(Sistem Perkemihan)
Thomas Aquino Erjinyuare Amigo, S.Kep, Ns., M. Kep., Sp. Kep. Kom
Disusun Oleh:
Kelompok 2 dan 3
2019
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena atas berkat dan tuntunannya
sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan GERONTIK (Sistem Perkemihan)”
ini bisa diselesaikan dengan baik.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Thomas Aquino Erjinyuare
Amigo, S.Kep, Ns., M. Kep., Sp. Kep. Kom yang telah memberikan tugas
untuk membuat makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah terlibat dalam proses
penulisannya, terlebih kepada teman–teman sekelas yang telah memotivasi penulis sehingga
makalah ini bisa diselesaikan.
Sebagai manusia yang tidak lepas dari keterbatasan kemampuan, dibarengi dengan
berbagai kesulitan dan hambatan, maka penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terhindar
dari berbagai macam kekurangan.
Dengan kekurangan yang ada penulis menyambut saran dan petunjuk yang objektif dari
semua pihak untuk menyempurnakan makalah ini. Sehubungan dengan itu melalui
kesempatan yang ini, penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya disertai
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan malakah
ini.
Harapan kiranya dengan hadirnya malakah ini, dapatlah membantu para pembaca
sekalian dalam mempelajari materi tentang Asuhan Keperawatan GERONTIK (Sistem
Perkemihan).
Tuhan Yang Maha Esa menolong dan memberkati.
Penulis
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B. TUJUAN ................................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM TERKAIT .............................................. 4
B. PROSES MENUA .................................................................................................. 19
1. Definisi lansia ................................................................................................... 19
2. Klasifikasi lansia ............................................................................................... 19
3. Teori penua ....................................................................................................... 19
C. SISTEM TERKAIT ................................................................................................ 22
D. FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI FUNGSI SISTEM TERKAIT .. 26
E. KONSEKUENSI FUNGSIONAL SISTEM TERKAIT ......................................... 32
F. GANGUAN (PENYAKIT) PADA SISTEM TERKAIT ....................................... 34
1. Penyakit 1
a. Definisi
b. Etiologi
c. Manifestasi klinis
d. Patofisiologi
G. PATHWAY............................................................................................................. 47
H. ASUHAN KEPERAWATAN (Teori) .................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fungsi utama eliminasi urin adalah ekskresi air dan limbah kimia, seperti produk
sampingan metabolism dan farmakologis, yang akan menjadi racun jika dibiarkan
menumpuk. Ekskresiurin yang efisien tergantung pada aliran darah ginjal, aktivitas
penyaringan di dalam ginjal, berfungsinya otot saluran kemih dengan baik, dan control
system saraf atas mekanisme eliminasi sukarela dan tidak sukarela. Kontrol eliminasi urin
juga tergantung pada kemampuan rawat jalan dan sensorik dan pada faktor-faktor sosial,
emosional, kognitif, danlingkungan(Miller, 2012).
Orang dewasa tua yang sehat hanya mengalami sedikit konsekuensi fungsional yang
memengaruhi eliminasi urin, tetapi ketika ada factor risiko, konsekuensi fungsional negatif,
seperti inkontinensia urin, sering terjadi.Inkontinensia urin didefinisikan sebagai kebocoran
urin yang tidak disengaja. Faktor risiko yang penting dan yang dapat dikurangi melalui
intervensi pendidikan kesehatan adalah keyakinan keliru bahwa inkontinensia urin
merupakan bagian yang tak terhindarkan dari penuaan. Perawat memiliki banyak peluang
untuk meningkatkan kualitas hidup orang dewasa yang lebih tua dengan mengatasi faktor-
fakto rrisiko yang berkontribusi terhadap inkontinensia urin(Miller, 2012).
Ginjal bertambah berat dan massa dari lahir hingga dewasa awal, ketika jumlah nefron
yang berfungsi mulai menurun, khususnya di korteks, tempat glomeruli berada. Penurunan
ini berlanjut sepanjang hidup, menghasilkan sekitar 25% penurunan massa ginjal pada usia
80 tahun. Glomeruli yang tersisa mengalami berbagai perubahan yang lebih besar seperti
bertambahnya ukuran, lobulasi yang berkurang, dan membran basement yang menebal.
Selain itu, proporsi glomeruli sklerotik meningkat dari kurang dari 5% pada usia 40 tahun
menjadi 35% pada usia 80 tahun. Dimulai pada decade keempat, aliran darah ginjal secara
bertahap berkurang, terutama di korteks, padatingkat 10% per dekade (Miller, 2012).
Penurunan rata-rata fung siginjal 1% per tahun telah diterima secara luas sejak tahun
1970-an sebagai cirri khas penuaan yang dimulai antara usia 30 dan 40 tahun. Sebagian
besar penelitian menunjukkan bahwa penurunan fungsi ginjal secara bertahap adalah normal
perubahan terkait usia dan penurunan fungsi ginjal yang bermakna dikaitkan dengan kondisi
Demografi Penuaan
Diskusi tentang tren demografis saat ini di Amerika Serikat tak pelak lagi berfokus
pada apa yang disebut baby boomer, yang merupakan kelompok besar orang yang lahir antara
tahun 1946 dan 1964. Kelompok ini, yang terdiri sekitar 30% dari populasi pada tahun 1994,
mulai berusia 65 tahun pada 2011, dan akan membawa perubahan demografis besar.Pengaruh
tren ini dan tren populasi lainnya, seperti keragaman budaya yang lebih besar dan
peningkatan usia harapan hidup(Miller, 2012).
Statistik tentang tren yang diantisipasi didasarkan pada perkiraan tentang berbagai
faktor yang akan mempengaruhi morbiditas dan mortalitas orang-orang yang menjadi baby
boomer sekarang juga generasi yang belum lahir.Proyeksi yang paling sering dikutip adalah
berdasarkan asumsi lembaga pemerintah bahwa laju peningkatan mortalitas akan
melambat.Namun, Jaringan Riset Yayasan MacArthur pada Masyarakat Aging telah
menyimpulkan bahwa kombinasi kontrol faktor risiko perilaku dan kemajuan medis yang
memperlambat penuaan dapat menghasilkan sebanyak 7,9 tahun harapan hidup tambahan
saat lahir pada tahun 2050 ( Olshansky , Goldman, Zheng , & Rowe, 2009 dalam Miller).
lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas, berdasarkan UU No
13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Secara global populasi lansia dipediksi
terus mengalami peningkatkan. Populasi lansia di Indonesia diprediksi meningkat lebih tinggi
dari pada populasi lansia di dunia setelah tahun 2100(Miller, 2012).
Struktur again population merupakan cerminan dari semakin tingginy rata-rata usia
harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia. Tingginya UHH merupakan salah satu indikaor
keberhasilan pencapaian pembangunan nasional terutama dibidang kesehatan. Sejak tahun
2004-2015 memperlihatkan adanya peningkatan Usia Harapan Hidup di Indonesia dari 68,6
tahun menjadi 70,8 tahun dan proyeksi tahun 2030 -2035 mencapai 72,2 tahun . Adapun
sebaran penduduk lansia menurut provinsi dengan presentase lansia tertinggi adalah di
Yogyakarta (13,4%) dan terendah adalah Papua (2,8%).
3. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit
sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat
ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik (Miller, 2012).
6. Ginjal membentuk urin; sistem kemih sisanya membawa urin keluar tubuh,
Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk urin-ginjal-dan struktur-struktur yang
membawa urin dari ginjal ke luar untuk dieliminasi dari tubuh (Gambar l4-la). Ginjal adalah
sepasang organ berbentuk kacang yang terletak di belakang rongga abdomen, satu di masing-
masing sisi kolumna vertebralis, sedikit di atas garis pinggang. Setiap ginjal mendapat satu
arteri renalis dan satu vena renalis, yang masingmasing masuk dan keluar ginjal di indentasi
(cekungan) medial ginjal yang menyebabkan organ ini berbentuk seperti kacang. Ginjal
bekerja pada plasma yang mengalir melaluinya untuk menghasilkan urin, menghemat bahan-
bahan yang akan dipertahankan di dalam tubuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak
diinginkan melalui urin.
Setelah terbentuk, urin mengalir ke suatu rongga pengumpul sentral, pelvis ginjal.
yang terletak di bagian tengah medial masing-masing ginjal (Gambar 14-1b). Dari sini urin
disalurkan ke dalam ureter, suaru saluran berdinding otot polos yang keluar di batas medial
dekat dengan arteri dan vena renalis. Terdapat dua ureter, satu mengangkut urin dari masing-
masing ginjal ke sebuah kandung kemih. (Sherwood, L. 2012).
FILTRASI GLOMERULUS
1. Membran glomerulus jauh lebih permeabel daripada kapiler di tempat lain,
Dinding bapiler glomeruhr terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng. Lapisan ini
memiliki banyak pori besar yang menyebabkannya 100 kali lebih permeabel terhadap HrO
dan zat terlarut daripada kapiler di bagian lain tubuh.
Membran basal adalah lapisan gelatinosa aselular (tidak mengandung sel) yang
terbentuk dari kolagen dan glikoprotein yang tersisip di antara glomerulus dan kapsul
Bowman. Kolagen menghasilkan kekuatan struktural, dan glikoprotein menghambat filtrasi
protein plasma yang kecil. Protein plasma yang lebih besar tidak dapat difiltrasi karena tidak
dapat melewati pori kapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan albumin, protein plasma
3. Perubahan pada LFG terutama disebabkan oleh perubahan tekanan darah kapiler
glomerulus.
Karena tekanan filtrasi netto yang menyebabkan filtrasi glomerulus hanyalah
disebabkan oleh ketidakseimbangan gayagaya fisik yang saling berlawanan anrara plasma
kapiler glomerulus dan cairan kapsul Bowman, maka perubahan di salah satu dari gaya-gaya
fisik ini dapat mempengaruhi LFG. Kita akan membahas efek perubahan masing-masing
gaya fisik ini pada LFG.
