Anda di halaman 1dari 147

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

(Sistem Perkemihan)

Thomas Aquino Erjinyuare Amigo, S.Kep, Ns., M. Kep., Sp. Kep. Kom
Disusun Oleh:
Kelompok 2 dan 3

1. Yedi Kristiawan (16130144)


2. Ni Made Ria Julia Utari (16130145)
3. Toni Suni Am Natti (16130146)
4. Christine Phatalo (16130147)
5. Tri Hartati (16130142)
6. Sri Famelia Alifah (16130141)
7. Tina Selvia Muawanah (16130143)
8. Rhulistia Ananta (16130148)
9. Wayan Anggita rahayu (16130149)
10. I Kadek Adi Putra (16130150)
11. I Putu Yoga Wirantika Yasa (16130151)
12. Muhammad Sholmin (16130152)
13. Ika Suryanti (16130153)
14. Helena Dorsila Jambormias (16130156)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2019

Universitas Respati Yogyakarta 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena atas berkat dan tuntunannya
sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan GERONTIK (Sistem Perkemihan)”
ini bisa diselesaikan dengan baik.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Thomas Aquino Erjinyuare
Amigo, S.Kep, Ns., M. Kep., Sp. Kep. Kom yang telah memberikan tugas
untuk membuat makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah terlibat dalam proses
penulisannya, terlebih kepada teman–teman sekelas yang telah memotivasi penulis sehingga
makalah ini bisa diselesaikan.
Sebagai manusia yang tidak lepas dari keterbatasan kemampuan, dibarengi dengan
berbagai kesulitan dan hambatan, maka penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terhindar
dari berbagai macam kekurangan.
Dengan kekurangan yang ada penulis menyambut saran dan petunjuk yang objektif dari
semua pihak untuk menyempurnakan makalah ini. Sehubungan dengan itu melalui
kesempatan yang ini, penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya disertai
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan malakah
ini.
Harapan kiranya dengan hadirnya malakah ini, dapatlah membantu para pembaca
sekalian dalam mempelajari materi tentang Asuhan Keperawatan GERONTIK (Sistem
Perkemihan).
Tuhan Yang Maha Esa menolong dan memberkati.

Penulis

Universitas Respati Yogyakarta 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B. TUJUAN ................................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM TERKAIT .............................................. 4
B. PROSES MENUA .................................................................................................. 19
1. Definisi lansia ................................................................................................... 19
2. Klasifikasi lansia ............................................................................................... 19
3. Teori penua ....................................................................................................... 19
C. SISTEM TERKAIT ................................................................................................ 22
D. FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI FUNGSI SISTEM TERKAIT .. 26
E. KONSEKUENSI FUNGSIONAL SISTEM TERKAIT ......................................... 32
F. GANGUAN (PENYAKIT) PADA SISTEM TERKAIT ....................................... 34
1. Penyakit 1
a. Definisi
b. Etiologi
c. Manifestasi klinis
d. Patofisiologi
G. PATHWAY............................................................................................................. 47
H. ASUHAN KEPERAWATAN (Teori) .................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Respati Yogyakarta 3


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fungsi utama eliminasi urin adalah ekskresi air dan limbah kimia, seperti produk
sampingan metabolism dan farmakologis, yang akan menjadi racun jika dibiarkan
menumpuk. Ekskresiurin yang efisien tergantung pada aliran darah ginjal, aktivitas
penyaringan di dalam ginjal, berfungsinya otot saluran kemih dengan baik, dan control
system saraf atas mekanisme eliminasi sukarela dan tidak sukarela. Kontrol eliminasi urin
juga tergantung pada kemampuan rawat jalan dan sensorik dan pada faktor-faktor sosial,
emosional, kognitif, danlingkungan(Miller, 2012).

Orang dewasa tua yang sehat hanya mengalami sedikit konsekuensi fungsional yang
memengaruhi eliminasi urin, tetapi ketika ada factor risiko, konsekuensi fungsional negatif,
seperti inkontinensia urin, sering terjadi.Inkontinensia urin didefinisikan sebagai kebocoran
urin yang tidak disengaja. Faktor risiko yang penting dan yang dapat dikurangi melalui
intervensi pendidikan kesehatan adalah keyakinan keliru bahwa inkontinensia urin
merupakan bagian yang tak terhindarkan dari penuaan. Perawat memiliki banyak peluang
untuk meningkatkan kualitas hidup orang dewasa yang lebih tua dengan mengatasi faktor-
fakto rrisiko yang berkontribusi terhadap inkontinensia urin(Miller, 2012).

Ginjal bertambah berat dan massa dari lahir hingga dewasa awal, ketika jumlah nefron
yang berfungsi mulai menurun, khususnya di korteks, tempat glomeruli berada. Penurunan
ini berlanjut sepanjang hidup, menghasilkan sekitar 25% penurunan massa ginjal pada usia
80 tahun. Glomeruli yang tersisa mengalami berbagai perubahan yang lebih besar seperti
bertambahnya ukuran, lobulasi yang berkurang, dan membran basement yang menebal.
Selain itu, proporsi glomeruli sklerotik meningkat dari kurang dari 5% pada usia 40 tahun
menjadi 35% pada usia 80 tahun. Dimulai pada decade keempat, aliran darah ginjal secara
bertahap berkurang, terutama di korteks, padatingkat 10% per dekade (Miller, 2012).

Penurunan rata-rata fung siginjal 1% per tahun telah diterima secara luas sejak tahun
1970-an sebagai cirri khas penuaan yang dimulai antara usia 30 dan 40 tahun. Sebagian
besar penelitian menunjukkan bahwa penurunan fungsi ginjal secara bertahap adalah normal
perubahan terkait usia dan penurunan fungsi ginjal yang bermakna dikaitkan dengan kondisi

Universitas Respati Yogyakarta 4


patologis umum seperti hipertensi (Glassock&Winearls, 2009; Lerma, 2009. Dalam Miller,
2012).).

Demografi Penuaan

Diskusi tentang tren demografis saat ini di Amerika Serikat tak pelak lagi berfokus
pada apa yang disebut baby boomer, yang merupakan kelompok besar orang yang lahir antara
tahun 1946 dan 1964. Kelompok ini, yang terdiri sekitar 30% dari populasi pada tahun 1994,
mulai berusia 65 tahun pada 2011, dan akan membawa perubahan demografis besar.Pengaruh
tren ini dan tren populasi lainnya, seperti keragaman budaya yang lebih besar dan
peningkatan usia harapan hidup(Miller, 2012).

Statistik tentang tren yang diantisipasi didasarkan pada perkiraan tentang berbagai
faktor yang akan mempengaruhi morbiditas dan mortalitas orang-orang yang menjadi baby
boomer sekarang juga generasi yang belum lahir.Proyeksi yang paling sering dikutip adalah
berdasarkan asumsi lembaga pemerintah bahwa laju peningkatan mortalitas akan
melambat.Namun, Jaringan Riset Yayasan MacArthur pada Masyarakat Aging telah
menyimpulkan bahwa kombinasi kontrol faktor risiko perilaku dan kemajuan medis yang
memperlambat penuaan dapat menghasilkan sebanyak 7,9 tahun harapan hidup tambahan
saat lahir pada tahun 2050 ( Olshansky , Goldman, Zheng , & Rowe, 2009 dalam Miller).

lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas, berdasarkan UU No
13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Secara global populasi lansia dipediksi
terus mengalami peningkatkan. Populasi lansia di Indonesia diprediksi meningkat lebih tinggi
dari pada populasi lansia di dunia setelah tahun 2100(Miller, 2012).

Struktur again population merupakan cerminan dari semakin tingginy rata-rata usia
harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia. Tingginya UHH merupakan salah satu indikaor
keberhasilan pencapaian pembangunan nasional terutama dibidang kesehatan. Sejak tahun
2004-2015 memperlihatkan adanya peningkatan Usia Harapan Hidup di Indonesia dari 68,6
tahun menjadi 70,8 tahun dan proyeksi tahun 2030 -2035 mencapai 72,2 tahun . Adapun
sebaran penduduk lansia menurut provinsi dengan presentase lansia tertinggi adalah di
Yogyakarta (13,4%) dan terendah adalah Papua (2,8%).

Universitas Respati Yogyakarta 5


B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep teori dan asuhan keperawatan yang tepat untuk
lansia dengan gangguan sistem Genitourinaria.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi sistem Genitourinaria.
b. Mahasiswa mampu memahami proses menua.
c. Mahasiswa mampu memahami penuaan sistem Genitourinaria.
d. Mahasiswa mampu memahami faktor –faktor yang mempengaruhi fungsi
sistem Genitourinaria.
e. Mahasiswa mampu memahami konsekuensi fungsional sistem Genitourinaria.
f. Mahasiswa mampu memahami macam-macam gangguan sistem
Genitourinaria.
g. Mahasiswa mampu memahami pathway penuaan sistem Genitourinaria.
h. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan (teori) sistem
Genitourinaria.

Universitas Respati Yogyakarta 6


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI GINJAL

1. Bagian – Bagian Ginjal


a. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah
yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini banyak mengandung kapiler –
kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus
dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman
disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara
glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam
simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang
merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal(Miller,
2012).
b. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal.
Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis,
mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya
disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri
atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat
jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan
pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus
ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah
mengalami berbagai proses.
c. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong
lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis Makalah Sistem Eliminasi
Urine 6 bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks
minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk
ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih
(vesikula urinaria) (Miller, 2012).

Universitas Respati Yogyakarta 7


2. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
a. Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria
renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris
kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang
menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh
alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan
kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke
vena kava inferior.
b. Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi
untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan
dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di
atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam
hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison(Miller, 2012).

3. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit
sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat
ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik (Miller, 2012).

Universitas Respati Yogyakarta 8


4. Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam) (Miller, 2012).

5. Ginjal melakukan berbagai fungsi yang ditujukan untuk mempertahankan


homeostasis.
Ginjal, bekerja sama dengan masukan hormonal dan sarafyang mengontrol fungsinya,
adalah organ yang terutama berperan dalam mempertahankan stabilitas volume, komposisi
elektrolit, dan osmolaritas (konsentrasi zat rerlarut) CES. Dengan menyesuaikan jumlah air
dan berbagai konstituen plasma yang dipertahankan di tubuh atau dikeluarkan di urin, ginjal
dapat memperrahankan keseimbangan air dan elektrolit dalam kisaran yang sangar sempit
yang memungkinkan kehidupan, meskipun pemasukan dan pengeluaran konstituen-
konstituen ini melalui saluran lain sangat bervariasi. Ginjal tidak hanya melakukan
penyesuaian terhadap beragam asupan air (HrO), garam, dan elektrolit lain tetapi juga
menyesuaikan pengeluaran konstituen-konstituen CES ini melalui urin untuk
mengompensasi kemungkinan pengeluaran abnormal melalui keringat berlebihan, muntah,
diare, atau perdarahan. Karena ginjal melakukan tugasnya mempertahankan homeostasis
maka komposisi urin dapat sangat bervariasi.
Ketika CES mengalami kelebihan air atau elektrolit tertentu misalnya garam (NaCl)
maka ginjal dapat mengeluarkan kelebihan rersebur melalui urin. Jika terjadi defisit maka
ginjal tidak dapat menambahkan konstituen yang kurang tersebut tetapi dapat membatasi
pengeluarannya sehingga terjadi penghematan konstituen tersebut sampai yang

Universitas Respati Yogyakarta 9


bersangkutan dapat memasukkan bahan yang kurang tersebut ke dalam tubuhnya. Karena
itu, ginjal lebih efisien melakukan kompensasi terhadap kelebihan daripada kekurangan.
Pada kenyataannya, pada sebagian hal ginjal tidak dapat secara sempurna menghentikan
terbuangnya suatu bahan yang bermanfaat melalui urin, meskipun tubuh mungkin
kekurangan bahan tersebut. Contoh utama adalah kasus defisit HrO. Bahkan jika seseorang
tidak mengonsumsi HrO apapun, ginjal tetap harus mengeluarkan sekitar setengah liter HrO
melalui urin setiap hari untuk melaksanakan tugas besar lain sebagai pembersih tubuh
(Sherwood, L. 2012).

GAMBARAN SINGKAT FUNGSI GINJAL


Ginjal melakukan fungsi-fungsi spesifik berikut, yatg sebagian besar membantu
mempertahankan stabilitas lingkungan cairan internal
1. Mempertahankan keseimbangan HrO di tubuh.
2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubah yang sesuai, terutama melalui regulasi
keseimbangan 11rO. Fungsi ini penting untuk mencegah fluks-fluks osmotik
masuk atau keiuar sel, yang masing-masing dapat menyebabkan pembengkakkan
atau penciutan sel yang merugikan.
3. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk natrium (Na.),
klorida (Cl), kalium (K.), kalsium (Ca2-), ion hidrogen (H-), bikarbonat (HCO, ),
fosfat (POr3), sulfat (SO4'), dan magnesium (Mg'-). Bahkan fluktuasi kecil
konsentrasi sebagian elektrolit ini dalam CES dapat berpengaruh besar. Sebagai
contoh, perubahan konsentrasi K. CES dapat menyebabkan disfungsi jantung yang
mematikan.
4. Mempertahankan uolume plasma lang tepat, yang penting dalam pengaturan jangka
panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran regulatorik
ginjal dalam keseimbangan garam (Nat dan Cl-) dan H,O.
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh yang tepat dengan
menyesuaikan pengeluaran H. dan HCOr- di urin.
6. Mengeluarhan (mengeksbraiban) produk-produk akhir (sisa) metabolisme tubuh,
misalnya urea, asam urat, dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk maka bahan-
bahan sisa ini menjadi racun, terutama bagi otak.
7. Mengeluarkan banyak senyawa asing, misalnya obat, aditif makanan, pestisida, dan
bahan eksogen non-nutritif lain yang masuk ke tubuh.

Universitas Respati Yogyakarta 10


8. Menghasilban erinopoietin, suatu hormon yang merangsang produksi sel darah
merah.
9. Menghasilhan renin, l;rtatu hormon enzim yang memicu suatu reaksi berantai yang
penting dalam penghematan garam oieh ginjal.
10. Mengubah uitamin D menjadi bentuk aktifnya.
(Sherwood, L. 2012).

6. Ginjal membentuk urin; sistem kemih sisanya membawa urin keluar tubuh,
Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk urin-ginjal-dan struktur-struktur yang
membawa urin dari ginjal ke luar untuk dieliminasi dari tubuh (Gambar l4-la). Ginjal adalah
sepasang organ berbentuk kacang yang terletak di belakang rongga abdomen, satu di masing-
masing sisi kolumna vertebralis, sedikit di atas garis pinggang. Setiap ginjal mendapat satu
arteri renalis dan satu vena renalis, yang masingmasing masuk dan keluar ginjal di indentasi
(cekungan) medial ginjal yang menyebabkan organ ini berbentuk seperti kacang. Ginjal
bekerja pada plasma yang mengalir melaluinya untuk menghasilkan urin, menghemat bahan-
bahan yang akan dipertahankan di dalam tubuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak
diinginkan melalui urin.
Setelah terbentuk, urin mengalir ke suatu rongga pengumpul sentral, pelvis ginjal.
yang terletak di bagian tengah medial masing-masing ginjal (Gambar 14-1b). Dari sini urin
disalurkan ke dalam ureter, suaru saluran berdinding otot polos yang keluar di batas medial
dekat dengan arteri dan vena renalis. Terdapat dua ureter, satu mengangkut urin dari masing-
masing ginjal ke sebuah kandung kemih. (Sherwood, L. 2012).

7. Nefron adalah unit fungsional ginjal.


Setiap ginjal terdiri dari mikroskopik yang dikenal sekitar 1 juta unit fungsional
sebagai nefron, yang disatukan oleh jaringan ikat. Ingatlah bahwa unit fungsional adalah unit
terkecil di dalam suatu organ yang mampu melaksanakan semua fungsi organ tersebut.
Karena fungsi utama ginjal adalah menghasilkan urin dan, dalam pelaksanaannyar
mempertahankan stabilitas komposisi CES, maka nefron adalah unit terkecil yang mampu
membentuk urin.
Susunan nefron di dalam ginjal adalah sedemikian sehingga dihasilkan dua regio
berbeda-regio luar yang disebut korteks ginjal dan tampak granular dan regio dalam, medula
ginjal, yang tersusun oleh segitiga-segitiga bergaris, piramid ginjal .

Universitas Respati Yogyakarta 11


Untuk memahami perbedaan antara regio korteks dan medula ginjal dan, yang lebih
penting, untuk memahami fungsi ginjal diperlukan pengetahuan tentang susunan struktural
masing-masing nefron. Setiap nefron terdiri dari komponen uaskular dan leomponen tubular,
dan keduanya berkaitan erat secara struktural dan fungsional.
a. Komponen Vaskular Nefron
Bagian dominan komponen vaskular nefron adalah glomerulus, suatu kuntum
kapiler berbentuk bola tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut dari darah yang
melewatinya. Cairan yang telah disaring ini, yang komposisinya hampir identik
dengan plasma, kemudian mengalir melewati komponen tubular nefron, tempat
berbagai proses rranspor mengubahnya menjadi urin.
Ketika masuk ke ginjal, arteri renalis bercabang-cabang hingga akhirnya
membentuk banyak pembuluh halus yang dikenal sebagai arteriol aferen. Setiap
nefrqn mendapat satu arteriol aferen ini. Arteriol aferen mengalirkan darah ke
glomerulus. Kapiler-kapiler giomerulus kembali menyatu untuk membentuk
arteriol lain, arteriol eferen, yang dilalui oleh darah yang tidak terfiltrasi untuk
meninggalkan glomerulus menuju komponen tubular ( Gambar l4-3 dan 74-4).
Arteriol eferen adaiah satu-satunya arteriol di tubuh yang mengalirkan darah dari
kapiler. Biasanya arteriol bercabang-cabang menjadi kapiler-kapiler yang
kemudian kembali menyaru membentuk venula. Di kapiler glomerulus, tidak
terjadi ekstraksi O, atau nutrien dari darah untuk digunakan oleh jaringan ginjal
serta tidak terjadi penyerapan produk sisa dari jaringan sekitar. Karena itu, darah
arteri masuk ke kapiler glomerulus melalui arteriol aferen, dan darah arteri
meninggalkan glomerulus melalui arteriol eferen.
Arteriol eferen segera bercabang-cabang menjadi set kapiier kedua, kapiler
peritubulus, yang memasok darah ke jaringan ginjal dan penting dalam pertukaran
antara sistem tubulus dan darah sewaktu perubahan cairan fiitrasi menjadi urin.
Kapiler peritubulus ini, sesuai yang diisyaratkan oleh namanya, melilit di sekitar
sistem tubulus (peri artinya "di sekitar"). Kapiler-kapiler peritubulus menyatu
mernbentuk venula yang akhirnya mengaiirkan isinya ke vena renalis, yaitu
saluran bagi darah untuk meninggalkan ginjal.
b. Komponen Tubular Nefron
Komponen tubular nefron adalah suatu tabung berongga berisi cairan yang
dibentuk oleh satu iapisan sel epitel. Meskipun komponen ini adalah saluran
kontinyrr dari pangkalnya dekat glomerulus hingga ke ujungnya di pelvis ginjal,

Universitas Respati Yogyakarta 12


namun komponen ini dibagi menjadi berbagai segmen berdasarkan
perbedaan.,struktur dan fungsinya (Gambar 14-3 dan l4-5) . Komponen tubulus
berawal dari kapsul Bowman, suatu invaginasi berdinding rangkap yang
melingkupi glomerulus untuk mengumpulkan cairan dari kapiler glomeruius.
Dari kapsul Bowman, cairan yang difiltrasi mengalir ke dalam tubulus proksimal,
yang seluruhnya terletak di dalam korteks dan membentuk gulungan-gulungan
rapat sepanjang perjalanannya. Segmen berikutnya, ansa Henle (lengkung Henle),
membentuk lengkung berbentuk U tajam atat bairpin yang masuk ke dalam
medula giryal. Pars desendens ansa Henle masuk dari korteks ke dalam medula;
pars asendens berjalan balik ke kortela. Pars asendens kembali ke regio
glomerulus nefronnya sendiri, rempat saluran ini berjalan melewati garpu yang
dibentuk oleh arteriol aferen dan eferen. Sel-sel tubulus dan vaskular di titik ini
mengalami spesialisasi untuk membentuk aparatus jukstaglomerulus, suatu
struktur yang terletak di samping glomerulus (fuksta artinya "di samping"). Regio
khusus ini berperan penting dalam mengatur fungsi ginjal. Setelah aparatus
jukstaglomerulus, tubulus kembali membeptuk kumparan erat menjadi tubulus
distal, yang juga seluruhnya berada di dalam korteks. Tirbulus distal mengalirkan
isinya ke dalam duktus atau tubulus koligentes, dengan masing-masing duktus
menerima cairan dari hingga delapan nefron berbeda. Setiap duktus koligentes
berjalan ke dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (sekarang berubah
menjadi urin) ke dalam pelvis ginjal.
c. Nefron Korteks Dan Jukstamedula
Dua jenis nefron-nefon korteks dan nefon jukstameduladibedakan oleh letak dan
panjang dari sebagian strukturnya (Gambar 14-5). Semua nefron berasal dari
korteks, tetapi glomerulus pada nefron kortels terletak di lapisan luar korteks,
sedangkan glomerulus pada nefron jukstamedula terletak di lapisan dalam korteks,
di samping medula. (Perhatikan perbedaan antara nefron juhstamedula dan
aparatus jukstaghmerulzs). Keberadaan semua glomerulus dan kapsul Bowman
terkaitnya di korteks menjadi penyebab bagian ini tampak granular. Kedua tipe
nefron ini paling berbeda di bagian ansa Henle. Lengkung tajam di nefronnefron
korteks hanya sedikit masuk ke medula. Sebaliknya, lengkung nefron
jukstarnedula masuk ke seiuruh kedalaman medula. Selain itu, kapiler peritubulus
nefron jukstarnedula membentuk lengkung vaskular yang dikenal sebagai vasa
rekta ('pembuluh lurus"), yang berjalan merapat ke lengkung panjang Henle. Di

Universitas Respati Yogyakarta 13


nefron korteks, kapiler peritubulus tidak membentuk vasa rekra tetapi melingkari
lengkung pendek Henle nefron tersebut. Sewaktu berjalan rnelalui medula, duktus
koligentes nefron korteks dan nefron jukstameduia berjalan sejajar dengan pars
asendens dan desendens iengkung panjang Henle nefron jukstamedula dan vasa
rekta. Susunan paralel tubulus dan pembuluh di medula menciptakan daerah-
daerah dengan gambaran bergaris-garis. Yang lebih penting, seperti yang anda
akan lihat, susunan ini-disertai oleh karakteristik permeabilitas dan transpor
lengkung panjang Henle dan vasa rekta-berperan kunci dalam kemampuan ginjal
menghasilkan urin dengan konsentrasi beragam, bergantung pada kebutuhan
tubuh. Sekitar 807o dari nefron pada manusia adalah tipe korteks. Spesies dengan
kemampuan memekatkan urin manusia, misalnya tikus gurun, jukstamedula yang
lebih banyak. yang lebih besar daripada memiliki proporsi nefron.
8. Tiga proses dasar di ginjal adalah filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi
tubulus.
Tiga proses dasar yang terlibat dalam pembentukan urin: fltrasi g/omerulus, reabsorpsi
tubulus, dan seleresi tubulus. Untuk mempermudah visualisasi tentang hubungan antara
proses-proses di ginjal ini, ada baiknya nefron "diuraikan' secara skematis,
a. Filtrasi Glomerulus
Sewaktu darah mengalifmelalui glomerulus, plasma bebasprotein tersaring
melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Dalam keadaan normal,
2070 plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses ini, dikenal sebagai
ffltrasi glomerulus, adalah langkah pertama dalam pembentukan urin. Secara
rerata, 725 ml filtrat glomerulus (cairan yang difiltrasi) terbentuk secara kolektif
dari seluruh glomerulus setiap menit. Jumlah ini sama dengan 180 liter (sekitar
47,5 galon) setiap hari. Dengan memperrimbangkan bahwa volume rerara plasma
pada orang dewasa adalah 2,75 liter, maka ha1 ini berarti bahwa ginjal menyaring
keseluruhan volume plasma sekitar 65 kali sehari. Jika semua yang difiltrasi
keluar sebagai urin, semua plasma akan menjadi urin dalam waktu kurang dari
setengah jam! Namun, hal ini tidak terjadi karena tubulus ginjal dan kapiler
peritubulus berhubungan erat di seluruh panjangnya, sehingga bahan-bahan dapat
dipertukarkan anrara cairan di dalam tubulus dan darah di dalam kapiler
peritubulus.

Universitas Respati Yogyakarta 14


b. Reabsorpsi Tubulus
Sewaktu filtrat mengalir melaiui tubulus, bahan-bahan yang bermanfaat bagi
tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan selektif bahan-
bahan dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini disebut
reabsorpsi tubulus. Bahan-bahan yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh
melalui urin tetapi dibawa oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian
ke jantung untuk diresirkulasi. Dari 180 liter plasma yang disaring per hari,
sekitar 178,5 liter direabsorpsi. Sisa 1,5 iiter di tubulus mengalir ke dalam pelvis
ginjal untuk dikeluarkan sebagai urin. Secara umum, bahan-bahan yang perlu
dihemat oleh tubuh secara selektif direabsorpsi, sementara bahan-bahan yang
tidak dibutuhkan dan harus dikeluarkan tetap berada di urin.
c. Sekresi Tubulus
Proses ginjal ketiga, sekresi tubulus, adalah pemindahan selektif bahan-bahan
dari kapilel peritubulus ke dalam lumen tubulus. Proses ini merupakan rute kedua
bagi masuknya bahan ke dalam tubulus ginjal dari darah, sedangkan yang
pertama adalah melalui filtrasi glomerulus. Hanya sekitar 20o/o dari plasma yang
mengalir melaiui kapiler glomerulus difiltrasi ke dalam kapsul Bowman; sisa
8070 mengalir melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus. Sekresi
tubulus merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari plasma secara
cepat dengan mengekstraksi sejumlah tertentu bahan dari 80% plasma yang ddak
terfiltrasi di kapiler peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang sudah ada di
tubulus sebagai hasil filrrasi.
d. Ekskresi Urin
Ekskresi urin adalah pengeluaran bahan-bahan dari tubuh ke dalam urin. Ini
bukan merupakan proses terpisah tetapi merupakan hasil dari tiga proses perrama
di atas. Semua konstituen plasma yang terfiltrasi atau disekresikan tetapi tidak
direabsorpsi akan tetap di tubulus dan mengalir ke pelvis ginjal untuk
diekskresikan sebagai urin dan dikeluarkan dari tubuh (Gambar 14-5). (Jangan
mengacaukan ekskresi dengan sekresi). Perhatikan bahwa semua yang difiltrasi
dan kemudian direabsorpsi, arau tidak difiltrasi sama sekali, masuk ke darah vena
dari kapiler peritubulus dan karenanya dipertahankan di dalam tubuh dan tidak
diekskresikan di urin, meskipun mengalir melewati ginjal.

Universitas Respati Yogyakarta 15


e. Gambaran Besar Proses-Proses Dasar Di Ginjal
Filtrasi glomerulus umumnya adalah proses yang indiskriminatif. Kecuali sel darah
dan protein plasma, semua konstituen di daiam darah-HrO, nutrien, elektrolit, zar sisa, dan
sebagainya-secara nonselektif masuk ke lumen tubulus dalam jumlah yang besar selama
filtrasi. Yaitu, dari 20o/o plasma yang difiltrasi di glomerulus, segala sesuaru yang ada di
bagian plasma tersebut masuk ke kapsul Bowman kecuali protein plasma. Proses-proses
tubulus yang sangar diskriminatif kemudian bekerja pada filtrat untuk mengembalikan ke
darah suatu cairan dengan komposisi dan volume yang diperlukan untuk mempertahankan
stabilitas lingkungan cairan internal. Bahan terfiltrasi yang, ddak diinginkan dibiarkan
tertinggal di cairan tubulus untuk diekskresikan sebagai urin. Filtrasi glomerulus dapat
dianggap sebagai pemindahan sebagian dari plasma, dengan semua komponen esensial dan
komponen yang perlu dikeluarkan dari tubuh, masuk ke "ban berjalan" tubulus yang
berakhir di pelvis ginjal, yang merupakan titik pengumpulan untuk urin di dalam ginjal.
Semua konstituen plasma yang masuk ke ban berjalan ini dan kemudian tidak dikembalikan
ke plasma di ujung ban akan dikeluarkan dari ginjal sebagai urin. Sistem tubulus lah yang
menentukan bagaimana menyelamatkan bahanbahan filtrasi yang perlu dipertahankan di
dalam tubuh melalui proses reabsorpsi sementara membiarkan bahanbahan yang harus
diekskresi tetap dalam ban berjalan tersebut. Selain itu, sebagian bahan tidak saja difiltrasi
tetapi juga disekresikan ke dalam ban berjalan tubulus, sehingga jumlah bahan-bahan
tersebut yang diekskresikan dalam urin lebih besar daripada jumlah yang diffltrasi. Untuk
banyak bahan, proses-proses ginjal ini berada di bawah kontrol fisiologik. Karena itu, ginjal
menangani setiap konstituen plasma dengan cara rerrenru yaitu kombinasi ffltrasi,
reabsorpsi, dan sekresi (Sherwood, L. 2012).

FILTRASI GLOMERULUS
1. Membran glomerulus jauh lebih permeabel daripada kapiler di tempat lain,
Dinding bapiler glomeruhr terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng. Lapisan ini
memiliki banyak pori besar yang menyebabkannya 100 kali lebih permeabel terhadap HrO
dan zat terlarut daripada kapiler di bagian lain tubuh.
Membran basal adalah lapisan gelatinosa aselular (tidak mengandung sel) yang
terbentuk dari kolagen dan glikoprotein yang tersisip di antara glomerulus dan kapsul
Bowman. Kolagen menghasilkan kekuatan struktural, dan glikoprotein menghambat filtrasi
protein plasma yang kecil. Protein plasma yang lebih besar tidak dapat difiltrasi karena tidak
dapat melewati pori kapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan albumin, protein plasma

Universitas Respati Yogyakarta 16


terkecil. Namun, karena bermuatan negatif maka glikoprotein menolak albumin dan protein
plasma lain, yang juga bermuatan negatif. Karena itu, protein plasma hampir tidak terdapat di
dalam filtrat, dengan kurang dari lo/o molekul albumin berhasil lolos ke dalam kapsul
Bowman.
2. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah gaya utama yang menginduksi filtrasi
glomerulus,
Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat gaya yang mendorong
sebagian dari plasma di glomerulus menembus lubang-lubang di membran glomerulus. Tidak
terdapat mekanisme transpor aktif atau pengeluaran energi lokal yang berperan dalam
memindahkan cairan dari plasma menembus membran glomerulus menuju kapsul Bowman.
Filtrasi glomerulus dilakukan oleh gaya-gaya fisik pasif yang serupa dengan yang bekerja di
kapiler di tempat lain.
Karena glomerulus adalah suatu kuntum kapiler maka prinsip-prinsip dinamika cairan
yang menyebabkan ultrafiltrasi di kapiler lain juga berlaku di sini (lihat h.393), kecuali
untuk dua perbedaan penting: (1) Kapiler glomerulus jauh lebih permeabel daripada kapiler
di tempat lain, sehingga lebih banyak cairan difiltrasi pada tekanan filtrasi yang sama; dan
(2) keseimbangan gaya-gaya menembus membran glomerulus adalah sedemikian sehingga
filtrasi terjadi di keseluruhan panjang kapiler. Sebaliknya, keseimbangan gaya-gaya di
kapiler lain bergeser sedemikian sehingga filtrasi terjadi di bagian awal pembuluh tetapi di
ujung pembuluh terjadi reabsorpsi (Sherwood, L. 2012).

GAYA-GAYA YANG BERPERAN DALAM FILTRASI GLOMERULUS


Tiga gaya fisik terlibat daiam filtrasi glomerulus (Thbel 14-1): tekanan darah kapiler
glomerulus, tekanan osmotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman.
Marilah kira lihar peran masing-masing.
1. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh
darah di dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini pada akhirnya bergantung pada
kontraksi jantung (sumber energi yang menghasilkan filtrasi glomerulus) dan
resistensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen.
Tekanan darah kapiler glomerulus, dengan nilai rerata diperkirakan 55 mm Hg,
lebih tinggi daripada tekanan darah kapiler di tempat lain. Penyebab lebih
tingginya tekanan di kapiler glomerulus adalah garis tengah arteriol aferen yang
lebih besar dibandingkan dengan arteriol eferen. Karena darah dapat iebih mudah
masuk ke glomerulus melalui arteriol aferen yang lebar daripada keluar melalui

Universitas Respati Yogyakarta 17


arteriol eferen yang lebih sempit maka tekanan darah kapiler glomerulus tetap
tinggi akibat terbendungnya darah di kapiler glomerulus. Selain itu, karena
tingginya resistensi yang dihasilkan oleh arteriol eferen maka tekanan darah tidak
memiliki kecenderungan untuk turun di sepanjang kapiler glomerulus seperti di
kapiler lain. Tekanan darah glomerulus yang tinggi dan tidak menurun ini
cenderung mendorong cairan keluar glomerulus menuju kapsul Bowman di
seluruh panjang kapiier glomerulus, dan merupak^n gaya utama yang
menghasilkan filtrasi glomerulus.
Sementara tekanan darah kapiler glomelulus mendorong frftrasl dua gaya lain
yang bekerja menembus membran glomerulus (tekanan osmotik koloid plasma
dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman) melawan fiitrasi.
2. Tekanan osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi tak seimbang protein-
protein plasma di kedua sisi membran glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi
maka protein plasma terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak di kapsul
Bowman. Karena itu, konsentrasi HrO lebih tinggi di kapsul Bowman daripada di
kapiler glomerulus. Timbul kecenderungan HrO untuk berpindah melalui osmosis
menuruni gradien konsentrasinya sendiri dari kapsul Bowman ke dalam
glomerulus melawan filtrasi glomerulus. Gaya osmotik oposan ini rata-rata 30 mm
Hg, yaitu sedikit lebih tinggi daripada di kapiler lain. Tekanan ini lebih tinggi
karena HrO yang difiltrasi keluar darah glomerulus jauh lebih banyak sehingga
konsentrasi protein plasma lebih tinggi daripada di tempat lain.
Tekanan hidrostatih kapsul Bouman, tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di bagian
awal tubulus ini, diperkirakan sekitar 15 mm Hg. Tekanan ini, yang cenderung mendorong
cairan keluar kapsul Bowman, melawan fiI, trasi cairan dari glomerulus menuju kapsul
Bowman(Sherwood, L. 2012).

