Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

UPAYA MENGELOLA KECEMASAN DI ERA NEW NORMAL COVID-19

Disusun Oleh:
KELOMPOK B

Anatasya Yolanda, S.Kep


Atika Resti Febriani, S.Kep
Christavani Efendi, S.Kep
Dara Jingga, S.Kep
Emilia Tamara, S.Kep
Sistri Indah Wulandari, S.Kep
Sutri darwati, S.Kep
Kurniawan, S.Kep
Witria grifani, S.Kep
Yulia rizki, S.Kep

Dosen Pembimbing:
Ns. Ulfa Suryani, M.Kep., Sp.Kep.J
Ns. Rizka Ausrianti, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2020/2021
A. RINGKASAN
Awal tahun 2020 di Indonesia terjadi wabah penyakit yang menginfeksi sistem
pernapasan manusia. Penyakit tersebut dikenal dengan Covid-19 atau syndrome
coronavirus 2 (SARS-COV-2) yang disebabkan oleh virus. Flu, seperti demam, pilek,
batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala, merupakan gejala awal infeksi virus
corona yang pada akhirnya nanti bisa menjadi berat. Penderita akan mengalami demam
tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak nafas, dan nyeri dada.Virus ini dapat
menyerang semua kalangan usia, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil,
maupun ibu menyusui. Jika mengacu pada struktur usia penduduk maka kelompok rentan
yang terdampak pada kesehatan jiwa dan psikososial akibat infeksi COVID-19
diantaranya adalah perempuan, anak dan remaja, dan lanjut usia (lansia)(Vibriyanti,
2020).
Mengutip salah satu hasil kaji cepat Survei Ketahanan Keluarga di masa pandemi
yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB), dari sebanyak 66 persen responden
perempuan yang sudah menikah menunjukkan bahwa gangguan psikologis yang paling
banyak dialami adalah mudah cemas dan gelisah (50,6 persen), mudah sedih (46,9
persen), dan sulit berkonsentrasi (35,5 persen) (Sunarti, 2020). Kondisi ini perlu menjadi
perhatian mengingat perempuan memegang peran yang sangat penting dalam mengelola
rumah tangga.Anak-anak dan remaja pun tidak luput dari dampak kebijakan pembatasan
penyebaran virus melalui sistem pembalajaran jarak jauh.Ruang gerak yang terbatas dan
minimnya interaksi dengan teman sebaya selama masa pandemi dapat berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa mereka.Begitu juga dengan kelompok dewasa akhir.
Masa dewasa akhir merupakan masa tatkala seseorang mengalami berbagai
kemunduran fungsi diri yaitu fisiologis, psikologis, sosial dan ekonomi.Kemunduran
fungsi dalam diri orang dewasa akhir tersebut memiliki potensi untuk menimbulkan
masalah kesehatan secara umum, maupun kesehatan jiwa secara khusus, salah satunya
adalah kecemasan. Namun apabila kecemasan pada dewasa akhir tidak disertai dengan
kemampuan mengatasi dengan baik maka akan berdampak menjadi stressehingga dapat
berakibat negativebagi penyelesaian masalah yang dihadapinya dan akan menghambat
dewasa akhir dalam menyesuaikan diri terhadap kemunduran fungsi dalam diri. Proses
kemunduran ini menyebabkan menurunnya imunitas tubuh sehingga dewasa akhir rentan
terinfeksi penyakit, termasuk virus corona.
Di tengah kondisi pandemi yang penuh ketidakpastian, dewasa akhir mudah
dihinggapi perasaan cemas berlebihan yang kemudian berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan fisik. Situasi yang demikian kompleks dan penuh tekanan secara psikologi dari
setiap kelompok usia membutuhkan perhatian dan penanganan yang cepat sehingga tidak
menjadi ganguan jiwa yang lebih serius. Kelompok rentan yang disebutkan di atas adalah
potret umum kondisi masyarakat saat ini.
Luaran dari kegiatan penyuluhan mahasiswa pada kali ini adalah meningkatkan
pengetahuan kelompok usia dewasa akhir (40-60 tahun) dalam mengendalikan kecemasan
selama masa pandemi di Indonesia.