3. LFG dapat dipengaruhi oleh perubahan dalam koefisien filtrasi
Sejauh ini kita telah membahas perubahan LFG sebagai akibat perubahan dalam
tekanan filtrasi netto. Namun, laju filtrasi glomerulus juga bergantung pada koefisien filtrasi
(K,) selain tekanan ftltrasi netto. Selama bertahun-tahun K" di anggap sebagai suatu
konstanta, kecuali pada keadaan penyakit di mana membran giomerulus menjadi lebih bocor
daripada biasa. Riset-riset baru menunjukkan bahwa \ dapat mengalami perubahan di bawah
kontrol fisiologik. Dua faktor yang mempengaruhi K;luas permukaan dan permeabilitas
membran glomerulus-dapat dimodifikasi oleh aktivitas kontraktil di dalam membran.
Luas permukaan yang tersedia untuk filtrasi di dalam glomerulus diwakili oleh
permukaan dalam kapiler glomerulus yang berkontak dengan darah. Setiap kuntum kapiler
glomerulus disatukan oleh sel mesangium. Sel-sel ini mengandung elemen kontraktil (yaitu,
filamen mirip aktin). Kontraksi sel-sel mesangium ini menutup sebagian kapiler filtrasi,
mengurangi luas permukaan yang tersedia untuk filtrasi di dalam kuntum giomerulus. Ketika
tekanan filtrasi netto tidak berubah maka penurunan \ ini menurunkan LFG. Stimulasi
simpatis menyebabkan sel mesangium berkontraksi dan merupakan mekanisme kedua (selain
mendorong vasokonstriksi arteriol aferen) yang digunakan oleh sistem saraf simpatis untuk
menurunkan LFG.
4. Ginjal secara normal menerima 20% sampai 25% curah jantung.
Pada K, dan tekanan filtrasi netto rerata, 20o/o plasma yang masuk ke ginjal diubah
menjadi filtrat glomerulus. Hal ini berarti bahwa pada LFG rerata 125 ml/mnt, aliran plasma
ginjai total harus sekitar 625 mllmnt. Karena 55% dari darah keseluruhan terdiri dari plasma
(yaitu, hematokrit = 45; lihat h,421), maka aliran darah total meialui ginjal rata-rata adalah
REABSORPSI TUBULUS
Semua konstituen plasma kecuali protein, tanpa pandang bulu difitrasi bersama
melalui kapiler glonrerulus. Selain zat sisa dan kelebihan bahan yang harus dikeluarkan oleh
tubuh, cairan filtrasi juga mengandung nutrien, elektrolit, dan bahan lain yang dibutuhkan
oleh tubuh. Memang, melalui filtrasi glomerulus yang terus-menerus, jumlah dari bahan-
bahan yang terfiltrasi per hari ini bahkan lebih besar daripada yang ada di tubuh. Bahan-
bahan esensial yang terfiltrasi dikembalikan ke tubuh melalui reabsorpsi tubulus, rrarrsfer
diskret bahan-bahan dari lumen tubulus ke dalam kapiler peritubulus.
1. Reabsorpsi tubulus adalah proses yang luar biasa, sangat selektif, dan bervariasi.
Reabsorpsi tubulus adalah suatu proses yang sangat selektif. Semua konstituen
kecuali protein plasma memiliki konsen, trasi yang sama di filtrat giomerulus dar.r di plasma.
Pada sebagian besar kasus, jumlah setiap bahan yang diserap adalah jumlah yang diperlukan
untuk mempertahankan komposisi dan volume lingkungan cairan internai yang sesuai. Secara
umum, tubulus memiliki kapasitas reabsorpsi yang besar untuk bahan-bahan yang dibutuhkan
oleh tubuh dan kecil atau tidak ada untuk bahan-bahan yang tidak bermanfaat (Tabel 14-2).
Karena itu, hanya sedikit, kalaupun ada, konstituen plasma yang terfiltrasi dan bermanfaat
bagi tubuh terdapat di urin karena sebagian besar telah direabsorpsi dan dikembalikan ke
darah. Hanya bahan esensial, misalnya elektrolit yang berlebihan yang dieksreksikan di urin.
Untuk konstituen plasma esensial yang diatur oleh ginjal, kapasitas reabsorpsi dapat
bervariasi bergantung pada kebutuhan tubuh. Sebaliknya, sebagian produk sisa yang
1. Definisi Lansia
Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Usia kronologis
biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang
menua dengan dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya.
Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberi pendekatan yang berbeda
antara satu lansia dengan lansia yang lainnya (Potter et al.2009).
2. Klasifikasi Lansia
Menurut Depatement Kesehatan Republik Indonesia (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda menurut WHO (dalam buku
Miller, 2012) lansia meliputi :
3. Teori Penuaan
a. Definisi Penuaan
Sebaliknya, orang dewasa cenderung memandang "usia tua" sebagai sesuatu yang
harus dihindari dan mereka cenderung mendefinisikan permulaan masa dewasa yang lebih
tua sebagai satu dekade di luar usia mereka saat ini.Istilah identitas usia ( juga disebut sebagai
usia perasaan atau subjektif) digunakan untuk menggambarkan persepsi seseorang tentang
usianya.Penelitian telah menemukan bahwa orang yang lebih tua menilai timbulnya usia
menengah dan lebih tua sebagai terjadi pada usia kronologis kemudian daripada orang muda (
Musaiger& D'Souza, 2009; Prevc & Doupona , 2009).Perawat sering mengamati fenomena
ini ketika mereka mendengar orang yang usia kronologisnya adalah 75 tahun, 80 tahun, atau
lebih tua menyebut "orang tua" seolah-olah mereka adalah kelompok yang lebih tua dan
berbeda dari diri mereka sendiri (Miller, 2012).
Sejak 1980-an, gerontologis telah menggunakan konsep usia yang dirasakan, yang
merupakan perkiraan usia seseorang berdasarkan penampilan, dalam banyak studi termasuk
beberapa studi longitudinal yang besar.Studi-studi ini telah mengkonfirmasi bahwa usia yang
dipersepsikan berkorelasi sangat erat dengan kesehatan dan merupakan prediktor kuat untuk
bertahan hidup, terutama untuk orang berusia 70 tahun ke atas (Christensen, Thinggaard , et
al., 2009).
Saat ini, ada penekanan pada kesehatan fisik, mental, dan sosial yang optimal dan
berfungsi sebagai komponen penting dari penuaan yang sukses.Pusat Pencegahan
Pencegahan yang didanai pemerintah federal tentang Jaringan Penelitian Penuaan Sehat
(PRC-HAN) berfokus pada mengadopsi dan mempertahankan sikap dan perilaku yang
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan orang dewasa yang lebih tua, dengan penekanan
pada kesehatan kognitif (Logsdon, Hochhalter ,& Sharkey, 2009 ).Satu penelitian RRC-HAN
dari kelompok beragam orang dewasa yang lebih tua menemukan bahwa semua atau sebagian
besar kelompok ras / etnis mengidentifikasi umur panjang, waktu luang, kerohanian,
keterlibatan sosial, pembelajaran berkelanjutan, dan kesehatan fisik dan kognitif yang baik
sebagai aspek penting dari penuaan yang berhasil ( Laditka et al. ., 2009).Studi juga
menemukan bahwa memiliki perasaan memiliki tujuan dalam hidup adalah aspek penting
dari penuaan yang berhasil (Boyle, Barnes, Buchman, & Bennett, 2009; Gruenewald ,
Karlamangla , Greendale, Singer, & Seeman , 2009).Studi tentang penuaan yang berhasil di
Brasil dan Inggris menemukan bahwa kegiatan santai, dukungan psikososial, kapasitas
fungsional, kesehatan dan kesejahteraan yang dirasakan, dan hubungan keluarga dan sosial
dan keterlibatan adalah komponen penting dari penuaan aktif atau sukses (Bowling, 2009;
Chaves, Camozzato , Eizirik , & Kaye, 2009).Sebuah studi keperawatan menemukan bahwa
orang dewasa yang lebih tua di Brasil memandang usia tua sebagai waktu untuk mengalami
kemungkinan baru dan merasa bahwa menjadi sehat sangat penting untuk mempertahankan
otonomi mereka (Silva &Boemer , 2009).
Gerontolog juga menekankan bahwa konsep penuaan yang berhasil dapat diterapkan
pada orang yang telah mengatasi kecacatan dan penyakit, dalam hal ini istilah penuaan
Kasus Gagal ginjal akut pada lansia jumlahnya akan menurun apabila mendapat
perawatan yang berfokus pada masalah penuaannya dan telah di ulas oleh “keterlibatan aktif
dengan kehidupan, fungsi kognitif dan fisik yang tinggi, dan kemungkinan rendah penyakit
dan kecacatan. (Rowe & Kahn, 1997).” Dan di tunjang oleh Pusat Pencegahan Pencegahan
yang didanai pemerintah federal tentang Jaringan Penelitian Penuaan Sehat (PRC-HAN)
berfokus pada mengadopsi dan mempertahankan sikap dan perilaku yang meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan orang dewasa yang lebih tua, dengan penekanan pada kesehatan
kognitif (Logsdon, Hochhalter ,& Sharkey, 2009 ).
Perubahan terkait usia pada ginjal, kandung kemih, uretra, dan mekanisme kontrol
dalam sistem saraf dan tubuh lainnya memengaruhi proses fisiologis yang mengontrol
eliminasi urin. Selain itu, setiap perubahan terkait usia yang mengganggu keterampilan yang
terlibat dalam eliminasi urin yang sesuai secara sosial dapat mengganggu kontrol kemih.
Perubahan terkait usia yang secara langsung atau tidak langsung memengaruhi fungsi dan
kontrol urin dibahas dalam dua bagian berikutnya (Miller, 2012).
Proses kompleks ekskresi urin dimulai pada ginjal dengan penyaringan dan
pembuangan limbah kimia dari darah. Darah bersirkulasi melalui glomeruli, tempat limbah
cair, yang disebut filtrat glomerulus, melewati kapsul Bowman dan tubulus ginjal menuju
saluran pengumpul. Selama proses ini, zat yang dibutuhkan oleh tubuh (seperti air, glukosa,
dan natrium) dipertahankan, dan produk limbah diekskresikan dalam urin. Fungsi-fungsi ini
penting untuk mempertahankan homeostasis dan mengeluarkan banyak obat.Fungsi
ekskretoris, yang diukur dengan glomerulus laju filtrasi (GFR), tergantung pada jumlah dan
efisiensi nefron dan pada jumlah dan laju aliran darah ginjal (Miller, 2012).
