Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah


tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan bathin. Salah satu
ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena
derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas
sumberdaya manusia. Hanya dengan sumberdaya yang sehat akan lebih produktif
dan meningkatkan daya saing bangsa. Pembangunan kesehatan bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat
kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas
sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia yang sehat akan lebih produktif dan
meningkatkan daya saing manusia.1
Derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Yang sangat besar
pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat di
pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
kemampuan masyarakat dibidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi.1
Pembangunan kesehatan yang selama ini kita laksanakan telah banyak
menghasilkan kemajuan di bidang kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu
(AKI) melahirkan telah menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Prevalensi gizi
kurang pada balita telah menurun dari 25,8% pada akhir tahun 2003 menjadi
18,4% pada tahun 2007. Angka Kematian Bayi (AKB) telah menurun dari 35 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2007. Sejalan dengan itu, Umur Harapan Hidup (UHH) pun telah
meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007.2
Upaya kesehatan masyarakat mengalami peningkatan kinerja. Cakupan
rawat jalan sudah mencapai 15,26% pada tahun 2008. Cakupan persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan meningkat dari 77,23% pada tahun 2007 menjadi
80,36% pada tahun 2008. Begitu pun cakupan pelayanan antenatal (K4) telah
meningkat dari 79,65% pada tahun 2007 menjadi 86,04% pada tahun 2008.
Sedangkan cakupan kunjungan neonatal meningkat dari 78% pada tahun 2007
menjadi 87% pada tahun 2008. Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas secara
cuma-cuma bagi keluarga miskin telah mencapai target, yaitu 100%.2
Upaya kesehatan perorangan juga mengalami peningkatan dan beberapa
telah mencapai target, bahkan melebihi target. Jumlah rumah sakit yang
melaksanakan pelayanan gawat darurat telah meningkat dari 88% pada tahun
2007 menjadi 90% pada tahun 2008. Jumlah rumah sakit yang melaksanakan
PONEK meningkat dari 183 rumah sakit (42% pada tahun 2007 menjadi 265
rumah sakit (60%) pada tahun 2008. Jumlah rumah sakit yang terakreditasi
meningkat dari 702 rumah sakit (54,33%) pada tahun 2007 menjadi 760 rumah
sakit (58,8%) pada tahun 2008. Cakupan pelayanan kesehatan bagi keluarga
miskin di rumah sakit juga telah mencapai 100%. Pemanfaatan rumah sakit

meningkat cukup besar, yaitu dari 15,1% pada tahun 1996 menjadi 33,7% pada
tahun 2006, sehingga contact rate pun meningkat dari 34,4% pada tahun 2005
menjadi 41,8% pada tahun 2007. Program pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular pun mengalami peningkatan. Cakupan nasional program
imunisasi menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna. Cakupan nasional
imunisasi tahun 2008 adalah BCG 93,4%, DPT-HB3 91,6%, HB 59,2%, Polio
90,2%, dan Campak 90,8%.2
Namun demikian, berdasarkan evaluasi oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan dengan menggunakan Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat (IPKM), terdapat sejumlah daerah yang pencapaian pembangunan
kesehatannya masih berada di bawah rerata. Daerah-daerah ini disebut sebagai
Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Di Indonesia terdapat 10 provinsi yang
lebih dari 50% jumlah kabupaten/kotanya masuk dalam kriteria IPKM yang perlu
mendapatkan prioritas Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK).
Salah satu program yang penting untuk dilaksanakan adalah Promosi Kesehatan,
yang tidak hanya dilaksanakan secara tersendiri, melainkan juga harus terintegrasi
ke dalam setiap program kesehatan lain.2
Program-program kesehatan, terutama yang terkait dengan PHBS perlu
selalu disosialisasikan secara terus menerus, hal ini dikarena perubahan tingkah
laku kadang-kadang hanya dapat terjadi dalam kurun waktu yang relative lama.
Dari pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan promosi atau penyuluhan kesehatan
masyarakat mengalami berbagai hambatan dalam rangka mencapai tujuannya,
yaitu mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakat. Dari penelitian-

penelitian yang ada terungkap meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat


sudah tinggi tentang kesehatan, namun perilaku kesehatan masyarakat masih
rendah.3
Untuk meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program kesehatan,
diperlukan suatu proses perencanaan yang akan menghasilkan suatu rencana yang
menyeluruh (komprehensif dan holistik). Perencanaan adalah kegiatan yang perlu
dilakukan di masa yang akan datang, yang jelas tujuannya. Langkah-langkah
perencanaan sebetulnya bersifat generik, yaitu sama dengan alur pikir siklus
pemecahan masalah, langkah-langkah pokok yang perlu dilakukan adalah analisis
situasi, identifikasi masalah dan menetapkan prioritas, menetapkan tujuan,
melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik, dan menyusun
rencana operasional.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Promosi Kesehatan


a. Definisi Promosi Kesehatan
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114
/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.2
Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,
kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang
lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh
terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut
diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari
sasaran.3
Menurut Notoatmodjo (2005) yang mengutip pendapat Lawrence Green
(1984) merumuskan definisi sebagai berikut: Promosi Kesehatan adalah segala
bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan

ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan


perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Promosi kesehatan
mempunyai

pengertian

sebagai

upaya

pemberdayaan

masyarakat

untuk

memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya


melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.5
Promosi kesehatan juga merupakan proses pendidikan yang tidak lepas
dari proses belajar. Seseorang dapat dikatakan belajar bila dalam dirinya terjadi
perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu
menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga unsur
pokok yang saling berkaitan, yakni masukan (input), proses, dan keluaran
(output). Dalam proses belajar, terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai
faktor, antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang
digunakan dan materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran merupakan
hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru
pada diri subjek belajar.6
Promosi Kesehatan oleh Puskesmas adalah upaya Puskesmas untuk
meningkatkan kemampuan pasien, individu sehat, keluarga (rumah tangga) dan
masyarakat di DBK, agar (1) pasien dapat mandiri dalam mempercepat
kesembuhan dan rehabilitasinya, (2) individu sehat, keluarga dan masyarakat
dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah

kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat,


melalui (3) pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial
budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.2
b. Sasaran Promosi Kesehatan
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis
sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.2

Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari
masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang
tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah.
Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan
sulit dicapai jika tidak didukung oleh: Sistem nilai dan norma-norma sosial
serta norma-norma hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para
pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal.2

Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam
upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
dengan cara: Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut
7

menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang


kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group)
guna mempercepat terbentuknya PHBS.2

Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang
berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber
daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:2
- Memberlakukan

kebijakan/peraturan

perundangundangan

yang

tidak

merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS


dan kesehatan masyarakat.
- Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada
umumnya.
c. Strategi Promosi Kesehatan
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan
strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) pemberdayaan, yang
didukung oleh (2) bina suasana dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat
(4) kemitraan.2
Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam
mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu,

keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau


dan mampu mempraktikkan PHBS. Bina suasana adalah pembentukan suasana
lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta
penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya.
Sedangkan advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak
tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS
baik dari segi materi maupun non materi.2

Gambar 1. Bagan Strategi Promosi Kesehatan.2


2.2 Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah satu fungsi administrasi dalam rangka memecahkan
masalah, yang didalamnya terkandung suatu proses sistematis yang mempunyai
urutan logis (logical sequence), artinya suatu langkah dalam proses perencanaan
adalah konsekuensi logis dari langkah sebelumnya.7

Gambar 2. Bagan Klasifikasi Rencana.8


1. Rencana Strategis (Strategic Plan)
Rencana ini dirancang untuk mencapai tujuan organisasi yang luas, yaitu
untuk melaksanakan misi yang merupakan satu satunya alasan kehadiran
organisasi tersebut. Perencanaan strategis adalah proses pemilihan tujuan
organisasi, penentuan kebijakan, dan program yang perlu untuk mencapai sasaran
dan tujuan tertentu, serta penetapan metode yang perlu untuk menjamin agar
kebijakan dan program strategis itu dilaksanakan. Atau secara singkat
perencanaan strategis adalah proses perencanaan jangka panjang yang formal
untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi.7
2. Rencana Operasional (Operational Plan)
Rencana operasional terdiri atas rencana sekali pakai dan rencana tetap
a. Rencana sekali pakai dikembangkan untuk mencapai tujuan tertentu dan
ditinggalkan manakala tujuan tersebut telah dicapai. Rencana sekali pakai
merupakan arah tindakan yang mungkin tidak akan terulang dalam bentuk yang
sama dimasa yang akan datang.7
10

Bentuk utama rencana sekali pakai, antara lain:7


1. Program (programs)
2. Proyek (project)
3. Anggaran (budget)
b. Rencana tetap merupakan pendekatan yang sudah dilakukan untuk menangani
situasi yang terjadi berulang(repetitive) dan dapat diperkirakan. Rencana tetap
itu memberikan kesempatan kepada manajer untuk menghemat waktu yang
digunakan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan karena situasi yang
serupa ditangani dengan cara yang konsisten yang telah ditentukan
sebelumnya.7
Bentuk utama rencana tetap, antara lain sebagai berikut:7
1. Kebijakan (Policy)
2. Prosedur standar (standar procedure)
3. Peraturan (rules)
2.3. Perencanaan Program Promosi Kesehatan
Langkah-langkah pelaksanaaan promosi kesehatan dibedakan atas dua
kelompok, yaitu (1) langkah-langkah promosi kesehatan di Puskesmas, dan (2)
langkah-langkah promosi kesehatan di masyarakat.2
1. Perencanaan dalam Langkah-langkah Promosi Kesehatan.
a. Langkah-langkah Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas pada dasarnya adalah
penerapan strategi promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan, bina suasana, dan
advokasi di tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas. Oleh karena itu,
11

