Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN PROSES MENUA PADA

PENYAKIT STROKE
DI RT.01 DESA PAKU ALAM

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Profesi


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Diar, S.Kep
11194692210134

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep dasar proses menua


a. Definisi
Menua merupakan proses yang terjadi terus menerus secara
alamiah (Ratmini dan Arifin, 2011). Tahap dewasa merupakan tahapan
dalam mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh
akan mulai menyusut dan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-
lahan (Siti, Mia, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2012).
Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Martono dan Pranaka, 2011).

b. Teori Proses Menua


Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011) dapat
dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial.
1. Teori Biologi
a) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika
sel pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di laboratrium, lalu
diobrservasi, jumlah sel–sel yang akan membelah, jumlah sel yang
akan membelah akan terlihat sedikit.Pada beberapa sistem, seperti
sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan
dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut
dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut
beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuktumbuh dan
memperbaiki diri (Azizah, 2011)
b) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada
lansia. Proses kehilangan elastiaitas ini dihubungkan dengan
adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan
tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur
yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak
kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan
fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
bertambahnya usia (Tortora dan Anagnostakos, 1990).Hal ini dapat
lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang
kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya
penurunan mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal
(Azizah, 2011).
c) Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam
tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung
zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri
tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksink
tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari
rigid,serta terjadi kesalahan genetik(Tortora dan Anaggnostakos,
1990). Membransel tersebut merupakan alat untuk memfasilitas sel
dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol
proses pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat toksik di
dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang
sangat penting bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas
membran tersebut. Konsekuensidari kesalahan genetik adalah
adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan
jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini
akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh (Azizah,
2011).
d) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem
yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya seldarah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.Mutasi
yang berulang atau perubahanprotein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan
terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan
dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggapsel yang
mengalami perubahan tersebut sebagai se lasing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar
terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri
daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua,
daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga
sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah, 2011).
e) Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut MC Kay et all.,(1935) yang dikutip Darmojo dan Martono
(2004), pengurangan“intake” kalori pada rodentia muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur.
Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses
metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormonyang
merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormonpertumbuhan
2. Teori Psikologis
a) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua. Sense of integrityyang dibangun dimasa
mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa
pada lanjut usia yang sukses adalah meraka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial (Azizah, 2011).
b) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Identitypada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam
memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan
masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal (Azizah,
2011).
c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah, 2011).
c. Perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degenerative yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
dan sexual (Azizah, 2011).
1. Perubahan Fisik
a) Sistem Indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguanpada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b) Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur,
tidak elastiskering dan berkerut.Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan
atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.(c)Sistem
MuskuloskeletalPerubahan sistem muskuloskeletal pada lansia
antara lain sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan
elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur.
c) Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilagountuk regenerasi berkurang dan
degenerasiyang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan
terhadap gesekan.
d) Tulang: berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah
bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis
lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
e) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif.
f) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.2)Sistem
Kardiovaskuler dan RespirasiPerubahan sistem kardiovaskuler dan
respirasi mencakup :
g) Sistem kardiovaskuler
1) Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan
pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa
nudedan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
2) Sistem respirasi Pada penuaan terjadi perubahan jaringanikat
paru, kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru,
udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dankemampuan peregangan toraks berkurang.
3) Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada
sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai
kemunduran fungsi yang nyata :
a) Kehilangan gigi,
b) Indra pengecap menurun,
c) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
d) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
4) Sistem perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya
lajufiltrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
5) Sistem saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi
dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
6) Sistem reproduksiPerubahan sistem reproduksi lansia ditandai
dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
2. perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan
berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
a) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe
ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai
sangat tua.
b) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada
masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan
otonomi pada dirinya
c) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak,
tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
d) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
e) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu
orang lain atau cenderung membuat susah dirinya
d. Klasifikasi Lanjut Usia (Lansia)
Menurut Ekasari (2018) World Health Organization (WHO) membagi lansia
dalam empat batasan kelompok, yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) : 45 ─ 59 tahun
2) Usia lanjut (elderly) : usia 60 ─ 74 tahun
3) Usia tua (old) : usia 74 ─ 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) : usia 90 tahun ke atas
e. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia (Secara Fisik, Psikososial)
Menurut Manurung et al (2020) perubahan yang terjadi pada lansia:
1) Otot
a) Berkurangnya massa otot
b) Perubahan degeneratif jaringan Konektif
c) Osteoporosis
d) Kekuatan otot menurun
e) Endurance dan koordinasi menurun
f) ROM terbatas
g) Mudah jatuh/fraktur
2) Kulit
a) Proliferasi epidermal menurun
b) Kelembaban kulit menurun
c) Suplai darah ke kulit menurun
d) Dermis menipis
e) Kelenjar keringat berkurang
f) Kulit kering
g) Pigmentasi irreguler
h) Kuku mudah patah
i) Kulit berkerut, elastisitas berkurang
j) Sensitivitas kulit menurun
3) Sexual
Pada perempuan
a) Post-menopause: atrofi dari organ reproduksi
b) Vagina tipis dan kering
c) Panjang dan lebar vagina berkurang
d) Lubrikasi vagina berkurang selama intercourse

Pada Laki-laki
a) Degeneratif organ reproduksi
b) Intensitas respons terhadap stimulus sex berkurang
c) Aktivitas seksual berkurang
d) Gangguan Kelenjar prostat
4) Pola Tidur
a) Butuh waktu lebih lama untuk tidur
b) Sering terbangun
c) Mutu tidur berkurang
d) Lebih lama berada di bed
5) Fungsi Kognitif
a) Beberapa lansia menunjukkan penurunan keterampilan intelektual, tapi
masih mampu mengembangkan kemampuan kognitif
b) Penurunan kemampuan mengingat/mengenali memori
c) Tidak ada/jarang penurunan intelegensi
6) Perubahan Penglihatan
a) Kornea kuning/keruh
b) Size pupil mengecil/atropi M. Ciliaris
c) Atropi sel-sel fotoreseptor
d) Penurunan suplai darah dan neuron ke retina
e) Pengapuran lensa: katarak
f) Konsekuensi:
 Meningkatnya sensitivitas terhadap cahaya silau
 Respons lambat terhadap perubahan cahaya
 Lapangan pandang menyempit, perubahan persepsi warna
 Lambat dalam memproses informasi visual
 Sulit berkendara pada malam hari
7) Fungsi Kardiovaskuler
a) Pengerasan pembuluh darah
b) Hipertrofi dinding ventrikel kiri
c) Vena tebal, kurang elastik
d) Perubahan mekanisme konduksi
e) Peningkatan resistensi perifer
f) Konsekuensi:
 Tekanan darah meningkat
 Berkurangnya respons adaptif terhadap exercise
 Berkurangnya aliran darah ke otak
 Meningkatnya suseptibilitas untuk aritmia
 Atherosclerosis dan varicosis
8) Perubahan Fungsi Respirasi
a) Otot-otot reseptor melemah
b) Kapasitas vital berkurang
c) Berkurangnya elastisitas paru
d) Alveoli melebar
e) Dinding dada mengeras
f) Konsekuensi:
 Meningkatnya penggunaan otot tertentu
 Meningkatnya energi yang dikeluarkan untuk respirasi
 Menurunnya efisiensi pertukaran gas
 Menurunnya tekanan oksigen arterial
9) Perubahan Fungsi Saraf
a) Gangguan Fungsi Luhur
b) Sukar bicara
c) Gerakan otot (kagok)
d) Gangguan pengenalan seseorang
e) Sukar tidur (insomnia)
f) Daya ingat lemah (demensia): atrofi sel otak
g) Inisiatif turun
h) Parkinson (otot-otot kaku, menggeletar)
10) Menurunnya Potensi Seksual
Menurunnya potensi seksual pada usila sering berhubungan dengan
gangguan fisik, sebagai berikut:
a) Gangguan jantung
b) Gangguan metabolisme: DM
c) Vaginitis
d) Setelah operasi prostatektomi
e) Kekurangan gizi
f) Gangguan obat-obat tertentu: obat hipertensi, golongan steroid,
transquilizer  Faktor psikologik yang menyertai usila, antara lain: rasa
takut/malu bila dipertahankannya kehidupan seksual pada usila, sikap
keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang, kelelahan atau
kebosanan karena kurang variasi hidup, pasangan hidup yang
meninggal, disfungsi seksual yang disebabkan hormonal/masalah
kesehatan jiwa lainnya.
11) Perubahan Aspek Psikososial
a) Fungsi Mental
b) Kognitif
c) Proses belajar
d) Pemahaman
e) Pengertian
f) Tindakan
g) Perilaku cenderung lebih lambat
h) Fungsi mental
i) Psikomotor
j) Dorongan kehendak, bertindak, pada umumnya mulai melambat
sehingga reaksi dan koordinasi menjadi lebih lambat
k) Pekerjaan: Memasuki pensiun (kehilangan) pekerjaan,
kedudukan/jabatan/peran kegiatan dan harga diri.
12) Keterasingan Usila
a) Berkurangnya kemampuan pendengaran dan penglihatan serta
gangguan fisik kerap kali menimbulkan kelainan fungsional, bahkan
kecacatan pada usila.
b) Akan tersisihnya usila dan keterasingan
c) Perubahan sistem nilai
d) Ibu bekerja usila tambah beban wanita
13) Beban Psikologis
a) Apakah usila mengenal masalahnya
b) Apakah optimis memandang sesuatu
c) Sikap terhadap proses penuaan
d) Apakah merasa dibutuhkan
e) Bagaimana mengatasi masalah
f) Apakah sering mengalami kegagalan
g) Apa harapan usila
f. Pengkajian fokus keperawatan pada lansia
Menurut Doengoes & Marilynn (2019) pengkajian adalah tahapan seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus terhadap anggota
keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar yang dipergunakan
mengkaji status kesehatan adalah:
1) Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin (lebih sering pada pria daripada wanita),
usia (terutama pada usia 30-40), alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan, golongan
darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
2) Keluhan Utama
Keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan
untuk mencari pertolongan
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit mulai dari timbulnya keluhan yang di rasakan sampai