Penurunan rata-rata fungsi ginjal 1% per tahun telah diterima secara luas sejak tahun
1970-an sebagai ciri khas penuaan yang dimulai antara usia 30 dan 40 tahun. Sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa penurunan fungsi ginjal secara bertahap adalah normal
perubahan terkait usia dan penurunan fungsi ginjal yang bermakna dikaitkan dengan kondisi
patologis umum seperti hipertensi ( Glassock& Winearls , 2009; Lerma, 2009).
Tubulus ginjal mengatur pengenceran dan konsentrasi urin, dan ekskresi air
berikutnya dari tubuh, dalam ritme diurnal. Proses fisiologis yang bertanggung jawab untuk
konsentrasi urin dan ekskresi air dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
Biasanya, produksi ADH distimulasi oleh perdarahan, dehidrasi, dan kondisi lain yang
mempengaruhi volume plasma atau osmolalitas. Mekanisme perlindungan fisiologis ini
membantu menjaga volume plasma dan menghemat cairan dan natrium dalam kondisi
kekurangan air atau natrium.
Banyak perubahan yang berhubungan dengan usia mempengaruhi tubulus ginjal dan
dengan demikian mempengaruhi pengenceran dan konsentrasi urin. Perubahan-perubahan ini
termasuk degenerasi lemak, divertikula, hilangnya sel yang berbelit-belit, dan perubahan
komposisi membran basement.Secara fungsional, tubulus ginjal pada orang dewasa yang
lebih tua kurang efisien dalam pertukaran zat, konservasi air, dan penekanan sekresi ADH
Pada orang dewasa yang lebih muda, kandung kemih menyimpan 350 hingga 450 mL
urin sebelum orang tersebut mengalami sensasi kenyang dan tidak nyaman. Dengan
bertambahnya usia, hipertrofi otot kandung kemih dan penebalan dinding kandung kemih
mengganggu kemampuan kandung kemih, membatasi jumlah urin yang dapat disimpan
dengan nyaman hingga sekitar 200 hingga 300 mL (Miller, 2012).
Saat air seni mengalir ke kandung kemih, otot polos mengembang tanpa
meningkatkan tekanan intravesikal , dan tekanan uretra meningkat ke titik yang sedikit lebih
tinggi daripada tekanan intravesikal . Selama volume urin tidak naik di atas 500 hingga 600
mL, keseimbangan ini dapat dipertahankan , dan buang air kecil dapat dikontrol secara
sukarela. Jika volumenya naik di atas level ini, atau jika otot detrusor berkontraksi tanpa
sengaja, tekanan intravesika akan melebihi tekanan uretra, dan kebocoran urin kemungkinan
akan terjadi. Selain jumlah urin dalam kandung kemih, faktor-faktor berikut mempengaruhi
keseimbangan antara tekanan intravesical dan uretra:
a. Tekanan perut
b. Ketebalan mukosa uretra
c. Nada otot leher, detrusor, uretra, dan leher kandung kemih
d. Penggantian jaringan otot polos di kandung kemih dan uretra dengan jaringan ikat
yang kurang elastis.
Sfingter internal dan eksternal mengatur penyimpanan urin dan pengosongan kandung
kemih.Sfingter internal adalah bagian dari dasar kandung kemih dan dikendalikan oleh saraf
otonom.Sphincter eksternal adalah bagian dari lantai otot panggul dan dikendalikan oleh saraf
pudenda.Ketika buang air kecil terjadi, otot detrusor dan perut berkontraksi, dan otot-otot
sfingter perineum dan eksternal rileks.Bila perlu, sphincter eksternal berkontraksi untuk
menghambat atau mengganggu batal dan untuk mengkompensasi lonjakan tiba-tiba dalam
tekanan perut. Perubahan terkait usia yang melibatkan hilangnya otot polos di uretra dan
relaksasi otot-otot dasar panggul mengurangi resistensi uretra dan mengurangi nada sfingter
(Miller, 2012).
Perubahan pada sistem saraf dan sistem pengaturan lainnya memengaruhi fungsi
urin.Sebagai contoh, impuls motorik dalam urinasi kontrol sumsum tulang belakang, tetapi
pusat-pusat yang lebih tinggi di otak bertanggung jawab untuk mendeteksi sensasi kepenuhan
kandung kemih, untuk menghambat pengosongan kandung kemih bila diperlukan, dan untuk
merangsang kontraksi kandung kemih untuk pengosongan total.Ketika kandung kemih terisi,
reseptor sensorik di dinding kandung kemih mengirim sinyal ke sumsum tulang belakang
sakral.Pada orang dewasa tua yang sehat, perubahan degeneratif pada korteks serebral dapat
mengubah sensasi kepenuhan kandung kemih dan kemampuan untuk mengosongkan
kandung kemih sepenuhnya.Pada orang dewasa yang lebih muda, sensasi kepenuhan dimulai
ketika kandung kemih sekitar setengah penuh. Sensasi ini terjadi pada titik kemudian untuk
orang dewasa yang lebih tua, sehingga interval antara persepsi awal keinginan untuk
membatalkan dan kebutuhan aktual untuk mengosongkan kandung kemih diperpendek , yang
dapat memicu episode inkontinensia (Miller, 2012).
Banyak struktur yang terlibat dalam buang air kecil mengandung eceptor estrogen dan
dipengaruhi oleh perubahan hormon, khususnya yang terjadi pada wanita menopause.Sebagai
contoh, berkurangnya estrogen menyebabkan hilangnya nada, kekuatan, dan dukungan
kolagen dalam jaringan urogenital dan dapat berkontribusi pada penurunan tekanan
penutupan uretra, yang merupakan predisposisi masalah kebocoran urin.Juga, karena ujung
saraf tergantung pada estrogen, berkurangnya estrogen meningkatkan sensitivitas terhadap
rangsangan yang mengiritasi, yang mengarah pada peningkatan dorongan untuk
membatalkan.Penurunan estrogen yang terkait dengan menopause sebagian dapat
menjelaskan peningkatan prevalensi dan onset inkontinensia pada wanita (Miller, 2012).
Persepsi haus yang berkurang adalah perubahan lain yang berkaitan dengan usia yang
dapat memengaruhi homeostasis dan fungsi urin. Orang dewasa tua yang sehat dan
kekurangan cairan tidak merasakan haus, mengalami ketidaknyamanan dari mulut kering,
atau minum air yang cukup untuk merehidrasi diri mereka sendiri. Dengan kondisi yang
menempatkan tuntutan tambahan pada keseimbangan cairan dan elektrolit, seperti demam
atau infeksi, sensasi haus yang berkurang dapat mengganggu mekanisme yang biasanya
mengkompensasi tekanan fisiologis ini.Konsekuensinya, orang tua cenderung berisiko tinggi
mengalami dehidrasi karena asupan cairan yang tidak memadai (Miller, 2012).
Kontrol atas buang air kecil tergantung tidak hanya pada fungsi saluran kemih dan
sistem saraf, tetapi juga pada faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas seseorang untuk
eliminasi urin yang sesuai secara sosial. Beberapa kondisi internal dan eksternal yang
memengaruhi keterampilan ini adalah
Standar untuk eliminasi urin yang sesuai secara sosial dapat bervariasi sesuai dengan
lingkungan sosial yang berbeda. Untuk e xample, independen, masyarakat yang tinggal
dewasa yang lebih tua diharapkan tetap bebas dari bau urin atau basah dan untuk buang air
kecil di swasta, tempat-tempat yang ditunjuk; Namun, orang dewasa yang lebih tua
tergantung atau dilembagakan mungkin tidak diharapkan untuk mematuhi standar ini begitu
ketat. Dalam pengaturan apa pun, sikap dan perilaku pengasuh dapat secara signifikan
mempengaruhi pola eliminasi urin, seperti yang dibahas pada bagian berikut tentang faktor
risiko (Miller, 2012).
Seperti halnya banyak bidang fungsi lainnya, faktor risiko memainkan peran yang
lebih signifikan daripada perubahan terkait usia dalam menyebabkan konsekuensi fungsional
negatif untuk fungsi kemih. Ini terutama benar berkaitan dengan inkontinensia urin, seperti
yang dibahas pada bagian itu. Faktor-faktor yang secara signifikan dapat mempengaruhi
fungsi urin secara keseluruhan termasuk perilaku berdasarkan mitos dan kesalahpahaman,
gangguan fungsional, proses penyakit, dan pengaruh lingkungan dan gaya hidup (Miller,
2012).
Sikap yang didasarkan pada mitos atau kurangnya pengetahuan tentang fungsi kemih
dapat memiliki efek buruk pada perilaku orang dewasa yang lebih tua dan pengasuh
mereka.Misalnya, persepsi inkontinensia urin sebagai konsekuensi tak terhindarkan dari
penuaan menghalangi orang dewasa yang lebih tua untuk mencari bantuan dari para
profesional kesehatan. Praktisi perawatan primer sering memperkuat kesalahpahaman ini dan
gagal untuk bertanya tentang inkontinensia, meskipun sekitar 80% orang dengan
inkontinensia urin dapat disembuhkan atau ditingkatkan (Luka, Ostomi dan Masyarakat
Perawat Kelanjutan, 2009). Faktor budaya juga dapat memengaruhi persepsi dan perilaku
mencari bantuan. Sebagai contoh, satu studi menemukan bahwa wanita Korea Amerika yang
lebih tua tidak mencari bantuan untuk inkontinensia urin karena mereka mungkin melihatnya
sebagai masalah keluarga daripada masalah individu (Kang & C rogan , 2008 dalam Miller,
2012). Studi lain menemukan bahwa sekitar 80% wanita dari budaya Timur Tengah tidak
mencari bantuan untuk inkontinensia karena malu dan karena mereka menganggap bahwa ini
adalah bagian normal dari penuaan (El- Azab &Shaaban , 2010 dalam Miller, 2012). Karena
sikap pengunduran diri seperti itu, tanda-tanda awal dan gejala disfungsi urin dapat dikelola
secara tidak tepat, dan masalahnya dapat berlanjut.
Dalam pengaturan perawatan akut dan jangka panjang, sikap staf dan prosedur
keperawatan sangat memengaruhi standar untuk eliminasi urin.Di fasilitas perawatan akut,
kateter yang tinggal di dalam sering dimasukkan ke ruang gawat darurat atau selama prosedur
bedah, dan mereka sering tetap di tempat yang tidak perlu. Satu studi menemukan bahwa
protokol keperawatan, yang memungkinkan perawat menghentikan penggunaan kateter diam
yang tidak perlu menghasilkan pengurangan 67,7% dari keseluruhan hari kateter (dari 136
menjadi 44) (Voss, 2009). Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan kateter yang menetap
di fasilitas perawatan jangka panjang telah berkurang karena peraturan federal yang lebih
ketat tentang ini sebagai masalah kualitas perawatan (Rogers et al., 2008). Dalam pengaturan
apa pun, pengasuh atau staf dapat mendorong penggunaan pembalut atau produk
inkontinensia lainnya karena ini lebih mudah dan lebih nyaman daripada membantu orang
dewasa yang lebih tua untuk pergi ke kamar mandi. Dalam situasi ini, orang dewasa yang
lebih tua tergantung cenderung berperilaku sesuai dengan harapan pengasuh, dan
inkontinensia akan menjadi konsekuensi yang tak terelakkan (Miller, 2012).
Asupan cairan yang terbatas dalam menanggapi rasa takut atau timbulnya
inkontinensia — atau karena alasan apa pun — adalah perilaku lain yang dapat secara tidak
sengaja memperburuk inkontinensia. Jika kepenuhan kandung kemih tidak tercapai secara
memadai , seperti pada keadaan dehidrasi atau asupan cairan terbatas, mekanisme neurologis
yang mengontrol pengosongan kandung kemih tidak akan berfungsi secara efektif, dan
inkontinensia dapat terjadi karena orang tersebut tidak merasakan keinginan untuk batal.
Dehidrasi dan hidrasi yang tidak adekuat juga menyebabkan peningkatan iritabilitas kandung
kemih, dengan kontraksi dan inkontinensia tanpa hambatan berikutnya (Miller, 2012).
2. Gangguan Fungsional
3. Kondisi patologis
Proses penyakit yang umumnya meningkatkan risiko inkontinensia urin pada orang
dewasa yang lebih tua termasuk yang melibatkan saluran kemih dan struktur pendukung dan
yang mempengaruhi sistem lain dan menyebabkan inkontinensia melalui efek tidak langsung.
Sebagian besar kondisi yang mempengaruhi saluran kemih adalah jenis kelamin spesifik ,
sedangkan kondisi yang mempengaruhi sistem lain dapat mempengaruhi semua orang dewasa
yang lebih tua (Miller, 2012).
Disfungsi dasar panggul (yaitu, pelemahan atau peregangan otot-otot dasar panggul)
pada wanita dapat menyebabkan prolaps organ panggul — suatu kondisi di mana bagian
dinding vagina menonjol. Studi mengidentifikasi obesitas, peningkatan usia, dan tingginya
angka kelahiran pervaginam sebagai faktor risiko untuk kondisi ini (Sung & Hampton, 2009).
Disfungsi dasar panggul dapat menyebabkan frekuensi dan inkontinensia urin karena
mengganggu pengosongan total kandung kemih, sehingga menghasilkan urin residual dan
peningkatan risiko bakteriuria . Otot dasar panggul juga dipengaruhi oleh perubahan
degeneratif yang terkait dengan penurunan kadar estrogen yang berkaitan dengan usia. Hal
ini dapat menyebabkan atrofi jaringan vagina dan trigonal dengan penurunan resistensi
terhadap patogen.Vaginitis dan trigonitis dapat berkembang dan menyebabkan urgensi,
frekuensi, dan inkontinensia.
Hiperplasia prostat jinak (yaitu, pembesaran prostat) adalah penyebab umum dari
masalah berkemih pada pria yang lebih tua, sedangkan karsinoma prostat adalah penyebab
yang kurang umum.Pada tahap awal, benign prostatic menghalangi leher vesikalis dan c
ompresses uretra, menyebabkan hipertrofi kompensasi dari otot detrusor dan obstruksi
Universitas Respati Yogyakarta 32
berikutnya.Dengan hipertrofi progresif, dinding kandung kemih kehilangan elastisitasnya dan
menjadi lebih tipis.Selanjutnya, retensi urin terjadi, meningkatkan risiko bakteriuria dan
infeksi. Akhirnya, ureter dan ginjal terpengaruh, dan hidroureter , hidronefrosis , GFR
berkurang, dan uremia dapat terjadi. Pria dengan hiperplasia prostat dapat mengalami
nokturia (buang air kecil berlebihan di malam hari), penurunan aliran urin, pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap, dan urgensi dan frekuensi kemih (Miller, 2012).
Infeksi saluran kemih adalah penyebab umum inkontinensia pada orang dewasa yang
lebih tua, dengan kejadian tahunan 10% ( Mohsin& Siddiqui, 2010). Karena berdiamnya
kateter adalah penyebab utama infeksi saluran kemih dan komplikasi lainnya, praktik
berbasis bukti menekankan pentingnya evaluasi yang sedang berlangsung tentang perlunya
perangkat ini ( O'Donohue et al., 2010; Voss, 2009; Wilde et al., 2010). Satu studi
menemukan bahwa mengurangi penggunaan kateter yang berdiam diri menghilangkan infeksi
saluran kemih terkait kateter selama periode intervensi 6 bulan ( Elpern et al., 2009).
Manifestasi infeksi saluran kemih pada orang dewasa yang lebih tua mungkin sangat halus;
Inkontinensia urin mungkin merupakan tanda awal atau primer.Perubahan perilaku atau
tingkat fungsi dapat menjadi tanda penyajian, terutama pada penderita demensia.Orang
dewasa yang lebih tua juga cenderung memiliki bakteriuria kronis — suatu kondisi yang
ditandai sebagai 105 atau lebih unit pembentuk koloni tanpa gejala infeksi saluran kemih.
Prevalensi bakteriuria kronis pada penghuni panti jompo adalah 25% hingga 50% wanita dan
15% hingga 40% pria (Nicolle, 2009).
Banyak kondisi patologis yang mempengaruhi sistem saraf pusat atau perifer
meningkatkan risiko untuk mengembangkan inkontinensia.Meskipun demensia sangat terkait
dengan inkontinensia urin, hubungan antara kedua kondisi ini kompleks, dan inkontinensia
harus dipandang sebagai dapat dicegah dan diobati.Misalnya, orang dewasa yang lebih tua
dengan demensia mungkin kurang memiliki kemampuan perseptual yang diperlukan untuk
menemukan dan menggunakan fasilitas yang sesuai, tetapi mereka mungkin dapat
mempertahankan kontinuitas ketika diberi isyarat dan pengingat yang tepat (Miller, 2012).
Kondisi lain yang sangat terkait dengan inkontinensia adalah obesitas, diabetes,
alkoholisme, multiple sclerosis, penyakit Parkinson, kecelakaan serebrovaskular, dan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Gangguan metabolisme yang menyebabkan diuresis,
seperti diabetes dan hiperkalsemia , dapat menyebabkan inkontinensia. Kondisi yang
memengaruhi status mental, seperti delirium, dapat bermanifestasi atau disertai dengan
inkontinensia urin . Demikian juga, banyak kondisi yang mempengaruhi proses fisiologis,
seperti penyakit akut, dapat menyebabkan atau memperburuk inkontinensia. Setiap penyakit
akut atau intervensi bedah yang sementara membatasi mobilitas atau mengganggu
kemampuan mental juga merupakan faktor risiko inkontinensia urin (Miller, 2012).
4. Efek Obat
Obat-obatan mempengaruhi fungsi urin dalam beberapa cara dan merupakan faktor
risiko umum dalam perkembangan inkontinensia urin. Sebagai contoh, loop diuretik
meningkatkan output urin, menempatkan permintaan tambahan pada sistem urin dan
memperparah efek dari penurunan terkait usia dalam kapasitas kandung kemih. Orang
dewasa yang lebih tua dengan kondisi saluran kemih lainnya mungkin sangat rentan terhadap
efek obat yang merugikan.Sebagai contoh, pria dengan hiperplasia prostat berada pada risiko
yang meningkat untuk retensi urin ketika mereka menggunakan agen adrenergik atau
antikolinergik.Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati inkontinensia juga dapat
menyebabkan inkontinensia.Misalnya, terazosin, yang digunakan untuk hiperplasia prostat
jinak, dapat menyebabkan relaksasi uretra dan inkontinensia stres.Dengan demikian, sangat
penting bahwa penyebab inkontinensia diidentifikasi secara akurat sebelum pengobatan
dimulai (Miller, 2012).
Selain menyebabkan inkontinensia melalui efek langsung pada saluran kemih, obat-
obatan dapat menyebabkan inkontinensia melalui efeknya pada kemampuan
fungsional.Antikolinergik (termasuk obat yang dijual bebas) dapat menyebabkan gangguan
fungsi kognitif dan fungsi lainnya, yang dapat mengganggu kontrol sukarela atas buang air
kecil.Banyak obat yang menyebabkan konstipasi, yang merupakan faktor penyebab
inkontinensia.Efek samping ini dapat sangat merugikan dengan adanya hiperplasia prostat
atau otot dasar panggul yang melemah (Miller, 2012).
5. Faktor lingkungan
Faktor-faktor lingkungan dapat menghalangi atau mencegah orang dewasa yang lebih
tua - khususnya mereka yang memiliki keterbatasan mobilitas - untuk mencapai dan
menggunakan toilet di pengaturan rumah, publik, dan kelembagaan.Contoh hambatan
lingkungan termasuk tangga, tidak adanya pegangan dan pagar, dan kursi toilet yang tidak
sesuai ketinggian.Kotak 19-1 merangkum beberapa faktor risiko lingkungan yang dapat
berkontribusi pada kejadian inkontinensia pada orang dewasa yang lebih tua (Miller, 2012).
Meskipun banyak perubahan yang berkaitan dengan usia pada saluran kemih,
eliminasi limbah tidak terpengaruh secara signifikan pada orang dewasa tua yang sehat dan
tidak berobat .Namun, dengan tuntutan fisiologis yang tidak biasa, seperti yang terjadi
dengan obat atau kondisi penyakit, orang dewasa yang lebih tua cenderung mengalami
konsekuensi fungsional yang mempengaruhi mekanisme homeostatis dan kontrol kemih.
