Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DEMENSIA

Dosen Pembimbing : Fitri Franda, S.Kep.Ns., M.Kep

Oleh :

NUR KUMALASARI
201204051

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2020/2021
1.Konsep Lansia
1. Definisi lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
2. Batasan umur lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun.
3. Teori- teori proses menua
Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun tidak semuanya bisa
diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk kelompok
teori biologis dan teori psikososial
Teori biologis
1) Teori jam genetic
Menurut Hay ick (1965) dalam Padila (2013), secara genetik sudah terprogram bahwa material
didalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori
ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life span)
yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-
selnya diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami
deteriorasi.
2) Teori cross-linkage (rantai silang)
Kolagen yang merupakan usur penyusunan tulang diantaranya susunan molekular, lama
kelamaan akan meningkat kekakuanya (tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel-sel yang
sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat.
3) Teori radikal bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan dan kemunduran secara fisik.
4) Teori imunologi
a. Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat di produksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah.
b. System immune menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan
responsibilitas.
5) Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal kelebihan usaha dan stress menyebabkan
sel-sel tubuh lelah terpakai.
6) Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).

Teori psikososial
1) Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai dalam tiap tahap
pekembangan. Tugas perkembangan terakhir merefleksikan kehidupan seseorang dan
pencapaiannya. Hasil akhir dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusasaan
adalah kebebasan.
2) Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan tetap bertahan secara stabil.
Perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak (Padila, 2013:9).
Teori Sosiokultural
Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebagai berikut :
1) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsuran-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau  menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda
meliputi :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya komitmen.
2) Teori aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia
merasakan kepuasan dalam beraktifitas dan mempertahankan aktifitas tersebut selama mungkin.
Adapun kualitas aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang dilakukan.
Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut :
1) Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut yang behubungan dengan
perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko bertambah.
2) Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif, dengan intervensi menjadi
positif.
4. Perubahan–perubahan yang terjadi pada lanjut usia
1) Sel
Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun.
2) Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi
dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat.
3) Respirasi
Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu
meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,
kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.
4) Persarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan
waktu bereaksi khususnya yang berhubungan denganstress. Berkurang atau hilangnya lapisan
myelin akson, sehingga menyebabkan kurangnya respon motorik dan reflek.
5) Muskuluskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk, persendian membesar dan menjadi
kaku, kram, tremor, dan tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
6) Gastrointestinal
7) Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun dan peristaltik menurun sehingga
daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan enzim pencernaan.
8) Pendengaran
Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran
mengalami kekakuan.
9) Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun,
lapang pandang menurun, dan katarak.
10) Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun,
kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.
2. konsep demensia
2.1.1 Pengertian

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang
sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Demensia merupakan keadaan
ketika seseorang mengalami penurunan dayaingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu
aktivitas kehidupan sehari hari (Nugroho, 2008).

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetative atau keadaan yang
terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak,penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis
dan lisan dapat terganggu (Elizabeth, 2009).

Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan
daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan
sehari-hari. Kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif. Perubahan mood dan tingkah
lakusehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari penderita (Aspiani R.Y., 2014).

2.1.2 Etiologi

Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu:

a. Sindrom demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu: terdapat
pada tingkat subsuler atau secara biokimiawi pada system enzim, atau pada metabolisme

b. Syndrome demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab utama
dalam golongan ini diantaranya:

1) Penyakit degenerasi spino-selebelar


2) Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert

3) Khorea hungtington

c. Syndrome demensia denga etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini diantaranya:

1) Penyakit kardiovaskuler

2) Penyakit- penyakit metabolic

3) Gangguan nutrisi

4) Akibat intoksikasi menahun

2.1.3 Klasifikasi Demensia

Klasifikasi Demensia menurut Aspiani (2014) dapat dibagi dalam 3 tipe yaitu:

A Demensia Kortikal dan Sub Kortikal

1)Demensia Kortikal Merupakan demensia yang muncul dari kelainan yang terjadi pada korteks serebri
substansia grisea yang berperan penting terhadap proses kognitif seperti daya ingat dan bahasa.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit
Vaskular, Penyakit Lewy Bodies, sindroma Korsakoff, ensefalopati Wernicke, Penyakit Pick, Penyakit
CreutzfeltJakob

