Anda di halaman 1dari 29

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Telah disetujui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan gerontik pada Ny. R di
Panti lansia Bendelonje Talun

NAMA : Herlina Binti Mahmudah


NIM : 1711017
Hari : Jum’at
Tanggal : 26 November 2021

Mengetahui,

Mengetahui Mengetahui
Pembimbing Institusi, Penguji Institusi,

(...........................................) (...........................................)
1.1 Konsep Lanjut Usia
1.1.1 Definisi Lanjut Usia
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2, 3, 4 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun dan telah mengalami perubahan anatomis, fisiologis dan
biokomia pada tubuh sehingga berdampak pada fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Maryam, S., dkk., 2008) dalam buku (Setiyorini, dkk. 2018)

1.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut WHO dalam Setiyorini dan Ning Arti W. (2018) batasan umur lanjut usia
dibagi menjadi 4 tahap :

1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun


2. Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : > 90 tahun
1.1.3 Tugas Perkembangan pada Lanjut Usia
Menurut Havighurst dalam Stanley dan Beare (2007), tugas perkembangan adalah
tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan suatu individu. Ada beberapa
tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu :

1. Penyesuaian diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik


2. Penyesuaian diri kepada masa pensiun dan hilangnya pendapatan
3. Penyesuaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat lainnya
4. Pembentukan gabungan (pengelompokan) yang sesuai dengannya
5. Pemenuhan kewajiban sosial dan kewarganegaraan
6. Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan
1.2 Penuaan
1.2.1 Proses Penuaan
Nugroho (2008) menjelaskan bahwa menua adalah suatu proses yang terjadi secara
alamiah yang berarti bahwa seseorang telah melalui ketiga tahap dalam kehidupannya yaitu
anak, dewasa dan tua. Ketika memasuki usia tua berarti akan mengalami berbagai
kemunduran, misalnya kemunduran fisik seperti rambut yang mulai memutih, berkurangnya
penglihatan dan pendengaran, dan berubahnya postur tubuh (Setiyorini, dkk, 2018).
1.2.2 Teori Proses Menua
Azizah (2011) dalam (Setiyorini, dkk., 2018) membagi teori penuaan menjadi dua
yaitu teori biologi dan teori psikososial.

1. Teori Biologi
a. Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel-sel tubuh diprogram untuk membelah 50 kali. Jika sel pada lansia
dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi jumlah sel-sel yang akan
membelah, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. Pada beberapa
sistem, seperti sistem saraf, sistem 11 musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan
dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak
atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan
dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan
memperbaiki diri.
b. Sistesis Protein
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.
Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan
kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang
berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan
elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal seiring
dengan bertambahnya usia (Tortora dan Anagnostakos, 1990)
c. Keracunan Oksigen
Dengan adanya penurunan kemampuan sel dalam menjalankan fungsinya,
maka kemampuan sel untuk mempertahankan diri dari zat-zat toksik termasuk zat
yang dibawa oleh oksigen juga mengalami kemunduran. Sehingga struktur membran
sel yang berfungsi sebagai alat pertahanan diri sel menjadi rapuh.
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khusunya sel
darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
e. Metabolisme
Menurut MC Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan
hormone pertumbuhan.
2. Teori Psikososial
a. Aktifitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa muda aktif dan terus memelihara keaktifan setelah
menua, sense of integrity yang dibangun di masa mudanya tetap terpelihara sampai
tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang suskes adalah mereka yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity
pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan
interpersonal.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri
dari pergaulan sekitarnya.

1.2.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia


Menurut Azizah (2011) dalam (Setiyorini, dkk., 2018) perubahan yang terjadi pada
lansia dibagi menjadi perubahan fisik, perubahan sistem tubuh dan perubahan kognitif.