langkah awalnya adalah berupa penggerakan dan pengorganisasian untuk


memberdayakan para petugas Puskesmas agar mampu mengidentifikasi masalahmasalah kesehatan yang disandang pasien/klien Puskesmas dan menyusun
rencana untuk menanggulanginya dari sisi promosi kesehatan. Setelah itu, barulah
dilaksanakan promosi kesehatan sesuai dengan peluang-peluang yang ada, yaitu
peluangpeluang di dalam gedung Puskesmas dan peluang-peluang di luar gedung
Puskesmas. 2
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari dinas kesehatan
kabupaten/kota . Oleh karena itu, keberhasilan pelaksanaan promosi kesehatan di
Puskesmas juga merupakan tanggung jawab dari dinas kesehatan kabupaten/kota.
Dengan demikian, sangat diperlukan keterlibatan dinas kesehatan kabupaten/kota
dalam pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas, khususnya dalam langkah
penggerakan dan pengorganisasian untuk memberdayakan para petugas
Puskesmas. Petugas Puskesmas harus mendapat pendampingan oleh fasilitator
dari dinas kesehatan kabupaten/kota agar mampu melaksanakan: (1) Pengenalan
Kondisi Puskesmas, (2) Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS di Puskesmas,
(3) Musyawarah Kerja, (4) Perencanaan Partisipatif, (5) Pelaksanaan Kegiatan dan
(6) Pembinaan Kelestarian. 2
1. Pengenalan Kondisi Puskesmas
Sebelum memulai promosi kesehatan di Puskesmas, perlu dilakukan
pengenalan kondisi institusi kesehatan untuk memperoleh data dan informasi
tentang PHBS di Puskesmas tersebut, sebagai data dasar (baseline data). Yang
digunakan sebagai standar adalah persyaratan Puskesmas yang Ber-PHBS (8

12

indikator proksi). Pengenalan kondisi Puskesmas ini dilakukan oleh fasilitator


dengan dukungan dari Kepala dan seluruh petugas Puskesmas. 2
Pengenalan kondisi Puskesmas dilakukan melalui pengamatan (observasi),
penggunaan daftar periksa (check list), wawancara, pemeriksaan lapangan atau
pengkajian terhadap dokumen-dokumen yang ada. 2
2. Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS
Pengenalan kondisi Puskesmas dilanjutkan dengan identifikasi masalah,
yaitu masalah-masalah kesehatan yang saat ini diderita oleh pasien/pengunjung
dan masalah-masalah kesehatan yang mungkin akan terjadi (potensial terjadi)
jika tidak diambil tindakan pencegahan. 2
Masalah-masalah kesehatan yang sudah diidentifikasi kemudian diurutkan
berdasarkan prioritas untuk penanganannya. Identifikasi masalah dilanjutkan
dengan Survai Mawas Diri, yaitu sebuah survai sederhana oleh petugas-petugas
kesehatan di Puskesmas yang dibimbing oleh fasilitator. Dalam survai ini akan
diidentifikasi dan dibahas: 2

Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan, baik dari


sisi teknis kesehatan maupun dari sisi perilaku. Dari segi PHBS harus digali

lebih lanjut data/informasi tentang latar belakang perilaku.


Potensi yang dimiliki Puskesmas untuk mengatasi masalah-masalah

kesehatan tersebut.
Kelompok-kelompok Kerja (Pokja) apa saja yang sudah ada (jika ada) dan
atau harus diaktifkan kembali/dibentuk baru dalam rangka mengatasi

masalah-masalah kesehatan tersebut, jika perlu.


Bantuan/dukungan yang diharapkan: apa bentuknya, berapa banyak, dari
mana kemungkinan didapat (sumber) dan bilamana dibutuhkan.
13

Selain untuk menggali latar belakang perilaku pasien/pengunjung, survai ini


juga bermanfaat untuk menciptakan kesadaran dan kepedulian para petugas
Puskesmas terhadap masalah kesehatan (termasuk infeksi nosokomial)
khususnya dari segi PHBS. 2
3. Musyawarah Kerja
Musyawarah Kerja yang diikuti oleh seluruh petugas/karyawan Puskesmas,
diselenggarakan sebagai tindak lanjut Survai Mawas Diri, sehingga masih
menjadi tugas fasilitator untuk mengawalnya. Dalam rangka pembinaan PHBS
di Puskesmas, Musyawarah Kerja bertujuan: 2

Mensosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan yang masih


dan kemungkinan akan diderita/dihadapi pasien/pengunjung serta langkah-

langkah untuk mengatasi dan mencegahnya.


Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah kesehatan

yang hendak ditangani.


Mencapai kesepakatan tentang pokja-pokja yang hendak dibentuk baru atau

diaktifkan kembali, jika diperlukan.


Memantapkan data/informasi tentang

potensi

Puskesmas

serta

bantuan/dukungan yang diperlukan dan alternatif sumber bantuan/dukungan

tersebut.
Menggalang semangat dan partisipasi seluruh petugas/ karyawan untuk
mendukung pembinaan PHBS di Puskesmas.

4. Perencanaan Partisipatif
Setelah diperolehnya kesepakatan, fasilitator mengadakan pertemuanpertemuan secara intensif dengan petugas kesehatan guna menyusun rencana

14

pemberdayaan pasien dalam tugas masing-masing. Pembuatan rencana dengan


menggunakan tabel berikut: 2

Di luar itu, fasilitator juga menyusun rencana bina suasana yang akan
dilakukannya di Puskesmas, baik dengan pemanfaatan media maupun dengan
memanfaatkan pemuka/tokoh. Untuk bina suasana dengan memanfaatkan
pemuka/tokoh digunakan tabel berikut. 2

5. Pelaksanaan Kegiatan
Segera setelah itu, kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan biaya
operasional seperti pemberdayaan pasien/pengunjung dan advokasi dapat
dilaksanakan. Sedangkan kegiatan-kegiatan lain yang memerlukan dana
dilakukan jika sudah tersedia dana, apakah itu dana dari Puskesmas, dari pihak
donatur atau dari pemerintah. Pembinaan PHBS di Puskesmas dilaksanakan
dengan pemberdayaan, yang didukung oleh bina suasana dan advokasi.2
6. Evaluasi dan Pembinaan Kelestarian

b. Langkah-langkah Program Promosi Kesehatan di Masyarakat


Langkah-langkah promosi kesehatan di masyarakat mencakup: (1)
Pengenalan Kondisi Wilayah, (2) Identifikasi Masalah Kesehatan, (3) Survai
15

Mawas Diri, (4) Musyawarah Desa atau Kelurahan, (5) Perencanaan Partisipatif,
(6) Pelaksanaan Kegiatan dan (7) Pembinaan Kelestarian. 2
1. Pengenalan Kondisi Wilayah
Pengenalan kondisi wilayah dilakukan oleh fasilitator dan petugas
Puskesmas dengan mengkaji data Profil Desa atau Profil Kelurahan dan hasil
analisis situasi perkembangan desa/kelurahan. Data dasar yang perlu dikaji
berkaitan dengan pengenalan kondisi wilayah, sebagai berikut: 2

Data Geografi dan Demografi


Peta wilayah dan batas-batas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah RW,
jumlah RT, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, tingkat pendidikan,
mata pencaharian/jenis pekerjaan.

Data Kesehatan
Jumlah kejadian sakit akibat berbagai penyakit (Diare, Malaria, ISPA,
Kecacingan, Pneumonia, TB, penyakit Jantung, Hipertensi, dan penyakit
lain yang umum dijumpai di Puskesmas).
Jumlah kematian (kematian ibu, kematian bayi, dan kematian balita).
Jumlah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi baru lahir
dan balita.
Cakupan upaya kesehatan (cakupan pemeriksaan kehamilan, persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan, cakupan Posyandu, imunisasi dasar
lengkap, sarana air bersih dan jamban).
Jumlah dan jenis fasilitas kesehatan yang tersedia (Poskesdes, Puskesmas
Pembantu, klinik).
Jumlah dan jenis Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
yang ada seperti Posyandu, kelompok pemakai air, kelompok arisan
jamban, tabulin, dasolin.
16

Jumlah kader kesehatan/kader PKK, ormas/LSM yang ada.


2. Survai Mawas Diri
Sebagai langkah pertama dalam upaya membina peranserta masyarakat,
perlu diselenggarakan Survai Mawas Diri, yaitu sebuah survai sederhana oleh
para pemuka masyarakat dan perangkat desa/ kelurahan, yang dibimbing oleh
fasilitator dan petugas Puskesmas. Selain untuk mendata ulang masalah
kesehatan, mendiagnosis penyebabnya dari segi perilaku dan menggali latar
belakang perilaku masyarakat, survai ini juga bermanfaat untuk menciptakan
kesadaran dan kepedulian para pemuka masyarakat terhadap kesehatan
masyarakat desa/kelurahan, khususnya dari segi PHBS. Dalam survai ini akan
diidentifikasi dan dirumuskan bersama hal-hal sebagai berikut: 2

Masalah-masalah kesehatan yang masih diderita/dihadapi dan mungkin

(potensial) dihadapi masyarakat serta urutan prioritas penanganannya.


Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan, baik dari
sisi teknis kesehatan maupun dari sisi perilaku masyarakat. Dari sisi
perilaku, setiap perilaku digali faktor-faktor yang menjadi latar belakang

timbulnya perilaku tersebut.


Tabel berikut dapat digunakan sebagai panduan untuk menggali latar
belakang setiap perilaku.

3. Musyawarah Desa/ Kelurahan

17

Musyawarah Desa/Kelurahan diselenggarakan sebagai tindak lanjut Survai


Mawas Diri, sehingga masih menjadi tugas fasilitator dan petugas Puskesmas
untuk mengawalnya. Musyawarah Desa/ Kelurahan bertujuan: 2

Mensosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan yang masih

diderita/dihadapi masyarakat.
Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah kesehatan

yang hendak ditangani.


Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak dibentuk baru

atau diaktifkan kembali.


