PEMBAHASAN
Gejala pada abses hepar merupakan gejala yang tidak khas dan bersifat
sangat samar. Malik et al mengungkapkan bahwa pasien dengan abses hepar
paling sering mengeluhkan malaise, disusul dengan keluhan anoreksia, demam,
dan penurunan berat badan. Keluhan ini muncul sebagai gejala inflamasi yang
bisa terjadi pada semua proses infeksi. Sebagian pasien juga mengeluh menggigil,
muntah, nyeri dada, berkeringat saat malam, batuk dan diare. 9
Anoreksia terutama dipengaruhi oleh sekresi CRH. Pada infeksi hati,
sangat mudah terjadi efek inflamasi sistemik karena hati yang merupakan tempat
perlewatan darah sistemik maupun darah portal. Salah satu efek inflamasi adalah
peningkatan hormon CRH agar terjadi peningkatan sekresi hormon kortisol untuk
membantu metabolisme tubuh yang meningkat. Sedangkan, Andreasson et al
mengungkapkan bahwa CRH merupakan sitokin yang bersifat anoreksogenik
sehingga menurunkan nafsu makan karena menstimulasi leptin. Defini penurunan
nafsu makan pada kasus inflamasi sendiri adalah penurunan ukuran makanan
bukan penurunan frekuensi makan. Penurunan nafsu makan disertai lipolisis
akibat rangsangan hormon kortisol memicu penurunan berat badan pada pasien.
10-
13
muntah. Hipotesa yang terakhir adalah hepar yang membesar karena abses
mendesak duodenum sehingga menyebabkan gangguan pengosongan lambung.
14-
15
Pada tabel 4.1 dapat kita lihat beberapa tanda lain yang dapat membantu
diagnosis dari abses hepar yaitu nyeri tekan abdomen, nyeri di kuadran kanan
atas,
perubahan
pulmonal,
jaundice,
nyeri
epigastrium,
edem
perifer,
splenomegali, nyeri samar, dan nyeri ketok ginjal. Nyeri dengan berbagai lokasi
yang bisa berbeda antar pasien merupakan akibat dari longgarnya organisasi
nervus aferen viseralis oleh serabut saraf splanknikus yang menginervasi beberapa
organ, dan masuk ke dalam corda spinalis pada beberapa segmen. Dengan
demikian, nyeri viseralis bersifat kabur atau tumpul dan difus atau tidak
terlokalisir; pasien yang mencoba melokalisir rasa sakit sering mengarahkan
tangan mereka di perut bagian atas, tengah, dan bawah. 14
Kebanyakan nyeri viseralis bersifat menetap tapi keram, nyeri intermiten
atau kolik merupakan hasil dari kontraksi peristaltik disebabkan oleh obstruksi
parsial atau lengkap dari usus kecil, ureter, atau tuba uterus. Daerah epigastrium
merupakan salah satu daerah peralihan nyeri pada pasien dengan abses hepar,
terutama abses hepar sinistra. Hal ini terjadi karena anatomi dari hepar mengisi
kuadran kanan atas, sedikit lateral kanan, dan epigastrium. Sehingga lokasi dari
nyeri viseral organ hati ini bisa mencapai 3 daerah ini. Walaupun, kebanyakan
pasien dengan abses hepar ditemukan tanda berupa nyeri tekan pada keseluruhan
abdomen yaitu 70%. 14
Pada pasien ini didapatkan keluhan utama berupa nyeri ulu hati yang
terus-menerus selama satu minggu. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah dan
penurunan nafsu makan sehingga berat badan turun sebanyak satu kilogram.
Muntah berisi air pahit dan terjadi sebelum makan. Pasien juga mengeluh merasa
panas dingin hingga menggigil sejak tanggal 25 April selama tiga hari sampai 27
April 2014. Tapi, pasien tidak mengukur suhu demamnya.
Pada pemeriksaan inspeksi abdomen pasien didapatkan adanya eritema
pada regio hipokondriaka kanan. Pada pemeriksaan perkusi didapatkan
10
11
akut, anemia aplastik, anemia hemolitik didapat, anemia akibat penyakit kronik,
anemia pd gagal ginjal kronik, anemia pd sindrom mielodisplastik, dan anemia
pada keganasan hematologik. Namun, melihat dari peningkatan kadar SGOT dan
SGPT yang dimiliki pasien, etiologi anemia yang paling memungkinkan pada
pasien adalah anemia akibat penyakit kronik. 17
Hasil laboratorium lain berupa leukositosis merupakan tanda adanya
proses inflamasi akibat infeksi. Namun, dapat dilihat pada pasien tidak didapatkan
adanya peningkatan granulosit, malah penurunan jumlah limfosit. Hal ini
menunjukkan infeksi hepar pada pasien sudah berlangsung kronis.
Peningkatan SGPT atau aspartat aminotransferase (AST) dan alanin
aminotransferase serum, yang sering disebut sebagai uji fungsi hati, merupakan
pengukuran kadar enzim-enzim yang normalnya terletak di dalam hepatosit.
Karena itu, keberadaan keduanya dalam serum adalah tanda nekrosis sel hati dan
bukan merupakan indikasi sejati fungsi hati. 16
Dalam menegakkan diagnosis abses hepar, diperlukan pemeriksaan
penunjang yang lebih sensitif. Ultrasonography memiliki sensitivitas 96% dalam
mendiagnosis abses hati sedangkan CT scan menunjukkan sensitivitas 100%.
Abses tunggal ditemukan pada 70% dan multiple abses pada 30% pasien.
Keterlibatan lobus kanan ditemukan pada 68% sementara keterlibatan lobus kiri
ditemukan pada 22% dan keterlibatan kedua lobus ditemukan pada 10% dari
pasien. Lobus kanan merupakan lokasi tersering disebabkan oleh tiga hal, yang
pertama sebagai hasil dari aliran darah portal. Kedua, dengan fakta bahwa lobus
kanan didominasi oleh pasokan vena mesenterika superior. Ketiga karena lobus
12
kanan merupakan bagian hati yang paling besar. Abses pada lobus sinistra sering
berkaitan dengan gangguan traktus biliaris. 9,18,13,19
13
laboratorium:
leukositosis,
anemia,
hipoalbumin,
peningkatan
bilirubin,
leukositosis
minimal,
21
Berdasarkan
teori ini, maka pemberian Tricodazol infus 3x 500 mg pada pasien ini merupakan
pemilihan antibiotik yang rasional, seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. 19.
15
Namun, pasien hanya mendapat infus Tricodazol sebanyak 3 kali sehari. Lama
pemberian yang harusnya 5 hari juga hanya dilakukan selama 3 hari.
Tabel 4.3 Manajemen Liver Abses oleh E.histolytica19
sensitivitas organisme dari kultur abses atau darah setiap pasien. Ciprofloxacin
digunakan sebagai alternatif untuk cephalosporin pada pasien yang memiliki
riwayat anafilaksis penisilin. Awalnya, antibiotik harus diberikan secara
parenteral, dan setelah 2 minggu terapi sistemik, obat oral yang tepat dapat
digunakan lebih lanjut selama 4 minggu. 17,19
Abses hepar juga erat kaitannya dengan terapi pembedahan berupa aspirasi
abses. Namun pada pasien ini tidak dilakukan karena jumlah absesnya yang kecil
dan letaknya di lobus kiri menyulitkan untuk dilakukan aspirasi. Cukup dengan
16
17