Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN STROKE NON HEMORAGIK

OLEH :
NAMA : DIEN ROISYE ITEM
NIM : 462017801

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA, 2020
Laporan Pendahuluan
1. Konsep Penyakit
A. Pengertian
Definisi Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan
(stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda
sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).

Stroke non hemoragik ialah tersumbatnya pembuluh darah yang


menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nuratif &
Kusuma, 2015). Stroke non hemoragik dapat berupa iskemia atau emboli dan
trombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Wijaya &
Putri, 2013)

Sedangkan menurut Pahria, (2014) Stroke Non Haemoragik adalah cedera


otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak terjadiakibat pembentukan
trombus di arteri cerebrum atau embolis yangmengalir ke otak dan tempat lain di
tubuh

B. Klasifikasi Stroke Non Hemoragik


Stroke non hemoragik dibagi lagi berdasarkan lokasi penggumpalan, yaitu:
a. Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler sistemik.
Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung dengan shunt yang
menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel.
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan
pada katup mitralis, fibrilasi atrium, infark kordis akut dan embolus yang
berasal dari vena pulmonalis. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah
jantung berkurang dan serangan biasanya muncul disaat penderita tengah
beraktivitas fisik seperti berolahraga.
b. Stroke Non Hemoragik Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak. Dapat
dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis)
merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan stroke pembuluh
darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Trombosis
pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah terhalang, biasanya ini terkait
dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit atherosklerosis.
C. Penyebab
Beberapa faktor resiko yang menjadikan kemungkinan berkembangnya
penyakit degenerative. Faktor resiko vaskuler diantarnya adalah : umur, riwayat
penyakit vaskuler dalam keluarga, hipertensi, DM, kontrasepsi oral, dan fibrinogen
plasma (Ginsberg, 2010)

Stroke non hemoragik disebabkan karena adanya penyumbatan pada


pembuluh darah yang menuju ke otak. Sumbatan ini dapat disebabkan oleh dua hal,
yang pertama adalah karena adanya penebalan pada dinding pembuluh darah yang
disebut dengan atheroschlerosis dan bekuan darah yang bercampur lemak yang
menempel pada dinding pembuluh darah, yang dikenal dengan istilah
thrombus.Yang kedua adalah tersumbatnya pembuluh darah otak oleh emboli,
yaitu bekuan darah yang berasal dari thrombus di jantung. Thrombus atau bekuan
darah di jantung ini biasanya terjadi pada pasien yang terpasang katup jantung
buatan, setelah serangan miokard akut, atau pasien dengan gangguan irama
jantung berupa febrilasi atrial, yaitu irama jantng yang tidak teratur yang berasal
dari serambi jantung (Mulyatsih & Arizia, 2010).

Stroke biasanya diakibatkan dari salah satau kejadian dibawah ini :

a. Trombus Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi pad jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti disekitarnya (Muttaqin, 2010)
b. Emboli Serebri
Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Emboli menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis (Muttaqin,
2008)
c. Iskemia
Penurunan aliran darah ke area otak (Smelzer, 2011)

D. Manifestasi Klinis
Stroke sering muncul secara tiba-tiba dan cepat. Oleh karena itu penting
mengenali tanda-tanda atau gejala stroke. Beberapa gejala stroke antara lain
sebagai berikut.
a. Nyeri kepala hebat secara tiba-tiba.
b. Pusing, yakni merasa benda-benda disekitarnya berputar atau merasa goyang
bila bergerak atau biasanya disertai mual dan muntah
c. Bingung, terjadi gangguan orientasi ruang, waktu atau personal
d. Pengelihatan kabur atau ketajamanpengelihatan menurun, bisa pada salah satu
mata ataupun kedua mata
e. Kesulitan bicara secara tiba-tiba, mulut terlihat tertarik ke satu sisi atau “perot”
f. Kehilangan keseimbangan, limbung, atau jatuh
g. Rasa kebas, yakni mati rasa, atau kesemutan pada satu sisi tubuh
h. Kelemahan otot-otot pada satu sisi tubuh.

Berdasarkan gejala dan tanda serta waktu terjadinya serangan, dapat

diperkirakan letak kerusakan jaringan otak serta jenis stroke yang menyerang
yakni:

a. Kesemutan atau kelemahan otot pada sisi kanan tubuh menunjukkan


terjadinya gangguan pada otak belahan kiri
b. Kehilangan keseimbangan menunjukkan gangguan terjadi di pusat
keseimbangan, yakni antara lain daerah otak kecil (cerrebellum). Serangan
stroke yang terjadi saat penderita sedang istirahat atau tidur umumnya adalah
stroke iskemik. Gejala munculnya secara bertahap dan kesadaran umum baik,
kecuali iskemiknya terjadi karena sumbatan embolus yang berasal dari jantung
maka gejala muncul mendadak dan sering disertai nyeri kepala.

