat dan tindakan non farmakologi seperti
kompres hangat untuk meringankan rasa nyeri dan Inflamasi.

5
Kadar asam urat normal pada wanita berkisar 2,4-5,7 mg/dl, sedangkan pada laki-laki
berkisar 3,4-7,0 mg/dl, dan pada anakanak 2,8-4,0 mg/dl. Berdasarkan data World
Health Organization (WHO, 2017), prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak 34,2%.
Gout arthritis sering terjadi di negara maju seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di
Negara Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout
arthritis tidak hanya terjadi di negara maju saja. Namun, peningkatan juga terjadi di
negara berkembang, salah satunya di Negara Indonesia. Prevalensi gout arthritis di
Indonesia semakin mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 kejadian gout arthritis
sebesar 11,9% (Kemenkes RI, 2013). Namun, mengalami peningkatan pada tahun
2016 gout arthritis menduduki urutan kedua setelah hipertensi (Angriani dkk, 2018).

Prevelensi penyakit asam urat di Indonesia semakin mengalami peningkatan. Menurut


Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit asam urat berdasarkan diagnose tenaga
kesehatan diindonesia 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7% jika dilihat
dari karateristik umur, prevalensi tinggi pada umur ≥ 75 tahun (54,8%). Penderita
wanita juga lebih banyak (8,46%) dibandingkan dengan pria (6,13%) (Riskesdas,
2018). Insiden gout menjadi sama antara laki – laki dan perempuan setelah usia 60
tahun, selain itu banyak faktor resiko asam urat yang berhubungan kuat dengan
kejadian asam urat pada wanita dibandingkan pria (Febriyanti dkk, 2020).

Peningkatan kejadian gout arthritis disebabkan oleh berbagai faktor resiko seperti
faktor asupan purin, obesitas, dan penyakit penyerta diantaranya hipertensi dan
diabetes melitus. Asupan purin adalah mengkonsumsi makanan yang mengandung
purin. Asupan purin dapat mempengaruhi terjadinya gout arthritis dan akan bertambah
berat apabila disertai dengan pola konsumsi yang tidak seimbang (Angriani dkk,
2018).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Lansia Dengan Gout Arthritis”

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
6
Tujuan umum penulisan makahal ini untuk memahami tentang penyakit dan
asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan gout arthritis
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusu penulisan makalah ini agar mahasiswa/I mampu:
a) Menjelaskan Konsep Penyakit Gout Arthritis
b) Menjelaskan Konsep Keluarga
c) Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
d) Menguraikan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada pasien Lansia dengan Gout
Arthritis
e) Mengindentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori dengan kasus

C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode studi keperpustakaan. Metode
studi keperpustakaan yaitu menggunakan berbagai sumber literatur yang sesuai dengan
makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Lansia Dengan Gout
Arthritis”. Adapun teknik pengumpulan data dalam penulisan makalah ini adalah
menganalisis berbagai sumber referensi baik dari buku, jurnal dan internet yang
berkaitan dengan lansia dan penyakit gout arthritis.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penyusunan makalah ini terdiri dari 3 bab, yaitu BAB I
PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA yang terdiri
dari BAB III TINJAUAN KASUS yang terdiri dari pengkajian, diagnose, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. BAB IV PEMBAHASAN KASUS yang terdiri dari
pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi. BAB V PENUTUP yang
terdiri dari kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA.

BAB II

TINJAUAN TEORI

7
A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Artritis Gout atau Pirai merupakan penyakit komplikasi dari hiperurisemia yang
dipicu oleh kristal monosodium urat pada persendian maupun jaringan lunak
didalam tubuh. Artritis Gout merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu
salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh (Susanto,
2013). Artritis Gout merupakan sisa metabolisme tubuh dapat seringkali disebut
penyakit sendi. Penyakit sendi akibat asam urat adalah penyakit yang dapat
muncul karena peningkatan kadar asam urat dalam darah yang melebihi ambang
batas, kemudian menumpuk dalam ruang sendi dan menyebabkan gangguan pada
struktur sendi (Soeroso, 2011). Sehingga dapat disimpulkan Artritis Gout
merupakan penyakit inflamasi sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam
urat dalam darah, yang ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat di
dalam ataupun di sekitar persendian berupa tofi (Putri, M. A., Firsty, L.dkk,2013)

2. Etiologi

Secara garis besar penyebab terjadinya Artritis Gout disebabkan oleh faktor
primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui (idiopatik).
Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal
yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
peningkatan produksi asam urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya
pengeluaran asam urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan
produksi asam urat, terganggunya proses pembuangan asam urat dan kombinasi
kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang Artritis Gout adalah pria,
sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause.
Artritis Gout lebih umum terjadi pada lakilaki, terutama yang berusia 40-50 tahun
(Susanto, 2013).

3. Manifestasi Klinik

Menurut (Putri, M. A., Firsty, L. dkk,2013) Gout arthritis, meliputi 3 stadium:


1. Gout Arthritis Stadium Akut

8
Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada
gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat
berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri,
bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam,
menggigil dan merasa lelah. Lokasi yang paling sering pada MTP-1 yang
biasanya disebut podagra. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena
sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku. Faktor pencetus
serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik,
stress, tindakan operasi, pemakaian obat diuretik dan lain-lain. TFP (Task
Force Panel) merekomendasikan penatalaksanaan awal arthritis gout pada
stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan.
Pilihan regimen terapi merekomendasikan pemberian monoterapi sebagai
terapi awal antara lain NSAIDs, kortikosteroid oral atau kolkisin oral.
Kombinasi terapi diberikan berdasarkan tingkat keparahan sakitnya, jumlah
sendi yang terserang atau keterlibatan 1-2 sendi besar.12 Allopurinol tidak
diberikan saat serangan akut arthritis gout. Namun, jika pasien telah
mendapatkan allopurinol secara regular ketika serangan akut muncul,
sebaiknya dilanjutkan dalam dosis yang sama.13 Untuk pasien yang perlu
memulai allopurinol, tunggu setindaknya 2 minggu sampai serangan akut
teratasi untuk memulai terapi.
2. Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode
interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-
tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini
menunjukkan bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa
keluhan.
3. Stadium Gout Arthritis Kronik
Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati dirinya
sendiri (self medication). Sehingga dalam waktu lama tidak mau berobat secara
teratur pada dokter. Artritis gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak
dan poliartikular. Tofi ini sering pecah pecah dan sulit sembuh dengan obat,
kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder. Lokasi tofi yang paling sering
pada aurikula, MTP-1, olekranon, tendon achilles dan distal digiti. Tofi sendiri
tidak menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi disekitarnya, dan
9
menyebabkan destruksi yang progresif pada sendi serta dapat menimbulkan
deformitas. Pada stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih
sampai penyakit ginjal menahun.

4. Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh intake bahan yang


mengandung asam urat tinngi, dan system ekskresi asam urat yang tidak adekuat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan didalam plasma darah
(Hiperuresemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi local dan menimbulkan respon
inflamasi. Hiperuresemia merupakan hasil meningkatnya produksi asam urat
akibat metabolism purin abnormal dan menurunnya ekskresi asam urat. Saat
asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat
tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk dijaringan konektif di seluruh tubuh, penumpukan
ini disebut tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tetapi juga
menyebabkan inflamasi (Sandjaya, 2014).
Pada penyakit Gout Arthritis tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
meningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan aam irat dan ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini
meliputi hanya satu sendi. Serangan pertama ini menyebabkan tulang sendi
menjadi lunak, terasa panas dan merah. Tulang sendi metatarsophalangeal
biasanya paling pertama terinflamasi, kemudian mmata kaki, tumit, lutut, dan
tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam yang
ringan dan berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dengan interval yang
tidak teratur (Brunner & Suddart, 2012).
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
Gout Arthritis. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6
sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan
polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan
yang biasanya diserai dengan demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis atau
Gout kronik ditandai dengan lopyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi
1
0
yang besar pada kartilago, membran synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi
terbentuk dijari, tangaan, lutut, kaki, helices pada telinga. Kulit luar mengalami
ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal urat
(Noor Helmi, 2013).
Akibat penumpukan asam urat yang terjadi secara sekunder dapat menimbulkan
Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis. Gambaran
kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik, menunjukkan bahwa
faktor-faktor non-kristal mungkin berhubungan dengan reaksi inflasi (Nurlina,
2014).

5. Komplikasi

Komplikasi dari arthritis gout belum banyak disadari oleh masyarakat umum.
Menurut Soeryoko (2011), berikut ini komplikasi yang terjadi akibat tingginya
kadar asam urat:
1) Kerusakan sendi
Arthritis gout merupakan penyakit yang cukup ditakuti sebagian orang karena
menimbulkan kerusakan sendi dan perubahan bentuk tubuh. Kerusakan sendi
yang disebabkan tingginya asam urat dapat terjadi di tangan maupun kaki.
Kerusakan tersebut terjadi karena asam urat menumpuk di dalam sendi dan
menjadi kristal yang menganggu sendi. Sendi yang tertutup kristal asam urat
menyebabkan jari-jari tangan maupun kaki menjadi kaku dan bengkok tidak
beraturan. Namun yang ditakuti penderita bukan bengkoknya melainkan rasa
sakit yang berkepanjangan.
2) Terbentuk tofi
Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat monohidrat (MSUM) di sekitar
persendian yang sering mengalami serangan akut atau timbul di sekitar tulang
rawan sendi, synovial, bursa, atau tendon. Di luar sendi, tofi juga bisa
ditemukan di jaringan lunak, otot jantung (miokard), katup bicuspid jantung
(katup mitral), retina mata, dan pangal tenggorokan (laring). Tofi tampak
seperti benjolan kecil (nodul) berwarna pucat, sering teraba pada daun telinga,
bagian punggung (ekstensor) lengan sekitar siku, ibu jari kaki, bursa di sekitar
tempurung lutut (prepatela), dan pada tendon achilles.Tofi baru ditemukan
pada kadar asam urat 10-11 mg/dL. Pada kadar >11 mg/dL, pembentukan tofi
menjadi sangat progresif. Bila hiperurisemia tidak terkontrol, tofi bisa
1
1
membesar dan menyebabkan kerusakan sendi sehingga fungsi sendi
terganggu.Tofi juga bisa menjadi koreng (ulserasi) dan mengeluarkan cairan
kental seperti kapur yang mengandung MSU. Dengan adanya tofi,
kemungkinan sudah terjadi pengendapan Na urat di ginjal.
3) Penyakit jantung
Kadar asam urat yang tinggi dapat menimbulkan gangguan jantung. Bila
penumpukan asam urat terjadi di pembuluh darah arteri maka akan
mengganggu kerja jantung. Penumpukan asam urat yang terlalu lama dapat
menyebabkan LVH (Left Ventrikel Hypertropy) yaitu pembengkakan ventrikel
kiri pada jantung.
4) Batu ginjal
Tingginya kadar asam urat uang terkandung dalam darah dapat menimbulkan
batu ginjal. Batu ginjal terbentuk dari beberapa zat yang disaring dalam ginjal.
Bila zat tersebut mengendap pada ginjal dan tidak bisa keluar bersama urine
maka membentuk batu ginjal. Batu ginjal yang terbentuk diberi nama sesuai
dengan bahan pembuat batu tersebut. Batu ginjal yang terbentuk dari asam urat
disebut batu asam urat.
5) Gagal ginjal (nefropati gout)
Komplikasi yang sering terjadi karena arthritis gout adalah gagal ginjal atau
nefropati gout. Tingginya kadar asam urat berpotensi merusak fungsi ginjal.
Adanya kerusakan fungsi ginjal dapat menyebabkan ginjal tidak bisa
menjalankan fungsinya dengan baik atau mengalami gagal ginjal. Bila gagal
ginjal terjadi,ginjal tidak dapat membersihkan darah. Darah yang tidak
dibersihkan mengandung berbagai macam racun yang menyebabkan pusing,
muntah, dan rasa nyeri sekujur tubuh.

6. Penatalaksanaan Medis

Menurut (Fatwa Maratus Sholihah, 2014) Terapi pada gout biasanya dilakukan
secara medik (menggunakan obat-obatan). Medikamentosa pada gout termasuk:
a. Farmakologi
1) Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINs).
OAINS dapat mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gout secara
efektif. Efek samping yang sering terjadi karena OAINS adalah iritasi pada
1
2
sistem gastroinstestinal, ulserasi pada perut dan usus, dan bahkan
pendarahan pada usus. Penderita yang memiliki riwayat menderita alergi
terhadap aspirin atau polip tidak dianjurkan menggunakan obat ini. Contoh
dari OAINS adalah indometasin. Dosis obat ini adalah 150- 200 mg/hari
selama 2-3 hari dan dilanjutkan 75-100 mg/hari sampai minggu berikutnya
2) Kolkisin
Kolkisin efektif digunakan pada gout akut, menghilangkan nyeri dalam
waktu 48 jam pada sebagian besar pasien.10 Kolkisin mengontrol gout
secara efektif dan mencegah fagositosis kristal urat oleh neutrofil, tetapi
seringkali membawa efek samping, seperti nausea dan diare.1 Dosis efektif
kolkisin pada pasien dengan gout akut berhubungan dengan penyebab
keluhan gastrointestinal. Obat ini biasanya diberikan secara oral pada awal
dengan dosis 1 mg, diikuti dengan 0,5 mg setiap dua jam atau dosis total 6,0
mg atau 8,0 mg telah diberikan. Kebanyakan pasien, rasa sakit hilang 18 jam
dan diare 24 jam; peradangan sendi reda secara bertahap pada 75-80%
pasien dalam waktu 48 jam.
3) Kortikosteroid
Kortikosteroid biasanya berbentuk pil atau dapat pula berupa suntikan yang
lansung disuntikkan ke sendi penderita. Efek samping dari steroid antara lain
penipisan tulang, susah menyembuhkan luka dan juga penurunan pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Steroids digunakan pada penderita gout yang tidak
bisa menggunakan OAINS maupun kolkisin.1 Prednison 20-40 mg per hari
diberikan selama tiga sampai empat hari. Dosis kemudian diturunkan secara
bertahap selama 1-2 minggu.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Suparta dan Astika (2010), pemeriksaan diagnostik yang dapat


dilakukan untuk Artritis Gout adalah :
a. Pemeriksaan cairan sendi
b. Ekskresi (keluarnya) kadar asam urat dalam urin 24 jam
c. Pemeriksaan dengan rontgen
d. Kadar Artritis Gout darah (Serum)

