Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

DI SUSUN OLEH :
MERLIN TANDI PADANG (C2014201139)
MILDA (C2014201141)
PEBRIANI ANTAURI (C2014201145)
YULIUS KRISTOFORUS (C2014201145)

S1 KHUSUS KELAS B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSSAR
2021
KONSEP TEORI
A. Mengidentifikasi teori penuaan yang terkait
1. Teori- teori Biologi
a. Teori genetik dan mutasi
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies- spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat
dari perubahan biokimia yang di program oleh molekul-
molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutase sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional
sel.
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh
Lelah (rusak).
c. Reaksi dari kekebalan sendiri
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit.
d. Teori immunilogi slow virus
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
e. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi
oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak
dapat regenerasi.
g. Teori rantai silang
sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
h. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelahsel-sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan sosial
a) Aktivitas atau kegiatan
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang
sukses nadalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial. nUkuran optimum (pola hidup) dilanjutkan
pada cara hidup dari lansia berupa mempertahankan
hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil.
b) Kepribdian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lansia. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda
(triple loss), yakni: (1)
Kehilangan peran; (2) Hambatan kontak sosial; (3)
Berkurangnya kontak komitmen.
B. Mengidentifikasi perubahan akibat proses penuaan yang terkait
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan
pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif,
perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan Lilik M, 2011).
1. Perubahan fisik
a. System indra
Sistem pendengaran:Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karenahilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutamaterhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulitdimengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. System integument
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak
elastiskering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga
menjadi tipis danberbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
c. System musculoskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan
penghubung (kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.
Kolagen sebagai pendukungutama kulit, tendon, tulang, kartilago
dan jaringan pengikat mengalamiperubahan menjadi bentangan
yang tidak teratur. :Kartilago : jaringan kartilagopada persendian
menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi
menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang
dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi
rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnyakepadatan tulang
setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan
mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan
nyeri,deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada
penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut
otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada
otot mengakibatkan efek negatif. Sendi: pada lansia, jaringan ikat
sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia mengalami penuaan
elastisitas.
d. System kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah
massa jantungbertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi
sehingga peregangan jantungberkurang, kondisi ini terjadi karena
perubahan jaringan ikat. Perubahan inidisebabkan oleh
penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringankonduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
e. System respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total parutetap tetapi volume cadangan paru bertambah
untuk mengkompensasi kenaikanruang paru, udara yang mengalir
ke paru berkurang. Perubahan pada otot,kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dankemampuan
peregangan toraks berkurang.
f. Pencernaan dan metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksisebagai kemunduran fungsi yang nyata karena
kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun
kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makinmengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
g. System perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya
laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
h. System saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresifpada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dankemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
i. System reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary danuterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-
laki testis masih dapat memproduksispermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
2. Perubahan kognitif
Daya Ingat (Memory), IQ (Intellegent
Quotient), Kemampuan Belajar (Learning), Kemampuan
Pemahaman (Comprehension) Pemecahan Masalah (Problem
Solving), Pengambilan Keputusan (Decision Making),
Kebijaksanaan (Wisdom), Kinerja (Performance, Motivasi
(Motivation).
3. Perubahan mental
Faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan mental : Pertama-tama
perubahan fisikk hususnya organ perasa, Kesehatan umum
Tingkat Pendidikan, Keturunan (hereditas), Lingkungan, Gangguan
syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian, Gangguan konsep
diri akibat kehilangan kehilangan jabatan, Rangkaian dari kehilangan,
yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga. Hilangnya
kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri,perubahan konsep diri. Perubahan spiritual agama
atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakinmatang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
4. Perubahan psikososial
Kesepian , Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jikalansia mengalami penurunan kesehatan,
seperti menderita penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau
gangguan sensorik terutama pendengaran. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada
lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
Kesehatan. Depresi Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan
perasaan kosong, lalu diikuti dengankeinginan untuk menangis yang
berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat
disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya
kemampuan adaptasi. Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa
golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,gangguan stress
setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-
gangguantersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungandengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejalapenghentian mendadak dari suatu obat.
Parafrenia Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan
waham (curiga), lansiasering merasa tetangganya mencuri barang-
barangnya atau berniatmembunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia
yang terisolasi/diisolasi ataumenarik diri dari kegiatan sosial. Sindroma
Diogenes Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan
perilaku sangatmengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau
karena lansia bermain-main dengan feses dan urinnya, sering
menumpuk barang dengan tidak teratur.Walaupun telah
dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.

C. Membuat daftar alternative penyelesaian masalah


1) Penalaksanaan keperawatan
2) Terapi non farmakologi
3) Terapi farmakologi

D. Memilih penyelesaian dari daftar alternatif yang ada


Terapi farmakologi : Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi
penanganan serangan akut dan penanganan serangan kronis.
1) Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
Indometasin 200 mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan
terapi lini pertama dalam menangani serangan Gout Arthritis Akut,
asalkan tidak ada kontra indikasi
terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena eksresi Aspirin
berkompetisi dengan Asam Urat dan dapat memperparah serangan
Gout Arthritis Akut. Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung
pada keadaan klien. misalnya adanya penyakit penyerta lain atau
Komorbid, obat lain juga diberikan klien pada saat yang sama dan
fungsi ginjal. Obat yang menurunkan kadar Asam Urat serum
(Allopurinol dan obat Urikosurik seperti Probenesid dan Sulfinpirazon)
tidak boleh digunakan pada serangan Akut
(Nurarif, 2015). Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain:
(1) NSAID, NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien
yang mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang
menentukan keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih
melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID
harus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam
pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Indometasin banyak diresepkan
untuk serangan Akut Gout Arthritis, dengan dosis awal 75-100 mg/hari.
Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari bersamaan dengan
meredanya gejala serangan Akut. Efek samping Indometasin antara lain
pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat
dosis obat diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan untuk
mengatasi Gout Arthritis Akut adalah :
- Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari.
- Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari.
- Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam.
Kemudian 50 mg dua kali/ hari selama 8 hari.
(2) COX-2 Inhibitor: Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 Inhibitor
yang dilisensikan untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat
ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang
tidak tahan terhadap efek Gastrointestinal NSAID Non-Selektif. COX-2
Inhibitor mempunyai resiko efek samping Gastrointesinal bagian atas
yang lebih rendah dibanding NSAID non selektif.
(3) Colchicine, Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk
serangan Gout Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang populer
karena awal kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping lebih sering
dijumpai. (4) Steroid, strategi alternatif selain NSAID dan Kolkisin
adalah pemberian Steroid Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan
serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena
namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis
antara Gout Arthritis Sepsis dan Gout Arthritis Akut karena
pemberian Steroid Intra-Articular akan memperburuk infeksi.
2) Serangan Kronis Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan
faktor penting untuk mencegah terjadinya serangan Gout Arthritis Akut,
Gout Tophaceous Kronis, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu
Asam Urat. Kapan mulai diberikan obat penurun kadar Asam Urat masih
kontroversi. Penggunaan Allopurinol, Urikourik dan Feboxostat (sedang
dalam pengembangan) untuk terapi Gout Arthritis Kronis
akan dijelaskan berikut ini: (1) Allopurinol; Obat Hipourisemik, pilihan
untuk Gout Arthritis Kronis adalah Allopurinol. Selain mengontrol gejala,
obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi
Asam Urat dengan cara menghambat Enzim Xantin Oksidase. Dosis
pada klien dengan fungsi ginjal normal dosis awal Allopurinol tidak
boleh melebihi 300 mg/24 jam. Respon terhadap Allopurinol dapat
terlihat sebagai penurunan kadar Asam Urat dalam serum pada 2 hari
setelah terapi dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar Asam
Urat dalam serum harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan
Allopurinol untuk meyakinkan turunnya kadar Asam Urat.
(2) Obat Urikosurik; kebanyakan klien dengan Hiperurisemia yang
sedikit mengekskresikan Asam Urat dapat diterapi dengan obat
Urikosurik. Urikosurik seperti Probenesid (500mg-1 g 2x/hari) dan
Sulfinpirazon (100mg 3-4 kali/hari) merupakan alternative Allopurinol.
Urikosurik harus dihindari pada klien Nefropati Urat yang memproduksi
Asam Urat berlebihan. Obat ini tidak efektif pada klien dengan fungsi
ginjal yang buruk (Klirens Kreatinin <20-30 ml/menit). Sekitar 5% klien
yang menggunakan Probenesid jangka lama mengalami mual, nyeri ulu
hati, kembung atau konstipas

E. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun


Pada prakteknya, perawat sering mengalami kesulitan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Sering sekali perawat kesulitan dalam
hal menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat bagi pasien. Pada kasus
yang lain, data dikumpulkan tanpa menyadari mengenai apa diagnosanya?.
Perawat juga mengumpulkan data yang mempunyai relevansi yang rendah
dengan diagnosa keperawatan tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa
rendahnya keakuratan dalam diagnosa keperawatan berkaitan dengan
banyaknya jumlah data yang relevansinya rendah (Nurjannah I,
2012).Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan ialah perumusan
wajib jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi yang dihadapi,
spesifik dan akurat, memberikan arahan pada askep, bisa dikerjakan oleh
perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien (Zulfikar, 2015).
Rencana tindakan keperawatan dibuat berdasarkan kebutuhan klien.
Pelaksanaan praktik keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah disepakati bersama antara klien dan keluarganya. Pelaksanaan
praktik keperawatan harus berpedoman pada standar profesi (Putra, A.
2010). Dalam memberikan pelayanan, perawat memberikan asuhan
keperawatan yang terangkum dalam satu siklus yaitu proses keperawatan.
Pelaksanaan asuhan keperawatan yang simultan tersebut akan
mendatangkan implikasi terhadap tingkat kepuasan klien. Salah satu ciri
profesionalisme adalah adanya cara kerja profesional setiap subyek yang
ada di dalamnya dan diantaranya didukung dengan dokumentasi yang
akurat, jelas, terpercaya dan sah secara hukum (Rimbun LR, 2012).
Rencana intervensi, strategi, atau tindakan keperawatan dipilih setelah
tujuan dan hasil yang diharapkan ditetapkan. Intervensi keperawatan
adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari
tingkat kesehatan saat ini ke tingkat kesehatan yang diinginkan sesuai hasil
yang diharapkan (Gordon 1994 dalam Potter dan Perry, 1997). Rencana
keperawatan disusun bergantung dan berdasarkan dari hasil pengkajian.
Setelah melewati tahapan pengkajian, maka setiap asuhan keperawatan
dilanjutkan dengan analisis dan pengelompokan secara sistematik terhadap
data objektif maupun subjektif untuk merumuskan diagnosis keperawatan,
yang akan terfokus pada dua hal, yaitu : (1) status kesehatan klien dan (2)
kekuatan klien yang menggambarkan respons tubuh, apakah mengarah
pada kondisi actual, risiko, potesial termasuk sejahtera (wellness), dan
promosi Kesehatan
F. Mengevaluasi tujuan yang telah ditetapkan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang
telah diberikan (Deswani 2009). Evaluasi keperawatan adalah kegiatan
yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2011). Perawat yang telah melakukan implementasi keperawatan, maka
tahap selanjutnya dalam proses keperawatan adalah melakukan evaluasi
keperawatan terhadap tindakan yang telah diberikan. Evaluasi keperawatan
merujuk pada tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sesuai jangka
waktu yang dibuat.
G. Menjelaskan peran panti dan RS dalam melakukan asuhan keperawatan
pada lansia
I. Peran Panti dalam melakukan asuhan keperawatan : memberikan
pelayanan dan perlindungan sosial dalam upaya memenuhi hak dan
kewajiban lanjut usia sebagaiman tercantum dqalam UNDANG-
UNDANG No.13 Tahun 1998 tentang kesejateraan sosial usia lanjut.
II. Peran rumah sakit dalam melakukan asuhan keperawatan : tenaga
Kesehatan yang memiliki kontribusi yang besar dalam melakukan
proses pelayanan Kesehatan.
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
AKTIVITAS DAN LATIAN

A. Jelaskan teori penuaan yang terkait dengan kondisi klien


1. Teori Psikososial
a. Activity theory Penuaan mengakibatkan penurunan jumlah kegiatan
secara langsung.
b. Continitas theory Adanya suatu kepribadian berlanjut yang
menyebabkan adanya suatu pola perilaku yang meningkatkan stress.
c. Dissaggement theory Putusnya hubungan dengan luar seperti dengan
masyarakat, hubungan dengan individu lain.
d. Theory Strafikasi Usia Karena orang digolongkan dalam usia tua dan
mempercepat proses penuaan.
e. Theory kebutuhan manusia Orang yang bisa mencapai aktualisasi
menurut penelitian 5% dan tidak semua orang mencapai kebutuhan
yang sempurna.
f. Jung Theory Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
g. Course Of Human Life Theory Seseorang dalam hubungan dengan
lingkungan ada tingkat maksimum.
h. Development Task Theory Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas
perkembangan sesuai dengan usianya.(Nasrullah, 2016)
2. Teori Sosiologis Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama
ini antara lain :
a. Teori interaksi sosial Teori ini menjelaskan mengapa lanjut usia
bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu asas dasar hal-hal yang
dihargai masya-rakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin
interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. Pokokpokok sosial
exchange theory antara lain :
1) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai tujuan
masing-masing.
2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan
biaya dan waktu.
3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor
mengeluarkan biaya.
b. Teori aktivitas atau kegiatan
1) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan banyak ikut-ikutan serta dalam
kegiatan sosial.
2) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia.
4) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.(Nasrullah,
2016)
Asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya
tidak boleh berlebihan. Penyakit asam urat atau arthritias gout gout merupakan
jenis penyakit rematik yang paling ditakuti. Pasalnya, rematik yang menyerang
persendian ini tidak hanya terjadi pada usia lanjut tetapi juga terjadi pada usia
produktif (30-50 tahun). (Nasir, 2019)
Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia
dan jenis kelamin. Asam urat tergolong normal apabila pada pria dibawah 7
mg/dl dan wanita dibawah 6 mg/dl. (Misnadiarly, 2007). Perbandingan pria dan
wanita dalam angka kejadian gout adalah sekitar 7:1 sampai 9:1. Pria lebih
banyak terkena gout, terutama yang sedang memasuki usia dewasa muda
karena hormon androgen pada pria usia dewasa lebih aktif. Sedangkan pada
wanita, memiliki hormon estrogen yang mampu menurunkan resiko
penumpukan asam urat. Namun ketika lanjut usia hormon estrogen pada
wanita sudah tidak aktif sehingga resiko arthritias gout semakin meningkat.
(Nasir, 2019)
Umumnya yang sering terserang asam urat adalah seseorang yang
sudah lanjut usia. Seseorang dikatakan lanjut usia jika usianya lebih dari 60
tahun. Penyebab penyakit pada lansia berasal dari dalam tubuh (endogen),
sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini
disebabkan karena pada lansia telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai
organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua. Sehingga
produksi hormon, enzim dan zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh
menjadi berkurang. Dengan demikian, lansia akan lebih mudah terkena infeksi.
(Maryam dkk, 2008).
B. Jelaskan perubahan akibat proses penuaan terkait kondisi klien
1. Sel :
- Jumlah sel menurun, Ukuran sel lebih besar, Jumlah cairan tubuh dan
cairan intraselular berkurang, Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah
dan hati menurun, Jumlah sel otak menurun, Mekanisme perbaikan otak
terganggu, Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5 - 10% dan
Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
2. Sistem muskuloskoletal:
- Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
- Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
- Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat
pada area tulang tersebut.
- Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan
aus.
- Kifosis.
- Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
- Gangguan gaya berjalan.
- Kekakuan jaringan penghubung.
- Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang).
- Persendian membesar dan menjadi kaku.
- Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
- Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi
lamban, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup
rumit dan sulit dipahami).
- Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh
lemak, kolagen dan jaringan parut).
- Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
- Otot polos tidak begitu berpengaruh.

C. Lengkapilah data-data yang diperlukan pada klien tersebut diatas


DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
DS: Agen pencedera fisiologis Nyeri akut
- Ny. G saat ini
mengalami nyeri
pada lutut
DO:
- Kondisi lutut merah
- Kondisi lutut
bengkak
- Skala nyeri 6
- Tampak meringis
DS: Nyeri Gangguan mobilitas fisik
- Ny.G mengalami
gangguan fisik
pada sendi lutut
ekstremitas
kanan sehingga
sulit berjalan
- Ny. G kurang
melakukan
aktivitas dan
berolahrga
DO:
- Kondisi lutut
merah
- Kondisi lutut
bengkak
- Tanpak
kebutuhan
pasien dibantu
keluarga
D. Identifikasi masalah yang muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

E. Buatlah alternatif pemecahan masalah terkait aktivitas dan latihan


Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi
penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan
dalam terapi penyakit ini :
- Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
- Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat
pada jaringan, terutama persendian.
- Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.

Terapi Non Farmakologi Terapi non-farmakologi merupakan strategi


esensial dalam penanganan Gout Arthritis, seperti istirahat yang cukup,
menggunakan kompres hangat, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol
dan menurunkan berat badan. (Structures, 2019)

Aktivitas fisik yng bermanfaat untuk ksehatan lansia sebaiknya memenuhi


kriteria FITT (frequency, intensity, time, type). frekunesi adalah seberapa
sering aktivitas dilakukan berapa hari dalam 1 minggu. Intensitas adalah
seberapa keras suatu aktivitas dilakukan biasanya diklasifikasikan menjadi
intensitas rendah, sedang, dan tinggi. Waktu mengacu pada durasi, seberapa
lama suatu aktivitas dilakukan dalam satu pertemuan, sedangkan jenis
aktivitas adalah jenis-jenis aktiivtas fisik yang dilakukan.
Jenis-jenis aktivitas fisik pada lansia menurut KATHY (2002) meliputi:
1. Latihan aerobik
Olahraga yang bersifat aerobik adalah olaharga yang membut jantung dan
paru bekerja lebih keras untuk memenuhi meningktkan kebutuhan oksigen,
misalnya berjalan, berenang, bersepeda dan lain-lain. Latihan fisik
dilakukan sekurang nya 30 menit dengan intesitas sedang.
2. Latihan penguatan otot
Bagi lansia disarankan untuk menambah latihan penguatan otot disamping
latihan aerobik. Kebugaran otot memungkinkan melakukan kegiatan
sehari-hari secara mandir
Latihan dirancang supaya otot mampu membentuk kekuatan untuk
mengerakkan atau menahan beban misalnya aktivitas yang melawan
gravitasi seperti gerakan berdiri dari kursi, ditahan beberapa detik,
berulang-ulang atau aktivitas tahanan tertentu misalnya latihan dengan tali
elastik. Latihan penguatan otot setidaknya dilakukan 2 hari dalam
seminggu dengan istirahat diantara sesi untuk masing-masing kelompok
otot.
3. Latihan fleksibilitas dan keseimbangan
Latihan fleksibilitas adalah aktifitas untuk membantu mempertahankan
kisaran gerak sendi (ROM) yang diperlukan untuk melakukan aktiivtas fisik
dan tugas sehari-hari secara teratur. Latihan fleksibiliats disarankan
dilakukan pada hari-hari dilakukannya latihan aerobik, dan penguatan otot
atau 2-3 hari per minggu. Latihan keseimbangan dilakukan untuk
membantu mencegah lansia jatuh, latihan keseimbangan dilakukan
setidaknya 3 hari dalam seminggu sebagian besar aktivitas dilakukan pada
intensitas rendah. (AMBARDINI, 2020)

F. Diskusikan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam
mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang
diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011). Fokus pengkajian pada Lansia
dengan Gout Arthritis:
a. Identitas Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan
pekerjaan.
b. Keluhan Utama Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis
adalah nyeri dan terjadi peradangan sehingga dapat menggangu
aktivitas klien.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. G saat ini mengalami nyeri pada lutut, Ny.G mengalami gangguan
fisik pada sendi lutut ekstremitas kanan sehingga sulit berjalan, Ny. G
kurang melakukan aktivitas dan berolahrga, kondisi lutut merah dan
bengkak.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu G mengalami riwayat asam urat tinggi 3 tahun yang lalu
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis “D0077”
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri “D0054”
3. Intervensi Keperawatan
Sdki Slki Siki
Nyeri akut Tingkat nyeri “L08066” Pemantau nyeri
berhubungan dengan Setelah dilakukan “I08242”
agen pencedera tindakan keperawatan Observasi:
fisiologis “D0077” selama 3x24 jam 1. Identifikasi faktor
diharapkan tingkat pencetus dan
nyeri dapat teratasi pereda nyeri
dengan kriteria hasil: 2. Monitor kualitas
1. Keluhan nyeri nyeri (mis: terasa
pasien dapat tajam, tumpul,
teratasi diremas-remas,
2. Meringis pada ditimpal beban
pasien berkurang berat)
3. Gelisah pada 3. Monitor lokasi
pasien berkurang penyebaran nyeri
4. Monitor intensitas
nyeri dengan
menggunakan
skala
5. Monitor durasi dan
frekuensi nyeri
Terapeutik
1. Atur interval waktu
pemantaun sesuai
dengan kondisi
pasien
2. Dokumntasikan
hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Gangguan mobilitas Mobilitas fisik “L05042” Terapi aktivitas
fisik berhubungan Setelah dilakukan “I05186”
dengan nyeri “D0054” tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam 1. Identifikasi defisit
diharapkan gangguan tingkat aktivitas
mobilitas fisik dapat 2. Identifikasi
teratasi dengan kriteria kemampuan
hasil: berpartiipasi
1. Nyeri pada pasien dalam aktivitas
berkurang tertentu
2. Kaku sendi pada 3. Identifikasi sumber
pasien dapat daya untuk
teratasi aktivitas yang
3. Gerakan terbatas diinginkan
pada pasien dapat 4. Identifikasi makna
teratasi aktivitas rutin (mis:
4. Pergerakan bekerja) dan waktu
ekstremitas pada luang
pasien meningkat Terapeutik
1. Fasilitasi fokus
pada kemampuan
bukan defisit yang
dialami
2. Fasilitis memilih
akitivtas dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik
psikologis dan
sosial
3. Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
4. Libatkan keluarga
dalam aktivitas jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan
melakukan aktivitas
fisik, sosial,
spiritual, dan
kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
2. Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas

G. Jelaskan peran keluarga dan perawat gerontik dalam melakukan asuhan


keperawatan pada lansia
1. Peran keluarga
Keluarga memegang peranan penting yaitu mencapai memberikan
asuhan kesehatan keluarga yang bertugas dalam pemeliharaan kesehatan
(care giver) para anggotanya. Salah satu tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga menurut Freidman (1981) dalam Effendy (2009)
yaitu memberikan pertolongan dan perawatan (care giver) kepada anggota
keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu diri sendiri karena
cacat fisik ataupun mental, karena apabila terdapat anggota keluarga yang
sakit maka tidak bisa mandiri untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
hidupnya.
Merawat lansia memerlukan pengetahuan, ketrampilan, kemauan,
pengabdian dan kesabaran (Siburian, 2006). Keluarga merupakan orang
terdekat yang secara spontan, akan mengambil bagian menjadi care giver
, ketika keluarga yang dicintainya membutuhkannya (Harris, 2009).
Bantuan/ pegaturan aktifitas yang diberikan dengan tepat tanpa
mengurangi kemandirian dari lansia sehingga memenuhi tujuan perawatan
lansia yaitu mencapai kondisi kesehatan yang optimal, mampu melakukan
aktivitas seharihari dengan mandiri sehingga meningkatkan kualitas hidup
lansia. Keluarga sebagai care giver bisa membuat pengelolaan aktifitas
yang terencana dan terdokumentasikan dalam bentuk tabel harian, seperti
yang di contohkan oleh Baca (2007).
Selain itu, keluarga perlu untuk membantu lansia untuk menyesuaikan
dirinya terhadap tugas perkembangan yang harus dilakukan, seperti:
mempersipakan diri untuk kondisi yang menurun, mempersiapkan diri untuk
pension, membina hubungan baik dengan sesama lansia dan masyarakat
dengan keadaan nyaman, mempersiapkan kehidupan baru sebagai lansia
dan mempersiapkan untuk kematian pasangan maupun kematian diri
sendiri (Potter&Perry, 2006).
2. Peran perawat
Pada tahap ini, peran perawat menjadi sangat penting dalam membina
keluarga dan lansia, terutama dalam hal bantuan/pengaturan aktifitas yang
dilakukan keluarga kepada lansia.
a. Perawat sebagai care giver atau pemberi asuhan keperawatan harus
memberikan asuhan keperawatan profesional kepada pasien meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi hingga evaluasi.
Perawat melakukan observasi terhadap kondisi pasien, melakukan
pendidikan kesehatan, serta memberikan informasi yang terkait dengan
kebutuhan pasien sehingga masalah dapat teratasi
b. Selain itu, perawat harus mampu menjadi consultant atau tempat
konsultasi bagi pasien, keluarga, dan masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan yang dialami klien. Peran ini dilakukan oleh perawat
sesuai dengan permintaan klien.(Karlina & Kora, 2020)
Daftar Pustaka

AMBARDINI, R. L. (2020). AKTIVITAS FISIK PADA LANJUT USIA (Vol. 3, Nomor 7).
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf

Karlina, L., & Kora, F. T. (2020). Hubungan peran perawat sebagai care giver dengan tingkat
kecemasan pada lansia correlation between the role of nurse as a care giver with level of
anxiety in the elderly. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 11(1), 104–113.

Nasir, M. (2019). Gambaran Asam Urat Pada Lansia Di Wilayah Kampung Selayar Kota
Makassar. Jurnal Media Analis Kesehatan, 8(2), 78.
https://doi.org/10.32382/mak.v8i2.842

Nasrullah, D. (2016). Keperawatan Keperawatan.

Structures, M. B. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GOUT


ARTHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA NIRWANA PURI SAMARINDA.

Anda mungkin juga menyukai