TIPE 1
OLEH :
AYUNI KURNIA,S.Kep
NS0621062
CI LAHAN CI INSTITUSI
(……………………………………….) (……………………………………….)
NIP/NIDN NIP/NIDN
1
1.1 Laporan Pendahuluan
1.1.1 Konsep Keperawatan Gerontik dan Teori Menua
Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani
tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang
berusia lanjut. Geriatrik adalah berkaitan dengan penyakit atau kecacatan
yang terjadi pada orang yang berusia lanjut. Keperawatan gerontik
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang berdasarkan i,mu dan
kiat/ teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spritual dan
kultural yang holistik, ditunjukkan kepada klien lanjut usia baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masayarakat (Nurkholifah, 2018).
a. Teori – teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul /
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai
contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel) (Nurkholifah, 2018)
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah
(rusak) (Nurkholifah, 2018)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh (Nurkholifah, 2018).
2
5) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-
sel tubuh lelah terpakai (Nurkholifah, 2018).
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi (Nurkholifah,
2018).
b. Teori kejiwaan sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
(Nurkholifah, 2018).
2) Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari lansia. Mempertahankan
hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke lanjut usia (Nurkholifah, 2018).
3) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia.
Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki
(Nurkholifah, 2018).
4) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
3
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen (Nurkholifah, 2018)
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
2) Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea
dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit
dikenal dengan liver spot (Nurkholifah, 2018).
3) Sistem Muskuloskeletal
4
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi
rentan terhadap gesekan.
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem respirasi
5
6) Pencernaan dan Metabolisme
b. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh
pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik
dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa
muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis,
depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari
suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-
6
barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia
yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena
lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk
barang dengan tidak teratur. Walaupu n telah dibersihkan, keadaan
tersebut dapat terulang kembali (Nurkholifah, 2018).
1.1.3 Konsep Medis
7
P pulau lagerhans akibat proses autoimun. DM tipe 1 ini biasanya
ditandai oleh awitan mendadak yang teijadi pada segala usia,
tetapi biasanya usia muda (<30 tahun). Sedangkan Non-Insulin
dependent diabetes mellitus (NIDDM) disebabkan oleh karena
kegagalan relatif sel P dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel P tidak mampu mengimbangi
resistensi ini sepenuhnya, artinya teijadi defisiensi relative insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin
pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa
bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel P
pancreas mengalami desintisasi terhadap glukosa (Manurung,
2018).
1.1.4 Patofisiologi
8
Glucosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potassium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan
timbul polidipsi. akibat glukosa yang keluar Bersama urine maka
pasien akan mengalami keseimbangan protein negative dan berat
badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain
adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi
cepat Lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya
atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan
karbohidrat untuk energi (Manurung, 2018).
Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas (Manurung, 2018).
9
Pathway Diabetes Mellitus Tipe 1
10
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Tes HbA1C
Kadar HbA1C 6.5 persen atau lebih pada tes yang sudah
dilakukan lebih dari satu kali menandakan Anda punya diabetes.
Sementara hasil antara 5.7 6.4 persen menunjukkan bahwa Anda
masih di tahap pradiabetes. Kadar gula darah normal biasanya
berada di bawah 5.7 persen. Tes HbA1C bisa juga digunakan
untuk memantau gula darah secara rutin setelah Anda didiagnosis
penyakit diabetes melitus. Kadar HbA1C sebaiknya dicek
beberapa kali dalam setahun (Soelistijo et ak, 2019).
2. Tes gula darah puasa
Dokter juga mungkin melakukan tes gula darah puasa untuk
mendiagnosis risiko Anda. Sampel darah akan diambil setelah
Anda berpuasa semalaman (kurang lebih 8 jam). Berikut kategori
kadar gula darah menurut tes gula darah puasa (Soelistijo et ak,
2019).
a. Normal: kurang dari 100 mg/dL (5.6 mmol/L).
b. Pradiabetes: antara 100 sampai 125 mg/dL (5.6 sampai 6.9
mmol/L).
c. Diabetes: 126 mg/dL (7 mmol/L) atau lebih.
Sejauh ini, tes gula darah puasa dianggap sebagai metode
diagnosis diabetes melitus yang cukup efektif.
11
3. Tes gula darah sewaktu
Ada beberapa kondisi yang membuat hasil tes HbA1C tidak
valid. Contohnya apabila tes dilakukan pada wanita hamil atau
pada orang-orang dengan variasi hemoglobin. Nah pada kasus
seperti itu, tes gula darah sewaktu (tes GDS) bisa dilakukan
sebagai gantinya. Tes GDS bisa dilakukan kapan saja tanpa perlu
mempertimbangkan waktu makan terakhir Anda. Namun, biasanya
tes ini dilakukan apabila Anda sudah memiliki gejala diabetes
seperti sering buang air kecil atau kehausan esktrem.
Nilai gula darah akan ditampilkan dalam bentuk miligram per
desiliter (mg/dL) atau milimole per liter (mmol/L). Jika hasil tes
GDS menunjukkan 200 mg/dL (11.1 mmol/L) atau lebih, artinya
gula darah Anda tinggi dan Anda punya diabetes. Sementara jika
angkanya di bawah 200 mg/dL, artinya kadar gula darah masih di
angka normal (Soelistijo et ak, 2019).
4. Tes toleransi gula darah oral
Ketimbang ketiga tes sebelumnya, metode diagnosis diabetes
melitus ini terbilang kurang umum kecuali jika Anda sedang hamil.
Tes toleransi glukosa oral membutuhkan puasa semalam
sebelumnya. Jadi, Anda harus puasa dulu seama kurang lebih 8 jam
dan setelahnya akan diminta untuk makan seperti biasa. Dokter
juga mungkin akan memberikan cairan gula. Selang 2 jam setelah
makan, kadar gula darah Anda akan diperiksa (Soelistijo et ak,
2019).
12
1.1.6 Penatalaksanaan Medis Terbaru
13
cairan (Soelistijo et ak, 2019).
3) Menghambat glukoneogenesis
Biguanid Mekanisme aksi golongan biguanid adalah
mengurangi produksi glukosa hati atau disebut
glukoneogenesis. Contoh obat golongan ini yaitu metformin.
Golongan obat ini dikontraindikasikan pada pasien DM tipe 2
yang mengalami gangguan ginjal dengan nilai GFR < 30
mL/menit dan gangguan hati. Metformin biasanya diresepkan
untuk pasien DM tipe 2 yang mengalami obesitas. Metformin
mampu menurunkan nilai A1C sekitar 1,0-1,5%. Efek samping
metformin adalah gangguan gastrointestinal seperti diare dan
kram perut. Selain itu, metformin juga menyebabkan mual
sehingga diberikan pada saat makan atau sesudah makan
(Harper et ak, 2013).
4) Penghambat absorb si glukosa: penghambatan alfa glukosidase
Mekanisme aksi golongan ini adalah mengurangi absorpsi
glukosa di usus halus. Contoh obatnya yaitu akarbose.
Akarbose mampu menurunkan nilai A1C sebesar 0,6 %. Efek
samping yang sering teijadi adalah kembung dan flatulens
(Soelistijo et al., 2019).
b. Suntikan, seperti insulin
2) Ketoasidosis diabetik.
14
7) Stress berat seperti infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke.
8) Kehamilan dengan diabetes melitus (diabetes melitus
gestasional) yang tidak terkendali dengan pengaturan makan.
9) Gangguan ginjal atau hati yang berat.
15
reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan
akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik (Manurung,
N. 2018).
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya (Manurung, N. 2018).
16
1.2 Pengkajian
a. Identitas umum:
1. Keluhan utama
17
c. Pemeriksaan fisik
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban, dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.
4. Sistem pernafasan
Poliuri, retensi urin, inkontinensia urin, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
8. Sistem musculoskeletal
18
cepat lelah, lemah, dan nyeri, adanya gangrene di eksremitas.
9. Sistem neurologis
19
1.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Penyebab: keperawatan selama 3 x 24 jam
Observasi
1) Agen pencedera fisiologis diharapkan tingkat nyeri menurun
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
2) Agen pencedera kimiawi dengan kriteria hasil:
frekuensi, kualitas intensitas nyeri
3) Agen pencedera fisik 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas
2. Identifikasi skala nyeri
Gejala dan tanda meningkat dengan skor 5
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Mayor 2. Keluhan nyeri menurun dengan skor
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
1) Subjektif 5
memperingan nyeri
a) Mengeluh nyeri
3. Meringis menurun dengan skor 5
5. Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Objektif
4. Gelisah menurun dengan skor 5 Terapeutik
a) Tampak meringis
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
b)Bersikap protektif 5. Kesulitan tidur menurun menurun
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
c) Gelisah dengan skor 5
Hipnosis, akupresur, terapi musik,
d)Frekuensi nadi meningkat
6. Ketegangan otot menurun dengan
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
e) Sulit tidur Minor
skor 5
imajinasi terbimbing, kompres
1) Objektif
7. Frekuensi nadi membaik dengan skor hangat/dingin, terapi bermain).
a) Tekanan darah meningkat
5 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
20
b)Pola napas berubah nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
8. Tekanan darah membaik dengan skor
c) Nagfsu makan berubah kebisingan).
5
d)Proses berpikir terganggu 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
9. Nafsu makan membaik dengan skor 5
e) Menarik diri 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
f) Berfokus pada diri sendiri 10.Pola tidur membaik dengan skor 5 pemilihan strategi meredakan nyeri.
g)Diafronesis Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
21
Penyebab aktivitas meningkat dengan kriteria Observasi
1) Ketidakseimbangan hasil : 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
antarasuplai dan kebutuhan 1) Frekuensi nadi meningkat dengan mengakibatkan kelelahan
oksigen skor 5 2. Monitor pola dan jam tidur
3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
2) Tirah baring 2) Saturasi oksigen meningkat
melakukan aktivitas.
3) Kelemahan dengan skor 5
Teraupetik
4) Imobilitas 3) Kemudahan dalam melakukan
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
5) Gaya hidup monoton aktivitas sehari-hari meningkat
stimulus
dengan skor 5
Gejala dan tanda
2. Berikan aktivitas distraksi yang
4) Kecepatan berjalan meningkat
Mayor
menenangkan
dengan skor 5
1) Subjektif : Frekuensi jantung
3. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika tidak
5) Kekuatan tubuh bagian atas
meningkat > 20% dari
dapat berpindah atau berjalan terjadinya
meningkat dengan skor 5
kondisi istirahat.
gangguan komplikasi pergerakan
6) Kekuatan tubuh bagian bawah
2) Objektif : Mengeluh
Edukasi
meningkat dengan skor 5
lelah Minor
1. Anjurkan tirah baring
7) Keluhan Lelah menurun dengan
1) Subjektif :
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
skor 5
a) Dipsnea saat atau setelah
bertahap
8) Dispnea saat dan sesudah aktifitas
aktivitas
3. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
menurun dengan skor 5
22
b) Merasa tidak 9) Sianosis menurun dengan skor 5 kelelahan.
nyaman setelah 10) TD membaik dengan skor 5 Kolaborasi
beraktivitas 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
c) merasa lemah meningkatkan asupan makanan.
2) Objektif :
a) Tekanan darah berubah >
20% dari kondisi istirahat
b) Sianosis
23
6) Kurang terpapar informasi skor 5 Terapeutik
tentang faktor pemberat 5) Edema perifer menurun dengan skor 1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
7) Kurang terpapar informasi 5 darah di area keterbatasa perfusi.
tentang proses penyakit 6) Nyeri ekstremitas menurun dengan 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
8) Kurang aktivitas fisik skor 5 ekstremitas dengan keterbatasan perfusi.
Gejala dan tanda Mayor 7) Kram otot menurun dengan skor 5 3. Hindari penekanan dan pemasangan
1) Objektif 8) Akral cukup membaik dengan skor 5 tourniquet pada area yang cedera.
a) Pengisian kapiler >3 detik 9) Tekanan darah sistolik cukup 4. Lakukan pencegahan infeksi
b) Nadi perifer menurun atau membaik dengan skor 5 5. Lakukan perawatan kaki.
tidak tersedia 10) Tekanan darah diastolik cukup Edukasi
c) Akral teraba dingin membaik dengan skor 5 1. Anjurkan berhenti merokok
d) Warna kulit pucat 2. Anjurkan berolahraga rutin
e) Turgor kulit menurun 3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
Gejala dan tanda minor menghindari kulit terbakar.
1) Subjektif 4. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
a) Parastesia darah, antikoagulan, dan penurunan
b) Nyeri ekstremitas kolesterol jika perlu.
(klaudikasi intermitten) 5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
2) Objektif darah secara teratur.
24
a) Edema 6. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
b) Penyembuhan luka lambat darah secara teratur.
c) indeks ankle-brachial < 0,90 7. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
d) Bruit Femoral sirkulasi (mis. Rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
4. Kerusakan integritas jaringan 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
menurun dengan skor 5 2. Lakukan pemijatan pada area tulang jika
5. Kerusakan lapisan kulit menurun perlu.
dengan skor 5
3. Gunakan produk berbahan petrolium atau
6. Nyeri menurun dengan skor 5
25
7. Jaringan parut menurun dengan
minyak pada kulit kering
skor 5
8. Suhu kulit membaik dengan skor 5 4. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab ( mis,
lotion, serum)
26
Fakto Risiko keperawatan selama 3 x 24 jam
1) Ketidakmampuan menelan diharapkan asupan nutris meningkat Observasi
makanan dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
2) Ketidakmampuan mencerna 1) Porsi makan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
makanan meningkat dengan skor 5 3. Identifikasi makanan yang disukai
3) Ketidakmampuan mengabsorpsi 2) Kekuatan otot pengunyah 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrien meningkat dengan skor 5 nutrien
4) Peningkatan kebutuhan 3) Kekuatan otot menelan meningkat 5. Monitor asupan makanan
metabolisme dengan skor 5 Terapeutik
5) Faktor ekonomi ( mis. Finansial 4) Pengetahuan tentang pilihan 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
tidak mencukupi) makanan yang sehat meningkat perlu.
6) Faktor psikologis ( mis. Stres, dengan skor 5 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
keengganan untuk makan) 5) Pengetahuan tentang pilihan Piramida makanan).
minuman yang sehat meningkat 3. Berikan makanan tinggi serat untuk
dengan skor 5 mencegah konstipasi
6) Pengetahuan tentang standar 4. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
asupan nutrisi yang tepat dengan protein.
skor 5 5. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7) Perasaan cepat kenyang menurun
27
dengan skor 5 Edukasi
8) Berat badan membaik dengan skor 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
5 2. Ajarkan diet yang di programkan
9) Indeks massa tubuh (IMT) Kolaborasi
membaik dengan skor 5 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
10) Nafsu makan membaik dengan makan.
skor 5 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan.
28
1.7 Program Perencanaan Pulang/Discharge Planning dan melaksanakan
pendidikan kesehatan yang tekait dengan perencanaan tersebut
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah
untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan
kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan
terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes
tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan
intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien
mengatasi kondisi ini. Penatalaksanaan Medik diantaranya adalah (Soelistijo
et ak, 2019) :
1. Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi
seimbangan dalam hal Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai
kecukupan gizi :
a. KH 60 –70 %
b. Protein 10 –15 %
c. Lemak 20 25 %
Beberapa cara menentukan jumalah kelori uantuk pasien DM melalui
perhitungan menurut Bocca: Berat badan (BB) Ideal: (TB – 100) –
10% kg
a. BB ideal x 30% untuk laki-laki
b. BB ideal x25% untuk Wanita
Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari:
1) Ringan : 100 – 200 Kkal/jam
2) Sedang : 200 – 250 Kkal/jam
3) Berat : 400 – 900 Kkal/jam
Kebutuhhan basal dihituung seperti 1), tetapi ditambah kalori
berdasarkan persentase kalori basal:
a. Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal
b. Kerja sedang ditambah 20% dari kalori basal
29
c. Kerja berat ditambah 40 – 100 % dari kalori basal
d. Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang
hamil atau menyesui, ditambah 20 –30-% dari kalori basal Suatu
pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:
a) Pasien kurus : 2300 – 2500 Kkal
b) Pasien nermal : 1700 – 2100 Kkal
c) Pasien gemuk : 1300 – 1500 Kkal
(Soelistijo et ak, 2019)
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 –4 x seminggu)
selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan
dan kondisi penyakit penyerta. Latihian yang dapat dijadikan pilihan
adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan mendayung.
Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 – 85 % denyut nadi
maksimal : DNM = 220-umur (dalam tahun) (Soelistijo et ak, 2019).
3. Pengelolaan farmakologi
a. Obat hipoglikemik oral (OHO)
Golongan sulfonil ures bekerja dengan cara:
1) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
2) Menurunkan ambang sekresi insulin
3) Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa
b. Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah normal.
Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan
untuk pasien gemuk.
c. Inhibitor alfa glukosidase
Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca pransial.
30
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai sfek
farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa
mengatasi nasalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat
resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia (Soelistijo et
ak, 2019).
31
DAFTAR PUSTAKA
Soelistijo, S. A., Lindarto, D., Decroli, E., Permana, H., Sucipto, K. W.,
Kusnadi, Y., ... Sanusi. (2019). Konsesus Pengelolaan Dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe2 Di Indonesia 2019. In PB
PERKENI.
Sya’diah, H. (2018). Keperawatan Lanjut Usia. Surabaya: Indomedia
Pustaka.
PPNI. (2017). standar diagnosis keperawatan indonesia definisi dan
indikator diagnostik (1 cetakan). DPP PPNI.
32