1
3
B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu

berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu

atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut

Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat

antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai

lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah

ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal

dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan (Lisna,

2018).

b. Tipe/Jenis keluarga
Menurut (Harnilawati, 2013) , pembagian tipe ini bergantung kepada konteks
keilmuan dan orang yang mengelompokkan:
1) Secara Tradisional
Secara Tradisional Keluarga dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a) Keluarga inti ( Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya
b) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kake-nenek, paman,
bibi).
2) Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualism maka
pengelompokan tipe keluarga yaitu:
a) Tradisional Nuclear

1
4
Keluarga inti (ayah,ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan perkawinan,
satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
b) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan suami/istri,
tinggal dalam satu rumah dengan anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil perkawinan baru, satu/ keduanya
dapat bekerja di lura rumah.
c) MiddleAge/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah keuda-duanya bekerja
dirumah, anak-anak meninggalkan rumah karena sekolah/
perkawinan/ meniti karier.
d) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satu bekerja dirumah.
e) Singgle Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah
f) Dual Carrier
Suami Istria tau keduanya orang karier dan tanpa anak
g) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karie dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h) Singgle Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiridengan tidak adanya
keinginan untuk kawin
i) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah
j) Institusional
Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti-panti
k) Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas
l) Group Marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu
kesatuanckeluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang
laindan semua adalah orang tua dari anak-anak
m) Unmarried Parent and Chil
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki anaknya
diadopsi
n) Cohibing Couple
Dua orang atau sepasang yang tinggal Bersama tanpa perkawinan
o) Gay and Lasbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
c. Struktur Keluarga

1
5
Struktur keluarga menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai
berikut :

1) Pola dan Proses Komunikasi


Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.

2) Struktur Kekuatan

Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada


kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan
(potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku
anggota keluarga. Beberapa macam struktur keluarga:

a) Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua


terhadap anak.

b) Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah
sesorang yang dapat ditiru oleh anak.

c) Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).

d) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan


diterima).

e) Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).

f) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)

g) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih,


misalnya hubungan seksual).

Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:


a) Struktur egilasi (dmokrasi) yaitu dimana masing-masing anggota keluarga
memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat
b) Strukturyang hangat, merima dan toleransi
c) Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka

1
6
d) Struktur yang kaku, yaitu sua melawan dan bergantung pada peraturan
e) Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ii tidak ada peraturan yang
memaksa

f) Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar

g) Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman

h) Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stress emosional

3) Struktur Peran

Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau


tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu

1) Peran-peran formal dalam keluarga

Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga, seperti ayah, ibu
dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Ayah sebagai
pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai
anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan sebagai
pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung keluarga, sebagai
pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau
kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai pelaku psikosoal
sesuai dengan perkembangan fisik, mental dan spiritual.

2) Peran informal dalam keluarga

Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak ke
permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk
menjaga keseimbangan keluarga.

d. Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan pola perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan


yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan posisi tertentu. Adapun
macam peranan dalam keluarga antara lain (Istiati, 2010):
1) Peran Ayah
Sebagai seorang suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, ayah berperan
sebagai kepala keluarga, pendidik, pelindung, mencari nafkah, serta pemberi
rasa aman bagi anak dan istrinya dan juga sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat di lingkungan
di mana dia tinggal.
2) Peran Ibu
Sebagai seorang istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, dimana peran ibu
sangat penting dalam keluarga antara lain sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, sebagai pelindung dari anak-anak saat ayahnya sedang tidak ada
dirumah, mengurus rumah tangga, serta dapat juga berperan sebagai pencari
1
7
nafkah. Selain itu ibu juga berperan sebagai salah satu anggota kelompok dari
peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di lingkungan di mana dia
tinggal.
3) Peran Anak
Peran anak yaitu melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial maupun spiritual

e. Fungsi keluarga
Menurut (Lisma, 2018) Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman,
M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
2) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap
ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga
dapat Membina hubungan social pada anak. Membentuk norma-norma
tingkah laku sesua dengan tingkat perkembangan anak dan menaruh nilai-nilai
budaya keluarga

1
8
3) Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga adalah meneruskan keturunan.
4) Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
f. Tahap-Tahap keluarga dan tugas perkembangan keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller dalam (Lisma,2018) , tahapan
perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 :
1) Tahap 1 Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang
memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan
keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan
menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan,
persalinan dan menjadi orangtua).
2) Tahap 2 Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu
adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab,
bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
konseling KB post partum 6 minggu.
3) Tahap 3 Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, Proses belajar dan kontrak

1
9
social) dan merencanakan kelahiran berikut nya.

2
0
4) Tahap 4 Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga
seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan
menyediakan aktifitas anak.
5) Tahap 5 Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap
remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem
peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
6) Tahap 6 Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
dalam keluarganya.
7) Tahap 7 Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak
waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai,
memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
8) Tahap 8 Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap
masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan,
dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu

2
1
2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana seseorang


perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya.
Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan keluarga (Lyer et al, 1996 dalam Setiawan 2016).

a) Penjajakan tahap 1
Data data yang dikumpulkan pada penjajakan tahap 1 antara lain,

1) Data umum,

2) Riwayat dan tahapan perkembangan,

3) Lingkungan,

4) Struktur keluarga, fungsi keluarga, stres dan koping keluarga,

5) Pemeriksaan fisik,

6) Harapan keluarga.

b)Penjajakan tahap II

Pengkajian yang tergolong ke dalam pengumpulan data yang berkaitan


dengan ketidak mampuan atau ketidak sanggupan keluarga dalam
menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan keluarga. Adapun ketidak mampuan keluarga atau
ketidaksanggupan keluarga antara lain, ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan, ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan,
ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga, ketidak mampuan
keluarga memodifikasi lingkungan, ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan.

1
22
E. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti
tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran
tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang
mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011).
Menurut SDKI (2017) diagnose yang dapat muncul pada klien gout arthritis
adalah:
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
b)Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
c) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
d)Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
(D.0074).
e) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan
(peradangan kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).
f) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D. 0055).

F. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan


yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien. (Iqbal dkk, 2011).
Tabel Perencanaan pada klien Gout arhtritis
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1.1 Lakukan
berhubungan asuhan keperawatan pengkajian nyeri
dengan agen diharapkan nyeri secara
cedera hilang atau terkontrol komprehensif

1
23
biologis dengan kriteria hasil : termasuk lokasi,
(D.0077). 1. Melaporkan karakteristik,
Bahwa Nyeri durasi, frekuensi
Berkurang dan kualitas
Dengan nyeri.
Mengguna Kan 1.2 Pantau kadar
Manajemen asam urat.
Nyeri. 1.3 Observasi reaksi
2. Mampu Mengenali nonverbal dari
Nyeri (Skala, ketidaknyaman.
Intensitas, 1.4 Ajarkan teknik
Frekuensi Dan non farmakologi
Tanda Nyeri). rileksasi napas
3. Menyatakan dalam.
Rasa Nyaman 1.5 Posisikan klien
Setelah Nyeri agar merasa
Berkurang. nyaman,
misalnya sendi
yang nyeri
diistarahatkan
dan diberikan
bantalan.Kalobor
asi dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri yang tidak
berhasil.

