TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Pengertian Menua
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (1). Menurut WHO, yang termasuk
lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut undang-
undang No.4 tahun 1965 pasal 1, seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau
lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai
atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
a. Teori Biologis
Menurut teori ini menua telah terprogam secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam inti sel nya suatu jam genetik
yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung
mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini
4
5
bila jam kita itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
Teori wear and tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi
sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga
mendorong malfungsi organ tubuh. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas,
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
3) Riwayat lingkungan
dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan
proses penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan
4) Teori Imunitas
5) Teori Neuroendokrin
hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh
6
sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid,
adrenal, dan reproduksi. Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan
secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk
menerima, memproses dan bereaksi terhadap perintah (3). Seluruh reflek volunter
menjadi lebih lambat sehingga kemampuan lanjut usia untuk berespon terhadap
b. Teori Psikososiologis
Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
1. Teori Kepribadian
sendiri, yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang
yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya
untuk mencapai penuaan yang sukses. Tugas utama lanjut usia adalah mampu
integritas.
3. Teori disengagement
penarikan diri ini dapat diprediksi sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting
7
untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lanjut usia
dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab
4. Teori aktivitas
Penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Gagasan pemenuhan
oleh orang lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti
bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
5. Teori kontinuitas
merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk
tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan
Perubahan fisiologis pada lanjut usia yang berkaitan dengan kejadian jatuh
a. Perubahan Muskuloskeletal
8
mineral. Jaringan otot rangka melekat pada rangka dan bertanggung jawab untuk
fungsional. Klasifikasi struktural didasarkan pada ikatan materi tulang dan apakah
Penurunan progesif pada massa tulang total terjadi sesuai proses penuaan.
perubahan hormonal, dan resorpsi tulang. Efek penurunan tulang adalah makin
lemahnya tulang: vertebra lebih lunak dan dapat terteka, dan tulang berbatang
panjang kurang tahanan terhadap penekukan dan menjadi lebih cenderung fraktur.
tonus dan kekuatan otot semunya menurun: otot lebih menonjol dari ekstremitas
yang menjadi kecil dan lemah, dan tangan kurus dan tampak bertulang.
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan
9
mekaniknya karena penuaan, kekakuan dari kolagen mulai menurun. Kolagen dan
menjaga mobilitas.
2. Kartilago
rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif tidak hanya sebagai
Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan.
3. Tulang
berkurang dan tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang terjadi adalah
4. Otot
jumlah dan ukuran serabut otot, meningkatnya jaringan penghubung dan jaringan
lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Perubahan otot pada penuaan antara
lain menurunya jumlah serabut otot, atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril
menjadi tidak teratur dan hipertropi pada serabut otot yang lain, penurunan 30%
mobilitas.
12
5. Sendi
Pada lanjut usia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan
sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi, gangguan jalan dan aktivitas
paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri. Walaupun bagian lain dari sistem saraf
pusat juga terpengaruh. Perubahan ukuran otak yang dipengaruhi oleh atrofi girus
dan dilatasi sulkus dan ventrikel otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang
paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran darah serebral
penyusutan neuron, dengan potensial 105 kehilangan yang diketahui pada usia 80
berjalan dengan langkah kaki melebar disertai dengan berkurangnya gerakan yang
sesuai. Waktu reaksi menjadi lebih lambat, dengan penurunan atau hilangnya
hentakan pergelangan kaki dan pengurangan reflek lutut, bisep dan trisep terutama
13
konduksi (3)
penurunan persepsi sensorik dan respon motorik pada susunan SSP . hal ini terjadi
karena SSP pada lanjut usia mengalami perubahan. Berat otak pada lansia
otak sehingga otak menjadi lebih ringan. Akson, dendrit dan badan sel saraf
Dendrit yang berfungsi untuk komunikasi antar sel mengalami perubahan menjadi
lebih tipis dan kehilangan kontak antar sel. Daya hantar saraf mengalami
penurunan 10% sehingga gerakan menjadi lamban. Akson dalam medula spinalis
keseimbangan, kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan waktu reaksi. Hal itu
neurologis pada klien lanjut usia dapat dipandang dari berbagai perspektif: fisik,
1) Fisik
hubungan fungsi sistem ini dengan sistem tubuh yang lain. Dengan gangguan
perfusi dan gangguan aliran darah serebral, lanjut usia berisiko lebih besar untuk
penurunan kecepatan konduksi saraf, reflek yang lebih lambat, dan respon yang
14
tertunda untuk berbagai stimulus yang dialami maka terdapat pengurangan sensasi
kinestetik.
2) Fungsi
penurunan mobilitas pada lanjut usia, yang disebabkan oleh penurunan kekuatan,
dan penurunan jumlah serabut otot dengan jaringan fibrosa secara berangsur-
diakibatkan oleh cedera motor neuron di dalam SSP. Kejang yang berat dapat
juga nyeri sendi, kontraktur dan masalah dengan pengaturan posisi. Tendon dapat
tendon. Defisit mobilitas fungsional dan pergerakan membuat lanjut usia menjadi
c. Perubahan Sensoris
dihasilkan merupakan faktor yang turut berperan paling kuat dalam perubahan
gaya hidup yang bergerak ke arah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi
penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan
akibat penuaan dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata. Perubahan
akomodasi mata terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lemah dan lebih kendur,
kekeruhan lensa Kristal yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menimbulkan
penglihatan dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat
selaput di atas mata adalah gejala umum, yang mengakibatkan kesukaran dalam
mengfokuskan penglihatan dan membaca.. selain itu lanjut usia harus didorong
terhadap cahaya sering terjadi, menyebabkan lanjut usia sering mengedipkan mata
terhadap cahaya terang atau ketika berada di luar pada siang hari yang cerah.
Lanjut usia memerlukan penggunaan cahaya pada malam hari di dalam rumah dan
pencahayaan baik ke suatu lingkungan yang pencahayaan redup. Lanjut usia harus
tangga dan menggunakan cat yang terang pada bagian tepi anak tangga. (3)
penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman penglihatan dan daya
akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang. Penggunaan kacamata dan sistem
atrofi di sekitar discus, lensa dibutuhkan lebih banyak cahaya untuk melihat
warna, konjungtiva menipis dan terlihat kekuningan, air mata menurun infeksi dan
tidak diketahui tetapi berbagi factor yang telah diteliti adalah nutrisi, faktor
terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang
telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf
pada tulang di dal;am telinga tengah, dalam bagian koklear atau di dalam tulang
mastoid. Dalam presbikusis, suara konsonan derngan nada tinggi merupakan yang
pertama kali terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi secara bertahap.. karena
17
perubahan berlangsung lambat, lanjut usia mungkin tidak segera mencari bantuan
yang dalam hal ini sangat penting sebab semakin cepat kehilangan pendengaran
dapat diidentifikasi dan alat bantu diberikan, semakin besar kemungkinan untuk
bertahap.
misalnya f, s, sk,sh dan l. Perubahan-perubahan ini dapat terjadi pada salah satu
menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak termasuk jatuh
akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut
adalah dari penyebab yang spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari
alasan morbiditas dan mortalitas terbesar pada orang tua di Australia yaitu
sebesar 80% alasan rawat inap atau terjadi pada 30% orang tua berusia 65 tahun.
Empat puluh persennya disebabkan oleh penyakit pendahulu seperti stroke, 30%
18
bahwa jatuh pada lansia ke IGD dan kebanyakan merupakan jatuh dengan
etiologi primer pada orang di atas 65 tahun. Tujuh puluh persen dari jatuh pada
dengan zat obat tertentu. Gangguan penglihatan yaitu penurunan visus juga
menjadi penyebab jatuh pada lansia. Angka kematian akibat jatuh juga tingi yaitu
18 kematian dari 100.000 kasus. Angka ini meningkat jika lansia berusia lebih
dari 80 tahun yaitu menjadi 81 kematian per 100.000 kasus jatuh. Angka cedera
atau morbiditas akibat jatuh adalah 2.415 kasus per 100.000 kasus.
Lansia yang bertahan dari jatuh memiliki tingkat morbiditas yang tinggi.
Angka rawat inap meningkat 2 kali pasca jatuh pada lansia (8).
Secara umum, faktor risiko jatuh bisa dibagi menjadi dua kelompok besar
yaitu faktor intrinsik yaitu faktor yang berhubungan dengan perilaku seseorang
dan faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berhubungan dengan lingkungan seseorang
Sedangkan Wolter (10) membagi faktor risiko jatuh pada lansia menjadi sebagai
berikut:
1. Faktor demografis: usia yang lebih tua (>75 tahun), ras putih, dan yang
lansia (12):
1. alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau
tergeletak di bawah
5. Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk pinggirnya,
8. Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya
1. Aktivitas
21
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti
berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit sekali (5%),
jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki
gunung atau olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak
kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya
yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi pada lansia yang imobil (jarang
bergerak) ketika tiba-tiba dia ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa
pertolongan.
