TOKSIKOLOGI Definisi : ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sumber, karakteristik dan kandungan racun, gejala dan tanda yang disebabkan racun, dosis fatal, periode fatal, dan penatalaksanaan kasus keracunan. Bapak Toksikologi Paracelsus, menyatakan bahwa Segala sesuatu adalah racun dan tidak ada yang tanpa racun. Hanya dosis yang membuat sesuatu menjadi bukan racun (Dosis solum facit venum). TOKSISITAS RACUN Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan korban hidup : 1. Toksisitas intrinsik : ikatan kimia suatu zat secara instrinsik membentuk sifat racun tersebut. 2. Dosis dan bioavaibilitas : farmakokinetik substansi sangat tergantung pada dosis dan metobolisme di hati. Toksisitas racun 3. Konsentrasi : fatalitas beberapa zat tergantung konsentrasi mis.CO, asam kuat dan basa kuat. 4. Frekuensi dan waktu paruh : seringnya kontak, durasi dan waktu paruh zat memengaruhi toksisitas. 5. Cara masuk ke dalam tubuh : Cara oral lebih lambat dibandingkan secara injeksi dan inhalasi. Toksisitas racun 6. Ko-medikasi : adanya zat lain dapat meningkatkan toksisitas zat dengan toksisitas rendah atau megubah zat yang tidak toksik menjadi toksik. 7. Kondisi pemakai : penyakit yang berhubungan dengan metabolisme, faktor umur, jenis kelamin, status gizi, reaksi alergi dan idiosinkrasi. BENTUK KERACUNAN BERASARKAN MOTIF
Dalam kasus tindak pdana harus dibuktikan
adanya perbuatan yang salah (actua rheus) dan situasi batin yang melatarbelakangi tindkan tersebut (men rhea). Motif keracuna harus ditentukan sebagai unsur men rhea, kecerobohan (recklessness), kelapaan (neglience) atau kesengajaan (intentional) Secara umum motif keracunan dapat dibedakan menjadi dua bentuk berdasar korban keracunan. 1. Tipe S (spesific target) Korban keracunan hanya orang tertentu dan biasanya antara korban dan pelaku sudah kenal. Motivasi : uang, membunuh,pembunuhan lawan politik dan balas dendam. Dibagi dalam 2 sub grup yaitu: a. Tipe S/S (spesific/slow) dimana keracunan terjadi secara perlahan dan direncanakan pelaku. b. Tipe S/Q (spesific/quick) dimana keracunan terjadi secara mendadak dan cepat. 2. Tipe R (random target) Terjadi pada korban acak. Motivasi biasanya ego, sadistik dan teror. Tipe R dibagi menjadi : a. Tipe R/S (random/slow), terorisme merupakan salah satu bentuk keracunan tipe ini bila racun dipakai untuk menjalankan teror. b. Tipe R/Q (random/quick) dimana keracunan terjadi secara mendadak. PEMERIKSAAN FORENSIK KLINIK TERHADAP KORBAN KERACUNAN PEMERIKSAAN FORENSIK KASUS KERACUNAN TERHADAP KORBAN YANG SUDAH MENINGGAL 1. Pemeriksaan post mortem a. Pemeriksaan luar Pada pemeriksaan luar asus keracunan, mungkin didapatkan: Racun jenis tertentu mengeluarkan bau aroma yang khas. Untuk menjaga keutuhan jenazah tidak boleh menggunakan cairan desinfektan yang mempunyai bau (aroma). Pemeriksaan forensik Pada permukaan tubuh jenezah mungkin ditemukan bercka-ercak yang berasal dari muntahan, feses dan kadang-kadang jenis racun itu sendiri. Perubahan warna kulit mis menjadi kuning pada keracunan fosfor dan keracunan akut akibat unsur tembaga sulfat Keadaan pupil mata dan jari tangan yang lemas atau mengepal: Pemeriksaan forensik - Pemeriksaan lubang pada tubuh jenazah untuk melihat adanya tanda-tanda bekas zat korosif atau benda asing. - Livor mortis yang khas, merah terang, cherry red, atau merah coklat yangracunnya menyebabkan perubahan warna darah sehingga warna lebam jenazah mengalami perubahan. Pemeriksaan forensik b. Pemeriksaan dalam Pada umumnya tanda keracunn tampak pada traktus gastrointestinal terutama jika keracunan akibat zat korosif atau iritan. Perubahan yang terjadi adalah: a. Hiperemia b. Perlunakan c. Ulserasi d. Perforasi Pemeriksaan forensik 2. Pemeriksaan kimia/toksikologi pada organ dalam Ditemukannya jenis racun pada darah, feses, urin atau dalam organ tubuh merupakan bukti yang memastikan bahwa telah terjadi keracunan. Racun bisa ditemukan di lambung, usus halus, dan kadang hati,limpa dan ginjal. Pemeriksaan forensik Orga n tuuh dan bahan yang diperiksa antara lain: - Urin dan feses - Darah - Lambung dan isinya - Usus halus (duodenum dan jejenum) - Hati - Setengah bagian dari masing-masing ginjal - Otak dan spinal cord terutama pada keracunan striknin Pemeriksaan forensik - Uterus dan organ-organ yang berkaitan dengan uterus, jika ada ecurigaan abortus kriminalis - Paru-paru terutama keracunan kloroformtulang, rambut, gigi dan kuku - Organ tubuh lainnya yang dicurigai mengandung racun 3. Pengumpulan bukti-bukti dari sekitar tempat kejadian Kunci pembuktian kasus keracunan 1. Bukti hukum 2. Pembuktian motif keracunan 3. Kondisi yang memungkinkan dapat diperolehnya racun 4. Kebiasaan korban, gangguan kepriaian,kondisi kesehatan dan penyakit serta kesempatan dilibatkannya racun 5. Bukti kesengajaan 6. Menyingkirkan sebab kematian lainnya 7. Homicide POLONIUM Polonium adalah racun radioaktif, pembunuh lambat tanpa ada obatnya. Satu gram polonium yang menguap bisa membunuh sekitar 1,5 juta orang hanya dalam beberapa bulan. Kasus yang paling terkenal dari keracunan polonium adalah pada kasus kematian mantan mata-mata Rusia Alexander Litvinenko. Polonium Polonium memiliki lebih dari 25 isotop tetapi hanya 3 yang memiliki waktu paru yaitu polonium 208,polonium 209 dan polonium 210. Polonium 210 dihasilkan dari uraian uranium 238 dan radon 222. Polonium memiliki waktu paruh selama 138 hari. Polonium Toksisitas Polonium merupakan emitter alfa yang aman dibawa namun sangat toksik apabila tertelan. Diperkirakan 1 gram polonium 210 dapat membunuh 50 juta manusia dan membuat 50 juta lainnya sakit. Polonium Polonium 210 ketika diserap dalam tubuh akan dideposit terutama pada iver, limpa, sumsum tulang, ginjal, kulit dan folikel rambut. Waktu paruhnya dalam tubuh diperkirakan selama satu atau dua bulan, dan dieliminasi terutama melalui urine dan feses. Polonium Polonium 210 ketika ditelan menyebabkan kerusakan terutama pada saluran epitel saluran cerna dan sumsum tulang yang menjadi sumber sel darah. Kerusakan saluran cerna menyebabkan distress gaster berupa nausea, muntah, dehidrasi dan BAB berdarah. Gangguan pada sumsum tulang akan menyebabkan penurunan kadar sel darah putih, sel darah merah serta platelet sehingga akan menurunkan imunitas dan penderita akan rentan terhadap infeksi, gangguan penyembuhan luka dan perdarahan. CONTOH KASUS Yasser Arafat, pemimpin Palestina selama hampir 4 dekade meninggal dunia pada 11 November 2004 setelah menjalani perawatan beberapa minggu di rumah sakit militer Percy di Paris, Prancis pada usia 75 tahun. Saat itu dikabarkan bahwa Arafat meninggal akibat penyakit misterius. Beredar spekulasi juga Arafat tewas diracun oleh pihak Israel. Hasil penelitian terbaru pakar radiofisika dari Univeritas Lausanne, Swiss, Francois Bachud menyebutkan, mantan pemimpin PLO itu tewas diracun zat kimia jenis Polonium yang mengandung radioaktif. Alexander Litvinenko merupakan mantan petinggi dinas rahasia Rusia KGB, yang sekarang menjadi FSB. Litvinenko kemudian membangkang dan melarikan diri ke Inggris. Selama di pelarian dia mengkritik pemerintahan rezim Presiden Vladimir Putin. Litvinenko tewas usai minum teh hijau yang dicampur radioaktif langka isotop polonium- 210 di London tahun 2006. Pihak berwenang Inggris mengidentifikasi dua warga Rusia, Andrei Lugovoy dan Dmitry Kovtun sebagai tersangkanya. Dugaan pelaku mengarah kepada rezim Presiden Putin saat itu namun disangkal oleh juru bicaranya, Dmitry Peskov.