2. Gangguan Setelah dilakukan 2.1. Monitor ttv sebelum


asuhan keperawatan
mobilitas dan sesudah Latihan
diharapkan klien mampu
fisik
melakukan rentan gerak 2.2. Kaji tingkat mobilisasi

1
24
berhubungan aktif dan ambulasi Klien
dengan nyeri secara perlahan dengan
2.3 Bantu klien untuk
kriteria hasil :
persendian
1. Klien meningkat melakukan rentan gerak
(D.0054).
dalam aktivitas fisik aktif maupun pasif pada
2. Mengerti tujun dari sendi
peningkatan 2.4 Lakukan ambulansi
mobilisasi dengan alat bantu
3. Memperagakan 2.5 Latih klien dalam
penggunaan alat pemenuhan kebutuhan
bantu ADL secara mandiri sesuai
kemampuan
2.6 Motivasi klien untuk
meningkatkan Kembali
aktivitas yang normal

G. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan


perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Asmadi, 2008)

1
25
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kasus
Seorang perawat mengunjungi keluarga didapatkan data sepasang suami istri lansia
Tn. J dan Ny. S tinggal berdua karena 3 orang anaknya sudah menikah dan sudah
memiliki rumah masing-masing. Hasil pengkajian Ny. S menderita gout dan gastritis.
Ny. S (63 tahun) mengatakan menderita penyakit Gout sejak 1 tahun yang lalu, Ny. S
mengatakan penyakit gout adalah penyakit nyeri sendi, klien mengatakan tidak tahu
penyebab gout. Ny. S mengatakan gejala penyakit Gout adalah nyeri pada sendi kaki
dan tangan, karena gejala tersebut yang sering dirasakan Ny. S Saat dikaji Ny. S
mengatakan nyeri pada kaki, skala nyeri 6 sehingga sulit untuk berjalan. Hasil
pemeriksaan asam urat 8.4 mg/dl. Ny. S mengatakan tidak tahu penyakit yang
dialami oleh kedua orang tuanya karena sudah meninggal. Hasil pemeriksaan TTV:
Ny. S TD: 120/80mmHg, Nadi: 82x/ menit, RR: 20x/ menit, S: 36ᴼC, TB: 150cm,
BB: 60 kg, kaki Ny. S tampak kemerahan dan bengkak. Ny. S mengatakan tidak tahu
jika penyakit gout tidak diatasi. Ny. S merasa penyakitnya perlu diobati secara
teratur, Ny. S merasa takut akan penyakitnya dan ingin cepat sembuh sehingga
mengikuti aturan-aturan untuk rajin berobat dan kontrol. Ny. S merasa takut akan
akibat lanjut dari penyakit gout. Ny. S merasakan petugas kesehatan di puskesmas
banyak membantu menambah wawasan tentang penyakitnya.

Ny. S tidak mengetahui makanan pantangan untuk penyakit asam urat, Ny. S sering
makan sayur asam dan emping. Ny. S belum mengerti makanan yang diperbolehkan
dan tidak diperbolehkan. Ny. S pernah mendengar dari tetangga bahwa untuk
mencegah penyakit gout dapat minum obat tradisional seperti daun seledri dan daun
alpukat sudah dicoba, tetapi belum mengenal lebih jauh buah atau sayur lainnya yang
dapat membantu mengurangi rasa nyeri. Ny. S tidak minum obat pereda nyeri, bila
nyeri timbul Ny. S mengoleskan counterpain pada sendi kaki yang terasa nyeri.
Keluarga menjaga agar tidak berantakan dan kotor, seperti keluarga selalu menata
rapi barang-barang, menyapu dan mengepel rumahnya setiap hari serta

1
26
membersihkan kamar mandi setiap hari. Ny. S sering naik turun tangga untuk
menjemur pakaian namun Ny. S naik tangga harus berhati-hati agar tidak terjadi
injury dan cedera.

Di lingkungan keluarga Tn. J dan Ny. S terdapat fasilitas kesehatan seperti puskesmas
Pondok Labu, klinik Pertiwi dan rumah sakit Prikasih yang dapat ditempuh dengan
berjalan kaki, menggunakan sepeda motor dan angkutan umum, keluarga sudah
memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut yaitu jika sakit ke klinik Pertiwi dan rumah
sakit Prikasih dari pada puskesmas karena puskesmas letaknya lebih jauh dari rumah.
Namun Ny.S jarang periksa ke puskesmas untuk mengobati penyakit gout yang
dirasakannya.

Ny. S mengatakan selain Gout dirinya juga menderita gastritis sudah sejak lama,
namun lupa sudah berapa tahun. Ny. S mengatakan Gastritis adalah penyakit maag
disebabkan karena telat makan dan makanan pedas. Ny. S mengatakan maagnya telat
makan dan gejala yang diketahui adalah nyeri ulu hati, mual, dan muntah karena
gejala tersebut yang sering dirasakan apabila kambuh. Saat ini Ny. S sedang tidak ada
keluhan gastritis. Ny. S mengatakan tidak tahu akibat lanjut jika penyakit maag tidak
diatasi. Ny. S mengatakan tidak tahu cara mengatasi gastritis, yang Ny.S ketahui
adalah makan harus teratur dan tidak boleh telat makan. Keluarga mengatakan tidak
tahu jenis makanan apa saja yang diperbolehkan untuk penderita gastritis. Ny.S
mengatakan suka minum air kunyit untuk mengatasi gastritis. Ny.S mengatakan
pernah kontrol ke Puskesmas Kelurahan Pondok Labu dan mendapatkan obat untuk
mengatasi maagnya namun sekarang sudah tidak pernah kontrol lagi. Nn. Y
mengatakan suka minum obat promaag yang dibeli di warung untuk mengurangi
keluhannya atau minum air kunyit.

RAPIKAN KEMBALI SISTEMATIKA PENULISANNYA


B. Asuhan Keperawatan pasien dengan artritis gout
1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Selasa, 21 September 2021
a. Data Dasar Keluarga.
1) Nama Kepala Keluarga (KK) : Jumaidi

1
27
2) U s i a : 63 th
3) Pendidikan : SMA/SLTA
4) Pekerjaan : Pegawai Swasta
5) Alamat / No.Telp : Jl. Pondok Labu rt 001/ rw 004
cilandak barat No tlp 0812345678
6) Komposisi Keluarga : Kepala Keluarga
Hubungan Pendid
No Nama Kelamin TTL/Umur Pekerjaan
dengan KK ikan
1 Jumaidi Laki-laki Kepala 1 Januari 1958 SMA Pegawai
Keluarga Swasta
b. Salsa Perempuan Istri 17 Agustus 1958 SMA Ibu rumah
tangga

6) Genogram : (Tiga generasi


Tn. H (80 th.
Tn. K (87 th. Sakit tua) Ny. L (70 th. Sakit tua) Ny. Y (77 th. Sakit tua)
Sakit tua)

Ny. S (63 th. Gout


artritis dan gastritis)

Tn. U (73 th) Tn. O (68 th)

Ny. A (60 th)

Tn. J (63 th)

Ny. D (35 th) Tn. A (38 th) Tn. S (35 Ny. R Ny. F Tn. K (30 th)
th) (34 th) (30 th)
Keterangan :

= Laki- laki ------ = Tinggal serumah

= Perempuan = Meninggal

= Klien

1
28
7) Tipe Keluarga :

= keluarga inti = Keluarga besar = Janda/duda

√ = lain-lain aging couple

Tipe keluarga Ny. S dan Tn. J adalah aging couple dimana suatu keluarga
dimana suami dan istri tinggal berdua di rumah , sedangkan anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/menikah/meniti karier.