2)Demensia Subkortikal Merupakan demensia yang termasuk non-Alzheimer, muncul dari kelainan yang
terjadi pada korteks serebri substansia alba. Biasanya tidak didapatkan gangguan daya ingat dan
bahasa. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal adalah penyakit Huntington,
hipotiroid, Parkinson, kekurangan vitamin B1, B12, Folate, sifilis, hematoma subdural, hiperkalsemia,
hipoglikemia,penyakit Coeliac, AIDS, gagal hepar, ginjal, nafas, dll.

B Demensia Reversibel dan Non reversible

1) Demensia Reversibel Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang dapat diobati. Yang
termasuk faktor penyebab yang dapat bersifat reversibel adalah keadaan/penyakit yang muncul dari
proses inflamasi (ensefalopati SLE, sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi alkohol, bahan
kimia lainnya), gangguan metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid, defisiensi vitamin B1, B12, dll).

2) Demensia Non Reversibel Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat diobati dan
bersifat kronik progresif. Beberapa penyakit dasar yang dapat menimbulkan demensia ini adalah
penyakit Alzheimer, Parkinson, Huntington, Pick, CreutzfeltJakob, serta vaskular.

C. Demensia Pre Senilis dan Senilis


1) Demensia Pre Senilis Merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan umur lebih muda(onset
dini) yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang dapat
mempengaruhi fungsi jaringan otak (penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat, penyebab intra
kranial, penyebab vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi, penyebab trauma,
infeksi dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab toksik (keracunan), anoksia).

2) Demensia Senilis Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun. Biasanya terjadi akibat
perubahan dan degenerasi jaringan otak yang diikuti dengan adanyagambaran deteriorasi mental.

2.1.4 Patofisiologi

Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.Penuaan menyebabkan


terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunansaraf pusat yaitu berat otak akan menurun
sebanyak sekitar 10% pada penuaan antara umur 30 -70 tahun. Berbagai factor etiologi yang telah
disebutkan diatasmerupakan kondisi kondisi yang dapat mempernaruhi sel sel neuron korteks
serebri.Penyakit degenerative pada otak, gangguan vascular dan penyakit lainnya serta gangguan
nutrisi, metabolic dan toksitasi secara langsung maupun tak langsung depat menyebabkan sel neuron
mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infrak, inflamasi, deposisi protein abnormal
sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari are kortikal ataupun sub kortikal.
Disamping itu kadar neurotransmitter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan
berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar),
gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang
mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau
penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan
memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

2.1.5 Tanda dan Gejala

Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dangan keluarga tidak
menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari demensia Nugroho (2009)
menyatakan jika dilihat secara umum tanda gejala demensia adalah:

a. Menurunnya daya ingat yang terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas

b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,

tahun, tempat penderita demensia berada.

c. Penurunan ketidak mampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,

menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata

atau cerita yang sma berkali-kali.


d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebuhan saat melihat drama

televise, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa

takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia tidak mengerti mengapa perasan-perasan
tersebut muncul.

e. Adanya perubahan perilaku seperti: acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

2.1.6 Komplikasi

Kushariyadi (2011) menyatakan komplikasi yang sering terjadi pada demensia adalah:

o Kehilangan kemampuan untuk merawat diri

o Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan


peralatan.

2.1.7 Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan pada pasien demensia menurut Aspiani (2014) sebagai berikut:

1) Dukungan atau peran keluarga Mempertahankan lingkungan yang familiar akam membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka angka

2) Terapi simtomatik Menurut Erwanto & Kurniasih (2018) Penderita penyakit demensia dapat
diberikan terapi simtomatika yaitu terapi rekreasional dan aktifitas dimana upaya yang dapat
dilakukan dengan memberikan terapi brain gym. Brain gym ini berupa senam otak dengan
melibatkan petugas untuk mengajarkan gerakan-gerakan mudah pada pasien demensia. Senam
otak ini bertujuan untuk membuktikan pernyataan menurut Pratiwi (2016) bahwa apabila senam
otak dilakukan secara rutin 1 kali dalam sehari maka dapat menjaga fungsi daya ingat pada
lansia sehingga lansia dapat memenuhi aktivitas sehari-hari, hal ini dibuktikan dengan
peningkatan presentase pengkajian Indeks KATZ. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh
Chancellor, Duncan, & Chatterjee (2014) bahwa senam otak mampu meningkatkan fungsi
kognitif pada lansia yang mengalami demensia.

3) Pencegahan dan perawatan demensia Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko
terjasinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak seperti:

a. Mencegah masuknya zat zat yang dapat merusak sel sel otak seperti alcohol dan zat
adiktif yang berlebihan

b. Mambaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari
c. Melakukan kegiatan yang data membuat mental kita sehat dan aktif: Kegiatan rohani &
memperdalam ilmu agama

d. Tetep berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang

memiliki persamaan minat atau hobi

e. Mengurangi setress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam

kehidupan sehari hari dapat membuat otak kita tetap sehat

B. Menurut Munir (2015) Terapi Non Farmakologi yang dapat dilakukan sbb:

1) Memberikan program harian untuk pasien Kegiatan harian teratur dan sistematis, yang meliputi
latihan fisik yang dapatmemacu aktifitas fisik dan otak yang baik (brain-gym)
2) Asupan gizi yang berimbang, cukup serat, mengandung antioksidan(obat-obat
penangkal kerusakan dalam tubuh akibat pola hidup yang kurang sehat), mudah dicerna, penyajian yang
menarik dan praktis
3) Mencegah/mengelola faktor resiko yang dapat memberatkan penyakitnya, misalnya hipertensi,
kadar lemak yang meningkat dalam darah, diabetes, dan merozkok
4) Melaksanakan hobi dan aktifitas sosial sesuai dengan kemampuannya
5) Melaksanakan “LUPA” (Latih, Ulang, Perhatikan dan Asosiasi) yaitu suatu strategi untuk
memaksa otak berfikir yang dapat mencegah lajunya dimensia

2.1.8 Pemeriksaan Demensia


Menurut Aspiani (2014), Pemeriksaan fungsi kognitif awal bila menggunakan Minimental-state
examination (MMSE) dari folstein dengan skor/angka maksimal 30. Jika mempunyai skor dibawah
24, pasien patut dicurigai mengalami demensia. Meskipun nilai skor ini sangat subjektif karena
pengaruh pedidikan juga berperan pada tingginya nilai skor. Tidak ada perbedaan pada wanita
maupun pria. Jadi pemeriksaan MMSE dianjurkan ditambah dengan clock drawing test, dengan
menggambar jam sekaligus diatur waktu jamnya.Nilai skor berkisar antara 0-4 dengan perincian skor:

a. Dapat menggambar lingkaran bulat yang benar (nilai 1)

b. Penempatan nomor tepat pada tempatnya (nilai 1)

c. Lengkap 12 nomor tepat (nilai 1)

d. Penempatan panah tunjuk pendek/panjang tepat (nilai 1)


2.1.9 Patway

Faktor prediposisi : virus lambat ,proses autonium,keracunan alumunium dan genetic

Penurunan metabolisme dan aliran darah dikorteks parietalis superior

Degenerasi neuron kolinergik

kesulitan neurofibrilar yang difus hilangnya serat saraf kolinergik


dikortek cerebellum

ter jadi plank senilis kelainan neurotransmitter penurunan sel neuro kolinergik
yang berproyek

asetikolin menurun pada otak ke hipotalamus dan amigdala

cedera DEMENSIA ketidak mampuan gerak

perubahan kemampuan perawatan diri (kehilangan kemampuan menyelesaikan masalah) tingkah laku yang aneh dan
kacau

perubahan pengawasi keadaan


Deficit perawatan diri komplek dan berfikir komplek Resiko cedera

emosi,labil,pelupa,apatis Hambatan
komunikasi verbal
mandi makan
loos deep memory

Kerusakan memori
eliminasi

berpakaian
2.1.10 Asuhuhan Keperawatan teory

Pengkajian dasar

Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat mendasar pada psoses menua yang
meliputi seluruh organ tubuh, dalam melakukan pengkajian, perawat memerlukan pertimbangan khusus.
Pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi semua system, status gizi, dan aspek psikososialnya.

Pemeriksaan fisik

1. Temperature/suhu tubuh

a. Mungkin (hipotermi) ± 35ºC

b. Lebih teliti diperiksa di sublingual

2. Denyut nadi

a. Kecepatan, irama, volume

b. Apical, radial, pedal

3. Respirasi (pernapasan)

a. Kecepatan, irama, dan kedalaman

b. Pernapasan tidak teratur

4. Tekanan darah

a. Saat berbaring, duduk, berdiri

b. Hipotensi akibat posisi tubuh

5. Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir

6. Tingkat orientasi
7. Memori (ingatan)

8. Pola tidur

9. Penyesuaian psikososial

System persarafan

1. Kesimetrisan raut wajah

2. Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak

a. Tidak semua orang menjadi senile

b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah

3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak

4. Pupil : kesamaan, dilatasi

5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :

a. Jangan diuji didepan jendela

b. Gunakan tangan atau gambar

c. Cek kondisi kacamata

6. Gangguan sensori

7. Ketajaman pendengaran

a. Apakah menggunakan alat bantu dengar

b. Tinnitus

c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan

8. Adanya rasa sakit atau nyeri

System Kardiovaskuler

1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan

2. Auskultasi denyut nadi apical

3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis

4. Pusing
5. Sakit/nyeri

6. Edema

Psikososial

1. Menunjukan tanda meningkatnya ketergantungan

2. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian

3. Membutuhkan bukti nyata rasa kasih saying yang berlebihan.(Nugroho, 2008)

Diagnose keperawatan
1. Resiko cedera b/d fungsi psikomotor
2. Deficit perawatan diri b/d penurunan minat
3. Gangguan komunitas verba b/d hambatan individu
4. gangguan memori b/d proses penuaan

INTERVENSI KEPERWATAN.                 

No SIKI SLKI
Dx
Definisi Intervensi Definisi Kriteria

1. Resiko cedera Manajemen Observasi Tingkat  kemampuan


keselamatan  identifikasi demensia mengingat
lingkungan kebutuhan Gangguan peristiwa
Definisi keselamatankesadaran dan (menurun)
;mengindentifikasi  monitor kognisi yang  kemampuan
dan mengola perubahan menyebabkan mengenal anggota
lingkungan fisik status kehilangan keluarga
untuk keselamatanfungsi (menurun)
meningkatkan lingkungan mental,fisik,  gelisah (menurun)
keselamatan dan sosial  curiga (menurun)
Terapeutik : yang  pola tidur
ireversibel (meurun)
 hilangkan bahaya pada waktu  aktivitas sosial
keselamatan yang lama (membaik)
lingkungan
 sediakan alat
bantu keamanan
lingkungan
 fasilitasi relokasi
kelingkungan yang
aman
edukasi

 ajarkan individu
,keluarga dan
kelompok risiko
tinggi bahaya
lingkungan
2. Deficit Dukungan Observasi Perawatan diri  Kemampuan
perawatan diri perawatan diri  Identifikasi Definisi : mandi (menurun)
b/d penurunan Definisi : kebiasaan aktivitas kemampuan  Kemampuan
minat memfasilitasi perawatan dirii melakukan ketoilet
kebutuhan  Monitor tingkat atau (menurun)
perawatan diri kemandirian menyelesaikan  Minat melakukan
 Identifikaksi aktivitas perawatan diri
kebutuhan alatperawatan diri (menurun )
bantu kebersihan  Mempertahankan
diri kebersihan diri
Terapeutik (menurun)
 Mempertahankan
 Siapkan keperluan kebersihan mulut
pribadi (menurun)
 Damping dalam
melakukan
perawatan diri
samapi mandiri
 Fasilitasi untuk
menerima kkeadaan
ketergantungan
Edukasi

 Anjurkan melakukan
perawatan diri
secara konsisten
kemampuan

Anda mungkin juga menyukai