E. Pathway

Penyakit yang mendasari stroke (alcohol, hiperkolesteruid,


merokok, stress depresi, kegemukan, hipertensi

Ateroklorosis (elastisitas Kepekatan darah


pembuluh darah meningkat
Pembentukan trombus
menurunan )

Perfusi jaringan serebal


Hipoksia serebri
tidak adekuat

Hemifer kanan Hipertensi

Kerusakan N.VII dan


N.XII, N X Hemiparase pelgi kanan Resiko Ketidakefektifan
perfusi jaringan otak

disfasia/afasia Penurunan Otot

Gangguan komunikasi Gangguan mobilitas fisik


verbal

Penurunan kemampuan Ketidakseimbangan nutrisi


otot kurang dari kebutuhan tubuh
mengunyah/menelan
F. Penatalaksanaan
a. Medis
a) Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol,
cilostazol
b) Trombolitik : Alteplase (recombinant tissue plasminogen activator (rt-
PA))
Pengobatan stroke dengan menggunakan obat yang biasa
direkomendasi untuk penderita stroke iskemik yaitu tissue
plasminogen activator (tPA) yang diberikan melalui intravena. Fungsi
tPA ini yaitu melarutkan bekuan darah dan meningkatkan aliran darah
ke bagian otak yang kekurangan aliran darah (National Stroke
Association, 2016)
c) Penatalaksanaan farmakologi lainnnya yang dapat digunakan untuk
pasien stroke yaitu aspirin. Pemberian aspirin telah menunjukkan
dapat menurunkan risiko terjadinya early recurrent ischemic stroke
(stroke iskemik berulang), tidak adanya risiko utama dari komplikasi
hemoragik awal, dan meningkatkan hasil terapi jangka panjang (sampai
dengan 6 bulan tindakan lanjutan). Pemberian aspirin harus diberikan
paling cepat 24 jam setelah terapi trombolitik. Pasien yang tidak
menerima trombolisis, penggunaan aspirin harus dimulai dengan
segera dalam 48 jam dari onset gejala (National Medicines Information
Centre, 2011).
b. Keperawatan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien stroke non hemoragik
dengan gangguan mobilitas fisik yaitu melakukan mobilisasi sedini mungkin
saat kondisi neurologis dan hemodinamik penderita sudah membaik atau
stabil. Mobilisasi harus dilakukan secara rutin dan terus-menerus. Latihan
Range of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan untuk rehabilitasi
yang dinilai cukup efektif untuk mencegah dampak yang timbul akibat
gangguan mobilitas fisik. Latihan ROM adalah jenis latihan yang dilakukan
untuk memperbaiki dan meningkatkan ketahanan gerak sendi normal.
(Mustaqib, 2013)

2. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
a. Riwayat
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
b) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
c) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat- obat adiktif, kegemukan.
e) Riwayat penyakit keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita
hipertensi ataupun diabetes militus.

b. Pola Gordon
a) Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa,
paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
b) Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia. Dan hipertensi arterial.
c) Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
d) Eliminasi Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia
urine, anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus
menghilang.
e) Makanan/caitan
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
f) Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada
bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi
yang sama di muka.
g) Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
h) Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas,
whezing, ronchi.
i) Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan
persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
j) Interaksi sosial
k) Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.

c. Pemeriksaan Penunjang
a) EKG 12 sandapan dan
Didapatkan gelombang R monofasik, menghilang dan melebar pada
sandapan I, V5 & V4 terutama gelombang S ini terjadi bila adanya
kardiomegali (Liza, 2017)
b) CT Scan
CT scan didapatkan lesi lebih dari sepertiga wilayah arteri serebri media.
Hal ini disebabkan karena trombolisis yang dilakukan pada daerah
ireversibel yang luas memiliki resiko tinggi terjadinya perdarahan.
(Mardhiah, 2014)
c) Nilai Laboratorium
Menurut Muhammad (2014) nilai rerata kadar gula darah pasien stroke
non hemoragik dengan ketergantungan total ialah 163,50 mg/dL, pada
ketergantungan berat 150,25 gr/dL dan ketergantungan sedang 156,75
mg/dL. 37,5% pasien stroke non hemoragik mengalami penurunan
hemoglobin dengan nilai di bawah 12-14 gr/dL .
d) Thorax Photo
Didapatkan kardiomegali tanpa bendungan paru, dengan batas jantung
kanan lebih dari 1/3 diafragma kanan dan sudut kardiofrenikus lancip,
double kontur sisi kanan jantung, aurikel menonjol dan bronkus utama kiri
terangkat. Pada lateral view menekan esofagus ke belekang atau kesamping
.atrium kii menojol 1/3 bagian tengah belakang ampak jantung memebesar
kekiri dengan apek terangkat(CTI >55) Dengan segmen pulmonal
menonjol. Double kontur super posisi dengan certebra (Abdullah 2014)