Perubahan terkait usia dan faktor risiko juga menyebabkan konsekuensi fungsional dalam
pola eliminasi urin dan membuat orang dewasa yang lebih tua inkontinensia. Kapan saya
ncontinence terjadi, konsekuensi fungsional tambahan, terutama efek psikososial, bisa sangat
serius (Miller, 2012).
Konsekuensi fungsional yang berkaitan dengan fungsi ginjal pada lansia yang sehat
meliputi gangguan penyerapan kalsium dan kecenderungan hiponatremia dan
hiperkalemia.Ager mengalami perubahan pada ginjal dan sekresi aldosteron yang
mengganggu mekanisme kompensasi yang menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit,
sehingga orang dewasa yang lebih tua memiliki respons yang tertunda dan kurang efektif
Dengan bertambahnya usia, ginjal menjadi kurang responsif terhadap ADH dan
kurang mampu berkonsentrasi urin, menyebabkan peningkatan kadar ad dalam konsentrasi
maksimal kemih. Perubahan terkait usia juga meningkatkan produksi urin pada malam hari
pada orang dewasa yang lebih tua dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda,
bahkan tanpa adanya faktor patologis (Miller, 2012).
Orang dewasa yang lebih tua yang menggunakan obat-obatan tertentu atau memiliki
kondisi medis cenderung mengalami konsekuensi fungsional seperti berikut ini:
Karena perubahan yang berkaitan dengan usia, kandung kemih dari orang dewasa
yang lebih tua memiliki kapasitas yang lebih kecil, kosong tidak lengkap, dan kontrak selama
pengisian. Dengan demikian, orang dewasa yang lebih tua mengalami interval yang lebih
pendek antara berkemih, dan mereka memiliki waktu yang lebih sedikit antara persepsi
keinginan untuk membatalkan dan kebutuhan aktual untuk mengosongkan kandung
kemih.Orang dewasa yang lebih tua sering menggambarkan hal ini dengan mengatakan,
"Ketika Anda harus pergi, Anda harus pergi." Konsekuensi lain adalah bahwa kandung kemih
mempertahankan hingga 50 mL sisa urin setelah berkemih, menyebabkan bakteriuria gejala
atau asimptomatik dan membuat orang dewasa yang lebih tua terkena infeksi saluran kemih
(Miller, 2012).
Perubahan terkait usia dalam produksi urin diurnal di ginjal menyebabkan perubahan
pola berkemih menjadi keluaran urin lebih banyak pada malam hari dibandingkan pada siang
hari. Kondisi patologis (misalnya, hipotiroidisme, gagal jantung, insufisiensi vena) dan obat-
obatan tertentu (misalnya, penghambat saluran kalsium) adalah faktor risiko yang
menyebabkan frekuensi kemih dan nokturia yang terkait dengan posisi terlentang ( Rahn&
Roshanravan , 2009). Selain itu, kandung kemih yang terlalu aktif dan kondisi patologis
(misalnya, disfungsi dasar panggul pada wanita dan pembesaran prostat jinak pada pria)
adalah penyebab umum nokturia pada orang dewasa yang lebih tua (van Kerrebroeck ,
Hashim , Holm-Larsen, Robinson, & Stanley, 2010). Konsekuensi fungsional nokturia
termasuk gangguan tidur, peningkatan risiko jatuh di malam hari, dan penurunan kualitas
hidup ( Bliwise et al., 2009; Endeshaw , 2009; Vaughan et al., 2010).
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi iginjal secara mendadak dan hamper
lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan glomerular.
a. Definisi
Penyakit ginjal kronis terjadi ketika penyakit atau kondisi merusak fungsi
ginjal, menyebabkan kerusakan ginjal memburuk selama beberapa bulan atau tahun.
Tiba-tiba kehilangan fungsi ginjal disebut cedera ginjal akut, yang juga dikenal
sebagai gagal ginjal akut. Gagal ginjal akut memiliki tiga penyebab utama, di
antaranya:
1. Sebuah luka trauma pada ginjal yang disertai dengan kehilangan darah
2. Dehidrasi
3. Kerusakan ginjal karena shock selama infeksi berat yang disebut sepsis
4. Obstruksi aliran urin, seperti akibat pembesaran prostat
5. Kerusakan karena obat-obatan tertentu atau toksin
c. Manifestasi klinis
Tanda-tanda dan gejala-gejala gangguan cairan dan elektrolit yang umum yang
dapat terjadi pada pasien-pasien dengan kelainan ginjal dan strategi-strategi
manajemen umumnya tercantum pada Tabel 44-1. Perawat terus menilai es, monitor,
dan memberitahu anggota priate appro dari tim perawatan kesehatan jika pasien
menunjukkan tanda-tanda ini. Strategi manajemen untuk gangguan cairan dan
elektrolit pada penyakit ginjal dibahas secara lebih mendalam nanti dalam bab ini
d. Patofisiologi
Ginjal kita memiliki 1 juta nefron, dan masing – masing memiliki kontribusi
terhadap total GFR. Pada saat terjadi renal injury karena etiologi seperti yang telah
dijelaskan di atas, pada awalnya ginjal masih memiliki kemampuan untuk
mempertahankan GFR. Namun pada akhirnya nefron sehat yang tersisa ini akan
mengalami kegagalan dalam mengatur autoregulasi tekanan glomerular, dan akan
menyebabkan hipertensi sistemik dalam glomerulus. Peningkatan tekanan glomerulus
ini akan menyebabkan hipertrofi nefron yang sehat sebagai mekanisme kompensasi.
Pada tahap ini akan terjadi poliuria, yang bisa menyebabkan dehidrasi dan
hiponatremia akibat ekskresi Na melalui urin meningkat. Peningkatan tekanan
glomerulus ini akan menyebabkan proteinuria. Derajat proteinuria sebanding dengan
tingkat progresi dari gagal ginjal. Reabsorpsi protein pada sel tubuloepitelial dapat
menyebabkan kerusakan langsung terhadap jalur lisosomal intraselular, meningkatkan
stres oksidatif, meningkatkan ekspresi lokal growth faktor, dan melepaskan faktor
a. Definisi
b. Etiologi
d. Patofisiologi
Pada tahap awal CKD bisa ada kerusakan yang signifikan pada ginjal tanpa
tanda atau gejala. Patofisiologi CKD belum dipahami dengan jelas , tetapi kerusakan
ginjal diperkirakan disebabkan oleh peradangan akut yang berkepanjangan yang tidak
spesifik organ dan dengan demikian memiliki manifestasi sistemik yang halus.
(Sherwood, L. 2012).
4. NEFROSKLEROSIS
a. Definisi
b. Etiologi
Gejala jarang terjadi pada awal penyakit, meskipun urin biasanya mengandung
protein dan gips sesekali. Ketidakcukupan ginjal dan tanda-tanda serta gejala yang
terkait terjadi terlambat pada penyakit.
c. Manifestasi klinis
Gejala:
Gejala-gejalanya disebabkan oleh cedera di otak, jantung dan ginjal akibat
tekanan darah tinggi yang berat; tekanan diastolik biasanya lebih tinggi dari
130 mmHg. Gejalanya berupa:
d. Patofisiologi
b. Etiologi
Pada sindrom nefritik akut, ginjal menjadi besar, edematosa, dan tersumbat.
Semua jaringan ginjal termasuk glomeruli, tubulus, dan pembuluh darah dipengaruhi
oleh berbagai tingkat. Pasien dengan nefropati IgA memiliki serum IgA yang tinggi
dan level komplemen yang rendah hingga normal. Mikroskopi elektron dan analisis
Jika pasien membaik, jumlah urin meningkat dan protein dan sedimen urin
berkurang. Persentase orang dewasa yang pulih tidak diketahui. Beberapa pasien
mengalami uremia parah (kelebihan urea dan limbah nitrogen lainnya dalam darah)
dalam beberapa minggu dan memerlukan dialisis untuk bertahan hidup. Lainnya,
setelah periode pemulihan yang jelas, secara diam-diam mengembangkan
glomerulonefritis kronis.
c. Manifestasi klinis
Beberapa derajat edema dan hipertensi terjadi pada sebagian besar pasien.
Proteinuria yang ditandai karena peningkatan permeabilitas membran glomerulus juga
dapat terjadi, dengan edema pitting, hipoalbuminemia , hiperlipidemia, dan gips
berlemak dalam urin. Nitrogen urea darah (BUN) dan kadar kreatinin serum dapat
meningkat saat output urin menurun. Selain itu, anemia mungkin ada.
Dalam bentuk penyakit yang lebih parah, pasien juga mengeluh sakit kepala,
malaise, dan nyeri pada pergelangan kaki. Pasien lanjut usia mungkin mengalami
kelebihan sirkulasi dengan dispnea, vena leher membesar, kardiomegali, dan edema
paru. Gejala atipikal termasuk kebingungan, mengantuk, dan kejang, yang sering
dikacaukan dengan gejala gangguan neurologis primer.
6. GLOMERULONEPHRITIS KRONIS
a. Definisi
b. Etiologi
Penyebab GNA adalah bakteri, virus, dan proses imunologis lainnya, tetapi
pada anak penyebab paling sering adalah pasca infeksi streptococcus β
haemolyticus; sehingga seringkali di dalam pembicaraan GNA pada anak yang
dimaksud adalah GNA pasca streptokokus (Noer, 2002). Glomerulonefritis
akut paska streptokokus menyerang anak umur 5 – 15 tahun, anak laki – laki
berpeluang menderita 2 kali lebih sering dibanding anak perempuan, timbul
setelah 9 – 11 hari awitan infeksi streptokokus (Nelson, 2002). Timbulnya
GNA didahului oleh infeksi bakteri streptokokus ekstra renal, terutama infeksi
di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh bakteri streptokokus
c. Meningkatnya titer streptolisin pada serum darah Faktor iklim, keadan gizi,
keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi terjadinya GNA, setelah
terjadi infeksi kuman streptokokus.
c. Manifestasi klinis
Ketika glomerulonefritis kronis berkembang, tanda dan gejala CKD dan gagal
ginjal kronis dapat terjadi. Pasien tampak kurang gizi, dengan pigmentasi kuning-abu-
abu pada kulit dan edema periorbital dan perifer (tergantung). Tekanan darah mungkin
normal atau sangat meningkat. Temuan retina termasuk perdarahan, eksudat, arteriol
berliku menyempit, dan papilledema. Anemia menyebabkan selaput lendir pucat.
