OLEH
NURAFNI LATIVA
20131043
KELOMPOK D
DOSEN PEMBIMBING
Ns. Meria Kontesa, M. Kep
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional, serta individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedman dalam Achjar, 2010).
B. Struktur keluarga
Keluarga dibagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis keturunan, jenis
1. Tradisional
a. The Nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak
b. The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan
anak yang sudah memisahkan diri.
d. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar
karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e. The extended family : Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua
(kakek-nenek), keponakan
f. The single parent family : Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau
ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
g. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”
Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
h. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)
i. Blended family : Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
j. The single adult living alone/single adult family : Keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian
atau ditinggal mati)
2. Non-Tradisional
a. The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family : Keluarga dengan orang tua tiri
c. Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexsual cohabiting family : Keluarga yan ghidup
bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana ”marital pathners”
f. Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
pernikahan karena beberapa alasan tertentu
g. Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.
h. Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
D. Tahap dan tugas perkembangan keluarga
1. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) danperempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah danmeninggalkan keluarga
masing-masing.Meninggalkan keluarga bisa berartipsikologis karena kenyataannya
banyak keluarga baru yang masih tinggal denganorang tuanya. Dua orang yang
membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran danfungsi.Masing-masing
belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaansendiri dan pasangannya,
misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Adapun tugas perkembangan, yaitu :
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga,
istri dan keluarga sendiri.
2. Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.Tugas perkembangan kelurga yang penting pada
tahap ini adalah:
1) Persiapan menjadi orang tua.
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual
dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang
tuanberinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua
danbayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang
tuadapat tercapai.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak
untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Nyeri sendi pada malam atau pagi hari MK: GANGGUAN Terbentuk tepus, fibrosus,
POLA TIDUR akilosis pada tulang
MK : NYERI AKUT
Perubahan bentuk tubuh
Pembentukan tukak pada tulang dan sendi
pada sendi
MK : GANGGUAN
MK : GANGGUAN RASA
MOBILITAS FISIK
NYAMAN
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan medik
a) Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan
tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit
berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang
berada di bawah sinavial sendi.
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
b) Pemeriksaan leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama
serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas
normal yaitu 5000 – 10.000/mm3.
c) Pemeriksaan Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di
persendian.
d) Pemeriksaan Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan
asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam
urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat
urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan
ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien
untuk menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu
pengumpulan. Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama
pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
e) Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material
aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam,
memberikan diagnosis definitif gout.
g. Komplikasi
1. Kencing batu
Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah akan mengendap di ginjal dan saluran
perkemihan berupa kristal dan batu.
2. Merusak ginjal
Kadar asam urat yang tinggi akan mengendap di ginjal sehingga merusak ginjal.
3. Penyakit jantung
Asan urat menyerang endotel lapisan bagian paling dalam pembuluh darah besar.
Jika endotel mengalami disfungsi atau rusak akan menyebabkan penyakit jantung
coroner
4. Stroke
Aliran darah tidak lancer akibat penumpukan asam urat di pembuluh darah yang
meningktkan resiko penyakit stroke.
5. Peradangan tulang
Jika asam urat menumpuk di persendian, lama-lama akan membentuk tofus yang
menyebabkan arthritis gout akut, sakit rematik atau peradangan sendi bahkan bisa
sampai terjadi kepincangan.
h. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medik.
a. Fase akut.
Obat yang digunakan :
1) Colchicine (0,6 mg)
2) Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
3) Fenilbutazon.
b. Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi.
1) Golongan urikosurik
- Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat dalam
serum.
- Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari.
- Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
- Benzbromaron.
2) Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin
menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.
2. Penatalaksanaan non medik.
a. Diet rendah purin.
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.
b. Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
3. Penatalaksanaan Komplementer
Selain pentalakasanaan secara medik, kita dapat menggunakan penatalaksanaan
secara komplementer, salah satunya dengan menggunakan terapi herbal. Tanaman
obat asli Indonesia (OAI) yang mempunyai indikasi kuat untuk mengatasi asam urat
yang telah melalui pengujian klinis juga tersedia, antara lain :
a. Meniran
Mengandung falavonid kuesetin dan gilkosida flavonoid yang efektif
menghambat produksi asam urat selain kaya garam kalium yang bekerja sebagai
deuritika
b. Daun sendok
Biji dan daunya mengandung falvonoid apegin dan akubin, serta mineral kalium
yang efektif sebagai obat antiasam urat. rebus daun sendok-segar 15 g atau
kering 10 g- dalam 3 gelas air, sampai h 1 gelas. Minum sekaligus dipagi hari
ketika perut masih kosong.