1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna
coklat pada kulit yang dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut :
jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit,
tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentanagan yang tidak teratur.
d. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan
akhirnya permukaan sendi menjadi 16 rata, kemudian kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
e. Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi adalah bagian dari
penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan
nyeri, deformitas dan fraktur.
f. Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan
ukuran sebabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.
g. Sendi
Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
2. Perubahan Sistem Tubuh
a. Sistem Kardiovaskuler
Masa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi Sa node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan
ikat.
b. Sistem Respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap,
tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi
paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan
sendi torak mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
c. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata: (1) Kehilangan gigi, (2) Indra pengecap
menurun, (3) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), (4) Liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
d. Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh
ginjal.
e. Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
f. Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
3. Perubahan Kognitif
a. Daya ingat (memory)
b. Intelligent quocient (IQ)
c. Kemampuan belajar (learning)
d. Kemampuan pemahaman (comprehension)
e. Pemecahan masalah (problem solving)
f. Pengambilan keputusan (decision making)
g. Kebijaksanaan (wisdom)
h. Kinerja (performance)
i. Motivasi
1.1 Hipertensi
1.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal sehingga megakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun
mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang
sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah
yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).

1.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik dibagi menjadi 4 klasifikasi. Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut :

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik


(mmHg) (mmHg)

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg

Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg

Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg

Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg

Stadium 4 (maligna) 210 mmHg 120 mmHg

Sumber : Triyanto, 2014.


1.1.3 Etiologi dan faktor resiko
Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing hipertensi, yaitu :
a. Etiologi
1) Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara
penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada
hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal
maupun penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab
timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,
merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014).
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan pembuluh
darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hiperaldosteronisme,
penyakit parenkimal (Buss & Labus, 2013).
b. Faktor resiko
1) Faktor resiko yang bisa dirubah
a) Lingkungan (stress)
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap
hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui saraf
simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas saraf simpatis akan
meningkatkan tekanan darah secara intermitten (Triyanto, 2014).
b) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan atau
obesitas. Penderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan penderita yang memiliki berat badan normal (Triyanto, 2014).
c) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan katekolamin.
Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi
vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah, 2012).

d) Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai anti-
adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot jantung
dan relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun
dan memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan dengan
adenosine sehingga menstimulasi sistem saraf simpatis dan menyebabkan
pembuluh darah mengalami konstriksi disusul dengan terjadinya
peningkatan tekanan darah (Blush, 2014).
2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
a) Genetik
Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka kejadian
hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80% lebih banyak pada
kembar monozigot (satu telur) dari pada heterozigot (beda telur). Riwayat
keluarga yang menderita hipertensi juga menjadi pemicu seseorang
menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan
(Triyanto, 2014).
b) Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita
hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma yang rendah
mengurangi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kadar natrium
yang berlebihan (Kowalak, Weish & Mayer, 2011).
c) Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh terhadap
hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi pula
resiko mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, hasil disebabkan oleh perubahan alamiah
dalam tubuh yang mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung
(Triyanto, 2014).
1.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor yang dihantarkan
dalam bentuk impuls bergerak menuju ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf
simpatis bergerak melanjutkan ke neuron preganglion untuk melepaskan asetilkolin
sehingga merangsang saraf pascaganglion bergerak ke pembuluh darah untuk
melepaskan norepineprin yang mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Mekanisme hormonal sama halnya dengan mekanisme saraf yang juga ikut bekerja
mengatur tekanan pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2008). Mekanisme ini antara
lain :
a. Mekanisme vasokontriksi norepineprine-epineprin
Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasi pembuluh
darah juga menyebabkan pelepasan norepineprine dan epineprin oleh medulla
adrenal ke dalam darah. Hormon norepineprine dan epineprin yang berada di
dalam sirkulasi darah akan merangsang pembuluh darah untuk vasokontriksi.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokontriksi (Saferi & Mariza, 2013).
b. Mekanisme vasokontriktor renin-angiotensin
Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi substrat renin
untuk melepaskan angiotensin I, kemudian dirubah menjadi angiotensin II yang
merupakan vasokontriksi kuat. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama
hormon ini masih menetap didalam darah (Guyton, 2012).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia
(Smeltzer & Bare, 2008). Perubahan struktural dan fungsional meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan relaksasi otot polos
pembuluh darah, sehingga menurunkan kemampuan aorta dan arteri besar dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Saferi & Mariza, 2013).
1.1.5 Manifestasi klinik
Manifestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita
mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain :

a. Terjadinya kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah tidak
mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena peningkatan
tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
d. Sakit kepala, pusing, dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah akibat
vasokontriksi pembuluh darah.
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan aliran
darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-tanda
klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali pengukuran
tekanan darah secara berturutan dan bruits (bising pembuluh darah yang terdengar di
daerah aorta abdominalis atau arteri aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi
sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan yang
menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah sindrom cushing yang
menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae berwarna kebiruan, sedangkan pasien
feokromositoma mengalami sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi
yang sangat banyak (Kowalak, Weish & Mayer, 2011).