8) Suku Bangsa :
Ny S dan Tn J merupakan suku Betawi. Bahasa yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari Bahasa Indonesia. Tetangga Ny S dan Tn J mayoritas
suku Betawi. Ny S lebih suka masak makanan khas Betawi, saat makan bersama
mereka lebih suka duudk dilantai.

9) A g a m a : Islam
Ny S dan Tn J beragama islam dan menjalankan sholat 5 waktu secara
berjamaah

10) Status Sosial Ekonomi Keluarga :


Ny. S dan Tn. J sudah tidak bekerja lagi sehingga untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari mereka diberi oleh ketiga anaknya. Masing-masing anaknya
memberi Rp.1.000.000/bulan jadi pendapatan yang didapat oleh Tn. J Rp.
3.000.000/bulan. Tn. J mempunyai tabungan dari dana pension nya. Semua
keuangan dikelola oleh Ny. S.
Penghasilan dan pengeluaran .
a) Total pendapatan keluarga perbulan :
( ) dibawah Rp 600.000,-
( ) Rp 600.000,- s/d Rp 1.000.000,-

1
29
( ) Rp 1.000.000,- s/d Rp 2.000.000,-
(√ ) diatas dari Rp 2.000.000,-
b) Apakah penghasilan keluarga mencukupi untuk biaya sehari-hari
( √ ) Ya ( ) Tidak
Bila tidak apa yang dilakukan keluarga…………………………………
c) Apakah keluarga mempunyai tabungan
( √ ) Ya ( ) Tidak
d) Apakah ada angggota keluarga yang membantu keuangan keluarga
( √ ) Ada ( ) Tidak
Bila ada siapa…………………………………….
e) Siapa yang mengelola keuangan dalam keluarga
( ) Ayah ( √ ) Ibu ( ) lain-lain
11) Aktivitas Rekreasi Keluarga :
a) Kebiasaan rekreasi keluarga
( ) tidak tentu ( ) 1 kali sebulan
( ) 2 kali sebulan ( ) 3 kali sebulan
( √ ) Lain-lain sebutkan : setiap pagi di taman
b) Penggunaan waktu senggang
( √ ) Nonton TV ( ) Mendengarkan radio
( ) Membaca ( ) Nonton bioskop
( ) Lain-lain sebutkan…………………….

12) Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga.


a) Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Saat ini Ny S hanya tinggal berdua bersama suaminya di rumah. Ketiga
anaknya -sudah menikah dan tinggal di rumahnya masing-masing.

b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :


Tidak ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga Ny S.
sedangkan tugas keluarga yang belum optimal di capai sampai saat ini
adalah merawat Kesehatan keluarga dimana Ny S menderita asam urat

1
30
(Gout Arthritis) dan asam lambung (Gastritis) yang memerlukan perawatan
dan perhatian khusus.

13) Riwayat keluarga inti :


Keluarga Ny. S tidak ada yang memiliki penyakit mental dan kecacatan fisik.
Hingga saat ini hanya Ny S menderita asam urat (Gout Arthritis) dan asam
lambung (Gastritis).
14) Riwayat keluarga sebelumnya :
Ny S menderita asam urat (Gout Arthritis) selama 1 tahun. Kedua orang tua Ny.
S dan Tn. J telah meninggal dunia. Ny. S tidak tahu penyebab pasti kedua orang
tuanya. Yang Ny. S dan Tn. J tahu mereka meninggal karena penyakit tua

b. Lingkungan
1) Perumahan :
Jenis rumah tinggal Ny. S adalah permanen dengan luas bangunan 300 M dan
luas pekarangan 20 M. Status rumah mereka adalah milik pribadi dengan atap
yang digunakan terbuat dari genteng. Terdapat ventilasi rumah dengan luas
<10% luas lantai. Pada siang hari, sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah.
Penerangan dalam rumah tersebut menggunakan listrik. Lantai yang digunakan
ubin dan kondisi rumah bersih tidak berdebu.
a) Jenis rumah
( √ ) Permanen
( ) Semi permanen
( ) Non permanen
b) Luas Bangunan 300 M
c) Luas Pekarangan 20 M
d) Status rumah
( √ ) Milik pribadi ( ) Kontrakkan ( ) Sewa bulanan
( ) Lain-lain
e) Atap rumah
( √ ) Genteng ( ) Seng /asbes ( ) Sirap/atap

1
31
( ) Lain-lain
f) Ventilasi rumah
( √ ) Ada ( ) Tidak ada
g) Bila ada berapa luasnya
( ) > 10 % luas lantai ( √ ) < 10 % luas lantai
h) Apakah cahaya dapat masuk rumah pada siang hari
( √ ) Ya ( ) Tidak
i) Penerangan
( √ ) Listrik ( ) Petromak ( ) Lampu temple
( ) Lain-lain
j) Lantai
( ) Keramik ( √ ) Ubin ( ) Plester
( ) papan ( ) Tanah
k) Bagaimana kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan
( √ ) Bersih ( ) Berdebu ( ) Sampah bertebaran
( ) Banyak lalat ( ) Banyak lawa-lawa ( ) Lain-lain

2) Denah rumah

Kamar Dapur

Toilet
Ruang
Kamar
Tamu

Pintu Kamar

Teras

3) Pengolahan sampah
Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah mandiri di dekat teras rumah.
Jika sampah sudah penuh di pembuangan, petugas sampah di lingkungan RT
mengambilnya di rumah Tn. J.

1
32
a) Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah
( √ ) Ya ( ) Tidak
Bila ya : terbuka/tertutup
b) Bagaimana cara pengolahan sampah rumah tangga
( ) Dibuang kesungai/got ( √ ) Diambil petugas ( ) Ditimbun
( ) Dibakar ( ) Lain-lain

4) Sumber Air.
Sumber air yang digunakan oleh keluarga berasal dari pompa listrik dan sumber
air minum yang digunakannya adalah air isi ulang
a) Sumber air yang digunakan oleh keluarga
( ) Sumur gali ( √ ) Pompa listrik ( ) Pompa tangan
( ) PAM ( ) Sungai ( ) Membeli
( ) Lain-lain
b) Sumber air minum yang digunakan oleh keluarga
( ) Sumur gali ( ) Pompa listrik ( ) Pompa tangan
( ) PAM ( ) Sungai ( √ ) Air isi ulang

5) Jamban Keluarga
Untuk memenuhin kebutuhan eliminasi keluarga menggunakan WC duduk di
rumahnya. Jarak antara sumber air dengan tempat penampungan tinja >10 meter
a) Apakah keluarga mempunyai W.C. sendiri
( √ ) Ya ( ) Tidak
Bila tidak dimana tempat BAB keluarga……………………………….
b) Bila ya apa jenis jamban keluarga.
( √ ) Leher angsa ( ) Cemplung ( ) Lain-lain………
c) Berapa jarak antara sumber air dengan tempat penampungan tinja?
( ) < 10 meter ( √ ) > 10 meter

6) Pembuangan Air Limbah


Apakah keluarga mempunyai saluran pembuangan air limbah (air kotor) ?