c. Sambiloto
Mengandung flavonoid apigenin, mineral kalium dan zat pahit senyawa laktone
andrografolid sebagai anti radang dan analgetik. Pilih daun sambiloto segar
berukuran sedang sebanyak 15 helai atau bila berbentuk kering 10 g, seduh
dalam secangkir air mendidih, tutup, diamkan ± 10 menit, sering dan minum
sekaligus.
d. Daun salam
Berkhasiat sebagai diueritika, analgesik, dan antiradang yang efektif.
e. Daun sirih
Mengandung alkaloid tanin, minyak atsiri ( yang mudah menguap). Dan
kalsium aksalat, berkhasiat sebagai antiradang dan analgetik.
f.Kunyit
Kunyit mempunyai khasiat utama untuk meperbaiki dan menyehatkan
pencernaan, tapi juga bekerja sebagai antiradang, dan telah digunakan dalam
pengobatan tradisional cina dan india (ayurveda) untuk mengatasi asam urat,
artritis dan radang tulang alinya. Sebagai pencegahan serangan asam urat,
penggunaan kunyit secara teratur sangat dianjurkan.
i. Pengkajian Fokus
1. Identitas Pasien
a. Umur : biasanya artritis gout sering dialami oleh usia lanjut dengan usia lebih dari
40 tahun. Tetapi tidak menutup kemungkinan usia diluar itu tidak dapat mengalami
artritis gout.
b. jenis kelamin: biasanya artritis gout dialami oleh oleh semua jenis kelamin. Tidak
ada jenis kelamin yang spesifik, tatapi laki-laki yang sering mengkonsumsi alkohol
berlebihan juga dapat mengalami artritis gout. Hal ini terjadi karena adanya
penghambatan pembuangan asam urat akibat komplikasi ginjal oleh alkohol.
c. pekerjaan : biasanya artritis gout tidak memiliki faktor dari pekerjaan.semua
profesi dapat mengalami penyakit ini. Terutama pada pasien yang memiliki riwayat
keturunan.
2. Derajat Kesehatan
a. Keluhan sakit yang dirasakan
Biasanya pasien merasakan nyeri
1) Penyebab : biasanya nyeri disebabkan oleh penumpukan purin di daerah
sendi
2) Kualitas : biasanya nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
3) Region : biasanya nyeri dirasakan di jari kaki
4) Derajat : biasanya nyeri berada pada skala 1-3
5) Waktu : biasanya nyeri terasa malam atau pagi hari
b. Riwayat penyakit dahulu :
Pada pengkajian ini, biasanya ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernahkan klien
dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang
berlebihan, penggunaan obat diuretik.
c. Pola kebiasan
1) Makan dan minum
Biasanya penyebab artritis gout pasien disebabkan oleh makanan pasien yang
memicu tingginya kadar purin pasien
2) Istirahat tidur
Biasanya pasien akan mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang dirasakan
d. Pola aktivitas
Biasanya pasien mengalami gejala nyeri sendi karena, kekakuan pada sendi di
pagi hari, dan menyebabkan keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya
hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan, kelemahan, letih, sehingga menyebabkan
aktivitas menjadi terganggu.
e. Eliminasi
Biasanya terjadinya gangguan pada ginjal seperti obtruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa lalu.
f. Pola psikososial
Biasanya pasien dengan arthritis gout mengalami khawatir deformitas pada sendi-
sendinya. Klien juga merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada fungsi tubuh
dan perubahan pada saat kegiatan sehari-hari.
g. Pola keyakinan : biasanya tidak ada masalah pada pola keyakinan pasien yang
terkena arthritis gout
h. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
a) Kesadaran
Biasanya pasien mengalami kesadaran composmentis.
b) Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : biasanya tekanan darah pasien normal namun juga
bisa pasien mengalami peningkatan tekanan darah.
2) Nadi : terjadi peningkatan pada arteri karotis, jugularis, pulsasi
radialis, dan terjadinya perbedaan denyut nadi pada beberapa area
seperti arteri popliteal, posterior tibia.
c) Kepala
Biasanya tidak ada masalah dengan kepala pasien.
d) Dada paru
Biasanya tidak ada masalah pada dada/paru pasien. Biasanya suara nafas
vesikuler, Inspeksi tidak ada retaksi dada saat bernafas, Palpasi
pengembangan dada simetris, Perkusi: sonor, Auskultasi paru :vesikuler
e) Abdomen
Biasanya tidak ada masalah dengan abdomen pasien. Biasanya Inspeksi:
tidak ada lesi disekitar abdomen, tidak ada distensi, perut tidak kembung,
Auskultasi: bising usus 15 x/menit, Perkusi: tympani, Palapasi: tidak ada
nyeri tekan pada bagian abdomen, tidak ada pembesaran pada abdomen.
f) Ekstremitas
biasanya ekstremitas pasien terganggu karena nyeri pada sendinya.
j. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agens pencedera fisiologis (inflamasi)
2) Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
3) Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan
4) Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi, nyeri
5) Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tubuh
k. Intervensi Keperawatan
N DX KEP SLKI SIKI
O
1 Nyeri akut b.d a. Tingkat nyeri: a. Manajemen nyeri
agen Kemampuan Observasi
pencedera menuntaskan aktivitas Identifikasi lokasi,
fisiologis
Keluhan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
(inflamasi)
Meringis kualitas, intensitas nyeri,
Sikap protektif Identifikasi skala nyeri
Gelisah Identifikasi respon nyeri non
Kesulitan tidur verbal
Menarik diri Identifikasi faktor yang
Perasaan depresi memperberat dan
(tertekan) memperingan nyeri
Perasaan takut Identifikasi pengetahuan dan
mengalami cedera keyakinan tentang nyeri
berulang Identifikasi pengaruh budaya
Anoreksia terhadap respon nyeri
Ketegangan otot Identifikasi pengaruh nyeri
Pupil dilatasi terhadap kualitas hidup
Muntah Monitor keberhasilan terapi
Mual komplementer yang sudah
Frekuensi nadi diberikan
Pola napas Monitor efek samping
Tekanan darah penggunaan analgesik
Proses berpikir Terapeutik
Fungsi berkemih Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
Nafsu makan
mengurangi rasa nyeri
Pola tidur
Kontrol lingkungan yang
b. Kontrol nyeri: memperberat rasa nyeri
Melaporkan nyeri Fasilitasi istirahat dan tidur
terkontrol Pertimbangkan jenis dan
Kemampuan sumber nyeri dalam pemilihan
mengenali onset nyeri strateri meredakan nyeri
Edukasi
Kemampuan
Jelaskan penyebab, periode,
mengenali penyebab
dan pemicu nyeri
nyeri
Jelaskan strategi meredakan
Kemampuan
nyeri
menggunakan teknik
non farmakologis Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Dukungan orang
terdekat Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Keluhan nyeri
Ajarkan teknik
Penggunaan analgesik
norfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
c. Status kenyamanan
Kolaborasi
Kesejahteraan fisik
Kolaborasi pemberian
Kesejahteraan analgetik, jika perlu
psikologis
Dukungan sosial dr b. Pemberian analgesik
keluarga Observasi
Kebebasan melakukan Identifikasi karakteristik nyeri
ibadah
Identifikasi riwayat alergi obat
Rileks
Keluhan tidak nyaman Identifikasi kesesuaian
Gelisah pemberian analgesik dengan
Keluhan sulit tidur tingkat keparahan nyeri
Keluhan kedinginan Monitor TTV sebelum dan
Keluhan kepanasan sesudah pemberian analgesik
Gatal Monitor efektifitas analgesik
Mual
Lelah Terapeutik
Merintih Diskusikan jenis analgesik
Menangis yang disukai untuk mencapai
Pola eliminasi analgesia optimal
Pola tidur Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar
dalam serum
Tetapkan target egfektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respons
pasien
Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan
efek yang diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
c. Perawatan kenyamanan
Observasi
Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan
Identifikasi pemahaman
tentang kondisi, situasi dan
perasaannya
Identifikasi masalah emosional
dan spritual
Terapeutik
Berikan posisi yang nyaman
Berikan kompres dingin atau
hangat
Ciptakan lingkungan yang
nyaman
Berikan pemijatan
Berikan terapi akupresur
Dukung keluarga terlibat
dalam terapi/oengobatan
Diskusikan mengenai situasi
dan pilihan pengobatan yang
diinginkan
Edukasi
Jelaskan mengenai kondisi dan
pilihan terapi/pengobatan
Ajarkan terapi relaksasi
Ajarkan latihan pernapasan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
2 Gangguan a. Status kenyamanan a. Manajeman nyeri
rasa nyaman Kesejahteraan fisik Observasi
Kesejahteraan Identifikasi lokasi,
b.d gejala karakteristik, durasi, frekuensi,
psikologis
penyakit Dukungan sosial dr kualitas, intensitas nyeri,
keluarga Identifikasi skala nyeri
Kebebasan melakukan Identifikasi respon nyeri non
ibadah verbal
Rileks Identifikasi faktor yang
Keluhan tidak nyaman memperberat dan
Gelisah memperingan nyeri
Keluhan sulit tidur Identifikasi pengetahuan dan
Keluhan kedinginan keyakinan tentang nyeri
Keluhan kepanasan Identifikasi pengaruh budaya
Gatal terhadap respon nyeri
Mual Identifikasi pengaruh nyeri
Lelah terhadap kualitas hidup
Merintih Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
Menangis
diberikan
Pola eliminasi
Monitor efek samping
Pola tidur
penggunaan analgesik
b. Pola tidur Terapeutik
Keluhan sulit tidur Berikan teknik
Keluhan sering terjaga nonfarmakologis untuk
Keluhan tidak puas mengurangi rasa nyeri
tidur Kontrol lingkungan yang
Keluhan pola tidur memperberat rasa nyeri
berubah Fasilitasi istirahat dan tidur
Keluhan istirahat tidak Pertimbangkan jenis dan
cukup sumber nyeri dalam pemilihan
Kemampuan strateri meredakan nyeri
beraktivitas Edukasi
c. Tingkat nyeri Jelaskan penyebab, periode,
Kemampuan dan pemicu nyeri
menuntaskan aktivitas Jelaskan strategi meredakan
Keluhan nyeri nyeri
Meringis Anjurkan memonitor nyeri
Sikap protektif secara mandiri
Gelisah Anjurkan menggunakan
Kesulitan tidur analgetik secara tepat
Menarik diri Ajarkan teknik
Perasaan depresi norfarmakologis untuk
(tertekan) mengurangi nyeri
Perasaan takut Kolaborasi
mengalami cedera Kolaborasi pemberian
berulang analgetik, jika perlu
Anoreksia
Ketegangan otot b. Kompres dingin
Pupil dilatasi Observasi
Muntah Identifikasi kontraindikasi
Mual kompres dingin
Frekuensi nadi Identifikasi
Pola napas Indentifikasi kondisi kulit
Tekanan darah yang akan dilakukan kompres
Proses berpikir Periksa suhu alat kulit
Fungsi berkemih Monitor iritasi kulit atau
Nafsu makan kerusakan jaringan selama 5
Pola tidur menit pertama
Terapeutik
Pilih metode kompres yang
nyaman dan mudah didapat
Pilih lokasi kompres
Balut alat kompres dingin
dengan kain pelindung, jika
perlu
Lakukan kompres dingin pada
daerah yang cedera
Hindari penggunaan kompres
pada jaringan yang terpapar
terapi radiasi
Edukasi
Jelaskan prosedur penggunaan
kompres dingin
Anjurkan tidak menyesuaikan
pengaturan suhu secara
mandiri tanpa pemberitahuan
sebelumnya
Ajarkan cara menghindari
kerusakan jaringan akibat
dingin
c. Kompres hangat
Observasi
Identifikasi kontraindikasi
kompres panas
Identifikasi
Indentifikasi kondisi kulit
yang akan dilakukan kompres
panas
Periksa suhu alat kompres
Monitor iritasi kulit atau
kerusakan jaringan selama 5
menit pertama
Terapeutik
Pilih metode kompres yang
nyaman dan mudah didapat
Pilih lokasi kompres
Balut alat kompres dingin
dengan kain pelindung, jika
perlu
Lakukan kompres panas pada
daerah yang cedera
Hindari penggunaan kompres
pada jaringan yang terpapar
terapi radiasi
Edukasi
Jelaskan prosedur penggunaan
kompres panas
Anjurkan tidak menyesuaikan
pengaturan suhu secara
mandiri tanpa pemberitahuan
sebelumnya
Ajarkan cara menghindari
kerusakan jaringan akibat
panas
b. Manajemen nyeri
Observasi
Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri,
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non
verbal
Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri
terhadap kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
Monitor efek samping
penggunaan analgesik
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strateri meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
norfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
c. Edukasi aktivitas/istirahat
4 Gangguan a. Mobilitas fisik a. Teknik latihan penguatan sendi
mobilitas Pergerakan Observasi
ekstremitas Identifikasi keterbatasan
fisik b.d
Kekuatan otot fungsi dan gerak sendi
kekakuan Rentang gerak (ROM) Monitor lokasi dan sifat
sendi, nyeri Nyeri ketidaknyamanan atau rasa
Kecemasan sakit selama gerakan/ aktivitas
Kaku sendi Terapeutik
Gerakan terbatas Lakukan pengendalian nyeri
Kelemahan fisik sebelum memulai latihan
b. Pergerakan sendi Berikan posisi tubuh optimal
Rahang untuk gerakan sendi pasif atau
aktif
Leher
Fasilitasi menyusun jadwal
Punggung
latihan rentang gerak aktif
Jari (kanan)
maupun pasif
Jari (kiri)
Fasilitasi gerak sendi teratur
Ibu jari (kanan) dalam batas-batas rasa sakit,
Ibu jari (kiri) ketahanan dan mobilitas sendi
Pergelangan tangan Berikan penguatan positif
(kanan) untuk melakukan latihan
Pergelangan tangan bersama
(kiri) Edukasi
Siku (kanan) Jelaskan kepada pasien /
Siku (kiri) keluarga tujuan dan
Bahu (kanan) rencanakan latihan bersama
Bahu (kiri) Anjurkan duduk di tempat
Pergelangan kaki tidur, atau kursi sesuai
(kanan) pergelangan toleransi
kaki (kiri) Ajarkan melakukan latihan
Lutut (kanan) rentang gerak aktif dan pasif
Lutut (kiri) secara sistematis
Panggul (kanan) Anjurkan memvisualisasikan
Panggul (kiri) gerak tubuh sebelum memulai
c. Toleransi aktivitas gerakan
Frekuensi nadi Anjurkan ambulasi, sesuai
Kemudahan dalam toleransi
melakukan aktivitas Kolaborasi
sehari-hari Kolaborasi dengan fisioterapi
Kecepatan berjalan dalam mengembangkan dan
Kekuatan tubuh melaksanakan program latihan
bagian atas
Kekuatan tubuh
bagian bawah
Toleransi dalam
menaiki tangga
Keluhan lelah
Dispnea saat aktivitas
Dispnea setelah
aktivitas
Perasaan lemah
Tekanan darah
5 Gangguan a. Citra tubuh a. Promosi koping
citra tubuh Melihat bagian tubuh Observasi
Menyentuh bagian Identifikasi kegiatan jangka
b.d perubahan pendek dan panjang sesuai
tubuh
bentuk tubuh Verbalisasi kecacatan tujuan
bagian tubuh Identifikasi kemampuan
Verbalisasi perasaan yang dimiliki
negatif tentang Identifikasi pemahaman
perubahan tubuh proses penyakit
Verbalisasi Identifikasi dampak situasi
kekhawatiran pada terhadap peran dan
penolakan/reaksi hubungan
orang lain Identifikasi kebutuhan dan
Verbalisasi perubahan keinginan terhadap
gaya hidup dukungan sosial
Terapeutik
b. Harga diri Diskusikan perubahan
Perasaan malu peran yang dialami
Perasaan bersalah Fasilitasi dalam
Perasaan tidak mampu memperoleh informasi yang
melakukan apapun dibutuhkan
Ketergantungan pada Motivasi untuk menentukan
penguatan secara harapan yang realistis
berlebihan Kurangi rangsangan
lingkungan yang
c. Status koping mengancam
Kemampuan Edukasi
memenuhi peran Anjurkan penggunaan
sesuai usia sumber spritual
Perilaku koping Anjurkan mengungkapkan
adaptif perasaan dan persepsi
Verbalisasi Latih penggunaan teknik
kemampuan mengatasi relaksasi
masalah
Verbalisasi pengakuan
masalah
Verbalisasi kelemahan
diri
Perilaku asertif
DAFTAR PUSKATA
Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.
Handayani., Dkk. (2013). Pesantren Lansia sebagai upaya meminimalkan resiko penurunan
fungsi/kognitif pada lansia di balai rehabilitasi sosial lanjut usia unit II pucang gading
Semarang. Jurnal keperawatan Komunitas.
Harefa, Erta. (2016) Penerapan Konsep Dasar Proses Keperawatan Keluarga. Jurnal
keperawatan keluarga.
Junaidi, I. (2013). Rematik dan Asam Urat. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Maas, M.L., dkk, (2011). Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Ode, Sarif la. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta. Nuha medika
Susanto, Teguh. (2013). Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta: Buku
Pintar.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI
Wilson, Angeline, dkk. (2017). Hubungan inkontinensia urin dengan tingkat depresi pada
lansia dipanti werdha bethania lambean.e-journal Keperawatan