Kardiomegali, irama gallop, vena leher buncit, dan tanda-tanda serta gejala gagal
jantung lainnya mungkin ada. Kresek bisa didengar di pangkalan paru-paru.
Neuropati perifer dengan refleks tendon yang dalam berkurang dan perubahan
neurosensorik terjadi terlambat pada penyakit. Pasien menjadi bingung dan
menunjukkan rentang perhatian yang terbatas. Temuan akhir tambahan termasuk
bukti perikarditis dengan gesekan gesekan perikardial dan pulsus paradoxus
(perbedaan tekanan darah selama inspirasi dan ekspirasi lebih dari 10 mm Hg).
d. Patofisiologi
7. SINDROM NEPHROTIC
a. Definisi
Sindrom nefrotik adalah jenis gagal ginjal yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas glomerulus dan dimanifestasikan oleh proteinuria masif ( Porth & Mat ,
2009). Temuan klinis termasuk peningkatan protein yang nyata (terutama albumin)
dalam urin (proteinuria), penurunan albumin dalam darah ( hipoalbuminemia ), edema
difus, kolesterol serum tinggi, dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia).
Sindrom ini jelas dalam kondisi apa pun yang secara serius merusak membran kapiler
glomerulus dan menghasilkan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma. Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, hati tidak dapat
mengikuti kehilangan albumin setiap hari melalui ginjal. Dengan demikian, hasil
hipoalbuminemia
b. Manifestasi klinis
Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Biasanya lunak dan pitting
dan biasanya terjadi di sekitar mata ( periorbital ), di daerah dependen (sakrum,
pergelangan kaki, dan tangan), dan di perut (asites). Pasien juga dapat menunjukkan
iritabilitas, sakit kepala, dan malaise.
c. Patofisiologi
Sindrom nefrotik terjadi dengan banyak penyakit ginjal intrinsik dan penyakit
sistemik yang menyebabkan kerusakan glomerulus. Ini bukan penyakit glomerulus
spesifik tetapi konstelasi temuan klinis yang dihasilkan dari kerusakan glomerulus (
Porth & Mat , 2009). (Sherwood, L. 2012).
a. Definisi
Penyakit ginjal polikistik (PKD) adalah kelainan genetik yang ditandai dengan
pertumbuhan banyak kista di ginjal. Ketika kista terbentuk di ginjal, mereka dipenuhi
dengan cairan, menghancurkan nefron. Kista PKD dapat memperbesar ginjal secara
mendalam sambil mengganti sebagian besar struktur normal, yang mengakibatkan
berkurangnya fungsi ginjal dan menyebabkan gagal ginjal.
b. Etiologi
Beberapa gejala yang biasanya muncul pada penyakit ginjal polikistik adalah:
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala PKD terjadi akibat hilangnya fungsi ginjal dan meningkatnya
ukuran ginjal seiring kista tumbuh. Kerusakan ginjal dapat menyebabkan hematuria,
poliuria (sejumlah besar urin), hipertensi , perkembangan batu ginjal dan infeksi
saluran kemih terkait, dan proteinuria. Kista yang tumbuh dicatat dengan laporan
perut penuh dan nyeri pada pergelangan kaki (punggung dan sisi bawah).
PKD juga dapat menyebabkan kista di hati dan masalah pada organ lain,
seperti pembuluh darah di otak dan jantung. Jumlah kista dan juga komplikasi yang
ditimbulkannya membantu membedakan PKD dari kista “sederhana” yang biasanya
tidak berbahaya yang dapat terbentuk di ginjal pada tahun-tahun kehidupan
selanjutnya. Di Amerika Negara, PKD, dan penyakit kistik adalah penyebab utama
gagal ginjal kelima. Ada dua bentuk utama PKD yang diwariskan:
• PKD dominan autosomal adalah bentuk bawaan yang paling umum. Gejala
biasanya berkembang antara usia 30 dan 40, tetapi mereka dapat mulai lebih awal,
bahkan di masa kecil. Sekitar 90% dari semua kasus PKD adalah autosomal dominan
PKD.
• PKD resesif autosomal adalah bentuk warisan yang jarang. Gejala PKD
resesif autosomal dimulai pada bulan-bulan awal kehidupan atau di dalam rahim.
9. KANKER PENDAPATAN
a. Definisi
Kanker ginjal menyumbang sekitar 3% dari semua kanker pada pria dewasa
dan 2% pada wanita dewasa di Amerika Serikat (American Cancer Society, 2009). Di
Amerika Serikat, kejadian kanker ginjal di semua tahap telah meningkat dalam dua
dekade terakhir. Insiden karsinoma sel ginjal lebih tinggi pada pria dan wanita dengan
peningkatan indeks massa tubuh. Penggunaan tembakau terus menjadi faktor risiko
yang signifikan untuk karsinoma ginjal
Jenis karsinoma ginjal yang paling umum muncul dari epitel ginjal dan
menyumbang lebih dari 85% dari semua tumor ginjal. Tumor ini dapat bermetastasis
awal ke paru-paru, tulang, hati, otak, dan ginjal kontralateral. Seperempat pasien
memiliki penyakit metastasis pada saat diagnosis. Meskipun teknik pencitraan
b. Etiologi
Berikut adalah beberapa gejala kanker yang tidak boleh diabaikan:
1. Muncul benjolan yang tidak lazim
2. Perubahan pada kulit
3. Masalah pada kelenjar getah bening
4. Berat badan turun tanpa sebab
5. Batuk atau sesak yang berkepanjangan
6. Rasa sakit tanpa sebab
7. Perdarahan tidak normal
c. Manifestasi klinis
Secara umum, ada dua faktor penyebab kanker yang paling sering terjadi,
yaitu:
Faktor internal. Anda mungkin terlahir dengan mutasi genetik yang diwariskan
dari orangtua Anda. Jenis mutasi ini bertanggung jawab atas persentase kecil dari
penyakit ini.
Faktor eksternal. Kebanyakan mutasi gen terjadi setelah kelahiran dan tidak
diwariskan. Sejumlah faktor dapat menyebabkan mutasi gen seperti merokok, radiasi,
virus, bahan kimia penyebab kanker (karsinogen), obesitas, hormon, peradangan
kronis dan kurangnya berolahraga.
d. Patofisiologi
a. Definisi
Gagal ginjal akut (GGA) adalah kehilangan fungsi ginjal yang cepat karena
kerusakan pada ginjal. Bergantung pada durasi dan tingkat keparahan GGA, berbagai
komplikasi metabolik yang berpotensi mengancam jiwa dapat terjadi, termasuk
asidosis metabolik serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Pengobatan
ditujukan untuk mengganti fungsi ginjal sementara untuk meminimalkan komplikasi
yang berpotensi mematikan dan mengurangi potensi penyebab peningkatan cedera
ginjal dengan tujuan meminimalkan hilangnya fungsi ginjal jangka panjang. GGA
adalah masalah yang terlihat pada pasien rawat inap dan mereka yang berada di
pengaturan rawat jalan. Kriteria ARF yang diterima secara luas adalah peningkatan
50% atau lebih besar dalam kreatinin serum di atas garis dasar (kreatinin normal
kurang dari 1,0 mg / dL ) (Best & Counselman , 2008). Volume urin mungkin normal,
atau perubahan dapat terjadi. Kemungkinan perubahan meliputi oliguria (kurang dari
500 mL / hari), nonoliguria (lebih dari 800 mL / hari), atau anuria (kurang dari 50 mL
/ hari) (Hitungan, 2008).
b. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal dan
berkembang secara perlahan-lahan. Namun, umumnya tanda dan gejala tahap akhir
dari penyakit gagal ginjal kronis adalah:
c. Manifestasi klinis
d. Patofisiologi
Meskipun patogenesis GGA dan oliguria tidak selalu diketahui , sering kali
ada masalah mendasar yang spesifik. Beberapa faktor mungkin reversibel jika
diidentifikasi dan diobati segera, sebelum fungsi ginjal terganggu. Ini berlaku untuk
kondisi-kondisi berikut yang mengurangi aliran darah ke ginjal dan merusak fungsi
ginjal: (1) hipovolemia; (2) hipotensi; (3) penurunan curah jantung dan gagal jantung;
(4) penyumbatan ginjal atau saluran kemih bagian bawah oleh tumor, bekuan darah,
atau batu ginjal; dan (5) obstruksi bilateral arteri atau vena ginjal. Jika kondisi ini
dirawat dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen , peningkatan BUN dan
kadar kreatinin, oliguria, dan tanda-tanda lainnya dapat dibalik. (Sherwood, L. 2012).
c. POLA ELIMINASI
Sunyektif:
- TN A mengatakan BAB 1 kali sehari denga konsistensi padat warna kecoklatan
dan tidak nyeri saat BAB
- Tn A mengatakan tidak menngalami kesulitsn saat BAB
- Tn A mengatkan tidak mengunakan obat obatan yang terkait dengan BAB
- Tn A mengatakan BAK 4 kali sehari warna kuning pekat, oliguri dan merasakan
nyeri pinggang
Objektif:
- Abdomen tidak asites, tidak ada pembesran hati atau hepatomegali dan
splenomegali
- Tn A Tidak tampak memgang perut
- BUN kreatinin 13,1 mg/dl, Hb 10 gr/dl, ureum 273 mg/dl
menyajikan pertanyaan wawancara terkait dengan eliminasi urin. Jika informasi sudah
tersedia dari yang lain bagian dari penilaian (misalnya, penggunaan obat dan riwayat medis),
perawat memasukkannya ke dalam penilaian eliminasi urin daripada pertanyaan berulang.
Perawat melengkapi wawancara penilaian mereka dengan memperoleh informasi tentang
Buku harian kandung kemih — juga disebut catatan kandung kemih, bagan
inkontinensia, atau batal atau buku harian kemih — adalah salah satu metode untuk
memperoleh informasi tentang pola eliminasi urin (Gambar 19-1). Alat penilaian yang
direkomendasikan secara luas ini digunakan untuk mendokumentasikan informasi tentang
asupan cairan, waktu buang air kecil, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
kontinensi (Dowling- Castronovo & Specht , 2009). Perawat menggunakan informasi dari
buku harian kandung kemih untuk mengidentifikasi penyebab potensial dan intervensi untuk
inkontinensia, terutama yang berkaitan dengan mengidentifikasi peluang untuk pendidikan
kesehatan (Sherwood, L. 2012).
Data dari urinalisis dan tes kimia darah berkontribusi informasi penting untuk
penilaian eliminasi urin. Spesimen midstream atau void kedua adalah jenis sampel terbaik
untuk urinalisis. Pada usia 80 tahun, batas atas normal untuk gravitasi spesifik adalah 1,024,
dan sedikit proteinuria normal pada orang dewasa yang lebih tua. Selain dua variasi ini, hasil
urinalisis harus dalam kisaran normal untuk orang dewasa tua yang sehat.
Nilai-nilai kimia darah yang dapat membantu dalam menilai fungsi ginjal meliputi
yang berikut: tingkat elektrolit, tingkat kreatinin, Pembersihan kreatinin, tingkat nitrogen
nonprotein, dan tingkat nitogen urea darahPada orang dewasa yang lebih tua, kreatinin serum
mungkin bukan merupakan indikator GFR yang akurat, tetapi pengumpulan urin 24 jam
untuk pembersihan kreatinin mungkin memiliki nilai yang lebih besar sebagai indikator
fungsi ginjal.
2. Pengaruh lingkungan
- Di mana letak fasilitas kamar mandi yang terkait dengan kegiatan siang
dan malam hari orang dewasa yang biasa?
- Apakah orang tersebut harus naik atau turun tangga untuk menggunakan
toilet di malam hari atau siang hari?
- Apakah ada bar atau alat bantu lain di dalam, dekat, atau dalam perjalanan
ke kamar mandi?
- Apakah orang tersebut mendapat manfaat dari menggunakan kursi toilet
yang ditinggikan?
- Apakah orang tersebut menggunakan urinoir atau bantuan lain untuk
mengurangi jumlah perjalanan ke kamar mandi?
- Berapa banyak orang berbagi fasilitas kamar mandi yang sama?
- Apakah privasi terjamin?
(Sherwood, L. 2012).
2. Diagnosa
Jika pengkajian keprawatan mengidentifikasi faktor risiko penyakit Genitourinaria,
diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan yang mungkin dapat muncul. Faktor umum
yang berhubungan dengan lansia termasuk kurangnya pengetahuan, risiko ketidakseimbangan
cairan elektrolit dan ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga. Lansia dengan
gangguan fusngsi genitourinaria diagnose keperawatan yang mungkin muncul seperti
defisiensi pengetahuan, risiko ketidakseimbangan cairan elektrolit, ketidakefektifan
manajemen kesehatan keluarga. Setelah ditentukn diagnosa selanjutnya dilakukan planing
atau perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada pada Tn A. Mengambil
prioritas diagnosa defisiensi pengetahuan.
Diagnosa
8. Retensi urine
9. Ganguan pola tidur
10. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
11. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
DX : ANSIETAS
Noc : kepuasan klien : Perawatan Psikologis
Definisi : tingkat persepsi positif mengenai bantuan keperawatan untuk mengatasi masalah
emosi dan melakukan aktivitas mental
SKALA TARGET OUTCOME : dipertahankan pada_ ditingkatkan ke_
Tidak Agak puas Cukup Sangat Sepenuhn
puas puas puas ya puas
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :
30060 Informasi yang 1 2 3 4 5
1 diberikan
tentang
perjalanan
penyakit
30060 Informasi yang 1 2 3 4 5
2 diberikan
mengenai
perbaikan yang
diharapkan
30090 Informasi yang 1 2 3 4 5
2 diberikan
mengenai
respon
emosional yang
biasa terhadap
penyakit
30091 Informasi yang 1 2 3 4 5
7 diberikan
mengenai
respon
emosional yang
biasa
[dirasakan]
terhadap
rejimen
penyakit
30091 Membantu 1 2 3 4 5
8 mengidentifikasi
kelompok
dukungan
komunitas
untuk klien
30090 Membantu 1 2 3 4 5
19080 Mengetahui 1 2 3 4 5
6 riwayat penyakit
dalam keluarga
19080 Selalu 1 2 3 4 5
7 memperbarui
data tentang
riwayat penyakit
keluarga
19080 Selalu 1 2 3 4 5
8 mempernbarui
data tentang
kesehatan diri
19080 Memanfaatkan 1 2 3 4 5
9 sumnber-
sumnber untuk
Peningkatan serum
060612 fosfor 1 2 3 4 5
190221 Mengenali 1 2 3 4 5
kemampuan untuk
merubah perilaku
Memonitor faktor
190203 1 2 3 4 5
resiko individu
190204 Mengembangkan 1 2 3 4 5
strategi yang efektif
dalam mengontrol
risiko
Berkomitmen akan
190206 1 2 3 4 5
strategi control resiko
Menghindari paparan
190209 1 2 3 4 5
ancaman keseehatan
Mengidentifikasi
190802 1 2 3 4 5
kemungkinan resiko
kesehatan
190804 Melakukan
pemeriksaan mandiri
sesuai waktu yang di 1 2 3 4 5
anjurkan
Memanfaatkan
190809 sumber-sumber untuk 1 2 3 4 5
mengetahui risiko
kesehatan pribadi
Memonitor perubahan 1 2 3 4 5
190813 status kesehatan
Menggunakan fasilitas
190810 kesehatan yang sesuai 1 2 3 4 5
dengan kebutuhan
Mendapatkan
informasi terkait
190812 perubahan gaya hidup 1 2 3 4 5
140203 Mengurangi 1 2 3 4 5
rangsangan
lingkungan ketika
cemas
Merencanakan strategi
140205 1 2 3 4 5
koping untuk situasi
yang menimbulkan
stress
Memantau lamanya
140209 waktu antar tiap 1 2 3 4 5
episode cemas
Mempertahankan 1 2 3 4 5
140211
hubungan social
140212 Mempertahankan 1 2 3 4 5
konsentrasi
Memantau 1 2 3 4 5
140213 penyimpangan
persepsi sensori
140214 Mempertahankan tidur 1 2 3 4 5
ade kuat
Memantau manifestasi 1 2 3 4 5
140216 perilaku dari
kecemasan
Mengendalikan respon 1 2 3 4 5
140217 kecemasan
110102 Sensasi 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Elastisitas
110103
110104 Hidrasi 1 2 3 4 5
110106 Keringat 1 2 3 4 5
110108 Tekstur 1 2 3 4 5
110109 Ketebalan 1 2 3 4 5
Pertumbungan rambut
110112 1 2 3 4 5
pada kulit
110121 Eritema 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
110122 Wajah pucat
110123 Nekrosis 1 2 3 4 5
DX : inkontinensia urin
NOC :
1. Kontinensia urin
DEFINISI : mengendalikan eliminasi urin dari kandung kemih
SKALA TARGET OUTCOME Di pertahankan pada .. Ditingkatkan ke ...
INDIKATOR :
1 2 3 4 5
Mengosongkan kantong
050208 kemih sepenuhnya
Mengkonsumsi cairan
dalam jumlah yang cukup
1 2 3 4 5
050209
050219 1 2 3 4 5
1 3 5
2 4
Urin merembes dengan
peningkatan tekanan pada
abdomen ( misalnya
bersin, tertawa,
mengankat barang) 1 3 5
2 4
1 3 5
1 3 5
2 4
1 3 5
2 4
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :
Memantau lama
160802 1 2 3 4 5
bertahannya gejala
Memantau keparahan
160803 gejala 1 2 3 4 5
Memantau frekuensi
gejala
160804 1 2 3 4 5
160805 1 2 3 4 5
Melakukan tindakan
tindakan pencegahan
160806
1 2 3 4 5
OUTCOME
KESELURUHAN
Skala 1 5
2 3 4
1 5
2 3 4
Mempertahankan
162009
pelaksanaan peran
Mempertahankan
hubungan sosial 1 5
2 3 4
162010
Mempertahankan pola 1 5
Mengikuti program
latihan sesuai yang
1 5
dianjurkan
162012 2 3 4
Menjalankan tindakan
yang aman dilingkungan
yang aman dilingkungan
1 5
162013 2 3 4
1 5
1622015 2 3 4
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :
Mengenali keinginan
160314 1 2 3 4 5
Frekuensi berkemih
050310 1 2 3 4 5
Keinginan mendesak
050311 untuk berkemih 1 2 3 4 5
Retensi urin
050332 1 2 3 4 5
Nokturia
050333 1 2 3 4 5
Inkontinensia urin
050312
1 2 3 4 5
Inkontinensia fungsional
050336 1 2 3 4 5
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :
1 2 3 4 5
Frekuensi berkemih
050310 1 2 3 4 5
Ragu unutk berkemih
050331 1 2 3 4 5
Keinginan mendesak
untuk berkemih
050311 1 2 3 4 5
Retensi urin
050332 1 2 3 4 5
Nokturia
050333 1 2 3 4 5
Inkontinensia urin
050312
1 2 3 4 5
Inkontinensia fungsional
050336 1 2 3 4 5
INDIKATOR :
050201 Menegnali keinginan 1 2 3 4 5
untuk berkemih
Menjaga pola perkemihan
050202
teratur
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Mengosongkan kantong
Mengkonsumsi cairan
dalam jumlah yang cukup
1 2 3 4 5
050209
1 2 3 4 5
050219 1 2 3 4 5
1 3 5
Urin merembes dengan 2 4
peningkatan tekanan pada
abdomen ( misalnya
bersin, tertawa,
1 3 5
2 4
1 3 5
2 4
1 3 5
2 4
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :
Menanggapi dorongan
131002 untuk buang air besar 1 2 3 4 5
secara tepat waktu
Membuka pakaian
131004
1 2 3 4 5
Memposisikan diri
ditoilet atau alat bantu
eliminasi
131005
1 2 3 4 5
Sampai ketoilet anatara
dorongan atau hampir
keluarnya urin
131014
1 2 3 4 5
131015 1 2 3 4 5
131006
131011
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
Mengosongkan kandung
terganggu terganggu terganggu tergang terganggu
kemih
gu
Mengonsongkan usus
4
1 2 3 5
131007
Mengelap sendiri setelah
buang urin
4
1 2 3 5
131012
Merapikan pakaian
setelah ke kamar mandi 4
1 2 3 5
4
1 2 3 5
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN :
INDIKATOR :
Gambaran diri
Menghargai orang lain
120504 1 2 3 4 5
Komunikasi terbuka
120505 1 2 3 4 5
Mempertahankan
penampilan dan
kebersihan diri
120507 1 2 3 4 5
Keseimbangan dalam
berpartisipasi dan
mendengarkan dalam
Penerimaan terhadap
