Anda di halaman 1dari 22

REFERAT THT

TUMOR TONSIL

DISUSUN OLEH :

Cindikia Ayu S.
1102011065

PRESEPTOR
dr. H. W. Gunawan Kurnaedi, Sp. THT-KL
dr. Elananda Mahendrajaya, Sp.THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN


ILMU TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN
RSU Dr. SLAMET GARUT

PERIODE 20 JULI 2015 21 AGUSTUS 2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan referat

dengan judul

TUMOR TONSIL yang disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kepaniteraan di bagian THT
RSU dr. Slamet Garut.
Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1

dr. H. W. Gunawan Kurnaedi, SpTHT-KL selaku kepala SMF dan konsulen THT RSU dr.
Slamet Garut yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmu kepada penyusun.

dr. Elananda Mahendrajaya, SpTHT-KL selaku Konsulen THT RSU dr. Slamet Garut yang
telah banyak membimbing dan memberikan ilmu kepada penyusun.

dr. Aroyan, SpTHT dosen Ilmu Kedokteran THT FK Universitas YARSI yang telah memberi
bimbingan serta pengajaran kepada penyusun selama ini.

Para perawat di poliklinik THT yang telah banyak membantu penyusun dalam kegiatan klinik
sehari-hari.

Orang tua dan keluarga yang tidak pernah berhenti memberi kasih sayang, mendoakan dan
memberi dukungan kepada penyusun.

Teman-teman sejawat yang telah banyak memberikan inspirasi dan dukungannya.


Penyusun menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, untuk itu penyusun mengharapkan

kritik serta saran.Semoga dengan adanya referat ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
semua pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Garut, 11 Agustus 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................1
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................3
BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL......................................................................................4
1 Anatomi..........................................................................................................................................4
2 Fisiologi.........................................................................................................................................8
BAB III TUMOR TONSIL ......................................................................................................................10
1 Definisi.........................................................................................................................................10
2 Etiologi ........................................................................................................................................11
3 Klasifikasi ..................................................................................................................................12
4 Patofisiologi ...............................................................................................................................16
5 Manifestasi Klinis .......................................................................................................................18
6 Diagnosis .....................................................................................................................................18
7 Tatalaksana .................................................................................................................................19
8 Prognosis......................................................................................................................................21
BAB IV KESIMPULAN ...........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................23

BAB I
PENDAHULUAN

Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai
faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali
normal atas pertumbuhannya. Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama dengan
tumor. Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang ditandai hiperplasia sel ganas, termasuk
berbagai tumor ganas dan leukemia. Istilah kanker juga menunjukkan semua tumor ganas.
Tumor ganas tonsil merupakan tumor ganas di saluran napas bagian atas yang umumnya
berasal dari epitel dan jaringan limfoir. Bentuk karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan
yang terbanyak 70%, sedangkan limfoma malignum 25% dan kelenjar liur 5%.
Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum mengenai definisi,
anatomi fisiologi, etiologi, pemeriksaan, dan penanganan pada tumor tonsil.

BAB II
ANATOMI TONSIL

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer
merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina,
tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal (Ruiz JW, 2009).

A) Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada
kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot
palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi
seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil
terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
Lateral muskulus konstriktor faring superior
4

Anterior muskulus palatoglosus


Posterior muskulus palatofaringeus
Superior palatum mole
Inferior tonsil lingual (Wanri A, 2007)
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi invaginasi atau

kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang
kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik
difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di
seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya
memperlihatkan pusat germinal (Anggraini D, 2001).
Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot palatoglosus,
batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding luarnya adalah otot
konstriktor faring superior (Shnayder, Y, 2008).
Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus
ke IX yaitu nervus glosofaringeal (Wiatrak BJ, 2005).
Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu:
1) arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina
asenden;
2) arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden;
3) arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal;
4) arteri faringeal asenden.
Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian
posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri
tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina
desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring.
Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal
(Wiatrak BJ, 2005).
Aliran getah bening
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda
(deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus, selanjutnya ke
kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah
bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada (Wanri A, 2007).
Persarafan
5

Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.
Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B membentuk
kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi
adalah sel plasma yang matang. (Wiatrak BJ, 2005)
Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen
komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. (Eibling DE, 2003)
Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel retikular,
area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid
(Wiatrak BJ, 2005).
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi
limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu:
1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif;
2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik
(Hermani B, 2004).
B) Tonsil Faringeal (Adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama
dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu
segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun
mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus.
Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan
adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat
meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada
masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7
tahun kemudian akan mengalami regresi. (Hermani B, 2004)
C) Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada
apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata (Kartosoediro S, 2007).

FISIOLOGI TONSIL

Tonsil mempunyai peranan penting dalam fase-fase awal kehidupan, terhadap infeksi mukosa
nasofaring dari udara pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bagian bawah. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa parenkim tonsil mampu menghasilkan antibodi. Tonsil
memegang peranan dalam menghasilkan Ig-A, yang menyebabkan jaringan lokal resisten
terhadap organisme patogen.
Sewaktu baru lahir, tonsil secara histologis tidak mempunyai centrum germinativum,
biasanya ukurannya kecil. Setelah antibodi dari ibu habis, barulah mulai terjadi pembesaran
tonsil dan adenoid, yang pada permulaan kehidupan masa anak-anak dianggap normal dan dapat
dipakai sebagai indeks aktifitas sistem imun. Pada waktu pubertas atau sbelum masa pubertas,
terjadi kemunduran fungsi tonsil yang disertai proses involusi.
Terdapat dua mekanisme pertahanan, yaitu spesifik dan non spesifik.
Mekanisme Pertahanan Non-Spesifik
Mekanisme pertahanan spesifik berupa lapisan mukosa tonsil dan kemampuan limfoid untuk
menghancurkan mikroorganisme. Pada beberapa tempat lapisan mukosa ini sangat tipis,
sehingga menjadi tempat yang lemah dalam pertahanan dari masuknya kuman ke dalam jaringan
tonsil. Jika kuman dapat masuk ke dalam lapisan mukosa, maka kuman ini dapat ditangkap oleh
sel fagosit. Sebelumnya kuman akan mengalami opsonisasi sehingga menimbulkan kepekaan
bakteri terhadap fagosit.
Setelah terjadi proses opsonisasi maka sel fagosit akan bergerak mengelilingi bakteri dan
memakannya dengan cara memasukkannya dalam suatu kantong yang disebut fagosom. Proses
selanjutnya adalah digesti dan mematikan bakteri. Mekanismenya belum diketahui pasti, tetapi
diduga terjadi peningkatan konsumsi oksigen yang diperlukan untuk pembentukan superoksidase
yang akan membentuk H2O2, yang bersifat bakterisidal. H2O2 yang terbentuk akan masuk ke
dalam fagosom atau berdifusi di sekitarnya, kemudian membunuh bakteri dengan proses
oksidasi.
Di dalam sel fagosit terdapat granula lisosom. Bila fagosit kontak dengan bakteri maka membran
lisosom akan mengalami ruptur dan enzim hidrolitiknya mengalir dalam fagosom membentuk
rongga digestif, yang selanjutnya akan menghancurkan bakteri dengan proses digestif.
Mekanisme Pertahanan Spesifik
7

Merupakan mekanisme pertahanan yang terpenting dalam pertahanan tubuh terhadap udara
pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bawah. Tonsil dapat memproduksi Ig-A yang
akan menyebabkan resistensi jaringan lokal terhadap organisme patogen. Disamping itu tonsil
dan adenoid juga dapat menghasilkan Ig-E yang berfungsi untuk mengikat sel basofil dan sel
mastosit, dimana sel-sel tersebut mengandung granula yang berisi mediator vasoaktif, yaitu
histamin.
Bila ada alergen maka alergen itu akan bereaksi dengan Ig-E, sehingga permukaan sel
membrannya akan terangsang dan terjadilah proses degranulasi. Proses ini menyebabkan
keluarnya histamin, sehingga timbul reaksi hipersensitifitas tipe I, yaitu atopi, anafilaksis,
urtikaria, dan angioedema.
Dengan teknik immunoperoksidase, dapat diketahui bahwa Ig-E dihasilkan dari plasma sel,
terutama dari epitel yang menutupi permukaan tonsil, adenoid, dan kripta tonsil.
Mekanisme kerja Ig-A adalah mencegah substansi masuk ke dalam proses immunologi, sehingga
dalam proses netralisasi dari infeksi virus, Ig-A mencegah terjadinya penyakit autoimun. Oleh
karena itu Ig-A merupakan barier untuk mencegah reaksi imunologi serta untuk menghambat
proses bakteriolisis.

BAB III
TUMOR TONSIL

1. Definisi Tumor Tonsil


Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai
faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali
normal atas pertumbuhannya. Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama dengan
tumor. Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang ditandai hiperplasia sel ganas, termasuk
berbagai tumor ganas dan leukemia. Istilah kanker juga menunjukkan semua tumor ganas.
Tumor adalah kata yang biasa digunakan, tetapi non-spesifik, istilah untuk neoplasma. Kata
tumor hanya mengacu pada sebuah massa. Ini adalah istilah umum yang mengacu jinak
(umumnya tidak berbahaya) atau ganas.
Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan massa
(solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh yang meliputi tumor jinak (benigna tumor) dan
tumor ganas (malignant tumor). Tumor ganas lebih dikenal sebagai kanker. Massa ini timbul
sebagai akibat dari ketidak-seimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel. Pertumbuhan sel yang
tidak terkendali disebabkan kerusakan DNA yang mengakibatkan mutasi (perubahan genetik
yang bersifat menurun) pada gen vital yang bertugas mengontrol pembelahan sel. Beberapa
mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi
tersebut disebabkan agen zat-zat kimia atau fisik yang dinamakan sebagai karsinogen. Mutasi
dapat terjadi secara spontan (diperoleh) maupun diwariskan.
Tumor adalah massa abnormal jaringan. Tumor adalah tanda klasik dari peradangan, bisa
jinak atau ganas (kanker). Diagnosis tergantung pada jenis dan lokasi tumor. Tes penanda tumor
dan pencitraan dapat digunakan; beberapa tumor dapat dilihat (misalnya, tumor pada bagian luar
kulit) atau merasa (teraba dengan tangan).
Tumor ganas tonsil merupakan tumor ganas di saluran napas bagian atas yang umumnya
berasal dari epitel dan jaringan limfoir. Secara histopatologi terdapat tiga bentuk keganasan
tonsil yang dapat dikenali:
1. Karsinoma sel skuamosa
2. Limfoma malignum
3. Tumor kelenjar liur yang berasal dari kelenjar liur mino di palatum mole, uvula, atau kapsul
tonsil.

Bentuk karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan yang terbanyak 70%, sedangkan
limfoma malignum 25% dan kelenjar liur 5%.
2. Etiologi Tumor Tonsil
Menurut National Cancer Institute, faktor risiko karsinoma sel skuamosa termasuk merokok
dan penyalahgunaan etanol. Baru baru ini ada indikasi bahwa etiologi virus juga harus
dipertimbangkan. Meskipun virus Epstein Barr (EBV) merupakan pertimbangan utama pada
karsinoma nasofaring,
Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti sebagai ancaman.
Beberapa studi telah mengidentifikasi indikasi kehadiran HPV pada sekitar 60% dari
karsinoma tonsil.Bila tonsil termasuk dalam studi wilayah orofaring, maka faktor risiko meliputi:
- Diet rendah buah dan sayuran
- Infeksi HPV
- Merokok
- Alkohol
HPV adalah virus DNA rantai ganda yang menginfeksi sel sel basal epitel dan
dapatditemukan sampai dengan 36% dari karsinoma sel skuamosa orofaring.Meskipun lebih dari
100strain yang telah diisolasi, HPV tipe 16 dan 18 paling sering dikaitkan dengan kanker. Kode
genom virus untuk. Oncoproteins E6 dan E7, yang telah meningkatkan aktivitas di strain
yang bersifat onkogenik. Oncoprotein E6 menyebabkan degradasi tumor suppressor p53.
Oncoprotein E7 merupakan tumor suppressor retinoblastoma (Rb). Hilangnya pRB menyebakan
akumulasi p16, yang biasanya akan menghambat perkembangan siklus sel melaluisiklin D1 dan
CDK4 / CDK6. Karena akumulasi ini, p16 dapat digunakan sebagai penanda aktivitas HPV.
Faktor risiko dalam meningkatkan jenis kanker ini adalah merokok dan sering minum
minuman alkohol. Jika merokok dan minum alkohol dilakukan sering dan bersamaan, maka akan
meningkat risiko yang lebih jauh.
Kanker tonsil telah dikaitkan oleh human papilloma virus (HPV). Ada beberapa jenis HPV.
Beberapa penyebab kutil pada daerah genitalia atau kulit. Jenis lain meningkatkan risiko
beberapa jenis kanker termasuk kanker serviks, vagina, vulva, penis dan anus. Para peneliti telah
menemukan bahwa jenis HPV yang meningkatkan risiko kanker tersebut juga meningkatkan
risiko kanker orofaring termasuk kanker tonsil. Jenis HPV disebut HPV16.
Para peneliti mencari bagaimana HPV mulut ditularkan. Ada beberapa bukti yang
menunjukkan bahwa itu ditularkan melalui kontak seksual melalui seks oral tetapi juga dapat
ditularkan melalui kontak mulut ke mulut atau dengan cara lain.
3. Klasifikasi Tumor Tonsil
a. Tumor Tonsil Jinak
10

1) Kista Tonsil
Kista epitel tonsil merupakan jenis yang cukup sering. Permukaannya berkilau, halus, dan
berwarna putih atau kekuningan. Kista ini tidak memberikan gejala apapun, akan tetapi kista
yang lebih besar akan menyebabkan suatu benjolan di tenggorokan dan mungkin perlu di
operasi.

Gambar 8. Kista Tonsil

2) Papiloma Tonsil
Papilloma skuamosa biasanya terlihat menggantung dari pedicle uvula, tonsil atau pilar. Tampak
massa bergranular yang timbul dari pilar
anterior pada bagian posteriornya.

11

Gambar 9. Papilloma Tonsil


3) Polip Tonsil
Massa tonsil tersebut menunjukkan gambaran polip pada pemeriksaan histologi.

Gambar 10. Polip Tonsil

b.
1)

Tumor Tonsil Ganas


Karsinoma Sel Skuamosa Tonsil
Karsinoma
sel
skuamosa

tonsil

menunjukkan pembesaran dan ulserasi dari tonsil, tapi bisa juga tidak selalu disertai dengan
ulserasi. Tampilannya hampir sama dengan limfoma dan hanya dapat dibedakan dengan
12

pemeriksaan histologis. Sekitar 90% kanker tonsil adalah karsinoma sel skuamosa. Tumor ini
relatif sering terjadi terutama pada usia 50 dan 70. Perbandingan laki laki dan perempuan
adalah 3 4 : 1 dan sering dikaitkan dengan perokok dan peminum alcohol. 60% pasien datang
dengan metastase ke serviks bilateral sebanyak 15%, sedangkan metastase jauh ditemukan
sekitar 7%.

Sub bagian Onkologi THT FKUI RSCM penentuan stadium dan pengobatan tumor ganas tonsil
merujuk berdasarkan guidelines yang dikeluarkan National Comprehensive Cancer Network
(NCCN) tahun 2011:
T (tumor primer)
To

Tidak jelas ada tumor primer

Tis

Karsinoma in situ

T1

Tumor dengan garis tengah terbesar 2 cm atau


kurang

T2

Tumor dengan garis tengah terbesar 2-4 cm

T3

Tumor dengan garis tengah terbesar lebih dari


4 cm

T4a

Tumor telah menginvasi laring, otot lidah,


pterigoid medial, palatum durum atau tulang
mandibular
13

T4b

Tumor telah menginvasi otot pterigoid lateral,


tulang pterigoid, lateral nasofaring, dasar
tengkorak atau arteri karotis

N (kelenjar limfa regional)


Nx

Tidak menemukan metastasi kelenjar limfe


regional

No

Tidak ada metastasis kelenjar lemfe regional

N1

Metastasis regional dengan diameter terbesar


kurang dari 3 cm

N2a

Metastasis single ipsilateral dengan diameter


terbesar 3 cm tapi kurang 6 cm

N2b

Metastasis ipsilateral dengan dimensi terbesar


kelenjar getah bening kurang dari 6 cm

N3

Metastasis kelenjar regional dengan diameter


terbesar kelenjar getah bening lebih dari 6 cm

M (metastasis jauh)
Mx

Tidak ditemukan metastasis jauh

Mo

Tidak ada metastasis jauh

M1

Terdapat metastasis jauh

4. Patofisiologi Tumor Tonsil


Karsinogenesis adalah proses pembentukan neoplasma atau tumor ganas danterjadinya
melalui tiga tahap:
1. Inisiasi kanker
Tahap ini menggambarkan perubahan genetik dalam sebuah sel somatik normal tunggal via
mutasi dan masuk ke dalam jalur/mekanisme perkembangan abnormal yang berpotensi
neoplastik. Sel target proses ini umumnya mempunyai karakteristik sel seperti sel stem dan
terjadi dalam waktu singkat. Sel terinisiasi antara lain karena mutasi titik pada DNA atau
kerusakan yang lebih besar pada kromosom seperti delesi, duplikasi, translokasi atau aneuploidi.
14

Pada tahap inisiasi sudah terjadi perubahan permanen di dalam genom sel akibat kerusakan DNA
yang berakhir pada mutagenesis. Sel yang telah berubah ini tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan sel normal di sekitarnya. Pada tahap ini proses mutasi akan mengaktivasi atau
menghambat proto-onkogen. Yang mengubah fungsi proto-onkogen dan tumor suppressor gene
antara lain adalah karsinogen yang mengubah struktur DNA, radiasi yang memicu pembentukan
spesies kimia reaktif dan radikal bebas, dan virus. Tahap inisiasi berlangsung dalam satu sampai
beberapa hari.
2. Tahap Promosi Kanker
Promosi kanker yang merupakan perkembangan awal sel yang terinisiasi membentuk klon
melalui pembelahan; berinteraksi melalui komunikasi sel ke sel; stimulasimitogenik, faktor
diferensiasi sel, dan proses mutasi dan non mutasi (epigenetik) yang semuanya mungkin
berperan dalam tahap awal pertumbuhan pra-neoplastik. Pada tahap ini sel mengalami sejumlah
perubahan tambahan dalam genom yang berpotensi mengakselerasi ketidakstabilan genom sel.
Promosi membutuhkan waktu beberapa tahun.
Tahap promosi berlangsung lama bisa lebih dari sepuluh tahun. Suatu proses panjang yang
disebabkan oleh kerusakan yang melekat dalam materi genetik di dalam sel. Melalui mekanisme
epigenetik akan terjadi ekspansi sel-sel rusak membentuk premalignansi dari populasi
multiseluler tumor yang melakukan proliferasi. Senyawa-senyawa yang merangsang pembelahan
sel disebut promotor atau epigenetic karsinogen.

3. Tahap Progresi Kanker


Tahap ini diawali dari transformasi malignansi yang menggambarkan perubahan genomik yang
cepat dimana populasi klonal sel yang berevolusi akan mengarah pada perkembangan
malignansi/keganasan jika tidak dihambat oleh lingkungan mikro dalam sel. Progresi malignansi
sebagai fase karsinogenik dengan perbanyakan sel yang telah mengalami transformasi yang
relatif tertunda sampai mengalami peningkatan keganasan dan mampu untuk bermigrasi ke
jaringan normal di sekitarnya dan yang lebih jauh (metastasis). Kanker yang dapat dideteksi
secara klinis membutuhkan waktu beberapa tahun bergantung pada perkembangan vaskularisasi
kanker, proses inflamasi dan interaksi dengan lingkungan mikro dan komunitas seluler di sekitar
sel transforman berada. Progresi adalah tahap karsinogenesis yang paling dekat dengan data
klinis.

15

Pada tahap perkembangan (progression), terjadi insta-bilitas genetik yang menyebabkan


perubahan-perubahan mutagenik dan epigenetik. Proses ini akan menghasilkan klon baru sel-sel
tumor yang memiliki aktivitas proliferasi, bersifat invasif (menyerang) dan potensi metastatiknya
meningkat. Selama tahapan ini, sel-sel maligna berkembang biak menyerbu jaringan sekitar,
menyebar ke tempat lain. Jika tidak ada yang menghalangi pertumbuhannya, akan terbentuk
dalam

jumlah

yang

gejala kanker muncul. Tahap

cukup

besar untuk mempengaruhi fungsi tubuh, dan

terakhir ini berlangsung

gejala-

selama lebih dari satu tahun, sehingga

seluruh karsinogenesis dapat berlangsung selama dua puluh tahun.

5. Manifestasi Klinis Tumor Tonsil


Pasien dengan karsinoma tonsil mungkin tampak dengan massa pada leher. Hal ini karena
karsinoma muncul jauh di dalam kriptus. Sebuah karsinoma sel skuamosa mungkin berasal dari 1
atau lebih lokasi dari tonsil itu sendiri. Selain itu tonsil juga dapat membesar dan menonjol ke
dalam rongga mulut yang menjadikan tanda pada penderita. Tonsil kaya akan kelenjar limfoid
berlimpah yang membantu akses neoplasma dan bermetastase ke kelenjar leher. Semua faktor itu
menjelaskan mengapa pasien datang dengan massa leher.
Pembesaran kelenjar getah bening dengan tumor primer yang tersembunyi harus segera
diperiksa lebih lanjut pada tonsilnya. Karsinoma sel skuamosa primer tersembunyi yang
bermanifestasi sebagai limfadenopati leher adalah masalah umum yang dihadapi oleh ahli THT.
Sakit tenggorokan, sakit telinga, sensasi benda asing di tenggorokan dan perdarahan
semuanya mungkin terjadi. trismus adalah sebuah tanda yang mengindikasikan keterlibatan

16

parafaring. Jika massa leher tidak jelas pada pemeriksaan biasa, palpasi mungkin diarahkan ke
bagian belakang yang dapat menunjukkan adanya limfadenopati servikal.
Jika tumor telah melibatkan dasar lidah, kelenjar kontra lateral mungkin sudah terlibat.
Tumor tonsil primer dapat tumbuh sepenuhnya di bawah permukaan. Oleh karena itu, dokter
harus dapat melihat apapun yang mencurigakan atau mungkin hanya melihat sedikit peningkatan
ukuran tonsil .
Tanda dan gejala berupa penurunan berat badan dan kelelahan bukan merupakan hal yang
umum pada tumor ini.
6. Diagnosis Tumor Tonsil
Diagnosis keganasan tonsil dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinik
serta makroskopik dan perabaan. Pemeriksaan radiologi berupa pemeriksaan CT Scan atau MRI
dan biopsy jaringan tumor. Diagnosis pasti dibuat berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi
dari hasil biopsy jaringan tonsil. Biopsy dapat dilakukan dengan cara eksisional biopsy.
Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk melihat perluasan tumor ke jaringan tulang dan adanya
destruksi tulang disamping untuk melihat adanya metastasis ke kelenjar getah bening servikal
sedangkan pemeriksaan magnetic resonansi imaging (MRI) lebih superior melihat perluasan
tumor ke jaringan lunak sekitarnya.
7. Tatalaksana Tumor Tonsil
Dokter anda akan menawarkan terapi ini untuk kanker orofaringeal:
1. Pembedahan
2. Radioterapi
3. Kemoterapi
Anda akan mendapatkan pembedahan atau radioterapi untuk tatalaksana kanker tonsil awal.
Yang berarti tumor tonsil yang masih terisi oleh tonsil. Jika kanker yang lebih besar, telah
berkembang pada seluruh tonsil, atau telah berkembang keluar dari tonsil, disarankan untuk
pembedahan yang diikuti oleh radioterapi. Kanker tonsil stadium lanjut yang berkembang lebih
besar dari tonsil perlu untuk dikecilkan terlebih dahulu sebelum diambil. Kemoterapi atau
radioterapi atau keduanya dapat mengecilkan kanker tersebut. Inilah disebut sebagai down
staging. Jika penyusutan telah dilakukan, maka kanker tersebut bisa diambil dengan
pembedahan.

17

Kanker pada stadium lanjut menyebabkan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan kesulitan
menelan maka diperlukan radioterapi atau kemoterapi atau keduanya untuk membantu kontrol
gejala tersebut.
Adapula pengobatan lainnya yang masih diselidiki, yaitu photodynamic therapy (PDT).
Terapi Photodynamic (PDT) adalah pengobatan yang menggunakan obat photosensitizing (obat
yang menjadi diaktifkan oleh paparan cahaya) dan sumber cahaya untuk mengaktifkan obat
diterapkan. Hasilnya adalah sebuah molekul oksigen aktif yang dapat menghancurkan sel-sel
kanker di dekatnya.
Operasi
Operasi dilakukan untuk mengangkat bagian dari tenggorokan yang terdapat kanker. Ada
berbagai jenis operasi. Bagian dari tenggorokan akan diangkat tepat pada daerah kanker tersebut
tumbuh. Jika kanker sangat kecil, mungkin hanya perlu operasi yang sangat sederhana. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal atau dengan operasi laser, dan tidak perlu
menginap di rumah sakit.
Untuk kanker yang lebih besar dan luas mungkin memerlukan operasi lebih rumit dan harus
dirawat di rumah sakit untuk sementara waktu. Untuk operasi yang paling rumit adalah bagian
langit-langit lunak (palatum mole) dan bagian belakang lidah diangkat. Dokter bedah akan
membangun kembali bagian dengan jaringan yang diambil dari bagian lain dari tubuh.
Semua jenis perawatan memiliki efek samping. Kadang-kadang operasi untuk tenggorokan
menyebabkan banyak pembengkakan di sekitarnya dan membuat sulit untuk bernapas normal.
Jika hal ini terjadi maka dokter bedah perlu membuat lubang di tenggorokan, di pangkal leher.
Trakeostomi ini akan memungkinkan untuk bernapas sementara pembengkakan ada. Hal ini
biasanya hanya bersifat sementara dan akan diangkat setelah luka sembuh.
Radioterapi
1. Mengobati kanker tonsil kecil
2. Baik sebelum atau setelah operasi untuk mengobati kanker lebih besar
3. Untuk membantu meringankan gejala kanker tonsil lanjut

18

Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan anti kanker (sitotoksik) obat untuk menghancurkan kanker.
Kemoterapi tidak selalu menjadi pilihan perawatan untuk kanker tonsil. Tapi penelitian terbaru
menunjukkan bahwa menggabungkan kemoterapi dengan radioterapi dapat membantu banyak
operasi untuk kanker besar kepala dan leher, termasuk kanker tonsil.
Kemoterapi dilakukan sebelum pengobatan utama dilakukan, karena kemoterapi ini dapat
membantu dalam penyusutan ukuran kanker tersebut. Pengobatan ini disebut pengobatan neo
adjuvant. Penyusutan kanker ini sebelum terapi lebih lanjut disebut sebagai down staging. Obat
yang biasa digunakan pada kanker tonsil adalah cisplatin dan flourouracil. Obat ini memberikan
keefektivan yang maksimal apabila digunakan keduanya secara bersamaan.

8. Prognosis Tumor Tonsil


Banyak factor yang menentukan prognosis tumor ganas tonsil yaitu stadium tumor, jenis
histopatologi tumor dan pengobatan yang diberikan. Pada tumor stadium lanjut umumnya
prognosis buruk.
Stage I 80%, stage II 70%, stage III 40%, dan stage IV 30%. Kelangsungan hidup dari
karsinoma tonsil secara historis dianggap buruk, terutama untuk stage III dan IV. Namun,
literatur yang lebih baru telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan terapi bedah
karsinoma tonsil bahkan untuk stadium yang lanjut. Moore dkk melaporkan sebanyak 94%
bertahan hidup pada stadium III dan IV karsinoma tonsil yang diobati dengan reseksi transoral
dan terapi adjuvan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien yang diobati dengan
tepat dapat memiliki kelangsungan hidup yang baik, meskipun secara historis hasilnya buruk.

19

BAB IV
KESIMPULAN

Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan
massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh yang meliputi tumor jinak (benigna
tumor) dan tumor ganas (malignant tumor). Tumor ganas lebih dikenal sebagai kanker. Massa ini
timbul sebagai akibat dari ketidak-seimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel. Pertumbuhan sel
yang tidak terkendali disebabkan kerusakan DNA yang mengakibatkan mutasi (perubahan
genetik yang bersifat menurun) pada gen vital yang bertugas mengontrol pembelahan sel.
Faktor risiko dalam meningkatkan jenis kanker ini adalah merokok dan sering minum
minuman alkohol. Jika merokok dan minum alkohol dilakukan sering dan bersamaan, maka akan
meningkat risiko yang lebih jauh.
Kanker tonsil telah dikaitkan oleh human papilloma virus (HPV). Ada beberapa jenis
HPV. Beberapa penyebab kutil pada daerah genitalia atau kulit. Jenis lain meningkatkan risiko
beberapa jenis kanker termasuk kanker serviks, vagina, vulva, penis dan anus. Para peneliti telah
menemukan bahwa jenis HPV yang meningkatkan risiko kanker tersebut juga meningkatkan
risiko kanker orofaring termasuk kanker tonsil. Jenis HPV disebut HPV16.
Penatalaksanaan pada tumor tonsil terbagi menjadi pembedahan, radioterapi, dan
kemoterapi. Pemberian terapi tergantung pada stadium pada tumor tonsil tersebut.
Banyak factor yang menentukan prognosis tumor ganas tonsil yaitu stadium tumor, jenis
histopatologi tumor dan pengobatan yang diberikan. Pada tumor stadium lanjut umumnya
prognosis buruk.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Pathology.jhu.edu. What Are Tumors? [Internet]. 2015 [cited 10 August 2015]. Available
from: http://pathology.jhu.edu/pc/BasicTypes1.php?area=ba
2. MedicineNet. Tumor [Internet]. 2015 [cited 10 August 2015]. Available from:
http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=5863
3. Soepardi, Prof. Dr. Efiaty Arsyad, Sp.THT-KL(K), dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
4. Emedicine.medscape.com. Malignant Tonsil Tumor Surgery: Background, History Of The
Procedure,

Problem

[Internet].

2015

[cited

10 August

2015]. Available

from:

http://emedicine.medscape.com/article/848034-overview#a8
5. Kreimer AR, Clifford GM, Boyle P, Franceschi S. Human papillomavirus types in head and
neck squamous cell carcinomas worldwide: a systematic review. Cancer Epidemiol
Biomarkers Prev. Feb 2005;14(2):467-75
6. Moore EJ, Henstrom DK, Olsen KD, Kasperbauer JL, McGree ME. Transoral resection of
tonsillar squamous cell carcinoma. Laryngoscope. Mar 2009;119(3):508-15
7. Cancerresearchuk.org. Tonsil cancer | Cancer Research UK [Internet]. 2015 [cited 11 August

2015].

Available

from:

http://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/cancers-in-

general/cancer-questions/tonsil-cancer

21

Anda mungkin juga menyukai