LAJU FILTRASI GLOMERULUS

Seperti dapat dilihat di Tabel I4-1, gaya-gayayang bekerja menembus membran


glomerulus tidak berada dalam keseimbangan. Gaya total yang mendorong filtrasi adalah
tekanan darah kapiler glomerulus yaitt 55 mm Hg. Jumlah dua gaya yang melawan filtrasi
adalah 45 mm Hg. Perbedaan netto yang mendorong filtrasi (10 mm Hg) disebut tekanan
ffltrasi netto. Tekanan yang ringan ini mendorong cairan dalam jumlah besar dari darah
menembus membran glomerulus yang sangar permeabel. Laju filtrasi yang sebenarnya, laju

Universitas Respati Yogyakarta 18


ffltasi glomerulus (LFG), berganrung tidak saja pada tekanan filtrasi netto tetapi juga pada
seberapa luas permukaan glomerulus yang tersedia untuk penetrasi dan seberapa permeabel
membran glomerulus (yaitu, seberapa "bocor" lapisan ini). Sifat-sifar membran glomerulus
ini secara kolektif disebut sebagai koeffsien ffltrasi (Ko). Karena itu,

3. Perubahan pada LFG terutama disebabkan oleh perubahan tekanan darah kapiler
glomerulus.
Karena tekanan filtrasi netto yang menyebabkan filtrasi glomerulus hanyalah
disebabkan oleh ketidakseimbangan gayagaya fisik yang saling berlawanan anrara plasma
kapiler glomerulus dan cairan kapsul Bowman, maka perubahan di salah satu dari gaya-gaya
fisik ini dapat mempengaruhi LFG. Kita akan membahas efek perubahan masing-masing
gaya fisik ini pada LFG.
3. LFG dapat dipengaruhi oleh perubahan dalam koefisien filtrasi
Sejauh ini kita telah membahas perubahan LFG sebagai akibat perubahan dalam
tekanan filtrasi netto. Namun, laju filtrasi glomerulus juga bergantung pada koefisien filtrasi
(K,) selain tekanan ftltrasi netto. Selama bertahun-tahun K" di anggap sebagai suatu
konstanta, kecuali pada keadaan penyakit di mana membran giomerulus menjadi lebih bocor
daripada biasa. Riset-riset baru menunjukkan bahwa \ dapat mengalami perubahan di bawah
kontrol fisiologik. Dua faktor yang mempengaruhi K;luas permukaan dan permeabilitas
membran glomerulus-dapat dimodifikasi oleh aktivitas kontraktil di dalam membran.
Luas permukaan yang tersedia untuk filtrasi di dalam glomerulus diwakili oleh
permukaan dalam kapiler glomerulus yang berkontak dengan darah. Setiap kuntum kapiler
glomerulus disatukan oleh sel mesangium. Sel-sel ini mengandung elemen kontraktil (yaitu,
filamen mirip aktin). Kontraksi sel-sel mesangium ini menutup sebagian kapiler filtrasi,
mengurangi luas permukaan yang tersedia untuk filtrasi di dalam kuntum giomerulus. Ketika
tekanan filtrasi netto tidak berubah maka penurunan \ ini menurunkan LFG. Stimulasi
simpatis menyebabkan sel mesangium berkontraksi dan merupakan mekanisme kedua (selain
mendorong vasokonstriksi arteriol aferen) yang digunakan oleh sistem saraf simpatis untuk
menurunkan LFG.
4. Ginjal secara normal menerima 20% sampai 25% curah jantung.
Pada K, dan tekanan filtrasi netto rerata, 20o/o plasma yang masuk ke ginjal diubah
menjadi filtrat glomerulus. Hal ini berarti bahwa pada LFG rerata 125 ml/mnt, aliran plasma
ginjai total harus sekitar 625 mllmnt. Karena 55% dari darah keseluruhan terdiri dari plasma
(yaitu, hematokrit = 45; lihat h,421), maka aliran darah total meialui ginjal rata-rata adalah

Universitas Respati Yogyakarta 19


1140 ml/mnt. Jumlah ini adalah sekiar 22o/o dari curah jantung total yang besarnya 5 liter
(5000 ml) per menit, meskipun ginjal membentuk kurang dari 1o/o berat badan total.
Ginjal perlu menerima proporsi curah jantung yang sedemikian besar karena organ ini
harus terus-menerus melakukan fungsi regulatorik dan ekskretorik terhadap darah dalam
jumlah besar yang dialirkan kepadanya untuk mempertahankan stabilitas lingkungan cairan
internal. Sebagian besar darah mengalir ke ginjal bukan untuk mendarahi jaringan ginjal
tetapi untuk disesuaikan dan dimurnikan oleh ginjal. Secara rerara, 207o sampai 25o/o dari
darah yang dipompa keluar oleh jantung setiap menit "mengalir ke pem, bersih" dan bukan
melaksanakan tugas normalnya bertukar bahan dengan jaringan. Hanya dengan pemrosesan
rerusmenerus darah dalam jr-rmlah besar tersebut barulah ginjal dapat dengan tepar
mengarur volume dan komposisi elektro, lit lingkungan internal dan secara adekuat
mengeluarkan produk sisa metabolik dalam jumlah besar yang terus-menerus diproduksi
(Sherwood, L. 2012).

REABSORPSI TUBULUS
Semua konstituen plasma kecuali protein, tanpa pandang bulu difitrasi bersama
melalui kapiler glonrerulus. Selain zat sisa dan kelebihan bahan yang harus dikeluarkan oleh
tubuh, cairan filtrasi juga mengandung nutrien, elektrolit, dan bahan lain yang dibutuhkan
oleh tubuh. Memang, melalui filtrasi glomerulus yang terus-menerus, jumlah dari bahan-
bahan yang terfiltrasi per hari ini bahkan lebih besar daripada yang ada di tubuh. Bahan-
bahan esensial yang terfiltrasi dikembalikan ke tubuh melalui reabsorpsi tubulus, rrarrsfer
diskret bahan-bahan dari lumen tubulus ke dalam kapiler peritubulus.
1. Reabsorpsi tubulus adalah proses yang luar biasa, sangat selektif, dan bervariasi.
Reabsorpsi tubulus adalah suatu proses yang sangat selektif. Semua konstituen
kecuali protein plasma memiliki konsen, trasi yang sama di filtrat giomerulus dar.r di plasma.
Pada sebagian besar kasus, jumlah setiap bahan yang diserap adalah jumlah yang diperlukan
untuk mempertahankan komposisi dan volume lingkungan cairan internai yang sesuai. Secara
umum, tubulus memiliki kapasitas reabsorpsi yang besar untuk bahan-bahan yang dibutuhkan
oleh tubuh dan kecil atau tidak ada untuk bahan-bahan yang tidak bermanfaat (Tabel 14-2).
Karena itu, hanya sedikit, kalaupun ada, konstituen plasma yang terfiltrasi dan bermanfaat
bagi tubuh terdapat di urin karena sebagian besar telah direabsorpsi dan dikembalikan ke
darah. Hanya bahan esensial, misalnya elektrolit yang berlebihan yang dieksreksikan di urin.
Untuk konstituen plasma esensial yang diatur oleh ginjal, kapasitas reabsorpsi dapat
bervariasi bergantung pada kebutuhan tubuh. Sebaliknya, sebagian produk sisa yang

Universitas Respati Yogyakarta 20


terfiltrasi terdapat di urin. Bahan sisa ini, yang tidak bermanfaat dan bahkan berpotensi
merugikan tubuh jika dibiarkan menumpuk, sama sekali tidak direabsorpsi. Zat-zar ini
menetap di tubulus untuk dikeluarkan di urin. Sewaktu HrO dan bahan penting lain
direabsorpsi, produk-produk sisa yang tertinggal di cairan tubulus menjadi sangat pekat.
2. Reabsorpsi tubulus melibatkan transpor transepitel.
Di seluruh panjangnya, dinding tubulus memiliki ketebalan satu sel dan terletak dekat
dengan kapiler peritubulus yang mengelilinginya (Gambar l4-14). Sel-sel tubulus yang
berdekatan tidak berkontak satu sama lain kecuali di tempat mereka disatukan oleh taut erat
(taut kedap, tight junctiln; lihat h. 65) di tepi-tepi Iateral dekar membran luminalnya, yang
menghadap ke lumen tubulus. Cairan interstisium terletak di celah antara sel-sel yang
berdekatan-ruang lateral*serta di antara tubulus dan kapiler. Membran basolateral
menghadap cairan interstisium di bagian basal dan tepi lateral sel. Taut erat umumnya
menghambat bahan mengalir di antara sel sehingga bahan harus menembus sel untuk
meninggalkan lumen tubulus dan masuk ke darah (Sherwood, L. 2012).

REABSORPSI PASIF VERSU 5 AKTIF


Grdapat dua jenis reabsorpsi tubulws-reabsorpsi pasif dan re abs o rps i a httf-
bergantung pada apakah diperlukan pengeluaran energi lokal untuk mereabsorpsi bahan
tertentu. Pada reabsorpsi pasif, semua tahap dalam rranspor transepitel suatu bahan dari
lumen tubulus ke plasma bersifat pasif; yaitu tidak ada pengeluaran energi pada
perpindahan netto bahan, yang terjadi mengikuti penurunan gradien elektrokimia atau
osmotik (lihat h. 70). Sebaiiknya, reabsorpsi aktif berlangsung jika salah satu dari tahap-
tahap dalam transpor transepitel suatu bahan memerlukan energi, bahkan jika keempat tahap
lainnya bersifat pasif. Pada reabsorpsi aktif, perpidahan netto bahan dari lumen tubulus ke
plasma terjadi melawan gradien elektrokimia. Bahan yang secara aktif direabsorpsi bersifat
penting bagi tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dan nutrien organik lainnya, serta Nat
dan elektrolit lain seperti PO43-. Di sini tidak secara spesifik dijelaskan proses reabsorpsi
masing-masing bahan yang difiltrasi untuk dikembalikan ke plasma tetapi akan
diperlihatkan contoh ilustratif mekanisme umum yang berperan, setelah mula-mula kita
menguraikan reabsorpsi Na- yang penting dan unik (Sherwood, L. 2012).

Universitas Respati Yogyakarta 21


B. PROSES MENUA

1. Definisi Lansia

Menurut undang-undang Republik Indonesia No 13 tahun 98 tentang kesejahteraan


lanjut usia, yang di maksud lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun keatas. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang terutama di bidang kesehatan
menyebabkan menjadinya peningkatan usia harapan hidup di dunia termasuk indonesia.
Namun di balik keberhasilan peningkatan UHH terselip tantangan yang harus di waspadai,
yaitu kedepannya indonesia akan menghadapi beban tiga (triple burden) yaitu di samping
meningkatnya angka kelahiran dan beban penyakit (menular dan tidak menular), juga akan
terjadi peningkatan Angka Beban Tanggungan penduduk usia produktif terhadap kelompok
usia tidak produktif. (Miller, 2012).

Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Usia kronologis
biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang
menua dengan dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya.
Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberi pendekatan yang berbeda
antara satu lansia dengan lansia yang lainnya (Potter et al.2009).

2. Klasifikasi Lansia

Menurut Depatement Kesehatan Republik Indonesia (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:

1) Pra lansia yaitu sesorang yang berusia antara 45-59 tahun.


2) Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
4) Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda menurut WHO (dalam buku
Miller, 2012) lansia meliputi :

1) Usia pertengahan (middle ad) antara usia 45-59 tahun


2) Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun

Universitas Respati Yogyakarta 22


3) Lanjut usia tua (old) antara usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (Periold) di atas usia 90 tahun

3. Teori Penuaan

a. Definisi Penuaan

Gerontolog dan orang awam mendefinisikan penuaan dari banyak perspektif.Secara


objektif, penuaan adalah proses universal yang dimulai sejak lahir ;dalam konteks ini, ini
berlaku untuk orang muda dan orang tua.Namun, secara subyektif, penuaan biasanya
dikaitkan dengan menjadi "tua" atau mencapai "dewasa tua," dan orang-orang mendefinisikan
penuaan dalam hal makna dan pengalaman pribadi.Anak-anak biasanya tidak melihat diri
mereka menua, tetapi mereka senang mengumumkan berapa usia mereka dan mereka
mengantisipasi hari ulang tahun dengan sangat antusias.Mereka memandang ulang tahun
mereka sebagai peristiwa positif yang akan memungkinkan mereka menikmati peluang dan
tanggung jawab tambahan.Remaja, juga, memandang penuaan sebagai mekanisme yang
memungkinkan mereka untuk berpartisipasi secara legal dalam kegiatan-kegiatan penting,
seperti mengemudi dan memilih. (Miller, 2012).

Sebaliknya, orang dewasa cenderung memandang "usia tua" sebagai sesuatu yang
harus dihindari dan mereka cenderung mendefinisikan permulaan masa dewasa yang lebih
tua sebagai satu dekade di luar usia mereka saat ini.Istilah identitas usia ( juga disebut sebagai
usia perasaan atau subjektif) digunakan untuk menggambarkan persepsi seseorang tentang
usianya.Penelitian telah menemukan bahwa orang yang lebih tua menilai timbulnya usia
menengah dan lebih tua sebagai terjadi pada usia kronologis kemudian daripada orang muda (
Musaiger& D'Souza, 2009; Prevc & Doupona , 2009).Perawat sering mengamati fenomena
ini ketika mereka mendengar orang yang usia kronologisnya adalah 75 tahun, 80 tahun, atau
lebih tua menyebut "orang tua" seolah-olah mereka adalah kelompok yang lebih tua dan
berbeda dari diri mereka sendiri (Miller, 2012).

Sejak 1980-an, gerontologis telah menggunakan konsep usia yang dirasakan, yang
merupakan perkiraan usia seseorang berdasarkan penampilan, dalam banyak studi termasuk
beberapa studi longitudinal yang besar.Studi-studi ini telah mengkonfirmasi bahwa usia yang
dipersepsikan berkorelasi sangat erat dengan kesehatan dan merupakan prediktor kuat untuk
bertahan hidup, terutama untuk orang berusia 70 tahun ke atas (Christensen, Thinggaard , et
al., 2009).

Universitas Respati Yogyakarta 23


b. Deskripsi Penuaan Yang Berhasil

Selama beberapa dekade, para ahli gerontologi memfokuskan pada pengidentifikasian


komponen penuaan yang paling disepakati dan menentukan berapa banyak orang dewasa
yang lebih tua dapat dikategorikan seperti itu.Sebuah model yang diakui secara luas, yang
didasarkan pada studi longitudinal skala besar dari Jaringan Riset MacArthur tentang
Penuaan yang Berhasil, mengidentifikasi tiga komponen penuaan yang berhasil: keterlibatan
aktif dengan kehidupan, fungsi kognitif dan fisik yang tinggi, dan kemungkinan rendah
penyakit dan kecacatan. (Rowe & Kahn, 1997).Sebuah tinjauan dari 28 penelitian
Englishlanguage definisi penuaan sukses ditemukan thatthe rata dilaporkan proporsi belasan
sukses adalah 35,8% (Depp & Jeste, 2006).

Saat ini, ada penekanan pada kesehatan fisik, mental, dan sosial yang optimal dan
berfungsi sebagai komponen penting dari penuaan yang sukses.Pusat Pencegahan
Pencegahan yang didanai pemerintah federal tentang Jaringan Penelitian Penuaan Sehat
(PRC-HAN) berfokus pada mengadopsi dan mempertahankan sikap dan perilaku yang
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan orang dewasa yang lebih tua, dengan penekanan
pada kesehatan kognitif (Logsdon, Hochhalter ,& Sharkey, 2009 ).Satu penelitian RRC-HAN
dari kelompok beragam orang dewasa yang lebih tua menemukan bahwa semua atau sebagian
besar kelompok ras / etnis mengidentifikasi umur panjang, waktu luang, kerohanian,
keterlibatan sosial, pembelajaran berkelanjutan, dan kesehatan fisik dan kognitif yang baik
sebagai aspek penting dari penuaan yang berhasil ( Laditka et al. ., 2009).Studi juga
menemukan bahwa memiliki perasaan memiliki tujuan dalam hidup adalah aspek penting
dari penuaan yang berhasil (Boyle, Barnes, Buchman, & Bennett, 2009; Gruenewald ,
Karlamangla , Greendale, Singer, & Seeman , 2009).Studi tentang penuaan yang berhasil di
Brasil dan Inggris menemukan bahwa kegiatan santai, dukungan psikososial, kapasitas
fungsional, kesehatan dan kesejahteraan yang dirasakan, dan hubungan keluarga dan sosial
dan keterlibatan adalah komponen penting dari penuaan aktif atau sukses (Bowling, 2009;
Chaves, Camozzato , Eizirik , & Kaye, 2009).Sebuah studi keperawatan menemukan bahwa
orang dewasa yang lebih tua di Brasil memandang usia tua sebagai waktu untuk mengalami
kemungkinan baru dan merasa bahwa menjadi sehat sangat penting untuk mempertahankan
otonomi mereka (Silva &Boemer , 2009).

Gerontolog juga menekankan bahwa konsep penuaan yang berhasil dapat diterapkan
pada orang yang telah mengatasi kecacatan dan penyakit, dalam hal ini istilah penuaan

Universitas Respati Yogyakarta 24


berhasil digunakan (Morley, 2009).Untuk menggambarkan konsep ini, Morley mengutip
contoh-contoh berikut dari orang-orang terkenal yang telah berhasil menua (Miller, 2012).

Kaitan dengan kasus

Kasus Gagal ginjal akut pada lansia jumlahnya akan menurun apabila mendapat
perawatan yang berfokus pada masalah penuaannya dan telah di ulas oleh “keterlibatan aktif
dengan kehidupan, fungsi kognitif dan fisik yang tinggi, dan kemungkinan rendah penyakit
dan kecacatan. (Rowe & Kahn, 1997).” Dan di tunjang oleh Pusat Pencegahan Pencegahan
yang didanai pemerintah federal tentang Jaringan Penelitian Penuaan Sehat (PRC-HAN)
berfokus pada mengadopsi dan mempertahankan sikap dan perilaku yang meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan orang dewasa yang lebih tua, dengan penekanan pada kesehatan
kognitif (Logsdon, Hochhalter ,& Sharkey, 2009 ).

C. PENUAAN PADA SISTEM PERKEMIHAN

Perubahan Yang Berkaitan Dengan Umur Yang Mempengaruhi System perkemihan

Perubahan terkait usia pada ginjal, kandung kemih, uretra, dan mekanisme kontrol
dalam sistem saraf dan tubuh lainnya memengaruhi proses fisiologis yang mengontrol
eliminasi urin. Selain itu, setiap perubahan terkait usia yang mengganggu keterampilan yang
terlibat dalam eliminasi urin yang sesuai secara sosial dapat mengganggu kontrol kemih.
Perubahan terkait usia yang secara langsung atau tidak langsung memengaruhi fungsi dan
kontrol urin dibahas dalam dua bagian berikutnya (Miller, 2012).

1. Perubahan pada Ginjal

Proses kompleks ekskresi urin dimulai pada ginjal dengan penyaringan dan
pembuangan limbah kimia dari darah. Darah bersirkulasi melalui glomeruli, tempat limbah
cair, yang disebut filtrat glomerulus, melewati kapsul Bowman dan tubulus ginjal menuju
saluran pengumpul. Selama proses ini, zat yang dibutuhkan oleh tubuh (seperti air, glukosa,
dan natrium) dipertahankan, dan produk limbah diekskresikan dalam urin. Fungsi-fungsi ini
penting untuk mempertahankan homeostasis dan mengeluarkan banyak obat.Fungsi
ekskretoris, yang diukur dengan glomerulus laju filtrasi (GFR), tergantung pada jumlah dan
efisiensi nefron dan pada jumlah dan laju aliran darah ginjal (Miller, 2012).

Universitas Respati Yogyakarta 25


Ginjal bertambah berat dan massa dari lahir hingga dewasa awal, ketika jumlah nefron
yang berfungsi mulai menurun, khususnya di korteks, tempat glomeruli berada. Penurunan ini
berlanjut sepanjang hidup, menghasilkan sekitar 25% penurunan massa ginjal pada usia 80
tahun. Glomeruli yang tersisa mengalami berbagai perubahan yang lebih besar seperti
bertambahnya ukuran, lobulasi yang berkurang , dan membran basement yang menebal.
Selain itu, proporsi glomeruli sklerotik meningkat dari kurang dari 5% pada usia 40 tahun
menjadi 35% pada usia 80 tahun. Dimulai pada dekade keempat, aliran darah ginjal secara
bertahap berkurang, terutama di korteks, pada tingkat 10% per decade (Miller, 2012).

Penurunan rata-rata fungsi ginjal 1% per tahun telah diterima secara luas sejak tahun
1970-an sebagai ciri khas penuaan yang dimulai antara usia 30 dan 40 tahun. Sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa penurunan fungsi ginjal secara bertahap adalah normal
perubahan terkait usia dan penurunan fungsi ginjal yang bermakna dikaitkan dengan kondisi
patologis umum seperti hipertensi ( Glassock& Winearls , 2009; Lerma, 2009).

Tubulus ginjal mengatur pengenceran dan konsentrasi urin, dan ekskresi air
berikutnya dari tubuh, dalam ritme diurnal. Proses fisiologis yang bertanggung jawab untuk
konsentrasi urin dan ekskresi air dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

a. Jumlah cairan dalam tubuh


b. Reabsorpsi air melalui, dan pengangkutan zat melintasi membrane tubular
c. Osmoreseptor dalam hipotalamus yang mengatur tingkat sirkulasi anti diuritik
hormone ADH sesuai dengan konsentrasi plasma air
d. Zat dan aktivitas yang mempengaruhi sekresi ADH seperti kafein, obat-
obatan, alcohol, nyeri, stress dan olahraga.
e. Konsentrasi natrium dalam filtrate glomerular

Biasanya, produksi ADH distimulasi oleh perdarahan, dehidrasi, dan kondisi lain yang
mempengaruhi volume plasma atau osmolalitas. Mekanisme perlindungan fisiologis ini
membantu menjaga volume plasma dan menghemat cairan dan natrium dalam kondisi
kekurangan air atau natrium.

Banyak perubahan yang berhubungan dengan usia mempengaruhi tubulus ginjal dan
dengan demikian mempengaruhi pengenceran dan konsentrasi urin. Perubahan-perubahan ini
termasuk degenerasi lemak, divertikula, hilangnya sel yang berbelit-belit, dan perubahan
komposisi membran basement.Secara fungsional, tubulus ginjal pada orang dewasa yang
lebih tua kurang efisien dalam pertukaran zat, konservasi air, dan penekanan sekresi ADH

Universitas Respati Yogyakarta 26


dengan adanya hipo-osmolalitas. Perubahan terkait usia juga menurunkan kemampuan ginjal
yang lebih tua untuk menghemat natrium sebagai respons terhadap pembatasan garam.
Perubahan yang berkaitan dengan usia ini mempengaruhi orang dewasa tua yang sehat untuk
mengalami hiponatremia dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit lainnya, terutama
dengan adanya kondisi apa pun yang mengubah sirkulasi ginjal, keseimbangan air atau
natrium, atau volume plasma atau osmolalitas (Miller, 2012).

Pada orang dewasa yang lebih muda, kandung kemih menyimpan 350 hingga 450 mL
urin sebelum orang tersebut mengalami sensasi kenyang dan tidak nyaman. Dengan
bertambahnya usia, hipertrofi otot kandung kemih dan penebalan dinding kandung kemih
mengganggu kemampuan kandung kemih, membatasi jumlah urin yang dapat disimpan
dengan nyaman hingga sekitar 200 hingga 300 mL (Miller, 2012).

Saat air seni mengalir ke kandung kemih, otot polos mengembang tanpa
meningkatkan tekanan intravesikal , dan tekanan uretra meningkat ke titik yang sedikit lebih
tinggi daripada tekanan intravesikal . Selama volume urin tidak naik di atas 500 hingga 600
mL, keseimbangan ini dapat dipertahankan , dan buang air kecil dapat dikontrol secara
sukarela. Jika volumenya naik di atas level ini, atau jika otot detrusor berkontraksi tanpa
sengaja, tekanan intravesika akan melebihi tekanan uretra, dan kebocoran urin kemungkinan
akan terjadi. Selain jumlah urin dalam kandung kemih, faktor-faktor berikut mempengaruhi
keseimbangan antara tekanan intravesical dan uretra:
a. Tekanan perut
b. Ketebalan mukosa uretra
c. Nada otot leher, detrusor, uretra, dan leher kandung kemih
d. Penggantian jaringan otot polos di kandung kemih dan uretra dengan jaringan ikat
yang kurang elastis.
Sfingter internal dan eksternal mengatur penyimpanan urin dan pengosongan kandung
kemih.Sfingter internal adalah bagian dari dasar kandung kemih dan dikendalikan oleh saraf
otonom.Sphincter eksternal adalah bagian dari lantai otot panggul dan dikendalikan oleh saraf
pudenda.Ketika buang air kecil terjadi, otot detrusor dan perut berkontraksi, dan otot-otot
sfingter perineum dan eksternal rileks.Bila perlu, sphincter eksternal berkontraksi untuk
menghambat atau mengganggu batal dan untuk mengkompensasi lonjakan tiba-tiba dalam
tekanan perut. Perubahan terkait usia yang melibatkan hilangnya otot polos di uretra dan
relaksasi otot-otot dasar panggul mengurangi resistensi uretra dan mengurangi nada sfingter
(Miller, 2012).

Universitas Respati Yogyakarta 27


2. Perubahan Mekanisme Kontrol

Perubahan pada sistem saraf dan sistem pengaturan lainnya memengaruhi fungsi
urin.Sebagai contoh, impuls motorik dalam urinasi kontrol sumsum tulang belakang, tetapi
pusat-pusat yang lebih tinggi di otak bertanggung jawab untuk mendeteksi sensasi kepenuhan
kandung kemih, untuk menghambat pengosongan kandung kemih bila diperlukan, dan untuk
merangsang kontraksi kandung kemih untuk pengosongan total.Ketika kandung kemih terisi,
reseptor sensorik di dinding kandung kemih mengirim sinyal ke sumsum tulang belakang
sakral.Pada orang dewasa tua yang sehat, perubahan degeneratif pada korteks serebral dapat
mengubah sensasi kepenuhan kandung kemih dan kemampuan untuk mengosongkan
kandung kemih sepenuhnya.Pada orang dewasa yang lebih muda, sensasi kepenuhan dimulai
ketika kandung kemih sekitar setengah penuh. Sensasi ini terjadi pada titik kemudian untuk
orang dewasa yang lebih tua, sehingga interval antara persepsi awal keinginan untuk
membatalkan dan kebutuhan aktual untuk mengosongkan kandung kemih diperpendek , yang
dapat memicu episode inkontinensia (Miller, 2012).

Banyak struktur yang terlibat dalam buang air kecil mengandung eceptor estrogen dan
dipengaruhi oleh perubahan hormon, khususnya yang terjadi pada wanita menopause.Sebagai
contoh, berkurangnya estrogen menyebabkan hilangnya nada, kekuatan, dan dukungan
kolagen dalam jaringan urogenital dan dapat berkontribusi pada penurunan tekanan
penutupan uretra, yang merupakan predisposisi masalah kebocoran urin.Juga, karena ujung
saraf tergantung pada estrogen, berkurangnya estrogen meningkatkan sensitivitas terhadap
rangsangan yang mengiritasi, yang mengarah pada peningkatan dorongan untuk
membatalkan.Penurunan estrogen yang terkait dengan menopause sebagian dapat
menjelaskan peningkatan prevalensi dan onset inkontinensia pada wanita (Miller, 2012).

Persepsi haus yang berkurang adalah perubahan lain yang berkaitan dengan usia yang
dapat memengaruhi homeostasis dan fungsi urin. Orang dewasa tua yang sehat dan
kekurangan cairan tidak merasakan haus, mengalami ketidaknyamanan dari mulut kering,
atau minum air yang cukup untuk merehidrasi diri mereka sendiri. Dengan kondisi yang
menempatkan tuntutan tambahan pada keseimbangan cairan dan elektrolit, seperti demam
atau infeksi, sensasi haus yang berkurang dapat mengganggu mekanisme yang biasanya
mengkompensasi tekanan fisiologis ini.Konsekuensinya, orang tua cenderung berisiko tinggi
mengalami dehidrasi karena asupan cairan yang tidak memadai (Miller, 2012).

Universitas Respati Yogyakarta 28


3. Perubahan yang Mempengaruhi Kontrol Terhadap Eliminasi Urin yang Sesuai Secara
Sosial

Kontrol atas buang air kecil tergantung tidak hanya pada fungsi saluran kemih dan
sistem saraf, tetapi juga pada faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas seseorang untuk
eliminasi urin yang sesuai secara sosial. Beberapa kondisi internal dan eksternal yang
memengaruhi keterampilan ini adalah

a. Kognisi, keseimbangan, mobilitas, koordinasi, fungsi visual, ketangkasan manual


b. Identifikasi wadah yang ditunjuk di area pribadi
c. Aksesibilitas dan penerimaan fasilitas toilet
d. Kemampuan untuk sampai ke dan menggunakan wadah yang sesuai
e. Interval antara persepsi dorongan untuk membatalkan dan kebutuhan sebenarnya
untuk mengosongkan kandung kemih
f. Kontrol sukarela atas keinginan untuk membatalkan sejak saat persepsinya sampai
orang tersebut dapat menggunakan wadah yang sesuai.
Faktor-faktor ini dipengaruhi oleh perubahan terkait usia yang secara langsung
mempengaruhi eliminasi urin, serta perubahan-perubahan yang mempengaruhi kemampuan
untuk mengidentifikasi dan mencapai fasilitas toilet yang sesuai. Misalnya, peningkatan
postural sway adalah perubahan terkait usia yang dapat mengganggu kemampuan seseorang
untuk diam. Dengan meningkatnya postur tubuh, pria yang lebih tua mungkin merasa lebih
sulit untuk mempertahankan posisi berdiri untuk buang air kecil (Miller, 2012).

Standar untuk eliminasi urin yang sesuai secara sosial dapat bervariasi sesuai dengan
lingkungan sosial yang berbeda. Untuk e xample, independen, masyarakat yang tinggal
dewasa yang lebih tua diharapkan tetap bebas dari bau urin atau basah dan untuk buang air
kecil di swasta, tempat-tempat yang ditunjuk; Namun, orang dewasa yang lebih tua
tergantung atau dilembagakan mungkin tidak diharapkan untuk mematuhi standar ini begitu
ketat. Dalam pengaturan apa pun, sikap dan perilaku pengasuh dapat secara signifikan
mempengaruhi pola eliminasi urin, seperti yang dibahas pada bagian berikut tentang faktor
risiko (Miller, 2012).

Universitas Respati Yogyakarta 29


D. RESIKO YANG MEMPENGARUHI FUNGSI SISTEM GENITOURINARIA

Seperti halnya banyak bidang fungsi lainnya, faktor risiko memainkan peran yang
lebih signifikan daripada perubahan terkait usia dalam menyebabkan konsekuensi fungsional
negatif untuk fungsi kemih. Ini terutama benar berkaitan dengan inkontinensia urin, seperti
yang dibahas pada bagian itu. Faktor-faktor yang secara signifikan dapat mempengaruhi
fungsi urin secara keseluruhan termasuk perilaku berdasarkan mitos dan kesalahpahaman,
gangguan fungsional, proses penyakit, dan pengaruh lingkungan dan gaya hidup (Miller,
2012).

1. Perilaku Berdasarkan Mitos dan Kesalahpahaman

Sikap yang didasarkan pada mitos atau kurangnya pengetahuan tentang fungsi kemih
dapat memiliki efek buruk pada perilaku orang dewasa yang lebih tua dan pengasuh
mereka.Misalnya, persepsi inkontinensia urin sebagai konsekuensi tak terhindarkan dari
penuaan menghalangi orang dewasa yang lebih tua untuk mencari bantuan dari para
profesional kesehatan. Praktisi perawatan primer sering memperkuat kesalahpahaman ini dan
gagal untuk bertanya tentang inkontinensia, meskipun sekitar 80% orang dengan
inkontinensia urin dapat disembuhkan atau ditingkatkan (Luka, Ostomi dan Masyarakat
Perawat Kelanjutan, 2009). Faktor budaya juga dapat memengaruhi persepsi dan perilaku
mencari bantuan. Sebagai contoh, satu studi menemukan bahwa wanita Korea Amerika yang
lebih tua tidak mencari bantuan untuk inkontinensia urin karena mereka mungkin melihatnya
sebagai masalah keluarga daripada masalah individu (Kang & C rogan , 2008 dalam Miller,
2012). Studi lain menemukan bahwa sekitar 80% wanita dari budaya Timur Tengah tidak
mencari bantuan untuk inkontinensia karena malu dan karena mereka menganggap bahwa ini
adalah bagian normal dari penuaan (El- Azab &Shaaban , 2010 dalam Miller, 2012). Karena
sikap pengunduran diri seperti itu, tanda-tanda awal dan gejala disfungsi urin dapat dikelola
secara tidak tepat, dan masalahnya dapat berlanjut.

Sikap, perilaku, dan harapan pengasuh juga dapat mengganggu pendekatan


inkontinensia urin pada orang dewasa yang lebih tua. Misalnya, ketika episode inkontinensia
dicatat segera setelah masuknya orang dewasa yang lebih tua ke fasilitas perawatan jangka
panjang , beberapa anggota staf perawat cenderung melihat penduduk tersebut memiliki
inkontinensia kronis, dan perilaku mereka selanjutnya dapat memperkuat harapan
inkontinensia. Pada kenyataannya, episode inkontinensia mungkin terjadi karena toilet terlalu
jauh atau orang dewasa yang lebih tua tidak dapat dengan mudah menemukannya. Ketika

Universitas Respati Yogyakarta 30


anggota staf menganggap bahwa inkontinensia adalah norma untuk orang itu, mereka
mungkin memulai penggunaan produk penyerap oleh residen, memberikan pesan kepada
orang dewasa yang lebih tua bahwa kontrol sukarela atas buang air kecil tidak diharapkan
(Miller, 2012).