2. Lingkungan
Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan
kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya
3. Penyakit Akut
Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari penyakit
kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas
akut pada penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba-tiba pada
3. Komplikasi
Menurut Kane (13), komplikasi-komplikasi jatuh adalah :
a. Perlukaan (injury)
sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah
23
tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah,
tungkai atas.
b. Disabilitas
Pinggul dan paha merupakan area cedera yang paling sering terkena akibat
jatuh dan memerlukan rawat inap baik pada laki-laki maupun pada perempuan.
Fraktur femur akibat jatuh memang telah meneurun selama tahun 1999-2000 yaitu
sekitar 1,3% per tahun pada laki-laki dan 2,2% pada perempuan. Cedera kepala
juga merupakan komplikasi yang sering terutama pada pria. Sehingga pencegahan
cedera kepala sebaiknya dilakukan pada lansia yaitu dengan pemberian alat
alasan rawat inap yang paling sering dan 91% patah tulang panggul beruhubungan
dengan jatuh. Dampak lain dari jatuh pada lansia adalah peningkatan angka
dan sebaya, peningkatan biaya perawatan, dan peningkatan jumlah hari perawatan
(14).
jatuh, lansia meletakkan tangan mereka untuk menahan beban. Jatuh juga akan
menurunkan kepercayaan diri lansia dalam berjalan dan bisa meningkatkan stres.
Australia melaporkan waktu tersering lansia mengalami jatuh adalah saat jam
kerja dimana banyak orang sekitar namun sibuk dengan pekerjaannya masing-
masing. Lokasi jatuh paling banyak adalah disamping tempat tidur, kamar mandi.
24
Karakteristik jatuh pada lansia tergantung dari situasi dan kondisi. Lansia yang
lebih fleksibel bepergianlebih sering mengalami jatuh saat berjalan atau saat
c. Mati
institusional (15)
risiko yang tinggi. Sedangkan assesment adalah proses yang bertujuan faktor-
faktor apa saja yang terdapat pada lansia ini yang meningkatkan risiko jatuhnya
sehingga bisa kita cegah. Berikut salah satu metode skrining tingkat risiko jatuh
Intervensi yang bisa dilakukan jika lansia berada pada risiko medium
1. Skrining dan nilai semua faktor risiko jatuh pada lansia di rumah sakit
penghilang nyeri.
27
mengalami hipotensi.
6. Melakukan urinalisa rutin untuk mengidentifikasi infeksi saluran kemih.
7. Menjadwalkan fisioterapi rutin pada pasien dengan kesulitan
8. Edukasi dan diskusi dengan pasien secara rutin tentang bahaya dan risiko
tubuh pasien.
28
a. Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari
e. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
f. Pasang pegangan tangan pada tangga dan pasang anti slip pada pegangan
tangga, dan bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah tangga.
g. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa
29
h. Gunakan lantai yang tidak licin atau memakai alas kaki yang tidak licin.
i. Atur letak barang-barang perabotan agar jalan untuk melintas mudah dan
menghindari tersandung.
k. Pasang stiker cahaya yang akan menyala apabila lampu mendadak padam
m. Pasang alarm dan alat komunikasi yang tinggal menekan tombol apabila lansia
meminta bantuan.
30
5. Tata Laksana
harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang terdiri dari dokter (geriatrik,
Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga
perbaikan kebiasaan lansia itu. Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk
kekuatan otot dan status fumgsional. Penelitian yang dilakukan dalam waktu satu
31
tahun di Amerika Serikat terhadap pasien jatuh umur lebih dari 75 tahun,
strengthening dan pemberian alat bantu jalan. Biasanya program rehabilitasi ini
dipimpin oleh fisioterapis. Program ini sangat membantu penderita dengan stroke,
hipotensi postural seperti beta bloker, diuretik, anti depresan, dll (18).
ini (18):
Anamnesis dilakukan baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau
berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok, sedang
makan, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin, sedang
kegiatannya.
B. Pemeriksaan Fisik
(podiatrik), deformitas.
C. Assesmen Fungsional
1. Gaya berjalan dan keseimbangan : observasi pasien ketika bangkit dari duduk
dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan, ketika mau duduk
dibawah.
kencing.
Algoritma evaluasi penanganan jatu dapat dilihat pada gambar di bawah ini (18):
34