Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Sepsis neonatorum adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik yang

terjadi pada bulan pertama kehidupan (1). Infeksi ini dapat terjadi pada onset awal

maupun onset lambat. Infeksi neonatal onset awal merupakan infeksi yang terjadi

pada neonatal pada waktu lahir sampai 7 hari pertama kehidupan. Infeksi neonatal

onset lambat merupakan infeksi yang terjadi pada hari ke 8 sampai bulan ke 3

kehidupan (2)

Infeksi neonatal masih merupakan masalah di bidang pelayanan Perinatologi

dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi dengan berbagai latar

belakang penyebab (7).

B. Etiologi

Infeksi neonatal dapat terjadi intrauterin melalui transplasental, didapat

intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses persalinan, atau pascapartum

akibat sumber infeksi dari luar setelah lahir. Infeksi intrapartum dapat terjadi pada

saat melalui jalan lahir atau infeksi asendens bila terjadi partus lama dan

ketuban pecah dini. Yang paling sering menjadi penyebabnya adalah kelompok

virus yaitu herpes simplex, HIV, cytomegalovirus (CMV), dan hepatitis B.

Sedangkan kelompok bakteri termasuk Streptokokus grup B Gram negatif, kuman

enterik Gram negatif (terutama Escheria coli), gonokokus, dan klamidia. Infeksi

pasca persalinan terjadi karena kontak dengan ibu yang terinfeksi secara

3
langsung misalnya ibu yang menderita tuberkulosis (meskipun dapat ditularkan

intrauterin), melalui ASI (HIV, CMV), kontak dengan petugas kesehatan lain,

atau kuman di lingkungan rumah sakit (7).

C. Epidemiologi

Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the worlds mother 2007 (data

tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan

oleh penyakit infeksi, diantaranya : sepsis, pneumonia, tetanus, dan diare.

Sedangkan 23% kasus disebabkan oleh asfiksia, 7% kasus disebabkan oleh

kelainan bawaan, 27% kasus disebabkan oleh bayi kurang bulan dan berat badan

lahir rendah, serta 7% kasus oleh sebab lain (8). Sepsis neonatorum sebagai salah

satu bentuk penyakit infeksi pada bayi baru lahir masih merupakan masalah utama

yang belum dapat terpecahkan sampai saat ini. WHO juga melaporkan case

fatality rate pada kasus sepsis neonatorum masih tinggi, yaitu sebesar 40%. Hal

ini terjadi karena banyak faktor risiko infeksi pada masa perinatal yang belum

dapat dicegah dan ditanggulangi (9).

D. Patogenesis

Sejak masa kehamilan sampai ketuban pecah, janin relatif terlindungi dari

flora normal ibu oleh membran/dinding korioamniotik, plasenta, dan faktor

antibakteria dalam air ketuban. Beberapa tindakan medis yang mengganggu

integritas isi rahim seperti amniosintesis, cervical cerclage, pengambilan contoh

vili korialis transservikal, atau pengambilan contoh darah perkutaneus, dapat

memudahkan organisme normal kulit atau vagina masuk sehingga menyebabkan

4
amnionitis dan infeksi sekunder pada janin. Bila ketuban pecah lebih dari 24

jam, bakteri vagina dapat bergerak naik dan pada beberapa kasus menyebabkan

infamasi pada membran janin, tali pusat, dan plasenta (10).

Infeksi pada janin dapat disebabkan oleh aspirasi air ketuban yang

terinfeksi yang mengakibatkan neonatus lahir mati, persalinan kurang bulan,

atau sepsis neonatal. Infeksi pada ibu saat proses kelahiran terutama infeksi

genital adalah jalur utama transmisi maternal dan dapat berperan penting pada

kejadian infeksi neonatal. Infeksi hematogen transplasental selama atau segera

sebelum persalinan (termasuk saat pelepasan plasenta) dapat terjadi walaupun

infeksi lebih mungkin terjadi saat neonatus melewati jalan lahir. Saat bakteri

mencapai aliran darah, sistem monosit-makrofag dapat menyingkirkan organisme

tersebut secara efisien dengan opsonisasi oleh antibodi dan komplemen sehingga

bakteriemi hanya terjadi singkat. Bakteremia tergantung dari usia pasien, virulensi

dan jumlah bakteri dalam darah, status nutrisi dan imunologis, waktu dan asal

intervensi terapi (10).

E. Diagnosis dan Manifestasi klinis


Tabel 2.1 Faktor Risiko Sepsis (11)

FAKTOR RISIKO MAYOR FAKTOR RISIKO MINOR

Ketuban pecah dini >24 jam Ketuban pecah dini >12jam


Demam intrapartum >38 C Demam intrapartum >37,5 C
Korioamnionitis Skor APGAR rendah
Ketuban berbau BBLSR
Denyut jantung janin >160 x/menit Usia kehamilan <37 minggu
Kehamilan
Keputihan
Infeksi saluran kemih pada ibu yang
tidak diobat

5
Adanya 1 faktor risiko mayor dan 2 faktor risiko minor maka diagnosis sepsis
harus dilakukan proaktif dengan memperhatikan gejala klinis serta dilakukan
pemeriksaan penunjang sesegera mungkin (11).
a) Umum : menurun (not doing well), hipo/hipertermia, tampak tidak sehat,
malas minum, edema, sklerema.
b) Saluran cerna : retensi lambung, muntah, diare, hepatomegali.

c) Saluran nafas : apneu, dispneu, takipneu, retraksi, nafas tidak teratur,

sianosis.

d) Sistem kardiovaskuler : takikardia, bradikardia, akral dingin dan syok.

e) Sistem saraf pusat : iritabilitas, tremor, kejang, hipotonia, high pitch cry,

letargi, koma, peningkatan atau penurunan tonus.

f) Sistem hematologi : pucat, kuning, splenomegali, petekie, purpura,

perdarahan (11).

Kriteria diagnostik (11):

a. Possible/suspect sepsis

Bila terdapat 3 gejala klinik dari 6 kelompok di atas.

b. Probable sepsis

Bila terdapat 3 gejala klinik dan adanya kelainan laboratoris.

c. Proven sepsis

Bila terdapat 3 gejala klinik dan kultur darah yang positif.

Salah satu panduan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi

neonatal adalah panduan WHO yang sudah diadaptasi di Indonesia. Diagnosis

pasti ditegakkan dengan biakan darah, cairan serebrospinal, urin, dan infeksi

lokal. Petanda diagnostik sangat berguna sebagai indikator sepsis neonatal karena

6
dapat meningkatkan sensitivitas dan ketelitian diagnosis serta berguna untuk

memberikan menghentikan secara dini terapi antibiotik (7)

F. Tatalaksana
Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam tatalaksana sepsis pada

neonatus, dilakukan dengan cara pemberian antibiotik yang tepat. Pemberian

antibiotik secara empiris dapat dilakukan secara cepat selama menunggu hasil

kultur untuk menghambat laju perjalanan penyakit, ditentukan dari pola kuman

dan pola resistensi kuman di tempat tersebut. Pemberian antibiotik kombinasi

dilakukan untuk memperluas cakupan miktoorganisme yang mungkin menyerang

pasien, diupayakan agar kombinasi tersebut sensitif terhadap bakteri Gram positif

dan negatif. Antibiotik yang sering digunakan ialah golongan

ampisilin/kloksasilin/vankomisin dan golongan aminoglikosid/sefalosporin. Lama

pengobatan dianjurkan selama 10-14 hari untuk bakteri Gram positif, dan

dilanjutkan hingga 2-3 minggu untuk bakteri Gram negative (12).

Selain itu, dapat pula diberikan terapi tambahan untuk mengatasi berbagai

defisiensi dan belum matangnya fungsi pertahanan tubuh bayi baru lahir, serta

mengatasi perubahan yang terjadi dalam perjalanan penyakit, dan cascade

inflamasi pada pasien sepsis neonatal. Terapi tersebut antara lain (12) :

1. Pemberian immunoglobulin secara intavena (Intravenous Immunoglobulin

IVIG)
2. Pemberian fresh frozen plasma (FFP)
3. Tindakan transfusi tukar

Anda mungkin juga menyukai