Dalam pengaturan perawatan akut dan jangka panjang, sikap staf dan prosedur
keperawatan sangat memengaruhi standar untuk eliminasi urin.Di fasilitas perawatan akut,
kateter yang tinggal di dalam sering dimasukkan ke ruang gawat darurat atau selama prosedur
bedah, dan mereka sering tetap di tempat yang tidak perlu. Satu studi menemukan bahwa
protokol keperawatan, yang memungkinkan perawat menghentikan penggunaan kateter diam
yang tidak perlu menghasilkan pengurangan 67,7% dari keseluruhan hari kateter (dari 136
menjadi 44) (Voss, 2009). Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan kateter yang menetap
di fasilitas perawatan jangka panjang telah berkurang karena peraturan federal yang lebih
ketat tentang ini sebagai masalah kualitas perawatan (Rogers et al., 2008). Dalam pengaturan
apa pun, pengasuh atau staf dapat mendorong penggunaan pembalut atau produk
inkontinensia lainnya karena ini lebih mudah dan lebih nyaman daripada membantu orang
dewasa yang lebih tua untuk pergi ke kamar mandi. Dalam situasi ini, orang dewasa yang
lebih tua tergantung cenderung berperilaku sesuai dengan harapan pengasuh, dan
inkontinensia akan menjadi konsekuensi yang tak terelakkan (Miller, 2012).

Asupan cairan yang terbatas dalam menanggapi rasa takut atau timbulnya
inkontinensia — atau karena alasan apa pun — adalah perilaku lain yang dapat secara tidak
sengaja memperburuk inkontinensia. Jika kepenuhan kandung kemih tidak tercapai secara
memadai , seperti pada keadaan dehidrasi atau asupan cairan terbatas, mekanisme neurologis
yang mengontrol pengosongan kandung kemih tidak akan berfungsi secara efektif, dan
inkontinensia dapat terjadi karena orang tersebut tidak merasakan keinginan untuk batal.
Dehidrasi dan hidrasi yang tidak adekuat juga menyebabkan peningkatan iritabilitas kandung
kemih, dengan kontraksi dan inkontinensia tanpa hambatan berikutnya (Miller, 2012).

2. Gangguan Fungsional

Gangguan fungsional merupakan faktor risiko utama untuk pengembangan


inkontinensia karena dapat mengganggu kemampuan untuk mengenali dan merespons
keinginan untuk membatalkan secara tepat waktu. Dengan perubahan terkait usia yang
memperpendek interval antara persepsi keinginan untuk membatalkan dan kebutuhan aktual
untuk mengosongkan kandung kemih, setiap keterlambatan dalam mencapai wadah yang

Universitas Respati Yogyakarta 31


tepat dapat mengakibatkan inkontinensia. Dengan demikian, ketergantungan dalam
melakukan aktivitas hidup sehari-hari (ADL) karena alasan apa pun sangat terkait dengan
inkontinensia. Kondisi seperti radang sendi atau penyakit Parkinson dapat memperlambat
ambulasi orang dewasa yang lebih tua serta kemampuan mereka untuk memanipulasi
pakaian. Demikian juga, demensia dan kondisi lain yang mengganggu kemampuan kognitif
dapat mengganggu pemrosesan informasi yang tepat waktu yang diperlukan untuk
mempertahankan kontrol sukarela atas buang air kecil. Akhirnya, pengekangan dapat
menyebabkan keterbatasan fungsional yang signifikan dan meningkatkan risiko untuk
mengembangkan inkontinensia (Miller, 2012).

3. Kondisi patologis

Proses penyakit yang umumnya meningkatkan risiko inkontinensia urin pada orang
dewasa yang lebih tua termasuk yang melibatkan saluran kemih dan struktur pendukung dan
yang mempengaruhi sistem lain dan menyebabkan inkontinensia melalui efek tidak langsung.
Sebagian besar kondisi yang mempengaruhi saluran kemih adalah jenis kelamin spesifik ,
sedangkan kondisi yang mempengaruhi sistem lain dapat mempengaruhi semua orang dewasa
yang lebih tua (Miller, 2012).

A. Kondisi Saluran Genitourinari

Disfungsi dasar panggul (yaitu, pelemahan atau peregangan otot-otot dasar panggul)
pada wanita dapat menyebabkan prolaps organ panggul — suatu kondisi di mana bagian
dinding vagina menonjol. Studi mengidentifikasi obesitas, peningkatan usia, dan tingginya
angka kelahiran pervaginam sebagai faktor risiko untuk kondisi ini (Sung & Hampton, 2009).
Disfungsi dasar panggul dapat menyebabkan frekuensi dan inkontinensia urin karena
mengganggu pengosongan total kandung kemih, sehingga menghasilkan urin residual dan
peningkatan risiko bakteriuria . Otot dasar panggul juga dipengaruhi oleh perubahan
degeneratif yang terkait dengan penurunan kadar estrogen yang berkaitan dengan usia. Hal
ini dapat menyebabkan atrofi jaringan vagina dan trigonal dengan penurunan resistensi
terhadap patogen.Vaginitis dan trigonitis dapat berkembang dan menyebabkan urgensi,
frekuensi, dan inkontinensia.

Hiperplasia prostat jinak (yaitu, pembesaran prostat) adalah penyebab umum dari
masalah berkemih pada pria yang lebih tua, sedangkan karsinoma prostat adalah penyebab
yang kurang umum.Pada tahap awal, benign prostatic menghalangi leher vesikalis dan c
ompresses uretra, menyebabkan hipertrofi kompensasi dari otot detrusor dan obstruksi
Universitas Respati Yogyakarta 32
berikutnya.Dengan hipertrofi progresif, dinding kandung kemih kehilangan elastisitasnya dan
menjadi lebih tipis.Selanjutnya, retensi urin terjadi, meningkatkan risiko bakteriuria dan
infeksi. Akhirnya, ureter dan ginjal terpengaruh, dan hidroureter , hidronefrosis , GFR
berkurang, dan uremia dapat terjadi. Pria dengan hiperplasia prostat dapat mengalami
nokturia (buang air kecil berlebihan di malam hari), penurunan aliran urin, pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap, dan urgensi dan frekuensi kemih (Miller, 2012).

Infeksi saluran kemih adalah penyebab umum inkontinensia pada orang dewasa yang
lebih tua, dengan kejadian tahunan 10% ( Mohsin& Siddiqui, 2010). Karena berdiamnya
kateter adalah penyebab utama infeksi saluran kemih dan komplikasi lainnya, praktik
berbasis bukti menekankan pentingnya evaluasi yang sedang berlangsung tentang perlunya
perangkat ini ( O'Donohue et al., 2010; Voss, 2009; Wilde et al., 2010). Satu studi
menemukan bahwa mengurangi penggunaan kateter yang berdiam diri menghilangkan infeksi
saluran kemih terkait kateter selama periode intervensi 6 bulan ( Elpern et al., 2009).
Manifestasi infeksi saluran kemih pada orang dewasa yang lebih tua mungkin sangat halus;
Inkontinensia urin mungkin merupakan tanda awal atau primer.Perubahan perilaku atau
tingkat fungsi dapat menjadi tanda penyajian, terutama pada penderita demensia.Orang
dewasa yang lebih tua juga cenderung memiliki bakteriuria kronis — suatu kondisi yang
ditandai sebagai 105 atau lebih unit pembentuk koloni tanpa gejala infeksi saluran kemih.
Prevalensi bakteriuria kronis pada penghuni panti jompo adalah 25% hingga 50% wanita dan
15% hingga 40% pria (Nicolle, 2009).

B. Kondisi Lain Yang Menyebabkan Inkontinensia Urin

Banyak kondisi patologis yang mempengaruhi sistem saraf pusat atau perifer
meningkatkan risiko untuk mengembangkan inkontinensia.Meskipun demensia sangat terkait
dengan inkontinensia urin, hubungan antara kedua kondisi ini kompleks, dan inkontinensia
harus dipandang sebagai dapat dicegah dan diobati.Misalnya, orang dewasa yang lebih tua
dengan demensia mungkin kurang memiliki kemampuan perseptual yang diperlukan untuk
menemukan dan menggunakan fasilitas yang sesuai, tetapi mereka mungkin dapat
mempertahankan kontinuitas ketika diberi isyarat dan pengingat yang tepat (Miller, 2012).

Kondisi saluran pencernaan yang dapat menyebabkan inkontinensia termasuk


gastroenteritis, konstipasi, dan impaksi tinja.Massa tinja yang disertai konstipasi atau tinja
memberi tekanan pada kandung kemih dan mengurangi kapasitas penyimpanannya.Pada
gilirannya, ini menyebabkan frekuensi, urgensi, dan inkontinensia urin.Impaksi tinja juga

Universitas Respati Yogyakarta 33


dapat menyumbat saluran keluar kandung kemih, menyebabkan distensi kandung kemih dan
retensi atau inkontinensia urin (Miller, 2012).

Kondisi lain yang sangat terkait dengan inkontinensia adalah obesitas, diabetes,
alkoholisme, multiple sclerosis, penyakit Parkinson, kecelakaan serebrovaskular, dan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Gangguan metabolisme yang menyebabkan diuresis,
seperti diabetes dan hiperkalsemia , dapat menyebabkan inkontinensia. Kondisi yang
memengaruhi status mental, seperti delirium, dapat bermanifestasi atau disertai dengan
inkontinensia urin . Demikian juga, banyak kondisi yang mempengaruhi proses fisiologis,
seperti penyakit akut, dapat menyebabkan atau memperburuk inkontinensia. Setiap penyakit
akut atau intervensi bedah yang sementara membatasi mobilitas atau mengganggu
kemampuan mental juga merupakan faktor risiko inkontinensia urin (Miller, 2012).

4. Efek Obat

Obat-obatan mempengaruhi fungsi urin dalam beberapa cara dan merupakan faktor
risiko umum dalam perkembangan inkontinensia urin. Sebagai contoh, loop diuretik
meningkatkan output urin, menempatkan permintaan tambahan pada sistem urin dan
memperparah efek dari penurunan terkait usia dalam kapasitas kandung kemih. Orang
dewasa yang lebih tua dengan kondisi saluran kemih lainnya mungkin sangat rentan terhadap
efek obat yang merugikan.Sebagai contoh, pria dengan hiperplasia prostat berada pada risiko
yang meningkat untuk retensi urin ketika mereka menggunakan agen adrenergik atau
antikolinergik.Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati inkontinensia juga dapat
menyebabkan inkontinensia.Misalnya, terazosin, yang digunakan untuk hiperplasia prostat
jinak, dapat menyebabkan relaksasi uretra dan inkontinensia stres.Dengan demikian, sangat
penting bahwa penyebab inkontinensia diidentifikasi secara akurat sebelum pengobatan
dimulai (Miller, 2012).

Selain menyebabkan inkontinensia melalui efek langsung pada saluran kemih, obat-
obatan dapat menyebabkan inkontinensia melalui efeknya pada kemampuan
fungsional.Antikolinergik (termasuk obat yang dijual bebas) dapat menyebabkan gangguan
fungsi kognitif dan fungsi lainnya, yang dapat mengganggu kontrol sukarela atas buang air
kecil.Banyak obat yang menyebabkan konstipasi, yang merupakan faktor penyebab
inkontinensia.Efek samping ini dapat sangat merugikan dengan adanya hiperplasia prostat
atau otot dasar panggul yang melemah (Miller, 2012).

Universitas Respati Yogyakarta 34


Selain menciptakan faktor risiko inkontinensia, obat-obatan dapat meningkatkan
sekresi ADH, yang dapat memperparah efek yang berkaitan dengan usia yang mempengaruhi
orang dewasa yang lebih tua terhadap hiponatremia . Obat yang merangsang sekresi ADH
termasuk aspirin, narkotika, acetaminophen, antidepresan, barbiturat, chlorpropamide ,
clofibrate , fluphenazine , dan haloperidol. Tabel 19-1 menyajikan beberapa jenis dan contoh
obat yang dapat menyebabkan inkontinensia pada orang dewasa yang lebih tua (Miller,
2012).

5. Faktor lingkungan

Faktor-faktor lingkungan dapat menghalangi atau mencegah orang dewasa yang lebih
tua - khususnya mereka yang memiliki keterbatasan mobilitas - untuk mencapai dan
menggunakan toilet di pengaturan rumah, publik, dan kelembagaan.Contoh hambatan
lingkungan termasuk tangga, tidak adanya pegangan dan pagar, dan kursi toilet yang tidak
sesuai ketinggian.Kotak 19-1 merangkum beberapa faktor risiko lingkungan yang dapat
berkontribusi pada kejadian inkontinensia pada orang dewasa yang lebih tua (Miller, 2012).

E. KONSEKUENSI FUNGSIONAL SISTEM TERKAIT

Konsekuensi Fungsional Yang Mempengaruhi Kesehatan Urin

Meskipun banyak perubahan yang berkaitan dengan usia pada saluran kemih,
eliminasi limbah tidak terpengaruh secara signifikan pada orang dewasa tua yang sehat dan
tidak berobat .Namun, dengan tuntutan fisiologis yang tidak biasa, seperti yang terjadi
dengan obat atau kondisi penyakit, orang dewasa yang lebih tua cenderung mengalami
konsekuensi fungsional yang mempengaruhi mekanisme homeostatis dan kontrol kemih.
Perubahan terkait usia dan faktor risiko juga menyebabkan konsekuensi fungsional dalam
pola eliminasi urin dan membuat orang dewasa yang lebih tua inkontinensia. Kapan saya
ncontinence terjadi, konsekuensi fungsional tambahan, terutama efek psikososial, bisa sangat
serius (Miller, 2012).

1. Efek pada Homeostasis

Konsekuensi fungsional yang berkaitan dengan fungsi ginjal pada lansia yang sehat
meliputi gangguan penyerapan kalsium dan kecenderungan hiponatremia dan
hiperkalemia.Ager mengalami perubahan pada ginjal dan sekresi aldosteron yang
mengganggu mekanisme kompensasi yang menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit,
sehingga orang dewasa yang lebih tua memiliki respons yang tertunda dan kurang efektif

Universitas Respati Yogyakarta 35


terhadap variasi asupan natrium dibandingkan orang yang lebih muda.Demikian pula, fungsi
ginjal yang berkurang memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk ketidakseimbangan pH
untuk diperbaiki pada orang dewasa yang lebih tua.Bahkan dengan keadaan hidrasi normal,
penurunan GFR menunda ekskresi air dan dapat menyebabkan hiponatremia pada orang
dewasa yang sehat.Begitu juga dengan rutin kegiatan sehari-hari dapat menantang fungsi
ginjal orang dewasa yang lebih tua karena berkurangnya efisiensi ginjal. Misalnya, ketika
orang dewasa yang lebih tua berkeringat saat berolahraga, mereka mungkin mudah lelah
karena penundaan terkait usia dalam mekanisme mengendalikan air dan konservasi natrium
(Miller, 2012).

Dengan bertambahnya usia, ginjal menjadi kurang responsif terhadap ADH dan
kurang mampu berkonsentrasi urin, menyebabkan peningkatan kadar ad dalam konsentrasi
maksimal kemih. Perubahan terkait usia juga meningkatkan produksi urin pada malam hari
pada orang dewasa yang lebih tua dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda,
bahkan tanpa adanya faktor patologis (Miller, 2012).

Orang dewasa yang lebih tua yang menggunakan obat-obatan tertentu atau memiliki
kondisi medis cenderung mengalami konsekuensi fungsional seperti berikut ini:

a. Diuretik lebih mungkin menyebabkan hipovolemia dan dehidrasi pada orang


dewasa yang lebih tua daripada orang yang lebih muda.
b. Dalam kondisi stres fisiologis (mis., Pembedahan, infeksi, atau kehilangan
cairan yang berlebihan), orang dewasa yang lebih tua cenderung mengalami
dehidrasi, penurunan volume, dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
lainnya.
c. Penurunan volume dapat terjadi segera setelah timbulnya penyakit yang
menghasilkan demam karena ketidakmampuan untuk mengkompensasi
kehilangan cairan yang tidak masuk akal.
d. Segala kondisi atau pengobatan yang merangsang sekresi ADH, seperti
pneumonia atau klorpropamid , kemungkinan menyebabkan keracunan air dan
hiponatremia pada orang dewasa yang lebih tua karena berkurangnya
kemampuan mereka untuk mengkompensasi tingkat ADH yang berlebihan.

Fungsi ginjal yang berkurang berkontribusi terhadap peningkatan insiden interaksi


obat dan reaksi obat yang merugikan pada orang dewasa yang lebih tua. Perubahan yang
berkaitan dengan usia ini kemungkinan besar mempengaruhi obat yang larut dalam air yang

Universitas Respati Yogyakarta 36


sangat tergantung pada GFR (mis., Antibiotik digoxin, simetidin, dan aminoglikosida) atau
fungsi tubulus ginjal (mis., Penisilin dan prokainamid). Kecuali jika dosis obat disesuaikan
untuk memperhitungkan perubahan terkait GFR dan fungsi tubular ginjal terkait usia,
ekskresi dapat ditunda dan zat beracun cenderung menumpuk. Efek obat yang merugikan ini
dapat secara signifikan merusak kemampuan fisik dan mental dan memiliki konsekuensi
fungsional yang mendalam (Miller, 2012).

2. Efek pada Pola Voiding

Karena perubahan yang berkaitan dengan usia, kandung kemih dari orang dewasa
yang lebih tua memiliki kapasitas yang lebih kecil, kosong tidak lengkap, dan kontrak selama
pengisian. Dengan demikian, orang dewasa yang lebih tua mengalami interval yang lebih
pendek antara berkemih, dan mereka memiliki waktu yang lebih sedikit antara persepsi
keinginan untuk membatalkan dan kebutuhan aktual untuk mengosongkan kandung
kemih.Orang dewasa yang lebih tua sering menggambarkan hal ini dengan mengatakan,
"Ketika Anda harus pergi, Anda harus pergi." Konsekuensi lain adalah bahwa kandung kemih
mempertahankan hingga 50 mL sisa urin setelah berkemih, menyebabkan bakteriuria gejala
atau asimptomatik dan membuat orang dewasa yang lebih tua terkena infeksi saluran kemih
(Miller, 2012).

Perubahan terkait usia dalam produksi urin diurnal di ginjal menyebabkan perubahan
pola berkemih menjadi keluaran urin lebih banyak pada malam hari dibandingkan pada siang
hari. Kondisi patologis (misalnya, hipotiroidisme, gagal jantung, insufisiensi vena) dan obat-
obatan tertentu (misalnya, penghambat saluran kalsium) adalah faktor risiko yang
menyebabkan frekuensi kemih dan nokturia yang terkait dengan posisi terlentang ( Rahn&
Roshanravan , 2009). Selain itu, kandung kemih yang terlalu aktif dan kondisi patologis
(misalnya, disfungsi dasar panggul pada wanita dan pembesaran prostat jinak pada pria)
adalah penyebab umum nokturia pada orang dewasa yang lebih tua (van Kerrebroeck ,
Hashim , Holm-Larsen, Robinson, & Stanley, 2010). Konsekuensi fungsional nokturia
termasuk gangguan tidur, peningkatan risiko jatuh di malam hari, dan penurunan kualitas
hidup ( Bliwise et al., 2009; Endeshaw , 2009; Vaughan et al., 2010).

Universitas Respati Yogyakarta 37


F. MACAM-MACAM GANGGUAN (PENYAKIT) PADA SISTEM GENITOURINARIA
1. Gagal Ginjal Akut
a. Definisi

Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi iginjal secara mendadak dan hamper
lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan glomerular.

b. Etiologi (salah satunya adalah terkait proses penuaan)


1. Pararel (hipoperfusi ginjal) adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal
dan urunnya lanju filtrasi glomerulus.
2. Intra renal (kerusakan akut jaringan ginjal) adalah akibat dari kerusakan struktur
glomerulus atau tubulus ginjal.
3. Pasca renal (obstruksi aliran urin) yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya
akibat dari obstruksi dibagian distal ginjal.
c. Manifestasi klinis
Hampir semua system tubuh dipengaruhi akibat adanya penurunan system
ginjal,seperti letargi disertai mual persisten,muntah dan diare. Kulit dan membrane mukosa
kering akibat dehidrasi dan napas mungkin berbauurin (fetor uremik).
System saraf pusat mencakup : rasa lemah,sakit kepala,kedutan otot dan kejang.
Perubahan haluaran urin: haluaran urin sedikit,dapat mengandung darah dan grafitas
spesifiknya rendah.
Peningkatan BUN dan kadar kreatinin: terjadi peningkatan yang tetap dalam BUN,
dan laju peningkatannya tergantung pada tingkat katabolisme (pemecahan protein),perfusi
renal dan masukan protein.
Hyperkalemia: pasien yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus tidak
mampu mengekresikan kalium.
Asidosismetaboli: pasien oliguria akuttidak dapat mengeliminasi muatan metabolic
seperti supstansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolic normal.
Abnormalitas kalsium dan fosfat :peningkata konsentrasi serum fosfat mungkin
terjadi, serum kalsium mungkin menurun sebagai respon terhadap penurunan absorbs kalsium
di usus dan sebagai mekanisme kompensasi terhadap peningkatan kadar serum fosfat.
Anemia: anemia yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak
dapat dielakan sebagai akibat dari penurunanan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal
uremik,penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah ,biasanya dari saluran GI.

Universitas Respati Yogyakarta 38


d. Patofisiologi
Meskipun patogenesis GGA dan oliguria tidak selalu diketahui, sering kali ada
masalah mendasar yang spesifik. Beberapa faktor mungkin reversibel jika diidentifikasi dan
diobati segera, sebelum fungsi ginjal terganggu. Hal ini berlaku untuk kondisi berikut yang
mengurangi aliran darah ke ginjal dan mengganggu fungsi ginjal: (1) hipovolemia; (2)
hipotensi; (3) penurunan curah jantung dan gagal jantung; (4) penyumbatan ginjal atau
saluran kemih bagian bawah oleh tumor, bekuan darah, atau batu ginjal; dan (5) obstruksi
bilateral arteri atau vena ginjal. Jika kondisi ini dirawat dan dikoreksi sebelum ginjal rusak
secara permanen, peningkatan BUN dan kadar kreatinin, oliguria, dan tanda-tanda lainnya
dapat dibalik.
Meskipun batu ginjal bukan penyebab umum GGA, beberapa jenis dapat
meningkatkan risiko GGA. Beberapa penyakit batu herediter (lihat Bab 45), batu struvite
primer, dan urolitiasis terkait infeksi yang terkait dengan anomali saluran kemih anatomis
dan fungsional dan cedera sumsum tulang belakang dapat menyebabkan serangan obstruksi
berulang serta kerusakan kristal spesifik pada sel epitel tubular dan sel ginjal interstitial.
(Suzanne C. Smeltzer.2010)

2. KETERBUKAAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAM GANGGUAN RENAL

a. Definisi

Pasien dengan gangguan ginjal biasanya mengalami ketidakseimbangan cairan


dan elektrolit dan memerlukan penilaian yang cermat dan pemantauan ketat untuk
tanda-tanda masalah potensial. Pasien yang asupan cairannya melebihi kemampuan
ginjal untuk mengeluarkan cairan dikatakan memiliki kelebihan cairan. Jika asupan
cairan tidak adekuat, pasien dikatakan mengalami penurunan volume dan dapat
menunjukkan tanda dan gejala defisit volume cairan. Catatan asupan dan keluaran
cairan (I&O), alat pemantauan utama, digunakan untuk mendokumentasikan
parameter cairan penting, termasuk jumlah cairan yang diambil (secara oral atau
parenteral), volume urin yang diekskresikan, dan kehilangan cairan lainnya (diare,
muntah , diaphoresis). Berat pasien juga penting, dan mendokumentasikan tren berat
adalah strategi penilaian kunci yang penting untuk menentukan cadangan cairan
harian dan menunjukkan tanda-tanda kelebihan cairan atau defisit cairan

Universitas Respati Yogyakarta 39


b. Etiologi

Penyakit ginjal kronis terjadi ketika penyakit atau kondisi merusak fungsi
ginjal, menyebabkan kerusakan ginjal memburuk selama beberapa bulan atau tahun.

Penyakit dan kondisi yang sering menyebabkan penyakit ginjal kronis


meliputi:

1. Diabetes tipe 1 atau tipe 2


2. Tekanan darah tinggi
3. Glomerulonefritis, radang unit penyaringan ginjal (glomerulus)
4. Nefritis interstitial, radang tubulus ginjal dan struktur sekitarnya
5. Penyakit ginjal polikistik
6. Obstruksi berkepanjangan pada saluran kemih, dari kondisi seperti prostat
membesar, batu ginjal dan beberapa jenis kanker
7. Vesikoureteral refluks, suatu kondisi yang menyebabkan urine untuk
kembali ke ginjal
8. Infeksi ginjal berulang, juga disebut pielonefritis

Penyebab gagal ginjal akut

Tiba-tiba kehilangan fungsi ginjal disebut cedera ginjal akut, yang juga dikenal
sebagai gagal ginjal akut. Gagal ginjal akut memiliki tiga penyebab utama, di
antaranya:

1. Kurangnya aliran darah ke ginjal


2. Kerusakan langsung pada ginjal itu sendiri
3. Penyumbatan urin dari ginjal

Sementara penyebab umum penyakit ini termasuk:

1. Sebuah luka trauma pada ginjal yang disertai dengan kehilangan darah
2. Dehidrasi
3. Kerusakan ginjal karena shock selama infeksi berat yang disebut sepsis
4. Obstruksi aliran urin, seperti akibat pembesaran prostat
5. Kerusakan karena obat-obatan tertentu atau toksin

Universitas Respati Yogyakarta 40


6. Komplikasi kehamilan, seperti eklampsia dan preeklampsia, atau terkait
Syndrome HELLP

c. Manifestasi klinis

Tanda-tanda dan gejala-gejala gangguan cairan dan elektrolit yang umum yang
dapat terjadi pada pasien-pasien dengan kelainan ginjal dan strategi-strategi
manajemen umumnya tercantum pada Tabel 44-1. Perawat terus menilai es, monitor,
dan memberitahu anggota priate appro dari tim perawatan kesehatan jika pasien
menunjukkan tanda-tanda ini. Strategi manajemen untuk gangguan cairan dan
elektrolit pada penyakit ginjal dibahas secara lebih mendalam nanti dalam bab ini

d. Patofisiologi

Penyebab yang mendasari CKD bermacam-macam seperti penyakit


glomerulus baik primer maupun sekunder, penyakit vaskular, infeksi, nefritis
interstisial, obstruksi saluran kemih. Patofisiologi penyakit ginjal kronik melibatkan 2
mekanisme kerusakan : (1) mekanisme pencetus spesifik yang mendasari kerusakan
selanjutnya seperti kompleks imun dan mediator inflamasi pada glomerulo nefritis,
atau pajanan zat toksin pada penyakit tubulus ginjal dan interstitium; (2) mekanisme
kerusakan progresif yang ditandai dengan adanya hiperfiltrasi dan hipertrofi nefron
yang tersisa.

Ginjal kita memiliki 1 juta nefron, dan masing – masing memiliki kontribusi
terhadap total GFR. Pada saat terjadi renal injury karena etiologi seperti yang telah
dijelaskan di atas, pada awalnya ginjal masih memiliki kemampuan untuk
mempertahankan GFR. Namun pada akhirnya nefron sehat yang tersisa ini akan
mengalami kegagalan dalam mengatur autoregulasi tekanan glomerular, dan akan
menyebabkan hipertensi sistemik dalam glomerulus. Peningkatan tekanan glomerulus
ini akan menyebabkan hipertrofi nefron yang sehat sebagai mekanisme kompensasi.
Pada tahap ini akan terjadi poliuria, yang bisa menyebabkan dehidrasi dan
hiponatremia akibat ekskresi Na melalui urin meningkat. Peningkatan tekanan
glomerulus ini akan menyebabkan proteinuria. Derajat proteinuria sebanding dengan
tingkat progresi dari gagal ginjal. Reabsorpsi protein pada sel tubuloepitelial dapat
menyebabkan kerusakan langsung terhadap jalur lisosomal intraselular, meningkatkan
stres oksidatif, meningkatkan ekspresi lokal growth faktor, dan melepaskan faktor

Universitas Respati Yogyakarta 41


kemotaktik yang pada akhirnya akan menyebabkan inflamasi dan fibrosis
tubulointerstitiel melalui pengambilan dan aktivasi makrofag. (Sherwood, L. 2012).

3. GANGGUAN PENYEWAAN Penyakit Ginjal Kronis

a. Definisi

Penyakit ginjal kronis (CKD) adalah istilah umum yang menggambarkan


kerusakan ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) selama 3 bulan atau
lebih (Thomas-Hawkins & Zazworsky , 2005). CKD dikaitkan dengan penurunan
kualitas hidup, peningkatan pengeluaran perawatan kesehatan, dan kematian dini.
CKD yang tidak diobati dapat menyebabkan penyakit ginjal stadium akhir (ESRD)
dan memerlukan terapi penggantian ginjal (dialisis atau transplantasi ginjal). Faktor
risiko termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes, hipertensi, dan obesitas. Penelitian
terbaru melaporkan bahwa 16,8% dari populasi AS yang berusia 20 tahun ke atas
memiliki CKD (Centers for Disease Control and Prevention [CDC], 2007). Diabetes
adalah penyebab utama CKD. Antara 25% dan 40% pasien dengan diabetes tipe 1 dan
5% hingga 40% dari mereka yang menderita diabetes tipe 2 mengalami kerusakan
ginjal (Thomas & Atkins, 2006). Diabetes adalah penyebab utama gagal ginjal pada
pasien yang memulai terapi penggantian ginjal. Penyebab utama kedua adalah
hipertensi, diikuti oleh glomerulonefritis dan pielonefritis; gangguan polikistik,
herediter, atau bawaan; dan kanker ginjal (US Renal Data System [USRDS], 2007).

b. Etiologi

CKD telah diklasifikasikan ke dalam lima tahap oleh National Kidney


Foundation (NKF) (Grafik 44-1). Tahap 5 terjadi ketika ginjal tidak dapat membuang
sisa metabolisme tubuh atau menjalankan fungsi pengaturan dan terapi penggantian
ginjal diperlukan untuk mempertahankan hidup. Penyaringan dan intervensi awal
adalah penting, karena tidak semua pasien berkembang ke stadium 5 CKD. Pasien
dengan CKD berada pada peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, penyebab
utama morbiditas dan mortalitas (Thomas & Atkins, 2006). Pengobatan hipertensi,
anemia, dan hiperglikemia dan deteksi proteinuria semua membantu memperlambat
perkembangan penyakit dan meningkatkan hasil pasien (Compton, 2007).

Universitas Respati Yogyakarta 42


c. Manifestasi klinis

Peningkatan kadar kreatinin serum mengindikasikan penyakit ginjal yang


mendasarinya; Ketika tingkat kreatinin meningkat, gejala penyakit ginjal kronis
dimulai. Anemia, karena penurunan produksi erythropoietin oleh ginjal; asidosis
metabolik; dan kelainan dalam kalsium dan fosfor menandakan perkembangan CKD.
Retensi cairan, dibuktikan dengan edema dan gagal jantung kongestif, berkembang.
Ketika penyakit berkembang, kelainan pada elektrolit terjadi, gagal jantung
memburuk, dan hipertensi menjadi lebih sulit untuk dikendalikan.

d. Patofisiologi

Pada tahap awal CKD bisa ada kerusakan yang signifikan pada ginjal tanpa
tanda atau gejala. Patofisiologi CKD belum dipahami dengan jelas , tetapi kerusakan
ginjal diperkirakan disebabkan oleh peradangan akut yang berkepanjangan yang tidak
spesifik organ dan dengan demikian memiliki manifestasi sistemik yang halus.
(Sherwood, L. 2012).

4. NEFROSKLEROSIS

a. Definisi

( pengerasan pembuluh darah ginjal) paling sering disebabkan oleh hipertensi


dan diabetes yang berkepanjangan. Nephrosclerosis adalah penyebab utama CKD dan
ESRD sekunder akibat banyak gangguan.

b. Etiologi

Gejala jarang terjadi pada awal penyakit, meskipun urin biasanya mengandung
protein dan gips sesekali. Ketidakcukupan ginjal dan tanda-tanda serta gejala yang
terkait terjadi terlambat pada penyakit.

c. Manifestasi klinis
Gejala:
Gejala-gejalanya disebabkan oleh cedera di otak, jantung dan ginjal akibat
tekanan darah tinggi yang berat; tekanan diastolik biasanya lebih tinggi dari
130 mmHg. Gejalanya berupa:

Universitas Respati Yogyakarta 43


1. Gelisah.
2. Linglung.
3. Mengantuk.
4. Penglihatan kabur.
5. Sakit kepala.
6. Mual.
7. Muntah.
8. Hematuria makroskopik.
9. Proteinuria berat.
10. Peningkatan kreatinin plasma

d. Patofisiologi

Ada dua bentuk nefrosklerosis : ganas (dipercepat) dan jinak. Nefrosklerosis


maligna sering dikaitkan dengan hipertensi yang signifikan (tekanan darah diastolik
lebih tinggi dari 130 mm Hg). Ini biasanya terjadi pada orang dewasa muda dan dua
kali lebih sering pada pria dibandingkan dengan wanita. Kerusakan disebabkan oleh
penurunan aliran darah ke ginjal yang mengakibatkan nekrosis parsial pada ginjal.
Seiring waktu, fibrok terjadi dan glomeruli dihancurkan . Proses penyakit berkembang
pesat. Tanpa dialisis, lebih dari setengah pasien meninggal karena uremia (kelebihan
urea dan limbah nitrogen lainnya dalam darah) dalam beberapa tahun. Nefrosklerosis
jinak dapat ditemukan pada orang dewasa yang lebih tua, terkait dengan aterosklerosis
dan hipertensi. (Sherwood, L. 2012).

5. SINDROM NEPHRITIK AKUT


a. Definisi

Sindrom nefritik akut adalah manifestasi klinis peradangan glomerulus ( Porth


& Matfin , 2009). Glomerulonefritis adalah peradangan kapiler glomerulus yang dapat
terjadi dalam bentuk akut dan kronis.

b. Etiologi

Pada sindrom nefritik akut, ginjal menjadi besar, edematosa, dan tersumbat.
Semua jaringan ginjal termasuk glomeruli, tubulus, dan pembuluh darah dipengaruhi
oleh berbagai tingkat. Pasien dengan nefropati IgA memiliki serum IgA yang tinggi
dan level komplemen yang rendah hingga normal. Mikroskopi elektron dan analisis

Universitas Respati Yogyakarta 44


immuno-fluorescent membantu mengidentifikasi sifat lesi; Namun, biopsi ginjal
mungkin diperlukan untuk diagnosis pasti. (Lihat Bab 43 untuk pembahasan biopsi
ginjal.)

Jika pasien membaik, jumlah urin meningkat dan protein dan sedimen urin
berkurang. Persentase orang dewasa yang pulih tidak diketahui. Beberapa pasien
mengalami uremia parah (kelebihan urea dan limbah nitrogen lainnya dalam darah)
dalam beberapa minggu dan memerlukan dialisis untuk bertahan hidup. Lainnya,
setelah periode pemulihan yang jelas, secara diam-diam mengembangkan
glomerulonefritis kronis.

c. Manifestasi klinis

Fitur menyajikan utama dari glomerulus peradangan akut adalah hematuria,


edema, azotemia, konsentrasi abnormal limbah nitrogen dalam darah, dan proteinuria
atau kelebihan protein dalam urin (Porth & Mat fi n, 2009). Hematuria mungkin
mikroskopis (hanya dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan mikroskopis) atau
makroskopis (terlihat oleh mata). Urin mungkin tampak berwarna cola karena sel
darah merah (RBC) dan sumbatan protein atau gips; Gips RBC menunjukkan cedera
glomerulus. Glomerulonefritis mungkin ringan dan hematuria ditemukan secara
kebetulan melalui urinalisis rutin, atau penyakitnya mungkin berat, dengan gagal
ginjal akut (gagal ginjal akut) dan oliguria.

Beberapa derajat edema dan hipertensi terjadi pada sebagian besar pasien.
Proteinuria yang ditandai karena peningkatan permeabilitas membran glomerulus juga
dapat terjadi, dengan edema pitting, hipoalbuminemia , hiperlipidemia, dan gips
berlemak dalam urin. Nitrogen urea darah (BUN) dan kadar kreatinin serum dapat
meningkat saat output urin menurun. Selain itu, anemia mungkin ada.

Dalam bentuk penyakit yang lebih parah, pasien juga mengeluh sakit kepala,
malaise, dan nyeri pada pergelangan kaki. Pasien lanjut usia mungkin mengalami
kelebihan sirkulasi dengan dispnea, vena leher membesar, kardiomegali, dan edema
paru. Gejala atipikal termasuk kebingungan, mengantuk, dan kejang, yang sering
dikacaukan dengan gejala gangguan neurologis primer.

Universitas Respati Yogyakarta 45


d. Patofisiologi

Penyakit glomerulus primer meliputi glomerulonefritis postinfektif ,


glomerulonefritis progresif cepat, glomerulonefritis proliferatif membran, dan
glomerulonefritis membran. Penyebab pascainfeksi adalah kelompok A infeksi
streptokokus betahemolitik pada tenggorokan yang mendahului timbulnya
glomerulonefritis pada 2 hingga 3 minggu (Gambar 44-1). Ini mungkin juga
mengikuti impetigo (infeksi kulit) dan infeksi virus akut (infeksi saluran pernapasan
atas, gondong, virus varicella zoster, virus Epstein-Barr, hepatitis B, dan infeksi
human immunode fi siensi virus [HIV]). Pada beberapa pasien, antigen di luar tubuh (
misalnya , obat-obatan, serum asing) memulai proses, menghasilkan kompleks
antigen-antibodi yang disimpan di glomeruli. Pada pasien lain, jaringan ginjal itu
sendiri berfungsi sebagai antigen penghasut. (Sherwood, L. 2012).

6. GLOMERULONEPHRITIS KRONIS

a. Definisi

Glomerulonefritis kronis dapat disebabkan oleh episode berulang sindrom


nefritik akut, nefrosklerosis hipertensi , hiperlipidemia, cedera tubulointerstisial kronis
, atau sklerosis glomerulus yang dimediasi hemodinamik . Penyakit glomerulus
sekunder yang dapat memiliki efek sistemik termasuk lupus erythematosus , sindrom
Goodpasture (disebabkan oleh antibodi pada membran basal glomerulus),
glomerulosklerosis diabetikum , dan amiloidosis.

b. Etiologi

Penyebab GNA adalah bakteri, virus, dan proses imunologis lainnya, tetapi
pada anak penyebab paling sering adalah pasca infeksi streptococcus β
haemolyticus; sehingga seringkali di dalam pembicaraan GNA pada anak yang
dimaksud adalah GNA pasca streptokokus (Noer, 2002). Glomerulonefritis
akut paska streptokokus menyerang anak umur 5 – 15 tahun, anak laki – laki
berpeluang menderita 2 kali lebih sering dibanding anak perempuan, timbul
setelah 9 – 11 hari awitan infeksi streptokokus (Nelson, 2002). Timbulnya
GNA didahului oleh infeksi bakteri streptokokus ekstra renal, terutama infeksi
di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh bakteri streptokokus

Universitas Respati Yogyakarta 46


golongan A tipe 4, 12, 25. Hubungan antara GNA dengan infeksi streptokokus
dikemukakan pertama kali oleh Lohleintahun 1907 dengan alasan;

a. Timbul GNA setelah infeksi skarlatina

b. Diisolasinya bakteri streptokokus βhemolitikus

c. Meningkatnya titer streptolisin pada serum darah Faktor iklim, keadan gizi,
keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi terjadinya GNA, setelah
terjadi infeksi kuman streptokokus.

c. Manifestasi klinis

Gejala-gejala glomerulonefritis kronis bervariasi. Beberapa pasien dengan


penyakit parah tidak memiliki gejala sama sekali selama bertahun-tahun ( Porth &
Mat , 2009). Kondisi ini dapat ditemukan ketika hipertensi atau peningkatan BUN dan
kadar kreatinin serum terdeteksi. Sebagian besar pasien melaporkan gejala umum,
seperti kehilangan berat dan kekuatan, peningkatan iritabilitas, dan peningkatan
kebutuhan untuk buang air kecil di malam hari ( nocturia ). Sakit kepala, pusing, dan
gangguan pencernaan juga sering terjadi.

Ketika glomerulonefritis kronis berkembang, tanda dan gejala CKD dan gagal
ginjal kronis dapat terjadi. Pasien tampak kurang gizi, dengan pigmentasi kuning-abu-
abu pada kulit dan edema periorbital dan perifer (tergantung). Tekanan darah mungkin
normal atau sangat meningkat. Temuan retina termasuk perdarahan, eksudat, arteriol
berliku menyempit, dan papilledema. Anemia menyebabkan selaput lendir pucat.
Kardiomegali, irama gallop, vena leher buncit, dan tanda-tanda serta gejala gagal
jantung lainnya mungkin ada. Kresek bisa didengar di pangkalan paru-paru.

Neuropati perifer dengan refleks tendon yang dalam berkurang dan perubahan
neurosensorik terjadi terlambat pada penyakit. Pasien menjadi bingung dan
menunjukkan rentang perhatian yang terbatas. Temuan akhir tambahan termasuk
bukti perikarditis dengan gesekan gesekan perikardial dan pulsus paradoxus
(perbedaan tekanan darah selama inspirasi dan ekspirasi lebih dari 10 mm Hg).

d. Patofisiologi

Ginjal berkurang menjadi hanya seperlima dari ukuran normalnya (sebagian


besar terdiri dari jaringan fibrosa). Ketebalan lapisan korteks menyusut menjadi 1

Universitas Respati Yogyakarta 47


hingga 2 mm atau kurang. Pita jaringan parut mendistorsi korteks yang tersisa,
membuat permukaan ginjal kasar dan tidak teratur. Banyak glomeruli dan tubulusnya
menjadi parut , dan cabang-cabang arteri ginjal menebal. Kerusakan glomerulus yang
parah dapat terjadi berkembang menjadi stadium 5 CKD dan membutuhkan terapi
penggantian ginjal. (Sherwood, L. 2012).

7. SINDROM NEPHROTIC

a. Definisi

Sindrom nefrotik adalah jenis gagal ginjal yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas glomerulus dan dimanifestasikan oleh proteinuria masif ( Porth & Mat ,
2009). Temuan klinis termasuk peningkatan protein yang nyata (terutama albumin)
dalam urin (proteinuria), penurunan albumin dalam darah ( hipoalbuminemia ), edema
difus, kolesterol serum tinggi, dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia).
Sindrom ini jelas dalam kondisi apa pun yang secara serius merusak membran kapiler
glomerulus dan menghasilkan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma. Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, hati tidak dapat
mengikuti kehilangan albumin setiap hari melalui ginjal. Dengan demikian, hasil
hipoalbuminemia

b. Manifestasi klinis

Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Biasanya lunak dan pitting
dan biasanya terjadi di sekitar mata ( periorbital ), di daerah dependen (sakrum,
pergelangan kaki, dan tangan), dan di perut (asites). Pasien juga dapat menunjukkan
iritabilitas, sakit kepala, dan malaise.

c. Patofisiologi

Sindrom nefrotik terjadi dengan banyak penyakit ginjal intrinsik dan penyakit
sistemik yang menyebabkan kerusakan glomerulus. Ini bukan penyakit glomerulus
spesifik tetapi konstelasi temuan klinis yang dihasilkan dari kerusakan glomerulus (
Porth & Mat , 2009). (Sherwood, L. 2012).

Universitas Respati Yogyakarta 48


8. PENYAKIT GINJAL POLIKISTIK

a. Definisi

Penyakit ginjal polikistik (PKD) adalah kelainan genetik yang ditandai dengan
pertumbuhan banyak kista di ginjal. Ketika kista terbentuk di ginjal, mereka dipenuhi
dengan cairan, menghancurkan nefron. Kista PKD dapat memperbesar ginjal secara
mendalam sambil mengganti sebagian besar struktur normal, yang mengakibatkan
berkurangnya fungsi ginjal dan menyebabkan gagal ginjal.

b. Etiologi

Beberapa gejala yang biasanya muncul pada penyakit ginjal polikistik adalah:

1. Terbentuknya batu ginjal.


2. Kulit menjadi mudah memar.
3. Membesarnya ukuran perut.
4. Urine mengandung darah.
5. Warna kulit menjadi pucat.
6. Sakit kepala.
7. Kelelahan.
8. Nyeri pada tubuh bagian samping dan belakang.
9. Sering buang air kecil.
10. Nyeri pada persendian.
11. Gagal ginjal.
12. Ketidaknormalan pada kuku.
13. Infeksi saluran kemih atau ginjal.

c. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala PKD terjadi akibat hilangnya fungsi ginjal dan meningkatnya
ukuran ginjal seiring kista tumbuh. Kerusakan ginjal dapat menyebabkan hematuria,
poliuria (sejumlah besar urin), hipertensi , perkembangan batu ginjal dan infeksi
saluran kemih terkait, dan proteinuria. Kista yang tumbuh dicatat dengan laporan
perut penuh dan nyeri pada pergelangan kaki (punggung dan sisi bawah).

Universitas Respati Yogyakarta 49


d. Patofisiologi

PKD juga dapat menyebabkan kista di hati dan masalah pada organ lain,
seperti pembuluh darah di otak dan jantung. Jumlah kista dan juga komplikasi yang
ditimbulkannya membantu membedakan PKD dari kista “sederhana” yang biasanya
tidak berbahaya yang dapat terbentuk di ginjal pada tahun-tahun kehidupan
selanjutnya. Di Amerika Negara, PKD, dan penyakit kistik adalah penyebab utama
gagal ginjal kelima. Ada dua bentuk utama PKD yang diwariskan:

• PKD dominan autosomal adalah bentuk bawaan yang paling umum. Gejala
biasanya berkembang antara usia 30 dan 40, tetapi mereka dapat mulai lebih awal,
bahkan di masa kecil. Sekitar 90% dari semua kasus PKD adalah autosomal dominan
PKD.

• PKD resesif autosomal adalah bentuk warisan yang jarang. Gejala PKD
resesif autosomal dimulai pada bulan-bulan awal kehidupan atau di dalam rahim.

Ketika autosomal dominan PKD menyebabkan gagal ginjal, yang biasanya


terjadi setelah bertahun- tahun , pasien memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
Sekitar setengah orang dengan tipe PKD yang paling umum berkembang menjadi
CKD stadium 5, yang membutuhkan penggantian ginjal. (Sherwood, L. 2012).

9. KANKER PENDAPATAN

a. Definisi

Kanker ginjal menyumbang sekitar 3% dari semua kanker pada pria dewasa
dan 2% pada wanita dewasa di Amerika Serikat (American Cancer Society, 2009). Di
Amerika Serikat, kejadian kanker ginjal di semua tahap telah meningkat dalam dua
dekade terakhir. Insiden karsinoma sel ginjal lebih tinggi pada pria dan wanita dengan
peningkatan indeks massa tubuh. Penggunaan tembakau terus menjadi faktor risiko
yang signifikan untuk karsinoma ginjal

Jenis karsinoma ginjal yang paling umum muncul dari epitel ginjal dan
menyumbang lebih dari 85% dari semua tumor ginjal. Tumor ini dapat bermetastasis
awal ke paru-paru, tulang, hati, otak, dan ginjal kontralateral. Seperempat pasien
memiliki penyakit metastasis pada saat diagnosis. Meskipun teknik pencitraan

Universitas Respati Yogyakarta 50


ditingkatkan meningkatkan deteksi kanker ginjal tahap awal, tidak diketahui mengapa
tingkat kanker ginjal stadium akhir tinggi (Cohen & McGovern, 2005).

b. Etiologi
Berikut adalah beberapa gejala kanker yang tidak boleh diabaikan:
1. Muncul benjolan yang tidak lazim
2. Perubahan pada kulit
3. Masalah pada kelenjar getah bening
4. Berat badan turun tanpa sebab
5. Batuk atau sesak yang berkepanjangan
6. Rasa sakit tanpa sebab
7. Perdarahan tidak normal
c. Manifestasi klinis
Secara umum, ada dua faktor penyebab kanker yang paling sering terjadi,
yaitu:
 Faktor internal. Anda mungkin terlahir dengan mutasi genetik yang diwariskan
dari orangtua Anda. Jenis mutasi ini bertanggung jawab atas persentase kecil dari
penyakit ini.
 Faktor eksternal. Kebanyakan mutasi gen terjadi setelah kelahiran dan tidak
diwariskan. Sejumlah faktor dapat menyebabkan mutasi gen seperti merokok, radiasi,
virus, bahan kimia penyebab kanker (karsinogen), obesitas, hormon, peradangan
kronis dan kurangnya berolahraga.

d. Patofisiologi

Banyak tumor ginjal tidak menghasilkan gejala dan ditemukan pada


pemeriksaan fisik rutin sebagai massa perut yang teraba. Tanda dan gejala klasik,
yang terjadi hanya pada 10% pasien, termasuk hematuria, nyeri, dan massa di
pergelangan kaki (Cohen & McGovern, 2005). Tanda biasa yang pertama kali
meminta perhatian pada tumor adalah hematuria tanpa rasa sakit, yang mungkin
intermiten dan mikroskopis atau kontinu dan kasar. Mungkin ada nyeri tumpul di
punggung akibat tekanan yang dihasilkan oleh kompresi ureter, perluasan tumor ke
area perirenal , atau pendarahan ke dalam jaringan ginjal. Nyeri kolik terjadi jika
gumpalan atau massa sel tumor melewati ureter. Gejala-gejala dari metastasis
mungkin merupakan manifestasi pertama dari tumor ginjal dan mungkin termasuk

Universitas Respati Yogyakarta 51


penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, peningkatan kelemahan, dan
anemia. (Sherwood, L. 2012).

10. GAGAL GINJAL KRONIS (Penyakit Ginjal Stadium Akhir)

a. Definisi

Gagal ginjal akut (GGA) adalah kehilangan fungsi ginjal yang cepat karena
kerusakan pada ginjal. Bergantung pada durasi dan tingkat keparahan GGA, berbagai
komplikasi metabolik yang berpotensi mengancam jiwa dapat terjadi, termasuk
asidosis metabolik serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Pengobatan
ditujukan untuk mengganti fungsi ginjal sementara untuk meminimalkan komplikasi
yang berpotensi mematikan dan mengurangi potensi penyebab peningkatan cedera
ginjal dengan tujuan meminimalkan hilangnya fungsi ginjal jangka panjang. GGA
adalah masalah yang terlihat pada pasien rawat inap dan mereka yang berada di
pengaturan rawat jalan. Kriteria ARF yang diterima secara luas adalah peningkatan
50% atau lebih besar dalam kreatinin serum di atas garis dasar (kreatinin normal
kurang dari 1,0 mg / dL ) (Best & Counselman , 2008). Volume urin mungkin normal,
atau perubahan dapat terjadi. Kemungkinan perubahan meliputi oliguria (kurang dari
500 mL / hari), nonoliguria (lebih dari 800 mL / hari), atau anuria (kurang dari 50 mL
/ hari) (Hitungan, 2008).

b. Etiologi

Gagal ginjal kronis sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal dan
berkembang secara perlahan-lahan. Namun, umumnya tanda dan gejala tahap akhir
dari penyakit gagal ginjal kronis adalah:

1. Mual dan muntah


2. Hilangnya nafsu makan
3. Perasaan lemah dan lesu
4. Sesak napas
5. Sakit perut
6. Masalah mulut
7. Frekuensi buang air kecil yang meningkat, terutama di malam hari
8. Mati rasa, kesemutan, terbakar kaki panas dan tangan
9. Kram otot dan kejang otot

Universitas Respati Yogyakarta 52


10. Gangguan tidur
11. Kulit gatal
12. Menurunnya ketajaman mental
13. Tekanan darah tinggi yang sulit dikontrol
14. Nyeri pada dada karena penumpukan cairan di sekitar jantung
15. Pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, atau tangan

c. Manifestasi klinis

setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kegagalan mekanisme pengaturan ginjal


normal. Pasien mungkin tampak sakit kritis dan lesu. Kulit dan selaput lendir kering
karena dehidrasi. Tanda dan gejala sistem saraf pusat termasuk kantuk, sakit kepala,
kejang otot, dan kejang. Tabel 44-2 merangkum karakteristik klinis umum dalam
ketiga kategori GGA.

d. Patofisiologi

Meskipun patogenesis GGA dan oliguria tidak selalu diketahui , sering kali
ada masalah mendasar yang spesifik. Beberapa faktor mungkin reversibel jika
diidentifikasi dan diobati segera, sebelum fungsi ginjal terganggu. Ini berlaku untuk
kondisi-kondisi berikut yang mengurangi aliran darah ke ginjal dan merusak fungsi
ginjal: (1) hipovolemia; (2) hipotensi; (3) penurunan curah jantung dan gagal jantung;
(4) penyumbatan ginjal atau saluran kemih bagian bawah oleh tumor, bekuan darah,
atau batu ginjal; dan (5) obstruksi bilateral arteri atau vena ginjal. Jika kondisi ini
dirawat dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen , peningkatan BUN dan
kadar kreatinin, oliguria, dan tanda-tanda lainnya dapat dibalik. (Sherwood, L. 2012).

G. PATHWAY PENUAAN SISTEM GENITOURINARIA


Terlampir
H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian
a. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
Subyekti :
- Menurut Tn A kesehatanyna saat ini tidak baik, dikarenakan kondisinya sudah
tua.

Universitas Respati Yogyakarta 53


- Menurut Tn A ia tidak mampu mengatasi masal kesehatannya, ia sudah mencoba
minum banyak air tetapi BAK yang keluar masih berwarna kuning pekat, ia juga
meminum obat untuk mnghilangkan rasa nyerinya tetapi nyerinya hanya hilang
sesaat waktu minum obat.
- Menurut Tn A dulu ia bekerja sebagai supir dalam sehari ia bekerja hingga 12
jam dengan waktu istirahat 1 jam (termasuk makan). Sekarang aktivitasnya
sebagai petani dan sering mengkonsumsi kopi
- Tn A mengatakan meminum obat yang dibelinya di warung untuk menghilangkan
rasa nyerinya tetapi nyerinya hanya hilang sesaat waktu minum obat.
- Menurut Tn A pemeliharaa kesehatan menurut agama diwajibkan untuk
melakukan khitanan
- Tn A mengatakan ia tidak pernah ke dokter umum atau tenaga kesehatan lainnya
- Tn A mengatakan ia sering mengkonsumsi makanan capat saji dan minum kopi
sehari 2 kali
- Tn A mengatakan ia tidak mempunyai cukup sumber informasi pengetahuan
mengenai pemeriksaan kesehatan
- Munurut Tn A pemeliharan kesehatan itu mandi dua kali sehari
Objektif :
- Sebelum sakit: rambut berketombe tidak berminyan dan kotor, kulit terdapat panu
pada area leher,tidak ada bau mulut, ada plak, gigi kuning ada karies

b. POLA NUTRISI METABOLIK


Subyektif:
- TN A mengatakan jenis makanan yang dikonsumsi yaitu seperti gorengan
kadang, sayur kadang, nasi, tahu dan tempe
- Tn A mengatakan dulu ia sering mengkonsumsi minuman berenergi setiap
harinya sehari bias sampa 3 botol, dan sekarang ia mimum kopi sehari dua gelas
- Tn A mengatakan ia menyukai nasi goreng, dalam seminggu ia mengkonsumsi 3
kali
- TN A mengatakan nafsu makan baik
- Tn A mengatakan tidak ada kesulitan saat makan seperti nyeri telan, mual,
kembung
- TN A mengatakan tidak ada diet

Universitas Respati Yogyakarta 54


- Tn A mengatakan minum air putih 4-5 gelas (500 cc) belimbing per hari, kopi 1
(100) gelas pehari makan 2x perhari, BAK 7 kali perhari tetapi sedikit
- Tn.A mengatakan 57kg, dari di hitung IMT (22,6 ) BB Tn A normal
Objektif:
- Kondisi rambut berketombe, kulit terdapat panu pada leher,ananemis sclera putih,
terdapat plak, caries gigi, mulut tidak bau, gusi tidak berdarah, lidah tidak pecah,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak pucat,tapak lemas, suhu :37,2
C, nadi : 94x/m, TD :150/85mmHg
- Bising usus 10 x permenit, tidat ada asites, tidak ada hepatomegali maupu
splenomegali
- Tampak Tn A dapat mengunyah makanan keras seperti daging
- Tampak Tn A tidak menggunakan gigi palsu

- Hb: 10 gr/dl BB: 57, TB:160 IMT 22,66 (normal)

c. POLA ELIMINASI
Sunyektif:
- TN A mengatakan BAB 1 kali sehari denga konsistensi padat warna kecoklatan
dan tidak nyeri saat BAB
- Tn A mengatakan tidak menngalami kesulitsn saat BAB
- Tn A mengatkan tidak mengunakan obat obatan yang terkait dengan BAB
- Tn A mengatakan BAK 4 kali sehari warna kuning pekat, oliguri dan merasakan
nyeri pinggang
Objektif:
- Abdomen tidak asites, tidak ada pembesran hati atau hepatomegali dan
splenomegali
- Tn A Tidak tampak memgang perut
- BUN kreatinin 13,1 mg/dl, Hb 10 gr/dl, ureum 273 mg/dl

d. POLA PERAN –HUBUNGAN


Subyektif:
- Tn.A mengatakan ia tidak mengikuti organisasi atau kegiatan social lansia.
- Menurut Tn.A hubungannya dengan keluarga maupun dengan tetangga di
lingkungan tempat tinggalnya baik-baik saja .

Universitas Respati Yogyakarta 55


- Menurut Tn.A tugasnya sebagai kepala keluarga sudah tidak bisa ia jalankan
sendiri karena tenaganya yang sudah tidak kuat lagi untuk berkeja sehingga
digantikan oleh anak laki-lakinya yang pertama untuk menghidupi biaya
kesehariannya.
- Tn.A mengatakan ia tidak pernah memukuli istri dan anak-anaknya, ia hanya
menegur mereka jika mereka berbuat salah.
- Menurut Tn.A ia tidak mengalami kesulitan saat berbicara.
- Menurut Tn.A ia tidak merasakan adanya ketegangan dilingkungan sekitarnya.
Obyektif:
- Tampak interaksi Tn.A kepada istri dan anak-anaknya sangat baik,namun
interaksi dari anak-anaknya kepada Tn.A tampak tidak mempedulikan ayahnya.
(11 pola gordon)

PENILAIAN KEPERAWATAN FUNGSI URIN

Perawat dapat mengidentifikasi peluang untuk intervensi promosi kesehatan dengan


menilai semua aspek fungsi urin berikut:

1. Faktor risiko yang memengaruhi fungsi urin secara keseluruhan


2. Faktor risiko yang meningkatkan potensi inkontinensia
3. Tanda dan gejala disfungsi apa pun yang melibatkan eliminasi urin
4. Ketakutan dan sikap tentang disfungsi urin
5. Konsekuensi psikososial dari inkontinensia
Perawat mendapatkan sebagian besar informasi ini dengan mewawancarai orang
dewasa yang lebih tua dan pengasuh orang dewasa yang lebih tua bergantung. Selain itu,
perawat memperoleh data objektif dari tes laboratorium dan dengan mengamati perilaku,
isyarat perilaku, dan pengaruh lingkungan. (Sherwood, L. 2012).

Mengidentifikasi Peluang untuk Promosi Kesehatan

menyajikan pertanyaan wawancara terkait dengan eliminasi urin. Jika informasi sudah
tersedia dari yang lain bagian dari penilaian (misalnya, penggunaan obat dan riwayat medis),
perawat memasukkannya ke dalam penilaian eliminasi urin daripada pertanyaan berulang.
Perawat melengkapi wawancara penilaian mereka dengan memperoleh informasi tentang

Universitas Respati Yogyakarta 56


pola eliminasi urin seseorang dan dengan menilai faktor-faktor lingkungan yang dapat
mengganggu kontrol atas eliminasi urin.

Buku harian kandung kemih — juga disebut catatan kandung kemih, bagan
inkontinensia, atau batal atau buku harian kemih — adalah salah satu metode untuk
memperoleh informasi tentang pola eliminasi urin (Gambar 19-1). Alat penilaian yang
direkomendasikan secara luas ini digunakan untuk mendokumentasikan informasi tentang
asupan cairan, waktu buang air kecil, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
kontinensi (Dowling- Castronovo & Specht , 2009). Perawat menggunakan informasi dari
buku harian kandung kemih untuk mengidentifikasi penyebab potensial dan intervensi untuk
inkontinensia, terutama yang berkaitan dengan mengidentifikasi peluang untuk pendidikan
kesehatan (Sherwood, L. 2012).

PEDOMAN UNTUK MENILAI ELIMINASI URIN

1. Pertanyaan Wawancara untuk Menilai Faktor Risiko yang Memengaruhi


Penghapusan Urin
- (Pria) Apakah Anda pernah menjalani operasi untuk masalah prostat atau
kandung kemih?
- (Pria ) Pernahkah Anda diberi tahu bahwa Anda memiliki masalah prostat? (
atau Apakah Anda pikir Anda memiliki masalah prostat?)
- (Wanita ) Apakah Anda punya anak? (Jika ya, tanyakan tentang jumlah
kehamilan dan masalah dengan melahirkan.)
- (Wanita ) Apakah Anda pernah menjalani operasi untuk gangguan panggul,
kandung kemih, atau uterus?
- (Wanita ) Apakah Anda memiliki infeksi di area vagina Anda?
- Apakah Anda merasakan sakit, terbakar, atau tidak nyaman saat buang air
kecil (mengeluarkan air)?
- Pernahkah Anda mengalami infeksi saluran kemih?
- Apakah Anda memiliki penyakit kronis?
- Obat apa yang Anda ambil?
- Apakah Anda memiliki masalah dengan usus Anda?
- Berapa banyak air dan cairan lain yang Anda minum di siang hari? (Tanyakan
detail waktu dan jumlah minuman beralkohol, berkarbonasi, dan berkafein
yang dikonsumsi.)

Universitas Respati Yogyakarta 57


2. Wawancara Pertanyaan untuk Menilai Faktor Risiko untuk Eliminasi Urin
yang Sesuai Secara Sosial
- Apakah Anda memiliki kesulitan berjalan atau kesulitan dengan
keseimbangan?
- Apakah Anda kesulitan membaca tanda-tanda atau menemukan toilet ketika
Anda berada di tempat umum?

3. Wawancara Pertanyaan untuk Menilai Tanda dan Gejala Disfungsi Urin


- Apakah Anda pernah bocor urin?
- Apakah Anda pernah mengenakan pembalut atau pakaian pelindung untuk
melindungi pakaian Anda dari basah?
- Apakah Anda pernah mengalami kesulitan menahan air seni cukup lama untuk
sampai ke toilet? ( atau Berapa lama Anda bisa menahan air seni setelah Anda
pertama kali merasa perlu pergi ke kamar mandi?)
- Apakah Anda kesulitan menahan air seni (air) ketika Anda batuk, tertawa, atau
membuat gerakan tiba-tiba?
- Apakah Anda bangun di malam hari karena Anda harus pergi ke kamar mandi
untuk buang air kecil (buang air)? (Jika responsnya setuju, cobalah untuk
membedakan antara gejala ini dan kebiasaan pergi ke kamar mandi setelah
bangun untuk beberapa alasan lain.)
- Segera setelah buang air kecil (mengeluarkan air), apakah Anda merasa belum
mengosongkan kandung kemih sepenuhnya?
- Apakah Anda harus memberikan tekanan saat buang air kecil agar merasa
seperti kandung kemih Anda benar-benar kosong?
- (Pria ) Saat buang air kecil (lewat air), apakah Anda mengalami kesulitan
memulai aliran atau mempertahankan aliran?

4. Pertanyaan Wawancara Jika Inkontinensia Telah Diakui


- Kapan inkontinensia Anda mulai?
- Apa yang telah Anda lakukan untuk mengelola masalah? (Apakah Anda sudah
mengurangi jumlah cairan yang Anda minum? Apakah Anda mengosongkan
kandung kemih secara berkala sebagai tindakan pencegahan?)

Universitas Respati Yogyakarta 58


- Apakah ada hal-hal tertentu yang membuat masalah lebih buruk atau lebih
baik?
- Apakah itu terjadi setiap saat, atau hanya pada waktu-waktu tertentu?
- Apakah Anda merasakan sakit saat buang air kecil (mengeluarkan air)?
- (Wanita ) Apakah Anda merasakan tekanan di daerah panggul Anda?

5. Wawancara Pertanyaan untuk Menilai Ketakutan, Sikap, dan Konsekuensi


Psikososial dari Inkontinensia
- Pernahkah Anda mencari bantuan atau berbicara dengan penyedia layanan
kesehatan primer atau profesional kesehatan lain tentang masalah ini?
- Sudahkah Anda mengubah salah satu kegiatan Anda karena Anda harus
tinggal di dekat toilet?
- Apakah Anda menghindari pergi ke tempat-tempat tertentu karena kesulitan
menahan air seni (air) Anda?
(Sherwood, L. 2012).

Menggunakan Informasi Laboratorium

Data dari urinalisis dan tes kimia darah berkontribusi informasi penting untuk
penilaian eliminasi urin. Spesimen midstream atau void kedua adalah jenis sampel terbaik
untuk urinalisis. Pada usia 80 tahun, batas atas normal untuk gravitasi spesifik adalah 1,024,
dan sedikit proteinuria normal pada orang dewasa yang lebih tua. Selain dua variasi ini, hasil
urinalisis harus dalam kisaran normal untuk orang dewasa tua yang sehat.

Nilai-nilai kimia darah yang dapat membantu dalam menilai fungsi ginjal meliputi
yang berikut: tingkat elektrolit, tingkat kreatinin, Pembersihan kreatinin, tingkat nitrogen
nonprotein, dan tingkat nitogen urea darahPada orang dewasa yang lebih tua, kreatinin serum
mungkin bukan merupakan indikator GFR yang akurat, tetapi pengumpulan urin 24 jam
untuk pembersihan kreatinin mungkin memiliki nilai yang lebih besar sebagai indikator
fungsi ginjal.

1. Pedoman untuk Menilai Isyarat Perilaku dan Pengaruh Lingkungan pada


Inkontinensia Isyarat Perilaku
- Apakah orang dewasa yang lebih tua menggunakan pembalut atau produk
sekali pakai atau dapat dicuci?

Universitas Respati Yogyakarta 59


- Apakah ada bau urin pada pakaian, penutup lantai, atau furnitur (terutama
sofa dan kursi boneka)?
- Apakah orang dewasa yang lebih tua menarik diri dari kegiatan sosial,
terutama yang ditahan jauh dari rumah?

2. Pengaruh lingkungan
- Di mana letak fasilitas kamar mandi yang terkait dengan kegiatan siang
dan malam hari orang dewasa yang biasa?
- Apakah orang tersebut harus naik atau turun tangga untuk menggunakan
toilet di malam hari atau siang hari?
- Apakah ada bar atau alat bantu lain di dalam, dekat, atau dalam perjalanan
ke kamar mandi?
- Apakah orang tersebut mendapat manfaat dari menggunakan kursi toilet
yang ditinggikan?
- Apakah orang tersebut menggunakan urinoir atau bantuan lain untuk
mengurangi jumlah perjalanan ke kamar mandi?
- Berapa banyak orang berbagi fasilitas kamar mandi yang sama?
- Apakah privasi terjamin?
(Sherwood, L. 2012).
2. Diagnosa
Jika pengkajian keprawatan mengidentifikasi faktor risiko penyakit Genitourinaria,
diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan yang mungkin dapat muncul. Faktor umum
yang berhubungan dengan lansia termasuk kurangnya pengetahuan, risiko ketidakseimbangan
cairan elektrolit dan ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga. Lansia dengan
gangguan fusngsi genitourinaria diagnose keperawatan yang mungkin muncul seperti
defisiensi pengetahuan, risiko ketidakseimbangan cairan elektrolit, ketidakefektifan
manajemen kesehatan keluarga. Setelah ditentukn diagnosa selanjutnya dilakukan planing
atau perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada pada Tn A. Mengambil
prioritas diagnosa defisiensi pengetahuan.
Diagnosa
8. Retensi urine
9. Ganguan pola tidur
10. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
11. Resiko ketidakseimbangan volume cairan

Universitas Respati Yogyakarta 60


12. Inkontinensia urin stress
13. Inkontinensia urine dukungan
14. Ganguan citra tubuh
15. Defisiensi pengetahuann
16. Ansietas
17. Resiko infeksi
3. Rencana Tindakan NOC&NIC
Terlampir
4. Implementasi
Pelaksaan perencanaan asuhan keperawatan pada Tn A merupakan kegiatan atau
tindakan-tindakan yang diberikan kepada Tn A dan keluarga seperti memberikan
pengetahuan tentang penyakit, pemberian tindakan keperawatan untuk mengatasi penyakit
yang diderita oleh Tn A, melakukan Promosi Kesehatan Keluarga kepada pasien dan
keluarga dalam upaya menjaga kesehatan setiap anggota keluarga. Tindakan yang dilakukan
sesuai dengan kesepakatan bersama pasien dan keluarganya serta disesuaikan dengan
pengetahuan dan kemampuan financial pasien dan keluarga.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan. Tahap evaluasi
dalam proses keperawatan yang menyangkut pengumpulan data subyektif dan data obyektif
yang akan menunjukkan apakah tujuan dari asuhan-asuhan keperawatan yang diberikan
sudah tercapai sepenuhnya atau masih sebagian atau belumtercapai.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn.A mulai dari PENKES tentang
penyakit dan Promosi Kesehatan Keluarga sudah tercapai karena keluarga mulai memberikan
dukungan positif kepada Tn.A. Tindakan keperawatan untuk menangani penyakit gagal ginjal
akut pada pasien tercapai sebagian karena fakor usia pada Tn.A menjadi salah satu penyebab
klien menderita penyakit gagal ginjal.

Universitas Respati Yogyakarta 61


DAFTAR PUSTAKA

1. Bulechek, G.M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., &Wagner, C. M. (2013). Nursing


Intervetion Classification (NIC). St. Louis,Missouri: Elsevier.
2. Miller,carol A. (2012). Nursing For Wellness In Older Adults.China: Lippincott
Williams & Wilkins
3. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., &Swanson,E. (2013). Nursing Outcome
Classification (NOC): Measurement Of Health Outcome. St. Louis,Missouri: Elsevier.
4. NANDA Internasional. (2014). Nursing Diagnosis: Definitions and Clasification
2015 – 2017. Oxford: Wiley-Blackwell
5. Sherwood, L. (2012). Fundamentals Of Human physiology. USA:
Brooks/Cole,Cengage Learning.
6. Smeltzer, S. C., Bare, B., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010).Brunner &
Suddarth’s Textbook Of Medical Surgical Nursing. China: Lippincott Williams
&Wilkins.

Universitas Respati Yogyakarta 62


DX : defisiensi pengetahuan
NOC : perilaku pencarian kesehatan 1603
Definisi : tindakan pribadi untuk mempromosikan kesejahteraan yang optimal, pemulihan dan
rehabilitasi
SKALA TARGET OUTCOME : dipertahankan pada_ ditingkatkan ke_
Tidak Jarang Kadang- Sering secara
pernah menunjukka kadang menunjuka konsisten
menunju n menunjukk n menunjuk
kkan an an
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :
16030 Mengajukan 1 2 3 4 5
1 pertanyaan-
pertanyaan
yang
berhubungan
dengan
kesehatan
16030 Menyelesaikan 1 2 3 4 5
2 tugas yang
berhubungan
dengan
kesehtan
16003 Melakukan 1 2 3 4 5
03 skrining diri
16031 Mendapat 1 2 3 4 5
3 bantuan dari
profesional
kesehatan
16030 Melakukan 1 2 3 4 5
5 kegiatan hidup
sehari-hari yang
konsisten
dengan
toleransi
16030 Menjelaskan 1 2 3 4 5
6 strategi untuk
menggkan
perilaku yang
tidak sehat
16031 Melakukan 1 2 3 4 5
4 perilaku
kesehatan
dengan inisiatif
sendiri
16030 Melakukan 1 2 3 4 5
8 peilaku

Universitas Respati Yogyakarta 63


kesehatan yang
disarankan
16031 Menggunakan 1 2 3 4 5
5 informasi
kesehatan yang
terkemuka
16031 Menjelaskan 1 2 3 4 5
0 strategi untuk
mengoptimalka
n kesehatan
16031 Mencari 1 2 3 4 5
6 bantuan bila
diperlukan

Noc : pengetahuan : rejimen Penanganan 1813


Definisi : tingkat pemahaman yang disampaikan tentang rejimen pengobatan khusus
SKALA TARGET OUTCOME : dipertahankan pada_ ditingkatkan ke_
Tidak Pengetahuan Pengetahua Pengetahua Pengetahu
ada terbatas n sedang n banyak an sangat
pengetah banyak
uan
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :
18131 Proses penyakit 1 2 3 4 5
0 tertentu
18130 Manfaat 1 2 3 4 5
1 perawatan
18130 Tanggung jawab 1 2 3 4 5
2 perawatan diri
untuk
pengobatan
yang sedang
berlangsung
18130 Tanggung jawab 1 2 3 4 5
3 perawatan diri
untuk situasi
darurat
18131 Teknik 1 2 3 4 5
5 pemantauan
sendiri
18130 Efek yang 1 2 3 4 5
4 dharapkan dari
pengobatan
18130 Diet yang 1 2 3 4 5
5 dianjurkan
18130 Rejimen obat 1 2 3 4 5
6 yang dianjurkan
18130 Aktivitas fisik 1 2 3 4 5
7 yang dianjurkan
18130 Olahraga yang 1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 64


8 dianjurkan
18130 Prosedur yang 1 2 3 4 5
9 dianjurkan
18131 Manfaat 1 2 3 4 5
6 manajemen
penyakit

DX : ANSIETAS
Noc : kepuasan klien : Perawatan Psikologis
Definisi : tingkat persepsi positif mengenai bantuan keperawatan untuk mengatasi masalah
emosi dan melakukan aktivitas mental
SKALA TARGET OUTCOME : dipertahankan pada_ ditingkatkan ke_
Tidak Agak puas Cukup Sangat Sepenuhn
puas puas puas ya puas
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :
30060 Informasi yang 1 2 3 4 5
1 diberikan
tentang
perjalanan
penyakit
30060 Informasi yang 1 2 3 4 5
2 diberikan
mengenai
perbaikan yang
diharapkan
30090 Informasi yang 1 2 3 4 5
2 diberikan
mengenai
respon
emosional yang
biasa terhadap
penyakit
30091 Informasi yang 1 2 3 4 5
7 diberikan
mengenai
respon
emosional yang
biasa
[dirasakan]
terhadap
rejimen
penyakit
30091 Membantu 1 2 3 4 5
8 mengidentifikasi
kelompok
dukungan
komunitas
untuk klien
30090 Membantu 1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 65


4 mengidentifikasi
kelompok
dukungan
komunitas
untuk keluarga
30090 Menbdiskusikan 1 2 3 4 5
5 strategi untuk
mengatasi
gangguan
mental
30090 Dukungan 1 2 3 4 5
6 emosional
tersedia
30090 Konseling 1 2 3 4 5
7 diberikan untuk
meningkatkan
fungsi mental
30090 Konseling 1 2 3 4 5
8 diberikan untuk
meningkatkan
kestabilan
emosi
30090 Konseling 1 2 3 4 5
9 diberikan untuk
meningkatkan
interaksi sosial
30091 Memnbantu 1 2 3 4 5
0 untuk
mendapatkan
layanan
konseling
30091 Mendukung 1 2 3 4 5
2 untuk
memperoleh
solusi sendiri
atas masalah
30091 Dukungan untuk 1 2 3 4 5
3 mengungkapkan
perasaan
30091 Memnberikan 1 2 3 4 5
4 dukungan untuk
melalui
perasaan
kehilangan
30091 Dukungan untuk 1 2 3 4 5
5 mengidentifikasi
cara mengatasi
strees
30091 Dukungan untuk 1 2 3 4 5
6 meny5esuaikan
diri dengan

Universitas Respati Yogyakarta 66


perunbahan
fungsi
30092 bantuan untuk 1 2 3 4 5
0 mendapatkan
kenbutuhan
spiritual

Noc : status kenyamanan : psikospiritual 2011


Definisi : kenyamananan psikospiritual terkait dengan konsep diri, kesejahteraan emosi, sumber
inspirasi, serta makna dan tujuan hidup seseorang
SKALA TARGET OUTCOME : dipertahankan pada_ ditingkatkan ke_
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
tergangg terganggu terganggu terganggu terganggu
u
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :
20110 Kesejahteraan 1 2 3 4 5
1 psikologis
20110 Keyakinan 1 2 3 4 5
2
20110 Harapan 1 2 3 4 5
3
20110 Konsep diri 1 2 3 4 5
4
20110 Gambaran 1 2 3 4 5
5 internal diri
20110 Afek tenang dan 1 2 3 4 5
6 tenteram
20110 Ekspresi 1 2 3 4 5
7 optimisme
20110 Penetapan 1 2 3 4 5
8 tujuan
20110 Makna dan 1 2 3 4 5
9 tujuan hidup
20111 Kepuasan 1 2 3 4 5
0 spiritual
20111 Hubungan 1 2 3 4 5
1 dengan batin
Berat Cukup berat sedang ringan Tidak ada
20111 Depresi 1 2 3 4 5
2
20111 Kecemasan 1 2 3 4 5
3
20111 Stress 1 2 3 4 5
4
20111 Ketakutan 1 2 3 4 5
5
20111 Kehilangan 1 2 3 4 5
6 keyakinan
20111 Perasaan 1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 67


7 terbebani
secara spiritual
20111 Pikiran untuk 1 2 3 4 5
8 bunuh diri

Noc : deteksi risiko 1908


Definisi : tindakan individu mengidentifikasi ancaman kesehatan diri
SKALA TARGET OUTCOME : dipertahankan pada_ ditingkatkan ke_
Tidak Jarang Kadang- sering Secara
menunju menunjukka kadang menunjukk konsisten
kkan n menunjukk an menunjuk
an kan
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :
19080 Mengenali 1 2 3 4 5
1 tanda gejala
yang
mengindikasika
n risiko
19080 Mengidentifikasi 1 2 3 4 5
2 kemungkinan
risiko kesehatan
19080 Memvalidasi 1 2 3 4 5
3 risiko kesehatan
yang ada
19080 Melakukan 1 2 3 4 5
4 pemeriksaan
mandiri sesuai
waktu yang
dianjurkan
19080 Melakukan 1 2 3 4 5
5 skrining sesuai
waktu yang
ditentukanb

19080 Mengetahui 1 2 3 4 5
6 riwayat penyakit
dalam keluarga
19080 Selalu 1 2 3 4 5
7 memperbarui
data tentang
riwayat penyakit
keluarga
19080 Selalu 1 2 3 4 5
8 mempernbarui
data tentang
kesehatan diri
19080 Memanfaatkan 1 2 3 4 5
9 sumnber-
sumnber untuk

Universitas Respati Yogyakarta 68


mengetahui
risiko kesehatan
pribadi
19081 Memonitor 1 2 3 4 5
3 perubahan
status
kesehatan
19081 Menggunakan 1 2 3 4 5
0 fasilitas
kesehatan yang
sesuai
19081 Mendapatkan 1 2 3 4 5
1 informasi terkait
perunbahan
gaya hidup
untuk kesehatan

Noc : kontol risiko :proses infeksi


Definisi : tindakan individu untuk mengerti, mencegah, mengeliminasi atau mengurangi
ancaman terkena infeksi
SKALA TARGET OUTCOME : dipertahankan pada_ ditingkatkan ke_
Tidak Jarang Kadang- sering Secara
menunju menunjukka kadang menunjukk konsisten
kkan n menunjukk an menunjuk
an kan
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :
19242 Mencari 1 2 3 4 5
5 informasi terkait
kontrol infeksi
19242 Mengidentifikasi 1 2 3 4 5
6 faktor risiko
infeksi
19240 Mengenali 1 2 3 4 5
1 faktor risiko
individu terkait
infeksi
19240 Mengetahui 1 2 3 4 5
2 perilaku yang
berhunbungan
dengan risiko
infeksi
19240 Mengidentifikasi 1 2 3 4 5
3 risiko infeksi
dalam akktivitas
sehari-hari
19240 Mengidentifikasi 1 2 3 4 5
3 tanda-gejala
infeksi
19240 Mengklarifikasi 1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 69


4 risiko infeksi
yang didapat
19420 Mengidentifikasi 1 2 3 4 5
5 strategi untuk
melindungi diri
dari orang lain
yang terkena
infeksi
19240 Memonitor 1 2 3 4 5
6 peilaku diri yang
nberhunbungan
dengan risiko
infeksi
19240 Memonitor 1 2 3 4 5
7 masa inkunbasi
penyakit
infeksius
19240 Mempertahank 1 2 3 4 5
8 an lingkungan
yang bersih
19240 Mengunakan 1 2 3 4 5
9 stategi untuk
desinfeksi
barang-barang
19241 Menggunakan 1 2 3 4 5
0 strategi afektif
untuk
mengontol
infeksi
19241 Menggunakan 1 2 3 4 5
1 alat pelindung
diri
19241 Mencuci tangan 1 2 3 4 5
2
19241 Mempraktikkan 1 2 3 4 5
3 strategi dalam
mengontrol
infeksi
19241 Menyesuaikan 1 2 3 4 5
4 strategi dalam
mengontrol
infeksi
19241 Memonitor 1 2 3 4 5
5 perubahan
status
kesehatan
19241 Melakukan 1 2 3 4 5
6 tindakan segera
dalam
mengurangi
risiko

Universitas Respati Yogyakarta 70


19241 Melakukan 1 2 3 4 5
7 imunisasi yang
direkomendasik
an
19242 Memanfaatkan 1 2 3 4 5
3 sumnber
infromasi yang
direkomendasik
an

DX : KETIDAKAN EFEKTIFAN ELEKTROLIT

NOC : keseimbangan elektrolit (0606)


DEFINISI : konsentrasi ion-ion serum yang penting untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...

Devisiasi Devisiasi Deviasi Devisiasi Tidak


berat dari yang sedang ringan ada
kisaran cukup dari dari devisiasi
normal besar dari kisaran kisaran dari
kisaran normal normal kisaran
normal normal
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :

Universitas Respati Yogyakarta 71


060601 Penurunan serum 1 2 3 4 5
sodium

060602 Peningkatan serum 1 2 3 4 5


’ sodium

060603 Penurunan serum 1 2 3 4 5


potassium

060604 Peningkatan serum 1 2 3 4 5


potassium

060605 Penurunan serum 1 2 3 4 5


klorida

060606 Peningkatan serum 1 2 3 4 5


klorida

060607 Penurunan serum 1 2 3 4 5


kalsium

060608 Peningkatan serum 1 2 3 4 5


kalsium

060609 Penurunan serum 1 2 3 4 5


magnesium

060610 Peningkatan serum 1 2 3 4 5


magnesium

060611 Penurunan serum fosfor 1 2 3 4 5

Peningkatan serum
060612 fosfor 1 2 3 4 5

DX : KETIDAKAN EFEKTIFAN ELEKTROLIT

NOC :control resiko (1902)


DEFINISI : konsentrasi ion-ion serum yang penting untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...

Devisiasi Devisiasi Deviasi Devisiasi Tidak


berat dari yang sedang ringan ada
kisaran cukup dari dari devisiasi
normal besar dari kisaran kisaran dari
kisaran normal normal kisaran
normal normal
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :

Universitas Respati Yogyakarta 72


190219 Mencari informasi 1 2 3 4 5
tentang risiko
kesehatan
190220 Mengidentifikasi 1 2 3 4 5
faktor risiko

190201 Mengenali faktor 1 2 3 4 5


resiko individu

190221 Mengenali 1 2 3 4 5
kemampuan untuk
merubah perilaku

190202 Memonitor faktor 1 2 3 4 5


risiko di lingkungan

Memonitor faktor
190203 1 2 3 4 5
resiko individu

190204 Mengembangkan 1 2 3 4 5
strategi yang efektif
dalam mengontrol
risiko

190205 Menyesuaikan trategi 1 2 3 4 5


control risiko

Berkomitmen akan
190206 1 2 3 4 5
strategi control resiko

190207 Menjalankan strategi 1 2 3 4 5


control resiko yang
sudah di tetapkan

190208 Memodifikasi gaya 1 2 3 4 5


hidup untuk
mengurangi risiko

Menghindari paparan
190209 1 2 3 4 5
ancaman keseehatan

190210 Berpartisipasi dalam 1 2 3 4 5


skrining masalah
kesehatan

190211 Berpartisipasi dalam 1 2 3 4 5


skrining resiko
190212 Melakukan imunisasi
1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 73


yang di
rekomendasikan
190213 Menggunakan fasilitas 1 2 3 4 5
kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan
190214 1 2 3 4 5
Menggunakan sistem
dukungan personal
mengurangi resiko
1 2 3 4 5
190215 Menggunakan sistem
dukungan personal
mengurangi resiko
190216 Mengenali perubahan 1 2 3 4 5
status kesehatan
190217 1 2 4 5
Memonitor perubahan
status kesehatan

DX : KETIDAKAN EFEKTIFAN ELEKTROLIT

NOC :deteksi resiko (1908)


DEFINISI : tindakan individu untuk mengidentifikasi ancaman kesehatan diri
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...

Tidak Jarang Kadang- Sering Secara


pernah menunjuk kadang menunju konsisten
menunjukk kan menunju kkan menunju
an kkan kkan
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :

Universitas Respati Yogyakarta 74


190801 Mengenali tanda dan 1 2 3 4 5
gejala yang
mengidentifikasi
risiko

Mengidentifikasi
190802 1 2 3 4 5
kemungkinan resiko
kesehatan

190803 Memvalidasi risiko


kesehatan yang ada 1 2 3 4 5

190804 Melakukan
pemeriksaan mandiri
sesuai waktu yang di 1 2 3 4 5
anjurkan

190805 Melakukan skrining 1 2 3 4 5


sesuai waktu yang di
anjurkan

190806 Mengetahui riwayat 1 2 3 4 5


penyakit dalam
keluarga
190807 Selalu memperbaharui 1 2 3 4 5
data tentang riwayat
penyakit dalam
keluarga

190808 Selalu memperbaharui 1 2 3 4 5


data tentang kesehatan
diri

Memanfaatkan
190809 sumber-sumber untuk 1 2 3 4 5
mengetahui risiko
kesehatan pribadi

Memonitor perubahan 1 2 3 4 5
190813 status kesehatan

Menggunakan fasilitas
190810 kesehatan yang sesuai 1 2 3 4 5
dengan kebutuhan

Mendapatkan
informasi terkait
190812 perubahan gaya hidup 1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 75


untuk kesehatan

Universitas Respati Yogyakarta 76


DX : ANSIETAS

NOC :control kecemasan diri (1402)


DEFINISI : tindakan personal untuk mengurangi perasaan takut, tegang,, atau gelisah dari sumber-
sumber yang tidak dapat diidentifikasi
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...

Tidak Jarang Kadang- Sering Dilakuka


pernah dilakukan kadang dilakukan n secara
dilakukan dilakuka konsiste
n n
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :

140201 Memantau intensitas 1 2 3 4 5


kecemasan
140202 Mengurangi penyebab
kecemasan 1 2 3 4 5

140203 Mengurangi 1 2 3 4 5
rangsangan
lingkungan ketika
cemas

140204 Mencari informasi 1 2 3 4 5


untuk mengurangi
kecemasan

Merencanakan strategi
140205 1 2 3 4 5
koping untuk situasi
yang menimbulkan
stress

140206 Menggunakan strategi 1 2 3 4 5


koping yang efektif

140207 Menggunakan Teknik 1 2 3 4 5


relaksasi untuk
mengurangi
kecemasan

140208 Memonitor durasi tiap 1 2 3 4 5


episode cemas

Memantau lamanya
140209 waktu antar tiap 1 2 3 4 5
episode cemas

Universitas Respati Yogyakarta 77


Mempertahankan 1 2 3 4 5
140210 penampilan peran

Mempertahankan 1 2 3 4 5
140211
hubungan social

140212 Mempertahankan 1 2 3 4 5
konsentrasi

Memantau 1 2 3 4 5
140213 penyimpangan
persepsi sensori
140214 Mempertahankan tidur 1 2 3 4 5
ade kuat

140215 Memantau manifestasi 1 2 3 4 5


fisik dari kecemasan

Memantau manifestasi 1 2 3 4 5
140216 perilaku dari
kecemasan

Mengendalikan respon 1 2 3 4 5
140217 kecemasan

Universitas Respati Yogyakarta 78


DX : RESIKO INFEKSI

NOC :integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa (1101)


DEFINISI : keutuhan struktur dan fungsi fisiologi kulit dan selaput lender secara normal
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu terganggu tergangg tergangg tergangg
u u u
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :

110101 Suhu kulit 1 2 3 4 5

110102 Sensasi 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5
Elastisitas
110103

110104 Hidrasi 1 2 3 4 5

110106 Keringat 1 2 3 4 5

110108 Tekstur 1 2 3 4 5

110109 Ketebalan 1 2 3 4 5

110111 Perfusi jaringan 1 2 3 4 5

Pertumbungan rambut
110112 1 2 3 4 5
pada kulit

110113 Integritas kulit 1 2 3 4 5

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


berat ada

Universitas Respati Yogyakarta 79


110105 Pigmentasi abnormal 1 2 3 4 5

110115 Lesi pada kulit


1 2 3 4 5
Lesi mukosa
110116 1 2 3 4 5
membrane

110117 Jaringan parut 1 2 3 4 5

110118 Kanker kulit 1 2 3 4 5

110119 Pengelupasan kulit 1 2 3 4 5

110120 Penebelan kulit 1 2 3 4 5

110121 Eritema 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5
110122 Wajah pucat

110123 Nekrosis 1 2 3 4 5

110124 Pengerasan [kulit] 1 2 3 4 5

110125 Abrasi kornea 1 2 3 4 5

DX : inkontinensia urin

NOC :
1. Kontinensia urin
DEFINISI : mengendalikan eliminasi urin dari kandung kemih
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...

Tidak Jarang Kadang- Sering secara


pernah kadang menuju konsisten
menunjuk
menunjuk kan
menunjuk an menunjuk
an
an an
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :

INDIKATOR :

Universitas Respati Yogyakarta 80


050201 Menegnali keinginan 1 2 3 4 5
untuk berkemih
Menjaga pola perkemihan
050202
teratur
1 2 3 4 5

Respon berkemih sudah


050203 tepat waktu

Berkemih pada tempat 1 2 3 4 5


yang tepat
050204

Menuju toilet diantara


waktu ingin berkemih dan
050205 benar benar segera 1 2 3 4 5
berkemih

Menjaga penghalang yang


bebas

050118 Berkemih> 150 mililiter


tiap kalinya
1 2 3 4 5

Mulai dan menghentikan


050206
aliran urin

1 2 3 4 5
Mengosongkan kantong
050208 kemih sepenuhnya

Mengkonsumsi cairan
dalam jumlah yang cukup
1 2 3 4 5
050209

Bisa memakai pakaian


050215 sendiri
1 2 3 4 5

Bisa menggunakan toilet

Universitas Respati Yogyakarta 81


050216 sendiri
1 2 3 4 5

050217 Mengidentifikasi obat


yang menggangu kontrol
1 2 3 4 5
berkemih

050219 1 2 3 4 5

Secara Sering Kadang Jarang Tidak


konsisten menunjuk kadang menunu pernah
Urin merembes ketika menunjuk an menunjuk ukan mneujuka
berkemih an an n

Sisa urin paksa berkemih


> 100-200 mililiter

1 3 5
2 4
Urin merembes dengan
peningkatan tekanan pada
abdomen ( misalnya
bersin, tertawa,
mengankat barang) 1 3 5
2 4

Pakaian basah di siang


hari 1 3 5
2 4

Pakaian basah di malam


hari

Infeksi saluaran kemih

1 3 5

Universitas Respati Yogyakarta 82


2 4

1 3 5
2 4

1 3 5
2 4

NOC : kontrol gejala (1608)

Universitas Respati Yogyakarta 83


DEFINISI : tindakan seseorang untuk mengurangi perubahan fungsi fisik dan emosi yang
dirasakan
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...

Tidak Jarang Kadang- Sering secara


pernah kadang menunj konsisten
menunjuk
menunjuk menunjuk ukan
an menunjuk
an an
an

SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :

INDIKATOR :

160801 Memantau munculnya 1 2 3 4 5


gejala

Memantau lama
160802 1 2 3 4 5
bertahannya gejala

Memantau keparahan
160803 gejala 1 2 3 4 5

Memantau frekuensi
gejala
160804 1 2 3 4 5

Memantau variasi gejala

160805 1 2 3 4 5

Melakukan tindakan
tindakan pencegahan
160806
1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 84


Melakukan tindakan
untuk mnegurangi
gejala.
160807
1 2 3 4 5

Tidak Jarang Kadang Sering Secara


pernah menunjuk menunjuk menunj konsisten
menunjuk an an ukan menunjuk
an an

OUTCOME
KESELURUHAN

Skala 1 5
2 3 4

Indikator Menggunakan teknik


mengurangi stres yang
efektif untuk
mengurangi aktivitas 1 5
kejang 2 3 4
162008
Mempertahankan sikap
positif pada gangguan
kejang

1 5
2 3 4
Mempertahankan
162009
pelaksanaan peran

Mempertahankan
hubungan sosial 1 5
2 3 4
162010

Mempertahankan pola 1 5

Universitas Respati Yogyakarta 85


162011 tidur bangun 2 3 4

Mengikuti program
latihan sesuai yang
1 5
dianjurkan
162012 2 3 4

Menjalankan tindakan
yang aman dilingkungan
yang aman dilingkungan
1 5
162013 2 3 4

1 5
1622015 2 3 4

Universitas Respati Yogyakarta 86


NOC : eliminasi urn (0503)
DEFINISI : pengumpalan dan pembuangan urin
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu tergangg terganggu tergang terganggu
u gu

SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :

INDIKATOR :

050301 Pola eliminasi 1 2 3 4 5

050302 Bau urin 1 2 3 4 5

050303 Jumlah urin 1 2 3 4 5

050304 Warna urin 1 2 3 4 5

050305 Kejernihan urine 1 2 3 4 5

050306 Intake cairan 1 2 3 4 5

160313 Mengosongkan kentong 1 2 3 4 5


kemih sepenuhnya

Mengenali keinginan
160314 1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 87


berkemih

Berat cukup sedang ringan Tidak ada


050305 Patikel partikel urin
terlihat
1 2 3 4 5

Darah terlihat dalam urin


050329
1 2 3 4 5

Nyeri saat kencing


050309
1 2 3 4 5

Rasa terbakar saat


050330
berkemih
1 2 3 4 5

Frekuensi berkemih
050310 1 2 3 4 5

Ragu unutk berkemih


050331 1 2 3 4 5

Keinginan mendesak
050311 untuk berkemih 1 2 3 4 5
Retensi urin

050332 1 2 3 4 5

Nokturia

050333 1 2 3 4 5
Inkontinensia urin

050312
1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 88


Stres inkontinensia
050334 1 2 3 4 5
Inkontinensia berkemih
050335
1 2 3 4 5

Inkontinensia fungsional
050336 1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 89


DX : inkontinensia urin dorongan

NOC : eliminasi urn (0503)


DEFINISI : pengumpalan dan pembuangan urin
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu tergangg terganggu tergang terganggu
u gu

SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :

INDIKATOR :

050301 Pola eliminasi 1 2 3 4 5

050302 Bau urin 1 2 3 4 5

050303 Jumlah urin 1 2 3 4 5

050304 Warna urin 1 2 3 4 5

050305 Kejernihan urine 1 2 3 4 5

050306 Intake cairan 1 2 3 4 5

160313 Mengosongkan kentong 1 2 3 4 5


kemih sepenuhnya

Universitas Respati Yogyakarta 90


160314 Mengenali keinginan 1 2 3 4 5
berkemih

Berat cukup sedang ringan Tidak ada


Patikel partikel urin
050305
terlihat
1 2 3 4 5

Darah terlihat dalam urin


050329
1 2 3 4 5

Nyeri saat kencing


050309
1 2 3 4 5

Rasa terbakar saat


050330 berkemih

1 2 3 4 5
Frekuensi berkemih

050310 1 2 3 4 5
Ragu unutk berkemih

050331 1 2 3 4 5

Keinginan mendesak
untuk berkemih
050311 1 2 3 4 5
Retensi urin

050332 1 2 3 4 5

Nokturia

050333 1 2 3 4 5
Inkontinensia urin

050312
1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 91


Stres inkontinensia
050334 1 2 3 4 5
Inkontinensia berkemih
050335
1 2 3 4 5

Inkontinensia fungsional
050336 1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 92


NOC: Kontinensia urin (0502)
DEFINISI : mengendalikan eliminasi urin dari kandung kemih
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...

Tidak Jarang Kadang- Sering secara


pernah kadang menuju konsisten
menunjuk
menunjuk kan
menunjuk an menunjuk
an
an an
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :

INDIKATOR :
050201 Menegnali keinginan 1 2 3 4 5
untuk berkemih
Menjaga pola perkemihan
050202
teratur
1 2 3 4 5

Respon berkemih sudah


050203 tepat waktu

Berkemih pada tempat 1 2 3 4 5


yang tepat
050204

Menuju toilet diantara


waktu ingin berkemih dan
050205 benar benar segera 1 2 3 4 5
berkemih

Menjaga penghalang yang


bebas

050118 Berkemih> 150 mililiter


tiap kalinya
1 2 3 4 5

Mulai dan menghentikan


050206
aliran urin

1 2 3 4 5
Mengosongkan kantong

Universitas Respati Yogyakarta 93


050208 kemih sepenuhnya

Mengkonsumsi cairan
dalam jumlah yang cukup
1 2 3 4 5
050209

Bisa memakai pakaian


050215
sendiri
1 2 3 4 5

Bisa menggunakan toilet


050216 sendiri

1 2 3 4 5

050217 Mengidentifikasi obat


yang menggangu kontrol
berkemih 1 2 3 4 5

050219 1 2 3 4 5

Secara Sering Kadang Jarang Tidak


konsisten menunjuk kadang menunu pernah
Urin merembes ketika menunjuk an menunjuk ukan mneujuka
berkemih an an n

Sisa urin paksa berkemih


> 100-200 mililiter

1 3 5
Urin merembes dengan 2 4
peningkatan tekanan pada
abdomen ( misalnya
bersin, tertawa,

Universitas Respati Yogyakarta 94


mengankat barang) 1 3 5
2 4
Pakaian basah di siang
hari
1 3 5
2 4
Pakaian basah di malam
hari

Infeksi saluaran kemih

1 3 5
2 4

1 3 5
2 4

1 3 5
2 4

Universitas Respati Yogyakarta 95


NOC : perawatan diri: eliminasi (0310)
DEFINISI : tindakan seseorang untuk ketoilet secara mandiri dengan atau tanpa bantuan alat
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu tergangg terganggu tergang terganggu
u gu

SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :

131001 Merespon saat kandung 1 2 3 4 5


kemih penuh dengan tepat
waktu

Menanggapi dorongan
131002 untuk buang air besar 1 2 3 4 5
secara tepat waktu

Masuk dan keluar dari


kamar mandi
131013 1 2 3 4 5

Membuka pakaian

131004
1 2 3 4 5

Memposisikan diri
ditoilet atau alat bantu
eliminasi
131005

1 2 3 4 5
Sampai ketoilet anatara
dorongan atau hampir
keluarnya urin

131014
1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 96


Sampai ketoilet anatara
dorongan atau hampir
keluarnya feses

131015 1 2 3 4 5
131006
131011
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
Mengosongkan kandung
terganggu terganggu terganggu tergang terganggu
kemih
gu

Mengonsongkan usus
4
1 2 3 5
131007
Mengelap sendiri setelah
buang urin
4
1 2 3 5
131012

Mengelap sendiri setelah


131008 buangair besar 4
1 2 3 5

Berdiri setelah eliminasi


atau berdiri dari kursi
bantu untuk eliminasi 4
1 2 3 5
131009

Merapikan pakaian
setelah ke kamar mandi 4
1 2 3 5

4
1 2 3 5

Universitas Respati Yogyakarta 97


Dx : gangguan citra tubuh

Universitas Respati Yogyakarta 98


NOC : harga diri
Definisi : penilaian harga diri sendiri
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...

Tidak Jarang Kadang Sering Konsisten


pernah positif positif positif positif
positif

SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :

INDIKATOR :

120501 Verbalisasi penerimaan 1 2 3 4 5


diri
Penerimaan terhadap
keterbatasan diri
120502 1 2 3 4 5
Mempertahankan posisi
tegak
Mempertahankan kontak
mata
120503 1 2 3 4 5

Gambaran diri
Menghargai orang lain
120504 1 2 3 4 5

Komunikasi terbuka

120505 1 2 3 4 5

Pemenuhan peran yang


signifikan secara pribadi
120506 1 2 3 4 5

Mempertahankan
penampilan dan
kebersihan diri
120507 1 2 3 4 5

Keseimbangan dalam
berpartisipasi dan
mendengarkan dalam

Universitas Respati Yogyakarta 99


120508 kelompok 1 2 3 4 5

Tingkat kepercayaan diri

Peneriman diri terhadap


pujian dari orang lain
120509 1 2 3 4 5

Respon yang diharapkan


dari orang lain
120510 1 2 3 4 5

Penerimaan terhadap
kritikan yang membangun

120511 1 2 3 4 5
Keinginan untuk
berhadapan muka orang
lain
120512

Gambaran tentang sukses 1 2 3 4 5


dalam pekerjaan

120513 Gambaran tentang sukses 1 2 3 4 5


disekolah

1 2 3 4 5
Gambaran tentang sukses
120514 dikelompok sosial

120515 Gambaran tentang bangga 1 2 3 4 5


pada diri sendiri

1 2 3 4 5
120522
Perasaan tentang nilai diri

1 2 3 4 5
120517

1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 100


120518

1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 101


NOC : CITRA TUBUH ( 1200)
DEFINISI : persepsi terhadap penampilan dan fungsi tubuh sendiri
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...
Tidak Jarang Kadang Sering Konsisten
pernah positif positif positif positif
positif
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :

INDIKATOR :
120001 Gambaran internal diri 1 2 3 4 5

120002 Kesesuaian antara realitas


tubuh dan ideal tubuh dan
1 2 3 4 5
penampilan tubuh

Deskripsi bagia tubuh


yang terkena [dampak] 1 2 3 4 5
120003

Sikap terhadap
menyentuh bagian tubuh
120016 1 2 3 4 5

Sikap terhadap
penggunaan strategis
120017 unutk meningkatkan 1 2 3 4 5
penampilan

Kepuasan dengan
penampilan tubuh
1 2 3 4 5
120005 Sikap terhadap
penggunaan strategis
unutk meningkatkan
fungsi [tubuh]

1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 102


120018 Kepuasan dengan fungsi
tubuh

1 2 3 4 5
Penyesuaian terhadap
120006
perubahan penampilan
fisik
Penyesuaian terhadap
perubahan fungsi tubuh

1 2 3 4 5
Penyesuaian terhadap
120007 perubahan status
kesehatan

1 2 3 4 5
Penyesuaian terhadap
perubahan tubuh akibat
cidera
120008 Penyesuaian terhadap 1 2 3 4 5
perubahan tubuh akibat
pembedahan
Penyesuaian terhadap
perubahan tubuh akibat
proses penuaan
120009 1 2 3 4 5

120013 1 2 3 4 5
120014

1 2 3 4 5
120015
1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 103


NOC: TINGKAT KECEMASAN SOSIAL ( 1216)

SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...


Tidak Jarang Kadang Sering Konsisten
pernah positif positif positif positif
positif
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :

INDIKATOR :
121601 Menghindari situasi 1 2 3 4 5
sosial

Menghindari orang yang


1 2 3 4 5
tidak dikenal
121602

Menghindari pergi keluar


121603 rumah 1 2 3 4 5

Antisipasi cemas pada


situai sosial
121604
1 2 3 4 5
Antisipasi cemas dalam
menghadapi orang yang
121605 tidak dikenal

1 2 3 4 5
Respon aktivasi sistem
saraf simpatis

121606
1 2 3 4 5
Persepsi diri yang negatif
pada keterampilan sosial

121607
1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 104


Persepsi diri yang negatif
terhadap penerimaan
orang lain

121608
1 2 3 4 5

Takut diawasi oleh orang


lain

121609 Takut berinteraksi dengan 1 2 3 4 5


anggota jenis kelamin
yang berbeda
Takut berinteraksi dengan berat cukup sedang Ringan Tidak ada
orang lain yang unggul

121610 1 2 3 4 5
Tidak nyaman selama
menghadapi sosial

1 2 3 4 5
Tidak nyaman dengan
121611 perubahan yang rutin

121612 Memperhatikan tentang 1 2 3 4 5


penilaian orang lain
setelah pertemuan sosial

121613 1 2 3 4 5
Gangguan panik dalam
situasi sosial

Gangguan dengan fungsi 1 2 3 4 5


peran
121614

Gangguan dengan
hubungan
121615 1 2 3 4 5

Universitas Respati Yogyakarta 105


121616 1 2 3 4 5

121617 1 2 3 4 5
1
1

Universitas Respati Yogyakarta 106


NIC
Terapi Relaksasi 6040

Definisi: Tehnik-tehnik untuk mendorong dan memperoleh relaksasi demi tujuan mengurangi
tanda dan gejalayang tidak diinginkan seperti nyeri, kaku otot dan ansietas

Aktivitas-aktivitas:  Tunjukan dan praktikkan teknik relaksasi


pada klien
 Gambarkan rasionalisasi dan mafaat
 Dorong klien untuk mengulang praktik
relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia
teknik relaksasi, jika memungkinkan
(misalnya, music, meditasi, bernafas
dengan ritme, relaksasi rahang dan  Antisipasi kebutuhan pengunaan relaksasi
relaksasi otot progresif)  Berikan informasi tertulis mengenai
 Uji penurunan tingkat enenergi saat ini, persiapan dan keterlibatan di dalam teknik
ketidakmampuanuntuk konsesntrasi, atau relaksasi.
gejala lain yang mengiringgi yang  Dorong pengulangan teknik praktik
mungkin mempengaruhi kemeampuan praktik tertentu secara berkala
kognisi untuk berfokus pada tehnik  Berikan waktu yang tidak terganggu
relaksasi karena mungkin saja klien tertidur
 Tentukan apakah ada intervensi relaksasi  Dorong control sendiri ketika relaksasi di
di masa lalu yang sudah memberikan lakukan
manfaat  Evaluasi laporan individu terkait dengan
 Pertimbangkan keinginan individu untuk relaksasi yang di capai secara tertur, dan
berpartisipasi kemampuan , pilihan, monitor ketegangan otot secara periodik,
pengalaman masa lalu dan kontraindikasi denyut nadi, tekanan darah dan suhu
sebelum memilih strategi relaksasi tubuh dengan tepat
tertentu.  Kembangkan kaset teknik relaksasi untuk
 Berikan deskripsi detail terkait intervensi digunakan individu dengan tepat
relaksasi yang di pilih  Gunakan relaksasi sebagai
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan strategitambahan dengan (pengunaan )
tanpa distraksi dengan lampu yang redup obat-obat nyeri atau sejalan dengan terapi
dan suhu lingkungan yang nyaman, jika lainnhya dengan tepat
memungkinkan.  Evaluasi dan dokumentasikan respon
 Dorong klien untuk mengambil posisi terhadap terapi relaksasi
yang nyaman dengan pakaian longgar dan
mata tertutup
 Spesifikkan isi intervensi relaksasi
(misalnya, denagan meminta saran
perubahan )
 Dapatkan prilaku yang menunjukan
terjadinya relaksasi, misalnya bernafas
dalam, menguap, pernafasan perut, atau
bayangan yang menyenangkan
 Minta klien untuk rileksdan merasakan

Universitas Respati Yogyakarta 107


relaksasi yang terjadi
 Gunakan suara yang lembut dengan irama
yang lambat untuk setiap kata

Manajemen lingkungan 6480


Definisi: Memanipulasilingkungan pasien untuk kepentingan terapi, daya Tarik sensorik dan
kesejahteraan psikologis

Aktivitas-aktivitas:
 Ciptakan lingkungan yang aman bagi  Kendalikan atau cegah kebisingan yang
pasien tidak diinginkan atau berlebihan bila
 Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien memungkinkan
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta  Berikan music pilihan
riwayat prilaku di masa lalu  Sediakan handphone untuk mendengarkan
 Singkirkan bahaya lingkungan (misalnya, music pribadi jika (suara ) music dapat
karpet yang longar dan kecil, furniture menganggu orang lain
yang dapat dipindahkan )  Manipulasi pencahayaan untuk manfaat
 Singkirkan benda benda berbahaya dari terapeutik
lingkunagan  Sediakan dan atur makanan dan makanan
 Lindungi pasien dengan pegangan pada ringan menarik
sisi/bantalan di sisi ruangan, yang sesuai  Bersihkan tempat dan peralatan yang di
 Dampingi pasien selama tidak ada gunakan untuk makan dan minum
kegiatan bangasal, dengan tepat sebelum di gunakan pasien
 Sediakan tempat tidur dengan ketingian  Batasi pengunjung
yang rendah, yang sesuai  Individualisasiakan pembatasan
 Sedikan perangkat perangkat adaptif pengujung untuk memnuhi kebutuhan
(misaalnya, bangku pijakan jalan atau pasien dan/ atau/orang terdekat
pegangan tangan ), yang sesuai  Individualisasikan rutinitas sehari-hari
 Tempatkan furniture di kamar dengan untuk memenuhi kebutuhan pasien
pengaturan terbaik untuk mengakomodai  Bawa benda benda yang tidak asing dari
disabilitas pasien atau keluarga rumah
 Sediakan selang yang cukup panjang  Fasilitasi pengumnaan barang-barang
untuk memungkinkan kebebasan pasien pribadi seperti piyama jubbah dan
untuk bergerak, yang sesuai perlengkapan mandi
 Letakakan benda yang sering digunakan  Jaga konsistensi tugas staf dari waktu ke
dalam jangkauan pasien waktu
 Berikan kamar terpisah, seperti  Sedikan sarana langsung dan
indikasikan berkesinambungan untuk memanggil
 Pertimbangakan estetika lingkungan perawat, dan informasikan pasien dan
ketika memilih teman sekamar keluarga bahwa mereka akan di jawab

Universitas Respati Yogyakarta 108


 Sediakan tempat tidur dan lingkungan dengan segera
yang bersih dan nyaman  Izinkan keluarga / orang terdekat untuk
 Sediakan kasur yang kokoh tinggal dengan pasien
 Sediakan linen dan pakaian dalam dengan  Eduksi pasien dan pengunjung mengenai
kondisi baik, bebas dari residu dan noda perubahan / tindakan pencegahan,
 Tempatkan saklar pada posisi tempat tidur sehingga mereka tidak akan dengan
yang mudah di jankau sengaja menganggu lingkungan yang di
 Atur persediaan dan linen dngan rapi yang rencanakan
harus tetap ada dalam jangkauan  Sediakan keluarga/ orang terdekat dengan
pandangan pasien informasi mengenai membuat lingkungan
 Halanagi pandangan pasien pada kamar rumah yang aman bagi pasien
mandi, toilet atau peralatan lain yang di  Tingkatkan keselamatan terhadap
gunakan untuk eliminasi, terjadinya kebakaran yang sesuai
 Singkirkan bahan bahan yang di gunakan  Kendalikan hama lingkungan , yang
selama pergantian pakaian dan eliminasi, sesuai
serta bau apapun yang btersisa sebelum  Sediakan pengharum ruangan, jika di
kunjunagan dan waktu makan perlukan
 Kuranggi rangsangan lingkungan, yang  Berikan perawatan untuk bungga/tanaman
sesuai  Bantu pasien atau keluarga untuk
 Hindari dari paparan dan aliran udara mengatur kartu(ucapan) bunga, dan
yang tidak perlu, terlalu panas atau terlalu hadiah untuk meningkatkan apresiasi
dingin visual pasien
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien, jika suhu tubuh
berubah

Manajemen Cairan

4120

Definisi: meingkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi yang dihasilkan dari tingkat
tidak normal atau tidak diinginkan.
Aktivitas-aktivitas:  Distribusikan asupan cairan selama
 Timbang berat bada setiap hari dan 24 jam.
monitor status pasien.  Dukung pasien dan keluarga untuk
 Hitung atau timbang popok dengan baik. membantu dalam pemberian makan
 Jaga intake/asupan yang akurat dan dengan baik.
catat output (pasien).  Tawari makanan ringan (misalnya,
 Masukkan kateter urin. minuman ringan dan buah buahan
 Monitor status hidrasi (misalnya, segar/jus buah).
membran mukosa lembab, denyut nadi  Batasi asupan air pada kondisi
adekuat, dan tekanan darah ortostatik). pengenceran hiponatremia dengan
 Monitor hasil laboratorium yang relevan serum Na di bawah 130 mEq per liter.
dengan retensi cairan (misalnya,  Monitor reaksi pasien terhadap
peningkatan berat jenis, peningkatan
terapielektrolit yang diresepkan.

Universitas Respati Yogyakarta 109


BUN, penurunan hematokrit, dan  Konsultasikan dengan dokter jika
peningkatan kadar osmolalitas urin). tanda-tanda dan gejala kelebihan
 Monitor status hemodinamik, termasuk volume cairan menetap atau
CVP, MAP, PAP, dan PCWP, jika ada. memburuk.
 Monitor tanda tanda vital pasien.  Atur ketersediaan produk darah untuk
 Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi transfusi, jika perlu.
(misalnya, cracles, elevasi CVP atau  Persiapkan pemberian produk-produk
tekanan kapiler paru yang terganjal, darah (misalnya, cek darah dan
edema, distensi vena leher, dan asites). mempersiapkan pemasangan infus).
 Monitor perubahan berat badan pasien  Berikan produk produk darah
sebelum dan setelah dialisis. (misalnya, trombosit dan plasma yang
 Kaji lokasi dan luasnya edema, jika ada. baru).
 Monitor makanan/cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan kalori
harian.
 Berikan terapi IV, seperti yang
ditentukan.
 Monitor status gizi.
 Berikan cairan, dengan tepat.
 Berikan diuretik yang diresepkan.
 Berikan cairan IV sesuai suhu kamar.
 Tingkatkan asupan oral (smisalnya,
memberikan sedotan, menawarkan
cairan di antara waktu makan mengganti
air es secara rutin, menggunakan es
untuk jus favorit anak, potongan gelatin
ke dalam kotak yang menyenangkan,
menggunakan cangkir obat kecil), yang
sesuai.
 Arahkan pasien mengenai status NPO.
 Berikan penggantian nasogastrik yang
diresepkan berdasarkan output (pasien).
Monitor Cairan
4130
Definisi: pengumpulan dan analisis data pasien dalam pengaturan keseimbangan cairan.
Aktivitas-aktivitas: Antibioti, cairan yang diberikan dengan obat-
 Tentukan jumlah dan jenis obatan, tabung nasogastrik (NG), saluran air,
intake/asupan cairan serta kebiasaan muntah, tabung dubur, pengeluaran
eliminasi. kolostomi, dan air seni).
 Tentukan faktor-faktor risiko yang  Cek kembali asupan dan pengeluaran
mungkin menyebabkan pada semua pasien dengan terapi
ketidakseimbangan cairan (misalnya, intravena, infus subkutan, makanan
kehilangan albumin, luka bakar, enteral, tabung NGT, kateter urine,
malnutrisi, sepsis, sindrom nefrotik, muntah, diare, drainase, luka,
hipertermia, terapi diuretik, patologi drainase dada, dan kondisi medis
ginjal, gagal jantung, diaforesis, disfungsi yang mempengaruhi keseimbangan
hati, olahraga berat, paparan panas, cairan (misalnya, gagal jantung, gagal
infeksi, paska operasi, poliuria, muntah ginjal, malnutrisi, luka bakar, sepsis).
dan diare).
 Rekam inkontinensia pada pasien

Universitas Respati Yogyakarta 110


 Tentukan apakah pasien mengalami yang membutuhkan asupan dan
kehausan atau gejala perubahan cairan pengeluaran akurat.
(misalnya, pusing, sering berubah  Perbaiki alat medis yang bermasalah
pikiran, melamun, ketakutan, mudah (misalnya, kateter tertekuk atau
tersinggung, mual, berkedut). terblokir) pada pasien yang
 Periksa isi ulang kapiler dengan mengalami berhenti mendadak
memegang tangan pasien pada tinggi mengeluarkan urine.
yang sama seperti jantung dan menekan  Monitor membran mukosa, turgor
jari tengah selama lima detik, lalu kulit, dan respon haus.
lepaskan tekanan dan hitung waktu  Monitor warna, kuantitas, dan berat
sampai jarinya kembali merah (yaitu,
jenis urin.
harus kurang dari 2 detik).
 Monitor distensi vena lehe, ronki di
 Periksa turgor kulit dengan memegang
paru-paru, edema perifer, dan
jaringan sekitar tulang seperti tangan
penambahan berat badan.
atau tulang kering., mencubit kulit
dengan lembut, pegang dengan kedua  Monitor tanda dan gejala asites.
tangan dan lepaskan (di mana, kulit akan  Catat ada tidaknya vertigo pada saat
turun kembali dengan cepat jika pasien (bangkit untuk) berdiri.
terhidrasi dengan baik).  Berikan cairan dengan tepat.
 Monitor berat badan.  Pastikan bahwa semua IV dan asupan
 Monitor asupan dan pengeluaran. enteral berjalan dengan benar,
 Monitor nilai kadar serum dan elektrolit terutama jika tidak diatur oleh pompa
urin. infus.
 Monitor tekanan darah, denyut jantung,  Batasi dan alokasikan asupan cairan.
dan status pernafasan.  Konsultasikian ke dokter jika
 Monitor tekanan darah ortostatik dan pengeluaran urin kurang dari 0,5
perubahan irama jantung, dengan tepat. ml/kg/jam atau asupan cairan orang
 Monitor parameter hemodinamik dewasa kurang dari 2000 dalam 24
invasif. jam.
 Catat dengan akurat asupan dan  Berikan agen farmakologi untuk
pengeluaran (misalnya, asupan oral, meningkatkan pengeluaran urin.
asupan pipa makanan, asupan IV,  Berikan dialisis dan catat reaksi
pasien.
 Pertahankan grafik wadah cairan yang
akurat untuk menjamin standarisasi
pengukuran wadah.
 Cek grafik asupan dan pengeluaran
secara berkala untuk memastikan
pemberian layanan yang baik.

Kateterisasi Urin
0580
Definisi:Insersi kateter ke dalam kandung kemih untuk drainase urin sementara atau
pemakaian.
Aktivitas-aktivitas: Kateter, berdasarkan usia dan ukuran tubuh
 Jelaskan prosedur dan rasionalisasi sesuai rekomendasi pabrik (misalnya, dewasa
kateterisasi. 10 cc, anak anak 5 cc).
 Pasang alat dengan tepat.  Hubungkan retensi kateter ke kantung

Universitas Respati Yogyakarta 111


 Berikan privasi dan tutupi pasien dengan sisi tempat tidur drainase atau pada
baik untuk kesopanan (yaitu, hanya kantung kaki.
mengekspos area genetalia).  Amankan kateter pada kulit dengan
 Pastikan pencahayaan yang tepat untuk plester yang sesuai.
visualisasi anatomi yang tepat.  Tempatkan kantung drainasedi bawah
 Isi bola kateter sebelum pemasangan permukaan kandung kemih.
kateter untuk memeriksa ukuran dan  Pertahankan sistem drainase kemih
kepatenan kateter. tertutup dan terhalang.
 Pertahankan tekhnik aseptik yang ketat.  Monitor intake dan output.
 Pertahankan kebersihan tangan yang  Lakukan atau ajarkan pasien untuk
baik sebelum, selama, dan setelah membersihkan selang kateter di
insersi atau saat memanipulasi kateter.
wakty yang tepat.
 Posisikan pasien dengan tepat (misalnya,
 Lakukan pengosongan kantung
perempuan terlentang dengan kedua
kateter jika diperlukan.
kaki direnggangkan atau fleksi pada
bagian panggul dan lutut , laki-laki  Dokumentasikan perawatan termasuk
dengan posisi terlentang). ukuran kateter, jenis dan jumlah
 Bersihkan daerah sekitar meatus uretra pengisian bola kateter.
dengan larutan anti bakteri, saline steril,  Pastikan pencabutan kateter segera
atau air steril, sesuai kebijakan lembaga. seperti yang ditunjukkan oleh kondisi
 Masukkan dengan lurus atau retensi pasien.
kateter ke dalam kandung kemih.  Ajarkan pasien dan keluarga
 Gunakan ukuran kateter terkecil yang mengenai perawatan kateter yang
sesuai. tepat.
 Pastikan bahwa kateter yang
dimasukkan cukup jauh kedalam
kandung kemih untuk mencegah trauma
pada jaringan uretra dengan inflasi
balon.
 Isi bola kateter untuk menetapkan
Perawatan Retensi Urin
0620
Definisi: Bantuan dalam menghilangkan distensi kandung kemih.
Aktivitas-aktivitas:  Anjurkan pasien/keluarga untuk
 Lakukan pengkajian komprehensif sistem mencatat urin output, sesuai
perkemihan fokus terhadap kebutuhan.
inkontinensia (misalnya, urin output,  Anjurkan cara untuk menghadiri
pola berkemih, fungsi kognitif, masalah konstipasi atau impaksi feses.
saluran perkemihan sebelumnya).  Monitor intake dan output.
 Monitor adanya penggunaan agen-agen  Monitor derajat distensi kandung
yang tidak sesuai resep yang kemih dengan palpasi dan perkusi.
mengandung bahan anticholinergic atau
 Bantu toileting pada interval yang
alpha-agonist.
regular, sesuai kebutuhan.
 Monitor efek dari obat-obat yang
diresepkan, seperti calcium channel
 Gunakan kateter untuk residu urin,
blockers dan anticholinergic. sesauai kebutuhan.
 Berikan privasi dalam melakukan  Lakukan pemasangan kateter
eliminasi. sementara, sesuai kebutuhan.
 Gunakan kekuatan sugesti dengan  Rujuk pada spesialis perkemihan,

Universitas Respati Yogyakarta 112


menggunakan air yang mengalir atau sesuai kebutuhan.
dengan menyiram toilet.
 Stimulasi refleks kandung kemih dengan
membasahi abdomen dengan air dingin,
memberikan sentuhan pada paha bagian
dalam atau air yang mengalir.
 Berikan waktu yang cukup untuk
pengosongan kandung kemih (10menit).
 Gunakan minyak esensial “spirits of
wintergreen” dalam bedpan atau urinal.
 Gunakan tekhnik double-voiding.
 Pasang kateter urin, sesuai kebutuhan.

Pengurangan Kecemasan 5820

Definisi: Mengurangi tekanan, ketakutan,firasat maupun ketidaknyamanan terkaitdengan


sumber-sumber bahaya yang tidak teridentifikasi

Aktivitas-aktivitas:  Ciptakan atmosfer rasa aman untuk


meningkatkan kepercayaan
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
 Dorong verbalisasi perasaan,persepsi dan
meyakinkan
ketakutan
 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
 Identifikasi pada saat terjadi perubahan
perilaku klien
tingkat kecemasan
 Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi
 Berikan aktivitas pengganti yang
yang akan dirasakan yang mungkin akan
bertujuan untuk mengurangi tekanan
dialami klien selama prosedur dilakukan
 Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi
 Pahami situasi krisis yang terjadi dari
yangmemicu kecemasan
perspektif klien
 Control stimulus untuk kebutuhan klien
 Berikan informasi factual terkait
secara tepat
diagnosis,perawatan dan prognosis
 Dukung penggunaaan mekanisme koping
 Berada disisi klien untuk meningkatan
yang sesuai
rasa aman dan mengurangi ketakutan
 Bantu klien untuk mengartikulasikan
 Dorong keluarga untuk mendampingi
deskripsi yang realistic mengenai kejadian
klien dengan cara yang tepat
yang akan datang
 Berikan objek yang menujukan perasaan
 Pertimbangkan kemampuan klien dalam
yang aman
mengambil keputusan
 Lakukan usapan pada punggung/leher
 Instruksikan klien untuk menggunakan
dengan cara yang tepat
teknik relaksasi
 Dorong aktivitas yang tidak kompetitif
 Atur penggunaan obat-obatan untuk
secara tepat
mengurangi kecemasan secara tepat
 Jauhkan peralatan perawatan dari
 Kaji untuk tanda verbal dan non verbal
pandangan klien
kecemasan
 Puji/kuatkan perilaku yang baik secara
tepat

Universitas Respati Yogyakarta 113


Manajemen Dimensia 6460
Definisi: Penyediaan lingkungan yang dimodifikasi bagi pasien yang mengalami keadaan
kebingungan kronis

Aktivitas-aktivitas:  Dudukan pasien dikelompok meja kecil


tiga sampai lima orang dalam aktivitas
 Sertakan anggota keluarga dalam
makan, dengan tepat
perencanaan, pemberian, dan evaluasi
 Izinkan untuk makan sendirian, jika
perawatan sejauh yang diinginkan
sesuai (kondisi pasien)
 Identifikasi pola-pola perilaku biasa untuk
 Berikan cemilan (finger food) untuk
kegiatan seperti tidur, penggunaan obat,
mempertahankan nutrisi bagi pasien yang
eliminasi, asupan makanan, dan
tidak akan duduk dan makan
perawatan diri
 Berikan pasien (aktivitas) orientasi yang
 Tentukan riwayat fisik, social, psikologis,
umum dan sesuai musim pertahun dengan
kebiasaan dan rutinitas pasien
menggunakan isyarat/petunjuk yang tepat
 Tentukan jenis dan tingkat deficit kognitif
(misalnya., dekorasi hari libur, dekorasi
dengan menggunakan alat pengkajian
dan kegiatan musim, dan akses area diluar
yang terstandar
ruangan)
 Monitor fungsi kognitif, menggunakan
 Kurangi tingkat kebisingan dengan
alat pengkajian yang terstandar
menghindari system panggilan dan lampu
 Tentukan harapan-harapan perilaku yang
panggilan yang bordering atau bunyi
sesuai dengan status kognitif pasien
berdengung
 Sediakan lingkungan dengan stimulasi
 Pilih aktivitas televise atau radio
yang rendah (misalnya., lingkungan yang
berdasarkan kemampuan pengolahan
tenang, music menenangkan, redup dan
kognitif dan minat (pasien)
sederhana, pola yang tidak asing pada
 Pilih aktivitas kelompok dan aktivitas satu
dekorasi: harapan-harapan kinerja yang
lawan satu yang diarahkan pada
tidak melebihi kemampuan pengolahan
kemampuan-kemampuan kognitif dan
kognitif, dan makan dalam kelompok
minat (dari) pasien
kecil)
 Beri label foto-foto yang tidak asing
 Berikan pencahayaan memadai yang tidak
dengan nama-nama individu dalam foto
menyilaukan
 Pilih karya seni untuk kamar pasien yang
 Identifikasi dan singkirkan potensi bahaya
menampilkan landscape, pemandangan,
dilingkungan pasien
atau gambar yang tidak asing
 Kenakan gelang identitas pasien
 Minta teman dan anggota keluarga untuk
 Sediakan lingkungan fisik dan rutinitas
melihat pasien satu atau dua orang pada

Universitas Respati Yogyakarta 114


sehari-hari yang konsisten satu waktu, jika diperlukan, untuk
 Siapkan untuk berinteraksi dengan mengurangi stimulasi
menggunakan kontak mata dan sentuhan,  Diskusikan dengan teman dan anggota
yang sesuai keluarga bagaimana cara terbaik untuk
 Perkenalkan diri saat memulai kontak berinteraksi dengan psien
 Panggil pasien dengan jelas, dengan nama  Bantu keluarga untuk memahami bahwa
ketika memulai interaksi, dan bicara mungkin mustahil bagi pasien untuk
perlahan belajar materi baru
 Berikan satu arahan sederhana pada suatu  Batasi jumlah pilihan-pilihan yang harus
waktu dibuat pasien, sehingga tidak
 Bicara dengan suara jelas, rendah, hangat, menimbulkan kecemasan
nada menghormati  Berikan pembatas, seperti pita merah atau
 Gunakan distraksi/pengalihan, daripada kuning dilantai, ketika suatu unit rendah
melakukan konfrontasi, untuk mengelola stimulus tidak tersedia
perilaku  Tempatkan nama pasien dengan huruf
 Berikan perhatian/hubungan positif tanpa cetak besar diruangan dan pada pakaian,
syarat yang diperlukan
 Hindari sentuhan dan kedekatan jika hal  Gunakan symbol daripada hanya tanda-
ini menyebabkan stress atau kecemasan tanda tertulis, untuk membantu pasien
 Berikan perawatan yang tidak asing bagi menemukan ruang, kamar mandi, atau
pasien (misalnya., hindari seringnya area lain
dilakukan pergantian staf maupun rotasi  Monitor dengan hati-hati penyebab
tugas staf) fisiologis terjadinya kebingungan yang
 Hindari situasi-situasi yang asing bila meningkat yang mungkin akut dan
memungkinkan (misalnya., perubahan reversible
ruang dan janji tanpa kehadiran orang  Singkirkan atau tutupi cermin, jika pasien
dikenal) ketakutan atau gelisah oleh hal tersebut
 Berikan waktu istirahat untuk mencegah  Diskusikan intervensi dan isu-isu
kelelahan dan mengurangi stress keamanan dirumah
 Monitor nutrisi dan berat badan
 Berikan ruangan yang aman untuk
perilaku mondar-mandir dan keluyuran
 Jangan membuat pasien frustasi dengan
menanyakan pertanyaan-pertanyaan
orientasi yang tidak bisa dijawab
 Berikan isyarat/petunjuk, seperti peristiwa
saat ini, musim, lokasi, dan nama-nama
untuk membantu orientasi

Universitas Respati Yogyakarta 115


Manajemen Elektrolit 2000
Definisi: Peningkatan keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi yang diakibatkan
oleh adanya abnormalitas maupun tingkat serum elektrolit yang tidak diinginkan

Aktivitas-aktivitas:  Instrusikan klien dan keluarga mengenai


modifikasi diet secara spesifik
 Monitor nilai serum elektrolit yang
 Berikan lingkungan yang aman kepada
abnormal
klien yang memiliki masalah neurologis
 Monitor manifestasi ketidakseimbangan
dan neuromuscular sebagai manifestasi
elektrolit
dan ketidakseimbangan elektrolit
 Pertahankan kepatenan akses IV
 Tingkatkan orientasi
 Berikan cairan sesuai resep, jika
 Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
diperlukan
jenis, penyebab, dan pengobatan apabila
 Pertahankan pencatatan asupan dan
terdapat ketidakseimbangan elektrolit,
haluaran yang akurat
yang sesuai
 Pertahankan pemberian cairan intravenous
 Konsultasikan dengan dokter jika tanda-
berisi elektrolit dengan laju yang lambat
tanda dan gejala ketidakseimbangan
 Berikan suplemen elektrolit (misalnya,
cairan dan / atau elektrolit menetap atau
pemberian secara oral, nasogastric, dan
memburuk
pemberian melalui intravena) sesuai resep
 Monitor respon pasien terhadap terapi
dan keperluan
elektrolit yang diresepkan
 Konsultasikan pada dokter terkait
 Monitor efek samping suplemen elektrolit
pemberian elektrolit dengan sedikit obat-
yang diresepkan (misalnya, iritasi saluran
obatan (misalnya., sodium polystyrene
cerna)
sulfonate(Kayexalate) sesuai resep dan
 Monitor dengan ketat terkait dengan
keperluan
adanya level serum potassium pada pasien
 Ambil specimen sesuai order untuk (dapat
yang mengkonsumsi obat-obat digitalis
melakukan) analisis level elektrolit
dan diuretic
(misalnya., ABG, urin, dan level serum)
 Tempatkan monitor jantung dengan tepat
dengan tepat
 Rawat aritmia jantng dengan tepat sesuai
 Monitor kehilangan cairan yang kaya
protocol
dengan elektrolit (misalnya, suksion
 Siapkan pasien untuk dilakukan dialysis
nasogastric, drainase ileostomy, diare,
(misalnya., membantu penempatan kateter
drainase, luka dan diaphoresis)
untuk dialysis, dengan cara yang tepat
 Lakukan pengukuran untuk mengontrol
kehilangan elektrolit yang berlebihan
(misalnya., dengan mengistirahatkan
saluran cerna, perubahan diuretic atau
pemberian antipiretik) dengan tepat
 Irigasi pipa nasogastric dengan normal
saline
 Kurangi pemberian jumlah es batu atau
asupan konsumsi secara oral dengan

Universitas Respati Yogyakarta 116


menyambungkan pipa gastrik ke suksion
 Berikan diet sesuai dengan kondisi
ketidakseimbangan elektrolit klien
(misalnya., kaya potassium, rendah
sodium dan makanan rendah karbohidrat)

Control infeksi (6540)


Definisi: meminimalkan penerimaan dan transmisi agen infeksi
Aktivitas-aktivitas:  Jaga lingkngan aseptic saat mengganti
tabung dan botol TPN
 Alokasikan kesesuaian luas ruang per  Jaga sistem yang tertutup saat
pasien, seperti yang diindikaikan melakukukan monitor hemodinamik
pedoman pusat pengendalian dan infasif
pencegahan penyakit (centers for
 Ganti IV perifer dan tempat saluran
disease control and prevention / CDC)
penghubung setra balutannya sesuai
 Brsihkan lingkungan dengan baik denga pedoman CDC saat ini
setelah digunakan untuk setiap pasien
 Pastikan penanganan aseptic dari
 Ganti peralatan perawtan per pasien semua saluran IV
sesuai protocol institusi
 Pastikan teknik perawatan lka yang
 Isolasi orang terkena penyakit tepat
menular
 Gunakan kateterisasi intermiten untuk
 Tempatkan isolasi sesuai tindaka mengurangi kejadian infeksi kandung
pencegahan yang sesuai kemih
 Pertahankan teknik isolasi yang  Ajarkan pasien untuk mendapatkan
sesuai specimen urin aliran tengah yang
 Batasi jumlah pengunjung sesuai pada saat tanda pertama dari
 Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kembaliya gejala
keehatan  Dorong batuk dan bernafas dalam
 Anjurkan pasien mengenai teknik yang tepat
mencuci tangan dengan tepat  Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
 Anjurkan pengunjung untuk mencuci  Dorong intake cairan yag sesuai
tangan pada saat memasuki dan  Dorong untuk beistirahat
meninggalkan ruang pasien
 Berikan terapi antibiotic yang sesuai
 Gunakan sabun antimikroba untuk
 Berikan imunisasi yang sesuai
cuci tangan yang sesuai
 Anjurkan pasien untuk meminum
 Cuci tangan sebelum dan sesudah
antibiotic sepetri yang diresepkan
kegiatan perawatan pasien
 Ajarkan pasien dan keluarga
 Lakukan tindakan-tindakan
mengenai tanda dan gejala infeksi dan
pencegahan yang bersifat universal
kapan harus melaporkannya kepada
Pakai sarung tangan sebagaimana
penyedia perawatan kesehatan
dianjurkan oleh kebijakan pencegahan
 Ajarkan pasien dan anggota keluarga
universal/ Universal Precautions
mengenai bagaimana menghindari
 Pakai pakaian ganti atau jubah saat
infeksi
menangani bahan-bahan yang
 Promosikan persiapan dan
infeksius
pengawetan makan yang aman
 Pakai sarung tangan steril dengan
tepat

Universitas Respati Yogyakarta 117


 Gosok kulit pasien dengan agen anti
baktei yang sesuai
 Cukur dan siapkan daerah untuk
persiapan prosedur infaif dan / atau
operasi sesuai indikasi
 Jaga lingkugan aseptic yang optimal
selama penusukan di samping tempat
tidur dari saluran penghubung

Perlindungan infeksi (6550)


Definisi: pencegahan dan deteksi dini infeksi pada pasien beresiko
Aktivitas-aktivitas:  instrusikan pasien untuk mnum
antibiotic yang diresepkan
 Monitor adanya tanda dan gejala  jaga penggunaan antibiotic dengan
infeksi sistemik dan local bijaksana
 Monitor kerentanan terhadap infeksi  jangan mencoba pengobatan
 Tinjau riwayat (dilakukannya) antibibtik untuk infeksi-infeksi virus
perjalanan internasional dan global  ajarkan pasien dan keluarga pasien
 Monitor hitung mutlak granulosit, mengenai perbedaan- perbedaan
WBC, dan hasil-hasil disfereensial antara infeksi-infeksi virus dan
 Ikuti tindakan pencegahan bakteri
neutropenia, yang sesuai  ajarkan pasien da keluarga mengenai
 Batasi jumlah pengunjung yang sesuai tanda dn gejala infeksi dan kapan
 Hindari kontak dekat dengan hewan harus melaporkannya kepada pemebri
peliharaan dan penjamu dengan layanan kesehatan
imunitas yang membahayakan  ajarka pasin dan anggota keluarga
( immunocompromised) bagaimana cara menghindari infeksi
 Skrining semua pengunjung terkait  kurangi buah-buaha segar, sayur-
penyakit menular sayuran, da meica dalam diet pasien
 Pertahankan asepsis untuk pasien dengan neutropenia
beresiko  singkirkan bunga-bunga segar dan
 Pertahankan teknik-teknik isolasi, tanaman-tanaman dari area paisen
yang sesuai dengan tepat
 Berikan perawatan kulit yang tepat  berikan ruang pribadi yang
untuk area (yang mengalami) edema diperlukan
 Periksa kulit dan selaput lender untuk  pastikan keamanan air dengan
adanya kemeran, kehangatan ekstrim mengajukan hiperklorinasi dan
atau drainase pemanasan lebih, denga tepat
 Periksa kondisi etiap sayatan bedah  lapor dugaan infeksi pada personil
atau luka peengendali infeksi
 Dapatkan kultur yag diperlukan  lapor kultur positif pada personil
 tingkatkan asupan nutrisi yang cukup pengendali infeksi
 anjurkan assupan cairan, dengan tepat
 anjurkan istirahat
 pantau adanya perubahanitngkat
energy atau malaise
 anjurkan peningkatan mobilitas dan

Universitas Respati Yogyakarta 118


latihan, dengan tepat
 anjurkan pernafasan dalam dan batuk
dengan tepat
 berikan agen imunisasi dengan tepat

Identifikasi Risiko (6610)


Definisi: Analisis factor risiko potensial, pertimbangan risiko-resiko kesehatan dan
memprioritaskan strategi pengurangan risiko bagi individu maupun kelompok
Aktivitas –aktivitas:  pertimbangkan pemenuhan terhadap
perawatan dan medis dan
 kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu keperawatan
dan dokumentasikan bukti yang  instrukikan faktor risiko dan rencana
menunjukkan adanya penyakit medis, untuk mengurangi faktor risiko
diagnosa keperawatan serta
 gunakan rancangan tujuan yang
perawatannya
saling menguntungkan dengan tepat
 kaji ulang data yang didapatkan dari
 pertimbangkan kriteria yang berguna
pengkajian risiko secara rutin
dalam memprioritaskan area-area
 pertimbangkan ketersediaan dan untuk mengurangi faktor risiko
kualitas sumber-sumber yang ada (misalnya, tingkat kesadaran dan
(misalnya,psikologis,finansial,tingkat motivasi, efektifitas, biaya,
pendidikan,keluarga dan komunitas) kelayakan pilihan-pilihan,
 identifikasi adanya sumber-sumber kesetaraan, stigma dan keparahan
agensi untuk membantu menurunkan hasil jika faktor risiko masih belum
faktor risiko terselesaikan)
 pertahankan pencatatan dan statistik  diskusikan dan rencanakan aktivitas-
yang akurat aktivas pengurangan risiko
 identifikasi risiko biologis, lingkungan berkolaborasi dengan individu dan
dan perilaku serta hubungan timbal kelompok
balik  implementasikan aktivitas-aktivitas
 identifikasi strategi koping yang pengurangan risiko
digunakan/khas  inisiasi rujukan kepada personil
 pertimbangkan fungsi di masa lalu dan kesehatan dan/atau agensi dengan
saat ini tepat
 pertimbangkan status pemenuhan  rencanakan monitor risiko kesehatan
kebutuhan sehari-hari dalam jangka panjang
 pertimbangkan sumber-sumber di  rencanakan tindakan lanjut strategi
komunitas yang sesuai dengan dan aktivitas pengurangan risiko
kebutuhan kesehatan dan pemenuhan jangka panjang
kebutuhan sehari-hari

Universitas Respati Yogyakarta 119


Peningkatan Citra Tubuh (5220)
Defenisi: meningkatkan persepsi dan sikap pasien baik yang disadari maupun tidak disadari
terhadap tubuhnya
Aktivitas – aktivitas:  gunakan gambaran mengenai
gambaran diri sebagai mekanisme
 tentukan harapan citra diri pasien evaluasi dari perepsi citra diri anak
didasarkan pada tahap perkembangan  instruksikan anak-anak mengenai
 gunakan bimbingan antisipasif fungsi dari berbagai bagian
menyiapkan pasien terkait dengan tubuh,dengan cara yang tepat
perubahan-perubahan citra tubuh yang  tentukan persepsi pasien dan keluarga
(telah) diprediksikan terkait dengan perubahan citra diri
 tentukan jika terdapat perasaan tidak dan realitas
suka terhadap karakteristik fisik  identifikasi strategi-strategi
khusus yang menciptakan disfungsi penggunaan koping oleh orangtua
paralisis social untuk remaja dan dalam berespon terhadap perubahan
kelompok dengan risiko tinggi lain penampilan anak
 bantu pasien untuk mendiskusikan  tentukan bagaimana anak berespon
perubahan-perubahan (bagian tubuh) terhadap tindakan yang dilakukan
diebabkan adanya penyakit atau orangtua, dengan cara yang tepat
pembedahan, dengan cara yang tepat
 ajarkan untuk melihat pentingnya
 bantu pasien menentukan respon mereka terhadap perubahan
keberlanjutan dari perubahan- tubuh anak dan penyesuaian di masa
perubahan aktual dari tubuh atau depan, dengan cara yang tepat
tingkat fungsinya
 bantu orangtua untuk
 tentukan perubahan fisik saat ini mengidentifikasi perasaan sebelum
apakah berkontribusi pada citra diri mengintervensi anak, dengan cara
pasien yang tepat
 bantu pasien memisahkan penampilan  tentukan apakah perubahan citra
fisik dari perasaan berharga secara tubuh berkontrbusi pada peningkatan
pribadi, dengan cara yang tepat isolasi social
 bantu pasien untuk menentukan  bantu pasien untuk mengidentifikasi
pengaruh dari peer group terhadap bagian dari tubuhnya yang memiliki
persepsi pasien mengenai citra tubuh persepsi positif terkait dengan
saat ini tubuhnya
 bantu pasien untuk mediskusikan  identifikasi cara untuk menurunkan
perubahan-perubahan disebabkan oleh dampak dari adanya perubahan
pubertas, dengan cara yang tepat bentuk melalui pakaian,rambut
 bantu pasien untuk mendiskusikan palsu,atau kosmetik,dengan cara yang
perubahan-perubahan yang tepat
disebabkan oleh kehamilan normal  bantu pasien untuk mengidentifikasi
dengan cara yang tepat tindakan-tindakan yang akan
 bantu pasien mendiskusikan meningkatkan penampilan
perubahan-perubahan disebabkan oleh  bantu pasien yang dirawat di rumah
penuaan dengan cara yang tepat sakit untuk mengaplikasikan
 ajarkan pada pasien mengenai kosmetik sebelum kehadiran, dengan
perubahan-perubahan normal yang cara yang tepat
terjadi dalam tubuhnya terkait dengan

Universitas Respati Yogyakarta 120


beberapa tahap proses penuaan,  fasilitasi kontak dengan individu
dengan cara yang tepat yang mengalami perubahan yang
 bantu pasien untuk mendiskusikan sama dalam hal citra tubuh
stressor yang mempengaruhi citra diri  identifikasi kelompok pendukung
terkait dengan kondisi yang tersedia bagi pasien
congenital,cedera,penyakit atau  bantu pasien yang berada pada risiko
pembedahan anoreksia atau bulimia untuk
 identifikasi dampak dari budaya mengembangkan harapan citra tubuh
pasien,agama,ras,jenis kelamin, dan yang lebih realistic
usia terkait dengan citra tubuh  gunakan latihan membuka diri
 monitor frekuensi dari pernyataan dengan kelompok remaja atau yang
mengkritisi diri lain yang sangat kesal pada atribut
 monitor apakah pasien bisa melihat fisik yang normal
bagian tubuh mana yang berubah
 monitor pernyataan yang
mengidentifikasi citra tubuh mengenai
ukuran dan berat bedan

Peningkatan Harga Diri (5400)


Defenisi: membantu pasien untuk meningkatkan penilaian pribadi mengenai harga diri
Aktivitas-aktivitas:  ekplorasi pencapain keberhasilan
sebelumnya
 monitor pernyataan pasien mengenai  eksplorasi alasan-alasan untuk
harga diri

Universitas Respati Yogyakarta 121


 tentukan fokus kontrol pasien mengkritik diri atau rasa bersalah
 tentukan kepercayaan diri pasien  dukung pasien untuk mengevalusi
dalam hal penilaian diri perilaku(nya)sendiri
 dukung pasien untuk bisa  dukung pasien untuk menerima
mengidentifikasi kekuatan tantangan baru
 bantu pasien untuk menemukan  berikan hadiah atau pujian terkait
penerimaan diri dengan kemajuan pasien dalam
 dukung (melakukan) kontak mata mencapai tujuan
pada saat berkomunikasi dengan  fasilitasi lingkungan dan aktivitas –
orang lain aktivitas yang akan meningkatkan
 kuatkan kekuatan pribadi yang harga diri
diidentifikasi pasien  bantu pasien untuk mengidentifikasi
 dukung pasien untuk terlibat dalam dampak budaya,agama,ras,jenis
memberikan afirmasi positif melalui kelamin, dan usia terhadap harga diri
pembicaraan pada diri sendiri dan  instruksikan orang tua mengenai
secara verbal terhadap diri setiap hari pentingnya minat dan dukungan
 berika pengalaman yang akan mereka dalam mengembangkan
meningkatkan otonomi pasien,dengan konsep diri positif anak-anak
tepat  instruksikan orangtua untuk
 bantu pasien untuk mengidentifikasi menetapkan harapan yang jelas dan
respon positif dari orang lain untuk mendefenisikan batasan yang
 jangan mengkritisi (pasien) secara ada pada anak
negative  instruksikan orang tua untuk
 bantu pasien untuk mengatasi bullying mengetahui pencapaian anak
atau ejekan  monitor frekuensi verbalisasi negatif
 sampaikan/ungkapkan kepercayaan terhadap diri
diri pasien dalam mengatasi situasi  monitor kurangnya tindak lanjut
 bantu untuk mengatur tujuan yang terkait dengan pencapaian tujuan
realistik dalam rangka mencapai harga  monitor tingkat harga diri dari waktu
diri yang lebih tinggi ke waktu dengan tepat
 bantu pasien untuk menerima  buat pernyataan positif mengenai
ketergantungan terhadap orang lain pasien
dengan tepat
 bantu pasien untuk memeriksa
persepsi negative terhadap diri
 dukung tanggungjawab pada diri
sendir, dengan tepat
 bantu pasien untuk mmengidentifikasi
dampak dari kelompok sejawat pada
perasaan dan harga diri
Peningkatan Sistem Dukungan (5440)
Defenisi: fasilitasi dukungan bagi pasien oleh keluarga,teman-teman,dan masyarakat
Aktivitas-aktivitas:  identifikasi kekuatan dan kelemahan
sumber daya masyarakat dan
 identifikasi respon psikologis
terhadap situasi dan ketersediaan advokasi terkait perubahan jika
sistem dukungan diperlukan
 tentukan kecukupan dari jaringan  rujuk pada program pencegahan atau

Universitas Respati Yogyakarta 122


social yang ada pengobatan berbasis masyarakat yang
 identifikasi tingkat dukungan sesuai
keluarga, dukungan keuangan,dan  sediakan layanan dengan sikap peduli
ssumber daya lainnya
dan mendukung
 tentukan hambatan terhadap sistem
dukungan yang tidak terpakai dan  libatkan keluarga, orang terdekat, dan
kurang dimanfaatkan teman-teman dalam perawatan dan
 monitor situasi keluarga saat ini dan perencanaan
jaringan dukungan (yang ada)  identifikasi sumber daya yang
 anjurkan pasien untuk berpartisipasi tersedia terkait dengan dukungan
dalam kegiatan social dan masyarakat pemberi perawatan
 anjurkan hubungan dengan orang-  jelaskan kepada pihak penting lain
orang yang memiliki minat dan tujuan bagaimana mereka dapat membantu
yang sama
 rujuk pada suatu kelompok swadaya
atau sumber daya berbasis
internet,yang sesuai

Dukungan Kelompok (5430)


Defenisi: pemanfaatan kelompok di lingkungan sekitar untuk memberikan dukungan
emosional dan informasi kesehatan kepada semua anggotanya
Aktivitas-aktivitas:  buat jadwal rutin yang sesuai
(misalnya, 6-12 sesi pertemuang)
 kaji tingkat dan kesesuaian sistem sesuai dengan target dan tujuan per
pendukungan yang telah ada kegiatan
 manfaatkan kelompok pendukung  buat peraturan bagi semua anggota
selama masa transisi untuk agar tidak membuat masalah yang
membantu pasien beradaptasi dengan dapat mengganggu jalannya kegiatan
kondisinya kelompok

Universitas Respati Yogyakarta 123


 tentukan tujuan dan fungsi kelompk  monitor keaktifan setiap peserta
pendukung dalam kelompok
 tentukan tempat yang tepat bagi  dorong agar setiap peserta dapat
pertemuan kelompok (misalnya, tatap menyampaikan pikiran dan
mka atau lewat internet) pengetahuannya
 identifikasi kelompok-kelompok  dorong agar setiap peserta
pendukung yang telah ada sebagai menyampaikan manfaat yang dapat
pilihan kepada pasien diambil dari kelompok ini
 ciptakan suasana yang menyenangkan  dtangkan ahli,jika ada hal-hal yang
 klarifikasi sejak awal tujuan dari harus diklarifikasikan
kelompok pendukung serta tugas  tekankan tanggungjawab setiap
setiap anggota dan ketua kelompok anggota
 jika diperlukan, pilih wakil ketua  pertahankan suasana positif untuk
 jika diperlukakan buat surat mendukung perubahan gaya hidup
pendaftaran/kesediaan sebagai  tekankan pentingya koping yang
anggota efektif
 pilih anggota yang akan berpartisipasi  identifikasi topik-topik yang mungkin
dan berkontribusi aktif dalam muncul dalam kelompok
kegiatan kelompok  hindari pertemuan yang tidak
 buat kelompok dengan jumlah produktif
anggota yang sesuai (misalnya, 5-12  bantu kelompok melalui semua tahap
orang/kelompok) dalam proses,mulai dari orientasi
 sampaikan pentingnya kehadiran sampai terbangun kedekatan antar
setiap anggota anggota
 sampaikan bahwa anggota baru dapat  penuhi kebutuhan kelompok secara
bergabung kapan saja umum dan kebutuhan setiap angota
 tentukan jadwal dan tempat kelompok
pertemuan rutin  rujuk pasien ke dokter spesialis, jika
 lakukan pertemuan 1-2 jam diperlukan
 mulai dan akhiri tepat waktu dan
minta agar peserta tidak
meninggalkan pertemuan sebelum
selesai
 susun kursi secara melingkar agar
suasana lebih cair

Pemantauan (Monitor) Elektrolit (2020)


Defenisi: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbanga
elektrolit
Aktivitas-aktivitas:  monitor tanda/gejala hiponatremia:
disorientasi,kedutan otot,mual dan
 monitor serum elektrolit muntah,kram abdomen, sakit
 monitor serum albumin dan kepala,perubahan
kadar protein total,sesuai kepribadian,kejang,letargi,keletihan,menarik
dengan indikasi diri dan koma

Universitas Respati Yogyakarta 124


 monitor ketidakseimbangan  monitor tanda/gejala hipernatremia: haus
asam basa hebat,demam,membrane mukosa kering dan
 identifikasi kemungkinan lengket,takikardi hipotensi,letargi
penyebab ketidakseimbangan bingung,perubahan mental dan kejang
elektrolit  monitor tanda/gejala hipokalsemia:
 kenali dan laporkan adanya iritabilitas,tetanus otot,tanda
ketidakseimbangan elektrolit Chvostek’s(spasme otot wajah), tanda
 monitor adanya kehilangan Trousseau(spasme pada daerah
cairan dan elektrolit,jika karpal),kebas dan kesemutan padah daerah
diperlukan perifer,kram otot,penurunan curah
 monitor tan Chvostek dan/atau jantung,perpanjangan segmen ST dan
tanda Troussaeu interval QT,perdarahan dan fraktur
 monitor manifestasi  monitor tanda/gejala hiperkalsemia: nyeri
ketidakseimbangan elektrolit tulang dalam,haus yang
pada sistem saraf (misalnya, berlebihan,anoreksia,letargi, kelemahan
perubahan sensori dan otot,dan pendekatan segmen QT,pelebaran
kelemahan) gelombang T,pelebaran kompleks QRS,dan
 monitor kepatenan ventilasi perpanjangan interval P-R
 monitor kadar osmolalitas  monitor tanda/gejala hipomagnesimia:
serum dan urin depresi otot pernafasan,apatis, tanda
 monitor rekaman EKG untuk Chvostek’s(spasme otot wajah), tanda
mengetahui perubahan Trousseau(spasme pada daerah
abnormal yang berkaitan karpal),konfusi,facial tics,spasticity,diritmia
dengan kadar jantung
kalium,kalsium,dan  monitor tanda/gejala hipermagnesemia:
magnesium kelemahan otot,tidak mampu
 catat adanya perubahan sensasi menelan,hiporefleksia,hipotensi,bradikardia,
pada daerah perifer,termasuk depresi sistem saraf pusat,depresi
kebas dan tremor pernafasan,letargi,koma,dan depresi
 catat kekuatan otot  monitor tanda/gejala hipofosfatemia:
 monitor adanya mual,muntah kecenderungan perdarahan,kelemahan
dan diare otot,parastesia,anemia hemolitik,fungsi sel
darah putih
 identifikasi tindakan yang
menurun,mual,muntah,anoreksia,dan
berakibat pada status
demineralisasi tulang
elektrolit,termasuk pengisapan
pada saluran cerna,  monitor tanda/gejala hiperfosfatemia:
penggunaan obat diuretic, takikardi,mual,untah,kram
anthipertensi,dan penghambat abdomen,kelemahan otot,paralisis yang
kanal kalsium lemah dan peningkatan reflex
 monitor adanya penyakit medis  monitor tanda/gejala hipokloremia:
yang dapat menyebabkan hiperiritabilitas,tetanus,rangsangan
ketidakseimbangan elektrolit otot,pernafasan lambat,dan hipotensi
 monitor tanda/gejala  monitor tanda/gejala hiperkloremia:
hipokalemia: kelemahan otot, kelemahan,letargi,pernafasan dalam dan
irregularitas jantung cepat, dan koma
(PVC),perpanjangan interval  berikan suplemen elektrolit sesuai resep,jika
QT,depresi gelombang diperlukan
T,depresi segmen ST, adanya  berikan diet yang tepat pada pasien dengan
gelombang ketidakseimbangan elektrolit (makanan kaya

Universitas Respati Yogyakarta 125


U,kelelahan,parastesia,penurun kalium,dan diet rendah natrium)
an  ajarkan ke pasien cara mencegah atau
reflex,anoreksia,konstipasi,pen meminimalisasikan ketidakseimbangan
urunan motilitas elektrolit
usus,pusing,bingung,peningkat  anjurkan kepada pasien dan/atau keluarga
an sensitivitas terhadap mengenai modifikasi diet khusus,jika
digitalis,dan depresi diperlukan
pernafasan)  konsultasikan kepada dokter jika tanda dan
 monitor tanda/gejala gejala ketidakseimbangan cairan dan/atau
hiperkalemia: iritabilitas elektrolit menetap atau memburuk
gelisah,kecemasan,muntah,kra
m
abdomen,kelemahan,paralisis
yang lemah,kebas sirkumoral
dan kesemutan,takikardi
menuju bradikardi,takikardi
ventricular/fibrilasi,puncak
gelombang T
memanjang,pendataran
gelombang T,meluasnya
kompleks QRS dan henti
jantung yang menuju kea rah
sistol)

Universitas Respati Yogyakarta 126


Latihan otot pelvis (0560)
Definisi: memperkuat dan melihat otot levator ani dan otot-otot urogenital secara sadar,
kontraksi berulang untuk mengurangi stress, urgensi berkemih atau berbagai tipe
inkontinensia urin
Aktivitas-aktivitas:  Berikan umpan balik positif selama
latihan dilakukan
 Kaji kemampuan urgensi berkemih  Ajarkan pasien untuk memonitor
pasien keefektifan latihan dengan mencoba
 Instruksikan pasien untuk menahan menahan BAK 1 kali dalam semingu
otot-otot sekitar uretra dan anus,  Kombinasi terapi biofeedback atau
kemudian relaksasi, seolah-olah ingin stimulasi elektrik pada pasien sesuai
menahan buang air kecil atau buang kebutuhan untuk mengidentifikasi
air besar kontraksi otot dan atau untuk
 Instruksikan pasien untuk tidak meningkatkan kebutuhan kontraksi
mengkontraksikan perut, pangkal otot
paha dan pinggul; menahan nafas atau  Sediakan informasi mengenai latihan
mengejan saat latihan otot pelvis ini dalam bentuk tulisan
 Yakinkan bahwa pasien mampu mengenai langkah-langkah
membedakan kontrasi menahan dan pelaksanaannya
relaksasi yang berbeda antara  Instruksikan pasien untuk dapat
keinginan untuk meninggikan dan mencatat inkontinensia yang terjadi
memasukan kontraksi otot dan usaha setiap harinya untuk melihat
yang tidak diinginkan untuk perkembangannya
menurunkan
 Instruksikan pasien perempuan untuk
mengidentifikasi letak lefator ani dan
otot-otot urogenital dengan meletakan
jari di vagina dan menekannya
 Instruksikan pasien untuk melakukan
latihan pengencangan otot, dengan
melakukan 300 kontraksi setiap hari,
menahan kontraksi selama 10 detik,
dan relaksasi selama 10 menitdiantara
sesi kontraksi, sesuai dengan protocol
 Informasikan pasien bahwa latihan ini
akan efektif jika dilakukan 6-12
minggu

Universitas Respati Yogyakarta 127


Bantuan perawatan diri (1800)
Definisi: membantu orang lain untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari

Aktivitas-aktivitas:  Lakukan pengulangan yang konsisten


terhadap rutinitas kesehatan yang
 Pertimbangkang budaya pasien ketika dimaksudkan untuk
meningkatkan aktivitas perawatan diri membanguan(perawan diri)
 Pertimbangkan usia pasien ketika  Dorong pasien untuk melakukan
meningkatkan aktivitas perawatan diri aktivitas normal sehari-hari sampai
 Monitor kemampuan perawatan diri batas kemampuan pasien
secara mandiri  Dorong kemandirian pasien, tapi
 Monitor kebutuhan pasien terkait bantu ketika pasien tak mampu ketika
dengan alat-alat kebersihan diri, alat- melakukannya
alat bantu untuk berpakaian,  Ajarkan orang tua/keluarga untuk
berdandan, berpakaian, akan mendukung kemandirian dengan
 Berikan lingkungan yang terapeutik membantu hanya ketika pasien tak
dengan memastikan ( lingkungan) mampu melakukan (perawatan diri )
yang hangat, santai tertutup dan  Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan
berdasarkan pengalaman indifidu diri
 Berikan peperalatan kebersihan
pribadi ( misalnya: deodorant, sikat
gigi dan sabun mandi)
 Berikan bantuan sampai pasien
mampu melakukan perawatan diri
mandiri
 Bantu pasien menerima kebutuhan
pasien terkait kondisi
ketergantungannya

Universitas Respati Yogyakarta 128


Latihan kebiasaan berkemih (0600)
Definisi: membangun pola pengosongan kandung kemih yang bias di prediksi untuk
mencegah inkontinensia pada orang dengan kemampuan kognitif terbatas yang memiliki
dorongan, stress atau inkontinensia fungsional
Aktifitas-aktifitas:  Tingkatkan interval eliminasi dalam
satu setengan jam jika pasien
 Simpan catatan spesifikasi penahann memiliki episode inkontinensia dalam
selama 3 hari untuk membentuk pola waktu 48 jam, sampai 4 jam interval
pengosongan kandung kemih optimal dicapai
 Tetapkan intervensi jadwal toilet  Diskusikan pencatatan harian
awal, berdasarkan pada pola mengenai kontinensia dengan staf
pengosongan(kandung kemih) dan untuk memberikan penguatan dan
rutinitas biasa (makan, naik, dan mendorong kepatuhan jadwal
pensiun) eliminasi
 Bangun waktu awal dan akhir terajhir  Jaga eliminasi yang dijadwalkan
dengan jadwal ke toilet, jika tidak sehingga dapat membantu dalam
selama 24 jam membangun dan mempertahankan
 Tetapkan intervensi toileting dan kebiasaan berkemih
sebaiknya tidak kudang dari 2 jam  Berikan umpan balik positif atau
 Bantu pasien ke toilet dan dorong penguatan positif (misalnya : 5 menit
untuk mengosongkan kandung kemih percakapan social) kepada pasien
pada intervensi waktu yang ketika pasien berkemih sesuai jadwal,
ditentukan dan tidak membuat komentar ketika
 Berikan privasi untuk aktivitas pasiem mengalami inkontinensia
eliminasi yang dilakukan
 Gunakan kekuatan sugesti ( misalnya:
air, atau disiramnya toilet) untuk
membantu mengosongkan kanung
kemih
 Jangan meniggalkan pasien di toilet
selama lebih dari 5 menit
 Kurangi interval dalam satu setengan
jam jka terdapat lebih dari satu atau
dua episode inkontinensia dalam 24
jam

Universitas Respati Yogyakarta 129


Manajemen berat badan (1260)
Definisi: memfasilitasi pasien untuk mempertahankan berat badan dan persentase lemak
tubuh yang optimal
Aktivitas-aktivitas:  Dorong pasien untuk membuat grafik
mingguan berat badannya
 Diskusikan dengan pasien mengenai  Dorong pasien untuk mengkonsumsi
hubungan antara asupan makanan, air yang cukup setiap harinya
olahraga, peningkatan berat badan
 Rencanakan hadiah jika pasien
dan penurunan berat badan
mampu mencapai target jangka
 Diskusikan dengan pasien mengenai pendek dan panjangnya
kondisi medis apa saja yang
 Informasikan ke pasien jika terdapat
berpengaruh terhadap berat badan
komunitas manajemen berat badan
 Diskusikan dengan pasien mengenai
 Bantu pasien membuat perencanaan
kebiasaan, budaya dan factor
makan yang seimbang dan konsisten
herediter yang mempengaruhi berat
dengan jumlah energy yang
badan
dibutuhkan setiap harinya
 Diskusikan risiko yang mungkin
muncul jika terdapat kelebihanberat
badan atau berat badan kurang
 Kaji motivasi pasien untuk mengubah
pola makannya
 Hitung berat badan ideal pasien
 Hitung persentase lemak tubuh ideal
pasien
 Bersama pasien membuat metode
yang tepat untuk mencatat asupan
makanan harian, waktu olahraga, dan
atau perubahan berat badan
 Dorong pasien untuk membuat target
mingguan yang realistic terkait
dengan asupan makanan dan
olahraga, dan temple target tersebut
ditempat yang mudah dibaca
setiapharinya

Universitas Respati Yogyakarta 130


Pengajaran proses penyakit (5602)
Definisi: membantu pasien untuk mengenai informasi yang berhubungandengan proses
penyakit secara spresifik
Aktivitas-aktivitas: terapi /penanganan yang direkomendasikan
 Kaji tingkat pengetahuan pasien  Dorong pasien untuk menggali
tentang proses penyakit yang spesifik pilihan-pilihan mendapatkan
 Jelaskan patofisiologi , sesuai pendapat kedua , sesuai kebutuhan
kebutuhan atau sesuai yang diindikasikan
 Review pengetahuan pasien  Jelaskan komplikasi kronik yang
mengenai kondisinya mungkin ada sesuai kebutuhan
 Kenali pengetahuan pasien mengenai  Instruksikan pasien tindakan untuk
kondisinya mencegah/meminimalkan efek
 Jelaskan tanda dan gejala yang umum samping penanganan dari penyakit,
dari penyakit, sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
 Eksplorasi bersama pasien apakah dia  Edukasi pasien mengenai tindakan
telah melakukan manajemen gejala untuk mengontrol/ meminimalkan
 Jelaskan mengenai proses penyakit, gejala sesuai kebutuhan
sesuai kebutuhan  Eksplorasi sumber-sumber dukungan
 Identifikasi sesuai penyebab, sesuai yang ada sesuai kebutuhan
kebutuhan  Rujuk pasien kepada kelompok
 Berikan informasi kepada pasien pendukung /agen komunitas local,
mengenai kondisi sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
 Identifikasi perubahan kondisi fisik  Edukasi pasien mengenai tanda dan
pasien gejala yang harus dilaporkan kepada
 Hindari memberikan harapan yang petugas kesehatan, sesuai kebutuhan
kosong  Berikan nomor telepon yang dapat
 Beri ketenangan terkait kondisi dihubungi jika terjadi komplikasi
pasien, sesuai kebutuhan  Perkuat informasi yang diberikan
 Beri informasi kepada keluarga atau dengan anggota tim kesehatan lain,
orang yang penting bagi pasien yang sesuai kebutuhan
penting mengenai perkembangan
pasien sesuai kebutuhan
 Berikan informasi mengenai
pemeriksaan diagnostic yang tersedia
sesuai kebutuhan
 Diskusikan mengenai gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi dimasa yang
akan dating atau mengkontrol proses
penyakit
 Diskusikan pilihan terapi/penanganan
 Jelaskan alasan dibalik manajemen /

Pengajaran : Latihan Toilet (5634)

Universitas Respati Yogyakarta 131


Definisi :instruksi dalam menentukan kesiapan anak dan strategi untuk membantu anak
mempelajari ketrampilan menggunakan toilet secara mandiri.
Aktivitas – aktivitas  Sediakan informasi terkait terkait
 Ajarkan orang tua bagaimana cara strategi untuk meningkatkan
menentukan kesiapan fisik anak untuk pengunaan toilet.
belajar mengunakan toilet (misalnya,  Sediakan informasi mengenai
anak berusia minimal 18-24 bulan ; bagaiman car mengajak anak ke
anak sudah bisa menahan pispot secara teratu dan menyuruh
urinsebelumwaktunya kencing mereka untuk duduk.
mengenali keinginan untuk BAB/dan  Sediakan informasi mengenai
BAK dan sudah tau kalau dia sudah bagaimana cara mendukung anak
hbis BAB/BAK, mennjukan yang sukses dalam setiap bagian
keteraturan dalam pola eliminasi, dari proses.
kemampuan untuk cebok sendiri dan  Sediakan informasi mengenai
cuci tangan setelah selesai eliminasi). bagaimana memperteimbangkan
 Ajarkan orang tua bagimana mengenali temperamen anak atau gaya perilaku
kesiapan anak secara psikososial untuk ketika merencanakan strategi.
menggunakn toilet (misalnya, anak  Sediakan iformasi bagaimana
mengungkapkan keinginan dn caranya mengeharapkan sesuatu
kemauannya untuk berpartisipasi atau mengabaikan sustu kegagaln
menggunakan toilet ; sudah bisa yang tidak di sengaja.
mengatkan kemauan untuk melakukan  Sediakan informasi mengenai
eliminasi ; sadar untuk menyenangkan bagaimana mengkomunikasikan
orang tua ; menirukan tingkah laku strategi, harapa dan perkembangan
orang lain.) pad tenaga kesehatan dengan
 Ajarkan orang tua mengenai tenagaga kesehatan yang lain.
bagaiamana menentuka orang  Dukung keluarga untuk melalui
tua/krluara dalam melatih anak semua proses ini.
menggunakan toilet (misalnya, orang  Dukung keluarga untuk fleksibel
tua punya pengethuan dan waktu untuk dan kreatif dalm mengembangkan
melakukan proses latihan ; orangtua dan menerapkan strategi latihan.
keluara tidak mengalami perubahan  Sediakan informasi tambahan, jika
yang besar atau selama atau sesaat di inginkan atau di butuhkan.
setelah proses misalnya perubahan
pekerjaan atau tempat tinggal selama
atau sesaat setelah proses misalnya
penurunan kemampuan.)

Universitas Respati Yogyakarta 132


Manajemen Lingkunga : Keselamatan (6486)
Definisi :Memonitor dan memanipulasi lingkungan fisik untuk meningkatkan keamanan.
Aktivitas – aktivitas :  Siapkan nomor telefon imergensi
 Identifikasi kebutuhan kemanan untuk pasien (misalnya, nomor polisi,
pasien berdasarkan fungsi fisik dan dinas kesehatan lokal danpusat
kognitif sertabriwayat perilaku dan control racun).
masa lalu.  Monitor lingkungan terhadap
 Identifikasi hal – hal yang terjadinya perubahan status
membahayakan lingkungan keselamatan.
(misalnya, bahayafisik bilogis, dan  Bantu pasien saat melakukan
kimiawi). perpindahan perpindahan ke
 Singkirkan bahan bahaya dari lingkungan lebih aman (misalnya,
lingkungan jika di perlukan. logam berat dan radon).
 Modifikasi lingkungan untuk  Endukasi individu dan kelompok
meminimalkan bahan berbahaya dan yang beresiko tinggi terhadap pahan
beresiko. bahaya yang ada di lingkungan.
 Sediakan alat untuk beradaptasi  Kolaborasikan dengan anggota lain
(misalnya, kursi untuk pijatan dan untuk meningkatkan keselamatan
gangguan tangan). lingkungan (misalnya, dinas kesehtn,
 Gunakan peralatan perlindungan polisi dan badan perlindungan
(misalnya, pengekangan,keegangan lingkungan).
pada sisi, kunci pintu pagar dan
gerbang) untuk membatasi mibilitas
fisik atau akses pada situasi yang
membahayakan.
 Beritahukan pada lembaga yang
berwenang untuk melakukn
perlindungan lingkungan (misalnya,
dinas kesehatan, pelayanan
lingkungan, badan lingkungan hidup
dan polisi).