1
33
( √ ) YA, bagaimana kondisinya = tidak ada sumbatan
Kemana pembuangannya = selokan
( ) Tidak, dimana pembuangannya………………………………………

7) Fasilitas sosial dan Fasilitas Kesehatan.


a) Adakah perkumpulan sosial dalam kegiatan dimasyarakat setempat?
( ) Tidak ( √ ) Ada, apa jenisnya = pengajian
b) Adakah fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat?
( ) Tidak
( √ ) Ada, apa jenisnya = klinik pertiwi dan rumah sakit prikasih
c) Apakah keluarga memanfaaatkan fasilitas kesehatan tersebut ?
( √ ) Ya
( ) Tidak, apa alasannya………………………………………….
d) Apakah fasilitas kesehatan yang ada dapat terjangkau oleh keluarga dengan
kendaraan umum?
( √ ) Bila ya dengan kendaraan apa = motor dan angkutan umum
( ) Bila tidak bagaimana cara mengatasinya……………………………
8) Karakteristik tetangga dan komunitas :
sebagaian besar tentangga Ny S sebagai buruh pabrik dan pedagang. Ny S
mengatakan hubungan dengan tetangganya sering berkomunikasi. Ny. S
mengatakan aktif mengikuti kegiatan di desanya setiap kali ada pengajian
mingguan Ny. S selalu ikut.
9) Mobilitas geografis keluarga :
Ny S dan Tn J sudah tinggal bersama di rumah ini selama 37 tahun dan tidak
ada riwayat pindah rumah.

10) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :


Tn J mengikuti pengajian di lingkungan RT rumahnya sedangkan Ny S
mengikuti arisan keluarga dan juga arisan ibu-ibu di lingkungan RT.

11) Sistem pendukung keluarga

1
34
Saat keluarga Ny. S dan Tn. J membutuhkan bantuan, keluarga besar mereka
membantunya dengan berupa tenaga ataupun materi. Tetangga atau teman
sekitarnya juga turut membantunya karena Ny. S dan Tn. J hidup di lingkungan
supportif

c. Struktur Keluarga.
1) Pola komunikasi keluarga :
Jika ada permasalahan dalam keluaraga Tn J langsung menceritakan pada
anggota keluarga yang lain. Bahasa yang digunakan sehari-hari dalam keluarga
Ny. S adalah Bahasa Indonesia. Tn. J dan Ny. S selalu jadi pendengar yang baik
Ketika ketiga anaknya bercerita dengan mereka. Ketiga anaknya selalu
menghubungi mereka melalui sambungan telepon dan setiap 3 hari sekali selalu
mengunjungi rumah orangtua nya

2) Struktur kekuatan keluarga :


Setelah keluarga bermusyawarah Tn J sebagai kepala keluarga yang mengambil
keputusan. Setiap kali ada kepentingan dalam anggaran kebutuhan Ny. S yang
mengelolanya. Tn. J dan Ny.S selalu mengajarkan kedisiplinan kepada ketiga
anaknya dari kecil

3) Struktur peran :
Ny. S berperan sebagai layaknya ibu rumah tangga yaitu mengurus keluarga dan
juga rumah. Tn J berperan sebagai kepala keluarga yaitu mengambil keputusan.

4) Nilai dan norma budaya :


Peraturan yang diterapkan dirumah oleh Ny S dan Tn J adalah ramah kepada
tetangga sekitarr rumah, menghargai perbedaan suku, ras dan agama.

d. Fungsi Keluarga.
1) Fungsi Afektif :

1
35
Keluarga Ny S dan Tn J adalah keluarga yang sederhana dalam menggapai suatu
tujuan selalu mendapat dukungan dari anggota keluarga yang lain. Ny. S akan
merasakan ada hal yang beda dari anaknya Ketika anaknya sedang dalam
masalah. Ketiga anaknya sangat memberi perhatian penuh terhadap kedua orang
tua nya begitupun pada Tn. J dan Ny.S yang tidak pernah membeda-bedakan
ketiga anaknya

2) Fungsi sosialisasi :
Ny S dan Tn J tidak memilih teman dalam bersosialisasi begitupun dalam
mengajarkan ketiga anaknya untuk tidak memandang bulu untuk bersosialisasi di
lingkungannya. Selain itu, Ny. S dan Tn. J juga memberi contoh untuk selalu
memberi apresiasi pada ketiga anaknya Ketika berhasil melakukan sesuatu dan
saling menghargai atau menghormati budaya yang lain yang dianut temannya

3) Fungsi reproduksi:
Ny S sudah tidak mengalami mentruasi sejak umur 60 th.

e. Stress dan Koping Keluarga


1) Stresor jangka pendek :
Ny. S mengatakan tidak tahu akibat lanjut jika penyakit maag tidak diatasi. Ny. S
mengatakan tidak tahu cara mengatasi gastritis
2) Stressor jangka panjang :
Ny. S khawatir sudah 1 tahun ia menderita asam urat dan tak kunjung sembuh
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah :
Keluarga Ny S sudah bisa beradaptasi dengan penyakit yang dirasakan dengan
mengoleskan counterpain pada daerah yang nyeri tanpa minum obat pereda
nyeri.
4) Strategi koping yang digunakan :
Keluarga Tn J mengatakan apabila menghadapi masalah dapat menyelesaikan
dengan musyawarah dan juga meminta pendapat kepada anak-anaknya.
5) Strategi adaptasi disfungsional :

1
36
Setiap ada masalah Ny S dan Tn J selalu terbuka dan memberi respon yang
positif

f. Pemeriksaan fisik
No Sistem Tn. J Ny. S
1. TTV, TB, BB TD:130/80 mmhg TD:120/80 mmhg
N:80x/ Mnt N:82x/ Mnt
RR: 20x/mnt RR: 20x/mnt
S: 36°C S: 36°C
TB: 160 cm TB: 150 cm
BB: 61 kg BB: 60 kg
2. Kepala/rambut Bersih, tidak ada ketombe Rambut ikal, bersih & tidak
ada ketombe
3. Mata Konjungtiva merah muda, Konjungtiva merah muda,
Respon pupil normal respon pupil normal
4. Telinga Bersih tidak ada serumen Bersih tidak ada serumen
5. Hidung Bersih tidak ada sumbatan Bersih tidak ada sumbatan
6. Mulut Bersih, lembab, warna Bersih, lembab, warna bibir
bibir merah muda merah muda
7. Leher Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
8. Dada/thorax Simetris, suara paru Simetris, suara paru normal
normal vesikuler vesikuler
9. Abdomen Bising usus normal 8x/ Bising usus normal 10x/
menit menit, ada nyeri tekan di ulu
hati,
10. Ekstremitas Simetris, dapat digerakan Simestris, Ketika digerakan
atas dengan baik terasa nyeri di sendi tangan
11. Ekstremitas Simetris, dapat digerakan Simetris, Ketika digerakan
bawah dengan baik terasa nyeri di bagian sendi
kaki. Kaki tampak kemerahan
12. Kulit Bersih, lembab,tidak ada Bersih, lembab, tidak ada
alergi alergi
13. Lain-lain Tidak ada Klien merasakan mual dan
muntah saat maagh nya
kambuh
14 Kesimpulan Tidak ada penyakit yang Mengalami gastritis dan
diderita artritis gout