saat di bawa ke layanan kesehatan, apakah pernah memeriksakan dirinya
ke tempat lain serta pengobatan yang telah di berikan dan bagaimana
perubahannya.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan
dengan sistem persyarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya.
Demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai
penyakit menular.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
6) Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a) Psikologi : apakah klien mengalami peningkatan stress
b) Sosial : cenderung menarik diri dari lingkungan
c) Spiritual : kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan
ibadah menurut agamanya
7) Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Kebutuhan nutrisi
Makan : kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya
protein).
Minum : kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
b) Kebutuhan eliminasi
BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
c) Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan
8) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada
daerah sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat
dan mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya
dan posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri
pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu
di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien
melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat
apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.
9) Pengkajian keseimbangan untuk lansia
Pengkajian posisi dan keseimbangan (sullivan)
No Tes koordinasi Keterangan Nilai
1 Berdiri dengan postur normal
2 Berdiri dengan postur normal, menutup mata
3 Berdiri dengan kaki rapat
4 Berdiri dengan satu kaki
5 Berdiri, fleksi trunk dan berdiri ke posisi netral
6 Berdiri, lateral dan fleksi trunk
7 Berjalan, tempatkan tumit salah satu kaki didepan
jari kaki yang lain
8 Berjalan sepanjang garis lurus
9 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai
10 Berjalan menyamping
11 Berjalan mundur
12 Berjalan mengikuti lingkaran
13 Berjalan pada tumit
14 Berjalan dengan ujung kaki
Jumlah
Keterangan
4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktifitas
Nilai
42-54 : mampu melakukan aktifitas
28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan
14-27 mampu melakukan bantuan maksimal
14 ≤ : tidak mampu melakukan
10) Pengkajian fungsional lansia
KATZ
Indeks kemandirian Katz untuk menilai aktifitas kehidupan sehari-hari
(ADL)
No Aktivitas Mandiri Terga
ntung
1 Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi
(seperti punggung atau ekstremitas yang
tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi,
serta tidak mandi sendiri
2 Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya
sebagian
3 Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan pispot
4 Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau
lebih perpindahan
5 Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut
( pampers)
6 Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral ( NGT )
Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis hasil/ nilai:
A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian, dan mandi.
B :emandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi tersebut.
C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan.
D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian dan
satu fungsi tambahan.
E : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
F: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan.
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
11) Modifikasi Barthel Indeks
Barthel Indeks merupakan skala yang digunakan untuk mengukur
kinerja dalam aktifitas sehari-hari.
NILAI
KETERAN
No KRITERIA BANTUA
MANDIRI GAN
N
1 Makan 5 10
2 Berpindah dari kursi roda ke
5-10 15
tempat tidur, sebaliknya
3 Kebersihan diri, mencuci
muka, menyisir, mencukur 0 5
dan menggosok gigi
4 Aktivitas di toilet
5 10
(menyemprot, mengelap)
5 Mandi 0 5
6 Berjalan di jalan yang datar
(jika tidak mampu jalan /
10 15
melakukannya dengan kursi
roda)
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpakaian termasuk
5 10
mengenakan sepatu
9 Mengontrol BAB 5 10
10 Mengontrol BAK 5 10
Total

Penilaian:
0 – 20 : Ketergantungan
21 – 61 : Ketergantungan berat/ sangat ketergantungan
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
12) Pengkajian masalah emosional
a) Pertanyaan tahap 1
(1) Apakah klien mengalami susah tidur?
(2) Apakah klien sering merasa gelisah?
(3) Apakah klien murung atau menangis sendiri?
(4) Apakah klien sering was-was atau kuatir?
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika jawaban “ya” 1 atau lebih.
b) Pertanyaan tahap 2
(1) Keluhan > 3 bulan atau > 1 kali dalam sebulan
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
(4) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter
(5) Cenderung mengurung diri
Jika >1 atau = 1 jawaban “ya”, maka ada masalah gangguan
emosional.

13) Pengkajian status kognitif dan afektif


a) SPMSQ (short portable mental status quesioner). Ajukan beberapa
pertanyaan pada daftar dibawah ini:
No Item Pertanyaan Benar Salah
1 Jam berapa sekarang?
Jawab:
………………………………………………
2 Tahun berapa sekarang?
Jawab:
………………………………………………
3 Kapan bapak/ ibu lahir?
Jawab:
………………………………………………
4 Berapa umur bapak/ ibu sekarang?
Jawab:
………………………………………………
5 Dimana alamat bapak/ ibu sekarang?
Jawab:
………………………………………………
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal
bersama bapak/ ibu?
Jawab:
………………………………………………
7 Siapa nama naggota keluarga yang tinggal
bersama bapak/ ibu?
Jawab:
………………………………………………
8 Tahun berapa Hari kemerdekaan Indonesia?
Jawab:
………………………………………………
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia
sekarang?
Jawab:
………………………………………………
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1?
Jawab:
………………………………………………
Jumlah
Analisis Hasil
Skor salah (0 – 2): Fungsi intelektual utuh
Skor salah (3 – 4): Kerusakan intelektual ringan
Skor salah (5 – 7): Kerusakan intelektual sedang
Skor salah (8 – 10): Kerusakan intelektual berat

b) MMSE (Mini Mental Status Exam)


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan
benar
Tahun :
Musim :
Tanggal:
Hari :
Bulan :
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita
berada?
Negara :
Propinsi:
Kabupaten/kota:
Panti werda:
Wisma :
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 nama obyek
(misal: kursi, meja, kertas),
kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab:
1. Objek ........
2. Objek ........
3. Objek ........
4 Perhatian 5 Meminta klien berhitung
dan kalkulasi mulai dari 100 kemudian
kurangi 15 sampai 5
tingkat.
Jawaban:
a. 85
b. 70
c. 40
d. 25
e. 10
5 Mengingat 3 Minta klien untuk
mengulangi ketiga objek
pada poin ke 2 (tiap poin
nilai 1), misal: kursi, meja,
kertas
1. Objek ........
2. Objek ........
3. Objek ........
6 Bahasa 9 a. Menanyakan pada klien
tentang benda (sambil
menunjukan benda
tersebut).
Contoh :
Jam tangan, meja, kursi,
pensil

b. Minta klien untuk


mengulangi kata berikut:
tidak ada, dan, jika/
tetapi

c. Minta klien untuk


mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3
langkah:
1. Ambil kertas
ditangan anda
2. Lipat dua
3. Taruh di lantai

d. Perintahkan pada klien


untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin).
“tutup mata anda”

e. Perintahkan kepada
klien untuk menulis
kalimat atau menyalin
gambar.
Klien menulis/
menggambar
Total nilai 30
Interpretasi hasil
> 23 : aspek kognitif dari fungsi mentak baik
1 – 22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
0 – 17 : terdapat kerusakan fungsi mental berat
14) Pengkajian skala jatuh pada lansia
Morse Fall Scale (MFS) digunakan untuk melakukan pengkajian
skala jatuh pada lansia
No Pengkajian Skala Nilai
1 Riwayat jatuh: Apakah lansia pernah jatuh Tidak : 0
dalam 3 bulan terakhir? Ya : 25
2 Diagnosa sekunder: Apakah lansia Tidak : 0
memiliki lebih dari satu penyakit? Ya : 15
3 Alat bantu jalan:
- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda 30
disekitar (kursi, lemari, meja)
4 Terapi intravena : Apakah saat ini lansia Tidak : 0
terpasang infus? Ya : 20
5 Gaya berjalan/ cara berpindah
- Normal/ bed rest/ imobilisasi (tidak 0
dapat bergerak sendiri) 10
- Lemah (tidak bertenaga) 20
- Gangguan/ tidak normal (pincang,
diseret)
6 Status mental
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0
sendiri 15
- Lansia mengalami keterbatasan daya
ingat
TOTAL SKALA
Tingkatan risiko jatuh
0 – 24 : Tidak berisiko (tindakan perawatan dasar)
25 – 50 : Risiko rendah (pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
standar)
>51 : Risiko tinggi (pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko)
15) Pengkajian tingkat depresi pada lansia
Geriatric Depression Scale merupakan skala yang digunakan untuk
pengkajian tingkat depresi pada lansia
No Pertanyaan Keterangan
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Ya Tidak
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat Ya Tidak
atau kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Ya Tidak
4 Apakah anda sering merasa bosan? Ya Tidak
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya Tidak
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi Ya Tidak
pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup Ya Tidak
anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke Ya Tidak
luar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan Ya Tidak
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini Ya Tidak
menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda Ya Tidak
saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya Tidak
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada Ya Tidak
harapan?
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaanya dari Ya Tidak
anda?
SKOR
Keterangan:
Lingkari pilihan jawaban berdasarkan pernyataan klien
Skor : hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal
Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1
Skor antara 5 – 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
16) Penilaian potensi dekubitus
Skor norton digunakan untuk menilai potensi dekubitus
No Item Penilaian Skor
1 Kondisi fisik:
 Baik 4
 Cukup baik 3
 Buruk 2
 Sangat buruk 1
2 Kondisi mental:
 Waspada/ sadar penuh 4
 Apatis 3
 Bingung 2
 Pingsan/ tidak sadar 1
3 Aktifitas:
 Dapat berpindah sendiri 4
 Berjalan dengan bantuan 3
 Terbatas dikursi 2
 Terbatas ditempat tidur 1
4 Mobilitas:
 Penuh/ bergerak bebas 4
 Sedikit terbatas 3
 Sangat terbatas 2
 Sulit bergerak 1
5 Inkontinensia:
 Tidak ngompol 4
 Kadang-kadang 3
 Sering inkontinensia urin 2
 Inkontinensia alvi dan urin 1
SKOR
Keterangan:
Skor < 14 : Resiko tinggi terjadinya ulkus diabetikum
Skor < 12 : Peningkatan risiko 50 kali lebih besar terjadinya ulkus
diabetikum
Skor 12 – 13 : Resiko sedang
Skor > 14 : Resiko kecil

17) Diagnosa Keperawatan


Menurut Doengoes & Marilynn (2019) diagnosa keperawatan pada lansia
yang sering muncul ialah:
a) Gangguan Memori
b) Penurunan Curah Jantung
c) Perfusi Perifer Tidak Efektif
d) Gangguan Pertukaran Gas
e) Pola Napas Tidak Efektif
f) Defisit Nutrisi
g) Gangguan Eliminasi Urin
h) Konstipasi
i) Gangguan Komunikasi Verbal
j) Defisit pengetahuan
2. Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi

Stroke adalah cedera mendadak dari pembuluh darah yang terjadi pada otak
sehingga aliran darah yang membawa oksigen dan glukosa terganggu,
sehingga oksigen dan glukosa yang merupakan nutrisi bagi sel otak untuk
menjalankan kehidupan dari seluruh sistem organ. Serangan stroke sering
terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala khusus sesuai bagian
otak yang tidak tersuplai darah. Maka itu, penderita stroke harus segera
mendapatkan pertolongan secepat mungkin agar kerusakan sel otak yang
terjadi minimal sehingga tidak menimbulkan cacat atau gejala sisa akibat
serangan. Cacat dapat berupa kelumpuhan anggota gerak, proses berpikir,
gangguan bicara dan memori, bahkan dapat menimbulkan kematian (Sari et
al., 2019).

Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2018 prevalensi stroke tertinggi


berada di Provinsi Sulawesi Utara (14,2%) dan terendah berada di Provinsi
Papua (4,1%). Sementara itu di Provinsi Jambi prevalensi stroke sebesar
(6,8%) (Kemenkes, 2018). Sekitar 15,9% penyebab kematian disebabkan
oleh penyakit stroke dari keseluruhan penyebab kematian. Selain
menyebabkan kematian, stroke juga dapat menimbulkan masalah kesehatan
pada penderitanya sehingga dapat mengganggu aktivitas dan mengurangi
kualitas hidup lansia (Setianingsih et al., 2019).

Studi yang dilakukan oleh Tang et al (2014) menunjukkan bahwa faktor


resiko yang berhubungan dengan kematian akibat penyakit stroke meliputi
jenis kelamin, usia, tekanan darah yang tinggi, BMI, fungsi kognitif dan
nutrisi. Beberapa studi menunjukkan prevalensi usia penderita stroke berada
dalam rentang usia 56-60 tahun dan faktor resiko utama yaitu hipertensi.
Faktor seperti hipertensi ataupun BMI merupakan faktor yang dapat
dikendalikan. Hipertensi dapat dikendalikan dengan mengubah gaya hidup
disertai dengan penatalaksanaan farmakologis maupun non farmakologis.
Pemberian terapi secara farmakologi maupun non farmakologi harus diawasi
oleh keluarga. Keluarga berperan dalam menjaga dan merawat anggota
keluarga yang sakit, keluarga perlu didukung oleh perawat, selain itu
pengetahuan keluarga juga sangat penting dalam mencegah tejadinya
komplikasi lanjutan dari stroke. Edukasi/pendidikan kesehatan merupakan
salah satu tindakan mandiri keperawatan yang dapat ditujukan pada
individu, kelompok, maupun komunitas untuk mengatasi masalah kesehatan
ataupun mengubah perilaku kesehatannya dengan tujuan menciptaan
derajat kesehatan seoptimal mungkin (Oktarina et al, 2020).

Penderita stroke post serangan membutuhkan waktu yang lama untuk


memulihkan dan memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal.
Terapi dibutuhkan segera untuk mengurangi cedera cerebral lanjut, salah
satu program rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke yaitu
mobilisasi persendian dengan latihan range of motion (Anggriani, Zulkarnain,
Sulaiman, 2018).

Dampak yang di timbulkan pada penderita stroke yaitu ketidak efektifan


manajemen kesehatan keluarga sehingga dapat meningkatkan risiko
komplikasi pada penyakit Stroke. Penyakit Stroke tidak dapat disembuhkan,
namun dapat dikendalikan melalui pengelolaan Stroke dapat mencegah
terjadinya kerusakan dan kegagalan organ dan jaringan.

b. Etiologi

Ada beberapa penyebab dari terjadinya stroke antara lain (Priyanto, 2019):

a. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).


Merupakan penyebab stroke yang paling sering di temui yaitu 40% dari
semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya
berkaitan erat dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat
aterosklerosis.
b. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)
Embolisme serebri kondisi dimana aliran darah terhambat akibat
benda asing (embolus), seperti bekuan darah yang berada di dalam
aliran darah yang dapat menghambat pembuluh darah. Emboli
serebri termasuk dalam urutan ke dua dari berbagai penyebab utama
stroke. Pada penderita stroke dengan embolisme serebri. Penderita
biasanya berusia lebih muda dibandingkan penderita stroke
trombosis.
c. Hemoragi (perdarahan)
Hemorragi atau pendarahan saat pecahnya salah satu srteri sehingga
aliran darah pada sebagian otak berkurang atau terputus yang
mengakibatkan pasokan oksigen ke otak menjadi berkurang sehingga
fungsi otak dapat terganggu. Hemoragi dapat terjadi di luar durameter
(hemoragi ekstra dural atau epidural) dibawah durameter (hermoragi
subdural), di ruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid atau dalam
substansial intra serebral).
d. Faktor Resiko pada Stroke
1) Hipertensi
2) Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif
3) Kolesterol tinggi
4) Obesitas
5) Peningkatan hematokrit (risiko infark serebral)
6) Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
7) Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merkok,
dan kadar estrogen tinggi)
8) Penyalahgunaan obat (kokain)
Konsumsi alkohol

c. Patofisiologi

Oksigen sangat penting untuk otak, jika terjadi hipoksia seperti yang terjadi
pada kasus stroke, maka otak akan mengalami perubahan metabolik,
kematian sel dan kerusakan permanen. Pembuluh darah yang paling sering
terkena adalah arteri serebral dan arteri karotis interna yang ada di leher.
Adanya gangguan pada peredaran darah otak dapat mengakibatkan cedera
pada otak melalui beberapa mekanisme, yaitu :Penebalan dinding pembuluh
darah (arteri serebral) yang menimbulkan, penyempitan sehingga aliran
darah tidak adekuat yang dapat mengakibatkan stroke non hemoragik,
pecahnya dinding pembuluh darah yang dapat menimbulkan hemoragik,
sedangkan pada penyumbatan pada arteri serebri media dan arteri vertebra
basilates yang sering terjadi menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas
kontralaterla, serta defisit sensorik (hemianestesia). Baik stroke hemoragik
dan non hemoragik berdampak pada gangguan sistem saraf, yang
menyebabkan penurunan fungsi pada nervus kranial yang terdiri dari 12
pasang (Ayuningtyas, 2020).
d. Pathway
e. Manifestasi Klinis

Menurut (Pujianto et al., 2018) stroke dapat menyebabkan berbagai defisit


neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran
darah kolateral (sekunder atau aksesori). Tanda dan gejala ini muncul pada
penderita stroke antara lain:

a. Kehilangan motorik: hemipelgi (paralisys pada suatu sisi) karena lesi


pada sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah
satu sisi tubuh.
b. Kehilangan komunikasi: disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia
(bicara deektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan
untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).
c. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan
visual spasial, kehilangan sensori.
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis.
f. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu (Dewi,
2021) :
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) CT scan (Computer Tomografi Scan): Pembidaian ini
memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara
pasti. Hasil pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,
kadang-kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke
permukaan otak.
2) MRI (Magnatik Resonan Imaging) untuk menunjukkan area yang
mengalami infark, hemoragik.
3) Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
4) Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah
satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
5) Sinar X Tengkorak: Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal.
6) Elektro Encephalografi (EEG) mengidentifikasi masalah didasarkan
pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2) Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
3) Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
4) Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
5) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksaan medis menurut menurut (Smeltzer & Bare, 2017) meliputi:
a. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat
maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi
dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
c. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting
dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
h. Pengkajian Fokus Keperawatan Pada Lansia
1) Pengkajian Keperawatan Pengkajian dilakukan pada pasien asma
bronkial menurut Wijaya & Putri (2013) dan Priscilla, Karen, Gerene
(2016) meliputi:
a) Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin ras dll
b) Informasi dan diagnosa medik yang penting
c) Data riwayat kesehatan
d) Riwayat kesehatan dahulu : pernah menderita penyakit asma
sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosi
pada ujung jari.
e) Riwayat kesehatan sekarang
1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat
tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas
2) Sesak setelah melakukan aktivitas / menhadapi suatu krisis
emosional
3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
f) Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat keluarga yang mengalami asma
2) Riwayat keluarga positif menderita penyakit alergi, seperti rinitis
alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-lain
g) Pemeriksaan fisik : tingkat distres yang tampak ,tanda-tanda vital,
kecepatan pernapasan dan ekskursi, suara napas di seluruh lapang
paru, nadi apikal.
h) Pemeriksaan diagnostik meliputi volume ekspirasi paksa, kecepatan
aliran ekspirasi puncak, gas darah.
i) pola gordon
1) Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian,
eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik
tangga.
a) Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring,
penggunaan otot–otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot
interkosta)
b) Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi,
dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi,
suara tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi
c) Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan
tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm
d) Pola istirahat tidurJam berapa biasa mulai tidur dan
bangun tidur, kualitas dan kuantitas jam tidur
e) Pola nutrisi – metabolic
a) Berapa kali makan sehari
b) Makanan kesukaan
c) Berat badan sebelum dan sesudah sakit
d) Frekuensi dan kuantitas minum sehari
f) Pola eliminasi
a) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
b) Nyeri
c) Kuantitas
g) Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
h) Pola konsep diri
a) Gambaran diri
b) Identitas diri
c) Peran diri
d) Ideal diri
e) Harga diri
f) Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
i) Pola seksual – reproduksi Adakah gangguan pada alat
kelaminya.
j) Pola peran hubungan
a) Hubungan dengan anggota keluarga
b) Dukungan keluarga
c) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
k) Pola nilai dan kepercayaan
a) Persepsi keyakinan
b) Tindakan berdasarkan keyakinan
2) Diagnosa Keperawatan Gerontik
1. Nyeri akut
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Kerusakan intregitas kulit
4. Hambatan komunikasi verbal
5. Ketidak efektifan pola napas
6. Gangguan persefsi sensori
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Djojodibroto, R.D. (2017). Respirologi (Respiratory Medicine) Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Martono, H & Pranaka, K. (2011). Buku Ajar Geriatri (ilmu kesehatan lansia). Edisi
ke-4, Jakarta: balai penerbit FKUI
Wijaya, A. S., & Putri, Y. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : keperawatan
dewasa teori dan contoh askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Priscilla, L., Karen, M. B., Gerene, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.
Putri, H. & Soemarno, S. (2013). Perbedaan Postural Drainage Dan Latihan Batuk
Efektif Pada Intervensi Nabulizer Terhadap Penurunan Frekuensi Batuk
Pada Asma Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Fisioterapi Volume
13 Nomor 1, (online), (http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-
3896-soemarno.pdf , diakses tanggal 13 Oktober 2019).
Ratmini NK, Arifin. (2011). Hubungan kesehatan mulut dengan kualitas hidup
lansia. Jurnal Ilmu Gizi 2: 139-45
Siti MR, Mia FE, Rosidawati, Jubaedi A, Batubara I. (2012). Mengenal lanjut usia
dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai