Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.


“M” GOUT ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PACCERAKKANG

OLEH
KELOMPOK 2

Hardiansyah (NS0621077) Sitti Halijah (NS0621136)


Sintya Yolastri L (NS0621134) Risnawati (NS0621128)
Ainun Annisa (NS0621052) Mayalika Sirumba (NS0621097)
Abd Wahab M (NS0621048) Jafirudin (NS0621083)
Elsi Andriani (NS0621068) Suci Anjali R (NS0621137)
Indah Mayasari R (NS0621080) Lisminarti Bunga A (NS0621089)
Nurul Khalisa (NS0621122) Irma Yanti (NS0621081)
La Ode Firlan F (NS0621087) Muh Nadir (NS0621103)
Yuli Anty M (NS0621141) Ayuni Kurnia (NS0621062)
Raodhatul Jannah R (NS0621125)

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………………………………….) (……………………………………….)
NIP/NIDN NIP/NIDN

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. “M” Gout
Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Paccerakkang”. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata , kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.

                                                                         Makassar , 22 Agustus 2022


                                                                                                            

                                                                                   KELOMPOK 2

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..…..

KATA PENGANTAR……………………………………………………………1

DAFTAR ISI………………………………………………………………….......2

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN………………………………………..…3

1.1.1 Konsep Keperawatan Gerontik dan Teori Menua…………………………3

1.1.2 Konsep Perubahan Fisiologi dan Psikososial pada lansia…………………5

1.1.3 Konsep Penyakit/kasus…………………………………………………….8

1.1.4 Patofisiologi (Patoflow)…………………………………………………...9

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………..12

1.1.6 Penatalaksanaan Medis Terbaru………………………………………….13

1.1.7 Konsep Tindakan Keperawatan Yang diberikan…………………………14

1.1.8 Program Perencanaan Pulang/Discharge planning…………………….…14

BAB 2 LAPORAN KASUS…………………………………………………….17

2.2.1 Pengkajian Kasus………………………………………………...………17

2.2.2 Analisa Data……………………………………………………………...38

2.2.3 Diagnosis Keperawatan…………………………………………………..40

2.2.4 Rencana Asuhan Keperawatan…………………………………………...41

2.2.5 Implementasi Dan Evaluasi………………………………………………44

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..………53

3.3.1 Kesimpulan…………………………………………………...…………..53
3.3.2 Saran……………………………………………………………...………53

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................54

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1 Konsep Keperawatan Gerontik dan Teori Menua

Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani


tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang
berusia lanjut. Geriatrik adalah berkaitan dengan penyakit atau kecacatan
yang terjadi pada orang yang berusia lanjut. Keperawatan gerontik
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang berdasarkan i,mu dan
kiat/ teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spritual dan
kultural yang holistik, ditunjukkan kepada klien lanjut usia baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masayarakat (Nurkholifah, 2018).
a. Teori – teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul /
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai
contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel) (Nurkholifah, 2018)
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah
(rusak) (Nurkholifah, 2018)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan

3
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh (Nurkholifah, 2018).
5) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai (Nurkholifah, 2018).
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi (Nurkholifah,
2018).
b. Teori kejiwaan sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
(Nurkholifah, 2018).
2) Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari lansia. Mempertahankan
hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke lanjut usia (Nurkholifah, 2018).
3) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia.
Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki
(Nurkholifah, 2018).
4) Teori pembebasan (disengagement theory)

4
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen (Nurkholifah, 2018)

1.1.2 Konsep Perubahan Fisiologi dan Psikososial Pada Lansia

a. Perubahan Fisik

1) Sistem Indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)


oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas 60 tahun (Nurkholifah, 2018).

2) Sistem Intergumen

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea
dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit
dikenal dengan liver spot (Nurkholifah, 2018).

3) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan


penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan
sendi.. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi

5
bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada
persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga
permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi
rentan terhadap gesekan.

Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah


bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan
osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas
dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan
efek negatif.

Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,


ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas (Nurkholifah,
2018).

4) Sistem kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa


jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan
jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan
lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat (Nurkholifah, 2018).

5) Sistem respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas


total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke
paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak

6
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang (Nurkholifah, 2018).

6) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan


produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan
gigi, indra pengecap

b. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh
pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik
dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa
muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis,
depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari
suatu obat.

7
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-
barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia
yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena
lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk
barang dengan tidak teratur. Walaupu n telah dibersihkan, keadaan
tersebut dapat terulang kembali (Nurkholifah, 2018).

1.1.3 Konsep Medis

1. Definisi Gout Arthritis

Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan


penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat
sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki
bagian tengah (Aspiani, 2020). Gout Arthritis merupakan salah
satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering ditemukan yang
ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam
ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat ini berasal dari
metabolisme Purin. Hal penting yang mempengaruhi
penumpukan Kristal Urat adalah Hiperurisemia dan supersaturasi
jaringan tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar Asam Urat di
dalam darah terus meningkat dan melebihi batas ambang saturasi
jaringan tubuh, penyakit Gout Arthritis ini akan memiliki
manifestasi berupa penumpukan Kristal Monosodium Urat secara
Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi (Zahara, 2020).
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh
tingginya kadar Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang
tinggi dalam darah melebihi batas normal yang menyebabkan

8
penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan organ lainnya
(Susanto, 2019). Jadi, dari definisi di atas maka Gout Arthritis
merupakan penyakit inflamasi sendi yang diakibatkan oleh
tingginya kadar Asam Urat dalam darah, yang ditandai dengan
penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun di
sekitar persendian berupa Tofi.
1.1.4 Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake


bahan yang mengandung Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi
Asam Urat yang tidak adekuat akan mengasilkan akumulasi Asam
Urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurisemia),
sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan
respon Inflamasi (Sudoyo, 2018). Banyak faktor yang berperan
dalam mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah satunya yang telah
diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam darah.
Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui
beberapa fase secara berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal
Monosodium Urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam
plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium,
jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.
Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai
macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang
netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal. Pembentukan
kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Fagositosis Kristal oleh
leukosit (Nurarif, 2015).

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom


dan akhirnya membran vakuala disekeliling oleh kristal dan
membram leukositik lisosom yang dapat menyebabkan kerusakan

9
lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukaan Kristal membram lisosom. Peristiwa ini
menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan
oksidase radikal kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan. Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim
lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan
kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan (Nurarif,
2015). Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan
tubuh lain, maka Asam Urat tersebut akan mengkristal dan akan
membentuk garam-garam urat yang akan berakumulasi atau
menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh, penumpukan ini
disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya
merusak jaringan tetapi juga menyebabkan inflamasi (Nurarif,
2015).

Serangan Gout Arthritis Akut awalnya biasanya sangat sakit


dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi.
Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan
tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi
Metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi,
kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang.
Kadang-kadang gejala yang dirasakan disertai dengan demam
ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang
(Sudoyo, 2018).

Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala


selama serangan Gout Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami
serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan
pertama. Serangan berikutnya disebut dengan Poliartikular yang
tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang
biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan Gout

10
Arthritis Akut atau Gout Arthritis Kronik ditandai dengan
Polyarthritis yang berlangsung sakit dengan Tofi yang besar pada
kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi
terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga,
tendon achiles dan organ internal seperti ginjal (Sudoyo, 2018).

Pathway Gout Artritis

11
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang

a.Pemeriksaan Laboratorium Seseorang dikatakan menderita asam urat


ialah apabila pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar asam
urat dalam darah diatas 7 mg/dL untuk pria dan lebih dari 6 mg/dL
untuk wanita. Bukti adanya kristal urat dari cairan sinovial atau dari
topus melalui mikroskop polarisasi sudah membuktikan,
bagaimanapun juga pembentukan topus hanya setengah dari semua
pasien dengan gout. Pemeriksaan gula darah dilakukan untuk
mendeteksi ada dan tidaknya penyakit diabetes mellitus. Ureum dan
kreatinin diperiksa untuk mengetahui normal dan tidaknya fungsi
ginjal. Sementara itu pemeriksaan profil lemak darah dijadikan
penanda ada dan tidaknya gejala aterosklerosis (Aspiani,2020).
b.Pemeriksaan Cairan Sendi Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di
bawah mikroskop. Tujuannya ialah untuk melihat kristal urat atau
monosodium urate (kristal MSU) dalam cairan sendi. Untuk melihat
perbedaan jenis artritis yang terjadi perlu dilakukan kultur cairan
sendi. Dengan mengeluarkan cairan sendi yang meradang maka
pasien akan merasakan nyeri sendi yang berkurang. Dengan
memasukkan obat ke dalam sendi, selain menyedot cairan sendi
tentunya, maka pasien akan lebih cepat sembuh. Mengenai metode
penyedotan cairan sendi ini, ketria mengatakan bahwa titik dimana
jarum akan ditusukkan harus dipastikan terlebih dahulu oleh seorang
dokter. Tempat penyedotan harus disterilkan terlebih dahulu, lalu
jarum tersebut disuntikkan dan cairan disedot dengan spuite
(Aspiani,2020).

c. X-rays, MRI, Bone Scan untuk melihat perubahan pada struktur


tulang dan kartilago (Aspiani,2020).

12
d. Pemeriksaan dengan Roentgen Pemeriksaan ini baiknya dilakukan
pada awal setiap kali pemeriksaan sendi. Dan jauh lebih efektif jika
pemeriksaan roentgen ini dilakukan pada penyakit sendi yang sudah
berlangsung kronis. Pemeriksaan roentgen perlu dilakukan untuk
melihat kelainan baik pada sendi maupun pada tulang dan jaringan di
sekitar sendi (Aspiani,2020).

1.1.6 Penatalaksanaan Medis Terbaru

Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi


menjadi penanganan serangan Akut dan penanganan serangan
Kronis. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini :

a. Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.

b. Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan


Kristal Urat pada jaringan, terutama persendian.

c. Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik. Menurut


Nurarif (2015) Terapi untuk serangan gout yaitu:

1. Kolkisin Dosis: 0,5–0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai


dosis awal dan diikuti 0,5–0,6 mg tiap dua jam sampai gejala
penyakit hilang atau mulai timbul gejala saluran cerna,
misalnya muntah dan diare. Dapat diberikan dosis maksimum
sampai 7–8 mg tetapi tidak melebihi 7,5 mg dalam waktu 24
jam. Untuk profilaksis diberikan 0,5–1,0 mg sehari (Nurarif,
2015).

2. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) Contohnya:


indometasin, fenilbutazon (Nurarif, 2015).

3. Obat urikosurik/anti hiperurisemia Contohnya: alopurinol,


probenesid, sulfinpirazon, dan febuxostat (Nurarif, 2015).

13
4. Kortikosteroid Kortikosteroid sering digunakan untuk
menghilangkan gejala gout akut dan akan mengontrol serangan.
Kortikosteroid ini sangat berguna bagi pasien yang
dikontraindikasikan terhadap golongan NSAID.Jika goutnya
monarticular, pemberian antra-articular yang paling efektif.
Contohnmya: dexametason, hidrokortison, prednisone
(Nurarif,2015).

5. Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan yang dilakukan


yaitu tentang pola makan nutrisi osteoarthritis yang baik
(mengendalikan pola makan yang baik dan kadar purin yang
normal) (Nurarif,2015).

1.1.7 Konsep Tindakan Keperawatan Yang Diberikan

a. Diet rendah purin

Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan


sarden, daging kambing), serta banyak minum (Fitriana, 2015).

b. Tirah Baring

Merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam


setelah serangan menghilang. Gout dapat kambuh nila terlalu
cepat bergerak (Fitriana, 2015).

1.1.8 Program Perencanaan Pulang/Discharge Planning dan


melaksanakan pendidikan kesehatan yang tekait dengan
perencanaan tersebut

Program perencanaan pulang/discharge planning ditujukan untuk


mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan
berulang dan pencegahan komplikasi (Zahara,2020).
1. Medikasi

14
a. Pengobatan serangan akut dengan colchine 0,6 mg PO,
Colchine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl/IV), phenilbutazon,
inomethacin.

b. Terapi farmakologi (analgetik dan antipiretik)

c. Colchines (oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah


fagositosis dari kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri
berkurang.

d. Nostreoid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri


dan inflamasi.

e. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingakt asam


urat dan untuk mencegah serangan.

f. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat


menggunakan probenezid 0,5g/hari atau sulfinpyrazone
(anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid
atau menurunkan pembentukan asam urat dan allopurinol
100mg 2x/hari (Zahara,2020).

2. Perawatan

a. Anjurkan pembatasan asupan purin : hindari makanan yang


mengandung purin yaitu jeroan (jantung, hati, lidah, ginjal,
usus), sarden, kerang, ikan herring, kacang-kacangan, bayam,
udang dan daun melinjo.

b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : jumlah asupan


kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi dan berat badan.

15
c. Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi,
singkong, roti dan ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita
gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran
asam urat melalui urin.

d. Anjurkan asupan rendah protein, dan rendah lemak.

e. Anjurkan pasien untuk banyak minum.

f. Hindari penggunaan alkohol (Zahara, 2020).

16
BAB II

LAPORAN KASUS

2.2.1 Pengkajian Kasus


I. Data Demografi
Nama Lansia : Ny.M
Umur : 63 Tahun
Alamat : Katimbang
Jenis Kelamin : Perempuan
Jumlah Keturunan
- Anak : 7 orang
- Cucu : 16 orang
Nama
Suami/Istri : Tn.S
Umur : 69 Tahun

II. Pengkajian :
A. Fisik
Wawancara
1. Pandangan Lanjut Usia tentang kesehatannya :
Klien mengatakan sejauh ini kesehatannya baik, hanya terkadang
telapak kakinya dan lututnya sering mengalami sakit tiba-tiba.
2. Kegiatan yang mampu dilakukan Lanjut Usia :
Klien mengatakan masih mampu melakukan aktivitas dirumah, seperti
memasak, menyapu, mencuci dan sebagainya. klien sudah lama tidak
bekerja jadi buruh harian sehingga klien lebih banyak menghabiskan

17
waktu dirumah
3. Kebiasaan Lanjut Usia merawat diri sendiri :
Klien mengatakan pasien masih dapat merawat dirinya dengan baik
seperti mampu mandi sendiri, BAB/BAK sendiri, berpakaian sendiri,
berdandan sendiri. Semua masih bisa dilakukan tanpa bantuan orang
lain
4. Kekuatan fisik Lanjut Usia: otot, sendi, penglihatan dan
pendengaran :
Klien mengatakan biasa mengalami nyeri otot dan sendi pada saat
melakukan pekerjaan berat, penglihatan klien sudah mulai agak kabur,
klien agak sulit melihat jika jarak benda yang jauh, klien sudah mulai
sedikit mengalami penurunan pendengaran.

5. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil :


Klien mengatakan kebiasaan makan 3 kali sehari, minum sekitar 8
gelas sehari, istirahat tidur pasien baik, tidur siang 2 jam (13.00-
15.00) malam hari 8 jam (21.00-05.00), BAB 1 kali sehari dan klien
BAK dalam waktu yang tidak ditentukan dan tidak ada gangguan.
6. Kebiasaan gerak badan/olah raga/senam Lanjut Usia :
Klien mengatakan kurang melakukan aktivitas seperti senam lansia,
klien lebih banyak bergerak untuk melakukan aktivitas pekerjaan
dirumah seperti menyapu, mencuci dan sebagainya.
7. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan :
Klien mengatakan perubahan-perubahan yang sangat dirasakan yaitu
bagian tubuh khususnya ekstremitas bawah yaitu kaki, biasa terasa
sakit dibagian telapak sampai ke bagian lutut jika pasien terlalu
banyak melakukan kegiatan dan ketika pasien makan makanan seperti
kacang-kacangan dan makanan yang banyak lemak, kemudian bagian
tubuh lain yang sangat dirasakan pasien yaitu penurunan penglihatan,
dan juga penurunan pendengaran.
8. Kebiasaan Lanjut Usia dalam memelihara kesehatan dan

18
kebiasaan dalam minum obat:
Klien mengatakan dalam memelihara kesehatan klien sering
mengkonsumsi obat-obatan tradisional yang di rebus, pasien pernah
minum obat sekitar 3 tahun yang lalu yaitu obat asam urat, tetapi 2
tahun terakhir pasien mengkonsumsi obat herbal untuk menggantikan
obat yang di berikan di rumah sakit.
9. Masalah-masalah seksual yang dirasakan:
Klien mengatakan tidak ada masalah-masalah seksualitas yang di
rasakan.
B. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
1. Temperatur : 36 ºC
- Tempat pengukuran : Aksila

2. Pulse (denyut nadi) :


 Kecepatan : 96 x/menit
 Irama : Teratur
 Volume :-
Tempat Pengukuran :
 Radial
3. Respirasi (Pernafasan) :
 Kecepatan : 20 x/menit
 Irama : Teratur
 Kedalaman :-
 Bunyi :-
4. Tekanan Darah :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Posisi pengukuran : Duduk
5. Berat dan tinggi badan terakhir : 52 Kg/156 cm
6. Tingkat orientasi :
a. Waktu :
Klien mampu mengingat waktu dengan baik pada saat ditanyakan
jam sekarang pasien dapat menjawabnya

19
b. Tempat :
Klien mampu menyebutkan tempat dan lokasi yang ditanyakan
c. Orang :
Klien mampu menyebutkan anggota keluarga dan tetangga
disekitar rumahnya

7. Memory (ingatan) : Klien ingatannya masih baik


8. Istirahat/Tidur
a. Kwantitas (Lama tidur) : Tidur siang 2 jam (13.00-15.00)
Tidur Malam 8 jam (09.00-5.00)
b. Kwalitas : Baik
c. Pola : Teratur
9. Penyesuaian psikososial :
Klien mengatakan sejauh ini selama dia tidak bekerja klien menikmati
hari tuanya dirumah bersama cucu dan suaminya sehingga klien selalu
merasa senang.
C. Pemeriksaan Sistem Tubuh
a. Sistem Persyarafan

1. Kesimetrisan raut wajah : Wajah simetris


2. Tingkat kesadaran : Composmentis
 Snile (Pikun) : Tidak ada gangguan
 Daya ingat : Baik
3. Mata
- Pergerakan : Mampu menggerakkan ke semua arah

- Penglihatan : Penglihatan mulai kabur


- Penyakit penyerta : Gout Artritis
4. Pupil
- Kesamaan : Isokor
5. Ketajaman penglihatan :
Ketamajaman penglihatan klien mulai kabur, pada saaat di berikan

20
tulisan dan gambar pasien mengatakan tidak keliatan (kabur)
6. Sensori deprivation (gangguan sensorik) : Tidak ada
7. Ketajaman pendengaran : Kurang baik
 Apakah menggunakan alat bantu dengar : Tidak ada
 Tinitus : Tidak ada
 Serumen : Tidak Banyak
8. Rasa sakit atau nyeri : Terdapat nyeri dibagian
telapak kaki kiri dan
kanan
b. Sistem Kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer
- Warna : Kemerahan
- Kehangatan : Hangat
2. Denyut nadi apikal : Normal dan teratur
3. Pembengkakan vena jugularis : Tidak ada
4. Pusing : Tidak ada
5. Nyeri dada : Tidak ada
6. Edema : Tidak ada
c. Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi : Baik
2. Pemasukan diet : Tidak ada
3. Anoreksia : Tidak ada
4. Mual : Tidak ada
5. Muntah

: Tidak ada
6. Mengunyah dan menelan : Tidak ada
7. Keadaan gigi : Memakai gigi palsu
8. Rahang : Tidak ada gangguan
9. Rongga mulut : Tidak ada kemerahan
atau pembengkakan

21
10. Bising usus : 6x/menit
11. Keadaan perut : Tidak ada kemeraha,
tidak ada benjolan dan
tidak ada jaringan
parut
12. Konstipasi (sembelit) : Tidak ada gangguan
13. Diare : Tidak ada gangguan
14. Inkontinesia alvi : Tidak ada gangguan
d. Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine : Kuning Jernih dan bau
khas
2. Distensi kandung kemih : Tidak ada gangguan
3. Inkontinensia : Tidak ada gangguan
4. Frekuensi : ± 6x/hari
5. Tekanan/ desakan :-
6. Pemasukan cairan : Tidak diketahui
7. pengeluaran cairan : Tidak diketahui
8. Disuria : Tidak ada gangguan
e. Seksualitas
 Minat melaksanakan hubungan seks : Sudah tidak pernah
 Frekwensi :-
f. Sistem Kulit
1. Kulit
 Temperatur : 36ºC
 Tingkat kelembaban : Kering
 Keadaan luka
- Luka terbuka/tertutup : Tidak ada
- Robekan : Tidak ada
 Turgor (kekenyalan kulit) : Turgor kulit > 2 detik
 Pigmen : Sawo matang
2. Jaringan parut : Tidak ada

22
3. Keadaan kuku : Bantalan kuku
berwarna pink, kuku
pendek.
4. Keadaan rambut : Beruban
5. Gangguan-gangguan umum : Tidak ada

g. Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur : ada gangguan
 Otot : Nyeri otot pada saat
melakukan pekerjaan
berat
 Tendon : Baik
 Gerakan sendi : Baik, tetapi terkadang
nyeri saat melakukan
pekerjaan berat

2. Tingkat mobilisasi
 Ambulasi (Dengan atau tanpa bantuan/peralatan) :
Tidak menggunakan bantuan apapun
 Gerakan : Baik
 Kekuatan otot : Baik, tetapi
Kadang sakit jika asam
uratnya mengalami
kekambuhan
 Kemampuan melangkah atau berjalan : Baik
3. Gerakan sendi : Baik
4. Paralisis : Tidak ada gangguan
5. Kifosis : Tidak ada gangguan
D. Psikologis

23
1. Pengenalan masalah-masalah utama :
Klien mengatakan masalah yang sering muncul selama menjadi lansia
yaitu penurunan fungsi tubuh, seperti penglihatan mulai kabur
penurunan pendengaran dan telapak kaki sampai lutut biasa terasa sakit
2. Sikap terhadap proses penuaan :
Klien mengatakan menerima semua proses penuaan yang terjadi pada
dirinya.

3. Perasaan dibutuhkan :
Klien mengatakan selalu memiliki perasaan dibutuhkan dan klien masih
sering dikunjungi oleh anak-anaknya
4. Pandangan terhadap kehidupan :
Klien mengatakan pandangannya terhadap kehidupannya yaitu sangat
bermakna karena klien merasa keluarganya masih sangat
menyayanginya
5. Koping Stressor :
Klien mengatakan sejauh ini mampu mengelola stresnya
6. Penyesuaian diri :
Klien mengatakan sejauh ini penyesuaian dirinya di masa tuanya sangat
baik
7. Kegagalan :
Klien mengatakan tidak pernah merasa gagal sejauh ini
8. Harapan saat ini dan yang akan datang
Harapan klien ingin selalu diberi kesehatan
9. Fungsi kognitif
1. Daya ingat : Baik
2. Proses pikir : Baik
3. Alam perasaan : Baik
4. Orientasi : Baik
10. Kemampuan dalam penyelesaian masalah :
Klien masih bisa menyelesaikannya sendiri

24
E. Sosial Ekonomi
1. Sumber keuangan :
Diberikan oleh anaknya
2. Kesibukan dalam mengisi
waktu luang :
Melakukan kegiatan didalam rumah seperti memasak, menyapu,
mengepel, mencuci dan pekerjaan rumah lainnya
3. Teman tinggal :
Suami
4. Kegiatan organisasi :
Tidak ada kegiatan yang diikuti
5. Pandangan terhadap lingkungannya :
Klien mengatakan sejauh ini pandangannya terhadap lingkungannya
yaitu tetangga sekitar rumah sangat baik dan ramah sehingga klien sering
berkumpul dan bercerita dengan tetangga lingkungan sekitar rumahnya
6. Hubungan dengan orang lain di luar rumah :
Baik
7. Yang biasa mengunjungi :
Anak
8. Penyalur
kan hobi/keinginan :
Tidak ada
F. Spiritual
1. Kegiatan ibadah : Melakukan sholat 5 waktu
2. Kegiatan keagamaan : Pengajian di mesjid dekat
rumah
3. Cara Lanjut Usia menyelesaikan masalah : cara menyelesaikan
masalahnya yaitu
berkomunikasi dengan
suaminya
4. Penampilan Lansia : Terlihat rapi dan bersih

25
G. Psikososial
1. Tingkat ketergantungan : Minimal
2. Fokus diri : Klien masih berfokus
dengan dirinya sendiri dan
keluarga
3. Perhatian : Klien masih sangat
membutuhkan perhatian
dari suami dan keluarganya
4. Rasa Kasih sayang : Klien memiliki rasa kasih
sayang yang begitu dalam
dengan anak dan cucunya.
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL, KOGNITIF, AFEKTIF DAN
SOSIAL
a. Pengkajian Status Fungsional
INDEKS
KATZ
Skor KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan. Kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak

26
dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, F, dan G
Kesimpulan :
Klien termasuk dalam kategori Katz A yaitu mandiri dalam hal makan, kontinen
dalam BAB dan BAK, mampu kekamar kecil, berpakaian dan mandi secara
mandiri.

27
b. Pengkajian Status Kognitif Dan Afektif
Shart Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Skore No
Pertanyaan Jawaban
B S
√ 1 Tanggal berapa hari ini ? 8
√ 2 Hari apa sekarang ini ? (hari, tanggal, bulan) Selasa, 8
agustus
√ 3 Apa nama tempat ini ? Rumah
√ 4 Berapa nomor telepon anda ? Tidak
memiliki hp
√ 4a. Dimana alamat anda ? ( tanyakan jika hanya Katimbang
klien tidak mempunyai telepon)
√ 5 Berapa umur anda ? 63 Tahun
√ 6 Kapan anda lahir ? 1959
√ 7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? Jokowi
√ 8 Siapa nama presiden sebelumnya ? Susilo
Bambang
Yudhoyono
√ 9 Siapa nama kecil ibu anda ? Daeng Bace
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari 20-3 = 17
setiap angka baru, semua secara menurun 17-3 = 14
14-3 = 11
11-3 = 8
8-3 = 5
5-3 = 2
Jumlah keseluruhan total 8

Penilaian SPMSQ

28
(1) Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
(2) Kesalahan 3-4 : Fungsi intelektual ringan
(3) Kesalahan 5-7 : Fungsi intelektual sedang
(4) Kesalahan 8-10 : Fungsi intelektual berat
Keterangan :

(a) Bias dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya
berpendidikan sekolah dasar.
(b) Bias dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek
mempunyai pendidikan diatas sekolah menengah atas.
(c) Bias dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subjek kulit
hitam dengan menggunakan criteria pendidikan yang sama.
Kesimpulan :
Klien termasuk dalam kategori kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
karena klien tidak menjawab “berapa nomor telepon anda ?” karena
klien tidak memiliki hp dan klien tidak menjawab “Kapan anda lahir?”,
dan itu bisa dimaklumi karena klien hanya berpendidikan sekolah
dasar, dan. Dapat disimpulkan status kognitif klien baik atau dalam
kategori intelektual utuh.

c. Pengkajian Mini Mental State Exam (MMSE)

29
Mini Mental State Wxam (MMSE)
Nilai max Pasien Pertanyaan
Orientasi
5 5 (tahun) (musim) (tanggal) (bulan) (hari) apa sekarang ?
Jawaban Klien :
(2022) (Kemarau) (8) (Agustus) (Kamis)
5 4 Dimana kita : (Negara) (propinsi) (kota) (kelurahan) (RW)
Jawaban Klien :
(Indonesia) (Sulawesi Selatan) (Katimbang) (Tidak
diketahui)
Registrasi
3 3 Nama 3 objek: 1 detik untuk mengatakan masing-
masing. Kemudian tanyakan klien ketiga objek setelah
anda telah mengatakan. Beri 1 poin untuk setiap jawaban
yang benar. Kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat
Contoh :
3 nama objek (kursi, meja, kertas)
Jawaban Klien :
(Pintu, Kursi, Jendela)
Perhatian dan kalkulasi
5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100.kemudian
dikurangi 7 sampai 5 tingkat
Contoh : 100, 93, 86, 79,72
Jawaban Klien :
100-7 = 93
93-7 = 86
86-7 = 79
79-7 = 72
Mengingat
3 3 Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas .

30
(kursi, meja, kertas)
Jawaban Klien :
(Pintu, Kursi, Jendela)
Bahasa
2 2 Menanyakan kepada klien tentang benda (sambil
menunjuk benda tersebut)
Contoh :
1. Jendela
2. Jam dinding
Jawaban Klien :
1. Jendela
2. Kursi
1 1 Meminta klien untuk mengulangi kata berikut “tak ada
jika, dan, atau tetapi
Contoh :
Klien menjawab : dan atau tetapi
Jawaban Klien :
“ dan atau tetapi”
3 0 Minta klien untuk mengikuti perintah yang terdiri dari 3
langkah ambil ballpoint di tangan anda, ambil kertas,
menulis saya mau tidur
1. Ambil ballpoint
2. Ambil kertas
3. Menulis..........
Jawaban Klien :
Klien tidak mampu melakukannya dikarenakan klien
hanya sampai kelas 3 SD dan tidak mengetahui beberapa
huruf
1 1 Perintahkan klien untuk hal berikut (bila aktivitas sesuai

31
perintah nilai 1 point)
“tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
Jawaban Klien :
Klien menutup mata
1 0 Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat
Jawaban Klien :
Klien tidak mampu melakukannya dikarenakan klien
hanya sampai kelas 3 SD dan tidak mengetahui beberapa
huruf
1 0 Perintahkan pada klien untuk Menyalin gambar
Jawaban Klien :
Klien tidak mampu melakukannya dikarenakan klien
hanya sampai kelas 3 SD dan tidak mengetahui beberapa
huruf
30 24 Nilai total

Keterangan :
24-30 : Normal
17-23 : Probable (berpeluang) gangguan kognitif
0-16 : Definitif (pasti) gangguan kognitif.
Kesimpulan :
Nilai kemungkinan paling tinggi adalah 30, nilai 21 atau kurang menunjukkan
adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut. Dalam
penilaian yang dilakuakn pada klien dalam aspek kogitif, klien termasuk dalam
kategori status kognitif baik karena mendapatkan skore 25.

d. Inventaris Depresi Beck

32
Inventaris Depresi Beck berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejala
dan sikap yang berhubungan dengan depresi.
Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia di mana saya tak dapa
menghadapinnya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pasimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan say adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan

1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan


0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seorang (orang tua
suami, istri)
2 Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapt saya lihat
hanya kegagalan
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah

33
3 Saya mersa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya mersa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian waktu yang
baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan sendiri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan
diri sendiri
H. Menarik Diri Dari Social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan stidak
perduli pada mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit persaaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-Raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri

34
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanent
dalam penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari sebelumnya

K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu

0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya


L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya

M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebai sebelumnya
0 Nafsu makan sya tidak buruk dari yang biasanya

Penilaian :
0-4 : Depresi tidak ada atau minimal
5-7 : Depresi ringan
8-15 : Depresi sedang
>16 : Depresi berat

Kesimpulan :

35
Klien termasuk dalam penilaian 0-4 yaitu depresi tida ada atau minimal
dikarenakan hasil dari pengkajian ini hanya poin keletihan yang bernilai 1 dan
lainnya bernilai 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien tidak mengalami
depresi.

e. Skala Depresi Geriatric Yesavage


Skala Depresi Geriatric Yesavage, Jawaban Jawaban
bentuk singkat Benar Klien
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan Tidak Ya
anda ?
Sudahkan anda mengeluarkan aktivitas dan minat Ya Ya
anda ?
Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong ? Ya Tidak
Apakah anda sering bosan ? Ya Ya
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap Tidak Tidak
waktu ?
Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda ? Ya Ya
Apakah anda merasa bahagia disetiap waktu Tidak Tidak
Apakah anda lebih suka tinggal dirumah pada malam Ya Ya
hari dari pada pergi dan melakukan sesuatu yang
baru ?
Apakah anda merasa bahwa anda mempunyai lebih Ya Ya
banyak masalah dengan ingatan daripada yang
lainnya ?
Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup Ya Ya
sekarang ini ?
Apakah anda merasa saya sangat tidak berguna Tidak Tidak
dengan keadaan anda sekarang ?
Apakah anda merasa penuh berenergi ? Tidak Tidak
Apakah anda berfikir bahwa situasi anda tak ada Ya Tidak
harapan ?

36
Apakah anda berfikir bahwa banyak orang lebih baik Ya Ya
daripada anda ?

Kesimpulan :
Skala Depresi Geriatrik Yesavage dengan penilaian jika jawaban pertanyaan
sesuai indikasi dinilai pin 1 (nilai poin 1 untuk setiap respons yang cocok dengan
jawaban Ya atau Tidak setelah pertanyaan). Nilai 5 atau lebih dapat menandakan
depresi. Berdasarkan hasil pengkajian klien, skor yang didapat dari skala depresi
geriatrik Yesavage adalah 3, yang artinya klien tidak mengalami depresi karena
skor kurang dari 5.
f. Pengkajian Status Social
APGAR Keluarga

Skore
No Fungsi Uraian
Selalu Kadang Tidak
(2) - Pernah
kadang (0)
(1)
1 A :Adaptasi Saya puas bahwa saya 2
dapat kembali pada
keluarga (teman-teman)
saya untuk membantu
pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 P: Partisipasi Saya puas dengan cara 1
(Hubungan) keluarga (teman-teman)
sya membicarakan
sesuatu dengan
saya dan

37
mengungkapkan
masalah dengan saya
3 G : Growth Saya puas bahwa 2
(Pertumbuhan) keluarga (teman-teman)
saya menerima dan
mendukung keinginan
saya untuk melakukan
aktivitas atau arah baru
4 A: Afeksi Saya puas dengan cara 2
keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan
efek dan berespons
terhadap emosi- emosi
saya, seperti marah, sedih
atau mencintai
5 R: Resolve Saya puas dengan cara 2
(Pemecahan) teman-teman saya dan
saya menyediakan waktu
bersama-sama

Penilaian :
Nilai : 0-3 : fungsi sosial kurang
Nilai : 4-6 : fungsi sosia sedang
Nilai : 7-10 : fungsi sosial baik/norma
Kesimpulan :
Status sosial lansia dapat diukur dengan mengguanakan APGAR Keluarga.
Penilaian jika pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu (poun 2).
Kadangkadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0). Kategori penilaian jika
hasil >3 = tinggi, 4-6 = menengah / sedang, dan 7-10= rendah. Kesimpulan dari
hasil pengkajian pada Ny.M adalah skor 9 yang termasuk dalam kategori rendah,
jadi status sosial Ny.M baik.

38
2.2.2 Analisa Data
No Analisa Data Diagnosis Keperawatan
1. Ds : Defisit Pengetahuan
Klien mengatakan selama ini keliru
mengikuti anjuran pengobatan yang
diberikan sehingga penyakit yang
diderita klien sering hilang timbul
Do :
Menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah
2. Ds : Nyeri Akut
Klien mengatakan telapak kaki kiri dan
kanannya biasanya sakit ketika pasien
banyak melakukan aktivitas
Do :
P : Nyeri bertmbah jika digerakkan dan
berkurang jika istirahat
Q : Seperti di remas
R : telapak kaki kiri dan kanan
S : Ringan (Skala 3)
T : Hilang timbul, kadang nyeri jika
digerakkan

Tanda-tanda vital
TD : 130/80 mmHg
P : 20 x/menit
N : 92 x/menit
S : 36ºC

Pemeriksaan Penunjang
Asam urat : 9 mg/dl

39
3. Ds : Gangguan mobilitas fisik
Klien mengatakan mengalami kesulitan
berjalan jika kakinya sakitnya timbul
Do :
Kekuatan Otot

5555 5555

5555 5555

Klien mengalami perubahan dalam


pergerakannya

2.2.3 Diagnosa Keperawatan

1) Defisit Pengetahuan

2) Nyeri akut

3) Gangguan mobilitas fisik

40
2.2.4 Intervensi Keperawatan
Inisial Klien : Ny. M
Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan
Ds : keperawatan 3 × 24 jam
Observasi
Klien mengatakan selama ini keliru diharapkan tingkat pengetahuan
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
mengikuti anjuran pengobatan yang meningkat dengan kriteria hasil
menerima informasi.
diberikan sehingga penyakit yang yaitu :
Edukasi
diderita klien sering hilang timbul 1. Perilaku sesuai anjuran
1. Jelaskan penanganan masalah kesehatan
Do : meningkat dengan skor 5
2. Informasikan sumber yang tepat yang
Menunjukkan persepsi yang keliru 2. Pertanyaan tentang masalah
tersedia di masyarakat.
terhadap masalah yang dihadapi menurun
3. Anjurkan menggunakan fasilitas
dengan skor 5
kesehatan.
3. Persepsi yang keliru terhadap
4. Ajarkan menentukan perilaku spesifik
masalah menurun dengan skor
yang akan diubah.
5
5. Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan.
4. Perilaku membaik dengan
skor 5

41
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Ds : keperawatan selama 3 x 24 jam
Observasi
Klien mengatakan telapak kaki kiri diharapkan tingkat nyeri menurun
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dan kanannya biasanya sakit ketika dengan kriteria hasil:
frekuensi, kualitas intensitas nyeri
pasien banyak melakukan aktivitas 1. Kemampuan menuntaskan
2. Identifikasi skala nyeri
Do : aktivitas meningkat dengan
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
P : Nyeri bertmbah jika digerakkan skor 5
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
dan berkurang jika istirahat 2. Keluhan nyeri menurun dengan
memperingan nyeri
Q : Seperti di remas skor 5
Terapeutik
R : telapak kaki kiri dan kanan
3. Gelisah menurun dengan skor 5 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
S : Ringan (Skala 3)
mengurangi rasa nyeri (mis. kompres
4. Ketegangan otot menurun
T : Hilang timbul, kadang nyeri jika
hangat/dingin).
dengan skor 5
digerakkan
Edukasi
Tanda-tanda vital
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
TD : 130/80 mmHg
mengurangi rasa nyeri
P : 20 x/menit
Kolaborasi
N : 92 x/menit
2. Kolaborasi pemberian analgetik,jika
S : 36ºC
perlu.

42
Pemeriksaan Penunjang
Asam urat : 9 mg/dl
3. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi
Ds : keperawatan selama 3 x 24 jam
Observasi :
Klien mengatakan mengalami
diharapkan tingkat nyeri menurun
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
kesulitan berjalan jika kakinya
dengan kriteria hasil:
fisik lainnya
sakitnya timbul
1. Pergerakan ekstremitas
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
Do :
meningkat dengan skor 5
ambulasi
Kekuatan Otot
2. Kekuatan otot meningkat
Terapeutik
5555 5555 dengan skor 5 1. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,
3. Rentang gerak (ROM) jika perlu
5555 5555
meningkat dengan skor 5 Edukasi

4. Gerakan tidak terkoordinasi 1. Anjurkan melakukan ambulasi dini.


Klien mengalami perubahan dalam
menurun dengan skor 5
pergerakannya
5. Gerakan terbatas menurun
dengan skor 5

2.2.5 Implementasi Keperawatan

43
Nama : Ny.M Diagnosa medis : Gout Artritis
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
Pukul Keperawatan
8/08/2022 Defisit 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : Klien mengatakan keliru mengikuti pengobatan yang
10.00 Pengetahuan kemampuan menerima informasi. dianjurkan
WITA 2. Menjelaskan penanganan masalah O : Klien tampak menunjukkan persepsi yang keliru
kesehatan terhadap masalah
3. Menginformasikan sumber yang A : Masalah belum teratasi
tepat yang tersedia di masyarakat. 1. Keliru mengikuti pengobatan yang dianjurkan
4. Menganjurkan menggunakan 2. Persepsi yang keliru terhadap masalah
fasilitas kesehatan. P : Intervensi dilanjutkan
5. Menganjurkan menentukan 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
perilaku spesifik yang akan menerima informasi.
diubah. 2. Menjelaskan penanganan masalah kesehatan
6. Mengajarkan cara pemeliharaan 3. Menginformasikan sumber yang tepat yang tersedia
kesehatan. di masyarakat.
4. Menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan.

44
5. Menganjurkan menentukan perilaku spesifik yang
akan diubah.
6. Mengajarkan cara pemeliharaan kesehatan.
8/08/2022 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Klien mengatakan masih terasa sakit dibagian telapak
10.15 karakteristik, durasi, frekuensi, kaki kiri dan kanan
WITA kualitas intensitas nyeri. O : Klien tampak menahan sakit sambil memegangi
2. Mengidentifikasi skala nyeri. telapak kakinya.
3. Mengidentifikasi respon nyeri non A : Masalah belum teratasi
verbal. 1. Sakit dibagian telapak kaki kiri dan kanan
4. Mengidentifikasi faktor yang P : Intervensi dilanjutkan
memperberat dan memperingan 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
nyeri. frekuensi, kualitas intensitas nyeri.
5. Memberikan teknik 2. Mengidentifikasi skala nyeri.
nonfarmakologis untuk 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal.
mengurangi rasa nyeri (mis. 4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
kompres hangat/dingin). memperingan nyeri.
6. Mengajarkan teknik 5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. kompres
mengurangi rasa nyeri.

45
7. Mengkolaborasikan pemberian hangat/dingin).
analgetik,jika perlu. 6. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
7. Mengkolaborasikan pemberian analgetik,jika
perlu.
8/08/2022 Gangguan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri S : Klien mengatakan agak sulit berjalan jika kakinya
10.30 Mobilitas Fisik atau keluhan fisik lainnya. sakit
WITA 2. Mengidentifikasi toleransi fisik O : Klien tampak memegangi kakinya dan memijitnya
melakukan ambulasi. agar sakitnya berkurang
3. Memfasilitasi melakukan A : Masalah belum teratasi
mobilisasi fisik, jika perlu 1. Sulit berjalan jika kakinya sakit
4. Menganjurkan melakukan P : Intervensi dilanjutkan
ambulasi dini. 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya.
2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi.
3. Memfasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
perlu
4. Menganjurkan melakukan ambulasi dini.

46
Tgl/Pukul Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawata
n
10/08/2022 Defisit 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : Klien mengatakan sudah mulai mengikuti pengobatan
10.00 Pengetahuan kemampuan menerima informasi. yang dianjurkan
WITA 2. Menjelaskan penanganan masalah O : Klien tampak menunjukkan persepsi baik terhadap
kesehatan masalah
3. Menginformasikan sumber yang A : Masalah teratasi sebagian
tepat yang tersedia di masyarakat. 1. Mulai mengikuti pengobatan yang dianjurkan
4. Menganjurkan menggunakan 2. Mulai persepsi baik terhadap masalah
fasilitas kesehatan. P : Intervensi dilanjutkan
5. Menganjurkan menentukan 1. Menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan.
perilaku spesifik yang akan diubah. 2. Menganjurkan menentukan perilaku spesifik yang
6. Mengajarkan cara pemeliharaan akan diubah.
kesehatan. 3. Mengajarkan cara pemeliharaan kesehatan.
10/08/2022 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Klien mengatakan sakitnya sudah mulai berkurang
10.15 karakteristik, durasi, frekuensi, O : Klien tampak sudah bisa berjalan tanpa harus
WITA kualitas intensitas nyeri. menahan sakit

47
2. Mengidentifikasi skala nyeri. A : Masalah teratasi sebagian
3. Mengidentifikasi respon nyeri non 1. Sakitnya sudah mulai berkurang dan bisa berjalan
verbal. P : Intervensi dilanjutkan
4. Mengidentifikasi faktor yang 1. Mengkolaborasikan pemberian analgetik,jika
memperberat dan memperingan perlu.
nyeri.
5. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. kompres
hangat/dingin).
6. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
7. Mengkolaborasikan pemberian
analgetik,jika perlu.
10/08/2022 Gangguan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau S : Klien mengatakan sudah mulai bisa berjalan tanpa rasa
10.30 Mobilitas keluhan fisik lainnya. sakit
WITA Fisik 2. Mengidentifikasi toleransi fisik O : Klien tampak sudah mulai beraktivitas seperti
melakukan ambulasi. biasanya

48
3. Memfasilitasi melakukan A : Masalah teratasi sebagian
mobilisasi fisik, jika perlu 1. Mulai bisa berjalan tanpa rasa sakit
4. Menganjurkan melakukan ambulasi P : Intervensi dilanjutkan
dini. 1. Memfasilitasi melakukan mobilisasi fisik jika
perlu.
2. Menganjurkan melakukan ambulasi dini.

49
Tgl/Pukul Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawata
n
12/08/2022 Defisit 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : Klien mengatakan mulai mengikuti pengobatan yang
10.00 Pengetahuan kemampuan menerima informasi. dianjurkan
WITA 2. Menjelaskan penanganan masalah O : Klien tampak menunjukkan persepsi baik terhadap
kesehatan masalah
3. Menginformasikan sumber yang A : Masalah teratasi
tepat yang tersedia di masyarakat. 1. Mulai mengikuti pengobatan yang dianjurkan
4. Menganjurkan menggunakan fasilitas 2. Mulai menunjukkan persepsi baik terhadap
kesehatan. masalah
5. Menganjurkan menentukan perilaku P : Intervensi dipertahankan
spesifik yang akan diubah. 1. Menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan.
6. Mengajarkan cara pemeliharaan 2. Menganjurkan menentukan perilaku spesifik yang
kesehatan. akan diubah.
3. Mengajarkan cara pemeliharaan kesehatan.
12/08/2022 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Klien mengatakan sakitnya sudah hilang
10.00 karakteristik, durasi, frekuensi, O : Klien tampak sudah bisa berjalan tanpa harus
WITA kualitas intensitas nyeri. menahan sakit

50
2. Mengidentifikasi skala nyeri. A : Masalah teratasi
3. Mengidentifikasi respon nyeri non 1. Sakitnya sudah hilang
verbal. 2. Sudah bisa berjalan tanpa rasa sakit
4. Mengidentifikasi faktor yang P : Intervensi dipertahankan
memperberat dan memperingan 1. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
nyeri. mengurangi rasa nyeri.
5. Memberikan teknik nonfarmakologis 2. Mengkolaborasikan pemberian analgetik,jika
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. perlu.
kompres hangat/dingin).
6. Mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
7. Mengkolaborasikan pemberian
analgetik,jika perlu.
10/08/2022 Gangguan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau S : Klien mengatakan sudah mulai bisa berjalan tanpa
10.30 Mobilitas keluhan fisik lainnya. rasa sakit
WITA Fisik 2. Mengidentifikasi toleransi fisik O : Klien tampak sudah mulai beraktivitas seperti
melakukan ambulasi. biasanya
3. Memfasilitasi melakukan mobilisasi A : Masalah teratasi
fisik, jika perlu 1. Berjalan tanpa rasa sakit

51
4. Menganjurkan melakukan ambulasi 2. Sudah mulai beraktivitas
dini. P : Intervensi dipertahankan
1. Menganjurkan melakukan ambulasi dini.

52
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.3.1 Kesimpulan
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
berdasarkan i,mu dan kiat/ teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-
sosial-spritual dan kultural yang holistik, ditunjukkan kepada klien lanjut
usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok
dan masayarakat (Nurkholifah, 2018).
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya
kadar Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah
melebihi batas normal yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di
dalam persendian dan organ lainnya (Susanto, 2019). Jadi, dari definisi di
atas maka Gout Arthritis merupakan penyakit inflamasi sendi yang
diakibatkan oleh tingginya kadar Asam Urat dalam darah, yang ditandai
dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar
persendian berupa Tofi (Nurkholifah, 2018).
3.3.2 Saran
a. Bagi Pasien
Diharapkan keluarga pasien agar selalu memantau ketepatan waktu
dalam meminum obat sesuai anjuran dokter, menjaga pola makan, dan
istirahat yang cukup.
b. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan dapat mempertahankan kualitas dalam pemberian pelayanan
keperawatan dan mempertahankan kerjasama yang baik antara tim
kesehatan maupun klien, untuk mendukung, meningkatkan, kesehatan
pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan.

53
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, (2020). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans

Info Media.

Fitriana, (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.

Nurarif, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.

Nurkholifah, S. (2018). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: PDM

Kesehatan.

PPNI. (2017). standar diagnosis keperawatan indonesia definisi dan


indikator diagnostik (1 cetakan). DPP PPNI.

PPNI. (2018). standar intervensi keperawatan indonesia definisi dan


tindakan keperawatan (1 cetakan). DPP PPNI.

PPNI. (2019). standar luaran keperawatan indonesia definisi dan kriteria


hasil keperawatan (1 cetakan). DPP PPNI.

Sudoyo, (2018). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 5. Jakarta:


Interna Publishing.

Susanto, (2019). Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta:


Buku Pintar.

Zahara, (2020). Artritis Gout Metakarpal dengan Perilaku Makan Tinggi


Purin Diperberat oleh Aktifitas Mekanik Pada Kepala Keluarga
dengan Posisi Menggenggam Statis. Volume 1.

54

Anda mungkin juga menyukai