Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA “ Tn.

J ” DENGAN
MASALAH ISOLASI SOSIAL DI RUANGAN NYIUR
RSKD. DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH:
KELOMPOK III

CI LAHAN CI INSTITUSI

( H. Kamaruddin, S.Kep.,Ns ) (Sitti Nurbaya, S.Kep.,Ners.,M.Kes)

NIDN. 0905027903

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kata panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami bisa menyelesaikan laporan kelompok yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada “ Tn.J ” Dengan Masalah Isolasi Sosial Di Ruangan
Nyiur RSKD. Dadi Provinsi Sulawesi Selatan”
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing Lahan
kami, dan pembimbing institusi yang telah membimbing kami dalam
mengerjakan laporan kelompok ini. Tidak lupa pula mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan
kelompok ini.

Laporan kelompok ini memberikan panduan dalam asuhan keperawatan


pada pasien dengan Gangguan Sistem Reproduksi Menometroragia. Bagi
mahasiswa untuk memahami dan mengetahui pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan untuk pasien dengan Gangguan Sistem
Reproduksi Menometroragia. Kami menyadari ada kekurangan pada laporan
kelompok ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi
perbaikan penulisan laporan kami. kami juga berharap semoga laporan kelompok
ini mampu memberikan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa Menometroragia.

Makassar, juni 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABLE.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
LAPORAN PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Konsep Keperawatan..................................................................................1
1. Definisi......................................................................................................1
2. Etiologi......................................................................................................1
3. Manifestasi Klinis....................................................................................4
4. Proses........................................................................................................6
5. Rentang Respon.......................................................................................8
6. Mekanisme Koping...............................................................................10
7. Perilaku..................................................................................................11
8. Penatalaksanaan....................................................................................12
B. Proses Keperawatan.................................................................................16
1. Pengkajian..............................................................................................16
2. Diagnosa Keperawatan.........................................................................19
3. Intervensi................................................................................................20
4. Implementasi Keperawatan.................................................................22
5. Evaluasi..................................................................................................23
6. Terapi Kelompok Yang Sesuai.............................................................24
BAB II...................................................................................................................25
ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................25
A. Pengkajian.................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38

iii
DAFTAR TABLE

iv
DAFTAR GAMBAR

v
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Keperawatan
1. Definisi
Isolasi social adalah keadaan dimana seorang individu yang
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa di tolak, tidak di
terima, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Keliat, 2006). Ganggua dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan
cara menghindar interaksi dengan orang lain dan lingkunga. (Azizah, L.A.
Zainuri, I. Akbar, 2016)
Isolasi social merupakan upaya menghindari komunikasi dengan
orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien
mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain
yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup berbagi pengalaman. (Yosep, I, H. Sutini, 2016)
Isolasi social merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagi suatu
keadaan yang negative dan mengancam. (Badar, 2016)

2. Etiologi
Isolasi social menarik diri sering disebabkan oleh karena
kuranganya rasa percaya pada orang lain, perasaan panic, regrasi ke tahap
perkembangan sebelumnya, waham, sukar berinnteraksi dimasa lampau,
perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut. Menurut Stuart &
Sudeen, Isolasi social disebabkan oleh gangguan konsep diri rendah.
(Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
a. Faktor Predisposisi (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)

1
1) Faktor Perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergntung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang memiliki tugas yang
harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak terpenuhi akan menghambat
perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi kasih sayang,
perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh) pada bayi akan
memberi rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya
rasa percaya.
2) Faktor Biologi
Genetik adalah salah satu factor pendukung gangguan jiwa,
factor genetic dapat menunjang terhadap respon social maladaptive
ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmitter dalam
perkembangan gangguan ini namun tahap masih diperlukan
penilitian lebih lanjut.
3) Faktor Sosial Budaya
Faktor social budaya dapat menjadi factor pendukung
terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain,
misalnya anggota keluarga yang tidak produktif, diasingkan dari
orang lain.
4) Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan
seseorang dalam gangguan berhubungan bila keluarga bila
keluarga hanya mengkomunikasikan hal- hal yang negative akan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
b. Faktor Prespitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian
kehidupan yang penuh stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
individu untuk berhubugan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas. (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
1) Faktor Nature (Alamiah)

2
Secara alamiah manusia merupakan mahluk holistic yang
terdiri dari dimensi bio-psiko-sosial-spritual. Oleh karena itu
meskipun stressor presipitasi yang sama tetapi apakah berdampank
pada gangguan jiwa atau kondisi psikososial tertentu yang
maladptive dari individu, sangat bergantung pada ketahan holistic
individu tersebut.
2) Faktor Origin (Sumber Prespitasi)
Demikian juga dengan factor sumber prespitasi, baik
internal maupun eksternal yang berdampak pada psikososial
seseorang. Hal ini karena manusia bersifat unik.
3) Faktor Timing
Setiap stressor yang berdampang pada trauma psikologis
sesorang yang berimplikasi pada gangguan jiwa sangat di tentukan
oleh kapan terjadinya stressor, berapa lama dan frekuensi stressor.
4) Faktor Number (Banyaknya Stressor)
Demikian juga dengan stressor yang berimplikasi pada
kondisi gangguan jiwa sangat di tentukan oleh banyaknya stressor
pda kurun wktu tertentu. Misalnya, baru saja suami meninggal,
seminggu kemudian anak mengalami cacat permanen karena
kecelakaan lalu lintas, lalu sebulan kemudian ibu kena PHK dari
tempat kerjanya.
5) Apparaisal of Stressor (Cara Menilai Predisposisi dan Prespitasi)
a) Faktor Kognitif: Berhubungan dengan tingkat pendidikan,
luasnya pengetahuan dan pengalaman.
b) Faktor Afektif: berhubungan dengan tipe kepribadian sesorang.
Tipe kepribadian introvert bersifat: Tertutp, suka memikirkan
diri sendiri, tidak terpengaruh pujian, banyak fantasi, tidak
tahan kritik, mudah tersinggung, menahan ekspresi emosinya,
sukar bergaul, sukar dimengerti orang lain, suka membesarkan
kesalahnya dan suka kritik diri sendiri. Tipe extrovert: Terbuka,
licah dalam pergaulan, riang, ramah, mudah berhubungan