Modifikasi Perilaku (4366)

Universitas Respati Yogyakarta 133


Definsi : dukungan terjadinya perubahan perilaku
Aktifitas-aktifitas
 Tentukan motivasi pasien terhadap  diskusikan proses modifikasi perilaku
perlunya perubahan perilaku dengan klien atau orang penting bagi
 bantu pasien untuk mengidentifikasi klien
kekuatan dirinya dan menguatkannya  fasilitasi keterlibatan dari perawatan
 dukung untuk mengganti kebiasaan kesehatan lain, sediakan dalam proses
yang tidak diinginkan dengan modifikasi dengan cara yang tepat
kebiasaan yang diinginkan  fasilitasi keterlibatan keluarga dalam
 kenalkan pasien pada orang atau proses modifikasi perilaku dengan
kelompok yang telah berhasil cara yang tepat
melewati pengalaman yang sama  berikan penguatan positif pada jadwal
 berikan jaminan bahwa intervensi yang telah ditentukan (terus menerus
diimplementasikan secara konsisten atau berselang) untuk perilaku-
oleh semua staf perilaku yang diinginkan
 kuatkan keputusan klien yang  cegah memberi penguatan positif dari
konstruktif yang memberikan perilaku-perilaku yang tidak
perhatian terhadap kebutuhan diinginkan dan penguatan diberikan
kesehatan pada penggantian perilaku yang
 berikan umpan balik terkait dengan diinginkan
perasaan saat kilien tampak bebas  dukung klien untuk berpartisipasi
dari gejala-gejala dan terlihat rileks dalam menyeleksi penguatan yang
 hindari menunjukkan perilaku atau memiliki arti
ketidaktertarikan pada saat klien  pilih penguatan yang dapat dikontrol
berjuang untuk merubah perilakunya (misalnya digunakan hanya saat
 tawarkan penguatan positif dalam perubahan perilaku dilakukan)
pembuatan keputusan mandiri klien  koordinasikan token atau sistem poin
 dukung klien untuk memeriksa dari penguatan untuk perilaku
perilakunya sendiri perilaku yang kompleks dan
 bantu klien dalam mengidentifikasi bermacam-macam
meskipun hanya keberhasilan kecil  kembangkan kontrak penanganan
 identifikasi masalah klien terkait dengan klien untuk mendukung
dengan istilah perilaku implementasi token atau sistem poin
 identifikasi perubahan perilaku  tumbuhkan ketrampilan yang
dengan istilah yang khusus, konkrit dipelajari secara sistematik
 pilah-pilah perilaku menjadi bagian- mennguatkan komponen sederhana
bagian kecil untuk dirubah menjadi dari ketrampilan atau tugas
unit perilaku yang terukur (misalnya  ddukung pembelajaran mengenai
berhentin merokok, jumlah rokok perilaku yang diinginkan dengan
yang dihisap) menggunakan teknik modeling
 penggunaan periode waktu yang  tentukan perubahan-perubahan
spesifik saat mengukur setiap unit perilaku dengan membandingkan
perilaku (misalnya : jumlah rokok perilaku dasar sebelumnya
yang dihisap setiap hari) dibandingkan dengan perilaku setelah
 tentukan apakah target perilaku yang intervensi
telah diidentifikasi perlu untuk  dokumentasikan dan komunikasikan
ditingkatkan atau diturunkan atau proses modifikasi, untuk penanganan
dipelajari tim

Universitas Respati Yogyakarta 134


 pertimbangkan mengenai lebih  lakukan penguatan peninjauan
mudahnya untuk meningkatkan kembali dalam rentang yang panjang
perilaku daripada menurunkan (telepon atau kontak personal)
perilaku
 tetapkan perilaku objektif dalam
bentuk tertulis
 kembangkan program perubahan
perilaku
 tetapkan perilaku awal sebelum
memulai perubahan
 kembangkan suatu metode (misalnya
: menggambar atau membuat grafik)
perubahan-perubahannya
 dukung klien untuk berpartisipasi
dalam monitor dan pencatatan
perilaku

Universitas Respati Yogyakarta 135


Pencegahan jatuh (6490)
Definisi: melaksanakan pencegahan khusus dengan pasien yang memiliki resikocedera
karena jatuh
Aktivitas-aktivitas:  letakkan benda-benda dalam
jangkauan yang mudah bagi pasien
 identifikasi kekurangan baik kognitif  instruksikan pasien untuk memanggil
atau fisik dari pasien yang mungkin bantuan terkait pergerakan dengan
meningkatkan potensi jatuh pada tepat
lingkungan tertentu
 ajarkan pasien bagaimana jika jatuh
 identifikasi factor yang untuk meminimalkan cedera
mempengaruhi resiko jatuh
 berikan tanda untuk meningkatkan
 kaji ulang riwayat jatuh bersama pasien agar meminta bantuan saat
dengan pasien dan keluarga keluar dari tempat tidur, dengan tepat
 identifikasi karakteristik dari  monitor kemampuan untuk berpindah
lingkungan yang mungkin dari tempat tidur ke kursi dan
meningkatkan potensi jatuh sebaliknya
( misalnya lantai licin dan tangga
 gunakan teknik yang tepat untuk
terbuka) memindahkan pasien dari kursi roda,
 monitor gaya berjalan (terytama tempat tidur toilet dan lainnya
kecepatan ) keseimbangan dan tingkat  sediakan tempat duduk toilet yang
kelelahan dengan ambulasi ditinggikan untuk memudahkan
 tanyakan pasien mengenai persepsi perpindahan
keseimbangan dengan tepat  sediakan kursi dengan ketinggian
 berbagi dengan pasien terkait hasil yang tepat dengan pegangan dan
observasi pada gaya berjalan sandaran punggung yang mudah
(terutama kecepatan) dan pergerakan dipindahkan
 sarankan pada perubahan gaya  gunakan pegangan tangan dengan
berjalan (terutanma kecepatan) pada panjang dan tinggi yang tepat untuk
pasien mencegah jatuh dari tempat tidur
 ajarkan pasien untuk beradaptasi sesuai kebutuhan
terhadap modifikasi gaya berjalan  letakan tempat tidur mekanik pada
yang telah disarankan ( terutama posisi yang paling rendah
kecepatan)  sediakan permukaan tidut yang yang
 bantu ambulasi individu yang dekat dengan lantai, sesuai kebutuhan,
memiliki ketidakseimbangan  sediakan tempat duduk dengan kursi
 sediakan alat bantu (misalnya tongkat bean bag untuk membatasi pergerakan
dan walker) untuk menyediakan gaya dengan tepat
berjalan (terutama kecepatan)  tempatkan busa ditempat duduk
 dukung pasien untuk menggunakan pasien untuk mencegah pasien
tongkat atau walker, dengan tepat terjatuh , dengan tepat
 instruksikan pasien mengenai  gunakan tempat tidur setengah isi air
penggunaan walker atau tongkat ditempat tidur untuk membatasi
dengan tepat pergerakan dengan tepat
 rawat alat bantu dalam kondisi yang  sediakanpasien yang memiliki
siap pakai ketergantungan suatu alat untuk
 kunci kursi roda, tempat tidur atau meminta pertolongan misalnya
branker selama memindahkan pasien penyediaan bel atau lampu panggil
saat

Universitas Respati Yogyakarta 136


caregiver tidak ada  instruksikan pasien untuk memakai
 jawab pemanggil lampu dengan kacamata yang diresepkan dengan
segera tepat pada saat keluar tempat tidur
 bantu eliminasi dengan frekuensi dan  ajarkan anggota keluarga mengenai
interval terjadwal factor risiko yang berkontribusi
 gunakan alarm tempat tidur untuk terhadap adanya kejadian jatuh dan
memperingatkan orang yang merawat bagaimana keluarga bias menurunkan
bahkan individu keluarga dari tempat risiko ini
tidur dengan tepat  anjurkan adaptasi dirumah untuk
 tandai ambang pintu dan dari batas meningkatkan keamanan
jalan pintu sebelum tangga sesuai  instruksikan keluarga akan
kebutuhan pentingnya pegangan tangga untuk
 pindahkan barang-barabg yang tangga kamar mandi dan jalur untuk
diletakan rendah (misalnya tempat berjalan
menyimpan sepatu dan meja) yang  bantu keluarga untuk
membahayakan mengidentifikasi bahaya dirumah dan
 hindari meletakan sesuatu dengan mmodifikasi bahaya tersebut
tidak teratur di permukaan lantai  sarankan menggunakan alas kaki yang
 sediakan pencahayaan yang cukup aman
dalam rangka peningkatatan  instruksikan pasien untuk
pandangan menghindari permukaan es dan
 sediakan lampu malam hari disisi permukaan lain diluar rumah yang
tempat tidur licin
 sediakan pegangan pada tangga da  kembangkan cara pasien untuk
pegangan tanggan yang dapat dilihat berpartisipasi secara aman dalam
pasien mengisi waktu luang
 tempatkan pagar di pintu luar yang  lakukan program latihan fisik rutin
mengarah ke tangga yang meliputi berjalan
 sediakan permukaan lantai yang tidak  berikan penanda untuk memberikan
licin dan anti selip peringatan pada staf bahwa pasien
 sediakan permukaan yang tidak licin berisiko tinggi jatuh
pada bak mandi dan pancuran  berkolaborasi dengan tim anggota
 sediakan alas kaki yang tidak licin kesehatan lain untuk meminimalkan
untuk memfasilitasi kemampuan efek samping dari pengobatan yang
menjangkau berkontribusi pada lkejadian jatuh
 sediakan area penyimpanan dengan (misalnya hipotensi ortostaticdan cara
jangkauan yang mudah berjalan ) terutama kecepatan yang
 sediakan barang furniture berat yang tidak mantap atau seimbang
tidak akan terguling jka digunakan  sediakan pengawasan ketat dan / ketat
sebagai sandaran dan atau alat pengikatan (misalnya
 orientasikan pasien pada lingkungan kursi bayi dengan sabuk pengaman )
fisik saat meletakan bayi atau anak di
permukaan yang tinggi ( misalnya
 hindari pengaturan ulang lingkungan
meja dan kursi yang tinggi)
fisik yang tidak perlu
 pindahkan objek yang bias
 pastikan bahwa pasien menggunakan
menyebabkan anak kecil memanjat ke
sepatu yang pas terikat dengan aman
permukaan yang tinggi
dan sol anti selip
tinggi saat caregiver tidak ada,  jaga posisi sisi rel dalam posisi yang

Universitas Respati Yogyakarta 137


dengan tepat
 sediakan “gelembung atas/dubble
top” pada pengamanan pasien
pediatric dirumah sakit yang mungkin
memanjat melalui sisi pengamanan
yang tinggi, dengan tepat
 kencangkan palang pengaman pada
akses panel incubator saat
meninggalkan tempat tidur bayi
dalam incubator,dengan tepat

Peningkatan koping
Defenisi : fasilitas usaha kognitif dan prilaku untuk mengelola stressor yang dirasakan,
peruahan , atau ancaman yang mengganggu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan
peran

Aktivitas-aktivitas:  Kenali latar belakang budaya/spiritual


pasien
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi  Dukung pengaturan sumber-suber
tujuan jangkapendek dan jangka spiritual, jika di inginkan
panjang yang tepat
 Exsplorasi pencapain pasien
 Bantu pasien dalam memeriksa sebelumnya
sumber-sumber yang tersedia untuk
 Exsplorasi alas an pasien mengkritik
memenuhi tujuan-tujuannya
dirinya
 Bantu pasiem untuk memecah tujuan
 Konfontasi terhadap perasaan
yang kompleks menjadi lebih kecil,
ambivelen pasien (kemarahan atau di
dengan langkah yang dapat di kelola
tekan)
 Dukung hubungan [pasien] dengan
 Tumbukan cara penyaluran
orang yang memiliki ketertarikan dan
kemarahan dan permusuhan yang
tujuan yang sama
kondusi
 Bantu pasien untuk menyelesaikan
 Atur sistuasi yang menmendungkung
masalah dengan bantuan kondusif
otonomi pasien
 Brikan penilaian [kemampuan]
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi
penyesuaian pasien terhadap
respon fositif dari orang lain
perubahan perubahan dalam cairan
 Dukung identifikasi nilai kehidupan
tubuh sesuai dengan indikasi
yang spesifik
 Berikan penilaian mengenai dampak
 Exsplorasi dengan pasien mengenai
dari situasi kehidupan pasien
metode sebelumnya pada saat
terhadap peran dan hubungan [yang
menghadapi masalah kehidupan
ada]
 Dukung penggunaan mekanisme-
 Dukung pasien untuk
defensive yang tepat
mengidentifikasi deskripsi yang
realistic terhadap adanya perubahan  Dukung vebralisasi perasaan ,
dalam peran persepsi dan rasa takut
 Berikan penilaian mengenai  Dukung kosekuensi dari tidak
mengatasi rasa bersalah dan malu

Universitas Respati Yogyakarta 138


pemahaman pasien terhadap proses  Turunkan stimulus yang dapat di
penyakit artikan sebagai suatu ancaman dalam
 Berikan penilaian dan diskusi respon suatu lingkungan tertentu
alternatif terhadap situasi [yang ada]  Berikan penilaian terkait dengan
 Gunakan pendekatan yang tenang dan kebutuhan /keinginan pasien terkait
berikan jamianan dengan dukungan sosial
 Berikan suahsana penerimaan  Bantu pasien untuk mengidentifikasi
 Bantu pasien mengembangkan nilai system dukungan yang tersedia
yang terkait dengan kejadian lebih  Pertimbangkan pasien melukai diri
objektif sendiri
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi  Dukung keterlibatan keluarga dengan
informasi yang dia paling tertarik cara yang tepat
untuk di dapatkan  Dukung keluarga untuk
 Sediakan informasi actual mengenai memvebralisasikan perasaan
diagnosis, penangan dan prognosis mengenai penyakitnya anggota
 Sediakan pasien pilihan-pilihan yang keluarga
realitas mengenai aspek perawatan  Berikan ketrampilan sosial yang tepat
 Dukung sifat [pasien] terkait dengan  Bantu keluarga untuk strategi stragi
harapan yang realistis sebagai upaya fositif untuk mengatasi keterbiasaan
untuk mengatasi perasaan dan mengelola kebutuhan gaya hidup
ketidakbersdayaan maupun perubahan peran.`
 Evaluasi kemampuan pasien dalam  Instruksikan pada pasien untuk
membuat keputusan menggunakan teknik relaksasi sesuai
 Cari jalan untuk memahami persfektif dengan kebutuhan
pasien terhadap situasi penangan  Bantu pasien untuk [melewati proses]
stress berduka dan melewati kondisi
 Tidak mendukung pembuatan kehilangan karena penyakit kronik
keputusan saat pasien ada pada dan/atau kecacatan dengan tepat
situasi yang berat  Bantu pasien untuk mengkrarifikasi
 Dukung keputusan mengenai situasi kesalah pahaman
yang berangsur-angsur  Dukung pasien untuk mengevaluasi
 Dukung kesabaran dalam prilakunya sendiri
mengembangkan suatu hubungan
 Dukung aktivitas –aktivitas sosial
dan komunitas [agar bisa di lakukan]
 Dukung kemampuan pengembangan
terhadap keterbatasan orang lain

Manajemen Energi

Universitas Respati Yogyakarta 139


Defenisi :pengaturan energy yang digunakan untuk menangani atau mencegah kelekahan
dan mengoftimalkan fungsi

 Kaji status fisiologis pasien yang  Sediakan akses komunikasi yang


menyebabkan kelelahan sesuai tepat bagi pasien , untuk menjaga
dengan usia dan konteks komunikasi dengan teman pada saat
perkembangan kunjungan tidak dapat di lakukan
 Ajarkan pasien mengungkapkan atau tidak di satankan
perasaan secara verbal mengenai  Bantu pasien untuk membatasi tidur
keterbatasan tyang di alaminya siang dengan menyediakan kegiatan
 Gunakan instrument yang valid untuk yang mendorong pasien untuk terjaga,
mengukur kelelahan dengan cara yang tepat
 Tentukan persepsi padien /orang  Batasi stimuli lingkungan [yang
terkait dengan pasien mengenai mengganggu] (misalnya, cahaya dan
penyebab kelelahan bising ) untuk memfasilitasi rekreaksi
 Perbaiki deficit status fisiologi  Batasi jumlah dan gangguan
(misalnya, kemoterapi, yang pengunjung dengan tepat
menyebabkan anemia)  Tingkatkan tirah baring/ pembatasan
 Pilih intrvensi untuk mengurangi kegiatan, dengan cukup dangan waktu
kelelahan baik secara farmakaologi ang di pilih
dan non farmakologis  Anjurkan pariode istirahat dan
 Tentukan jenis dan banyak aktivitas keiatan secara berhgantian
yang di butuhkan untuk menjaga  Susun aktifitas fisik untuk
ketahanan mengurangi penirunan cadangan
 Konsulkan dengan ahli gizi cara oksigen untuk fungsi vital (missal
peningkatan asuoan energy dan menghindari aktifitas segera setelajh
makan makan
 Negosiasikan waktu makan yang  Lakukan ROM aktif/fasif untuk
sesuai dan tidak sesuai dengan jadwal menghilangkan ketegangan
rumah sakit  Berikan kegiatan pengalihan yang
 Monitor sumber kegiatan olahraga menekankan untuk meningkatkan
dan emosional yang di alami pasien relaksasi
 Monitor sistem kardiorespirasi pasien  Tawarkan bantuan untuk
selama kegiatan (misalnya takikardia, meningkaykan tidur (misalnya music
, disaritmia, yang lain , dyspnea, atau obat)
diaphoresis, pucat, tekanan  Anjurkan tidur siang bila di perlukan
hemodinamik, frekwensi pernafasan)  Bantu pasien untuk menjadwalkan
 Anjurkan senam aerobic sesuai pariode istirahat
dengan kemampuan pasien  Hindari kegiatan perawatan selama
 Monitor/ catat waktu dan lama jadwal istirahat pasien
istirahat/tidur pasien  Rencanakan kegiatan pada saat pasien
 Monitor lokasi dan sumber memiliki banyak energy
ketidaknyamanan / nyeri yang di  Bantu pasien untuk duduk di sampai
alami pasien selama beraktivitas tempat tidur, jika pasien tidak
Kurangi ketidak nyamanan fisik yang mungkin berpindah dan berjalan
di alami pasien yang bisa  Bantu pasien dalam aktifitas sehari-
mempengaruhi fungsi kognitif , hari yang teratur sesuai kebutuhan
(ambulasi, berpindah,bergerak,

Universitas Respati Yogyakarta 140


pemantauan dari pengaturan aktifitas perawatan diri)
pasien  Monitor pemberian dan efek obat
 Bantuan batasan untuk aktifitas stimulant dan defresan
hiperaktif klien saat mengganggu  Anjurkan aktifitas fisik (misalnya
yang lain atau dirinya sendiri ambulasi ,ADL) sesuai dengan
 Bantu pasien untuk memehami kemampuan
prinsif konfensi energy (misalnya  Evaluasi secara bertahap kenali
untuk membatasi aktivitas dan tirah aktivitas pasien
baring  Monitor respon oksigen
 Ajarkan pasien mengenai pengelolaan pasien(misalnya tekanan darah, nadi,
kegiatan dan teknik manajemen rspirasi,) saat perawatan maupun saat
waktu untuk mencegah jelekahan merawat mampu melakukan
 Bantu pasien untuk memprioritaskan perawatan secara mandiri
kegiatan untuk mengakomodasi yang  Bantu pasien untuk memantau secara
di perlukan mandiri dengan mencatat intake
 Bantu pasien menetapkan tujuan dan /asuapan kalori dan energy yang
aktifitas yang akan di capai secara digunakan sesuai dengan kebutuhan
realistis  Instruksikan pasien atau orang yang
 Bantu pasien identifikasi pilihan dekat dengan pasien menenai teknik
aktivitas-aktivitas yang akan di perawatan diri yang memungkinkan
laakukan penggunaan energy sehemat mungkin
 Anjurkan pasien untuk memilih  Instruksikan pasien /SO untuk
aktivitas-aktivitas yang membangun menenai tanda dan gejala kelelahan
ketahanan yang memerlukan pengurangan
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktifitas
tugas/kegiatan rumah yang biasa di  Instruksikan pasien /SO menegenai
lakukan oleh keluarga dan teman di stress dan koping intervebsi untuk
rumah untuk mencegah dan mengurang kelelahan
mengatasi kelelahan  Ajarkan pasien/ SO untuk
menghubungi tenaga kesehatan jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang

SURVEILANS

Definisi :kegiatan pengumpulan , pengintervensian , dan pensintensian data pasien

Universitas Respati Yogyakarta 141


dalam rangka pengambilan keputusan klinis

 kaji resiko kesehatan pasien  Monitor ferfusi jaringan perifer


dengan tepat  Monitor tanda tanda infeksi
 dapatka informasi mengenai pola  Monitor ststus nutrisi
hidup harian pasien  Monitor fungsi pencernaan
 Tanya pasien terkain dengan  Monitor fungsi eliminasi
persepsinya mengenai status  Monitor kemungkinan perdarahan
kesehatan pada pasien
 Pilih indicator prmantauan pasien  Catat jenis dan jumlah pada
, sesuai dengan kondisi pasien selang dan jumlah lubang drainase
 Kaji adanya tanda awal yang dan laporkan ke dokter
harus di tangani segera  Gunakan peralatan dan sistem
 Aktifkan semua tim cepat tanggap data yang reliable
jika masalah yang harus segera di  Bandingkan status saat ini da
tangani sebelumnya dalam menditeksi
 Tanyakan kepada pasien peningkatan dan gangguan
mengenai tanda gejala dan kondisi pasien
masalah yang di alami  Inisialisasi atau merubah
 Sajikan data dan tablel frekwensi penatalaksanaan medis sesuai
dan intervensinya sesuai dengan dengan protap yang ada untuk
kondisi pasien mempertahankan kondisi pasien
 Monitor kestabilan pasien yang dalam batas normal dan sesuai
kritis (mis. Pasien yang untuk instruksi dokter
membutuhkan pengkajian tingkat  Pasilitasi pelayanan interdesiplin
kesadaran secara terus menerus b, yang sesuai
pasien yang mengalami disaretmia  Konsultasikan dengan dokter jika
jantung ) data pasien mengindikasikan
 Fasilitasi pasien untuk perlunya perubahan pengobatan
menjalankan tes diagnostiknya  Berikan obat-obat yang di
 Interpretasikan hasil tes diagnostic resepkan menggunakan protap
dengan tepat yang ada
 Kumpulkan dan interpretasikan  Prioritaskan masalah berdasarkan
hasil laboratorium kondisi pasien
 Hubungi dokter jika diperlukan  Analisis instruksi yang diberikan
 Jelaskan hasilpemeriksaan oleh dokter dengan kondisi pasien
diagnostic kepada pasien dan untuk meyakinkan kenyamanan
keluarga perawatan pasien
 Libatkan pasien dan keluarga  Konsultasikan dengan tenaga
untuk selalu memonitor kesehatan lain untuk mengawali
aktivitasnya pengelolaan pasien atau merubah
 Monitor kemampuan pasien terapi kesehatan.
dalam menjelaskan aktifitas  Ciptakan lingkungan yang sesuai
sehari-harinya dengan keinginan pasien (sesuai
 Monitor tingkat kesadaran dengan kopetensi perawat sesuai
 Monitor pola hidup pasien dengan kebutuhan pasien)
 Monitor krmampuan kognitif 
pasien
 Monitor satus emosional pasien

Universitas Respati Yogyakarta 142


 Monitor tanda-tanda vital dengan
tepat
 Kolaborasikan dengan dokter jika
di perlukan pemantuan status
hemodinamika secara invasive
 Kolaborasikan dengan dokter jika
di perlukan pemantuan tekanan
intrakarnial
 Monitor tingkat kenyamana dan
tindakan yang dilakuakan
 Monitor strategi koping yang
dilakuakn pasien dan keluaraga
 Monitor perubahan pola tidur
pasien
 Monitor oksigenasi dan
pengangkutan awal untuk
mengukur oksigenasi yang
adekuat
 Selalu lakukan pemantauan kulit
rutin pada pasien yang memeiliki
resiko tinggi
 Monitor tanda dan gejala
ketidaksehimbangan cairan dan
elektrolit

a. Latihan kandung kemih

Meningkatkan fungsi kandung kemih bagi mereka yang mengalami inkontinensia urine dengan
meningkatkan kemampuan kandung kemih untuk menahan urine dan kemampuan pasien untuk
menekan keinginan berkemih

Aktivitas

1. Pertimbangkan kemampuan untuk mengenali dorongan dengan mengosongkan kandung


kemih
2. Dorong pasien untuk membuat buku harian berkemih
3. Simpan catatan spesifikasi kontinensi selama 3 hari untuk mengosongkan kandung kemih
4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi pola-pola inkontinensia
5. Ulas buku harian dengan kemampuan berkemih pasien
6. Tetapkan jadwal interval berkemih awal berdasarkan pola berkemih
7. Tentukan jadwal awal dan akhir waktu untuk eliminasi, uji jika tidak ada selama 24 jam
8. Tentukan interval eliminasi tidak kurang dari 1 jam dan sebaiknya tidak kurang dari 2 jam
9. Lakukan eliminasi pada pasien dan ingatkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih
pada interval yang sudah ditentukan
10. Berikan privasi untuk eliminasi
11. Gunakan kekuatan sugesti (misalnya, penggunaan alir yang mengalir atau menyiram toilet)
untuk membantu pasien untuk mengosongkan kandung kemih

Universitas Respati Yogyakarta 143


12. Hindari meninggalkann pasien di toilet selama lebih dari 5 menit
13. Kurangi interval eliminasi dalam 1 setengah jam jika lebih dari 3 episode inkontinensia
terjadi selama 24 jam
14. Pertahankan interval eliminasi jika 3 atau kurang episode inkontinensia terjadi dalam 24 jam
15. Tingkatkan interval eliminasi dalam satu setengah jam jika pasien tidak dapat mengosongkan
kandung kemih pada dua atau lebih eliminasi terjadwal
16. Tingkatkan interval eliminasi dalam 1 jam jika pasien tidak memiliki episode inkontinensia
selama 3 hari hingga optimal 4 jam intervensi tercapai
17. Tunjukkan kepercayaan bahwa inkontinensia dapat ditingkatkan
18. Ajarkan pasien secara sadar menahan urine sampai saat buang hajat yang dijadwalkan
19. Diskusikan catatan harian dari kontinensia dengan pasien untuk memberikan penguatan

b. Latihan kebiasaan berkemih


Membangun pola pengosongan kandung kemih yang bisa diprediksi untuk mencegah
inkontinensia pada orang dengan kemampuan kognitif terbatas yang memiliki dorongan,
stres, atau inkontinensia fungsional

Aktivitas
1. Simpan catatan spesifikasi penahanan selama 3 hari untuk membentuk pola
pengosongan [kandung kemih]
2. Tetapkan interval jadwal toilet awal, berdasarkan pada pola pengosongan[kandung
kemih] dan rutinitas biasa (misalnya, makan, naik, dan pension)
3. Bangun waktu awal dan akhir terkait dengan jadwal ke toilet, jika tidak selama 24 jam
4. Tetapkan interval toileting dan sebaiknya kurang dari 2 jam
5. Bantu pasien ke toilet dan dorong untuk mengosongkan [kandung kemih] pada interval
waktu yang ditentukan
6. Berikan privasi untuk aktivitas eliminasi yang dilakukan
7. Gunakan kekuatan sugesti( misalnya, air atau disiramnya toilet) untuk membantu pasien
mengosongkan [kandung kemih]
8. Jangan meninggalkan pasien di toilet selama lebih dari 5 menit
9. Kurangi interval eliminasi dalam satu setengah jam jika terdapat dua atau lebih episode
inkotinensia dalam 24 jam
10. Jaga interval eliminasi jika terdapat dua atau kurang episode inkotinensia dalam 24 jam
11. Tingkatkan interval eliminasi dalam satu setengah jam jika pasien memiliki episode
inkotinensia dalam 48 jam, sampai 4 jam interval optimal dicapai
12. Diskusikan pencatatan harian mengenai kontinensia dengan staf untuk memberikan
penguatan dan mendorong kepatuhan jadwal eliminasi
13. Jaga eliminasi yang dijadwalkan sehingga dapat mambantu dalam mambangun dan
mampertahankan kebiasaan berkemih
14. Berikan umpan balik positif atau penguatan positif(misalnya, 5 menit percakapan social)
kepada pasien katika pasien berkemih sesuai jadwal, dan tidak mambuat komentar
ketika pasien[mengalami]inkontinensia

c. Perawatan inkontinensia urin


Membantu pasien untuk memulihkan inkontinensianya dan mempertahankan integritas
kulit perineum

Universitas Respati Yogyakarta 144


Aktifitas
1. Identifikasi factor apa saja penyebab inkontinensia pada pasien (misalnya, urin
output, pola berkemih, fungsi kognitif, masalah perkemihan, residu paskah
berkemih, dan obat-obatan)
2. Jaga privasi pasien saat berkemih
3. Jelaskan apa penyebab terjadinya inkontinensia dan rasionalisasi setiap tindakan
yang dilakukan
4. Monitor eliminasi urin, meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna urin
5. Diskusikan bersama pasien mengenai prosedur tindakan dan target yang di
harapkan
6. Bantu untuk meningkatkan atau mempertahankan harapan pasien
7. Modifikasi pakaian dan lingkungan untuk mempermudah akses ke toilet
8. Bantu pasien untuk memilih diapers atau popok kain yang sesuai untuk penanganan
sementara selama terapi pengobatan sedang dilakukan
9. Sediakan popok kain yang nyaman dan melindungi
10. Bersihkan kulit sekitar area genetalia secara teratur
11. Berikan umpan balik positif jika inkontinensia membaik
12. Batasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur
13. Berikan obat-obatan diuretic sesuai jadwal minimal untuk mempengaruhi irama
sirkandian tubuh
14. Instruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat pola dan jumlah urin outout
15. Instruksikan pasien untuk minum minimal 1500cc air perhari
16. Ajarkan cara-cara mencegah konstipasi atau BAB keras
17. Batasi makanan yang mengiritasi kandung kemih(misalnya, minuman besoda, kopi,
the dan coklat)
18. Jika diperlukan lakukan pemeriksaan kultur urin dan sensitifitas urin
19. Monitor keefektifan terapi pembedahan, obat-obatan perawatan mandiri pasien
20. Monitor kebiasaan BAB pasien
21. Rujuk pasien ke spesialis urologi jika diperlikan

d. Pengajaran: latihan toilet


Instruksi dalam menentukan kesiapan anak dan strategi untuk membantu anak mempelajari
ketrampilan menggunakan toilet secara mandiri

Aktivitas
1. Ajarkan orangtua bagaimana cara menentukan kesiapan fisik anak untuk belajar
menggunakan toilet(misalnya, anak berusia minimal 18-24 bulan; anak sudah bisa
menahan urin sebelum waktunya kencing; mengenali keinginan untuk BAB/BAK dan bisa
tahu kalua dia sudah habis BAB/BAK; menunjukan keteraturan dalam pola eliminasi;
kemampuan untuk mencari toilet dan pispot, duduk diatasnya dan berdiari ketrika
selesai; kemampuan untuk melepaskan dan memasang kembali baju sebelum dan
sesudah eliminasi; kemampuan untuk cebok sendiri atau mencuci tangan setelah selesai
eliminasi)
2. Ajarkan orangtua bagaimana mengenali kesiapan anak secara psikososial untuk
menggunakan toilet(misalnya, anak mengungkapkan keinginan dan kemauannya untuk

Universitas Respati Yogyakarta 145


berpartisipasi dalam menggunakan toilet; sudah bisa mengatakan kemauan untuk
melakukan eliminasi; sadar untuk menyenangkan orangtua; menirukan tingkah laku
orang lain)
3. Ajarkan orangtua mengenai bagaimana menentukan kesiapan orangtua/keluarga dalam
melatih anak menggunakan toilet(misalnya, orang tua punya pengetahuan dan waktu
untuk melakukan proses latihan; orangtua/keluarga tidak mengalami perubahan yang
besar selama atau sesaat setelah proses misalnya perubahan pekerjaan atau tempat
tinggal, bercerai, kelahiran anak yang lain, punya harapan yang realistis terkait
perkembangan anak serta punya waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk secara
sukses menyelesaikan program; mengerti bahwa anak mungkin akan mengalami
penurunan [kemampuan] selama stress atau sakit)
4. Sediakan informasi terkait strategi untuk meningkatkan pengguanaan toilet
5. Sediakan informasi mengenai bagaimana cara memberikan baju anak yang longgar dan
mudah untuk dilepas
6. Sediakan informasi untuk menyutujui istilah tertentu yang digunakan untuk
menyampaikan keinginan eliminasi
7. Sediakan informasi mengenai kesempatan pada anak untuk mengamati orang lain
selama proses menggunakan toilet
8. Sediakan informasi mengenai bagaimana cara mengajak anak ke pispot untuk
memperkenalkan pada alat dan proses
9. Sediakan informasi mengenai bagaimana cara mengajak anak ke pispot secara teratur
dan menyuruh mereka untuk duduk
10. Sediakan informasi mengenai bagaimana cara mendukung anak yang sukses dalam
setiap bagian dari proses
11. Sediakan informasi mengenai bagaimana mempertimbangkan temperamen anak atau
gaya perilaku ketika merencanakan strategi
12. Sediakan informasi bagaiamana caranya mengharapkan sesuatu atau mengabaikan
suatu kegagalan yang tidak di sengaja
13. Sediakan informasi mengenai bagaimana mengkomunikasikan strategi, harapan dan
perkembangan pada tenaga kesehatan yang lain
14. Dukung keluarga untuk melalui semua proses ini
15. Dukung keluarga untuk fleksibel dan kreatif dalam mengembangkan dan menerapkan
strategi latihan
16. Sediakan informasi tambahan, jika diinginkan atau dibutuhkan

e. Dukungan kelompok
Pemanfaatan kelopok di lingkungan sekitar untuk memberikan dukungan emosianal dan
informasi kesehatan kepada semua anggotanya

Aktivitas
1. Kaji dan tingkatan dan kesesuaian system pendukung yang telah ada
2. Manfaatkan kelompok pendukung selama masa transisi untuk membantu pasien
beradaptasi dengan kondisinya
3. Tentukan tujuan dan fungsi kelompok pendukung
4. Tentukan tempat yang tepat bagi pertemuan kelompok (misalnya, tatap muka atau
lewat internet)

Universitas Respati Yogyakarta 146


5. Identifikasi kelompok-kelompok pendukung yang telah ada sebagai pilihan kepada
pasien
6. Ciptakan suasana yang menyenangkan
7. Klarifikasi sejak awal tujuan dari kelompok pendukung serta tugas setiap anggota dan
ketua kelompok
8. Jika diperlukan, pilih wakil ketua
9. Jika diperlukan buat surat pendaftaran/kesediaan sebagai anggota
10. Pilih anggota yang akan berpartisipasi dan berkontribusi aktif dalam kegiatan kelompok
11. Buat kelompok dengan jumlah anggota yang sesuai(misalnya, 5-12 orang/kelompok)
12. Sampaikan pentingnya kehadiran setiap anggota
13. Sampaikan bahwa anggpta baru dapat bergabung kapan saja
14. Tentukan jadwal dan tempat pertemuan rutin
15. Lakukan pertemuan 1-2 jam
16. Mulai dan akhiri tepat waktu dan minta agar peserta tidak meninggalkan pertemuan
sebelum selesai
17. Susun kursi secara melingkar agar suasana lebih cair
18. Buat jadwal rutin yang sesuai(misalnya, 6-12 sesi pertemuan )sesuai dengan target dan
tujuan per kegiatan
19. Buat peraturan bagi semua anggota agar tidak membuat masalah yang dapat
mengganggu jalanya kegiatan kelompok
20. Monitor keaktifan setiap peserta dalam kelompok
21. Dorong agar setiap peserta dapat menyampaikan pikiran dan pengetahuannya
22. Dorang agar setiap peserta menyampaikan manfaat yang dapat di ambil dari kelompok
ini
23. Datangkan ahli, jika ada hal-hal yang harus di klarifikasikan
24. Tekankan tanggung jawab setiap anggota
25. Pertahankan suasana positif untuk mendukung perubahan gaya hidup
26. Tekankan pentingnya koping yang efektif
27. Identifikasi topik-topik yang mungkinb muncul dalam kelompok
28. Hindarkan pertemuan yang tidak produktif
29. Bantu kelompok melalui semua tahap dalam proses, mulai dari orientasi sampai
terbangun kedekatan antar anggota
30. Penuhi kebutuhan kelompok secara umum dan kebutuhan setiap anggota kelompok
31. Rujuk pasien ke dokter spesialis, jika diperlukan

Universitas Respati Yogyakarta 147

Anda mungkin juga menyukai