Memantapkan data/informasi potensi desa atau potensi kelurahan serta
bantuan/dukungan yang diperlukan dan alternatif sumber bantuan/dukungan

tersebut.
Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk

mendukung pengembangan kesehatan masyarakat desa/kelurahan.


Musyawarah Desa/Kelurahan diakhiri dengan dibentuknya Forum Desa,
yaitu sebuah lembaga kemasyarakatan di mana para pemuka masyarakat
desa/kelurahan berkumpul secara rutin untuk membahas perkembangan dan

pengembangan kesehatan masyarakat desa/kelurahan.


Dari segi PHBS, Musyawarah Desa/Kelurahan bertujuan untuk menjadikan
masyarakat desa/kelurahan menyadari adanya sejumlah perilaku yang
menyebabkan terjadinya berbagai masalah kesehatan yang saat ini dan yang
mungkin (potensial) mereka hadapi.

4. Perencanaan Partisipatif
Setelah diperolehnya kesepakatan dari warga desa atau kelurahan, Forum
Desa mengadakan pertemuan-pertemuan secara intensif guna menyusun
rencana

pengembangan

kesehatan
18

masyarakat

desa/kelurahan

untuk

dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Desa/Kelurahan. Rencana


Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa/Kelurahan harus mencakup: 2

Rekrutmen/pengaktifan kembali kader kesehatan dan pelatihan pembinaan


PHBS di Rumah Tangga untuk para kader kesehatan oleh petugas
Puskesmas dan fasilitator, berikut biaya yang diperlukan dan jadwal

pelaksanaannya.
Kegiatan-kegiatan pembinaan PHBS di Rumah Tangga yang akan
dilaksanakan oleh kader kesehatan dengan pendekatan Dasawisma, berikut
jadwal pelaksanaannya. Pembuatan rencana dengan menggunakan tabel
berikut: 2

Sarana-sarana yang perlu diadakan atau direhabilitasi untuk mendukung


terwujudnya PHBS di Rumah Tangga, berikut biaya yang dibutuhkan dan
jadwal pengadaan/rehabilitasinya.
Hal-hal yang dapat dilaksanakan tanpa biaya atau dengan swadaya

masyarakat dan atau bantuan dari donatur (misalnya swasta), dicantumkan


dalam dokumen tersendiri. Sedangkan hal-hal yang memerlukan dukungan
pemerintah dimasukkan ke dalam dokumen Musrenbang Desa atau Kelurahan
untuk diteruskan ke Musrenbang selanjutnya. 2
5. Pelaksanaan Kegiatan
Sebagai langkah pertama dalam pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan,
petugas Puskesmas dan fasilitator mengajak Forum Desa merekrut atau
19

memanggil kembali kader-kader kesehatan yang ada. Selain itu, juga untuk
mengupayakan sedikit dana (dana desa/kelurahan atau swadaya masyarakat)
guna keperluan pelatihan kader kesehatan. Selanjutnya, pelatihan kader
kesehatan oleh fasilitator dan petugas Puskesmas dapat dilaksanakan. 2
Segera setelah itu, kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan biaya
operasional seperti penyuluhan dan advokasi dapat dilaksanakan. Sedangkan
kegiatan-kegiatan lain yang memerlukan dana dilakukan jika sudah tersedia
dana, apakah itu dana dari swadaya masyarakat, dari donatur (misalnya
pengusaha), atau dari pemerintah, termasuk dari desa /kelurahan. 2
Promosi kesehatan dilaksanakan dengan pemberdayaan keluarga melalui
Dasawisma, yang didukung oleh bina suasana dan advokasi. 2
6. Evaluasi dan Pembinaan Kelestarian
2. Pembahasan Perencanaan Program Promosi Kesehatan di Masyarakat
Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:8
1. Pengkajian
Pengkajian dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang besaran
masalah dan penyebabnya, potensi yang dapat didayagunakan dalam
pengkajian yang dimaksud meliputi:9
a. Pengkajian masalah penyakit terbanyak, terutama mengenai kelompok
masyarakat yang terkena masalah, penyebab masalahnya, sifat masalahnya,
dan perjalanan penyakit (epidemiologi) termasuk masalah perilaku yang
berhubungan dengan penyakit tersebut.
b. Pengkajian masalah yang terkait dengan pencapaian cakupan program.
20

c. Pengkajian terhadap sistem pelayanan kesehatan yang ada.


d. Pengkajian terhadap sumber daya dan tenaga kerja yang dimiliki.
e. Pengkajian keterlibatan lintas program dan lintas sector dalam promosi
kesehatan di berbagai tatanan.
f. pengkajian tentang pelaksanaan integrasi yang telah dilakukan.
2. Menggalang komitmen dan dukungan dari lintas program dan sektor dalam
pelaksanaan integrasi melalui pertemuan lintas program dan lintas sektor
terkait dalam promosi kesehatan.8
Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:8

Identifikasi peran dan potensi stakeholder (lintas program, lintas sektor,


organisasi masyarakat/LSM, organisasi profesi, media massa dan dunia

usaha) dalam pelaksanaan integrasi.


Dukungan yang diharapkan dari masing-masing.
Kesepakatan dukungan stakeholder secara tertulis.

3. Menyusun perencanaan integrasi promosi kesehatan dengan program-progrm


kesehatan.8
Dalam penyusunan perencanaan aspek penting yang harus diperhatikan
adalah:8

Penetapan tujuan dan sasaran program kesehatan yang akan dicapai.


Menyusun rencana kerja (kapan, siapa, di mana, apa, dan bagaimana)
Penyediaan sumber daya (tenaga, sarana dan dana).
Rencana pengawasan, pengendalian, dan penilaian serta menyiapkan
instrument.
Menetapkan indikator keberhasilan integrasi.
Pemanfaatan sistem manajemen yang ada.

21

Perencanaan akan menghasilkan penentuan prioritas, rumusan tujuan,


rumusan intervensi dan jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan. Perencanaan
kegiatan PHBS hendaknya terintegrasi dengan kegiatan perencanaan di wilayah
kerja puskesmas.9
1. Menentukan Prioritas Masalah9

Dari beberapa masalah yang ada, mana yang dapat diselesaikan dengan mudah.
Mengapa terjadi.
Bagaimana cara mengatasinya
Apa bentuk kegiatannya
Berapa dana yang dibutuhkan.
Bagaimana jadwal kegiatannya.
Siapa yang akan mengerjakannya.
Berapa lama waktu kegiatannya.

2. Menentukan Tujuan
Setelah menetukan prioritas masalah, selanjutnya menentukan tujuan.
Tujuan merupakan keinginan yang akan dicapai sebagai jawaban untuk mengatasi
masalah yang ditemukan di puskesmas, khususnya terkait dengan PHBS.
Berdasarkan masalah yang ditemui dan ketersediaan sumber daya, maka
ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah yang ditemukan,
seperti:9
Meningkatnya persentase ibu bersalin yang dibantu oleh tenaga kesehatan dari
60% menjadi 70% di puskesmas kecamatan Y dalam 1 tahun.
3. Menentukan Kegiatan
Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan kegiatan yang akan
dilakukan. Caranya yaitu dengan membuat beberapa alternatif kegiatan, kemudian

22

dipilih kegiatan yang mana yang bisa dikaitkan dengan ketersediaan sumber daya,
misalnya:9

4. Menyusun Jadwal Kegiatan


Setelah ditentukan kegiatan terpilih dengan memperhatikan kemampuan
sumber daya yang ada, dibuat jadwal kegiatan selama jangka waktu tertentu.
Jadwal kegiatan sebaiknya dibahas pada pertemuan dengan berbagai pihak yang
terlibat dalam kegiatan promosi kesehatan di puskesmas.9
A. Persiapan Perencanaan Partisipatif Masyarakat
1. Pendekatan Kepada Masyarakat

23

Persiapan oleh TFM (Tim Fasilitator Masyarakat) dapat dimulai dengan


melakukan pendekatan pada berbagai pihak. Pendekatan dapat dilakukan dengan
cara mendatangi pihak-pihak terkait, seperti Kepala Puskesmas, Petugas
Kesehatan

Lingkungan/Sanitarian

setempat,

Kepala

Sekolah,

Penilik

Sekolah/Staff Dinas Pendidikan Tingkat Kecamatan, dan pihak lainnya.1


Pendekatan perlu dilakukan dengan tujuan:1
Kesepakatan untuk memfasilitasi masyarakat agar mampu merencanakan
program promosi di sekolah dan di masyarakat secara partisipatif.
Menjamin kualitas perencanaan promosi serta ada keterkaitan antara program di
sekolah dan di masyarakat. Termasuk mendapatkan gambaran program
kegiatan promosi kesehatan yang direncanakan di Puskesmas sehingga
perencanaan program kesehatan dapat terintegrasi dengan program-program di
Puskesmas.
Diperoleh data dan informasi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas
fasilitasi kepada masyarakat seperti data penyakit di desa, kondisi sarana air
minum dan kualitas lingkungan, fasilitas kesehatan, jumlah tenaga kesehatan,
jumlah kader kesehatan, program penyuluhan serta media komunikasi yang
telah dilaksanakan, dan lain-lain.
2. Peningkatan Kualitas Fasilitasi Masyarakat
Pertemuan dengan para aparat desa dan tokoh desa (tokoh masyarakat,
tokoh agama, kepala dusun, dll) adalah agenda pertama yang harus dilakukan.
Selain itu bergabung dengan berbagai kegiatan kumpulan seperti pengajian,
ibadah gereja, dan kegiatan kumpulan lainnya adalah hal yang sangat bermanfaat

24

untuk membuat hubungan kedekatan dengan masyarakat. Tujuan dari pendekatan


awal ini adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan perencanaan
program promosi.1
B. Perencanaan Secara Partisipatif di Masyarakat
Perencanaan kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan oleh masyarakat
sendiri sesuai kebutuhan dan sensitif gender serta kemiskinan.1
Langkah kegiatan perencanaan promosi kesehatan adalah seperti
diuraikan di bawah ini:1
1. Identifikasi Masalah, Potensi dan Analisis Situasi
a. Identifikasi Perilaku Beresiko Terhadap Kesehatan
Masyarakat mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang ada di masyarakat.
Masyarakat menganalisa perilaku yang paling beresiko terhadap kesehatan
diantara banyak faktor.
Masyarakat mengidentifikasi kelompok sasaran perilaku beresiko (siapakah
berperilaku beresiko, kapan perilaku buruk tersebut dilakukan, dan dimana
perilaku buruk tersebut dilakukan).
Masyarakat dapat menganalisis potensi yang dimiliki seperti tenaga/kader
kesehatan, media komunikasi yang ada, perilaku baik terhadap kesehatan
yang sudah membudaya di masyarakat, dan lain-lain.
Masyarakat menganalisa mengapa mereka belum melakukan perilaku
kesehatan yang di inginkan? Apakah masyarakat tidak melakukan karena
tidak tahu dan tidak mengerti atau masyarakat sudah mengerti dan paham
tetapi tetapi tidak mau melakukannya.

25

b. Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah


Setelah masyarakat mengidentifikasi masalah perilaku beresiko terhadap
kesehatan yang ada di masyarakat dan menganalisis potensi masyarakat,
selanjutnya masyarakat menyusun perumusan masalah dan cara pemecahan
masalah tersebut, dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat.1
Dalam perumusan masalah perlu memuat hal-hal sebagai berikut (lihat
tabel) Perumusan masalah dan cara pemecahan masalah tersebut dibahas dalam
rembug desa (pleno masyarakat) untuk mendapatkan kesepakatan bersama dalam
melaksanakannya.1

26

2. Penguatan LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat), Pemilihan Opsi


Kegiatan dan Penyusunan RRK (Rencana Rincian Kegiatan) Promosi
Kesehatan
Setelah masyarakat merumuskan masalah dan cara pemecahannya, agar
secara operasional mudah dilaksanakan oleh masyarakat (individu, rumah tangga,
kelompok masyarakat) maka perlu tindak lanjut : Penguatan kapasitas Tim Kerja
Masyarakat dan Penyusunan rancangan rinci kegiatan dan rencana biaya, yang
praktis dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat.1

a. Penguatan LKM
Tim Fasilitator Masyarakat dibantu oleh bidan desa, sanitarian, staf
Cabang Dinas Pendidikan, Kepala Desa, memberikan penguatan melalui on the
job training kepada LKM (terutama Seksi Kesehatan) agar mampu menyusun opsi
kegiatan promosi kesehatan, rancangan rinci kegiatan dan rencana biaya:1
Promosi Kesehatan di Masyarakat
Promosi kesehatan di Sekolah
b. Opsi Kegiatan Promosi Kesehatan
Minimal empat perilaku seperti telah diuraikan sebelumnya.
Perilaku buang air besar di tempat yang benar (jamban).
Perilaku cuci tangan pakai sabun.
Perilaku pengamanan air minum dan makanan.
Perilaku kebersihan pengelolaan sampah
Perillaku pengelolaan limbah cair rumah tangga
27

Telah diuraikan diatas bahwa langkah berikut setelah identifikasi masalah


dan pemahaman penyebaran penyakit dilakukan analisis. Salah satu cara analisis
yang sering digunakan dalam pemilihan opsi kegiatan PHBS adalah dengan
berdiskusi, menggunakan matriks EFEKTIF TIDAK EFEKTIF dan MUDAH
SULIT. Bila opsi kegiatan PHBS telah dipilih, maka mungkin perlu pula
menetapkan pilihan/opsi teknis jenis sarana yang dibutuhkan. Dasar pemilihan
opsi teknis ini adalah dengan pertimbangan kelebihan dan kekurangannya. Opsi
yang dipilih hendaknya sudah mempertimbangkan berbagai aspek yang hidup di
masyarakat seperti : kepercayaan, tradisi, tata nilai dan sebagainya, agar tidak
mengalami masalah di kemudian hari.1
c. Penyusunan Rancangan Rincian Kegiatan
Setelah opsi kegiatan dan opsi teknis sarana ditentukan, maka dilanjutkan
dengan membuat suatu rencana tindakan yang akan dimasukkan ke dalam
Rencana Kerja Masyarakat (RKM). Untuk itu perlu dilakukan diskusi kelompok
masyarakat (Kelompok Diskusi Terfokus). Kegiatan ini dapat langsung
dilanjutkan setelah pemilihan opsi dilakukan atau pada kesempatan lain yang
terpisah, karena pembuatan rencana kerja tersebut mungkin membutuhkan
beberapa kali diskusi. Kegiatan ini hendaknya dilakukan dalam kelompok yang
melibatkan pula anggota LKM, sanitarian Puskesmas, perwakilan sekolah/guru,
disamping fasilitator.1
Dimaklumi bahwa untuk mengubah perilaku tidaklah mudah. Banyak
sekali faktor yang mempengaruhi. Diperlukan motivasi tertentu untuk mau

28

berubah. Bahkan kemampuan juga turut mempengaruhi. Untuk itu mungkin


diperlukan penyebaran informasi yang cukup.1
Semua temuan, hasil analisis dan keputusan-keputusan tentang opsi
perubahan PHBS tersebut diatas selanjutnya disajikan pada Pertemuan Pleno
Masyarakat untuk persetujuan yang perlu ditindaklanjuti sebagai bahan masukan
RKM (Rencana Kerja Masyarakat). Tindak lanjut yang dimaksud antara lain
mengenai 19 kesepakatan akan menentukan tujuan, kelompok sasaran,
macam/kegiatan pelaksana, keperluan akan alat/bahan/material dan biaya serta
waktu pelaksanaan.1
Alat/bahan/media yang dibutuhkan dimasukan dalam rencana kegiatan
berikut biaya yang dibutuhkan. Dalam membuat perencanaan biaya, LKM Unit
Kesehatan didampingi oleh TFM Kesehatan mencari perbandingan harga untuk
semua bahan dan alat yang dibutuhkan, minimal 3 toko. Harga yang digunakan
sebagai harga satuan dalam RKM adalah harga yang terendah.1
Perlu diingat bahwa dalam menetapkan kelompok sasaran pada prinsipnya
terutama adalah kolompok yang beresiko tinggi terhadap penularan penyakit.
Oleh karena itu sewaktu menggali informasi dengan menggunakan tool
Contamination route hendaknya dapat diperoleh pula informasi tentang golongan
umur berapa yang banyak ditemukan menderita penyakit tertentu misalnya diare.
Maka sasaran program dapat diidentifikasi lebih tajam yaitu yang dikatakan
beresiko tinggi misalnya bayi, dan sebagainya. Juga, kelompok masyarakat
yang beresiko tinggi dapat diketahui dari hasil Transect Walk, misalnya ditemui
kelompok masyarakat yang mandi, cucicuci, buang air besar dan lain-lain di

29

sungai. Atau kelompok masyarakat yang tidak cuci tangan dengan sabun setelah
buang air besar dan sebagainya.1
Dalam mendiskusikan pelaksana dari kegiatan-kegiatan hendaknya
melibatkan semua segmen sosial masyarakat (laki-laki, perempuan, kaya dan
miskin, orang tua, remaja/anak-anak). Dengan adanya permasalahan kesehatan
yang jelas, kelompok sasaran yang jelas pula kiranya dapat disusun rencana PHBS
yang lebih terfokus. Bahkan sampai kepada materi penyuluhan apa, media
komunikasi apa yang efektif dapat dibahas bersama-sama dari data yang telah
diperoleh.1
Rencana Kerja Perubahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dituangkan
dalam tabel sebagai kelanjutan dari pemilihan Opsi PHBS. Dengan alur pikir
pembuatan perencanaan seperti tersebut di atas, masyarakat akan lebih mudah
memahami dan diharapkan lebih banyak terlibat dan mendukung sehingga terjadi
suatu pembangunan yang berkesinambungan.1
d. Penyusunan RKM
Masyarakat dibantu oleh TFM menyusun draft RKM tentang program
promosi kesehatan dengan memperhatikan:1
Ada keterkaitan antara program promosi kesehatan di sekolah dan di
masyarakat.
Rencana promosi kesehatan dipresentasikan dalam pleno masyarakat untuk
mendapat perbaikan / penyempurnaan serta kesepakatan.
Mendapat masukan dari PUSKESMAS dan Cabang Dinas Pendidikan
Kecamatan, untuk mendapat dukungan dari program dan sektor terkait.

30

e. Penyusunan Rencana Monitoring dan Evaluasi


Masyarakat dibantu oleh TFM, secara partisipatif melalui diskusi
kelompok terfokus menyusun rencana monitoring dan evaluasi kegiatan promosi
baik di sekolah maupun di masyarakat, yang mudah dilaksanakan sendiri oleh
siswa sekolah maupun masyarakat.1

BAB III
PENUTUP

Promosi kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan


kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa
dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan
tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan
kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa
akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran.
Perencanaan adalah satu fungsi administrasi dalam rangka memecahkan
masalah, yang didalamnya terkandung suatu proses sistematis yang mempunyai
urutan logis (logical sequence), artinya suatu langkah dalam proses perencanaan
adalah konsekuensi logis dari langkah sebelumnya.
Untuk meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program promosi
kesehatan, diperlukan suatu proses perencanaan yang akan menghasilkan suatu

31

rencana yang menyeluruh (komprehensif dan holistik). Perencanaan adalah


kegiatan yang perlu dilakukan di masa yang akan datang, yang jelas tujuannya.
Langkah-langkah perencanaan sebetulnya bersifat generik, yaitu sama dengan alur
pikir siklus pemecahan masalah, langkah-langkah pokok yang perlu dilakukan
adalah analisis situasi, identifikasi masalah dan menetapkan prioritas, menetapkan
tujuan, melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik, dan
menyusun rencana operasional.

32

Anda mungkin juga menyukai