3
dengan orang lain, melihat realitas dan keharusan, kebal
terhadap kritik, ekspresi emosinya spontan, tidak begitu
merasakan kegagalan, dan tidak banyak mengkritik diri sendiri.
Tipe kepribadian ambivert dimana sesorang memiliki dua tipe
kepribadian dasar tersebut sehingga sulit menggolongkan
dalam salah satu tipe.
6) Faktor Physiological
Kondisi fisik sperti status nutrisi, status kesehatan fisik,
factor kecacatan atau kesempurnaan fisik sangat berpengaruh bagi
penilaian sesorang terhadap stressor predisposisi dan presipitasi.
7) Faktor Behavioral
Pada dasarnya perilaku seseorang turt mempengruhi niai,
keyakinan, sikap dan keputusannya. Oleh karena itu, factor
perilaku turt berperan pada sesorang dalam menilai factor
predisposisi dan presipitasi yang dihadapinya. Misalnya, seorang
peminum alcohol, dalam keadaan mabuk akan lebih emosional
dalam mengadapi stressor. Demikian juga dengan prokok atau
penjudi, dalam menilai stressor berbeda dengan seseorang yang
taat beribadah.
8) Faktor Sosial
Manusia merupakan mahluk social yang hidupnya saling
bergantung pada satu dengan lainnya. Menurt Luh Ketut Suryani
(2005), kehidupan koktif atau kebersamaan berperan dalam
pengambilan keputusan, adopsi nilai, pembelajaran, pertukaran
pengalaman dan penyelenggraaan ritualitas. Dengan demikian,
dapat di asumsikan bahwa factor kolektifitas atau kebersamaan
berpengaruh terhadap cara menili sressor predisposisi dan
presipitasi. (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)

4
3. Manifestasi Klinis
a. Gejala Subjektif (Yosep, I, H. Sutini, 2016)
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang
lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon verbal kurang dan sangat singkat
4) Klien mengatakan hubungan tidak berarti dengan orang lain
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Klien tidak mampu berkosentrasi dan membuat keputusan
7) Klien merasa tidak berguna
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9) Klien merasa ditolak
b. Gejala Objektif (Yosep, I, H. Sutini, 2016)
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Klien menyindiri dan tidak mau berinterkasi dengan orang yang
terdekat
5) Klien tampak sedih, ekspresi datr dan dangkal
6) Kontak mata kurang
7) Kurang spontan
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9) Ekspresi wajah kurang berseri
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11) Mengisolasi diri
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungannya
13) Masukan minuman dan makan terganggua
14) Retensi urine dan feses
15) Aktivias menurun
16) Krang energy (tenaga)
17) Rendah diri

5
18) Postur tubuh berubah

4. Proses
Proses terjadinya Isolasi sosial pada pasienakan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari
faktor predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial, meliputi:
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter dimana ada riwayata anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA. Selain itu
ditemukan adanya kondisi patologis otak, yang dapat diketahui dari
hasil pemeriksaan struktur otak melalui pemeriksaan CT Scan dan
hasil pemeriksaan MRI untuk melihat gangguan struktur dan fungsi
otak (Thomb, 2000) dalam (Nurhalimah. 2016).
2) Faktor Psikologis
Pasien dengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami
kegagalan yang berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal
ini mengakibatkan terganggunya konsep diri, yang pada akhirnya
akan berdampak dalam membina hubungan dengan orang
lain.Koping individual yang digunakan pada pasiendengan isolasi
sosial dalam mengatasi masalahnya, biasanya maladaptif. Koping
yang biasa digunakan meliputi: represi, supresi, sublimasi dan
proyeksi. Perilaku isolasi sosial timbul akibat adanya perasaan
bersalah atau menyalahkan lingkungan, sehingga pasienmerasa
tidak pantas berada diantara orang lain dilingkungannya.
Kurangnya kemampuan komunikasi, merupakan data
pengkajian keterampilan verbal pada pasien dengan masalah solasi
sosial, hal ini disebabkan karena pola asuh yang keluarga yang

6
kurang memberikan kesempatan pada pasien untuk menyampaikan
perasaan maupun pendapatnya.Kepribadian introvertmerupakan
tipe kepribadian yang sering dimiliki pasien dengan masalah isolasi
sosial. Ciri-ciri pasiendengan kepribadian ini adalah menutup diri
dari orang sekitarnya. Selain itu pembelajaran moral yang tidak
adekuat dari keluarga merupakan faktor lain yang dapat
menyebabkan pasien tidak mampu menyesuaikan perilakunya di
masyarakat, akibatnya pasienmerasa tersisih ataupun disisihkan
dari lingkungannya. Faktor psikologis lain yang dapat
menyebabkan isolasi sosial adalah kegagalan dalam melaksanakan
tugas perkembangan. Kegagalan dalam melaksanakan tugas
perkembangan akan mengakibatkan individu tidak percaya diri,
tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain,
tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kondisi
diatas, dapat menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai
berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari terabaikan (Stuart &
Laraia, 2005) dalam (Nurhalimah, 2016).
3) Faktor Sosial Budaya
Faktor predisposisi sosial budaya pada pasiendengan isolasi
sosial, sesringkali diakibatkan karena pasienberasal dari golongan
sosial ekonomi rendah hal ini mengakibatkan ketidakmampuan
pasiendalam memenuhi kebutuhan. Kondisi tersebut memicu
timbulnya stres yang terus menerus, sehingga fokus pasienhanya
pada pemenuhan kebutuhannya dan mengabaikan hubungan
sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Stuart & Laraia (2005)
dan Townsend (2005) dalam (Nurhalimah,2016) mengatakan
bahwa faktor usia merupakan salah satu penyebab isolasi sosial hal
ini dikarenakan rendahnya kemampuan pasiendalam memecahkan
masalah dan kurangnya kematangan pola berfikir.

7
Pasien dengan masalah isolasi sosial umumnya memiliki
riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak,
sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah tugas
perkembangannya yaitu berhubungan dengan orang lain.
Pengalaman tersebut menimbulkan rasa kurang percaya diri dalam
memulai hubungan, akibat rasa takut terhadap penolakan dari
lingkungan. Lebih lanjut Stuart & Laraia (2005) mengatakan
bahwa, tingkat pendidikan merupakan salah satu tolok ukur
kemampuan pasien berinteraksi secara efektif. Karena faktor
pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pasiendengan masalah
isolasi sosial biasanya memiliki riwayat kurang mampu melakukan
interaksi dan menyelesaikan masalah, hal ini dikarenakan
rendahnya tingkat pendidikan pasien. (Nurhalimah, 2016).
b. Faktor Presipitasi
Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak.Faktor lainnya pengalaman abuse dalam
keluarga. Penerapan aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan pasien dan konflik antar
masyarakat.Selain itu Pada pasienyang mengalami isolasi sosial, dapat
ditemukan adanya pengalaman negatif pasienyang tidak
menyenangkan terhadap gambaran dirinya, ketidakjelasan atau
berlebihnya peran yang dimiliki serta mengalami krisis
identitas.Pengalaman kegagalan yang berulang dalam mencapai
harapan atau cita-cita, serta kurangnya penghargaan baik dari diri
sendiri maupun lingkungan. Faktor-faktor diatas, menyebabkan
gangguan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, yang pada
akhirnya menjadi masalah isolasi social.

8
5. Rentang Respon
Menurut Stuart Sundeen rentang respon klien ditinjau
dariinteraksinya dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum
yang terbentang antara respons adaptif dengan maladaptif sebagai berikut :
(Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016).

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Solitude Aloneless Curiga


Otonomi Dependensi Manipulasi
Bekerjasama Menarik Impulsif
Interdependen diri Narkisisme

Terdapat dua respon yang dapat terjadi pada isolasi sosial, yakni :
a. Respon Adaptif
Merupakan suatu respons yang masih dapat diterima oleh
norma-norma social dan kebudayaan secara umum yang berlaku
dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika
menyelesaikan masalah. (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
1) Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya
(instropeksi).
2) Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerjasama
Merupakan kemampuan individu yang saling
membutuhkan satu sama lain serta mampu memberi dan menerima.
4) Interdependen

9
Merupakan saling ketergantungan antara individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpersonal. (Azizah, L.A.
Zainuri, I. Akbar, 2016)
b. Respon Maladaptif
Merupakan suatu respon yang menyimpang dari norma sosial
dan kehidupan disuatu tempat, perilaku respon maladaptif, yakni
meliputi: (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
1) Menarik diri
Merupakan keadaan dimana seseorang yang mengalami
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang
lain.
2) Ketergantungan
Merupakan keadaan dimana seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya dirinya sehingga tergantung dengan
orang lain.
3) Manipulasi
Merupakan hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada
diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorienrasi pada orang lain.
Individu tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
4) Curiga
Merupakan keadaan dimana seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya diri terhadap orang lain.
5) Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai
penilaian yang buruk dan cenderung memaksa kehendak.
6) Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris,

10
pencemburu, dan marah jika orang lain tidak mendukung. (Azizah,
L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016).

6. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan diri yang digunakan pada masing-masing
gangguan hubungan social dapat bervariasi, seperti pada pasien curiga
adalah regresi, proyeksi, dan represi. Pada klien ketergantungan
(dependent) adalah regresi. Pada manipulative adalah regresi, represi,
isolasi, dan klien menarik diri adalah regresi, represi, isolasi social.
(Badar, 2016)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba dikesadaran.
c. Isolasi social adalah mekanisme mental tidak sadar yang
mengakibatka timbulnya kegagalan defensive dalam menghubungkan
perilaku dengan motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.

7. Perilaku
Perilaku yang biasa muncul pada klien gangguan hubungan social
adalah sebagai berikut: (Badar, 2016)

Gangguan Hubungan
Perilaku
Sosial
Menarik Diri 1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Tidak merawat diri dan tidak memerhatikan
kebersihan diri
5. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
6. Mengisolasi diri
7. Tidak peduli dengan keadaan lingkungan
sekitarnya

11
8. Intake makanan dan minuman terganggu
9. Retensi urine da feses
10. Aktivitas menurun
11. Tidak betenaga
12. Berbaring dengan sikap atau posisi janin

Curiga 1. Tidak mampu memercayai orang lain


2. Bermusuhan (Hostilty)
3. Mengisolasi diri dalam lingkungan sosial
Manipulasi 1. Mengekspresikan perasaan tidak langsung
pada tujuan
2. Kurang asertif
3. Sangat tergantung pada orang lain

8. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
1) Klopromazin
a) Indikasi:
Penanganan gangguan psikotik, seperti skizofrenia, fase mania
pada ganggua bipolar (sampai litium kerja lambat
menimbulkan efek), psikosis reaktif singkat, dan gangguan
skizoafektif. Selain itu juga untuk penanganan ansietas dan
agitasi: cegukan yang sulit di atasi: porfria intermiten akut;
anak hiperaktif yang menunjukan aktivitas motorik yang
berlebihan; masalah perilaku berat pada anak yang dikaitkan
dengan perilaku hipereksitasi atau menyerang. Agens di
tunjukan untuk penanganan mual dan muntah berat; sedasi pra
dan pasca bedah; serta tetanus (pengobatan penunjang). (Keliat,
B. D. Pawirowiyono, 2017)
b) Kontraindikasi :
Pasien hipersentivitas (dapat terjadi sensivitas silang pada
gangguan kelompok fenotiazin). Jangan digunakan jika terjadi

12
SSP; jika terdapat diskrasia darah; pada penyakit Parkinson;
atau pada pasien insufiensi ginjal, hati, atau jantung. Keamanan
dalam kehamilan dan laktasi belum dibuktikan. (Keliat, B. D.
Pawirowiyono, 2017)
c) Efek Samping :
Efek samping yang sering di timbulkan oleh obat-obatan
psikotik seperti: mengantuk, tremor, mata melihat ke atas, kaku
otot, otot bahu tertarik sebelah, hipersalivasi, pergeraka otot tak
terkendali. (Yosep, I, H. Sutini, 2016)
d) Cara Kerja Obat
Sampai saat ini masih belum di ketahui bagaimana cara kerja
obat-obatan antipsikotik yang memperbaiki manifestasi
skizofrenia. Obat-obatan anti psikotik tipikal menghambat
reseptor dopamine, mencegah stimulus pascainap oleh
dopamine. Selain itu obat-obatan tersebut juga dapat menekan
RAS, menghambat stimulus yang masuk ke otak, dan memiliki
efek antikolinergik, antihistamin, dan penyekat B adrenergic,
yang semuanya berkaitan dengan penghambatan sisi reseptor
dopamine dan serotonin. (Yosep, I, H. Sutini, 2016)
e) Yang Di Pengaruhi Obat :
Obat psikotropik adalah  obat  yang  mempengaruhi fungsi
psikis, kelakuan atau pengalam. Ia bekerja menekan system
saraf pusat dan anti psikoikn di sampung itu juga anti emetic,
local anestetik, pemblok. (Mutschler, 2018)
f) Dosis :
75-1 – 3x/hari (Mutschler, 2018)
2) Trifluoperazin
a) Indikasi :
Penganganan manifestasi gangguan psikotik serta penanganan
ansietas sedang hingga berat pada pasien nonpsikotik. (Sutejo,
2017)

13
b) Kontraindikasi :
Pasien hipersentivitas (dapat terjadi sensivitas silang pada
gangguan kelompok fenotiazin). Jangan digunakan jika terjadi
SSP; jika terdapat diskrasia darah; pada penyakit Parkinson;
atau pada pasien insufiensi ginjal, hati, atau jantung. Keamanan
dalam kehamilan dan laktasi belum dibuktikan. (Sutejo, 2017)
c) Efek Samping :
Efek samping yang sering di timbulkan oleh obat-obatan
psikotik seperti: mengantuk, tremor, mata melihat ke atas, kaku
otot, otot bahu tertarik sebelah, hipersalivasi, pergeraka otot tak
terkendali. (Yosep, I, H. Sutini, 2016)
d) Cara Kerja Obat :
Sampai saat ini masih belum di ketahui bagaimana cara kerja
obat-obatan antipsikotik yang memperbaiki manifestasi
skizofrenia. Obat-obatan anti psikotik tipikal menghambat
reseptor dopamine, mencegah stimulus pascainap oleh
dopamine. Selain itu obat-obatan tersebut juga dapat menekan
RAS, menghambat stimulus yang masuk ke otak, dan memiliki
efek antikolinergik, antihistamin, dan penyekat B adrenergic,
yang semuanya berkaitan dengan penghambatan sisi reseptor
dopamine dan serotonin. (Yosep, I, H. Sutini, 2016)
e) Yang Dipengaruhi Obat :
Obat psikotropik adalah  obat  yang  mempengaruhi fungsi
psikis, kelakuan atau pengalam. Ia bekerja menekan system
saraf pusat dan anti psikoikn di sampung itu juga anti emetic,
local anestetik, pemblok. (Mutschler, 2018)
f) Dosis :
20-1 g 3x/hari (Mutschler, 2018)
3) Haloperidol
a) Indikasi

14
Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut; pengendalian tik dan
pengucapan vocal pada gangguan Tourette; penanganan gejala
demensia pada lanjut usia (lansia); pengendalian hiperaktivitas
dana masalah perilaku berat pada anak-anak. Penggunaan
penelitian; antiemetic (dosis lebih sedikit dari pengendalian
perilaku psikotik) serta pengendaliam situasi psikiatrik akut.
(Sutejo, 2017)
b) Kontraindikasi :
Pasien hipersentivitas (dapat terjadi sensivitas silang pada
gangguan kelompok fenotiazin). Jangan digunakan jika terjadi
SSP; jika terdapat diskrasia darah; pada penyakit Parkinson;
atau pada pasien insufiensi ginjal, hati, atau jantung. Keamanan
dalam kehamilan dan laktasi belum dibuktikan. (Sutejo, 2017)
c) Efek Samping :
Efek samping yang sering di timbulkan oleh obat-obatan
psikotik seperti: mengantuk, tremor, mata melihat ke atas, kaku
otot, otot bahu tertarik sebelah, hipersalivasi, pergeraka otot tak
terkendali. (Yosep, I, H. Sutini, 2016)
d) Cara Kerja Obat :
Sampai saat ini masih belum di ketahui bagaimana cara kerja
obat-obatan antipsikotik yang memperbaiki manifestasi
skizofrenia. Obat-obatan anti psikotik tipikal menghambat
reseptor dopamine, mencegah stimulus pascainap oleh
dopamine. Selain itu obat-obatan tersebut juga dapat menekan
RAS, menghambat stimulus yang masuk ke otak, dan memiliki
efek antikolinergik, antihistamin, dan penyekat B adrenergic,
yang semuanya berkaitan dengan penghambatan sisi reseptor
dopamine dan serotonin. (Yosep, I, H. Sutini, 2016).
e) Yang Di Pengaruhi Obat :
Obat psikotropik adalah  obat  yang  mempengaruhi fungsi
psikis, kelakuan atau pengalam. Ia bekerja menekan system

15
saraf pusat dan anti psikoikn di sampung itu juga anti emetic,
local anestetik, pemblok. (Mutschler, 2018)
f) Dosis :
3-1 mg 3x/hari (Mutschler, 2018)
b. Terapi Somatik
1) Terapi Individual
Dengan terapi individulal perawat menjalin hubungan saling
percaya dengan klien agar tercipta rasa trust kepada perawat.
Sehingga klien dapat leluasa menceritakan semua yang iya
rasakan, dengan demikian klien merasa aman, nyaman, klien dapat
mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan konflik,
meredahkan penderitaan emosional, dank lien dapat memenuhi
kebutuhan dirinya serta mempermudah proses asuhan keperawatan
jika sudah terjalin rasa saling percaya klien terhadap perawat,
terapi individual untuk TUK 1,2,3,4,5. (Azizah, L.A. Zainuri, I.
Akbar, 2016)
2) Terapi Kognitif
Karena klien mempunyai persepsi dan pemikiran yang
negative/salah, diperlukan terapi kognitif untuk merubah hal
tersebut. Sehingga, diharapkan dengan terapi kognitif persepsi dan
pemikiran klien yang negative berubah menjadi positif/baik, klien
juga mampu mempertimbangkan stressor, mengidentifikasi pola
berfikir, persepsi dan keyakinan yang tidak baik, Terapi kognitif
untuk TUK 2,3 (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)
3) Terapi Kelompok
Karena klien cenderung menarik diri dan tidak bersosialisasi,
diperlukan terapi kelompok agar klien dapat berinteraksi dengan
orang lain seperti sebelum klien mengalami gangguan dapat
bersosialisasi. Perawat dapat berinteraksi dengan sekelompok klien
secara teratur, membantu anggota kelompok meningkatkan
kesadaran diri meningkatkan hubungan interpersonal, dan

16
menubah perilaku maladaptive menjadi adaptif. Terapi kelompok
untuk TUK 1,3,4,5,6. (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016).

B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Fokus
Hubungan Social:

1) Orang yang berarti bagi pasien…..


2) Peran serta dalam kegiatan berkelompok atau masyarakat….
3) Hambatan berhubungan dengan orang lain…. (Keliat, A, B. Akemat, 2019)

1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain


2) Pasien merasa tidakman berada dengan orang lain
3) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6) Pasien merasa tidak sempurna
7) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup. (Keliat, A, B.
Akemat, 2019)
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat anda tanyakan pada saat
wawancara untuk mendapatkan data subjektif:
1) Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya
(keluarga atau tetangga)?
2) Apakah pasien memiliki teman dekat? Jika ada, siapa teman
dekatnya?
3) Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat
dengannya?
4) Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
5) Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?

17
6) Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dan
orang sekitarnya
7) Apakah pasien merasakan waktu begitu lama berlalu?
8) Apakah pernah ada perasaan ragu untuk dapat melanjutkan hidup?
(Keliat, A, B. Akemat, 2019)

Tanda dan gejala isolasi social yang dapat melalui observasi.


1) Tidak memiliki teman dekat
2) Menarik diri
3) Tidak komunikatif
4) Tidak berulang dan tidak bermakna
5) Asyik dengan pikirannya sendiri
6) Tidak ada kontak mata
7) Tampak sedih, efek tumpul. (Keliat, A, B. Akemat, 2019)
b. Masalah Keperawatan Yang Kemungkinan Muncul (Yosep, I, H.
Sutini, 2016)
1) Isolasi social
2) Harga diri rendah kronis
3) Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
c. Analisa Data (Badar, 2016)
MASALAH
DATA PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
Data Subjektif:
 Pasien mengatakan ia tidak memiliki
banyak teman dan malas untuk
berkenalan
 Pasien mengatakan ia lebih suka Isolasi Sosial
sendiri dari pada beramai-ramai
Data Objektif
 Pasien terlihat menyendiri
 Pasien terliha murung dan suka

18
melamun

d. Pohon Masalah Isolasi Sosial (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)

Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi - (Efek)

Isolasi Sosial - (Core


Problem)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah - (Causa)

2. Diagnosa Keperawatan
Keliat mengatakan bahwa setelah dilakukan pengkajian, maka
dirumuskanlah masalah keperawatan yaitu

Isolasi Social (Keliat, A, B. Akemat, 2019)

19
3. Intervensi
Pasien Keluarga
NO
SPIP SPIK
1 Identifikasi penyebab isolasi social Diskusikan masalah yang
siapa yang serumah, siapa yang dirasakan dalam merawat pasien
dekat, yang tidak dekat, dan apa
sebabnya.
2 Keuntungan punya teman dan Jelaskan pengertian tanda dan
bercakap- cakap gejala, dan proses terjadinya
isolasi social
3 Kerugian tidak punya teman dan Jelaskan cara merawat isolasi
tidak bercakap-cakap social
4 Latih cara berkenalan dengan Latih dua cara merawat
pasien dan perawat atau tamu berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
5 Masukan pada judul kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan berkenalan jadual dan memberikan pujian saat
besuk
SPIIP SPIIK
1 Evaluasi kegiatan berkenalan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
(berapa orang). Beri pujian merawat/melatih pasien
berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian Beri
pujian
2 Latihan cara berbicara saat Jelaskan kegiatan rumah tangga
melakukan harian (latihan 2 yang dapat melibatkan pasien
kegiatan) berbicara (makan, sholat bersama)
di rumah
3 Masukkan pada jadual kegiatan Latih cara membimbing pasien
untuk latihan berkenalan 2-3 orang berbicara dan memberi pujian
pasien perawat dan tamu berbicara

20
saat melakukan kegiatan harian
4 Anjurkan membantu pasien sesuai
jadual besuk
SPIIIP SPIIIK
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan (berapa orang) dan merawat/melatih pasien
bicara saat melakukan dua berkenalan, berbicara saat
kegiatan harian. Beri pujian melakukan kegiatan harian. Beri
pujian
2 Latih cara berbicara saat Jelaskan cara melatih pasien
melakukan kegiatan harian (2 melakukan kegiatan social seperti
kegiatan baru) berbelanja meminta sesuatu dll
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih keluarga mengajak pasien
untuk latihan berkenalan 4-5 belanja saat besuk
orang, berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian
4 Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan berikan pujian saat
besuk
SPIVP SPIVK
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan bicara saat melakukan merawat/melatih pasien
empat kegiatan harian. Beri pujian berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian/RT,
berbelanja. Beri pujian
2 Latih cara bicara social: meminta Jelaskan follow up ke
sesuatu, menjawab pertanyaan RSJ/PKM,tanda kambuh, rujukan
3 Masukkan pada jadual kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan berkenalan >5 jadwal kegiatan dan memberikan
orang, orang baru, berbicara saat pujian
melakukan kegiatan harian dan

21
sosialisasi

SPVP SPVK
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan, berbicara saat merawat/melatih pasien
melakukan kegiatan harian dan berkenalan, berbicara saat
sosialisasi. Beri pujian melakukan kegiatan harian/RT,
berbelanja dan kegiatan lain dan
follow up beri pujian
2 Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga
merawat pasien
3 Nilai kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga
mandiri melakukan kontrol ke RSJ/PKM
4 Nilai apakah isolasi social teratasi
(Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016).

4. Implementasi Keperawatan
Merupakan insiatif dan rencana tindakan untuk tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan
ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klen mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor yang memengaruhi
masalah kesehatan klien. (Febriana, D, 2017).
Ada 4 fase implementasi komunikasi terapeutik tenaga kesehatan
kepada pasien:
a. Fase Orientasi
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkaldan komunikasi
yang terjadi bersifat pengalian informasi antara tenaga kesehatan
dengan pasien.
b. Fase identifikasi
Merumuskan masalah atas masalah yang dihadapi oleh pasien.

22
c. Fase eksploitasi/Fase kerja
Pada fase ini tenagan medis dituntut untuk bekerja untuk memenuhi
tujuan yang telah ditetapkanpada fase orientasi dan identifikasi.
Tenaga kesehatan harus bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi
tentang masala-masalah yang dialami oleh pasien.
d. Fase relaksasi/Penyelesaian
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian
atas tujuan yang telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah
kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan.

5. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan intervensi. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Metode penulisan evaluasi keperawatan dalam progress
notes/catatan perkembangan pasien dapat dilakukan dengan pendekatan
SOAP: (Febriana, D, 2017)
a. S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat
dari klien setelah tindakan diberikan
b. O (Objective) : adalah hasil yang di dapat berupa pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan
c. A (Analysis) : Isolasi Sosial (+)
d. P (Planing) : Latihan cara berkenalan sebanyak 3 kali (Febriana,
D, 2017).

23
6. Terapi Kelompok Yang Sesuai
Terapi aktifitas yang cocok untuk klien isolasi social yaitu terapi
aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS). Hal tersebut dikarenakan klien
sering menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi berkurang
(bicara apabila ditanya,jawaban singkat), berdiam diri di kamar dalam
posisi meringkuk, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, wajah tampak
sedih dan sering menunduk yang menunjukkan bahwa klien mengalami
masalah dalam hubungan social ( isolasi social). Oleh karena itu terapi
aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) cocok untuk memfasilitasi
kemampuan klien dengan masala hubungan social agar klien dapat
bersosialisasi kembali dengan orang lain maupun lingkungannya serta
dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan kelompok. Terapi
aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) dilakukan dalam 7 sesi dengan
indikasi klien menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu
berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik (Azizah, L.A.
Zainuri, I. Akbar, 2016)
a. Sesi 1: kemampuan memperkenalkan diri
b. Sesi 2: kemampuan berkenalan
c. Sesi 3: kemampuan bercakap-cakap
d. Sesi 4: kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
e. Sesi 5: kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
f. Sesi 6: kemampuan bekerjasama
g. Sesi 7: evaluasi kemampuan sosialisasi
(Keliat, B. D. Pawirowiyono, 2017)

24
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

Ruang rawat : Bangsal Nyiur Tanggal dirawat: 3 November 2021

IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. J ( Laki-laki ) Umur : 32 Tahun No.RM: 191903

ALASAN MASUK
Seorang laki-laki berumur 32 tahun dibawah ke RSKD yang ke 4
kalinya dengan keluhan mengamuk sejak satu minggu yang lalu pasien memukul,
pasien kurang tidur, pasien mengamuk di warung tetangga, melempar barang dan
marah-marah, makan baik, mandi perlu di suruh. Riwayat pengobatan sering
minum obat di rumah sakit daerah palu, pasien rutin minum obat selama di
donggala dan sudah tidak minum obat selama 1 bulan lebih setelah pulang.
Keluarga pasien mengatakan pasien terakhir rawat inap di RSKD selama satu
tahun yang lalu dan nama obat tidak diketahui.

KELUHAN UTAMA
Klien tampak selalu menyendiri,Klien terlihat murung dan suka melamun,
Kontak mata kurang, dan klien menjawab pertanyaan seadanya saja.

FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
a. Ya
b. Tidak
2. Pengobatan sebelumnya:
a. Berhasil
b. Kurang Berhasil
c. Tidak Berhasil
3. Trauma
No Jenis trauma Usia Pelaku Korban Saksi
a Aniaya Fisik 
b Aniaya Seksual
c Penolakan 
d Kekerasan dalam
Keluarga
e Tindakan
Kriminal

Jelaskan: berdasarkan dari penjelasan keluarga pasien dan pasien, pasien pernah
mengalami gangguan jiwa di masa lalu dan pengobatan sebelumnya kurang
berhasil. Pasien melakukan aniaya fisik dan pernah mendapatkan penolakan.

25
Masalah Keperawatan : Resiko tinggi kekerasan
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
a. Ada
b. Tidak ada
Kalau ada:
Hubungan Keluarga : Nenek dari pihak ibu
Gejala : Selalu jalan keliling
Riwayat Pengobatan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Halusinasi

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:


Pasien mengatakan ingin bekerja di Tarakan kalimantan utara tetapi dari
keluarga melarang pasien untuk kesana sehingga pasien marah-marah dan
mengamuk
Masalah Keperawatan : Resiko Tinggi Kekerasan

PEMERIKSAAN FISIK

TTV : TD = 120/90 mmHg N = 82 x/menit


S = 36,8 °C P = 22 x/menit
Ukur : BB = 66 kg TB = 155 cm
Keluhan Fisik: pasien mengatakan sakit kepala
Masalah Keperawatan : -

PSIKOSOSIAL

1. Genogram

26
Keterangan:
 G1 : kakek dan nenek meninggal karena dari ayah dan ibu pasien telah
meninggal disebabkan oleh factor usia dan tidak ada yang menderita
penyakit serupa dengan pasien.
 G2 : ayah pasien adalah anak tunggal dan telah meninggal karena penyakit
yang dideritanya, berdasarkan dari penjelasan pasien ayah pasien tidak
menderita penyakit yang serupa dengan pasien. Sedangkan ibu pasien
adalah anak terakhir dari 4 bersaudara dan ibu pasien meninggal karena
kecelakaan yang dialaminya menurut penjelasan pasien tidak ada yang
menderita penyakit yang serupa dengan pasien. Sedangkan saudara dari
ibu pasien tidak diketahui penyebab meninggalnya.
 G3 : klien merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara. Menurut
penjelasan pasien, saudaran-saudaranya tidak ada yang menderita penyakit
yang serupa dengan pasien.

Masalah Keperawatan : -
2. Pola Asuh
Pola asuh pengabaian ( Permissive Indifferent).
3. Pola Komunikasi
Komunikasi yang terjalin antara saudara baik, namun pasien merupakan
tipe yang pendiam (Introvert)
4. Pengambilan Keputusan
Adik pasien adalah pengambil keputusan
5. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan anggota tubuh yang di sukai adalah kepala
b. Identitas diri :
Pasien bangga menjadi seorang laki-laki.
c. Peran :
Pasien berperan sebagai anak bagi orang tuanya, kakak dan juga
adik bagi saudaranya.
d. Ideal diri :
Pasien ingin cepat pulang agar dapat bekumpul dengan
keluarganya. Setelah keluar dari RSKD klien ingin memiliki teman banyak
dan menjadi nelayan
e. Harga diri :
Pasien mengatakan tidak mampu bersosialisasi dengan baik, sering
diam dan menyendiri
Masalah Keperawatan : HDR situasional

27
6. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Orang yang paling berharga dalam hidup pasien adalah adiknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Pasien mengatakan jika dalam lingkup kelompok atau masyarakat
pasien merasa tidak baik dan terganggu
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Pasien mengatakan jika berhubungan atau berkomunikasi dengan
orang lain pasien merasa kaku dan gelisah
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

7. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Jelaskan : pasien mengatakan agama yang dianutnya adalah agama
islam
b. Kegiatan ibadah :
Jelaskan : Pasien mengatakan mengikuti ibadah sholat
Masalah Keperawatan :

STATUS MENTAL
1. Penampilan
a. Tidak rapi ()
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai (√)
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya ()
Jelaskan :
Pasien nampak berpenampilan tidak sesuai dengan atasan dan bawahan
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
a. Cepat
b. Keras
c. Gagap (√)
d. Inkohorensi
e. Lambat (√)
f. Membisu
g. Tidak mampu memulai pembicaraan (√)
Jelaskan :
Pasien nampak kurang kooperatif, tidak bisa memulai pembicaraan
dengan perawat, kontak mata kurang, dan pasien perlu dituntun untuk
menjawab

28
Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi verbal
3. Aktifitas Motorik
a. Lesu (√)
b. Tegang (√)
c. Gelisah
d. Agitasi
e. Tik
f. Grimasem
g. Tremor
h. Kompulsif
Jelaskan :
Pasien tampak lesu dan tegang
Masalah Keperawatan :

4. Alam Perasaan
a. Sedih
b. Ketakutan
c. Putus asa (√)
d. Khawatir
e. Gembira berlebihan
Jelaskan :
Pasien mengatakan sedih karena rindu akan keluarga dan kedua orang tua
Masalah Keperawatan : keputusasaan

5. Afek
a. Datar
b. Tumpul (√)
c. Labil
d. Tidak sesuai
Jelaskan :
Pada saat pasien dilakukan pengkajian afek pasien tumpul, pasien hanya
bicara jika ditanya oleh perawat
Masalah Keperawatan : kerusakan interaksi sosial

6. Interasksi Selama Wawancara


a. Bermusuhan
b. Tidak kooperatif (√)
c. Mudah tersinggung
d. Kontak mata kurang (√)
e. Defensive

29
f. Curiga
Jelaskan :
Pasien nampak tidak bisa memulai pembicaraan, tidak kooperatif dan
kontak mata kurang
Masalah Keperawatan : isolasi sosial

7. Persepsi Halusinasi
a. Pendengaran (√)
b. Penglihatan
c. Perabaan
d. Pengecapan
e. Penghidu/penciuman
Jelaskan :
Pasien mengatakan pernah mengalami halusinasi pendengaran lima
bulan lalu di rumah, isi dari halusinasi tersebut menyuruh pasien untuk jalan
jauh dan pergi jalan-jalan, dan pasien mengatakan pernah memukul anak
kecil.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran

8. Isi pikir
a. Obsesi
b. Phobia
c. Hipokondria
d. Depersonalisasi
e. Ide yang terkait
f. Pikiran magis
Jelaskan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
Waham
a. Agama
b. Somatic
c. Kebesaran
d. Curiga
e. Nihilistik
f. Sisip pikir
g. Siar pikir
h. Kontrol pikir (√)
Jelaskan : klien menyakini ada yang mengontrol pikiran nya yang selalu
membuat nya binggung.
Masalah Keperawatan : perubahan proses pikir

30
9. Arus Pikir
a. Sirkumstansial
b. Tangensial
c. Kehilangan asosiasi
d. Flight of idea
e. Blocking
f. Pengulangan pembicaraan/preservasi
Jelaskan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada

10. Tingkat Kesadaran


a. Bingung (√)
b. Sedasi
c. Stupor
d. Disorientasi waktu
e. Disorientasi orang
f. Disorientasi tempat
Jelaskan :
Pasien mengatakan suka menyendiri dan bingung serta memikirkan
orang tua
Masalah Keperawatan :Perubahan Proses Pikir

11. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang
b. Gangguan daya ingat jangka pendek (√)
c. Gangguan daya ingat saat ini
d. Konfabulasi
Jelaskan :
Saat melakukan pengkajian pasien kesusahan untuk mengingat nama-
nama perawat saat perkenalan diri, tetapi pasien dapat menginggat kejadian
yang lalu
Masalah Keperawatan : perubahan proses pikir

12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


a. Mudah beralih (√)
b. Tidak mampu berkonsentrasi (√)
c. Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :

31
Saat dilakukan pengkajian perhatian pasien mudah beralih dan pasien sulit
berkonsentrasi
Masalah Keperawatan : isolasi sosial

13. Kemampuan Penilaian


a. Gangguan ringan (√)
b. Gangguan bermakna
Jelaskan :
Pasien mampu mengambil keputusan mana yang lebih diutamakan untuk
dilakukan
Masalah Keperawatan : -

14. Daya Tilik Diri / Insight


a. Mengingkari penyakit yang diderita
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


1. Kemampuan Klien Memenuhi Kebutuhan

No Kebutuhan Klien Bantuan Bantuan Bantuan


minimal parsial total
a Makan √
b BAB/BAK √
c Perawatan kesehatan
d Pakaian √
e Transportasi
f Tempat tinggal
g Uang
Jelaskan :
Pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri dalam hal
makan,BAB atau BAK, mandi,berpakian dan istirahat tidur. Untuk
memenuhi bantuan partial pasien perlu dibantu dalam hal obat. Sedangkan
untuk total seperti mencuci pakian,keuangan,belanja dan transportasi
Masalah Keperawatan : Perubahan pemeliharaan kesehatan

2. Kegiatan Hidup Sehari-Hari


a. Perawatan Diri
Perawatan Diri BT BM
 Mandi √
 Kebersihan √

32
 Makan √
 BAB/BAK √
 Ganti pakaian √
Jelaskan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada

b. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda?
 Ya
 Tidak (√)
Apakah anda memisahkan diri?
 Ya, jelaskan : pasien mengatakan tidak mengenal sesama pasien lain
 Tidak
Frekuensi makan sehari : 3 x sehari
Frekuensi kudapan sehari :
Nafsu makan :
 Meningkat (√)
 Menurun
 Berlebihan
 Sedikt-sedikit
BB terendah : 56 kg BB tertinggi : 60 kg
Jelaskan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada

c. Tidur
1) Apakah ada masalah tidur?
Pasien mengatakan gelisah dan stress
2) Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
Pasien mengatakan lemas
3) Apakah ada kebiasaan tidur siang?
Tidak ada
4) Lama tidur siang : 13:00-15:00 jam
5) Apa yang menolong tidur?
Pasien mengatakan hanya berdiam diri di tempat tidur
6) Tidur malam jam : 19:00, bangun jam : 05:00
7) Apakah ada gangguan tidur?
 Sulit untuk tidur (√)
 Bangun terlalu pagi
 Somnabulisme
 Terbangun saat tidur (√)

33
 Gelisah saat tidur (√)
 Berbicara saat tidur
Jelaskan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada

Kemampuan klien dalam:


Mengantisipasi kebutuhan sendiri
 Ya (√)
 Tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri
 Ya
 Tidak (√)
Mengatur penggunaan obat
 Ya
 Tidak
Melakukan pemeriksaan kesehatan
 Ya
 Tidak (√)
Masalah Keperawatan : gangguan perubahan pemeliharaan kesehatan

Klien memiliki sistem pendukung


Keluarga : Ya : Adik Tidak : ……….
Terapis : Ya : ………… Tidak : ……….
Teman sejawat : Ya : Kurniawan Tidak : ……….
Kelompok sosial : Ya : Kerja Bakti Tidak : ……….
Jelaskan :
Karena Cuma adiknya yang bisa mengerti dengan keadaanya serta
menerima keadaanya yang sekarang
Masalah Keperawatan : -
Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?
 Ya
 Tidak (√)
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain (√)  Minum alcohol (√)
 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebih (√)
 Teknik relokasi  Bekerja berlebihan
 Aktifitas konstruktif  Menghindar (√)
 Olahraga  Mencederai diri
 Lainnya : ……………………….  Lainnya: ………………………

34
Jelaskan :
Paien dapat berbincang-bincang dengan orang lain dan dapat menyelesaikan
masalah dalam hal koping adaptif.Sedangkan untuk maladaptif pasien pernah
minum alcohol dan mencederai diri saat dirumah
Masalah Keperawatan : Maladaptif

MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan
Klien mnegatakan tidak dapat dukungan dari kelompok dan lingkungan sekitar
karena klien selalu menyendiri
 Masalah dengan pendidikan, uraikan:
SD ‘’ ikut merantau’’ tidak mampu kurang biaya
 Masalah dengan pekerjaan, uraikan
Klien mengatakan dalam masalah pekerjaan selalu di halagi ketika ingin
menrantau dan pergi jauh mencari kerja yang di inginkan, yang membuat klien
merasa di batasi.
 Masalah dengan perumahan, uraikan
Klien tidak memiliki masalah dalam perumahan
 Masalah dengan ekonomi, uraikan:
Adiknya yang bekerja untuk membiayai hidup sehari-hari
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan:
Tidak ada masalah dalam hal pelayanan Kesehatan
Masalah Keperawatan : -

KURANG PENGETAHUAN TENTANG


 Penyakit jiwa
Jelaskan : pasien bingun dengan keadaannya
 Factor presipitasi
 Koping
 Sistem pendukung
Jelaskan : pasien mengatakan yang selalu mendukungnya yaitu teman
seruanganya
 Penyakit fisik
Jelaskan : pasien mengatakan sering mengalami sakit kepala
 Obat-obatan
- Risperidone 25 mg 2x1
- Clozapine 25 mg 0-0-1
 Lainnya : ……………………………….
Masalah Keperawatan : -

ASPEK MEDIK
 Diagnosis Medik :
1. Isolasi Sosial

35
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Harga diri rendah : situasional
 Terapi medik :
4. Risperidone 25 mg 2x1
5. Clozapine 25 mg 0-0-1

36
ANALISA DATA

Data Masalah Keperawatan


DS :
1. Klien pernah mendengar suara-suara
yang menyuruhnya untuk jalan jauh
dan pergi jalan-jalan, dan pasien
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
mengatakan pernah memukul anak Pendengaran
kecil.

DO :
-
DS :
1. Klien mengatakan tidak memiliki
teman dan tidak suka berkenalan
dengan orang lain
2. Klien mengatakan lebih suka
menyendiri dari
DO :
Isolasi Sosial
1. Klien tampak selalu menyendiri
2. Klien terlihat murung dan suka
melamun
3. Kontak mata kurang
4. Klien menjawab pertanyaan
seadanya saja

DS :
1. Klien mengatakan ingin cepat
pulang agar dapat berkumpul
Harga Diri Rendah : Situasional
dengan keluarga
DO :
-

37
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi Sosial
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Harga diri rendah : situasional

POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi - (Efek)

Isolasi Sosial - (Core Problem)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah - (Causa)

38
INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/ Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan


Tanggal Keperawatan
SPIP SP1P
1. Klien dapat 1. Identifikasi penyebab isolasi social siapa yang
mengidentifikasi isolasi serumah, siapa yang dekat, yang tidak dekat, dan apa
Isolasi Sosial sosial
sebabnya.
2. klien mengetahui
keuntungan dan kerugian 2. Keuntungan punya teman dan bercakap- cakap
tidak mempunyai teman 3. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
dan tidak bercakap cakap 4. Latih cara berkenalan dengan pasien dan perawat atau
3. klien mampu berkenalan tamu
dengan pasien, perawat 5. Masukan pada judul kegiatan untuk latihan berkenalan
dan tamu

SPIIP SPIIP
1. Klien dapat berkenala 1. Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang). Beri
dengan 2 orang dan mampu pujian
melakukan komunikasi 2. Latihan cara berbicara saat melakukan harian (latihan
dalam melakukan kegiatan 2 kegiatan)
harian 3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
berkenalan 2-3 orang pasien perawat dan tamu
berbicara saat melakukan kegiatan harian

SPIIIP

39
1. Klien mampu berkenalan, SPIIIP
dan melakukan kegiatan 1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa orang)
harian dan bicara saat melakukan dua kegiatan harian. Beri
pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(2 kegiatan baru)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
berkenalan 4-5 orang, berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian
SPIVP
1. Klien mampu berkenalan
lebih dari 5 orang SPIVP
melakukan kegiatan harian 1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan bicara saat
dan sosialisasi melakukan empat kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih cara bicara social: meminta sesuatu, menjawab
pertanyaan
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
berkenalan >5 orang, orang baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian dan sosialisasi

40
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Isolasi Sosial SP1P S : - Klien mengatakan lebih
1. Megidentifikasi penyebab isolasi social sering menyendiri
siapa yang serumah, siapa yang dekat, - klien mengatakan tidak mau
berinteraksi dengan orang lain
yang tidak dekat, dan apa sebabnya.
- klien mengatakan jarang
2. Keuntungan punya teman dan bercakap- mengobrol dengan keluarga
cakap
3. Kerugian tidak punya teman dan tidak O : - klien tampak menyendiri
bercakap-cakap - klien sering menghindari
4. Melatih cara berkenalan dengan pasien dan pembicaraan
perawat atau tamu - klien tampak tidak mau
bergabung dengan teman nya
5. Menganjurkan masukan pada judul - klien tampak menjawab
kegiatan untuk latihan berkenalan pertanyaan seadanya saja

A : Isolasi Sosial (+)

P : Lanjutkan intervensi
- melatih cara berkenalan
dengan perawat atau tamu
- menganjurkan memasukkan
kedalam jadwal kegiatan untuk
berkenalan
SPIIP
S : Klien mengatakan mulai

41
1. Megevaluasi kegiatan berkenalan (berapa melakukan proses perkenalan
orang). Beri pujian dengan orang lain dengan
2. Melatihan cara berbicara saat melakukan bantuan perawat
harian (latihan 2 kegiatan)
O : Klien tampak masih
3. Memasukkan jadwal kegiatan untuk menyendiri
latihan berkenalan 2-3 orang pasien - kontak mata klien kurang
perawat dan tamu berbicara saat - klien tampak sering
melakukan kegiatan harian menundukkan kepala
A : Isolasi Soasial (+)

P : Lanjutkan intervensi
- menganjurkan memasukkan
kedalam jadwal kegiatan untuk
berkenalan dengan beberapa
perawat
SPIIIP
1. Mengevaluasi kegiatan latihan berkenalan S : klien mengatakan mulai
(berapa orang) dan bicara saat melakukan melakukan proses interaksi
dua kegiatan harian. Beri pujian dengan orang lain dengan
bimbingan perawat
2. Melatih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian (2 kegiatan baru) O: klien tampak masih
3. Memasukkan jadwal kegiatan untuk menyendiri jika tidak di
latihan berkenalan 4-5 orang, berbicara dampingi
saat melakukan 4 kegiatan harian _ Aktivitas klien tampak tidak
dilakukan dengan efektif
A : Isolasi Sosial (+)

42
P : Lanjutkan intervensi
- melatih kegiatan berbiara
saat melakukan kegiatan
harian
- Menganjurkan memasukkan
pada jadwal harian untuk
latihan berkenalan 4-5 orang,
minum obat dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian
SPIVP
1. Mengevaluasi kegiatan latihan berkenalan S : Klien mengatakan sudah
bicara saat melakukan empat kegiatan melai melakukan perkenalan
harian. Beri pujian pada teman teman nya dan
2. Melatih cara bicara social: meminta perawat
- klien mengatan sudah banyak
sesuatu, menjawab pertanyaan
mengenal teman temannya dan
3. Memasukkan jadwal kegiatan untuk perawat
latihan berkenalan >5 orang, orang baru,
berbicara saat melakukan kegiatan harian O : -Klien tampak berkenalan
dan sosialisasi dan berinteraksi
- Klien tampak mulai bisa
mengenal teman teman nya

A : Isolasi Sosial (+)


P : Lanjutkan intervensi
- melatih kegiatan berbiara
saat melakukan kegiatan

43
harian
- Menganjurkan memasukkan
pada jadwal harian untuk
latihan berkenalan dengan
otang sekitar

44
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, A. (2016) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan


Jiwa - Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. 1st edn. Yogyakarta: Indomedia
Pustaka.

Badar (2016) Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa Pada Pasien Dengan


Masalah Utama ‘Isolasi Sosial’. Bogor: Penerbit In Media.

Febriana, D, V. (2017) Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Healthy.

Keliat, A, B. Akemat, M. K. (2019) Model Praktik Profesional Keperawatan


Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Keliat, B. D. Pawirowiyono, A. (2017) Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas


Kelompok. 2nd edn. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mutschler, E. (2018) Dinamika Obat. 5th edn. Bandung: Penerbit ITB.

Nurhalimah.(2016).Keperawata Jiwa.Jakarta.

Sutejo (2017) Keperawatan Kesehatan Jiwa - Prinsip dan Praktik Keperawatan


Jiwa. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.

Yosep, I, H. Sutini, T. (2016) Buku Ajar Keperawatan Jiwa. 7th edn. Bandung:
PT Refika Aditama.

45

Anda mungkin juga menyukai