kritikan yang membangun
120511 1 2 3 4 5
Keinginan untuk
berhadapan muka orang
lain
120512
1 2 3 4 5
Gambaran tentang sukses
120514 dikelompok sosial
1 2 3 4 5
120522
Perasaan tentang nilai diri
1 2 3 4 5
120517
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
INDIKATOR :
120001 Gambaran internal diri 1 2 3 4 5
Sikap terhadap
menyentuh bagian tubuh
120016 1 2 3 4 5
Sikap terhadap
penggunaan strategis
120017 unutk meningkatkan 1 2 3 4 5
penampilan
Kepuasan dengan
penampilan tubuh
1 2 3 4 5
120005 Sikap terhadap
penggunaan strategis
unutk meningkatkan
fungsi [tubuh]
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Penyesuaian terhadap
120006
perubahan penampilan
fisik
Penyesuaian terhadap
perubahan fungsi tubuh
1 2 3 4 5
Penyesuaian terhadap
120007 perubahan status
kesehatan
1 2 3 4 5
Penyesuaian terhadap
perubahan tubuh akibat
cidera
120008 Penyesuaian terhadap 1 2 3 4 5
perubahan tubuh akibat
pembedahan
Penyesuaian terhadap
perubahan tubuh akibat
proses penuaan
120009 1 2 3 4 5
120013 1 2 3 4 5
120014
1 2 3 4 5
120015
1 2 3 4 5
INDIKATOR :
121601 Menghindari situasi 1 2 3 4 5
sosial
1 2 3 4 5
Respon aktivasi sistem
saraf simpatis
121606
1 2 3 4 5
Persepsi diri yang negatif
pada keterampilan sosial
121607
1 2 3 4 5
121608
1 2 3 4 5
121610 1 2 3 4 5
Tidak nyaman selama
menghadapi sosial
1 2 3 4 5
Tidak nyaman dengan
121611 perubahan yang rutin
121613 1 2 3 4 5
Gangguan panik dalam
situasi sosial
Gangguan dengan
hubungan
121615 1 2 3 4 5
121617 1 2 3 4 5
1
1
Definisi: Tehnik-tehnik untuk mendorong dan memperoleh relaksasi demi tujuan mengurangi
tanda dan gejalayang tidak diinginkan seperti nyeri, kaku otot dan ansietas
Aktivitas-aktivitas:
Ciptakan lingkungan yang aman bagi Kendalikan atau cegah kebisingan yang
pasien tidak diinginkan atau berlebihan bila
Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien memungkinkan
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta Berikan music pilihan
riwayat prilaku di masa lalu Sediakan handphone untuk mendengarkan
Singkirkan bahaya lingkungan (misalnya, music pribadi jika (suara ) music dapat
karpet yang longar dan kecil, furniture menganggu orang lain
yang dapat dipindahkan ) Manipulasi pencahayaan untuk manfaat
Singkirkan benda benda berbahaya dari terapeutik
lingkunagan Sediakan dan atur makanan dan makanan
Lindungi pasien dengan pegangan pada ringan menarik
sisi/bantalan di sisi ruangan, yang sesuai Bersihkan tempat dan peralatan yang di
Dampingi pasien selama tidak ada gunakan untuk makan dan minum
kegiatan bangasal, dengan tepat sebelum di gunakan pasien
Sediakan tempat tidur dengan ketingian Batasi pengunjung
yang rendah, yang sesuai Individualisasiakan pembatasan
Sedikan perangkat perangkat adaptif pengujung untuk memnuhi kebutuhan
(misaalnya, bangku pijakan jalan atau pasien dan/ atau/orang terdekat
pegangan tangan ), yang sesuai Individualisasikan rutinitas sehari-hari
Tempatkan furniture di kamar dengan untuk memenuhi kebutuhan pasien
pengaturan terbaik untuk mengakomodai Bawa benda benda yang tidak asing dari
disabilitas pasien atau keluarga rumah
Sediakan selang yang cukup panjang Fasilitasi pengumnaan barang-barang
untuk memungkinkan kebebasan pasien pribadi seperti piyama jubbah dan
untuk bergerak, yang sesuai perlengkapan mandi
Letakakan benda yang sering digunakan Jaga konsistensi tugas staf dari waktu ke
dalam jangkauan pasien waktu
Berikan kamar terpisah, seperti Sedikan sarana langsung dan
indikasikan berkesinambungan untuk memanggil
Pertimbangakan estetika lingkungan perawat, dan informasikan pasien dan
ketika memilih teman sekamar keluarga bahwa mereka akan di jawab
Manajemen Cairan
4120
Definisi: meingkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi yang dihasilkan dari tingkat
tidak normal atau tidak diinginkan.
Aktivitas-aktivitas: Distribusikan asupan cairan selama
Timbang berat bada setiap hari dan 24 jam.
monitor status pasien. Dukung pasien dan keluarga untuk
Hitung atau timbang popok dengan baik. membantu dalam pemberian makan
Jaga intake/asupan yang akurat dan dengan baik.
catat output (pasien). Tawari makanan ringan (misalnya,
Masukkan kateter urin. minuman ringan dan buah buahan
Monitor status hidrasi (misalnya, segar/jus buah).
membran mukosa lembab, denyut nadi Batasi asupan air pada kondisi
adekuat, dan tekanan darah ortostatik). pengenceran hiponatremia dengan
Monitor hasil laboratorium yang relevan serum Na di bawah 130 mEq per liter.
dengan retensi cairan (misalnya, Monitor reaksi pasien terhadap
peningkatan berat jenis, peningkatan
terapielektrolit yang diresepkan.
Kateterisasi Urin
0580
Definisi:Insersi kateter ke dalam kandung kemih untuk drainase urin sementara atau
pemakaian.
Aktivitas-aktivitas: Kateter, berdasarkan usia dan ukuran tubuh
Jelaskan prosedur dan rasionalisasi sesuai rekomendasi pabrik (misalnya, dewasa
kateterisasi. 10 cc, anak anak 5 cc).
Pasang alat dengan tepat. Hubungkan retensi kateter ke kantung
Peningkatan koping
Defenisi : fasilitas usaha kognitif dan prilaku untuk mengelola stressor yang dirasakan,
peruahan , atau ancaman yang mengganggu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan
peran
Manajemen Energi
SURVEILANS
Meningkatkan fungsi kandung kemih bagi mereka yang mengalami inkontinensia urine dengan
meningkatkan kemampuan kandung kemih untuk menahan urine dan kemampuan pasien untuk
menekan keinginan berkemih
Aktivitas
Aktivitas
1. Simpan catatan spesifikasi penahanan selama 3 hari untuk membentuk pola
pengosongan [kandung kemih]
2. Tetapkan interval jadwal toilet awal, berdasarkan pada pola pengosongan[kandung
kemih] dan rutinitas biasa (misalnya, makan, naik, dan pension)
3. Bangun waktu awal dan akhir terkait dengan jadwal ke toilet, jika tidak selama 24 jam
4. Tetapkan interval toileting dan sebaiknya kurang dari 2 jam
5. Bantu pasien ke toilet dan dorong untuk mengosongkan [kandung kemih] pada interval
waktu yang ditentukan
6. Berikan privasi untuk aktivitas eliminasi yang dilakukan
7. Gunakan kekuatan sugesti( misalnya, air atau disiramnya toilet) untuk membantu pasien
mengosongkan [kandung kemih]
8. Jangan meninggalkan pasien di toilet selama lebih dari 5 menit
9. Kurangi interval eliminasi dalam satu setengah jam jika terdapat dua atau lebih episode
inkotinensia dalam 24 jam
10. Jaga interval eliminasi jika terdapat dua atau kurang episode inkotinensia dalam 24 jam
11. Tingkatkan interval eliminasi dalam satu setengah jam jika pasien memiliki episode
inkotinensia dalam 48 jam, sampai 4 jam interval optimal dicapai
12. Diskusikan pencatatan harian mengenai kontinensia dengan staf untuk memberikan
penguatan dan mendorong kepatuhan jadwal eliminasi
13. Jaga eliminasi yang dijadwalkan sehingga dapat mambantu dalam mambangun dan
mampertahankan kebiasaan berkemih
14. Berikan umpan balik positif atau penguatan positif(misalnya, 5 menit percakapan social)
kepada pasien katika pasien berkemih sesuai jadwal, dan tidak mambuat komentar
ketika pasien[mengalami]inkontinensia
Aktivitas
1. Ajarkan orangtua bagaimana cara menentukan kesiapan fisik anak untuk belajar
menggunakan toilet(misalnya, anak berusia minimal 18-24 bulan; anak sudah bisa
menahan urin sebelum waktunya kencing; mengenali keinginan untuk BAB/BAK dan bisa
tahu kalua dia sudah habis BAB/BAK; menunjukan keteraturan dalam pola eliminasi;
kemampuan untuk mencari toilet dan pispot, duduk diatasnya dan berdiari ketrika
selesai; kemampuan untuk melepaskan dan memasang kembali baju sebelum dan
sesudah eliminasi; kemampuan untuk cebok sendiri atau mencuci tangan setelah selesai
eliminasi)
2. Ajarkan orangtua bagaimana mengenali kesiapan anak secara psikososial untuk
menggunakan toilet(misalnya, anak mengungkapkan keinginan dan kemauannya untuk
e. Dukungan kelompok
Pemanfaatan kelopok di lingkungan sekitar untuk memberikan dukungan emosianal dan
informasi kesehatan kepada semua anggotanya
Aktivitas
1. Kaji dan tingkatan dan kesesuaian system pendukung yang telah ada
2. Manfaatkan kelompok pendukung selama masa transisi untuk membantu pasien
beradaptasi dengan kondisinya
3. Tentukan tujuan dan fungsi kelompok pendukung
4. Tentukan tempat yang tepat bagi pertemuan kelompok (misalnya, tatap muka atau
lewat internet)