KEPERAWATAN GERONTIK
1. KONSEP LANSIA
a. Definisi
Manusia lanjut usia (manula) merupakan populasi penduduk yang
berumur tua dengan kelompok usia 60 tahun atau lebih (Bustan, 2007).
Menurut (Fatmah, 2010) lansia merupakan proses alamiah yang
terjadi secara berkesinambungan pada manusia dimana ketika menua
seseorang akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan seluruh tubuh.
WHO dan Undang - Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa
usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses yang berangsur - angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangangan dari dalam dan luar tubuh.
b. Batasan lansia
Batasan - batasan usia lanjut Batasan umur pada usia lanjut dari waktu
ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO, 1999)
lansia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
c. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan
Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari :
1. pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun,
lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
2. lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih /
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
3. lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa, lansia tidak
potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
d. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut : berusia lebih dari 60
tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan),
kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam
dkk, 2008).
e. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000
dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan
sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit
dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh. Tipe lain dari lansia adalah
tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independen (ketergantungan), tipe
defensife (bertahan), tipe militan dan serius, tipe pemarah / frustasi
(kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus
asa (benci pada diri sendiri).
f. Proses Penuaan
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan
suatu fenomena yang kompleks multidimensional yang dapat diobservasi di
dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley,
2006).
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan
yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan
berkurangnya jumlah sel - sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya,
tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan - lahan.
Itulah yang dikatakan proses penuaan (Maryam dkk, 2008).
Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis
yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan - lahan (gradual)
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta
mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap
cedera, termasuk adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai berlangsung
sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan
jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh ‘mati’
sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia
berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun. Setiap orang memiliki
fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian
puncak fungsi tersebut maupun saat menurunnya. Umumnya fungsi
fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada usia 20 - 30 tahun. Setelah
mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh
beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan
bertambahnya usia (Mubarak, 2009).
Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik
secara biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang,
maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat
mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher, 2009).
Oleh karena itu, perlu perlu membantu individu lansia untuk menjaga
harkat dan otonomi maksimal meskipun dalam keadaan kehilangan fisik,
sosial dan psikologis (Smeltzer, 2001).
2. Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, ingatan)
b. IQ (Intellegent Qucient)
c. Kemampuan belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
3. Perubahan mental
Faktor - faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama - tama perubahan Fisik, khsusnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. 1ingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan Famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
4. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1990). 1ansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal
ini terlihat dalam berfiikir dan bertindak dalam sehari - hari (Murray dan
Zentner, 1970).
2. MASALAH KEPERAWATAN SESUAI DENGAN KASUS KELOLAAN
A. Konsep Stroke
a. Definisi
Stroke adalah kehilangan fungsi otak diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah kebagian otak, biasanya merupakan penyakit serebrovaskular
selama beberapa tahun. Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan
pembuluh darah otak, timbul mendadak dan biasanya mengenai penderita
usia 45-80 tahun, umumnya laki-laki sedikit lebih sering terkena dari pada
perempuan (Dayan,2013).
Stroke merupakan penyakit yang terjadi karena tergangguanya
peredaran darah otak yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak
sehingga mengakibatkan kelumpuhan bahkan kematian pada penderita
stroke, stroke dibagi menjadi dua yaitu stroke hemoragik dan non
hemoragik (Batticaca,2013).
Menurut Word Health Organization (WHO) dalam muttaqin (2011)
stroke didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah diotak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinik baik lokal maupun global yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih yang dapat menyebabkan kematian.
b. Etiologi
Menurut Price & Wilson, (2012) stroke biasanya diakibatkan oleh salah
satu dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :
a) Trombosis, yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama trombosis, yang adalah
penyebab paling umum dari stroke. Secara umum, trombosis tidak
terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia,
atau paresthesia pada setengah tubuh dapat mendahului paralisis berat
pada beberapa jam atau hari.
b) Embolisme Serebral, yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa
ke otak dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya menyumbat arteri
serebral tengah atau cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral.
c) Iskemia, yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama
karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
d) Hemoragi serebral, yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien
dengan perdarahan dan hemoragi mengalami penurunan nyata pada
tingkat kesadaran dan dapat menjadi stupor atau tidak responsif. Akibat
dari keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai darah ke
otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen fungsi
otak dalam gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
c. Manifestasi Klinik
Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat) ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala
sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya (Muttaqin, 2008).
1) Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atauhemiplegia).
2) Lumpuh pada salah satu sisi wajah “ Bell ‘sPalsy”.
3) Tonus otot lemah ataukaku.
4) Gangguan lapang pandang “HomonimusHemianopsia”.
5) Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia
atau disafhasia: bicara defeksif/kehilanganbicara).
6) Gangguanpersepsi.
7) Gangguan statusmental.
d. Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
a. Infark Serebri
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
c. Fistula caroticocavernosum
d. Epistaksis
(Rahajuningsih,2009)
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
a) Menurunkan kerusakan iskemikcerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa
diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan
sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan
aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia
(irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
b) Mengendalikan hipertensi dan menurunkanTIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan, pemberian dexamethason.
c) Pengobatan
Antikoagulan :Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada faseakut
f. Patofisiologi
Oksigen sangat penting untuk otak, jika terjadi hipoksia seperti yang
terjadi pada stroke, di otak akan mengalami perubahan metabolik, kematian
sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit
(AHA, 2015). Pembuluh darah yang paling sering terkena adalah arteri
serebral dan arteri karotis interna yang ada di leher (Gideon, 2012). Adanya
gangguan pada peredaran darah otak dapat mengakibatkan cedera pada otak
melalui beberapa mekanisme, yaitu :
b. Penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang menimbulkan
penyembitan sehingga aliran darah tidak adekuat yang selanjutnya akan
terjadi iskemik.
c. Pecahnya dinding pembulh darah yang menyebabkan hemoragi.
d. Pembesaran satu atau sekelompok pembuluh darah yang menekan
jaringan otak.
e. Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang
interstitial jaringan otak (Smeltzer dan Bare, 2010).
Pathway
Faktor pencetus: hipertensi, DM, penyakit jantung, gaya hidup yang tidak
baik, kolesterol yang meningkat daam darah
Kegagalan menggerakan
Penekanan saraf pernafasan, respon
anggota tubuh
pernafasan terganggu (pola nafas,
irama nafas, kedalaman)
f. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penurunan suplai oksigen dan darah keotak
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan saraf
saluran nafas
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
5) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
g. Intervensi Keperawatan
Faktor Yang
Berhubungan :
1. Perubahan afterload
2. Perubahan
kontraktilitas
3. Perubahan frekuensi
jantung
4. Perubahan preload
5. Perubahan irama
6. Perubahan volume
7. Sekuncup
Faktor Yang
Berhubungan :
1. Agen cidera biologis
(mis : infeksi, iskemia,
neoplasma)
2. Agen cidera fisik ( mis :
abses, amputasi, luka
bakar, terpotong,
prosedur bedah, trauma)
3. Agen cidera kimiawi
(mis : luka bakar,
kapsaisin)
DAFTAR PUSTAKA