1.1.6 Komplikasi
Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2009) menyerang organ-organ
vital antara lain :
a. Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard
menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi kemudian
menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.
b. Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan progresif
sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus menyebabkan aliran darah ke
unit fungsional juga ikut terganggunya sehingga tekanan osmotik menurun
kemudian hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.
c. Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari pembuluh
darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi apabila terdapat
penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini menyebabkan aliran darah
yang diperdarahi otak berkurang.
1.1.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting
untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada
penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan
cara memodifikasi faktor resiko yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index dengan
rentang 18,5-24,9 kg/m². BMI dapat diketahui dengan rumus membagi berat
badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan meter.
Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol
kaya protein dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5-5 kg dapat
menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg (Dalimartha, 2008).
2) Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah garam
yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr
garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300
mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat
dilakukan dengan cara mengurangi asupan garam menjadi ½ sendok teh/hari
(Dalimartha, 2008).
3) Batasi konsumsi alkohol
Mengkonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari 1
gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga
membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam
penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah natrium
yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya
sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potasium menjadi
cukup. Cara memperthanakan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500
mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi seperti
penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau,
didalam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras
karena mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut
jantung serta tekanan darah (Dalimartha, 2008).
6) Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan
dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat
mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi
(Hartono, 2007).
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh
sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (metildopa, klonidin, dan reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat
aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (metoprolol, propanolol, dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa
jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan
pernafasan seperti asma bronkial.
4) Vasodilator (prasosin, hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos pembuluh darah.
5) Agiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II
dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering,
pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat reseptor angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptor.
7) Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
A. Kontraksi ja Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit cebrovaskuler, episode palpitasi.
2) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin
lambat/ tertunda.
c. Integritas Ego
1) Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan,keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
2) Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,
tangisan meledak,otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola
bicara.
d. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal padamasa yang lalu).
e. Makanan/cairan
1) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak sertakolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini
(meningkat/turun), Riwayatpenggunaan diuretic
2) Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori
1) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital
(terjadi saatbangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa
jam), Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek,
proses piker,penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakitkepala.
h. Pernafasan
1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas
tambahan(krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
1) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
b. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan adanya tahanan pembuluh darah
c. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
2.3 Intervensi Keperawatan
No Masalah
SLKI SIKI
. Keperawatan

1 Nyeri Kronis Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi:
3x24 jam, diharapkan tingkat nyeri dengan 1. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
1. Keluhan nyeri sedang nyeri
2. Meringis sedang Terapeutik:
3. Gelisah cukup menurun
4. Tekanan darah cukup membaik 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
Hal. 145 nyeri (terapi musik, komres hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan)
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Hal. 201
2 Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
serebral tidak efektif 3x24 jam, diharapkan Perfusi Serebral dengan Observasi:
kriteria hasil: 1. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Ketekanan
darah meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia,
1. Tekanan intra kranial cukup menurun pola napas ireguler, kesadaran menurun)
2. Sakit kepala cukup menurun 2. Monitor status pernapasan
3. Gelisah menurun 3. Monitor intake dan output cairan
4. Nilai rata – rata darah sedang Terapeutik:
5. Tekanan darah sistolik cukup sedang
6. Tekanan darah diastolik cukup sedang 1. Berikan posisi semi fowler
Hal. 86 2. Pertahankan suhu tubuh normal
Hal. 205
3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Terapi aktivitas
3x24 jam, diharapkan Toleransi Aktivitas dengan Observasi:
kriteria hasil: 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
1. Keluhan lelah sedang Terapeutik:
2. Perasaan lemah sedang
3. Tekanan darah sedang 1. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi, mobilisasi,
perawatan diri)
Hal. 149 2. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
3. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
Edukasi:
1. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
2. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan
kognitif dalam menjaga fungsi dan keseahatan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program aktivitas, jika sesuai
PENGKAJIAN GERONTIK DALAM INDIVIDU

Hari/ Tanggal: jumat 26 november 2021 Pukul:12.00 Oleh: Herlina

1. IDENTITAS DIRI KLIEN

a. Identitas Diri Klien

Nama : Ny. R

Umur/Jenis Kelamin : 77 th/perempuan

Status Perkawinan : menikah

Agama : islam

Suku : jawa

Pendidikan : SD

b.Penanggung Jawab

Nama : handayah

Umur/Jenis Kelamin : …………………………………………………………………….

Alamat : …………………………………………………………………….

Pendidikan : …………………………………………………………………….

Pekerjaan : …………………………………………………………………….

2. RIWAYAT USIA LANJUT

Pekerjaan : penjahit

Masuk Panti : tidak ada yang merawat

Jumlah dan keluarga yang masih ada : …………………………………………………….

3.RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan utama yang dirasakan saat ini :

Px mengatakan terkadang sakit cenut cenut pada kepala, terasa pusing dan pening
Riwayat penyakit yang pernah diderita :

Tidak ada riwayat penyakit yang pernah diderita

Riwayat penggunaan obat-obatan untuk mengurangi keluhan :

Px mengatakan tidak pernah minum obat-obatan

Riwayat pemanfaatan pelayanan kesehatan :

Px mengatakan tidak pernah ke pelayanan kesehatan

Riwayat merokok/minum-minuman keras :

Px mengatakan tidak pernah merokok dan minum-minuman keras

4. Fisiologis

a Fungsi respirasi dan kardiovaskuler


2) TTV : S: 36,1 N: 78x/menit RR: 22x/menit T: 160/100mgdl
3) Pengkajian Thorak
 Bentuk dada :normal /pigeon chest (toraks dada burung) / barrel chest / flail
chest / pectus excavatum / kifoskoliosis toraks
 Nyeri tekan pada dada : Ya Tidak
 Perkusi : resonan
Datar / pekak / resonan / hiperesonan / timpani
 Auskultasi :
Suara nafas : Vesikuler Bronkovesikuler Lain-
lain.................
Suara nafas tambahan : Ronchi Wessing Rhales lain-lain........

Suara jantung tambahan: tidak ada suara jantung tambahan

b Nutrisi
1) Kebiasaan makan dan minum:
Jumlah makan : 2 x/hari
Porsi makan : setengah centong habis
Jenis Makanan: nasi putih, sayur dan lauk digoreng
Jumlah minum: 1000cc/hari
Jenis minuman: teh, air putih
2) BB : TB : IMT :
3) Luka bekas operasi : Tidak ada Ada, Letak
di...................................
4) Bising usus : 18x/menit Bising Aorta : Ada Tidak
ada
5) Perkusi Abdomen: Tympani Hipertympani
6) Nyeri tekan : Tidak ada Ada, letak di.................................
7) Massa : Tidak ada Ada, Letak di...............................
8) Pembesaran Hepar : Tidak ada Ada:......................cm
c Eliminasi
BAK : 5-6 x/hari, warna kuning, Jumlah 2000 cc/hari
Lain-lain: (Ex: dapatkah lansia tersebut mengontrol BAK ?)..............................................
BAB :1x/hari, Warna kuning, Konsistensi lembek
Lain-lain: -
d Aktivitas dan Istirahat
5 5
1) Kekuatan otot :
5 5

2) Kebiasaan Istirahat : Ny.s mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur


Tidur siang 1-2 jam, Tidur malam7-8 jam
Insomnia : Ya Tidak
Barthel Indeks :

No Item yang dinilai Dibantu Mandiri

1 Makan 5 10

2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 5-10 15


kembali (termasuk duduk di tempat tidur)

3 Personal higine (cuci muka, menyisir, bercukur 0 5


jenggot, gosok gigi)

4 Naik turun kloset (melepas/memakai pakaian saat 5 10


BAB/BAK, menyiram WC)

5 Mandi 0 5

6 Berjalan di permukaan datar atau 10 15

Menggayuh kursi roda sendiri 0 5

7 Naik dan turun tangga 5 10


8 Berpakaian (termasuk menalikan sepatu, menutup 5 10
resleting)

9 Mengontrol anus 5 10

10 Mengontrol kandung kemih 5 10

Score 80

Penilaian barthel indeks menurut Granger :

0-2 : Dependen total


21-40 : Dependent berat
41-60 : Dependent Sedang
61-90 : Dependent Ringan
91-100 : Mandiri

e Integumen
1) Elastisitas kulit : Normal Menurun
2) Warna rambut : Hitam Putih Lain-lain
3) Sebaran rambut: Tipis Botak Rata
4) Kuku: Bersih Kotor
Tebal: Ya Tidak, Keras: Ya Tidak
5) Lain-
lain....................................................................................................................................
f Fungsi Neurologis
1) Pendengaran : Normal Berkurang
2) Penglihatan : Normal Berkurang
3) Status kognitif :
SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnair)

Score No Pertanyaan Jawaban

+ -

1 Tanggal berapa hari ini? 26

2 Hari apa sekarang? (hari, tanggal dan tahun) Jumat

3 Apa nama tempat ini? Pondok lansia

4 Berapa nomor telepon anda? -

4.a Dimana alamat anda? (ditanyakan pada klien yang Tumpang


tidak mempunyai telepone) lodoyo

5 Berapa usia anda? 77 th

6 Kapan anda lahir? 15 – 08 - 1945

7 Siapa presiden Indonesia saat ini? jokowi

8 Siapa nama presiden sebelumnya? lupa

9 Siapa nama kecil ibu anda? yasemi

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari 20 – 17 – 14 –


setiap angka baru, semua secara menurun 11 – 8 – 5 – 2

Jumlah total 8

Penilaian:
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Fungsi intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Fungsi intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Fungsi intelektual berat
g Fungsi endokrin
1) Pembesaran kelenjar tiroid : Ada Tidak ada
2) GDA: 159 mg/dl
5. Konsep Diri

a Harapan sebagai lansia : Ny. R berharap selalu sehat


b Penilaian Depresi berdasarkan Skala depresi Beck
Tidak depresi atau minimal Depresi ringan
Depresi sedang Depresi berat

6. Fungsi Peran

a Pekerjaan sebelumnya : penjahit


b Pekerjaan saat ini : -
c Peran lansia saat ini : Ny. R sekarang berperan sebagai lansia
d Kebiasaan beribadah : Ny. R mengatakan selalu menjalankan sholat 5 waktu dalam
sehari diawal waktu
e Sistem pundukung : Ny. R mengatakan beliau mempunyai teman-teman disini yang
mendukung atau dekat dengannya, dan juga pebgurus panti pondok lansia
f Nilai dan keyakinan sebagai lansia : Ny. R mengatakan harus tetap bahagia supaya
sehat, tetap mengingat Allah dan menjalankan ibadah
7. Interdependent

Apgar Keluarga
No Fungsi Uraian Score
1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- Selalu
teman) saya untuk membantu pada saat saya sedang
mengalami kesusahan
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya Selalu
membicarakan sesusatu dengan saya dan mengungkapkan
masalahnya dengan saya.
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima Selalu
dan mendukung kenginan saya untuk melakukan aktivitas
atau kegiatan baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya Kadang-
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi saya, kadang
seperti marah, sedih, atau mencintai.
5 Pemecahan Saya puas dengan teman-teman saya dan saya menyediakan Selalu
waktu bersama-sama
Penilaian: selalu (2), Kadang-kadang (1), Tidak pernah (0)

Kesimpulan : tidak ada disfungsi keluarga

8. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG.

- hasil gda : 106

- hasil asam urat : 3.2


ANALISIS DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O KEPERAWATAN
1. Ds : Penurunan tekanan arteri Nyeri kronik
- Klien mengatakan
sakit cenut-cenut pada
Renin (ginjal)
kepala, terasa pening
dan terkadang pusing
- Klien mengatakan
memilki riwayat Angiotensis converting enzim
penyakit hipertensi
Do: Vasokonstriksi arteri perifer
P: cenut-cenut/ nyeri
terasa apabila klien duduk Nyeri
terlalu lama, dna apabila
digunakan tiduran sakit
kepala sedikit hilang
Q: ditusuk-tusuk
R: kepala
S: skala 3
T : hilang timbul

TD: 160/100mmHg
N: 78x/menit
Rr : 22x/menit
2. Ds : Tekanan darah meningkat Resiko perfusi serebral
tidak efektif

Do: Resti penurunan curah


jantung

Suplai dan kebutuhan 02


tidak seimbang

Intoleransi aktivitas
Prioritas Masalah

1. Nyeri kronik b/d


2. Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d
Rencana Tindakan Keperawatan
No Masalah
SLKI SIKI
. Keperawatan

1 Nyeri Kronis Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi:
3x24 jam, diharapkan tingkat nyeri dengan 1. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
1. Keluhan nyeri sedang nyeri
2. Meringis sedang Terapeutik:
3. Tekanan darah cukup membaik
Hal. 145 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (terapi musik, komres hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan)
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Hal. 201
2 Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
serebral tidak efektif 3x24 jam, diharapkan Perfusi Serebral dengan Observasi:
kriteria hasil: 1. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Ketekanan
darah meningkat)
1. Tekanan intra kranial cukup menurun 2. Monitor status pernapasan
2. Sakit kepala cukup menurun
3. Nilai rata – rata darah sedang 3. Monitor intake dan output cairan
4. Tekanan darah sistolik cukup sedang Terapeutik:
5. Tekanan darah diastolik cukup sedang
Hal. 86 1. Berikan posisi semi fowler
2. Pertahankan suhu tubuh normal
Hal. 205
IMPLEMENTASI
N MASALAH HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWATAN
1. Nyeri Kronik Sabtu, 27 November - Mengucapkan salam, memperkenalkan S : Klien mengatakan sudah
2021 diri dan menjelaskan kegiatan hari ini mengetahui cara untuk
adalah menjelaskan dan mengajarkan meredakan rasa nyeri yang
strategi meredakan nyeri. dialami
- Mengkaji kemampuan klien dengan
menanyakan kembali teknik yang sudah O: Klien belum mampu
diajarkan dan memberikan instruksi melakukan teknik untuk
klien untuk mengulangi teknik meredakan nyeri secara
meredakan nyeri yang diajarkan meliputi mandiri
: A :Masalah teratasi sebagian
1. Mengalihkan perhatian klien dengan
hal yang disukai klien P : Intervensi dihentikan
2. Teknik relaksasi (Nafas dalam)
2 Resiko perfusi serebral Sabtu, 27 November - Mengucapkan salam, memperkenalkan S: klien mengatakan sudah
tidak efektif 2021 diri dan menejelaskan kegiatan hari ini bisa senam brain hipertensi
adalah menjelaskan dan mengajarkan
senam hipertensi O: klien belum mampu
melakukan senam hipertensi
secara mandiri
A: masalah teratasi sebagian
P : intervensi dihentikan
CATATAN PERKEMBANGAN
NO MASALAH HARI/TANGGAL : HARI/TANGGAL : SENIN, 29 HARI/TANGGAL :
KEPERAWATAN MINGGU, 28 NOVEMBER NOVEMBER 2021 SELASA, 30
DX 2021 NOVEMBER 2021
1. Nyeri kronik S : Ny. R mengatakan nyeri S : Ny. R mengatakan nyeri S: Ny. R mengatakan
mulai berkurang ketika di terkadang masih hilang timbul, nyeri sudah
diberikan teknik relaksasi, berkurang karena
tetapi masih perlu bantuan O : Ny. R melihat dan berikan tekmik
memperhatikan relaksasi
O : Ny. R memperhatikan
A : Masalah teratasi sebagian O: Ny. R sudah paham
Skala nyeri 3. Tampak menahan
sakit Skala nyeri 3 A:Masalah Teratasi
A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi P: intervensi dihentikan
P : Lanjutkan Intervensi
2 Resiko perfusi serebral S: Ny. R mengatakan lupa S: Ny. R mengatakan ada yang ingat S: Ny. R mengatakan
tidak efektif dengan gerakan senam dengan gerakan ada yang lupa beberapa gerakan
ingat
O: Ny. R memperhatikan dan O: Ny. R memperhatikan dan
memperagakan memperagakan O: Ny. R sudah sedikit
mengerti
A: masalah teratasi sebagian A: masalah teratasi sebagian
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi P : lanjutkan intervensi
P: lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai