Anda di halaman 1dari 5

Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan pseudofakia mata kanan dan involusional

entropion dengan pseudofakia mata kiri berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis didapatkan pasien perempuan berusia 80 tahun, datang ke poliklinik


mata Rumah Sakit Mata Provinsi Sulawesi Utara dengan keluhan rasa mengganjal pada mata
kiri sejak ± 2 tahun yang lalu. Hal ini dapat disebabkan karena adanya benda asing yang
masuk ke dalam mata. Di mana bulu mata atau silia yang normalnya melengkung ke arah luar
tetapi pada pasien tersebut bulu mata melengkung ke arah dalam mata. Lengkungan bulu
mata ke arah dalam menyebabkan ganjalan di mata dan iritasi pada mata sehingga mata
menjadi sering berair, gatal, merah dan nyeri karena gesekan silia dan keratin dengan bola
mata yang tidak terlindungi. Pada kasus ini pasien juga memiliki keluhan gatal dan mata terus
berair dimana dari hasil pemeriksaan ophthalmologi didapatkan margo palpebra inferior oculi
sinistra melipat ke dalam sehingga bulu mata yang tumbuh di daerah ini pun ikut melipat ke
dalam.1,2

Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo
palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva dan kornea.
Entropion diklasifikasikan menjadi empat, antara lain involusional (senile), sikatriks, spastic,
dan kongenital.3,4

Entropion sering terjadi pada usia tua yang disebut dengan entropion involusional.
Entropion involusional biasanya terjadi pada umur diatas 60 tahun dan tidak ada perbedaan
gender ditemukan pada kelainan ini. Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi
dibandingkan entropion kelopak mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah sering terjadi
karena proses penuaan yaitu involusional, sedangkan entropion kelopak mata atas sering
terjadi karena trauma yang disebut dengan sikatrik (jaringan ikat yang menggantikan
epidermis dan dermis yang sudah hilang). Entropion kongenital adalah kondisi langka yang
ditandai dengan pemendekan lamella posterior, disgenesis fasia kapsulopalpebral, dan
kelemahan struktural fasia tarsal. Entropion sendiri dapat terjadi unilateral maupun bilateral.
Pada kasus ini terjadi lipatan margo palpebra bawah mata kiri ke arah dalam dengan usia
pasien 80 tahun.1,4-6

Mekanisme terjadinya entropion terkait pada usia adalah akibat degenerasi pada
jaringan elastis dan fibrosa di dalam kelopak mata yang menyebabkan kelemahan kelopak
mata horizontal dan kelemahan vertikal. Kelemahan palpebra horizontal karena terjadi
peregangan tendon canthal lateral senilis atau dehiscence dan lempeng tarsal. Kelemahan
palpebra vertikal terjadi akibat pelemahan, disinersi retraktor inferior dari tarsus. Orbicularis
preseptal yang dominan juga merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terjadinya
entropion involusional.1,3,6-7

Penegakkan diagnosis entropion involusional selain dari gejala yang didapatkan


melalui anamnesis, wajib didukung dari pemeriksaan fisik, oftalmologi, dan pemeriksaan
penunjang. Dari pemeriksaan fisik dapat diidentifikasi involusi kelopak mata dan batas bulu
mata pada pemeriksaan slitlamp. Integritas tarsal yang berkurang dapat dideteksi dengan uji
snapback lid atau uji distraksi lid. Kelemahan fascia capsulopalpebral inferior, cacat anatomis
yang jelas pada entropion involusional, dapat ditunjukkan dengan ptosis terbalik pada
kelopak mata bawah, fornix inferior dalam, atau ekskursi kelopak mata bawah yang
berkurang pada pandangan jauh ke bawah. Dengan perjalanan kelopak bawah, adanya garis
putih yang terlihat di culdesac inferior menunjukkan disinsersi retraktor yang lengkap.1

Pada kasus ini didapatkan margo palpebra inferior oculi sinistra melipat ke dalam.
Seperti yang dipaparkan di atas mengenai definisi dari entropion dengan kelainan yang
terletak pada kelopak mata yang terputar ke dalam, sedangkan trikiasis merupakan kelainan
dimana silia tumbuh mengarah ke dalam mata tanpa disertai dengan adanya kelainan pada
kelopak mata, sehingga diagnosis banding trikiasis dapat disingkirkan.7-8

Entropion menyebabkan bulu mata yang tumbuh ke dalam sehingga terus menerus
bergesekan dengan kornea sehingga kornea terus-menerus mengalami proses penyembuhan
dan luka, sehingga menyebabkan kekeruhan pada kornea yang menyebabkan terjadinya
penurunan visus. Namun hal ini tidak terjadi pada pasien dimana pasien sudah menggunakan
lensa buatan oleh karena operasi katarak pada kedua mata sekitar 10 tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan oftalmologi mata kanan dan mata kiri tidak ditemukan perbedaan visus pada
pasien yaitu 6/18.5,8

Rotasi ke dalam yang progresif dari tepi kelopak mata bagian bawah, menyebabkan
iritasi progresif pada permukaan okular. Gesekan bulu mata terhadap permukaan okular
merupakan penyebab utama abrasi epitel kornea yang dapat berkembang menjadi ulserasi dan
perforasi dengan tidak hanya terjadi penurunan visus bahkan sampai kehilangan penglihatan
pada kasus kronis.3

Komplikasi yang sering terjadi pada entropion adalah konjungtivitis, yaitu terjadi
suatu peradangan pada konjungtiva dimana pada mata akan terlihat lapisan putih yang
transparan dan garis pada kelopaknya. Komplikasi lainnya adalah keratitis, yaitu suatu
kondisi dimana kornea meradang karena masuknya bulu mata dan tepi kelopak ke kornea
dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Pada kornea harus diperiksa pewarnaan dengan
fluorescein. Selanjutnya komplikasi yang muncul yaitu ulkus kornea adalah ulkus yang
terbentuk di kornea, dan biasanya disebabkan oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius karena
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Pada kondisi tersebut penting untuk segera
berobat ke dokter jika mata menjadi merah, mata terasa sakit atau seperti ada yang
mengganjal di dalam mata.5-6

Air mata buatan, salep mata pelumas, dan lensa kontak dapat digunakan untuk
melindungi permukaan okular dari trauma mekanis yang disebabkan oleh silia yang berotasi.
Pelumasan akan mengurangi komponen spastik sekunder entropion. Injeksi toksin botulinum
telah terbukti menjadi mekanisme sementara yang aman dan efektif untuk pasien dengan
orbikularis preseptal utama. Namun, kondisi ini berulang dalam 8 hingga 26 minggu, dan
diperlukan suntikan berulang untuk mempertahankan efek terapeutik. Pada kasus ini pasien
diberikan levofloxacin tetes mata 4x1 tetes mata kiri untuk mencegah terjadinya infeksi pada
mata. Artificial tears tetes mata 4x1 tetes mata kiri digunakan untuk melindungi permukaan
okular mata pasien.1

Perawatan konservatif dengan pelumas okular, taping, atau suntikan toksin


botulinum dapat mengurangi keluhan namun hanya bersifat sementara, intervensi bedah
diperlukan untuk mengembalikan posisi anatomi secara definitif. Terdapat beberapa teknik
pembedahan pada entropion involusional yaitu everting suture, reinsertion of lower lid
retractors, lateral canthal tightening, dan kombinasi everting sutures dan lateral canthal
tightening.1

Pada kasus ini dilakukan tindakan repair entropion everting suture pada mata kiri
dengan lokal anestesi. Pasien dibaringkan di meja operasi, dilakukan tindakan septik aseptik,
lalu pasang doek steril pada mata kiri, dilakukan marking daerah yang akan di insisi sejauh
4mm dari margo palpebra inferior, dilakukan 3 insisi dengan menggunakan blade 15, jahit
insisi dengan benang vicryl 5-0 masuk dari kulit, otot retraktor, tarsus kemudian keluar kulit.

Pemilihan teknik pembedahan everting sutures dengan prosedur Quickert


dikarenakan teknik ini merupakan teknik yang cepat, minimal invasif, dan berbiaya rendah
untuk memasukkan kembali retraktor kelopak mata bawah untuk sementara.1
Teknik pada prosedur ini, doublearmed absorbable suture dimasukkan ke dalam
forniks konjungtiva di bawah batas bawah tarsus untuk merekrut retraktor bawah. Jahitan
diarahkan ke bawah lempeng tarsal, dan kemudian ke atas untuk muncul di bawah garis bulu
mata untuk mencapai eversi kelopak mata.1

Penggunaan Quickert suture sebagai prosedur utama untuk entropion masih


kontroversial karena tingkat kekambuhan yang tinggi. Jenis kelamin laki-laki, kelemahan
kelopak mata bawah yang parah, dan ras Asia merupakan faktor risiko kegagalan perbaikan
dengan Quickert suture. Selain kekambuhan, komplikasi lain dapat mencakup memar,
granuloma, dan trikiasis.1

Pada pasien ini tidak ada komplikasi, karena sudah tepat tindakan yang dilakukan.
Prognosis entropion pada umumnya memiliki prognosis yang baik, keefektifan pengobatan
entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan penyakitnya bisa dilakukan
dengan pembedahan yang tepat dan dapat memperbaiki keadaan kelopak mata yang

mengalami kelainan tersebut. Namun tindakan operasi juga perlu diperhatikan dengan baik

karena over koreksi justru dapat mengakibatkan ektropion pada akhirnya. 2,9 Secara klinis,
pada pasien ini terdapat perbaikan sehingga prognosis quo ad vitam adalah ad bonam. Secara
fungsional, dubia ad bonam, quo ad sanationam adalah dubia ad bonam.
DAFTAR PUSTAKA

1. Christopher LO dan Glavas I. Diagnosis and Management of Involutional Entropion.


American Academy of Ophthalmology February 2016:35-37
2. Feryadi H dan Khaizar Y. Male with Involutional Entropion of Inferior Eyelid. J
Medula Unila 2014; 3(1): 23-27
3. Nakos EA, Boboridis KG, Kakavouti-Doudou AA, Almaliotis DD, Sioulis CE,
Karampatakis VE. Randomized Controlled Trial Comparing Everting Sutures with a
Lateral Tarsal Strip for Involutional Lower Eyelid Entropion. Ophthalmol Ther 2019;
8: 397-406
4. Artini W, Hutauruk A. Johan, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta. FK UI.
2011.
5. Ilyas S. Anatomy dan Fisiologi Mata, Kelopak Mata, Ilmu Penyakit Mata. Edisi
Ketiga. Jakarta: FKUI. 2010.
6. Vaughan, DG, Taylor A, Paul RE. Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Widya
Medika. 2000.
7. Vaughan, DG & Asbury, T. General Ophthalmology. 17 th Edition. London: Mc Graw
Hill. 2007.
8. DeBacker CM. Entropion and Ectropion Repain. Medscape Reference. Available at
https://emedicine.medscape.com/article/1844045-overview [Akses 7 Februari 2023]
9. Harder BC, von Balz, Schlichtenbrede F, Jonas JB, Schuster AK. Entropion Objective
and Subjective Evaluation of Two Different Surgical Procedures 2014; 231(7):729-34

Anda mungkin juga menyukai