1
37
g. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga
Harapan Ny S ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan akan mengikuti aturan-aturan
untuk rajin berobat dan kontrol di fasilitas kesehatan yang ada.

h. Fungsi Perawatan Kesehatan ( Penjajagan tahap II)


1. Masalah Kesehatan Gout pada Ny.S
a) Mengenal Masalah
Ny. S mengatakan mengetahui bahwa ia menderita penyakit asam urat sejak
± 1 tahun. Ny. S mengatakan penyakit gout adalah penyakit nyeri sendi,
klien mengatakan tidak tahu penyebab gout. Ny. S mengatakan gejala
penyakit Gout adalah nyeri pada sendi kaki dan tangan, karena gejala
tersebut yang sering dirasakan Ny. S. Ny. S mengatakan nyeri pada kaki,
skala nyeri 6 sehingga sulit untuk berjalan. Hasil pemeriksaan asam urat 8.4
mg/dl. Saat dilakukan pengkajian di dapatkan TD: 120/80 mmHg, N:
82x/menit, RR: 20x/menit, S: 36°C, TB: 150cm, BB: 60 kg, kaki Ny. S
tampak kemerahan dan bengkak.
b) Mengambil Keputusan
Ny. S mengatakan tidak tahu jika penyakit gout tidak diatasi. Ny. S merasa
penyakitnya perlu diobati secara teratur, Ny. S merasa takut akan
penyakitnya dan ingin cepat sembuh sehingga mengikuti aturan-aturan untuk
rajin berobat dan kontrol. Ny. S merasa takut akan akibat lanjut dari penyakit
gout.
c) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Ny. S tidak mengetahui makanan pantangan untuk penyakit asam urat, Ny. S
sering makan sayur asam dan emping. Ny. S belum mengerti makanan yang
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Ny. S tidak minum obat pereda
nyeri, bila nyeri timbul Ny. S mengoleskan counterpain pada sendi kaki yang
terasa nyeri.
d) Memodifikasi Lingkungan
Ny. S mengatakan pernah mendengar dari tetangga bahwa untuk mencegah
penyakit gout dapat minum obat tradisional seperti daun seledri dan daun

1
38
alpukat sudah dicoba, tetapi belum mengenal lebih jauh buah atau sayur
lainnya yang dapat membantu mengurangi rasa nyeri. Keluarga menjaga
agar tidak berantakan dan kotor, seperti keluarga selalu menata rapi barang-
barang, menyapu dan mengepel rumahnya setiap hari serta membersihkan
kamar mandi setiap hari. Ny. S sering naik turun tangga untuk menjemur
pakaian namun Ny. S naik tangga harus berhati-hati agar tidak terjadi injury
dan cedera.

e) Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan


Keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan jika sakit, namun Ny S
jarang periksa ke RS atau klinik untuk mengobati penyakitnya. Fasilitas
kesehatan yang terjangkau oleh keluarga yaitu klinik pertiwi dan RS
prikasih. Namun Ny.S jarang periksa ke puskesmas untuk mengobati
penyakit gout yang dirasakannya..

2. Masalah Kesehatan Gastritis pada Ny.S


a) Mengenal Masalah
Ny.s menderita gastritis sudah sejak lama namun pengetahuan keluarga tentang
gastritis masih kurang serta belum melakukan perawatan gastritis sesuai anjuran.
Ny. S tidak tahu penyebab pasti gastritis, yang ia tahu hal itu terjadi karena telat
makan dan makan pedas. Gejala gastritis yang Ny. S ketahui adalah nyeri ulu hati,
mual, muntah karena gejala tersebut sering dirasakan Ny. S. setiap kali hal itu
terjadi Ny. S hanya mengkonsumsi obat warung promaag dan minum air kunyit
untuk mengatasinya

b) Mengambil Keputusan
Ny. S mengatakan tidak tahu sudah berapa lama menderita gastritis. Ny. S
merasa penyakitnya perlu diobati secara teratur, Ny. S merasa takut akan
penyakitnya dan ingin cepat sembuh sehingga mengikuti aturan-aturan untuk
rajin berobat dan kontrol. Ny. S merasa takut akan akibat lanjut dari penyakit
gastritis.

1
39
c) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Ny. S tidak tahu akibat lanjut bila penyakit gastritis tidak diatasi. Keluarga
Ny. S mengatakan tidak tahu jenis makanan apa saja yang diperbolehkan
oleh penderita gastritis

d) Memodifikasi Lingkungan

e) Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan


SILAKAN ISI DATANYA DENGAN HASIL PENJAJAKAN GASTRITIS
SESUAI DENGAN KASUSNYA. LIHAT KOREKSI SAYA DI PENJAJAKAN
TAHAP 2 MASALAH GOUT

8. Analisa Data
Data Fokus Diagnosa Keperawatan
DS: Nyeri kronik pada keluarga Tn. J
1. Ny S mengatakan khususnya pada Ny. S dengan
a. mengetahui bahwa ia menderita masalah gout arthritis
penyakit asam urat sejak ± 1 tahun,
mengetahui asam urat tetapi tidak
terlalu paham (D.0078)
b. Keluhan panas pada daerah
persendian dan kulut kemerahan
pada sendi
c. Merasakan nyeri pada persendian
dengan skala 6 dan sulit untuk
berjalan
d. Keluarga tidak mempunyai penyakit
asam urat
e. Tidak tau akibat lanjut dari asam
urat
f. Belum mengetahui makanan yang
diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan untuk penderita asam
urat
g. Masih mengkonsumsi sayur asam
dan emping
h. Jika merasakan nyeri hanya
mengoleskan counterpain
i. rumahnya tidak bernatakan dan

1
40
Data Fokus Diagnosa Keperawatan
kotor, seperti keluarga selalu
menata rapih barang-barang,
menyapu dan mengepel rumahnya
setiap hari serta membersihkan
kamar mandi setiap hari
j. jika menjemur pakaian harus naik
dan turun tangga
k. pernah minum obat tradisional
seperti daun seledri dan daun
alpukat, tp belum mengenal lebih
jauh buah atau sayur lainnya yang
dapat mengurangi rasa nyeri
l. jarang periksa ke puskesmas untuk
mengobati penyakit gout yang
dirasakannya.

DO:
1. TD: 120/80 mmHg, N: 82x/menit, RR:
20x/menit, S: 36°C, TB: 150cm, BB:
60 kg
2. Hasil pemeriksaan asam urat 8 mg/dl
3. kaki Ny. S tampak kemerahan dan
bengkak
4. lingkungan rumah Ny. S bersih namun
Ny. S harus turun dan naik tangga
ketika ingin menjemur pakaian
SILAKAN SESUAIKAN LAGI
DATANYA DENGAN PENJAJAKAN
TAHAP 2 DI ATAS YANG SUDAH
SAYA KOREKSI
DS: Defisit pengetahuan keluarga pada
1. Ny. S menderita gastritis sudah sejak keluarga Tn. J khususnya Ny. S
lama, namun lupa sudah berapa tahun. dengan masalah gastritis
Ny. S mengatakan Gastritis adalah
penyakit maag disebabkan karena telat (D.0111)
makan dan makanan pedas.
2. Ny. S mengatakan maagnya telat
makan dan gejala yang diketahui
adalah nyeri ulu hati, mual, dan
muntah karena gejala tersebut yang
sering dirasakan apabila kambuh. Saat
ini Ny. S sedang tidak ada keluhan
gastritis.
3. Ny. S mengatakan tidak tahu akibat
lanjut jika penyakit maag tidak diatas

1
41
Data Fokus Diagnosa Keperawatan
4. Ny. S mengatakan tidak tahu cara
mengatasi gastritis, yang diketahui
adalah harus makan teratur dan tidak
boleh telat makan
5. keluarga tidak memiliki penyakit
gastritis
6. keluarga tidak tahu jenis makanan apa
saja yang diperbolehkan untuk
penderita gastritis
7. Ny. S mengatakan suka minum air
kunyit untuk mengatasi gastritis
8. Ny. S mengatakan pernah kontrol ke
puskesmas kelurahan pondok labu
untuk mengatasi maagnya namun
sekarang sudah tidak pernah kontrol
lagi , hanya meminum air kunyit

DO:
1. Terdapat obat promaag di rumah
pasien
2. Tidak terdapat nyeri tekan pada
epigastric

9. Penapisan Masalah
a. Diagnosa Keperawatan : Nyeri kronik pada keluarga Tn. J khususnya pada
Ny. S dengan masalah gout arthritis (D.0078)
No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah: 1 3/3×1= 1 Sifat masalah aktual ditandai dengan
Sejahtera = 3 Ny. S menderita penyakit asam urat sejak
Aktual = 3 ± 1 tahun yang lalu saat dilakukan
Resiko = 2 pengkajian Ny. S sedang mengeluh nyeri
Krisis = 1 pada bagian sendi kaki dan tangan seperti
tertusuk dengan skala 6, keluhan timbul
saat pagi dan malam hari.
asam urat 8gr/dl. Jika masalah ini tidak
diatasi dapat menyebabkan komplikasi
lebih lanjut.

2. Kemungkinan 2 2/2×2= 2 Kemungkinan masalah untuk diubah


masalah untuk mudah diubah karena Ny. S tahu tentang
diubah: asam urat tetapi masih terlihat ragu,
Mudah = 2 dilihat dari jarak yankes tidak jauh dari
Sebagian = 1 dari rumah yaitu terdapat klinik Pertiwi
Tidak dapat = 0 dan RS Prikasih. Biaya kehidupan dan

1
42
No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
pengobatan Ny. S ditanggung oleh ketiga
anaknya yang sudah bekerja dan berumah
tangga.
3. Potensi masalah 1 3/3×1= 1 Potensi masalah untuk dicegah tinggi
untuk dicegah : karena Ny. S baru menderita penyakit 1
Tinggi = 3 tahun yang lalu, belum terjadi komplikasi,
Cukup = 2 upaya yang sudah dilakukan Ny.S yaitu
Rendah = 1 menggunakan counterpain dan minum-
minuman herbal). Berperilaku masih
makan sayur asam dan emping

4. Menonjolnya 1 1/2×1= 1/2 Menonjolnya masalah dirasakan


masalah : namun tidak segera diatasi karena saat
Mudah ny. S merasakan nyeri hanya mengoleskan
dirasakan dan obat Pereda nyeri, tidak pernah berobat
harus segera atau control ke fasyankes.
diatasi = 2
Masalah
dirasakan
namun tidak
segera diatasi =
1
Masalah tidak
dirasakan = 0

Jumlah 4 1/2

b. Diagnosa Keperawatan : Defisit pengetahuan keluarga pada keluarga Tn. J


khususnya Ny. S dengan masalah gastritis (D.0111)
No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah: 1 3/3×1= 1 Sifat masalah aktual ditandai dengan Ny.s
Sejahtera = 3 menderita gastritis sudah sejak lama namun
Aktual = 3 pengetahuan keluarga tentang gastritis
Resiko = 2 masih kurang serta belum melakukan
Krisis = 1 perawatan gastritis sesuai anjuran.

2. Kemungkinan 2 2/2×2= 2 Kemungkinan masalah untuk diubah


masalah untuk mudah diubah karena Ny. S ingin tahu
diubah: lebih lanjut tentang penyakit gastritis yang
Mudah = 2 dideritanya dan pernah periksa ke yankes
Sebagian = 1 untuk mengatasi masalah gastritisnya.
Tidak dapat = 0 Rumah Ny. S dekat dengan yankes yaitu
klinik Pertiwi dan RS Prikasih sehingga

1
43
mudah terjangkau. Biaya kehidupan dan
pengobatan Ny. S ditanggung oleh ketiga
anaknya yang sudah bekerja

3. Potensi masalah 1 2/3×1= 2/3 Potensial masalah untuk dicegah cukup


untuk dicegah : ditandai dengan Ny.S sudah menderita
Tinggi = 3 gastritis sejak lama namum belum terjadi
Cukup = 2 komplikasi dan belum ada upaya yang
Rendah = 1 dilakukan hanya minum air kunyit. Ny.S
belum melakukan pencegahan gastritis
sesuai anjuran dokter, tidak ada faktor
resiko didalam keluarga.

4. Menonjolnya 1 1/2×1= 1/2 Menonjolnya masalah dirasakan namun


masalah : tidak segera diatasi ditandai dengan Ny.S
Mudah tidak pernah minum obat sesuai anjuran
dirasakan dan dokter dan tidak kontrol ke puskesmas,
harus segera hanya minum air kunyit saat maag nya
diatasi = 2 kambuh.
Masalah
dirasakan
namun tidak
segera diatasi =
1
Masalah tidak
dirasakan = 0

Jumlah 4 1/6

1
44
DAFTAR PUSTAKA

Angriani, E., Dewi, A. P., & Novayelinda, R. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian gout arthritis masyarakat melayu. Jurnal online mahasiswa. Vol. 5,
No. 2, Hal. 685, ISSN: 2355-6846.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG.

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.

Febriyanti, T., Nubadriyah, D. W., Dewi, S. A. D. L. N. (2020). Hubungan kemampuan


pengaturan diet rendah purin dengan kadar asam urat. Jurnal ners lentera, Vol. 8,
No.
1, Hal. 73

Harnilawati. (2016). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi: Pustaka As


Salam.

Iqbal, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba
Medika.

Lisma. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Poltekes Kemenkes

Noor Helmi, Zairin. 2013. Buku Ajar Ganguan Muskuluskeletal. Jakarta : Medika
Salemba.

Nurlina, 2014. (2014). Konsep Penyakit Asam Urat, 8–37. Salemba Medika : EGC.

Soeryoko. (2011). 20 Tanaman obat paling berkhasiat penakhluk asam urat.


Yogyakarta: ANDI

TALBOTT, J. H. (1949). Diagnosis and treatment of gouty arthritis. Postgraduate


Medicine, 5(5), 386–393. https://doi.org/10.1080/00325481.1949.11693819

1
45
Putri, M. A., Firsty, L., & Krishna, P. (2013). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN ARTRITIS GOUT. 5, 31–43.

Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.


Jakarta: Buletin Jendela.

Nugroho, W. (2011). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: AGC

Susanto, Teguh. (2013). Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta:


Buku Pintar.

1
46

Anda mungkin juga menyukai