B. PENDAHULUAN
1. ANALISA SITUASI
Coronavirus disease 2019 atau disebut juga COVID-19 saat ini menjadi
pandemi hampir di seluruh negara di dunia. Wabah pandemi ini memiliki dampak
negatif pada kesehatan fisik dan psikologis individu dan masyarakat (Banerjee, 2020;
Brooke dkk., 2020; Zhang dkk., 2020). Virus Corona atau severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem
pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19 (Alodokter, 2020).
Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota
Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah
menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Hal
ini membuat beberapa negara di luar negeri menerapkan kebijakan untuk
memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus
Corona.Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan.Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan
ringan, seperti flu.Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat,
seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS),
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Alodokter, 2020).
Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan,
pneumonia akut, sampai kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari
coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi,
anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui (Alodokter, 2020).
Menurut Brooks dkk. (2020), dampak psikologis selama pandemi diantaranya
gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder), kebingungan,
kegelisahan, frustrasi, ketakutan akan infeksi, insomnia dan merasa tidak berdaya.
Bahkan beberapa psikiatris dan psikolog mencatat hampir semua jenis gangguan
mental ringan hingga berat dapat terjadi dalam kondisi pandemik ini. Bahkan kasus
xenofobia1 dan kasus bunuh diri karena ketakutan terinfeksi virus sudah mulai
bermunculan.
Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa berupa gejala flu,
seperti demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu,
gejala bisa memberat. Pasien bisa mengalam demam tinggi, batuk berdahak bahkan
berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh
bereaksi melawan virus Corona (Kompas, 2020). Para ahli telah bersepakat bahwa
kesehatan fisik dan mental saling terkait yang harus dikelola secara seimbang.
Keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental di masa pandemi juga telah menjadi
perhatian oleh pemerintah. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan buku
pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial (DKJPS) pada pandemi
COVID- 19.
Merujuk pada kebijakan Badan Kesehatan Dunia (WHO), buku ini merupakan
salah satu panduan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan kesehatan
jiwa dan psikososial bagi Orang Sehat, Orang Dengan Pantauan (ODP), Orang Tanpa
Gejala (OTG), Pasien Dengan Pengawasan (PDP), Pasien COVID-19, dan kelompok
rentan (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Jika mengacu pada struktur usia
penduduk maka kelompok rentan yang terdampak pada kesehatan jiwa dan
psikososial akibat infeksi COVID-19 diantaranya adalah perempuan, anak dan
remaja, dewasa dan lanjut usia (lansia).
Mengutip salah satu hasil kaji cepat Survei Ketahanan Keluarga di masa
pandemi yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB), dari sebanyak 66 persen
responden perempuan yang sudah menikah menunjukkan bahwa gangguan psikologis
yang paling banyak dialami adalah mudah cemas dan gelisah (50,6 persen), mudah
sedih (46,9 persen), dan sulit berkonsentrasi (35,5 persen) (Sunarti, 2020). Kondisi ini
perlu menjadi perhatian mengingat perempuan memegang peran yang sangat penting
dalam mengelola rumah tangga serta pada dewasa yang berperan penting dalam
keluarga untuk dapat melindungi para Anak-anak dan remaja pun tidak luput dari
dampak kebijakan pembatasan penyebaran virus melalui sistem pembalajaran dan
bekerja secara jarak jauh. Ruang gerak yang terbatas dan minimnya interaksi dengan
teman sebaya dan ketakutan akan penyebaran virus selama masa pandemi dapat
berpengaruh terhadap kesehatan jiwa mereka yang dimana masyarakan akan merasa
cemas dan was-was.
Pada dasarnya semua gangguan kesehatan mental diawali oleh perasaan cemas
(anxiety). Menurut Sadock dkk. (2010) kecemasan adalah respons terhadap situasi
tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi. Kecemasan
diawali dari adanya situasi yang mengancam sebagai suatu stimulus yang berbahaya
(stressor). Pada tingkatan tertentu kecemasan dapat menjadikan seseorang lebih
waspada (aware) terhadap suatu ancaman, karena jika ancaman tersebut dinilai tidak
membahayakan, maka seseorang tidak akan melakukan pertahanan diri (self defence).
Dalam prosesnya kecemasan itu sendiri seseorang melakukan evaluative situation
yaitu menilai ancaman virus Covid- 19 berdasarkan sikap, pengetahuan, kemampuan,
dan pengalaman masa lalu yang dimiliki Jika stressor dinilai berbahaya maka reaksi
kecemasan akan timbul. Reaksi kecemasan ini ada yang bersifat sesaat (state anxiety)
dan ada yang bersifat permanen (trait anxiety) (Lazarus, 1991).
Reaksi kecemasan akan berbeda pada setiap individu. Untuk sebagian orang
reaksi kecemasan tidak selalu diiringi oleh reaksi fisiologis. Namun pada orang-orang
tertentu, kompleksitas respons dalam kecemasan dapat melibatkan reaksi fisiologis
sesaat seperti detak jantung menjadi lebih cepat, berkeringat, sakit perut, sakit kepala,
gatal-gatal dan gejala lainnya. Setelah seseorang mulai merasakan kecemasan maka
sistem petahanan diri selanjutnya akan menilai kembali ancaman diiringi dengan
usaha untuk mengatasi, mengurangi atau menghilangkan perasaan terancam tersebut.
Sesesorang dapat menggunakan pertahanan diri (defence mechanism) dengan
meningkatkan aktifitas kognisi atau motorik serta beradaptasi dengan suatu kondisi.
Menurut Vibriyanti (2020) merekomendasikan beberapa tips dan acara
beradaptasi dimasa pandemi dalam mengurangi kecamasan dan menjaga kesehatan
mental adalah mengurangi menonton, membaca atau mendengarkan berita yang
membuat kecemasan meningkat. Carilah informasi dari sumber-sumber terpercaya
dan utamakan membuat rencana praktis melindungi diri dan orang-orang terdekat dan
mencari informasi terkait menjaga kesehatan mental di masa pandemi di berbagai
sumber online juga suatu langkah yang positif diamana dapat mempengaruhi
kecepatan dan cara seseorang beradaptasi (Banerjee, 2020).
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan dan cara seseorang
beradaptasi seperti, kepribadian, usia, pengalaman, proses belajar, kondisi fisik, dan
lingkungan (Ali & Asrori, 2011). Oleh karena perbedaan kemampuan beradaptasi
pada setiap individu tersebut maka proses adaptasi akan berujung kesuksesan
beradaptasi atau kegagalan beradaptasi. Kesuksesan beradaptasi akan melahirkan
daya lenting atau resiliensi pada diri seseorang. Sedangkan kegagalan beradaptasi
akan berdampak pada penurunan kondisi kesehatan mental.

2. PERMASALAHAN MITRA
Tujuan dari kegiatan ini adalah resolusi (perubahan) permasalahan dengan
segera, seseorang melakukan evaluative situation yaitu menilai ancaman virus Covid-
19 berdasarkan sikap, pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman masa lalu yang
dimiliki Jika stressor dinilai berbahaya maka reaksi kecemasan akan timbul. Reaksi
kecemasan ini ada yang bersifat sesaat (state anxiety) dan ada yang bersifat permanen,
Beradaptasi dengan Kondisi Pandemi, bagaimana cara mengatasi kecemasan dimasa
pendemi, dan mengelola kecemasan di masa pendemi
Alasan kelompok mengambil responden dewasa akhir ialah Masa dewasa
akhir merupakan masa tatkala seseorang mengalami berbagai kemunduran fungsi diri
yaitu fisiologis, psikologis, sosial dan ekonomi.Kemunduran fungsi dalam diri orang
dewasa akhir tersebut memiliki potensi untuk menimbulkan masalah kesehatan secara
umum, maupun kesehatan jiwa secara khusus, salah satunya adalah kecemasan.
Namun apabila kecemasan pada dewasa akhir tidak disertai dengan kemampuan
mengatasi dengan baik maka akan berdampak menjadi stressehingga dapat berakibat
negativebagi penyelesaian masalah yang dihadapinya dan akan menghambat dewasa
akhir dalam menyesuaikan diri terhadap kemunduran fungsi dalam diri. Proses
kemunduran ini menyebabkan menurunnya imunitas tubuh sehingga dewasa akhir
rentan terinfeksi penyakit, termasuk virus corona.
Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan,
pneumonia akut, sampai kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona. Virus ini bisa
menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun
ibu menyusui (Alodokter, 2020). Menurut Brooks dkk. (2020), dampak psikologis
selama pandemi diantaranya gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress
disorder), kebingungan, kegelisahan, frustrasi, ketakutan akan infeksi, insomnia dan
merasa tidak berdaya. Bahkan beberapa psikiatris dan psikolog mencatat hampir
semua jenis gangguan mental ringan hingga berat dapat terjadi dalam kondisi
pandemik iniPara ahli telah bersepakat bahwa kesehatan fisik dan mental saling
terkait yang harus dikelola secara seimbang. Keseimbangan antara kesehatan fisik dan
mental di masa pandemi juga telah menjadi perhatian oleh pemerintah, bagaimana dan
apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjangkit atau menularkan ke mitra, dan
menghindari terjadinya masalah psikososial akibat pandemi ini. Dengan keadaan
seperti ini masyarakat membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang covis 19 ini
serta bagaimana cara mengelola kesemasan ditengah pendemi covid 19 ini. Salah satu
cara untuk peningkatan pengetahuan masyarakat ini dan cara mengelola kecemasan di
tengan covid 19 adalah dengan penyuluhan kesehatan tentang covid dancara
mengelola kecemasan ditengah pendemi covid 19. Dengan memberikan penyuluhan
kesehatan ini diharapkan masyarakat memahami apa itu COVID-19, masyarakat
memahami pengertian kecemasan, memahami penyebab kecemasan, komplikasi
kecemasan, pencegahan, dan memahami dampak psikologis akibat COVID-19 serta
memahami tentang cara mengatasi kecemasan ditengah wabah pandemi COVID-19.

3. Solusi Permasalahan
Dalam menghadapi kecemasan yaitu menemukan solusi (coping) dengan
bentuk pertahanan diri seperti rasionalisasi. Rasionalisasi tidak dimaksudkan agar
tindakan yang tidak masuk akal dijadikan masuk akal, akan tetapi merasionalkan.
Rasionalisasi tidak dimaksudkan untuk ‘membujuk’ atau memanipulasi orang lain,
melainkan ‘membujuk’ dirinya sendiri agar dapat menerima keterbatasan diri sendiri.
Sebagai contoh, seorang pegawai yang pada masa pandemic ini melakukan kerja dari
rumah (work from home) akan melakukan rasionalisasi bahwa memiliki kinerja yang
kurang optimal. Bekerja di rumah di masa pandemic bukan sekedar pindah ruang
kerja. Rasionalisasi ini bukan untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri, sebagai
upaya menjaga kesehatan mental diri sehingga tidak menimbulkan frustasi, rasa
bersalah, dan perasaan tidak berdaya.
Pada dasarnya mengelola kecemasan agar tetap pada tingkatan yang
proporsional, merupakan hasil dari proses penilaian (perception of situation) yang
terjadi berulang kali. Proses penilaian dapat berubah seiring seseorang terpapar oleh
informasi. Perubahan penilaian ini kemudian berdampak pada bentuk coping. Pada
awal-awal masa pandemi COVID-19, tindakan membeli kebutuhan secara berlebihan
(belipanik/panic buying) merupakan salah satu contoh penilaian individu terhadap
ancaman kelangkaan bahan kebutuhan pokok. Mungkin saja keputusan untuk
belipanik ini dilakukan karena input informasi dari media digabung dengan
pengalaman masa lalu ketika ketersediaan bahan-bahan pokok menipis pada masa
krisis moneter. Namun beli panic kemudian tidak berlangsung lama karena dianggap
tidak efektif lagi.

4. Kegiatan Penyuluhan
1) Topik Kegiatan : Penyuluhan Upaya Mengelola Kecemasan Di era new normal
2) Sasaran : di usia umur 17 – 60 tahun
3) Metode : Ceramah, Tanya Jawab
4) Media dan Alat : Leptop, Ppt
5) Tempat : Dirumah masing-masing
6) Waktu : 10.00-10.30 WIB
7) Setting Tempat :

Keterangan :
: Pembimbing

: Moderator

: Presentator

: Observer
: Audiens (lansia)

: Media (laptop)

5. Pengorganisasian
1) Presenter : Atika Resti Febriani
2) Moderator : Christavani Efendi
3) Observer : Yulia Rizki
4) Fasilitator :
 Witria Grifani
 Emilia Tamara
 Sutri Darwati
 Sistri Indah Wulandari
 Kurniawan
 Dara jingga
 Anatasya yolanda

6. Metode Pelaksanaan

Pokok Kegiatan
No Waktu
kegiatan Penyuluh Audiens
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri, b. Memperhatikan
nama kelompok dan
pembimbing
c. Menjelaskan kontrak c. Menyetujui 5
waktu dan kontrak kontrak waktu menit
bahasa
d. Menjelaskan topik d. Mendengarkan
dan
memperhatikan
e. Menjelaskan tujuan e. Mendengarkan
penyuluhan dan
memperhatikan
2. Penyampaian a. Menggali pengetahuan a. Menjawab
materi dan ibu tentang pengertian
demonstrasi Kecemasan
b. Memberikan b. Mendengarkan
reinforcement positif 20
c. Menjelaskan c. Mendengar dan menit
pengertian Kecemasan memperhatikan
d. Menggali pengetahuan d. Menjawab
ibu tentang penyebab
Kecemasan
e. Memberi e. Mendengarkan
reinforcement positif
f. Menjelaskan penyebab f. Mendengar dan
Kecemasan memperhatikan
g. Menggali pengetahuan g. Menjawab
ibu tentang tanda
gejala Kecemasan
h. Memberi h. Mendengarkan
reinforcement positif
i. Menjelaskan tanda i. Mendengar dan
gejala Kecemasan memperhatikan
j. Menggali pengetahuan j. Menjawab
ibu tentang klasifikasi
Kecemasan
k. Memberi reinforcemet k. Mendengarkan
positif
l. Menjelaskan tentang l. Mendengar dan
klasifikasi Kecemasan memperhatikan
m. Menggali m. Menjawab
pengetahuan ibu
tentang
mengelolaKecemasan n. Mendengarkan
n. Memberi
reinforcement positif o. Mendengar dan
o. Menjelaskan tentang memperhatikan
mengelolaKecemasan

5. Penutup a. Mengevaluasi a. Mendengar,


kepadaklien terkait memperhatikan
materi penyuluhan dan
b. Memberikan mengemukakan
reinforcement positif pendapat
c. Bersama b. Mendengarkan 5
klienmenyimpulkan c. Mendengarkan menit
meteri penyuluhan dan
d. Menutup penyuluhan memperhatikan
dan memberi salam d. Menjawab salam

7. Evaluasi
a. Struktur
1) Diharapkan klien bersedia menghadiri penyuluhan
2) Diharapkan pengorganisasian sesuai dengan peran dan tugasnya
3) Diharapkan setting tempat sesuai dengan perencanaan
b. Evaluasi Proses
1) Diharapkan acara di mulai sesuai yang direncanakan
2) Diharapkan materi diberikan sesuai dengan rencana kegiatan
3) Diharapkan 80% klien berpartisipasi dalam bertanya ataupun menjawab
pertanyaan
4) Diharapkan 80% klien tidak meninggalkan ruangan penyuluhan selama
penyuluhan berlangsung
c. Evaluasi Hasil
Diharapkan 80% pasien dan keluarga pasien mampu :
1) Menyebutkan pengertian Kecemasan
2) Menyebutkan penyebab Kecemasan
3) Menyebutkan tanda gejala Kecemasan
4) Menyebutkan klasifikasi Kecemasan
5) Menyebutkan cara mengelola Kecemasan
8. SKEMA KEGIATAN

Kunjungan langsung ke pasien

MELAKUKAN PENYULUHAN
SECARA LANGSUNG

Kegiatan pengembangan :

-penyuluhan secara daring

- Tanya jawab

- monitoring evaluasi

Gambaran iptek yang akan di sampaikan ke pasien yaitu :

Tahap 1 : kunjungan

Tahap pertama , perawat melakukan kunjungan ke rumah klien , melakukan pengkajian awal

Tahap 2 : melakukan kegiatan penyuluhan secara daring ke pasien

Kegiatan kunci :

1. sesi 1 : pembukaan

2. sesi 2 : penyampaian materi penyuluhan tentang :


“ UPAYA MENGELOLA KECEMASAN DI TENGAH PANDEMI COVID -19 “
3. sesi 3 : membuka sesi tannya jawab
4. sesi 4 : melakukan monitor evalusi
Melakukan evaluasi pemahaman klien tentang materi yang di sampaikan

9. JADWAL
N Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 12
o Nama kegiatan
0 1
1 Persiapkan penyuluhan
2 Indentifikasi klien yang akan diikutkan
3 Penyuluhan kesehatan pada anggota kelompok
dewasa
4 Monitoring dan evaluasi kesiapan kelompok dewasa
5 Penyusun satuan acara penyuluhan
6 Seminar hasil/ penyerahan laporan akhir
Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS)

HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY


(HARS)

NomorResponden :

NamaResponden :

Tanggal Pemeriksaan :

Skor : 0 = tidakada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali

Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan


14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- FirasatBuruk
- Takut Akan PikiranSendiri
- MudahTersinggung
2 Ketegangan
- MerasaTegang
- Lesu
- Tak Bisa IstirahatTenang
- MudahTerkejut
- MudahMenangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- PadaGelap
- Pada OrangAsing
- DitinggalSendiri
- Pada BinatangBesar
- Pada Keramaian LaluLintas
- Pada Kerumunan OrangBanyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar MasukTidur
- Terbangun MalamHari
- TidakNyenyak
- Bangun denganLesu
- BanyakMimpi-Mimpi
- MimpiBuruk
- MimpiMenakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- SukarKonsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan PadaHobi
- Sedih
- Bangun DiniHari
- Perasaan Berubah-Ubah SepanjangHari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri diOtot-Otot
- Kaku
- KedutanOtot
- GigiGemerutuk
- Suara TidakStabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)

- Tinitus
- PenglihatanKabur
- Muka Merah atauPucat
- Merasa Lemah
- Perasaanditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler

- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri diDada
- Denyut NadiMengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti MauPingsan
- Detak Jantung Menghilang
(Berhenti Sekejap)
10 Gejala Respiratori

- Rasa Tertekan atau Sempit DiDada


- PerasaanTercekik
- Sering MenarikNapas
- NapasPendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal

- SulitMenelan
- PerutMelilit
- GangguanPencernaan
- Nyeri Sebelum dan SesudahMakan
- Perasaan Terbakar diPerut
- Rasa Penuh atauKembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air BesarLembek
- Kehilangan BeratBadan
- Sukar Buang Air Besar(Konstipasi)
12 Gejala Urogenital

- Sering Buang AirKecil


- Tidak Dapat Menahan AirSeni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin(Frigid)
- EjakulasiPraecocks
- EreksiHilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom

- MulutKering
- MukaMerah
- MudahBerkeringat
- Pusing, SakitKepala
- Bulu-BuluBerdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara

- Gelisah
- TidakTenang
- JariGemetar
- KerutKening
- MukaTegang
- Tonus OtotMeningkat
- Napas Pendek danCepat
- MukaMerah
SkorTotal =

Anda mungkin juga menyukai