B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan.dengan
ketidakmampuan menelan/reflek menelan turun (000002)
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi otot. (00085)
c. Hambatan komunikasi verbal berhungan.dengan, disfasia/afasia (00051)
d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipertensi
(00201)

C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)


1 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan - Kaji fungsi motoric
keperawatan di harapkan klien - Monitor tanda-tanda
berhubungan.dengan
dapat melakukan aktivitas fisik vital
penurunan otot Tujuan dan kriteria hasi : - Kaji kemampuan
Setelah dilakukan tindakan pasien dalam
keperawatan, diharapkan mobilitas
hambatan mobilitas fisik dapat - Meminta keluarga
teratasi dengan kriteria hasil : Membantu
- Kebutuhan klien terhadap kebutuhan ADLs
pergerakan dapat - Posiskan dengan
dipenuhi nyaman
- Klien mampu melakukan - Dorong latihan ROM
mobilisasi dan aktif dan pasif
mempertahankan posisi - Ajarkan anggota
- Kekuatan otot meningkat keluarga untuk
mengatur posisi
pasien dan
melakukan ROM
pasien secara tepat.
2 Hambatan komunikasi verbal Setelah dilakukan asuhan - Kaji tipe disfungsi,
keperawatan, diharapkan klien seperti afasia reseptif
berhungan.dengan
dapat berkomunikasi dengan (tidak mengerti tentang
disartria,disfasia/afasia tepat sesuai dengan keadaannya kata-kata atau afasia
dan dapat mengemukakan ekspresif (sulit berbicara)
kebutuhannya dengan kriteria - Perintahkan klien untuk
hasil : menyebutkan nama
- Terciptanya komunikasi benda yang diperlihatkan
dimana kebutuhan klien - Instruksikan pasien
dapat terpenuhi untuk berbicara pelan
- Klien mampu merespon saat - Gunakan pertanyaan
berkomunikasi baik secara tertutup dengan jawaban
verbal maupun isyarat sederhana
‘ya’/’tidak’Sediakan
metode alternatif untuk
berkomunikasi dengan
berbicara misalnya
menulis, papan
komunikasi dengan
gambar dan huruf.
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Berikan pujian jika perlu
- Anjurkan kunjungan
keluarga secara teratur
untuk memberi stimulus
komunikasi
- Kolaborasi terapi wicara

3 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan - Tentukan status gizi


keperawatan, diharapkan nutrisi pasien dan kemampuan
kurang dari kebutuhan tubuh
klien dapat terpenuhi secara dalam memenuhi nutrisi
berhubungan.dengan adekuat dengan kriteria hasil : - Monitor penurunan BB
- BB dapat dipertahankan dan identifikasi
ketidakmampuan penurunan BB terakhir
/ditingkatkan
menelan/reflek menelan - Albumin dalam batas normal - Monitor adanya mual
turun. muntah, aspirasi,
penurunan nafsu makan
dan penurunan
kemampuan menelan
- Monitor adanya alergi
atau intoleran makanan
- Monitor intake nutrisi
dan cairan secara tepat
- Bantu pasien untuk
duduk tegak (sebisa
mungkin mendekati
90ºuntuk makan/latihan
makan)
- Anjurkan makanan yang
di sukai
- Berikan informasi
kesehatan makanan yang
bisa makan bagi
penderita stroke
4 Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan - Monitor adanya daerah
keperawatan diharapkan tertentu yang hanya peka
perfusi jaringan otak
sirkulasi jaringan otak dapat terhadap panas/
berhubungan dengan menjadi membaik. dingin/tajam/tumpul
hipertensi (00201)
Dengan kriteria hasil - Batasi pergerakan pada
- Mendemostrasikan status kepala leher dan
sirkulasi yang di tandai punggung
dengan tekanan systole dan - Monitor adanya paretes
diastole dalam rentan yang - Monitor kemampuan
diharapkan BAB
- Tidak ada ortostatik - Kolaborasi pemberian
hipertensi analgetik
- Berkomunikasi dengan jelas
dan sesuai dengan
kemampuan
- Menunjukan funsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-gerakan
involunter.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Rozi. 2014. Rotgen Kardio Megali. Buku Saku Kedokteran


Bare BG., Smeltzer SC. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. Hal : 45-47
Muttaqin,Arif, Sari, Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta Salemba Medika
Mardiah, Asma.2014.Tanda Awal Stroke Iskemik Pada CT-Scan Tanpa Kontras.
Universitas Gadjah Mada
Mulyatsih, E. (2010). Stroke, Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah.
Jakarta:FKUI
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
Salemba Medika.
Nugroho. (2004). Perbedaan Fungsi Kognitif Antara Stroke Hemoragik Dan Iskemik
Dengan Lokasi Lesi Hemisfer Kiri. Universitas Sebelas Maret.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai