1. DEFINISI
Lanjut usia dibedakan menjadi dua bagian yaitu usia kronologis dan usia
biologis. Usia kronologis dihitung berdasarkan tahun kalender Indonesia
melakukan penetapan usia pensiun adalah 56 tahun yang kemungkinan
dapat dijadikan sebagai patokan seseorang memasuki usia lanjut. Sementara
berdasarkan UU No 13 tahun 1998 dinyatakan usia 60 tahun ke atas sebagai
usia lanjut (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Lansia adalah periode dimana
organisme telah mencapai masa keemasan atau kejayaannya dalam ukuran,
fungsi, dan juga beberapa telah menunjukkan kemundurannya sejalan
dengan berjalannya waktu (Suardiman, 2011).
2. BATASAN LANSIA
Berdasarkan Smith (dalam Tamher dan Noorkasiani, 2009)
menggolongkan lanjut usia menjadi 3 yaitu young old (65-74 tahun); midle old
(75-84 tahun); dan old (lebih dari 85 tahun).
3. KARAKTERISTIK LANSIA
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif
hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).
4. TIPOLOGI LANSIA
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan
bermacam-macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
2
3
c) Mitos berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degeneratif biologis yang disertai
oleh berbagai penderitaan akibat berbagai proses penyakit.
Kenyataannya memang proses penuaan disertai dengan menurunnya
daya tahan tubuh serta metabolisme, sehingga rawan terhadap penyakit,
tetapi masa sekarang banyak penyakit yang dapat dikontrol dan diobati.
d) Mitos senilitas
Usia lanjut dipandang sebagai masa demensia (pikun) yang
disebabkan oleh kerusakan bagian tertentu dari otak. Kenyataannya tidak
semua lansia
6. TEORI PENUAAN
Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011) dapat
dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial.
1) Teori Biologi
(a) Teori seluler Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam
jumlah tertentu dan kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk
membelah 50 kali. Jika sel pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di
laboratrium, lalu diobrservasi, jumlah sel–sel yang akan membelah,
jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. Pada beberapa
sistem, seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada
jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut
dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko
akan mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang
sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri (Azizah,
2011)
(b) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis) Jaringan seperti kulit
dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan
elastiaitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein
(kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan
bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda.
Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
bertambahnya usia (Tortora dan Anagnostakos, 1990). Hal ini dapat lebih
mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan
5
1. Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi menjadi penyakit nomor satu yang
paling banyak diderita lansia, menurut Riskesdas 2013. Semakin tua usia
Anda, tekanan darah cenderung meningkat. Ini merupakan sebuah
proses alami yang terjadi di tubuh Anda saat usia sudah mulai menua.
Namun begitu, tekanan darah tinggi tetap berbahaya bagi lansia karena
ini dapat menyebabkan penyakit jantung hingga stroke.
Tekanan darah yang tergolong tinggi adalah jika sudah mencapai 140/90
mmHg atau lebih. Jika sudah mencapai angka ini, lansia sebaiknya
diberikan pengobatan dan perawatan untuk hipertensi agar tidak
memburuk. Mengurangi asupan garam, berolahraga, kontrol berat badan,
jauhi stres, dan tidak merokok merupakan beberapa cara untuk
mengontrol hipertensi.
2. Artritis (radang sendi)
Ini menjadi penyakit nomor dua yang banyak menyerang lansia di
Indonesia. Artritis merupakan peradangan pada salah satu atau lebih
sendi Anda. Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri, kekakuan, dan
bengkak pada sendi. Sehingga, dapat menyebabkan ruang gerak Anda
menjadi terbatas. Semakin tua usia Anda, gejala penyakit ini bisa
semakin bertambah buruk.
Untuk itu, Anda perlu melakukan olahraga teratur dan menjaga berat
badan Anda agar artritis tidak memburuk. Jika Anda merasa sakit,
sebaiknya istirahat dan jangan memaksa untuk melakukan banyak
aktivitas.
3. Stroke
Stroke merupakan keadaan yang sangat berbahaya dan butuh
pertolongan cepat untuk meminimalkan kerusakan otak. Stroke terjadi
saat suplai darah ke bagian otak tidak terpenuhi, sehingga jaringan otak
tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi cukup untuk melakukan fungsinya.
Lansia merupakan golongan yang sering mengalami stroke. Beberapa
gejala dari stroke adalah mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki di salah
satu sisi tubuh, penurunan penglihatan di salah satu atau kedua mata,
kesulitan bicara atau memahami perkataan orang lain, sakit kepala tiba-
tiba tanpa tahu penyebabnya, dan kehilangan keseimbangan saat
berjalan.
10
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
2) BARTHEL INDEKS
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut,
gigi, dan bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal mengancing
baju)
2 = Mandiri
5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu
enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas (berjalan di 0 = Immobile (tidak mampu)
permukaan datar)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Hasil Pemeriksaan :
13
Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
Interpretasi :
14
Analisa hasil :
Nilai 3 atau lebih mendeteksi adanya depresi
5) APGAR KELUARGA
15
APGAR Keluarga
0= tidak
pernah
1=kadang-
kadang
2=selalu
Analisa hasil :
Nilai
Pasien Pertanyaan
Max
Orientasi
Registrasi
Mengingat
Bahasa
Nilai total
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif be
B.HIPERTENSI
1. DEFINISI
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2014).
3. PATOFISIOLOGI
b. PERENCANAAN KEPERAWATAN
A. NURSING CARE PLAN
DAFTAR PUSTAKA
27
Asmadi, (2014). Tehnik prosudural keperawatan : konsep dan aplikasi kebutuhan dasar
klien. Jakarta : Salemba Medika.
Gunawan, Lani. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi, Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2011
Hall, A.,2014. Penyakit jantung hipertensi dan nutrisi, bumi aksara, Jakarta.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction
Robin. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC; 2015.
Shep, Sheldon. 2014. Maya Clinic Hipertensi, Mengatasi tekanan darah tinggi.
Jakarta : PT IntisariMediana.
Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
8. Jakarta:EGC
World Health Organizition (WHO). World Health Day 2015 : calls intensified efforts to
prevents and control hypertension. 2015
Wilkinson, Judith M. & Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9
Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
28